Anda di halaman 1dari 24

TEKNOLOGI KEBIDANAN TEPAT GUNA

MAKALAH ILMU KESEHATAN MASYARAKAT ( IKM )


TENTANG TEKNOLOGI KEBIDANAN TEPAT GUNA

OLEH :
Nama : Vella Wahyuni
Nim : 11211098
Prodi : D III Kebidanan
Tingkat : II A

Dosen Pembimbing : Ety Aprianti, SKM

STIKes MERCUBAKTIJAYA PADANG


PRODI DIII KEBIDANAN
2013

KATA PENGANTAR

Puji syukur Penulis ucapkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
petunjuk dan hidayah-Nya sehingga Tim Penulis dapat menyelesaikan dan menyusun makalah ini
dengan judul Teknologi Kebidanan Tepat Guna.
Pada kesempatan ini Penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada semua pihak
yang telah memberikan bantuan, sehingga penulisan makalah ini dapat diselesaikan, yaitu kepada :
1. Ibuk Ety Aprianti S.KM, sebagai dosen pembimbing yang telah memberikan petunjuk,
nasehat, dan bimbingan selama penyusunan makalah ini.
2. Orang tua dan keluarga, yang telah memberikan motivasi, dan memberikan fasilitas kepada
Tim Penulis.
3. Rekan-rekan sejawat yang telah memberikan dukungan dan pihak-pihak lainnya.
Penulis menyadari bahwa penulisan makalah ini masih belum sempurna, untuk itu Tim Penulis
mengharapkan kritik dan saran demi perbaikan dan kelengkapan makalah ini agar berguna bagi semua
pihak.

Padang, 24 April 2013

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Masalah kesehatan merupakan salah satu masalah yang tidak dapat dilepaskan dari kehidupan
pedesaan. Masih banyak desa-desa terutama desa tertinggal yang jauh dari perilaku hidup sehat.
Sementara itu, kesehatan merupakan salah satu variabel pengukuran dari Indeks Pembangunan
Manusia (IPM), dan mayoritas masyarakat Indonesia tinggal di Pedesaan sehingga menjadi hal yang
wajar apabila IPM Indonesia masih bernilai sangat rendah. Kesehatan merupakan aspek penting dan
menjadi salah satu kebutuhan yang mendasar dalam kehidupan masyarakat menjadi salah satu hak
yang seharusnya didapatkan oleh semua masyarakat termasuk masyarakat desa.
Keterbatasan financial menjadi hambatan masyarakat desa dalam mengakses sarana kesehatan.
Selain itu umumnya program ataupun teknologi kesehatan dari pihak luar kadang kala tidak sesuai
dengan keadaan masyarakat desa serta sulit diterapkan oleh masyarakat desa. Oleh karena itu perlu
adanya Teknologi Tepat Guna (TTG) kesehatan yang dapat membantu masyarakat dalam memenuhi
kebutuhan dasar kesehatannya.
Teknologi tepat guna adalah teknologi yang didesain dengan mempertimbangkan aspek
lingkungan, etik budaya, sosial, dan ekonomi bagi komunitas. Ciri-ciri teknologi adalah (1) mudah
diterapkan (2) mudah dimodifikasi (3) untuk kegiatan skala kecil (4) padat karya (5) sesuai dengan
perkembangan budaya masyarakat (6) bersumber dari nilai tradisional (7) adaptif terhadap perubahan
lingkungan.
Adanya Teknologi Tepat Guna Kesehatan diharapkan dapat menjembatani masyarakat dalam
memenuhi kebutuhan akan hidup sehat. Maka, perlu kiranya melihat kondisi penerapan Teknologi
Tepat Guna, khususnya bidang kesehatan yang berkembang di masyarakat dan melihat sejauh mana
teknologi tersebut berhasil mewujudkan kondisi masyarakat yang sehat.

1.2 Tujuan

Untuk memenuhi tugas mata kuliah Ilmu Kesehatan Masyarakat, dan memperoleh pengetahuan
tentang teknologi kebidanan tepat guna.

BAB II
PEMBAHASAHAN

1. Penggunaan Teknologi tepat guna dalam Kebidanan

a) Fetal Doppler
adalah merupakan alat yang digunakan untuk mendeteksi denyut jantung bayi, yang menggunakan
prinsip pantulan gelombang elektromagnetik, alat ini adalah sangat berguna untuk mengetahui kondisi
kesehatan janin, sangat disarankan untuk dimiliki dirumah sebagai deteksi harian, selain aman juga
mudah dalam penggunaannya serta harga yang sangat terjangakau untuk dimiliki
b) Fetal doppler Sunray
adalah salah satu jenis dan merk doppler yang digunakan untuk mengetahui denyut jantung janin
dalam kandungan, fetal doppler ini sangat praktis digunakan baik secara pribadi atau digunakan oleh
kalangan paramedic

c) Staturmeter
adalah alat yang digunakan untuk mengukur tinggi badan, alat ini adalah sangat sederhana pada
disainnya karena hanya ditempelkan pada tembok bagian atas dan ketika akan digunakan hanya perlu
untuk menariknya sampai ke bagian kepala teratas, sehingga dapat diketahui tinggi badan orang
tersebut.

d) Eye Protector Photo Therapy


adalah alat bantu yang digunakan untuk melindungi bagian mata bayi pada saat dilakukan
pemeriksaan dengan menggunakan sinar X-ray atau jenis pemeriksaan lain yang menggunakan media
sinar agar tidak menggangu pengelihatan bayi yang akan diperiksa.
e) Alat Pengukur Panjang Bayi
adalah merupakan peralatan sederhana yang biasa digunakan oleh bidan dan petugas posyandu,
untuk mengetahui perkembangan tinggi bayi dari waktu ke waktu, terbuat dari kayu dengan mistar yang
mudah dibaca.

f) Breast Pump
biasa digunakan oleh para ibu yang berkarier diluar rumah, agar ASI tidak terbuang dengan percuma,
sehingga bayi tetap bisa mendapatkan ASI dari bundanya.

g) Lingkar Lengan Ibu Hamil


adalah tanda yang digunakan untuk mempermudah menidentifikasi bayi dan bundanya, pada
umumnya dipakaikkan pada bayi dan bundanya di rumah sakit bersalin.
h) Pengukur Panjang bayi (Calipher)
adalah alat yang digunakan untuk mengukur panjang bayi dengan ketepatan pengukuran yang tinggi,
karena skala yang digunakan pada alat ini lebih detail, sehingga setiap inchi pertumbuhan bayi dapat
diketahui.

i) Reflek Hammer / Reflek Patela


sejenis hammer yang dilapisi dengan karet yang digunakan untuk mengetahui respon syaraf dari
anggota tubuh biasanya kaki
j) Umbilical Cord Clem Nylon
adalah merupakan alat yang digunakan untuk menjepit tali pusar bayi sesaat setelah bayi dilahirkan

k) Tourniquet
adalah alat bantu yang digunakan untuk sarana pendukung pada pengambilan darah, pada umumnya
dilingkarkan pada lengan tangan saat akan dilakukan pengambilan darah, agar darah bisa lebih mudah
untuk di ambil
2. Pengembangan Teknologi Tepat Guna di Kesehatan Lingkungan

a. Teknologi Tepat Guna Pengolahan air bersih

Peraturan mengenai air bersih


Definisi air bersih, syarat-syarat air bersih dan baku mutu air bersih.
Proses fisika dalam pengolahan air bersih
Proses filterisasi, koagulasi/flokulasi, dan aerasi meliputi definisi, fungsi dan prinsip-prinsip proses
tersebut dalam pengolahan air bersih serta pengetahuan materialnya.
Proses kimia dan biologi dalam pengolahan air bersih
Proses pengkondisian air, pelunakan air, tukar kation/anion, proses adsorpsi dan proses desinfeksi
meliputi definisi, fungsi dan prinsip-prinsip proses tersebut serta pengetahuan materialnya..
Teknik plambing
Sejarah dan definisi plambing, bahan pipa, penyambung pipa dan diameter pipa. Pengenalan peralatan
plambing.

Proses penjernihan/penyediaan air bersih merupakan proses perubahan sifat fisik, kimia dan
biologi air baku agar memenuhi syarat untuk digunakan sebagai air minum. Tujuan dari kegiatan
pengolahan air minum adalah sebagai berikut:

Menurunkan kekeruhan
Mengurangi bau, rasa dan warna
Menurunkan dan mematikan mikroorganisme
Mengurangi kadar bahan-bahan yang terlarut dalam air
Menurunkan kesadahan
Memperbaiki derajat keasaman (pH)

Pengolahan air dapat dilakukan secara individu maupun kolektif. Dengan berkembangnya
penduduk dan teknologi di perkotaan. Pengolahan air khusus dilakukan oleh perusahaan air minum
(PAM). Proses kimia pada pengolahan air minum diantaranya meliputi koagulasi, aerasi, reduksi dan
oksidasi. Semua proses kimia tersebut dapat dilakukan secara sederhana ataupun dengan
menggunakan teknik modern.
Pada dasarnya penjernihan air dilakukan dengan salah satu dari 3 metode atau kombinasi dari 3
metode tersebut, ke 3 metode tersebut adalah sebagai berikut:

Penjernihan air dengan metode fisika


Penjernihan air dengan metode kimia
Penjernihan air dengan metode biologis

PRINSIP PENJERNIHAN AIR DENGAN METODE FISIKA


Prinsip penyaringan (filtrasi)
Penyaringan merupakan proses pemisahan antara padatan/koloid dengan cairan. Proses
penyaringan bisa merupakan proses wal (primary treatment) atau penyaringan dari proses
sebelumnya.
Apabila air olahan mempunyai padatan dengan ukuran seragam, saringan yang digunakan adalah
single medium. Sebaiknya bila ukuran padatan beragam, digunakan saring dual medium atau three
medium. Penyaringan air olahan yang mengandung padatan beragam dari ukuran besar sampai
kecil/halus. Penyaringan dilakukan dengan cara membuat saringan bertingkat, yaitu saringan kasar,
saringan sedang sampai saringan halus.
Untuk merancang system penyaringan ini perlu penelitian terlebih dahulu terhadap beberapa
factor sebagai berikut:

Jenis limbah padat (terapung atau tenggelam)


Ukuran padatan: ukuran yang terkecil dan ukuran yang terbesar
Perbandingan ukuran kotoran padatan besar dan kecil
Debit air olahan yang akan diolah
Bentuk dan jenis saringan bermacam-macam. Penyaringan bahan padatan kasar menggunakan
saringan berukuran 5 -20 mm, sedangkan padatan yang halus (hiperfiltrasi) dapat menggunakan
saringan yang lebih halus lagi. Saringan ini diusahakan mudah diangkat dan dibersihkan . Untuk
penyaringan kasar dapat terbuat dari logam tahan karat seperti stainless steel, kawat tembaga, batu
kerikil, btu bara, karbon aktif. Penyaringan untuk padatan yang halus dapat menggunakan kain
polyester atau pasir.
Jenis saringan yang biasa digunakan adalah saringan bergetar, barscreen racks, dan bak
penyaringan saringan pasir lambat. Jenis saringan yang banyak digunakan adalahsaringan bak pasir
dan batuan. Saringan pasir menggunakan batu kerikil dan pasir. Pasir yang baik untuk penyaringan
adalah pasir kuasa.
Jenis saringan menurut konstruksinya dibedakan menjadi saringan miring, saringan pembawa,
saringan sentrifugal dan drum berputar. Kecepatan penyaringan dikelompokan menjadi tiga:

Single medium: saringan untuk menyaring air yang mengandung padatan dengan ukuran seragam
Dual medium: saringan untuk menyaring air limbah yang didominasi oleh dua ukuran padat
Three medium: saringan untuk menyaring air limbah yang mengandung 3 ukuran padatan
Gambarnya seperti dibawah ini
PRINSIP PENJERNIHAN AIR DENGAN PENGENDAPAN (SEDIMENTASI)

Sedimentasi merupakan proses pengendapan bahan padat dari air olahan. Proses
sedimentasi bisa terjadi bila air limbah mempunyai berat jenis lebih besar daripada air sehingga mudah
tenggelam.
Proses pengendapan ada yang bisa terjadi langsung, tetapi adapula yang memerlukan proses
pendahuluan, seperti koagulasi atau reaksi kimia. Prinsip sedimentasi adalah pemisahan bagian padat
dengan memanfaatkan gaya gravitasi sehingga bagian yang padat berada di dasar kolam
pengendapan, sedangkan air dibagian atas.
Gambar sederhana tempat sedimentasi air
Bagan 1

PRINSIP PENJERNIHAN AIR DENGAN ABSORPSI DAN ADSORPSI

Absorpsi merupakan proses penyerapan bahan-bahan tertentu dengan penyerapan tersebut, air
menjadi jernih karena zat-zat didalamnya diikat oleh absorben
Absorpsi umumnya menggunakan bahan absorben dari karbon aktif. Pemakaiannya, dengan cara
membubuhkan karbon aktif bubuk ke dalam air olahan atau dengan cara menylurkan air melalui
saringan yang medianya terbuat dari karbon aktif kasar. Sistem ini efektif untuk mengurangi warna
serta menghilangkan bau dan rasa. Proses kerja penyerapan (absorpsi) yaitu penyerapan ion-ion
bebas di dalam air yang dilakukan oleh absorben. Sebagai contoh, penyerapan ion oleh karbon aktif.

PRINSIP PENJERNIHAN AIR DENGAN ELEKTRODIALISIS

Elektrodialisis merupakan proses pemisahan ion-ion yang larut di dalam air limbah dengan
memberikan dua kutub listrik yang berlawanan dari arus searah (direct current, DC). Ion positif akan
bergerak ke kutub negative (katoda), sedangkan ion negative akan bergerak ke kutub positif (anoda).
Pada kutub positif (anoda). Ion negative akan melepaskan elektronnya sehingga menjadi molekul
yang berbentuk gas ataupun padat yang tidak larut dalam air. Hal ini memungkinkan terjadinya
pengendapan.
b. Teknologi Tepat Guna Pengolahan Limbah

Peraturan mengenai pengelolaan limbah


Definisi limbah cair, sumber-sumber limbah, karakteristik limbah dan pengaruhnya bagi kesehatan
Proses fisika dalam pengolahan limbah
Proses sedimentasi/pengendapan, filterisasi, dan proses aerasi/ non aerasi meliputi definisi, fungsi dan
prinsip-prinsip proses tersebut dalam pengolahan limbah serta pengetahuan materialnya.
Proses kimia dan biologi dalam pengolahan limbah
Proses aerob / nonaerob, degradasi polutan organik, nitrifikasi, amonifikasi dan proses desinfeksi
meliputi definisi, fungsi dan prinsip-prinsip proses tersebut serta pengetahuan materialnya.

Mengenal K3 dalam peralatan pengolahan limbah


Identifikasi K3 dalam peralatan dan media dalam pengolahan limbah, macam-macam alat pelindung
diri dan fungsinya, penyimpanan dan pemeliharaan peralatan agar aman dalam penggunaanya.
Tujuan pengolahan air limbah adalah untuk mengurangi BOD, partikel tercampur, serta
membunuh organisme pathogen. Selain tujuan di atas, pengolahan air limbah juga bertujuan untuk
menghilangkan bahan nutrisi, komponen beracun serta bahan yang tidak dapat didegrasikan agar
konsentrasi yang ada menjadi rendah.
Air limbah berasal dari dua jenis sumber yaitu air limbah rumah tangga dan air limbah industri.
Secara umum didalam limbah rumah tangga tidak terkandung zat-zat berbahaya, sedangkan didalam
limbah industri harus dibedakan antara limbah yang mengandung zat-zat yang berbahaya dan yang
tidak. Untuk yang mengandung zat-zat yang berbahaya harus dilakukan penanganan khusus tahap
awal sehingga kandungannya bisa di minimalisasi terlebih dahulu sebelum dialirkan ke sewage plant,
karena zat-zat berbahaya itu bisa memetikan fungsi mikro organisme yang berfungsi menguraikan
senyawa-senyawa di dalam air limbah. Sebagian zat-zat berbahaya bahkan kalau dialirkan ke sawage
plant hanya melewatinya tanpa terjadi perubahan yang berarti, misalnya logam berat. Penanganan
limbah industri tahap awal ini biasanya dilakukan secara kimiawin dengan menambahkan zat-zat kimia
yang bisa mengeliminasi zat-zat yang berbahaya.

c. TTG Pengolahan Sampah

Peraturan mengenai pengelolaan sampah


Definisi sampah, prinsip-prinsip pengelolaan sampah, identifikasi sumber-sumber masalah dan
pengendaliannya
Proses pengolahan sampah secara aerob dan anaerob.
Pengertian proses aerob dan anerob dan faktor-faktor yang mempengaruhi proses aerob/anaerob.
Pemanfaatan sampah sebagai briket
Pengertian briket dan faktor-faktor yang mempengaruhinya.

Sampah secara umum dapat diartikan sebagai bahan buangan yang tidak disenangi dan tidak
diinginkan orang, dimana sebagian besar merupakan bahan atau sisa yang sudah tidak dipergunakan
lagi dan akan menimbulkan gangguan terhadap kesehatan masyarakat dan lingkungan.
Definisi sampah menurut Undang-undang Nomor 18 Tahun 2008 pasal 1 ayat (1) adalah:
Sampah adalah sisa-sisa kegiatan sehari-hari manusia dan/atau proses alam yang berbentuk padat.

Sistem Pengelolaan Sampah

Sistem pengelolaan sampah adalah proses pengelolaan sampah yang meliputi 5 (lima)
aspek/komponen yang saling mendukung dimana antara satu dengan yang lainnya saling berinteraksi
untuk mencapai tujuan (Dept. Pekerjaan Umum, SNI 19-2454-2002). Kelima aspek tersebut meliputi:
aspek teknis operasional , aspek organisasi dan manajemen, aspek hukum dan peraturan, aspek
bembiayaan, aspek peran serta masyarakat. Kelima aspek tersebut di atas ditunjukkan pada gambar
2.1 berikut ini. Dari gambar tersebut terlihat bahwa dalam sistem pengelolaan sampah antara aspek
teknis operasional, organisasi, hukum, pembiayaan dan peran serta masyarakat saling terkait, tidak
dapat berdiri sendiri.

Pengelolaan sampah bersifat integral dan terpadu secara berantai dengan urutan yang
berkesinambungan yaitu: penampungan/pewadahan, pengumpulan, pemindahan, peng-angkutan,
pembuangan/pengolahan.

a) Penampungan Sampah
Proses awal dalam penanganan sampah terkait langsung dengan sumber sampah adalah
penampungan.
Penampungan sampah adalah suatu cara penampungan sampah sebelum dikumpulkan, dipindahkan,
diangkut dan dibuang ke TPA. Tujuannya adalah menghindari agar sampah tidak berserakan sehingga
tidak menggangu lingkungan. . Faktor yang paling mempengaruhi efektifitas tingkat pelayanan adalah
kapasitas peralatan, pola penampungan, jenis dan sifat bahan dan lokasi penempatan (SNI 19-2454-
2002).

b) Pengumpulan Sampah
Pengumpulan sampah adalah cara proses pengambilan sampah mulai dari tempat penampungan
sampah sampai ke tempat pembuangan sementara. Pola pengumpulan sampah pada dasarnya
dikempokkan dalam 2 (dua) yaitu pola individual dan pola komunal (SNI 19-2454-2002) sebagai berikut
:

Pola Individual
Proses pengumpulan sampah dimulai dari sumber sampah kemudian diangkut ke tempat pembuangan
sementara/TPS sebelum dibuang ke TPA.
Pola Komunal
Pengumpulan sampah dilakukan oleh penghasil sampah ke tempat penampungan sampah komunal
yang telah disediakan/ke truk sampah yang menangani titik pengumpulan kemudian diangkut ke TPA
tanpa proses pemindahan.

c) Pemindahan Sampah
Proses pemindahan sampah adalah memindahkan sampah hasil pengumpulan ke dalam alat
pengangkutan untuk dibawa ke tempat pembuangan akhir. Tempat yang digunakan untuk pemindahan
sampah adalah depo pemindahan sampah yang dilengkapi dengan container pengangkut dan atau
ram dan atau kantor, bengkel (SNI 19-2454-2002). Pemindahan sampah yang telah terpilah dari
sumbernya diusahakan jangan sampai sampah tersebut bercampur kembali (Widyatmoko dan Sintorini
Moerdjoko, 2002:29).

d) Pengangkutan Sampah
Pengangkutan adalah kegiatan pengangkutan sampah yang telah dikumpulkan di tempat
penampungan sementara atau dari tempat sumber sampah ke tempat pembuangan akhir. Berhasil
tidaknya penanganan sampah juga tergantung pada sistem pengangkutan yang diterapkan.
Pengangkutan sampah yang ideal adalah dengan truck container tertentu yang dilengkapi alat
pengepres, sehingga sampah dapat dipadatkan 2-4 kali lipat (Widyatmoko dan Sintorini Moerdjoko,
2002:29).
Tujuan pengangkutan sampah adalah menjauhkan sampah dari perkotaan ke tempat
pembuangan akhir yang biasanya jauh dari kawasan perkotaan dan permukiman.
e) Pembuangan Akhir Sampah
Pembuangan akhir merupakan tempat yang disediakan untuk membuang sampah dari semua
hasil pengangkutan sampah untuk diolah lebih lanjut. Prinsip pembuang akhir sampah adalah
memusnahkan sampah domestik di suatu l merupakan tempat pengolahan sampah. Menurut SNI 19-
2454-2002 tentang Teknik Operasional Pengelolaan Sampah Perkotaan, secara umum teknologi
pengolahan sampah dibedakan menjadi 3 metode yaitu:
Metode Open Dumping
Merupakan sistem pengolahan sampah dengan hanya membuang/menimbun sampah disuatu tempat
tanpa ada perlakukan khusus/pengolahan sehingga sistem ini sering menimbulkan gangguan
pencemaran lingkungan.
Metode Controlled Landfill (Penimbunan terkendali)
Controlled Landfill adalah sistem open dumping yang diperbaiki yang merupakan sistem pengalihan
open dumping dan sanitary landfill yaitu dengan penutupan sampah dengan lapisan tanah dilakukan
setelah TPA penuh yang dipadatkan atau setelah mencapai periode tertentu.
Metode Sanitary landfill (Lahan Urug Saniter)
Sistem pembuangan akhir sampah yang dilakukan dengan cara sampah ditimbun dan dipadatkan,
kemudian ditutup dengan tanah sebagai lapisan penutup. Pekerjaan pelapisan tanah penutup
dilakukan setiap hari pada akhir jam operasi.

PENGELOLAAN SAMPAH RUMAH TANGGA

Menurut UU No. 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah mendefinisikan sampah rumah
tangga sebagai sampah yang berasal dari kegiatan sehari-hari dalam rumah tangga, tidak termasuk
tinja dan sampah spesifik (sampah yang mengandung bahan beracun).
Kemudian dalam Pasal 19 UU RI Nomor 18 Tahun 2008 mengatur mengenai pengelolaan sampah
rumah tangga dan sampah sejenis sampah rumah tangga. Pasal tersebut menyebutkan bahwa
pengelolaan sampah rumah tangga dan sampah sejenis sampah rumah tangga terdiri atas
pengurangan sampah dan penanganan sampah. Dalam hal pengurangan sampah, lebih lanjut
disebutkan dalam Pasal 20 sebagai berikut :
a) Pengurangan sampah yang dimaksud dalam Pasal 19 huruf a meliputi kegiatan:
pembatasan timbulan sampah
pendauran ulang sampah
pemanfaatan kembali sampah.
b) Pemerintah dan pemerintah daerah wajib melakukan kegiatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
sebagai berikut:
menetapkan target pengurangan sampah secara bertahap dalam jangka waktu tertentu;
memfasilitasi penerapan teknologi yang ramah lingkungan
memfasilitasi penerapan label produk yang ramah lingkungan
memfasilitasi kegiatan mengguna ulang dan mendaur ulang
memfasilitasi pemasaran produkproduk daur ulang.

c) Pelaku usaha dalam melaksanakan kegiatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
menggunakan bahan produksi yang menimbulkan sampah sesedikit mungkin, dapat diguna ulang,
dapat didaur ulang, dan/atau mudah diurai oleh proses alam.
d) Masyarakat dalam melakukan kegiatan pengurangan sampah sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) menggunakan bahan yang dapat diguna ulang, didaur ulang, dan/atau mudah diurai oleh
proses alam.

a) Ketentuan lebih lanjut mengenai pengurangan sampah sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat
(2), ayat (3), dan ayat (4) diatur dengan PP.
Dalam Pasal 22 UU tersebut juga diatur mengenai mengenai penanganan sampah, yang
meliputi:
pemilahan dalam bentuk pengelompokan dan pemisahan sampah sesuai dengan jenis, jumlah,
dan/atau sifat sampah
pengumpulan dalam bentuk pengambilan dan pemindahan sampah dari sumber sampah ke
tempat penampungan sementara atau tempat pengolahan sampah terpadu;
pengangkutan dalam bentuk membawa sampah dari sumber dan/atau dari tempat penampungan
sampah sementara atau dari tempat pengolahan sampah terpadu menuju ke tempat pemrosesan akhir
pengolahan dalam bentuk mengubah karakteristik, komposisi, dan jumlah sampah; dan/atau
pemrosesan akhir sampah dalam bentuk pengembalian sampah dan/atau residu hasil pengolahan
sebelumnya ke
Media lingkungan secara garis besar Pengelolaan sampah rumah tangga menurut Undang-Undang
No. 18 Tahun 2008, pengelolaan sampah rumah tangga dapat dibedakan atas 2 bagian yaitu meliputi:
a) Pengurangan Sampah
b) Pengurangan Sampah meliputi kegiatan :
Pembatasan timbunan sampah
Pendauran Ulang Sampah
Pemanfaatan kembali Sampah
c) Pemerintah dan Pemerintah Daerah wajib melakukan kegiatan pengurangan sampah
dengan cara:
Menetapkan target pengurangan sampah secara bertahap dalam jangka waktu tertentu
Memfasilitasi penerapan teknologi yang ramah lingkungan

Memfasilitasi penerapan label produk yang ramah lingkungan

Memfasilitasi kegiatan mengguna ulang dan mendaur ulang


Memfasilitasi pemasaran produk-produk daur ulang
d) Pelaku usaha dalam melaksanakan pengurangan sampah menggunakan bahan produksi yang
menimbulkan sampah yang sedikit mungkin, dapat diguna ulang, dapat di daur ulang, dan mudah
diurai oleh proses alam.
e) Masyarakat dalam melakukan kegiatan pengurangan sampah menggunakan bahan yang dapat
diguna ulang, dapat di daur ulang, dan mudah diurai oleh proses alam.

Penanganan Sampah
Kegiatan penangan sampah menurut UU No. 18 th 2008 meliputi :

a. Pemilahan dalam bentuk pengelompokan dan pemisahan sampah sesuai dengan jenis, jumlah, dan
sifat sampah
b. Pengumpulan dalam bentuk pengambilan dan pemindahan sampah dari sumber sampah sampai
ketempat penampungan sementara atau penempatan sampah terpadu.
c. Pengangkutan dalam bentuk membawa sampah dari sumber dan/atau dari tempat penampungan
sampah sementara atau dari tempat pengolahan sampah terpadu menuju ketempat pemrosesan akhir ;
d. Pengolahan dalam bentuk mengubah karakteristik, komposisi, dan jumlah sampah
e. Pemrosesan akhir sampah dalam bentuk pengembalian

sampah dan residu hasil pengolahan sebelumnya ke media lingkungan secara aman.

PRINSIP 4R DALAM PEMANFAATAN SAMPAH RUMAH TANGGA

Terdapat 4 prinsip yang dapat digunakan untuk menangangi masalah pengelolaan dan
pemanfaatan sampah. Keempat prinsip tersebut lebih dikenal dengan nama 4R yang meliputi:
a) Reduce (mengurangi), adalah sebuah tindakan pelestarian lingkungan dengan mengurangi
pemakaian barang-barang yang kurang perlu, salah satu contoh kita seharusnya dapat mengurangi
pemakaian styrofoam untuk membungkus makanan, kita dapat menggunakan tempat-tempat makanan
yang berasal dari kertas atau plastik sehingga mudah untuk di daur ulang lagi, sedikit informasi bahwa
styrofoam itu adalah bahan yang tidak bisa di daur ulang.
b)Reuse (memakai kembali), adalah sebuah cara pelestarian lingkungan dengan
menggunakan kembali sebuah barang, sebisa mungkin pilihlah barang-barang yang bisa dipakai
kembali. Hindari pemakaian barang-barang yang disposable (sekali pakai, buang). Hal ini dapat
memperpanjang waktu pemakaian barang sebelum ia menjadi sampah.

c)Recycle (mendaur ulang), adalah sebuah cara pelestarian lingkungan dengan cara mendaur
ulang kembali sebuah barang, contohnya kita dapat mendaur ulang sampah-sampah organik yang ada
di rumah kita menjadi kompos, dan lain-lain.
d) Replace (mengganti), adalah sebuah cara pelestarian lingkungan dengan cara mengganti
barang-barang yang hanya bisa dipakai sekali dengan barang yang lebih tahan lama. Pakailah barang-
barang yang lebih ramah lingkungan, misalnya kantong kresek plastik dengan keranjang di saat
berbelanja.
Dalam pemanfaatan sampah rumah tangga, bisa dibedakan atas 2 bagian yaitu pemanfaatan sampah
organik dan pemanfaatan sampah anorganik. Pada prinsipnya pemanfaatan sampah rumah tangga ini
dilakukan pemisahan atau pemilahan terlebih dahulu antara sampah organik dan sampah anorganik,
agar dalm proses pengelolaan dan pemanfaatannya lebih mudah. Berikut beberapa cara pemanfaatan
sampah rumah tangga.
a) Pemanfaatan Sampah Organik
Jenis sampah organik skala rumah tangga terdiri dari sampah-sampah basah yang dihasilkan dapur
berupa sisa makanan dan sisa sayuran, juga sampah dedaunan dari pohon-pohon disekitar rumah.
Untuk sampah dari dapur bisa digunakan kembali sebagai kompos sedangkan sampah dedaunan bisa
digunakan sebagai briket, yaitu bahan bakar alternatif pengganti minyak tanah.
Pengomposan (Composting)
Composting merupakan proses pembusukan secara alami dari materi organik, misalnya daun, limbah
pertanian (sisa panen), sisa makanan dan lain-lain. Pembusukan itu menghasilkan materi yang kaya
unsur hara, antara lain nitrogen, fosfor dan kalium yang disebut kompos atau humus yang baik untuk
pupuk tanaman.
Sampah basah (organik) bekas makanan-atau minuman sehari-hari dipisahkan dari sampah kering
(anorganik) seperti kaleng, plastik, kertas. Sampah basah itu kemudian ditumpuk dalam sebuah lubang
kecil misalnya di pekarangan rumah. Dalam jangka waktu tertentu bagian paling bawah dalam
tumpukan tersebut bisa diangkat kemudian ditebarkan ke tanaman sebagai pupuk kompos.

Pembuatan Briket
Pembuatan briket sebagai bahan bakar alternatif pengganti minyak, bisa menjadi salah satu upaya kita
sebagai masyarakat dalam menanggulangi dan mengurangi timbulan sampah, khususnya dalam sektor
rumah tangga. Selain itu, pembuatan briket sebagai bahan bakar pengganti minyak juga dapat menjadi
alternatif masalah krisis energi pada saat ini. Minyak tanah yang sudah mulai langka, harga gas elpiji
yang melambung tinggi juga menjadi salah satu bahan pertimbangan untuk segera menciptakan bahan
bakar alternatif yang mudah didapat, ekonomis dan juga memiliki manfaat yang sama seperti bahan
bakar minyak dan gas.

d. Teknologi Tepat Guna Limbah B3

Peraturan mengenai pengelolaan limbah B3


Definisi limbah B3, prinsip-prinsip pengelolaan limbah B3, identifikasi dan sumber-sumber limbah B3.
Proses fisika dalam pengolahan limbah B3
Proses filterisasi, koagulasi/flokulasi, dan aerasi meliputi definisi, fungsi dan prinsip-prinsip proses
tersebut dalam pengolahan air bersih serta pengetahuan materialnya.
Proses kimia dan biologi dalam pengolahan limbah B3
Proses pengkondisian air limbah B3, pengendapan, tukar kation/anion, dan proses adsorpsi yang
meliputi definisi, fungsi dan prinsip-prinsip proses tersebut serta pengetahuan materialnya.
Mengenal K3 dalam peralatan pengolahan limbah B3
Identifikasi K3 dalam peralatan dan media dalam pengolahan limbah B3, macam-macam alat pelindung
diri dan fungsinya, penyimpanan dan pemeliharaan peralatan agar aman dalam penggunaanya.

e. Teknologi Tepat Guna kualitas udara


Peraturan mengenai kualitas udara
Definisi kualitas udara, identifikasi pencemaran udara, dan faktor mempengaruhi mobilitas cemaran di
udara.
Proses fisika dalam pengolahan kualitas udara
Proses filterisasi udara, pompa hisap , adsorpsi polutan dan desinfeksi kuman yang meliputi definisi,
fungsi dan prinsip-prinsip proses tersebut dalam pengolahan serta pengetahuan materialnya.
Proses kimia dan biologi dalam pengolahan kualitas udara
Proses adsorpsi polutan, dan proses desinfeksi kuman meliputi definisi, fungsi dan prinsip-prinsip
proses tersebut serta pengetahuan materialnya.

f. Teknologi Tepat Guna Pengolahan air minum

Peraturan mengenai air minum


Definisi air bersih, syarat-syarat air bersih yang meliputi persyaratan fisika, kimia bakteriologi dan
parameter radioaktif dan baku mutu air bersih berdasarkan Permenkes RI No
492/MENKES/PER/IV/2010
Proses fisika dalam pengolahan air minum
Proses filterisasi, koagulasi/flokulasi, dan aerasi meliputi definisi, fungsi dan prinsip-prinsip proses
tersebut dalam pengolahan air minum serta pengetahuan materialnya.
Proses kimia dan biologi dalam pengolahan air minum
Proses pengkondisian air, pelunakan air, tukar kation/anion, proses adsorpsi dan proses desinfeksi,
penentuan breakpoint chlorination meliputi definisi, fungsi dan prinsip-prinsip proses tersebut serta
pengetahuan materialnya.
3. Kesehatan Masyarakat
Pembangunan dibidang kesehatan bertujuan untuk menciptakan manusia yang sehat, mandiri,
cerdas dan produktif serta terwujudnya kesejahteraan lahir dan batin. Upaya yang telah dilakukan oleh
pemerintah daerah melalui pemerataan fasilitas dan peningkatan pelayanan kesehatan secara merata,
mudah dan murah serta dapat menjangkau masyarakat luas, diarahkan untuk memantapkan
peningkatan derajat kesehatan masyarakat yang pada gilirannya dapat menciptakan sumber daya
manusia yang produktif dan pada akhirnya kesejahteraan lahir dan batin dapat tercapai.
Upaya kesehatan masyarakat tersebut, melalui sistem kesehatan nasional terpadu
pelaksanaannya diusahakan melalui partisipasi aktif masyarakat yang diarahkan tidak hanya kepada
masyarakat yang berpenghasilan menengah kebawah, tetapi juga kepada seluruh masyarakat yang
ada. Beberapa indikator kesehatan antara lain adalah sarana, prasarana, angka kesakitan, tenaga
kesehatan dan keadaan balita.
Penyediaan sarana kesehatan yang memadai merupakan salah satu kebutuhan pokok dalam
upaya meningkatkan taraf kesehatan masyarakat, dan program ini harus terus ditingkatkan kualitas
pelayanan serta keberadaannya. Sarana kesehatan yang dimaksud berupa Rumah Sakit, Puskesmas,
Puskesmas Pembantu, Poliklinik berikut pembinaan dan penambahan tenaga kesehatan yang
memadai. Penyediaan sarana dan prasarana kesehatan inipun hendaknya dibarengi dengan
penyediaan tenaga kerja kesehatan yang professional. Senada dengan program penyediaan sarana
dan prasarana kesehatan, dalam pelaksanaan penyediaan tenaga kerja professional juga perlu
diperhatikannya kualitas, pelayanan dan keberadaan tenaga kerja kesehatan itu sendiri.
Sedangkan angka kesakitan adalah jumlah anggota masyarakat yang sakit. Semakin rendah
angka kesakitan mengindikasikan taraf kesehtan masyarakat yang juga semakin baik. Sebaliknya
semakin tinggi angka kesakitan, semakin mengindikasikan taraf kesehatan masyarakat yang rendah.
Dari sisi kesehatan balita, taraf kesehatan masyarakat dapat dilihat berdasarkan jumlah kematian bayi.
Untuk menghindari kematian bayi maupun kematian ibu pada saat persalinan, maka penolong
kelahiran harus ditangani oleh tenaga yang berpengalaman di bidang kesehatan. Semakin banyak bayi
lahir ditolong oleh dokter atau bidan maka diharapkan semakin baik tingkat keselamatan bayi dan
ibunya.
Untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, maka pemerintah memiliki beberapa kebijakan
antara lain:
Meningkatkan pemberdayaan masyarakat, pemahaman, dan penerapan perilaku hidup bersih dan
sehat.
Meningkatkan kualitas sumber daya, manusia lingkungan, prasarana dan sarana kesehatan.
Meningkatkan kualitas lembaga dan pelayanan kesehatan.
Sedangkan untuk mencapai sasaran tersebut dilaksanakan melalui bidang tenaga kerja dengan
program program sebagai berikut :
Program Perilaku sehat dan pemberdayaan masyarakat.
Program Perbaikan Gizi.
Program upaya kesehatan.
BAB III
PENUTUP

a. Kesimpulan
Penggunaan Teknologi tepat guna dalam Kebidanan
Fetal Doppler
Fetal dopller sunray
Staturmeter
Eye protector Photo therapy
Alat pengukur panjang badan bayi
Breast pump
Lingkar lengan ibu hamil
Pengukur panjang badab bayi
Reflek hummer / reflek patella
Umbilical Cord Clem Nylon
Tourniquet

b. Kritik dan Saran


Penulis sadar akan kekurangan makalah ini. Oleh sebab itu, penulis sangat mengharapkan kritik
dan saran yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini dimasa yang akan dating.

DAFTAR PUSTAKA

Syafruddin,dkk, 2009.Buku Ajar Ilmu Kesehatan Masyarakat Untuk Mahasiswa


Kebidanan.CV.Transinfo media : Jakarta
Jurnal Sosioteknologi Edisi 13 tahun 7, April 2008http://jirzizaidan.wordpress.com/kebidanan/
World Health Assembeley XXI; National and Global SURVEILENS of communicable Disease,
Geneva:WHO, 1968
http://www.slemankab.go.id/file/lakip/13Meningkatnya-derajat-kesehatan-masy.pdf)
Teknologi tepat guna terampil.pdf
SOAL
1. Apa fungsi staturmeter eye protector dalam penggunaan teknologi kebidanan tepat guna?
Jawab :
Eye Protector Photo Therapy
adalah alat bantu yang digunakan untuk melindungi bagian mata bayi pada saat dilakukan
pemeriksaan dengan menggunakan sinar X-ray atau jenis pemeriksaan lain yang menggunakan media
sinar agar tidak menggangu pengelihatan bayi yang akan diperiksa.

2. Teknologi tepat guna pada kesehatan lingkungan dibawah ini, kecuali?


a. Teknologi Tepat Guna Pengolahan air bersih
b. Teknologi Tepat Guna Pengolahan Limbah
c. Teknologi Tepat Guna kualitas udara
d. Semua salah
e. Teknologi Tepat Guna Pengolahan air minum

Jawaban : d ( semua salah )


TEKNOLOGI KESEHATAN TEPAT GUNA

TEKNOLOGI KESEHATAN TEPAT GUNA


A. Konsep Teknologi Tepat Guna
Teknologi atau pertukangan memiliki lebih dari satu definisi. Salah satunya adalah
pengembangan dan aplikasi dari alat, mesin, material dan proses yang menolong manusia
menyelesaikan masalahnya. Sebagai aktivitas manusia, teknologi mulai sebelum sains dan teknik.
Kata teknologi sering menggambarkan penemuan dan alat yang menggunakan prinsip dan proses
penemuan saintifik yang baru ditemukan.
Teknologi tepat guna adalah yang teknologi yang cocok dengan kebutuhan masyarakat
sehingga bisa dimanfaatkan. Biasanya dipakai sebagai istilah untuk teknologi yang tidak terlalu mahal,
tidak perlu perawatan yang rumit, dan penggunaannya ditujukan bagi masyarakat yang kurang mampu
secara ekonomi.
Teknologi tepat guna adalah teknologi yang didesain dengan mempertimbangkan aspek
lingkungan, etik budaya, sosial, dan ekonomi bagi komunitas. Ciri-ciri teknologi adalah (1) mudah
diterapkan (2) mudah dimodifikasi (3) untuk kegiatan skala kecil (4) padat karya (5) sesuai dengan
perkembangan budaya masyarakat (6) bersumber dari nilai tradisional (7) adaptif terhadap perubahan
lingkungan.
TTG identik dengan teknologi sederhana atau teknologi untuk pedesaan. Persepsi ini timbul
karena para peneliti, khususnya dari lembaga penelitian pemerintah dan perguruan tinggi (PT),
berduyun-duyun mencurahkan perhatiannya ke arah itu. Persepsi ini terjadi karena pemerintah
sebagai penyandang dana menekankan kata-kuncinya pada pengertian tersebut. Akan tetapi, hal ini
tidak terus berlanjut sejak adanya koreksi pemikiran yang dilontarkan beberapa tahun terakhir, yaitu
bahwa TTG adalah teknologi yang aplikasinya sesuai untuk memenuhi kebutuhan masyarakat atau
kelompok masyaraka baik canggih atau sederhana.
Dalam pengembangan sebuah teknologi, prinsip dasar yang harus diutamakan oleh para
pereka-cipta adalah bahwa teknologi yang disampaikan kepada penguna harus sesederhana mungkin,
walaupun proses perekayasaanya sangat rumit, lama, dan mahal. Teknologi tepat guna yang
dikembangkan di masyarakat juga harus dipilih teknologi yang dapat bertumpu pada sumberdaya yang
ada, baik sumberdaya alam maupun sumberdaya manusianya. Pendeknya teknologi yang dekat
dengan sumberdaya, akrab dengan lingkungan, budaya dan kondisi masyarakat penggunanya.
Oleh karena itu, Teknologi Tepat Guna (TTG) seharusnya memunculkan teknologi yang sesuai
dengan kebutuhan masyarakat, dapat menjawab permasalahan masyarakat, tidak merusak lingkungan
dan dapat dimanfaatkan oleh masyarakat secara mudah, murah serta menghasilkan nilai tambah baik
dari aspek ekonomi maupun lingkungan hidup. Pendayagunaan TTG secara optimal akan dapat
terwujud bila ada alih teknologi dari pencipta atau pemilik TTG kepada masyarakat pengguna TTG.
Realita menunjukkan bahwa penemuan baru mengenai TTG cukup pesat, baik ditemukan oleh
masyarakat, dunia usaha, perguruan tingga, lembaga-lembaga penelitian dan pengembangan milik
pemerintah maupun swasta. Diakui bahwa masyarakat belum optimal dalam mengakses temuan-
temuan tersebut karena kurangnya usaha penyebaran atau sosialisasi pada masyarakat.
Untuk itu selaras dengan tujuan pemberdayaan masyarakat yaitu untuk memberikan akses
kepada masyarakat dalam hal ini untuk memperoleh informasi tentang TTG sehingga masyarakat
memiliki kemampuan dalam memecahkan masalah untuk meningkatkan kapasitas produksi dan nilai
tambah produknya secara ekonomi, Badan Pemberdayaan Masyarakat (BPM) mengkoordinasikan
berbagai elemen masyarakat pencipta TTG untuk dapat mensosialisasikan hasil-hasil temuannya.
Teknik Teknologi Tepat Guna (TTG) adalah:

1. Modifikasi proyek atau program TTG, sumberdaya yang akan dinilai atau dimonitoring.

2. Preview tujuan program tersebut

3. Berdasarkan tujuan, identifikasi dan seleksi indikator yang akan dinlai atau dimonitoring

4. Tetapkan unit penelitian pada setiap indikator

5. Persiapkan metode atau teknik penilaian atau monitoring yang akan digunalkan untuk
mengumpulkan data

6. Evaluasai dan kaji metode yang digunakan

7. Susun rencana kerja untuk penilaian monitoring

B. Teknik Partisipatoris
Metode partisipatoris merupakan proses pengumpulan data yang melibatkan kerjasama aktif
antara fasilitator program dan responden. Seorang fasilitator program biasanya memakai pertanyaan
yang tidak dirancang secara baku, melainkan hanya garis besarnya saja. Topik-topik pertanyaan dapat
muncul dan berkembang berdasarkan proses tanya jawab responden. Metode Partisipatoris ini terfokus
pada faktor institusi atau kelembagaan sehingga kegiatan suatu program mempunyai keluaran berupa
aksi bersama untuk mencapai kondisi yang diharapkan masyarakat lokal.
Beberapa prinsip partisipatori yang membedakan dengan penelitian konvensional adalah
partisipasi, belajar bergantian dan berbagi (prinsip 1). Peka jender dan berorientasi aksi (prinsip 2).
Cepat tapi rileks, luwes dan adaptif (prinsip 3). Kerja lapangan (prinsip 4). Terdapat banyak teknik
pengumpulan data partisipatoris, empat diantaranya adalah:
1. Penelitian dan Aksi Partisipatoris (Participatory Research and Action).
Metode yang terkenal dengan istilah PRA (dulu disebut Participatory Rural Appraisal) ini
merupakan alat pengumpulan data yang sangat berkembang dewasa ini. PRA terfokus pada proses
pertukaran informasi dan pembelajaran antara pengumpul data dan responden.
Metode ini biasanya menggunakan teknik-teknik visual (penggunaan tanaman, biji-bijian,
tongkat) sebagai alat penunjuk pendataan sehingga memudahkan masyarakat biasa (bahkan yang
buta huruf) berpartisipasi. PRA memiliki banyak sekali teknik, antara lain Lintas Kawasan, Jenjang
Pilihan dan Penilaian, Jenjang Matrik Langsung, Diagram Venn, Jenjang Perbandingan Pasangan
(Suharto, 1997; 2002; Hikmat, 2001).

2. Stakeholder Analysis.
Analisis terhadap para peserta atau pengurus dan anggota suatu program, proyek
pembangunan atau organisasi sosial tertentu mengenai isu-isu yang terjadi di lingkungannya, seperti
relasi kekuasaan, pengaruh, dan kepentingan-kepentingan berbagai pihak yang terlibat dalam suatu
kegiatan. Metode ini digunakan terutama untuk menentukan apa masalah dan kebutuhan suatau
organisasi, kelompok, atau masyarakat setempat.

3. Beneficiary Assessment.
Pengidentifikasian masalah sosial yang melibatkan konsultasi secara sistematis dengan para
penerima pelayanan sosial. Tujuan utama pendekatan ini adalah untuk mengidentifikasi hambatan-
hambatan partisipasi, merancang inisiatif-inisiatif pembangunan, dan menerima masukan-masukan
guna memperbaharui sistem dan kualitas pelayanan dan kegiatan pembangunan.

4. Monitoring dan Evaluasi Partisipatoris (Participatory Monitoring and Evaluation).


Metode ini melibatkan anggota masyarakat dari berbagai tingkatan yang bekerjasama
mengumpulkan informasi, mengidentifikasi dan menganalisis masalah, serta melahirkan rekomendasi-
rekomendasi.
C. Kesehatan Masyarakat
Pembangunan dibidang kesehatan bertujuan untuk menciptakan manusia yang sehat, mandiri,
cerdas dan produktif serta terwujudnya kesejahteraan lahir dan batin. Upaya yang telah dilakukan oleh
pemerintah daerah melalui pemerataan fasilitas dan peningkatan pelayanan kesehatan secara merata,
mudah dan murah serta dapat menjangkau masyarakat luas, diarahkan untuk memantapkan
peningkatan derajat kesehatan masyarakat yang pada gilirannya dapat menciptakan sumber daya
manusia yang produktif dan pada akhirnya kesejahteraan lahir dan batin dapat tercapai.
Upaya kesehatan masyarakat tersebut, melalui sistem kesehatan nasional terpadu
pelaksanaannya diusahakan melalui partisipasi aktif masyarakat yang diarahkan tidak hanya kepada
masyarakat yang berpenghasilan menengah kebawah, tetapi juga kepada seluruh masyarakat yang
ada. Beberapa indikator kesehatan antara lain adalah sarana, prasarana, angka kesakitan, tenaga
kesehatan dan keadaan balita.
Penyediaan sarana kesehatan yang memadai merupakan salah satu kebutuhan pokok dalam
upaya meningkatkan taraf kesehatan masyarakat, dan program ini harus terus ditingkatkan kualitas
pelayanan serta keberadaannya. Sarana kesehatan yang dimaksud berupa Rumah Sakit, Puskesmas,
Puskesmas Pembantu, Poliklinik berikut pembinaan dan penambahan tenaga kesehatan yang
memadai.
Penyediaan sarana dan prasarana kesehatan ini pun hendaknya dibarengi dengan
penyediaan tenaga kerja kesehatan yang professional. Senada dengan program penyediaan sarana
dan prasarana kesehatan, dalam pelaksanaan penyediaan tenaga kerja professional juga perlu
diperhatikannya kualitas, pelayanan dan keberadaan tenaga kerja kesehatan itu sendiri.
Sedangkan angka kesakitan adalah jumlah anggota masyarakat yang sakit. Semakin rendah
angka kesakitan mengindikasikan taraf kesehtan masyarakat yang juga semakin baik. Sebaliknya
semakin tinggi angka kesakitan, semakin mengindikasikan taraf kesehatan masyarakat yang rendah.
Dari sisi kesehatan balita, taraf kesehatan masyarakat dapat dilihat berdasarkan jumlah kematian bayi.
Untuk menghindari kematian bayi maupun kematian ibu pada saat persalinan, maka penolong
kelahiran harus ditangani oleh tenaga yang berpengalaman di bidang kesehatan. Semakin banyak bayi
lahir ditolong oleh dokter atau bidan maka diharapkan semakin baik tingkat keselamatan bayi dan
ibunya.
Untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, maka pemerintah memiliki beberapa
kebijakan antara lain:
1. Meningkatkan pemberdayaan masyarakat,pemahaman,dan penerapan perilaku hidup bersih dan
sehat.
2. Meningkatkan kualitas sumber daya manusia,lingkungan,prasarana dan sarana kesehatan.
3. Meningkatkan kualitas lembaga dan pelayanan kesehatan.
Sedangkan untuk mencapai sasaran tersebut dilaksanakan melalui bidang tenaga kerja dengan
program program sebagai berikut :
1. Program Perilaku sehat dan pemberdayaan masyarakat.
2. Program Perbaikan Gizi.
3. Program upaya kesehatan.
D.Kriteria Teknologi tepat guna
Teknologi tepat guna mempunyai kriteria yang dapat dikatakan sebagai TTG yaitu :
1. Apabila teknologi itu sebanyak mungkin mempergunakan sumber-sumber yang tersediabanyak di
suatu tempat.
2. Apabila teknologi itu sesuai dengan keadaan ekonomi dan social masyarakat setempat
3. Apabila teknologi itu mampu memecahkan persoalan/masalah yang sebenarnya dalam
masyarakat,bukan teknologi yang hanya bersemayam di kepala perencanaan nya
E.Ciri-ciri teknologi tepat guna
Ciri-ciri yang cukup menggambarkan TTG adalah sebagai berikut:
1. Perbaikan teknologi tradisional yang selama ini menjadi tulang punggung
pertanian,perindustrian,pengubah energi,transportasi,kesehatan dan kesejahteraan masyarakat di
suatu tempat
2. Biaya investasi cukup rendah
3. Masyarakat mampu mengenal dan mampu mengatasi lingkungannya

F.Penerapan Teknologi Tepat Guna bagi masyarakat


Teknologi tepat guna adalah teknologi yang dirancang khusus untuk suatu masyarakat tertentu
agar dapat disesuaikan dengan segala aspek.Teknologi tepat guna bertujuan untuk menerapkan
metode yang hemat sumber daya,mudah dirawat,dan ramah lingkungan disbanding teknologi arus
utama,yang umumnya mencemari lingkungan.
Teknologi tepat guna bagi masyarakat:
1. Teknologi tepat guna sebagai pengelolaan air
2. Teknologi tepat guna sebagai proses penjernihan air
3. Teknologi tepat guna sebagai kumpulan teknik penyaringan air
a. Teknologi tepat guna penyaringan air saringan kain katun
b. Teknologi tepat guna penyaringan air saringan kapas
c. Teknologi tepat guna penyaringan air aerasi
d. Teknologi tepat guna penyaringan air saringan pasir lambat
e. teknologi tepat guna penyaringan air saringan pasir cepat
f. Teknologi tepat guna penyaringan air gravity fed filtering system

G. Peranan teknologi dibidang kesehatan


Sekarang ini Teknologi Informasi di Bidang Kesehatan sangat memiliki peran yang sangat
signifikan untuk menolong jiwa manusia serta riset-riset di bidang kedokteran. Teknologi Informasi
digunakan untuk menganalisis organ tubuh manusia bagian dalam yang sulit dilihat, untuk
mendiagnosa penyakit, menemukan obat yang tepat untuk mengobati penyakit, dan masih banyak lagi.
Pemanfaatan Teknologi Informasi ini tentunya sudah sangat membantu orang-orang yang
bergerak di bidang kesehatan ini, setidaknya bisa membantu mereka dalam menangani para
pasiennya sehingga sedikit banyak Teknologi di bidang Kesehatan ini bisa meningkatkan kesehatan
masyarakat sekarang ini. Adanya Teknologi Informasi dimanfaatkan Dokter dan Perawat untuk
memudahkan mereka memonitor kesehatan pasien monitor detak jantung pasien lewat monitor
komputer, aliran darah, memeriksa organ dalam pasien dengan sinar X.
Dengan teknologi modern bisa memonitor, bahkan menggantikan fungsi organ dalam seperti
Jantung, Paru-paru dan Ginjal. Itu merupakan teknologi kesehatan yang digabungkan dengan teknologi
Informasi dan Komputer.Seperti yang tercantum di dalam sebuah artikel yang ada di website, beberapa
temuan teknologi sudah dikembangkan oleh pakarnya. Teknologi-teknologi yang sudah di kembangkan
di bidang Kesehatan diantaranya adalah berupa Sistem Computerized Axial Tomography (CAT)
digunakan untuk menggambar struktur bagian otak dan mengambil gambar seluruh organ tubuh yang
tidak bergerak dengan menggunakan sinar-X.
Sedangkan untuk yang bergerak menggunakan sistem Dynamic Spatial Reconstructor (DSR)
yang dapat digunakan untuk melihat gambar dari berbagai sudut organ tubuh. Keunggulan-keunggulan
dari CT scan ini adalah :
1. Memiliki kontras resolusi dan spatial resolusi yang tinggi. Kontras resolusi adalah kemampuan untuk
membedakan dua objek yang memiliki densitas hampir sama. Spatial resolusi adalah kemampuan
untuk membedakan dua objek yang saling berdekatan letaknya.
2. Hasil gambaran dapat direkontruksi sesuai kebutuhan, misalnya dari proyeksi axial dijadikan proyeksi
sagital atau coronal.
3. Gambaran jaringan lunak memiliki karakteristik yang baik dengan adanya pengaturan window.
4. Hasil gambaran berupa irisan melintang ( cross sectional ) sehingga superposisi antar organ dapat
dihindari.
5. Diagnosa lebih akurat dengan adanya pengambilan gambaran dari berbagai proyeksi seperti proyeksi
axial, sagital dan coronal.
DAFTAR PUSTAKA
Kasmer.2007.kewirausahaan .jakarta:PT.Bumi Aksara
Ambarwati,Eny Retna. 2009.Asuhan Kebidanan Komunitas.Yogyakarta: Nuha Medika
Dra Suryana, 1996. Keperawatan Anak Untuk Siswa SPK : EGC, Jakarta

Anda mungkin juga menyukai