OLEH :
Nama : Vella Wahyuni
Nim : 11211098
Prodi : D III Kebidanan
Tingkat : II A
KATA PENGANTAR
Puji syukur Penulis ucapkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
petunjuk dan hidayah-Nya sehingga Tim Penulis dapat menyelesaikan dan menyusun makalah ini
dengan judul Teknologi Kebidanan Tepat Guna.
Pada kesempatan ini Penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada semua pihak
yang telah memberikan bantuan, sehingga penulisan makalah ini dapat diselesaikan, yaitu kepada :
1. Ibuk Ety Aprianti S.KM, sebagai dosen pembimbing yang telah memberikan petunjuk,
nasehat, dan bimbingan selama penyusunan makalah ini.
2. Orang tua dan keluarga, yang telah memberikan motivasi, dan memberikan fasilitas kepada
Tim Penulis.
3. Rekan-rekan sejawat yang telah memberikan dukungan dan pihak-pihak lainnya.
Penulis menyadari bahwa penulisan makalah ini masih belum sempurna, untuk itu Tim Penulis
mengharapkan kritik dan saran demi perbaikan dan kelengkapan makalah ini agar berguna bagi semua
pihak.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
Masalah kesehatan merupakan salah satu masalah yang tidak dapat dilepaskan dari kehidupan
pedesaan. Masih banyak desa-desa terutama desa tertinggal yang jauh dari perilaku hidup sehat.
Sementara itu, kesehatan merupakan salah satu variabel pengukuran dari Indeks Pembangunan
Manusia (IPM), dan mayoritas masyarakat Indonesia tinggal di Pedesaan sehingga menjadi hal yang
wajar apabila IPM Indonesia masih bernilai sangat rendah. Kesehatan merupakan aspek penting dan
menjadi salah satu kebutuhan yang mendasar dalam kehidupan masyarakat menjadi salah satu hak
yang seharusnya didapatkan oleh semua masyarakat termasuk masyarakat desa.
Keterbatasan financial menjadi hambatan masyarakat desa dalam mengakses sarana kesehatan.
Selain itu umumnya program ataupun teknologi kesehatan dari pihak luar kadang kala tidak sesuai
dengan keadaan masyarakat desa serta sulit diterapkan oleh masyarakat desa. Oleh karena itu perlu
adanya Teknologi Tepat Guna (TTG) kesehatan yang dapat membantu masyarakat dalam memenuhi
kebutuhan dasar kesehatannya.
Teknologi tepat guna adalah teknologi yang didesain dengan mempertimbangkan aspek
lingkungan, etik budaya, sosial, dan ekonomi bagi komunitas. Ciri-ciri teknologi adalah (1) mudah
diterapkan (2) mudah dimodifikasi (3) untuk kegiatan skala kecil (4) padat karya (5) sesuai dengan
perkembangan budaya masyarakat (6) bersumber dari nilai tradisional (7) adaptif terhadap perubahan
lingkungan.
Adanya Teknologi Tepat Guna Kesehatan diharapkan dapat menjembatani masyarakat dalam
memenuhi kebutuhan akan hidup sehat. Maka, perlu kiranya melihat kondisi penerapan Teknologi
Tepat Guna, khususnya bidang kesehatan yang berkembang di masyarakat dan melihat sejauh mana
teknologi tersebut berhasil mewujudkan kondisi masyarakat yang sehat.
1.2 Tujuan
Untuk memenuhi tugas mata kuliah Ilmu Kesehatan Masyarakat, dan memperoleh pengetahuan
tentang teknologi kebidanan tepat guna.
BAB II
PEMBAHASAHAN
a) Fetal Doppler
adalah merupakan alat yang digunakan untuk mendeteksi denyut jantung bayi, yang menggunakan
prinsip pantulan gelombang elektromagnetik, alat ini adalah sangat berguna untuk mengetahui kondisi
kesehatan janin, sangat disarankan untuk dimiliki dirumah sebagai deteksi harian, selain aman juga
mudah dalam penggunaannya serta harga yang sangat terjangakau untuk dimiliki
b) Fetal doppler Sunray
adalah salah satu jenis dan merk doppler yang digunakan untuk mengetahui denyut jantung janin
dalam kandungan, fetal doppler ini sangat praktis digunakan baik secara pribadi atau digunakan oleh
kalangan paramedic
c) Staturmeter
adalah alat yang digunakan untuk mengukur tinggi badan, alat ini adalah sangat sederhana pada
disainnya karena hanya ditempelkan pada tembok bagian atas dan ketika akan digunakan hanya perlu
untuk menariknya sampai ke bagian kepala teratas, sehingga dapat diketahui tinggi badan orang
tersebut.
f) Breast Pump
biasa digunakan oleh para ibu yang berkarier diluar rumah, agar ASI tidak terbuang dengan percuma,
sehingga bayi tetap bisa mendapatkan ASI dari bundanya.
k) Tourniquet
adalah alat bantu yang digunakan untuk sarana pendukung pada pengambilan darah, pada umumnya
dilingkarkan pada lengan tangan saat akan dilakukan pengambilan darah, agar darah bisa lebih mudah
untuk di ambil
2. Pengembangan Teknologi Tepat Guna di Kesehatan Lingkungan
Proses penjernihan/penyediaan air bersih merupakan proses perubahan sifat fisik, kimia dan
biologi air baku agar memenuhi syarat untuk digunakan sebagai air minum. Tujuan dari kegiatan
pengolahan air minum adalah sebagai berikut:
Menurunkan kekeruhan
Mengurangi bau, rasa dan warna
Menurunkan dan mematikan mikroorganisme
Mengurangi kadar bahan-bahan yang terlarut dalam air
Menurunkan kesadahan
Memperbaiki derajat keasaman (pH)
Pengolahan air dapat dilakukan secara individu maupun kolektif. Dengan berkembangnya
penduduk dan teknologi di perkotaan. Pengolahan air khusus dilakukan oleh perusahaan air minum
(PAM). Proses kimia pada pengolahan air minum diantaranya meliputi koagulasi, aerasi, reduksi dan
oksidasi. Semua proses kimia tersebut dapat dilakukan secara sederhana ataupun dengan
menggunakan teknik modern.
Pada dasarnya penjernihan air dilakukan dengan salah satu dari 3 metode atau kombinasi dari 3
metode tersebut, ke 3 metode tersebut adalah sebagai berikut:
Single medium: saringan untuk menyaring air yang mengandung padatan dengan ukuran seragam
Dual medium: saringan untuk menyaring air limbah yang didominasi oleh dua ukuran padat
Three medium: saringan untuk menyaring air limbah yang mengandung 3 ukuran padatan
Gambarnya seperti dibawah ini
PRINSIP PENJERNIHAN AIR DENGAN PENGENDAPAN (SEDIMENTASI)
Sedimentasi merupakan proses pengendapan bahan padat dari air olahan. Proses
sedimentasi bisa terjadi bila air limbah mempunyai berat jenis lebih besar daripada air sehingga mudah
tenggelam.
Proses pengendapan ada yang bisa terjadi langsung, tetapi adapula yang memerlukan proses
pendahuluan, seperti koagulasi atau reaksi kimia. Prinsip sedimentasi adalah pemisahan bagian padat
dengan memanfaatkan gaya gravitasi sehingga bagian yang padat berada di dasar kolam
pengendapan, sedangkan air dibagian atas.
Gambar sederhana tempat sedimentasi air
Bagan 1
Absorpsi merupakan proses penyerapan bahan-bahan tertentu dengan penyerapan tersebut, air
menjadi jernih karena zat-zat didalamnya diikat oleh absorben
Absorpsi umumnya menggunakan bahan absorben dari karbon aktif. Pemakaiannya, dengan cara
membubuhkan karbon aktif bubuk ke dalam air olahan atau dengan cara menylurkan air melalui
saringan yang medianya terbuat dari karbon aktif kasar. Sistem ini efektif untuk mengurangi warna
serta menghilangkan bau dan rasa. Proses kerja penyerapan (absorpsi) yaitu penyerapan ion-ion
bebas di dalam air yang dilakukan oleh absorben. Sebagai contoh, penyerapan ion oleh karbon aktif.
Elektrodialisis merupakan proses pemisahan ion-ion yang larut di dalam air limbah dengan
memberikan dua kutub listrik yang berlawanan dari arus searah (direct current, DC). Ion positif akan
bergerak ke kutub negative (katoda), sedangkan ion negative akan bergerak ke kutub positif (anoda).
Pada kutub positif (anoda). Ion negative akan melepaskan elektronnya sehingga menjadi molekul
yang berbentuk gas ataupun padat yang tidak larut dalam air. Hal ini memungkinkan terjadinya
pengendapan.
b. Teknologi Tepat Guna Pengolahan Limbah
Sampah secara umum dapat diartikan sebagai bahan buangan yang tidak disenangi dan tidak
diinginkan orang, dimana sebagian besar merupakan bahan atau sisa yang sudah tidak dipergunakan
lagi dan akan menimbulkan gangguan terhadap kesehatan masyarakat dan lingkungan.
Definisi sampah menurut Undang-undang Nomor 18 Tahun 2008 pasal 1 ayat (1) adalah:
Sampah adalah sisa-sisa kegiatan sehari-hari manusia dan/atau proses alam yang berbentuk padat.
Sistem pengelolaan sampah adalah proses pengelolaan sampah yang meliputi 5 (lima)
aspek/komponen yang saling mendukung dimana antara satu dengan yang lainnya saling berinteraksi
untuk mencapai tujuan (Dept. Pekerjaan Umum, SNI 19-2454-2002). Kelima aspek tersebut meliputi:
aspek teknis operasional , aspek organisasi dan manajemen, aspek hukum dan peraturan, aspek
bembiayaan, aspek peran serta masyarakat. Kelima aspek tersebut di atas ditunjukkan pada gambar
2.1 berikut ini. Dari gambar tersebut terlihat bahwa dalam sistem pengelolaan sampah antara aspek
teknis operasional, organisasi, hukum, pembiayaan dan peran serta masyarakat saling terkait, tidak
dapat berdiri sendiri.
Pengelolaan sampah bersifat integral dan terpadu secara berantai dengan urutan yang
berkesinambungan yaitu: penampungan/pewadahan, pengumpulan, pemindahan, peng-angkutan,
pembuangan/pengolahan.
a) Penampungan Sampah
Proses awal dalam penanganan sampah terkait langsung dengan sumber sampah adalah
penampungan.
Penampungan sampah adalah suatu cara penampungan sampah sebelum dikumpulkan, dipindahkan,
diangkut dan dibuang ke TPA. Tujuannya adalah menghindari agar sampah tidak berserakan sehingga
tidak menggangu lingkungan. . Faktor yang paling mempengaruhi efektifitas tingkat pelayanan adalah
kapasitas peralatan, pola penampungan, jenis dan sifat bahan dan lokasi penempatan (SNI 19-2454-
2002).
b) Pengumpulan Sampah
Pengumpulan sampah adalah cara proses pengambilan sampah mulai dari tempat penampungan
sampah sampai ke tempat pembuangan sementara. Pola pengumpulan sampah pada dasarnya
dikempokkan dalam 2 (dua) yaitu pola individual dan pola komunal (SNI 19-2454-2002) sebagai berikut
:
Pola Individual
Proses pengumpulan sampah dimulai dari sumber sampah kemudian diangkut ke tempat pembuangan
sementara/TPS sebelum dibuang ke TPA.
Pola Komunal
Pengumpulan sampah dilakukan oleh penghasil sampah ke tempat penampungan sampah komunal
yang telah disediakan/ke truk sampah yang menangani titik pengumpulan kemudian diangkut ke TPA
tanpa proses pemindahan.
c) Pemindahan Sampah
Proses pemindahan sampah adalah memindahkan sampah hasil pengumpulan ke dalam alat
pengangkutan untuk dibawa ke tempat pembuangan akhir. Tempat yang digunakan untuk pemindahan
sampah adalah depo pemindahan sampah yang dilengkapi dengan container pengangkut dan atau
ram dan atau kantor, bengkel (SNI 19-2454-2002). Pemindahan sampah yang telah terpilah dari
sumbernya diusahakan jangan sampai sampah tersebut bercampur kembali (Widyatmoko dan Sintorini
Moerdjoko, 2002:29).
d) Pengangkutan Sampah
Pengangkutan adalah kegiatan pengangkutan sampah yang telah dikumpulkan di tempat
penampungan sementara atau dari tempat sumber sampah ke tempat pembuangan akhir. Berhasil
tidaknya penanganan sampah juga tergantung pada sistem pengangkutan yang diterapkan.
Pengangkutan sampah yang ideal adalah dengan truck container tertentu yang dilengkapi alat
pengepres, sehingga sampah dapat dipadatkan 2-4 kali lipat (Widyatmoko dan Sintorini Moerdjoko,
2002:29).
Tujuan pengangkutan sampah adalah menjauhkan sampah dari perkotaan ke tempat
pembuangan akhir yang biasanya jauh dari kawasan perkotaan dan permukiman.
e) Pembuangan Akhir Sampah
Pembuangan akhir merupakan tempat yang disediakan untuk membuang sampah dari semua
hasil pengangkutan sampah untuk diolah lebih lanjut. Prinsip pembuang akhir sampah adalah
memusnahkan sampah domestik di suatu l merupakan tempat pengolahan sampah. Menurut SNI 19-
2454-2002 tentang Teknik Operasional Pengelolaan Sampah Perkotaan, secara umum teknologi
pengolahan sampah dibedakan menjadi 3 metode yaitu:
Metode Open Dumping
Merupakan sistem pengolahan sampah dengan hanya membuang/menimbun sampah disuatu tempat
tanpa ada perlakukan khusus/pengolahan sehingga sistem ini sering menimbulkan gangguan
pencemaran lingkungan.
Metode Controlled Landfill (Penimbunan terkendali)
Controlled Landfill adalah sistem open dumping yang diperbaiki yang merupakan sistem pengalihan
open dumping dan sanitary landfill yaitu dengan penutupan sampah dengan lapisan tanah dilakukan
setelah TPA penuh yang dipadatkan atau setelah mencapai periode tertentu.
Metode Sanitary landfill (Lahan Urug Saniter)
Sistem pembuangan akhir sampah yang dilakukan dengan cara sampah ditimbun dan dipadatkan,
kemudian ditutup dengan tanah sebagai lapisan penutup. Pekerjaan pelapisan tanah penutup
dilakukan setiap hari pada akhir jam operasi.
Menurut UU No. 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah mendefinisikan sampah rumah
tangga sebagai sampah yang berasal dari kegiatan sehari-hari dalam rumah tangga, tidak termasuk
tinja dan sampah spesifik (sampah yang mengandung bahan beracun).
Kemudian dalam Pasal 19 UU RI Nomor 18 Tahun 2008 mengatur mengenai pengelolaan sampah
rumah tangga dan sampah sejenis sampah rumah tangga. Pasal tersebut menyebutkan bahwa
pengelolaan sampah rumah tangga dan sampah sejenis sampah rumah tangga terdiri atas
pengurangan sampah dan penanganan sampah. Dalam hal pengurangan sampah, lebih lanjut
disebutkan dalam Pasal 20 sebagai berikut :
a) Pengurangan sampah yang dimaksud dalam Pasal 19 huruf a meliputi kegiatan:
pembatasan timbulan sampah
pendauran ulang sampah
pemanfaatan kembali sampah.
b) Pemerintah dan pemerintah daerah wajib melakukan kegiatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
sebagai berikut:
menetapkan target pengurangan sampah secara bertahap dalam jangka waktu tertentu;
memfasilitasi penerapan teknologi yang ramah lingkungan
memfasilitasi penerapan label produk yang ramah lingkungan
memfasilitasi kegiatan mengguna ulang dan mendaur ulang
memfasilitasi pemasaran produkproduk daur ulang.
c) Pelaku usaha dalam melaksanakan kegiatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
menggunakan bahan produksi yang menimbulkan sampah sesedikit mungkin, dapat diguna ulang,
dapat didaur ulang, dan/atau mudah diurai oleh proses alam.
d) Masyarakat dalam melakukan kegiatan pengurangan sampah sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) menggunakan bahan yang dapat diguna ulang, didaur ulang, dan/atau mudah diurai oleh
proses alam.
a) Ketentuan lebih lanjut mengenai pengurangan sampah sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat
(2), ayat (3), dan ayat (4) diatur dengan PP.
Dalam Pasal 22 UU tersebut juga diatur mengenai mengenai penanganan sampah, yang
meliputi:
pemilahan dalam bentuk pengelompokan dan pemisahan sampah sesuai dengan jenis, jumlah,
dan/atau sifat sampah
pengumpulan dalam bentuk pengambilan dan pemindahan sampah dari sumber sampah ke
tempat penampungan sementara atau tempat pengolahan sampah terpadu;
pengangkutan dalam bentuk membawa sampah dari sumber dan/atau dari tempat penampungan
sampah sementara atau dari tempat pengolahan sampah terpadu menuju ke tempat pemrosesan akhir
pengolahan dalam bentuk mengubah karakteristik, komposisi, dan jumlah sampah; dan/atau
pemrosesan akhir sampah dalam bentuk pengembalian sampah dan/atau residu hasil pengolahan
sebelumnya ke
Media lingkungan secara garis besar Pengelolaan sampah rumah tangga menurut Undang-Undang
No. 18 Tahun 2008, pengelolaan sampah rumah tangga dapat dibedakan atas 2 bagian yaitu meliputi:
a) Pengurangan Sampah
b) Pengurangan Sampah meliputi kegiatan :
Pembatasan timbunan sampah
Pendauran Ulang Sampah
Pemanfaatan kembali Sampah
c) Pemerintah dan Pemerintah Daerah wajib melakukan kegiatan pengurangan sampah
dengan cara:
Menetapkan target pengurangan sampah secara bertahap dalam jangka waktu tertentu
Memfasilitasi penerapan teknologi yang ramah lingkungan
Penanganan Sampah
Kegiatan penangan sampah menurut UU No. 18 th 2008 meliputi :
a. Pemilahan dalam bentuk pengelompokan dan pemisahan sampah sesuai dengan jenis, jumlah, dan
sifat sampah
b. Pengumpulan dalam bentuk pengambilan dan pemindahan sampah dari sumber sampah sampai
ketempat penampungan sementara atau penempatan sampah terpadu.
c. Pengangkutan dalam bentuk membawa sampah dari sumber dan/atau dari tempat penampungan
sampah sementara atau dari tempat pengolahan sampah terpadu menuju ketempat pemrosesan akhir ;
d. Pengolahan dalam bentuk mengubah karakteristik, komposisi, dan jumlah sampah
e. Pemrosesan akhir sampah dalam bentuk pengembalian
sampah dan residu hasil pengolahan sebelumnya ke media lingkungan secara aman.
Terdapat 4 prinsip yang dapat digunakan untuk menangangi masalah pengelolaan dan
pemanfaatan sampah. Keempat prinsip tersebut lebih dikenal dengan nama 4R yang meliputi:
a) Reduce (mengurangi), adalah sebuah tindakan pelestarian lingkungan dengan mengurangi
pemakaian barang-barang yang kurang perlu, salah satu contoh kita seharusnya dapat mengurangi
pemakaian styrofoam untuk membungkus makanan, kita dapat menggunakan tempat-tempat makanan
yang berasal dari kertas atau plastik sehingga mudah untuk di daur ulang lagi, sedikit informasi bahwa
styrofoam itu adalah bahan yang tidak bisa di daur ulang.
b)Reuse (memakai kembali), adalah sebuah cara pelestarian lingkungan dengan
menggunakan kembali sebuah barang, sebisa mungkin pilihlah barang-barang yang bisa dipakai
kembali. Hindari pemakaian barang-barang yang disposable (sekali pakai, buang). Hal ini dapat
memperpanjang waktu pemakaian barang sebelum ia menjadi sampah.
c)Recycle (mendaur ulang), adalah sebuah cara pelestarian lingkungan dengan cara mendaur
ulang kembali sebuah barang, contohnya kita dapat mendaur ulang sampah-sampah organik yang ada
di rumah kita menjadi kompos, dan lain-lain.
d) Replace (mengganti), adalah sebuah cara pelestarian lingkungan dengan cara mengganti
barang-barang yang hanya bisa dipakai sekali dengan barang yang lebih tahan lama. Pakailah barang-
barang yang lebih ramah lingkungan, misalnya kantong kresek plastik dengan keranjang di saat
berbelanja.
Dalam pemanfaatan sampah rumah tangga, bisa dibedakan atas 2 bagian yaitu pemanfaatan sampah
organik dan pemanfaatan sampah anorganik. Pada prinsipnya pemanfaatan sampah rumah tangga ini
dilakukan pemisahan atau pemilahan terlebih dahulu antara sampah organik dan sampah anorganik,
agar dalm proses pengelolaan dan pemanfaatannya lebih mudah. Berikut beberapa cara pemanfaatan
sampah rumah tangga.
a) Pemanfaatan Sampah Organik
Jenis sampah organik skala rumah tangga terdiri dari sampah-sampah basah yang dihasilkan dapur
berupa sisa makanan dan sisa sayuran, juga sampah dedaunan dari pohon-pohon disekitar rumah.
Untuk sampah dari dapur bisa digunakan kembali sebagai kompos sedangkan sampah dedaunan bisa
digunakan sebagai briket, yaitu bahan bakar alternatif pengganti minyak tanah.
Pengomposan (Composting)
Composting merupakan proses pembusukan secara alami dari materi organik, misalnya daun, limbah
pertanian (sisa panen), sisa makanan dan lain-lain. Pembusukan itu menghasilkan materi yang kaya
unsur hara, antara lain nitrogen, fosfor dan kalium yang disebut kompos atau humus yang baik untuk
pupuk tanaman.
Sampah basah (organik) bekas makanan-atau minuman sehari-hari dipisahkan dari sampah kering
(anorganik) seperti kaleng, plastik, kertas. Sampah basah itu kemudian ditumpuk dalam sebuah lubang
kecil misalnya di pekarangan rumah. Dalam jangka waktu tertentu bagian paling bawah dalam
tumpukan tersebut bisa diangkat kemudian ditebarkan ke tanaman sebagai pupuk kompos.
Pembuatan Briket
Pembuatan briket sebagai bahan bakar alternatif pengganti minyak, bisa menjadi salah satu upaya kita
sebagai masyarakat dalam menanggulangi dan mengurangi timbulan sampah, khususnya dalam sektor
rumah tangga. Selain itu, pembuatan briket sebagai bahan bakar pengganti minyak juga dapat menjadi
alternatif masalah krisis energi pada saat ini. Minyak tanah yang sudah mulai langka, harga gas elpiji
yang melambung tinggi juga menjadi salah satu bahan pertimbangan untuk segera menciptakan bahan
bakar alternatif yang mudah didapat, ekonomis dan juga memiliki manfaat yang sama seperti bahan
bakar minyak dan gas.
a. Kesimpulan
Penggunaan Teknologi tepat guna dalam Kebidanan
Fetal Doppler
Fetal dopller sunray
Staturmeter
Eye protector Photo therapy
Alat pengukur panjang badan bayi
Breast pump
Lingkar lengan ibu hamil
Pengukur panjang badab bayi
Reflek hummer / reflek patella
Umbilical Cord Clem Nylon
Tourniquet
DAFTAR PUSTAKA
1. Modifikasi proyek atau program TTG, sumberdaya yang akan dinilai atau dimonitoring.
3. Berdasarkan tujuan, identifikasi dan seleksi indikator yang akan dinlai atau dimonitoring
5. Persiapkan metode atau teknik penilaian atau monitoring yang akan digunalkan untuk
mengumpulkan data
B. Teknik Partisipatoris
Metode partisipatoris merupakan proses pengumpulan data yang melibatkan kerjasama aktif
antara fasilitator program dan responden. Seorang fasilitator program biasanya memakai pertanyaan
yang tidak dirancang secara baku, melainkan hanya garis besarnya saja. Topik-topik pertanyaan dapat
muncul dan berkembang berdasarkan proses tanya jawab responden. Metode Partisipatoris ini terfokus
pada faktor institusi atau kelembagaan sehingga kegiatan suatu program mempunyai keluaran berupa
aksi bersama untuk mencapai kondisi yang diharapkan masyarakat lokal.
Beberapa prinsip partisipatori yang membedakan dengan penelitian konvensional adalah
partisipasi, belajar bergantian dan berbagi (prinsip 1). Peka jender dan berorientasi aksi (prinsip 2).
Cepat tapi rileks, luwes dan adaptif (prinsip 3). Kerja lapangan (prinsip 4). Terdapat banyak teknik
pengumpulan data partisipatoris, empat diantaranya adalah:
1. Penelitian dan Aksi Partisipatoris (Participatory Research and Action).
Metode yang terkenal dengan istilah PRA (dulu disebut Participatory Rural Appraisal) ini
merupakan alat pengumpulan data yang sangat berkembang dewasa ini. PRA terfokus pada proses
pertukaran informasi dan pembelajaran antara pengumpul data dan responden.
Metode ini biasanya menggunakan teknik-teknik visual (penggunaan tanaman, biji-bijian,
tongkat) sebagai alat penunjuk pendataan sehingga memudahkan masyarakat biasa (bahkan yang
buta huruf) berpartisipasi. PRA memiliki banyak sekali teknik, antara lain Lintas Kawasan, Jenjang
Pilihan dan Penilaian, Jenjang Matrik Langsung, Diagram Venn, Jenjang Perbandingan Pasangan
(Suharto, 1997; 2002; Hikmat, 2001).
2. Stakeholder Analysis.
Analisis terhadap para peserta atau pengurus dan anggota suatu program, proyek
pembangunan atau organisasi sosial tertentu mengenai isu-isu yang terjadi di lingkungannya, seperti
relasi kekuasaan, pengaruh, dan kepentingan-kepentingan berbagai pihak yang terlibat dalam suatu
kegiatan. Metode ini digunakan terutama untuk menentukan apa masalah dan kebutuhan suatau
organisasi, kelompok, atau masyarakat setempat.
3. Beneficiary Assessment.
Pengidentifikasian masalah sosial yang melibatkan konsultasi secara sistematis dengan para
penerima pelayanan sosial. Tujuan utama pendekatan ini adalah untuk mengidentifikasi hambatan-
hambatan partisipasi, merancang inisiatif-inisiatif pembangunan, dan menerima masukan-masukan
guna memperbaharui sistem dan kualitas pelayanan dan kegiatan pembangunan.