1
2
2.1.2 Formula struktur dinamis struktur tersebut sebagai multi degree of freedom
system (Fertis, 1973).
2.1.2.1 Single degree of freedom (SDOF)
Dalam dinamika struktur, jumlah
koordinat bebas (Independent Coordinates)
diperlukan untuk menetapkan susunan atau
posisi sistem pada pada setiap saat, yang
berhubungan dengan jumlah derajad-kebebasan
(degree of freedom). Pada umumnya struktur
berkesinambungan (continous structure)
mempunyai jumlah derajad kebebasan (number
degree of freedom) tak berhingga. Namun
dengan proses idealisasi atau seleksi. Sebuah
model matematis yang tepat dapat mereduksi
jumlah derajad kebebasan menjadi suatu jumlah
diskrit dan untuk beberapa keadaan dapat
menjadi berderajad kebebasan tunggal
(Paz,1996). Gambar 2-2 Multy Story Frame (Fertis,1973)
𝐼 𝑦 𝑡 + 𝑑 𝑦 𝑡 + Φ2 =
𝐽
𝑗 =1 𝑝𝑗 𝑢𝑔 (𝑡)
𝑑𝑛𝑛 = 2 𝜉𝑛 𝑊𝑛
Persamaan umum untuk modal yang telah
dilepas (Uncoupled Modal Equation) adalah
sebagai berikut:
𝑦(𝑡)𝑛 + 2 𝜉𝑛 𝑊𝑛 𝑦(𝑡)𝑛 +
𝐽
𝑊𝑛2𝑦(𝑡)𝑛 = 𝑗 =1 𝑃𝑛𝑖 𝑢𝑔 (𝑡)
Gambar 2-3 Control response system
dimana 𝑃𝑛𝑖 adalah mass participation
factor, yang didefinisikan sebagai berikut: 2.4 Konsep isolasi Seismic
Penutup Karet :
-Melindungi piringan
baja
(a)
6
(b)
Gambar 2-9 Angkur-angkur yang akan
Gambar 2-6 lead rubber bearing (LRB); (a) foto menghubungkan LRB dengan kolom struktur
LRB ;(b) detail potongan LRB
1 ED
4.00
2
4 E S
4.00
1
6.00 6.00 6.00 6.00 6.00 Di mana ED adalah energi yang disipasi
Y 30.00 percyle (luas kurva histeric loop gambar
2.7) diberikan sebagai:
X Gambar 3-1 layout model E D 4Q ( D D y )
10
4.00
4.00 5
4.00
4.00
Dimana ζ adalah nisbah redaman LRB.
4.00
b. Tekuk dan stabilitas pada Lead Rubber
5.00 bearing.
6.00 6.00 6.00 6.00 6.00
30.00
Seperti sebelumnya diketahui bahwa
pemodelan struktur dengan isolasi seismic
Gambar 3-2 Model portal memanjang gedung 20 (Lead Rabber Bearing) akan mengalami
lantai deformasi lateral yang cukup besar,
sehingga perlu diperiksa stabilitas
terhadap deformasi lateral yang disebut
dengan istilah Rollout Displacement.
Disamping itu LRB harus diperhitungkan
10
Dimana: c. Pembebanan
Dimana : .. ..
D : Beban mati xg x..b
L : Beban hidup ..
..
..
Vector gaya inersia secara umum untuk Gambar 3-5 free body diagram pada massa n
lantai ke i dapat dituliskan sebagai
berikut:
F M d .. ..
M i d b M i d g
..
I
M uc 3N 3
M N 1
M N
d1
d
2 (16)
d u 3N 3
d N 1
d N
Berdasarkan pasal 11.5 (3(3)), tebal Dari ketiga syarat diatas diambil yang terkecil.
pelat minimum t : Jadi nilai be untuk balok induk bentang tengah
(40/60) adalah = 125 cm
a. Untuk αm ≤ 0.2 makatebal pelat
minimum tanpa penebalan = 120
mm. Balok Induk Tepi “L” ukuran 40/60
b. Untuk 0.2 < αm ≤ 2 maka
ketebalam pelat minimum harus be
memenuhi : fy
n (0,8
h 1500 hf = 12 cm
36 5 ( m 0,2)
hw = 60 cm
hw = 60 cm ≤ 270 cm
αm = 1/4 x ∑ α = 18.282
be
fy
ln(0,8 )
αm > 2, dipakai rumus : h 1500
36 9 hf = 10 cm
hw = 50 cm
250
465(0,8 )
1500
36 9 x1
hmin = 9,98 cm
Jadi untuk tebal pelat lantai dipakai = 15 cm bw = 40 cm
Lebar efektif sayap ≤ 1/12 . L = 1/12 . 500
Lebar efektif sayap ≤ 41,67 cm
4.2.4.2 Desain plat atap be ≤ ( 2 x lebar efektif sayap ) + bw = 83,33 +
40
Balok Induk Tengah “T” ukuran 40/50 ≤ 123,33 cm
Lebar efektif sayap ≤ 6 . hf = 6 x 10
be Lebar efektif sayap ≤ 60 cm
be ≤ ( 2 x lebar efektif sayap ) + bw = 120 +
hf = 10 cm 40
≤ 160 cm
Lebar efektif sayap ≤ ½ . Sn = ½ x 460
hw = 50 cm Lebar efektif sayap ≤ 230cm
be ≤ ( 2 x lebar efektif sayap ) + bw = 460 +
40
≤ 500 cm
Dari ketiga syarat diatas diambil yang
terkecil
bw = 40 cm
Jadi nilai be untuk balok induk tepi (40/50)
adalah = 123,33 cm
Lebar efektif sayap ≤ 8 . hf = 8 x 10
Lebar efektif sayap ≤ 80 cm
be ≤ ( 2 x lebar efektif sayap ) + bw
= 160 + 40 ≤ 200 cm
16
K
1 (be / bw - 1)(t / h) 4 - 6(t / h) 4(t / h) 2 (be / bw - 1)(t / h) 3
1 (be / bw - 1)(t / h)
be/bw = 120/40 = 3
K = 2,98
Ibalok = K x bw/12 x h3
= 1240000 cm4
Islab = bs/12 x t3
= 500/12 x 103
= 41666,67 cm4
αm = ¼ x ∑ a = 29,76
fy
ln(0,8 )
αm > 2, dipakai rumus : h 1500
36 9
250
500(0,8 )
1500
36 9 x1
hmin = 9,98 cm