Anda di halaman 1dari 16

kerusakan gedung akan tereliminasi selama

BAB I gempa terjadi (Widodo,2003).


1 PENDAHULUAN Konsep base isolator adalah suatu
kemajuan yang sangat pesat selama 20 tahun
1.1 Latar Belakang terakhir dalam perkembangan dunia teknik sipil.
Sistem ini telah banyak digunakan oleh Negara-
Bencana alam yang terjadi dapat
negara di dunia dengan wilayah gempa tinggi
mengakibatkan kerusakan dan kehancuran bagi
seperti: Amerika Serikat, Turkey, China, Jepang,
lingkungan maupun makhluk hidup, hal ini
Italy, Indonesia, Portugal, Taiwan, Selandia
tidak dapat dicegah dan namun dapat
Baru. Sistem ini memisahkan struktur dari
diantisipasi oleh manusia. Bencana alam yang
komponen horizontal pergerakan tanah dengan
paling banyak menyebabkan kehancuran dan
menyisipkan bahan isolator antara struktur dan
kerusakan adalah gempa bumi. Dilihat dari segi
pondasi yang mempunyai kekakuan horizontal
struktur, gempa bumi adalah fenomena alam
yang relatif kecil ( Teruna,2007). Bangunan
yang sangat perlu mendapat perhatian serius.
dengan sistem ini mempunyai frekwensi yang
Beberapa tahun belakang ini, banyak terjadi
jauh lebih kecil dibanding dengan frekwensi
gempa bumi yang disebabkan oleh pergeseran
pada bangunan konvensional, sehingga
lempeng bumi (gempa tektonik) dan Indonesia
percepatan gempa yang bekerja pada bangunan
merupakan daerah yang dilalui beberapa
akan lebih kecil ( Teruna,2007). Ragam getar
lempeng serta menjadi pertemuan lempeng-
pertama bangunan hanya menimbulkan
lempeng bumi tersebut. Indonesia tercatat
deformasi lateral pada sistem isolator,
sebagai salah satu wilayah rawan gempa di
sedangkan struktur atas akan berperilaku sebagai
dunia.
rigid body motion ( Teruna,2007). Ragam-ragam
Azas utama penyediaan bangunan sipil getar yang lebih tinggi yang menimbulkan
adalah untuk tujuan kemanusiaan. Oleh karena deformasi pada struktur adalah orthogonal
itu unsur hakekat manusia harus ditempatkan terhadap ragam getar yang pertama dan gerakan
pada posisi tertinggi untuk dilindungi dari segala tanah sehingga ragam-ragam getar ini tidak ikut
pembebanan bangunan (Widodo,2003). Manusia berpartisipasi didalam respon spectrum atau
sebagai penghuni bangunan harus terjaga dengan kata lain energi gempa tidak dislurkan
kenyamanan dan rasa amannya serta terjangkau ke struktur bangunan (Naeim and Kelly, 1999
pembangunannya. Oleh karena itu para ahli, dalam Teruna,2007).
para peneliti maupun para praktisi harus dan
Walaupun sistem base isolator ini mampu
telah menunjukkan dedikasinya, telah bekerja
mereduksi percepatan pada struktur bangunan,
dengan keras untuk memenuhi kebutuhan
tetapi sebaliknya akan menyebabkan
bangunan tersebut, sebagai suatu sumbangan
peningkatan perpindahan pada bangunan. Oleh
dalam kemanusiaan (Widodo,2003). Berangkat
karena itu diperlukan komponen pada isolator
dari unsur-unsur bangunan tersebut maka telah
yang mampu mendisipasi energi gempa.
dibuat beberapa peraturan mengenai tatacara
perencanaan gedung tahan gempa di Indonesia.
Namun demikian gempa bumi yang terjadi
masih menimbulkan kerugian dan korban jiwa 1.2 Perumusan Masalah
yang tidak sedikit sehingga para civil engineers
tetap terus melakukan riset dari pengalaman- Dari latar belakang di atas maka dalam
pengalaman tersebut untuk mendapatkan sebuah penulisan tugas akhir ini akan dibahas beberapa
teknik untuk mengeliminasi beban gempa pada permasalahan yaitu:
superstruktur(Widodo,2003).
1. Bagaimana pemodelan lead rubber
Dalam beberapa tahun terakhir base bearing sebagai dumper terhadap
isolation (isolasi dasar) telah berkembang beban gempa dalam system base
digunakan sebagai teknologi untuk mendesain isolator?
gedung dan jembatan pada daerah dengan zona
gempa tinggi. Base isolation dikembangkan 2. Bagaimana analisa dan evaluasi
dengan dasar bahwa bahaya kehancuran dan kinerja struktur gedung dengan Base
Isolator System dan struktur gedung

1
2

konvensional menggunakan SAP 1. Dalam penulisan tugas akhir ini


2000? dilakukan 2 pemodelan struktur
dengan type sebagai berikut :
3. Bagaimana Respon Spectra yang
terjadi akibat beban gempa pada a) Satu model untuk struktur gedung
struktur gedung konvensional dan pada tinggi dengan sistem Base Isolator.
struktur gedung dengan Base Isolator
System? b) Satu model untuk struktur gedung
tinggi normal (fix base). Type struktur
4. Bagaimana lateral displacement yang yang ditinjau adalah struktur simetris
timbul pada struktur dengan Base dan teratur.
Isolator System pada daerah dengan
zona gempa tinggi? 2. Tidak meninjau analisa biaya.

3. Analisa dan perhitungan menggunakan


ACI 318-2002code. SNI 03-2647-2002
1.3 Maksud dan Tujuan Tata Cara Perhitungan Struktur Beton
Untuk Bangunan Gedung, SNI 03-
Adapun tujuan dari penulisan tugas akhir ini 1726-2002 Tata Cara Perencanaan
adalah: Ketahanan Gempa Untuk Bangunan
1. Mendapatkan pemodelan lead rubber Gedung.
bearing yang akan digunakan dalam 4. Struktur gedung yang ditinjau adalah
system base isolator. struktur gedung beton bertulang.
2. Mendapatkan gaya-gaya dalam tiap 5. Struktur gedung merupakan Struktur
elemen struktur dan kinerja struktur Rangka Pemikul Momen (SRPM).
dengan Base isolator maupun untuk
struktur normal dengan analisis SAP
2000.

3. Dengan menggunakan Base Isolator


diperoleh respon spectra yang BAB II
dihasilkan lebih kecil dibandingkan
pada struktur normal yang disebabkan TINJAUAN PUSTAKA
karena sebagian beban gempa
tereliminasi oleh karet pada sistem 2.1 Analisa dinamis
Base isolator. 2.1.1 Pendahuluan
4. Lateral displacement pada sistem base Istilah dinamik secara sederhana dapat
isolator akan lebih kecil dibandingkan diartikan sebagai suatu perubahan waktu; jadi
pada struktur konvensional yang beban dinamik adalah beban yang bekerja akibat
disebabkan karena superstructure pengaruh perubahan waktu (Clough and
bagian bawah ikut bergeser ketika Penzien, 1997). Beban dinamis ditimbulkan oleh
terjadi pergerakan tanah. gaya gempa, angin tidak tetap, ledakan mesin
torak atau kejut akibat beban bergerak.

Pada umumnya respons struktur


1.4 Batasan Masalah
terhadap setiap pembebanan dinamik dinyatakan
Berdasarkan permasalahan yang telah secara mendasar berkenan dengan perpindahan
diuraikan sebelumnya, maka untuk menghindari struktur. Perubahan beban dinamis terhadap
penyimpangan pembahasan perlu dibuat perubahan waktu dikenal sebagai formulasi
pembatasan masalah. Batasan-batasan masalalah dinamis dari single degree of freedom maupun
yang perlu dilakukan dalam penulisan tugas multy degree of freedom lumped mass.
akhir ini sebagai berikut:
3

2.1.2 Formula struktur dinamis struktur tersebut sebagai multi degree of freedom
system (Fertis, 1973).
2.1.2.1 Single degree of freedom (SDOF)
Dalam dinamika struktur, jumlah
koordinat bebas (Independent Coordinates)
diperlukan untuk menetapkan susunan atau
posisi sistem pada pada setiap saat, yang
berhubungan dengan jumlah derajad-kebebasan
(degree of freedom). Pada umumnya struktur
berkesinambungan (continous structure)
mempunyai jumlah derajad kebebasan (number
degree of freedom) tak berhingga. Namun
dengan proses idealisasi atau seleksi. Sebuah
model matematis yang tepat dapat mereduksi
jumlah derajad kebebasan menjadi suatu jumlah
diskrit dan untuk beberapa keadaan dapat
menjadi berderajad kebebasan tunggal
(Paz,1996). Gambar 2-2 Multy Story Frame (Fertis,1973)

2.2 Metode Mode superposition

2.2.1 Transformasi ke persamaan modal


Persamaan dinamis diselesaikan
dengan matematika dasar menjadi variabel-
variabel yang terpisah. Asumsi pendekatan ini
Gambar 2-1 sistem SDOF yang diidealisasikan :a) dinyatakan sebagai berikut:
komponen utama ; b) gaya-gaya dalam
kesetimbangan (Clough and Penzien, 1997). 𝑢 𝑡 = Φ 𝑦(𝑡)
Untuk keadaan sederhana seperti diatas, 𝑢 𝑡 = Φ 𝑦(𝑡)
paling mudah dirumuskan dengan menyatakan
secara langsung kesetimbangan semua gaya 𝑢 𝑡 = Φ 𝑦(𝑡)
yang bekerja pada massa. Seperti yang dimana Φ : eigen vector
diperlihatkan dalam gambar diatas, gaya-gaya
yang bekerja dalam arah derajat perpindahan 𝑦 𝑡 , 𝑦 𝑡 , 𝑦(𝑡)adalah vektor perpindahan,
kebebasan meliputi beban yang dikenakkan p(t) kecepatan dan percepatan terhadap fungsi
dan tiga gaya yang diakibatkan oleh gerak, yaitu waktu. Untuk menyelesaikan persamaan
inersia fI, peredaman fD, dan gaya pegas elastic. dinamis, kita membutuhkan suatu fungsi yang
Jadi persamaan gerak hanya merupakan memenuhi kondisi ortogonalitas massa dan
pernyataan dari gaya-gaya ini saja (Clough and kekakuan. Hal tersebut adalah sebagai berikut:
Penzien, 1997).
Φ𝑇 𝑀 Φ = 𝐼 dan Φ𝑇 𝐾 Φ = Ω2
2.1.2.2 Multy degree of freedom (MDOF)
Dimana I adalah diagonal matrik
Respon dinamik dari multistory rigid satuan dan Ω2 dalah diagonal matrik yang terdiri
frame buildings termasuk kedalam sistem dari frekuensi getaran bebas. Fungsi yang
berderajad kebebasan banyak, dengan asumsi dibuthkan adalah untuk menyamakan ukuran,
bahwa massa dari frame atau gedung terpusat sehingga massa yang telah digeneralkan
pada lantainya, dan balok diasumsikan (Generalized Mass)
mempunyai kekakuan yang jauh lebih besar dari
kolom. Terlihat seperti gambar 2-2, gedung
diasumsikan sebagai rigid frame, dimana Φ𝑛𝑇 𝑀 Φ = 1
4

Jika persamaan modal dan persamaan kondisi


ortogonalitas disubtitusikan ke dalam persamaan
dinamis dan dikalikan Φ𝑇 maka didapatkan
persamaan:

𝐼 𝑦 𝑡 + 𝑑 𝑦 𝑡 + Φ2 =
𝐽
𝑗 =1 𝑝𝑗 𝑢𝑔 (𝑡)

Dimana 𝑃𝑗 adalah modal participation factor


untuk fungsi waktu j. nilai 𝑃𝑗 untuk setiap
mode shape adalah berbeda. Untuk semua
struktur yang sebenarnya matrik d adalah tidak
diagonal, akan tetapi untuk melepas persamaan
modal harus diasumsikan diagonal dengan
redaman modal yang diasumsikan sebagai
berikut:

𝑑𝑛𝑛 = 2 𝜉𝑛 𝑊𝑛
Persamaan umum untuk modal yang telah
dilepas (Uncoupled Modal Equation) adalah
sebagai berikut:

𝑦(𝑡)𝑛 + 2 𝜉𝑛 𝑊𝑛 𝑦(𝑡)𝑛 +
𝐽
𝑊𝑛2𝑦(𝑡)𝑛 = 𝑗 =1 𝑃𝑛𝑖 𝑢𝑔 (𝑡)
Gambar 2-3 Control response system
dimana 𝑃𝑛𝑖 adalah mass participation
factor, yang didefinisikan sebagai berikut: 2.4 Konsep isolasi Seismic

𝑃𝑛𝑖 = − ΦnT Mi Konsep isolasi seismic adalah


perkembangan yang cukup signifikan dalam 20
Untuk menghitung sejumlah vector yang tahun terakhir ini dalam perkembangan rekayasa
dibutuhkan dalam analisa beban gempa, perlu kegempaan. Konsep ini telah banyak digunakan
diikut sertakan faktor partisipasi massa (mass oleh Negara-negara yang mempunyai resiko
participatin factor) dengan tujuan agar hasil gempa tinggi seperti USA, Jepang, Cina, Turki,
yang diperoleh lebih akurat. Selandia Baru, Iran, Taiwan dan Indonesia.
Sistem ini akan memisahkan banguna atau
2.3 Respons Struktur struktur dari komponen horizontal pergerakan
tanah dengan menyisipkan isolator yang
Gerakan vibrasi struktur akibat beban angin dan mempunyai kekakuan yang relative kecil antara
gempa dapat dikendalikan dengan menggunakan bangunan atas dengan pondasinya
sistem tertentu. Struktur yang menggunakan (Teruna,2007). Bangunan dengan sistem seperti
sistem ini dikategorikan sebagai gedung dengan ini akan mempunyai frekuensi yang relative
Response Control system (Izumi,et al,1993). lebih kecil dibandingkan dengan bangunan
konvensional dan frekuensi dominan pergerakan
tanah (Teruna, 2007). Akibatnya percepatan
gempa yang bekerja pada bangunan menjadi
lebih kecil. Ragam getar pertama hanya akan
menyebabkan deformasi lateral pada sistem
isolator, sedangkan struktur atas akan
berperilaku sebagai rigid body motion. Ragam
getar yang lebih tinggi yang dapat menimbulkan
deformasi pada struktur tidak ikut berpartisipasi
dalam respon struktur karena ragam getar yang
5

seperti itu akan orthogonal terhadap ragam getar


yang pertama dan gerakan tanah, sehingga
energy gempa tidak akan disalurkan ke struktur
bangunan (Naeim and Kelly,1999).

Pada gempa kuat, isolator yang


mempunyai kekakuan horizontal yang relative
kecil, akan menyebabkan perioda alamiah
bangunan lebih besar yang umumnya berkisar
antara 2 s/d 3.5 detik. Dengan demikian
percepatan gempa yang mempengaruhi struktur
bangunan menjadi lebih kecil, khususnya pada
tanah keras (Teruna, 2007). Namun sebaliknya
akan menyebabkan peningkatan perpindahan
pada bangunan. Untuk itu, sistem ini harus Gambar 2-5 . respon spectra percepatan sebagai
dilengkapi dengan elemen-elemen yang dapat fungsi dari dumping (Teruna, 2007)
mendisipasi energy agar perpindahan yang
terjadi masih dalam batas yang dapat diterima. 2.4.1 Lead Rubber Bearing
Selain itu sistem isolator ini mempunyai
Lead Rubber Bearing (LRB) seperti
kemampuan kembali ke posisi semula setelah
pada gambar dibawah ini adalah salah satu
terjadinya getaran seismic. Sedangkan pada
sistem anti seismik base isolator yang banyak
gempa skala kecil, sistem ini harus
digunakan pada bangunan untuk mereduksi gaya
mempertimbangkan faktor kenyamanan
gempa. LRB ini terdiri dari beberapa lapisan
terhadap penghuni yang diakibatkan getaran
karet alam atau sintetik yang mempunyai nisbah
yang terjadi(Teruna, 2007). Pada gambar di
redaman kritikal antara 2-5%. Untuk
bawah ini akan ditunjukkan respon typical dari
meningkatkan nisbah damping bahan karet ini
percepatan dan perpindahan sebagai fungsi dari
dicampur dengan extrafine carbon block, oil
dumping
atau resin, serta bahan isian lain sehingga
meningkatkan damping antara 10% sampai 20%
pada shear strain 100%. Untuk dapat menahan
beban vertikal (tidak terjadi tekuk), maka karet
diberi lempengan baja yang dilekatkan ke
lapisan karet dengan sistem vulkanisir. Untuk
meningkatkan nisbah redaman sistem ini, maka
pada bagian tengahnya diberikan batangan bulat
dari timah, sehingga nisbah redaman sistem ini
dapat mencapai hingga sampai 30% (Teruna,
2007).

Sistem isolasi seismik yg


Gambar 2-4 respon spectra perpindahan sebagai diilustrasikan disini adalah Inti energi disipasi :
satu dari beberapa design -Mereduksi gaya gempa dan
fungsi dari dumping (Teruna, 2007) dari isolasi seismik.Lapisan Perpindahan akibat disipasi
karet tervulkanisir yg dapat -provides wind resistance
berpindah dalam arah
horisontal manapun.

Lapisan karet dalam :


-Provides lentur lateral

Penutup Karet :
-Melindungi piringan
baja

Bottom mounting plates : Steel reinforcing plates :


-menyatu dgn isolator -Menyediakan kapasitas beban vertikal
-menyatukan struktur diatas dan -mengekang inti timah
dibawah base isolator

(a)
6

(b)
Gambar 2-9 Angkur-angkur yang akan
Gambar 2-6 lead rubber bearing (LRB); (a) foto menghubungkan LRB dengan kolom struktur
LRB ;(b) detail potongan LRB

Pada struktur gedung yang


menggunakan isolasi seismik berupa base 2.4.1.1 Karakteristik hubungan gaya dan
isolator akan menyebabkan struktur akan perpindahan
berdeformasi dengan tetap mempertahankan
bentuknya. Sehingga gedung dengan base Perilaku hubungan gaya dan
isolator akan memperlihatkan displacemen yang perpindahan pada LRB seperti ditunjukkan pada
cukup besar. gambar berikut. Dalam analisis struktur, LRB
dapat dimodelkan sebagai model linier atau bi-
linier. Untuk analisis linier digunakan kekakuan
effektif Keff, sedangkan untuk analisis nonlinier
ada tiga parameter yang menentukan
karakteristik dari LRB, yaitu: Kekakuan awal
K1, kekakuan pasca leleh K2, dan kekuatan leleh
dari inti timah Q. kekakuan awal K1 yang cukup
besar direncanakan untuk menahan beban angin
dan gempa kecil. Pada umunya nilai kekakuan
ini mencapai 6.5 sampai 10 kali dari kekakuan
pasca leleh K2. Untuk analisis linier biasanya
digunakan kekakuan effective Keff , Kekakuan
K1 dan K2 ditentukan dari test percobaan
Gambar 2-7 Sketsa perbandingan deformasi pada hysterisis loop, sedangkan kekakuan effectif
gedung dengan fixbase dan gendung dengan LRB ditentukan dari persamaan berikut ini (Naeim
and Kelly, 1999).
Gedung yang menggunakan base
isolator akan memperlihatkan bahwa ketika
terjadi gempa, gedung tersebut memperlihatkan
osilasi yang stabil.

Gambar 2-10 . aproksimasi bi-linear hysteris


loops (Teruna, 2007)

Gambar 2-8 contoh LRB yang telah terpasang


7

2.5 Analisa Matrik untuk Struktur Rangka m1 0  0 0 


0 m2 0 
2.5.1 Identifikasi data struktural  
Informasi mengenai struktur harus Mm      
 
dirangkai dan disimpan. Informasi ini terdiri dari 0 mn 1 0
jumalah batang, jumlah simpul, jumlah Degree  0 0  0 mn 
of Freedom (DOF) dan sifat elastic bahan. Letak
titik simpul suatu struktur ditentukan oleh
Untuk mentransformasikan matrik massa batang
koordinat geometri. Selain itu, sifat penampang
dari sumbu local/batang ke sumbu struktur,
tiap struktur harus diberikan. Akhirnya, kondisi
matrik transformasi rotasi R untuk batang portal
pengekang (restrain) di tumpuan struktur arus
perlu dibentuk terlebih dahulu. Matrik R untuk
diberikan.
massa sama dengan matrik R untuk kekakuan.
2.5.2 Matrik kekakuan
Matrik Massa batang arah sumbu struktur MMS
Matrik kekakuan batang (member) didapat dengan operasi matrik berikut:
frame portal bidang arah sumbu lokal / batang
sebagai berikut: 𝑀𝑀𝑆 = 𝑅 𝑇 𝑀𝑀 𝑅

2.5.4 Eigen value ( nilai akar )


Perkalian muka suatu vector kolom
dengan suatu matrik menghasilkan kelipatan
dari vector kolom. Vector kolom ini disebut
eigen vector matrik dan faktor pengalinya
disebut eigen value (nilai akar) atau nilai
karakteristik. Seperti pada contoh matrik di
bawah ini:

Untuk mentransformasikan matrik kekakuan [𝑏]𝑛+𝑛 {𝑥}𝑛+1 =


batang dari sumbu local/ batang ke sumbu 𝜆 {𝑥}𝑛+1
struktur, matrik transformasi rotasi R untuk
portal bidang perlu dibentuk dahulu. Matrik R 𝜆 adalah yang dimaksud sebagai eigen value,
adalah sebagai berikut: dan {𝑥}𝑛+1 adalah yang dimaksud sebagai eigen
vector.

2.5.5 Analisis struktur bangunan dengan


base isolator
Konsep bangunan dengan isolator
adalah mengeliminasi pengaruh ragam-ragam
getar yang lebih tinggi terhadap struktur.
matrik kekakuan batang arah sumbu struktur SMS Persamaan gerakan bangunan dengan isolasi
= RT SM seismic akibat gaya gempa, ditinjau atas dua
bagian yaitu pertama untuk struktur bangunan
2.5.3 Matrik massa
diatas isolator dan untuk struktur pada level
Sistem massa yang lazimnya digunakan bearing isolator. Tinjau suatu bangunan seperti
dalam analisa dinamis yaitu sistem massa gambar di bawah.
terpusat (lumped mass system). Matrik massa
portal bidang arah sumbu lokal / batang. MM
untuk sistem massa terpusat adalah sebagai
berikut:
8

Gambar 2-12 model struktur (a) plan of deck ; (b)


Gambar 2-11 perpindahan bangunan dengan base elevation
isolator (Jangid and Datta, 1994)
(Teruna, 2007)

Suatu bangunan dengan jumlah lantai N.


Penomoran lantai mulai dari 1 sampai ke N, BAB III
dimana lantai paling bawah bertumpu pada
bearing. Perpindahan relative setiap lantai METODOLOGI
ditunjukkan pada gambar 2.11. Perpindahan
3.1 Metodologi Penyelesaian Tugas Akhir
pada tanah dinamakan d g , pada bearing d b , dan
lantai satu sampai atas berturut-turut dinamakan Langkah-langkah yang diambil dalam
d1 , d2 , d3 , d4 , …, d N. penulisan tugas akhir ini dapat dijelaskan
sebagai berikut:
Seperti ditunjukkan dalam gambar di
bawah, pada sebuah struktur dengan satu lantai 3.1.1 Studi literatur
dengan kekakuan seluruh kolom yang sama pada
dua arah yaitu arah x dan arah y. karakteristik Pada tahap ini dilakukan studi literatur
deformasi gaya-gaya pada kolom diasumsikan mengenai:
elastis(jangid and datta, 1994). Base isolator
terdiri atas beberapa elastomeric bearing yang a. teori getaran
diletakkan antara base mass dan pondasi.
b. dinamika struktur
Distribusi kekakuan pada kolom simetris
c. analisa struktur dengan base
terhadap sumbu x tetapi tidak terhadap sumbu y
isolator
sehingga sistem akan menunjukkan efek torsi
yang lebih besar pada arah lateral (jangid and 3.1.2 Studi kasus
datta, 1994). Terdapat dua lateral ( u x dan u y
) Struktur yang akan ditinjau adalah 1
u model struktur fix base dan 1 model
dan satu torsional (  ) degree of freedom
struktur dengan base isolator, dengan
didasarkan pada pusat massa lantai (relative
ketinggian berbeda. Setiap model dibuat
pada base mass), (jangid and data, 1994).
dengan ketinggian 20 lantai (Gambar 3-
Isolator memperbolehkan pergerakan dasar
2), kemudian diambil 1 model dengan
relative terhadap ground motion pada arah
ketinggian 4 lantai untuk pengecekan
lateral, yaitu ux
dan y u
serta rotasi u manual dan SAP 2000 .
terhadap vertikal axis.
9

3.1.3 Menghitung parameter struktur


A B C D E F

Setelah melakukan pemodelan sruktur


langkah selanjutnya adalah menentukan
5 parameter struktur yang nantinya akan
4.00 digunakan dalam analisa struktur.
5

4.00 a. Nisbah redaman dengan pemodelan


4 redaman viscos ekivalen diperoleh dari
4.00 20.00 persamaan (Chopra, 1995):
3

1 ED

4.00
2
4 E S
4.00
1

6.00 6.00 6.00 6.00 6.00 Di mana ED adalah energi yang disipasi
Y 30.00 percyle (luas kurva histeric loop gambar
2.7) diberikan sebagai:
X Gambar 3-1 layout model E D  4Q ( D  D y )

Dan Es adalah energi regangan yang


4.00 diberikan sebagai:
4.00
1
4.00
Es  K eff D 2
4.00 2
4.00
Mengingat respon spectra dibuat
4.00
berdasarkan nisbah redaman 5%, maka
4.00 respon spectra yang digunakan pada
4.00 bangunan yang menggunakan isolasi
4.00
seismic dapat direduksi yang besarnya
4.00
bergantung pada nisbah redaman isolasi
81.00 seismic tersebut. Salah satu formula yang
4.00
dapat digunakan untuk menentukan
4.00
besarnya reduksi ini adalah berdasarkan
4.00 pada eurocode 8 sebagai berikut:
4.00

10

4.00

4.00 5
4.00

4.00
Dimana ζ adalah nisbah redaman LRB.
4.00
b. Tekuk dan stabilitas pada Lead Rubber
5.00 bearing.
6.00 6.00 6.00 6.00 6.00

30.00
Seperti sebelumnya diketahui bahwa
pemodelan struktur dengan isolasi seismic
Gambar 3-2 Model portal memanjang gedung 20 (Lead Rabber Bearing) akan mengalami
lantai deformasi lateral yang cukup besar,
sehingga perlu diperiksa stabilitas
terhadap deformasi lateral yang disebut
dengan istilah Rollout Displacement.
Disamping itu LRB harus diperhitungkan
10

mampu memikul beban vertical sehingga


tidak terjadi tekuk(Terumbi, 2007).
Tegangan tekan rata-rata pada LRB Persamaan perpindahan pada posisi batas
dihitung dengan formula berikut (Yang et perpindahan adalah
all, 2003):
F .h  Pd   rollout 
P G.S .L
c    cr 
A 2.5t r Sedangkan F  K eff . rollout , maka
perpindahan maksimum adalah:
 LB

 
  2 L  B t
untuk bearing persegi
Pd (5)
S
d D   rollout 
 4t
untuk bearing lingkaran P  K eff h

Dimana: c. Pembebanan

G : modulus geser bering Beban-beban yang diperhitungkan dalam


S : faktor tekuk perencanaan adalah :
L : lebar terkecil dari bearing   Beban mati (PPIUG 1983 Pasal
LB 1.1)
d : diameter bearing bentuk lngkaran Beban mati adalah berat dari semua
t : tebal satu lapis karet bagian dari suatu gedung yang
tr : tebal total dari lapisan karet bersifat tetap, termasuk segala
unsur tambahan yang merupakan
bagian yang tak terpisahkan dari
formula lain yang dapat digunakan seperti gedung itu.
yang diusulkan oleh Naim and Kelly,  Beban hidup
2001 adalah:
Beban hidup didasarkan pada Peraturan
 2GSd Pembebanan Indonesia untuk Gedung
 2 2t untuk bearing berbentuk lingkaran
P 
c    cr  r (PPIUG) 1983 Pasal 3.1
A  2GSL
untuk bearing persegi
 6t r  Beban angin
Beban angin didasarkan pada Peraturan
Pembebanan Indonesia untuk Gedung
Untuk mencegah ketidak stabilan pada (PPIUG) 1983 Pasal 4.1 dan Pasal 4.2
bearing akibat perpindahan horizontal
yang besar, maka perpindahan maksimum
 Beban gempa
(rollout displacement) tidak boleh lebih
Beban gempa didasarkan pada ACI 318-
besar dari formula berikut(Yang et All,
02
2003):
Kombinasi pembebanan didasarkan pada
ACI 318-02 chapter 9 Strength and
Serviceability Requirement.
1. 1,4 D
2. 1,2 D + 1,6 L + 0,5 (A atau R )
3. 1,2 D + 1,0 L  1,0 E
4. 0,9 D  1,0 E
5. 1,2 D + 1,6 L + 0,5 (A atau R ) +
Gambar 3-3 keseimbangan gaya pada bering 1,6 H
6. 0,9 D  1,6 W + 1,6 H
7. 0,9 D  1,0 E + 1.6 H
11

Dimana :  ..   .. 
D : Beban mati xg   x..b 
L : Beban hidup    .. 
..
   
..

A : Beban Atap d g    y g  , dan d b    yb 


   ..     .. 
 g   b 
R : Beban Hujan
E : Beban Gempa    
H : Beban Tekanan Tanah adalah vector percepatan pada lantai,
pergerakan tanah, dan isolator. Bila gaya-
3.1.4 Analisa struktur
gaya inersia pada setiap lantai, gaya
Persamaan gerakan untuk bangunan redaman, dan gaya pegas isolator
dengan isolasi seismic akibat gempa, disubtitusikan pada persamaan (10),
ditinjau atas dua bagian yaitu untuk didapat persamaan gerak pada isolator
struktur bangunan diatas base isolator dan sebagai berikut (Roke, 2003):
untuk struktur pada level base isolator.
M t d b   Cb d b   K b d b      M i d i    M t d g 
.. . N .. ..

a. Persamaan gerakan pada bearing isolator     i 1     

Tinjau diagram free body pada gambar di


bawah, gaya pegas diberi symbol S N

sedangkan gaya gaya dumping diberi Dimana M t   M b    M i  adalah


i 1
symbol D. persamaan kesetimbangan
dapat ditulis: massa total struktur yang bekerja pada
isolator.
F  F    F  F  F  F   0
N
I
i
I
1
I
b
I
b
D
b
S (9)

b. Persamaan gerakan pada struktur atas

Persamaan gerakan diperoleh dengan


menjumlahkan gaya-gaya pada free body
gambar 3-7

Gambar 3-4 free body diagram

Vector gaya inersia secara umum untuk Gambar 3-5 free body diagram pada massa n
lantai ke i dapat dituliskan sebagai
berikut:
F   M d   ..   .. 
  M i d b   M i d g 
..
I

M u d u   Cu d u   K u d u   M uc d b   M uc d g 


i .. . .. ..
N i
     
       
(10)

Dimana M i   3N  3 adalah matrik


 .. 
 x..i 
   
..
massa lantai ke i, d i    y i  ,
   .. 
 i 
 
12

Dimana : untuk bangunan dengan base isolator,


respons spectra ini dapat direduksi seperti
M 1  0  0  pada pers.(4). Disamping itu struktur atas
 0 M 2   
 bangunan dengan isolator harus dirancang
(13)
M u      dalam keadaan elastis, maka factor

  M n1  0  modifikasi reponse R biasanya diambil 2.
 0  0 M n  Sedangkan struktur dibawa isolator
diambil R =1 s/d 1.5

3.1.5 Analisa dinamis


C1  C 2   C 2  0  0 
  C  C 2  C3    Analisa dinamis dilakukan (14)
dengan
 2 
Cu    0   bantuan program SAP 2000.

  C n1  C n   C n 
 0   C n  C n   3.1.6 Check perletakan

K 1  K 2   K 2  0  0  Untuk struktur dengan Base Isolator


  K  (15)
 2 K 2  K 3   K 3    dilakukan check apakah tidak terjadi
 0  K 3    cabut pada pondasi.
K u    
 
  K n1  K n   K n  3.1.7 Kesimpulan
 
 0   K n  K n  
Langkah-langkah penulisan Tugas
 M 1   Akhir ini dapat dilihat dalam Gambar 3-6.
 M  
 2 

M uc       3N  3
 
M N 1 
 M N  

 d1  
 d  
 2  (16)
d u       3N  3
 
d N 1 
 d N  

Persamaan gerakan pada bearing isolator


(pers. 11) dan pada struktur atas (pers. 12)
adalah persamaan diferensial terikat.
Dengan melakukan metode superposisi
modal, maka pers. (11) dan pers. (12)
dapat dibuat menjadi lebih sederhana,
dimana response struktur diperoleh dari
kombinasi linier dari setiap ragam getar
(Chopra,1995).

Menimbang dalam desain praktis hanya


response maksimum yang dibutuhkan,
maka percepatan gempa yang digunakan
diambil dari desain response spektra Gambar 3-6 flow chart penyelesaian Tugas Akhir
seperti yang diberikan dalam desain code.
Berhubung respons spectra ini dibuat
dengan asumsi damping ratio 5%, maka
13

BAB IV 4.2.3 Balok induk

PRE – ELIMINARY DESIGN STRUKTUR Dengan bentang L = 600 cm


UTAMA fy
1
hmin   L  (0,4  )  28,39cm
4.1 Perhitungan Struktur Utama 16 700
Dalam analisa struktur, struktur primer
hmax = 1/12 × L sampai 1/10 × L
merupakan komponen utama dimanan
kekakuannya mempengaruhi perilaku dari = 50 cm sampai 60 cm
gedung tersebut. Struktur primer ini berfungsi
untuk menahan pembebanan yang berasal dari Jadi, diambil h = 60 cm
beban gravitasi dan beban lateral berupa gempa.
Komponen struktur primer ini terdiri dari balok Maka lebar balok :
dan kolom. 2 2
b  h   60  40 cm
Analisa struktur primer gedung mengacu 3 3
pada peraturan SNI – 1726 – 2002 dengan jadi digunakan balok dengan ukuran
system yang dipergunakan adalah Sistem 40/60 cm.
Rangka Pemikul Momen Khusus.
4.2.4 Desain pelat
4.2 Data Perencanaan Gedung
Mutu baja fy = 250 MPa
Jenis gedung : Perkantoran Mutu beton fc’ = 35 MPa
Tinggi : 20 lantai Tebal pelat rencana : Atap = 10 cm
Luas denah : 30 × 20 m2 Lantai = 12 cm
Mutu baja BJ41 (fy) : 250 MPa Untuk tebal pelat lantai dan atap
Mutu beton (fc’) : 35 MPa diambil pelat dengan bentang 500 × 600
Zona gempa : zona 6 cm2. Denah pelat lantai dan atap dapat
dilihat dalam denah pembalokan
4.2.1 Preliminary design
(terlampir).
4.2.2 Preliminary design balok Sebelumnya dicari Sn (bentang bersih
arah memendek) dan Ln (bentang bersih
Mutu beton (fc’) dan mutu baja (fy) arah memanjang) untuk mencari β (rasio
yang digunakan dalam perencanaan ini bentang bersih).
adalah :
 Mutu beton (fc’) 40 40
: 35 S n  500  (  )  460 cm
MPa 2 2
 Mutu baja (fy) : 250
40 40
MPa Ln  600  (  )  560 cm
Penentuan tinggi balok minimum 2 2
(hmin) dihitung berdasarkan SNI 2847 pasal Ln 560
11.5 hlm. 63 Tabel 8, agar tidak perlu hmin    1,22cm  2
S n 460
dilakukan kontrol terhadap lendutan maka
persyaratan ini harus dipenuhi : Pelat dua arah
1
h min  L ; L = bentang Untuk tebal pelat dua arah, di
16 mana pelat dengan balok yang membentang
Karena fy tidak sama dengan 400
MPa, maka perlu dikalikan denganfaktor antara tumpuan-tumpuan pada semua sisinya,
tambahan sebesar ( 0.4 + fy/700 ). Untuk harus memenuhi ketentuan SNI 2847 hlm. 65
lebar balok diambil kurang lebih 2/3 dari pasal 11.5 (3(3)) atau hlm. 67 pasal 11.5
tinggi balok. (3(4)).
14

Berdasarkan pasal 11.5 (3(3)), tebal Dari ketiga syarat diatas diambil yang terkecil.
pelat minimum t : Jadi nilai be untuk balok induk bentang tengah
(40/60) adalah = 125 cm
a. Untuk αm ≤ 0.2 makatebal pelat
minimum tanpa penebalan = 120
mm. Balok Induk Tepi “L” ukuran 40/60
b. Untuk 0.2 < αm ≤ 2 maka
ketebalam pelat minimum harus be
memenuhi : fy
n (0,8 
h 1500 hf = 12 cm
36  5 ( m  0,2)
hw = 60 cm

dan tidak boleh kurang dari 120


mm.

c. Untuk αm > 0.2, ketebalan


minimum tidak boleh kurang dari: bw = 40 cm
fy
n (0,8  )
1500  Lebar efektif sayap ≤ 1/12 × L = 1/12 × 500
h
36  5 = 41.667 cm
Lebar efektif sayap ≤ 41.667 cm
dan tidak boleh < 90 mm. be ≤ ( 1 × lebar efektif sayap ) + bw = 41.667
+ 40
dimana α = rasio kekakuan lentur
≤ 81.667 cm
balok terhadap pelat
 Lebar efektif sayap ≤ 6 × hf = 6 × 12
4.2.4.1 Desain plat lantai Lebar efektif sayap ≤ 72 cm
be ≤ ( 1 × lebar efektif sayap ) + bw = 72+ 40
Balok Induk Tengah “T” ukuran 40/60 ≤ 112 cm
 Lebar efektif sayap ≤ 1/2 × Sn = 1/2 × 460
be Lebar efektif sayap ≤ 230 cm

be ≤ ( 2 x lebar efektif sayap ) + bw = 230 +


hf = 12 cm 40

hw = 60 cm ≤ 270 cm

Dari ketiga syarat diatas diambil yang


terkecil. Jadi nilai be untuk balok induk tepi
(40/60) adalah = 41,667 cm
bw = 40
t  t 
2
cm be  t b 
1 (  1)( )4  6   ( e  1)( ) 3 
bw h 
  h  b w h 

 Lebar efektif sayap ≤ 8 × hf = 8 × 12 = 96 cm K  1,828
 be t 
be ≤ (2 × lebar efektif sayap) + bw = 192 + 40 1  (  1)( )
= 232 cm  bw h 
 Lebar efektif sayap ≤ 1 2 × Sn = 1 2 × 460
= 230 cm
be ≤ (2 × lebar efektif sayap) + bw = 460 + be/bw = 125/40 = 3,125
40 = 500 cm
t/h = 12/60 = 0,20
 1 1
be  L   500  125cm K = 1.828
4 4
15

Ibalok = K x bw/12 x h3  Lebar efektif sayap ≤ 1/2 . Sn = 1/2 x 460


Lebar efektif sayap ≤ 230cm
= 1.828 x 40/12 x 603 be ≤ ( 2 x lebar efektif sayap ) + bw
= 460 + 40 ≤ 500 cm
= 1.316.160,00 cm4
 be ≤ 1/4 L ≤ 1/4 x 500
≤ 125 cm
Islab = bs/12 x t3 Dari ketiga syarat diatas diambil yang
terkecil
= 500/12 x 123
Jadi nilai be untuk balok induk tengah (40/50)
= 72000 cm4 adalah = 125 cm

α1 = Ibalok/ Islab = 1,316,324.211 / 72000 =


18.282 Balok Induk Tepi “L” ukuran 40/50

αm = 1/4 x ∑ α = 18.282
be
fy
ln(0,8  )
αm > 2, dipakai rumus : h  1500
36  9 hf = 10 cm

hw = 50 cm
250
465(0,8 )
 1500
36  9 x1
hmin = 9,98 cm
Jadi untuk tebal pelat lantai dipakai = 15 cm bw = 40 cm
 Lebar efektif sayap ≤ 1/12 . L = 1/12 . 500
Lebar efektif sayap ≤ 41,67 cm
4.2.4.2 Desain plat atap be ≤ ( 2 x lebar efektif sayap ) + bw = 83,33 +
40
Balok Induk Tengah “T” ukuran 40/50 ≤ 123,33 cm
 Lebar efektif sayap ≤ 6 . hf = 6 x 10
be Lebar efektif sayap ≤ 60 cm
be ≤ ( 2 x lebar efektif sayap ) + bw = 120 +
hf = 10 cm 40
≤ 160 cm
 Lebar efektif sayap ≤ ½ . Sn = ½ x 460
hw = 50 cm Lebar efektif sayap ≤ 230cm
be ≤ ( 2 x lebar efektif sayap ) + bw = 460 +
40
≤ 500 cm
Dari ketiga syarat diatas diambil yang
terkecil
bw = 40 cm
Jadi nilai be untuk balok induk tepi (40/50)
adalah = 123,33 cm
Lebar efektif sayap ≤ 8 . hf = 8 x 10
Lebar efektif sayap ≤ 80 cm
be ≤ ( 2 x lebar efektif sayap ) + bw
= 160 + 40 ≤ 200 cm
16

K

1  (be / bw - 1)(t / h) 4 - 6(t / h)  4(t / h) 2  (be / bw - 1)(t / h) 3 
1  (be / bw - 1)(t / h)

be/bw = 120/40 = 3

t/h = 10/50 = 0,2

K = 2,98

Ibalok = K x bw/12 x h3

= 2,98 x 40/12 x 603

= 1240000 cm4

Islab = bs/12 x t3

= 500/12 x 103

= 41666,67 cm4

α = Ibalok/ Islab = 1240000 / 41666,67 =


29,76

αm = ¼ x ∑ a = 29,76

fy
ln(0,8  )
αm > 2, dipakai rumus : h  1500
36  9

250
500(0,8 )
 1500
36  9 x1
hmin = 9,98 cm

Jadi untuk tebal pelat atap dipakai = 15 cm

Anda mungkin juga menyukai