Kontaminasi oleh mikroorganisme dapat terjadi setiap saat dan menyentuh permukaan setiap
tangan atau alat. Dengan demikian sanitasi lingkungan sangat perlu diperhatikan terutama yang
bekerja dalam bidang mikrobiologi atau pengolahan produk makanan atau industri (Volk dan
Wheeler, 1984).
Salah satu sumber kontaminan utama dalam pengolahan pangan berasal dari penggunaan wadah
dan alat pengolahan yang kotor dan mengandung mikroba dalam jumlah cukup tinggi. Pencucian
alat pengolahan dengan menggunakan air yang kotor, dapat menyebabkan mikroba yang berasal
dari air pencuci dapat menempel pada wadah / alat tersebut.
Demikian juga sisa-sisa makanan yang masih menempel pada alat / wadah dapat menyebabkan
pertumbuhan mikroorganisme yang cukup tinggi. Mikroba yang mungkin tumbuh bisa kapang,
khamir atau bakteri. Mutu makanan yang baik akan menurun nilainya apabila ditempatkan pada
wadah yang kurang bersih.
Sanitasi yang dilakukan terhadap wadah dan alat meliputi pencucian untuk menghilangkan
kotoran dan sisa-sisa bahan, diikuti dengan perlakuan sanitasi menggunakan germisidal. Dalam
pencucian menggunakan air biasanya digunakan detergen untuk membantu proses pembersihan.
Penggunaan detergen mempunyai beberapa keuntungan karena detergen dapat melunakkan
lemak, mengemulsi lemak, melarutkan mineral dan komponen larut lainnya sebanyak mungkin.
Detergen yang digunakan untuk mencuci alat/wadah dan alat pengolahan tidak boleh bersifat
korosif dan mudah dicuci dari permukaan (Volk dan Wheeler, 1984).
Proses sanitasi alat dan wadah ditunjukkan untuk membunuh sebagian besar atau semua
mikroorganisme yang terdapat pada permukaan. Sanitizer yang digunakan misalnya air panas,
halogen (khlorin atau Iodine), turunan halogen dan komponen amonium quarternair (Gobel,
2008).
Praktikum ini akan membahas hasil pengujian sanitasi wadah dan alat pengolahan. Salah satu
sumber kontaminan utama dalam pengolahan pangan berasal dari penggunaan wadah dan alat-
alat pengolahan yang kurang bersih. Sanitasi yang dilakukan terhadap wadah dan alat-alat
pengolahan meliputi pencucian untuk menghilangkan kotoran dari sisa-sisa makanan. Pengujian
efisiensi dari proses sanitasi dapat digunakan metode bilas untuk wadah dan alat-alat pengolahan
yang tertutup, sedangkan untuk alat-alat pengolahan yang besar menggunakan metode swab.
Pengujian sanitasi wadah botol dengan menggunakan metode bilas terdiri dari tiga perlakuan
yaitu botol yang dicuci tanpa pembilasan dan botol yang dicuci lalu dibilas dengan air, serta
botol yang dicucidan dibilas dengan sunlight. Pengujian dilakukan dengan cara memasukkan 20
ml larutan NaCl fisiologis ke dalam botol kemudian ditutup rapat dan dilakukan pengocokan
selama 10-20 kali serta diputar-putar secara horizontal sebanyak 5 kali. Tahap selanjutnya adalah
inokulasi sampel 1 ml dari botol ke dalam cawan petri kemudian ditambahkan media PDA dan
didiamkan hingga membeku. Botol yang berisi NaCl fis kemudian didihkan, lalu sebanyak 1 ml
diinokulasikan ke dalam cawan petri kemudian ditambahkan media NA serta didiamkan hingga
o
beku. Tahap terakhir adalah inkubasi selama 2 hari pada suhu 30 C kemudian dilakukan
penghitungan jumlah koloni mikroorganisme dengan rumus yaitu jumlah mikroorganisme/wadah
botol = jumlah koloni/ml x 20 ml.
PDA NA
Kelompok PerlakuanBotol
1 Tanpa 81 1620 1 20
pembilasan
Umumnya mikroorganisme yang terdapat pada kemasan botol air adalah bakteri Escherichia
coli. E. coli, adalah salah satu jenis spesies utama bakteri gram negatif . Kebanyakan E. Coli tidak
berbahaya, tetapi beberapa, seperti E. Coli tipe O157:H7, dapat mengakibatkan keracunan
makanan yang serius pada manusia.
Pengujian sanitasi alat pengolahan dengan metode swab yaitu dengan cara men-swab permukaan
alat yang akan diuji sanitasinya. Alat pengolahan serta perlakuan yang digunakan dalam
pengujian yaitu piring tanpa pembilasan, tutup panci dibilas sunlight, wajan dibilas air, panic
tanpa pembilasan, dan talenan dibilas air. Pengujian sanitasi alat pengolahan yaitu dengan cara
memasukkan swab kedalam tabung reaksi yang berisi 5 ml NaCl fis yang bertujuan untuk
membasahi swab agar mikroorganisme dapat menempel pada swab saat men-swab pada alat
pengolahan yang diuji. Kemudian dilanjutkan dengan men-swab sebanyak 2-3 kali permukaan
peralatan yang diuji yaitu seluas 5 cm x 10 cm. Tahap selanjutnya adalah mencelupkan hasil
swab ke dalam buffer fosfat kembali agar mikroorganisme yang menempel saat pen-swab-an
dilakukan dapat tercampur pada laurtan NaCl Fis. Kemudian NaCl Fis dipipet sebanyak 1 ml ke
dalam cawan petri. Tahap terakhir adalah penuangan media PDA ke dalam cawan petri
o
selanjutnya didiamkan hingga beku dan diinkubasi pada suhu 30 C selama dua hari. Setelah itu
2
hitung jumlah mikroorganisme dengan rumus yaitu jumlah mikroorganisme/cm = jumlah
2
koloni/ml x 5 ml x 1/50cm .
PCA
koloni koloni/mL
1 Piring TBUD -
2 Telenan TBUD -
4 Panci 42 4,2
5 Wajan TBUD -
Berdasarkan hasil pengamatan, pada alat pengolahan serta perlakuan yang digunakan dalam
pengujian yaitu piring tanpa pembilasan, tutup panci dibilas sunlight, wajan dibilas air, panic
tanpa pembilasan, dan talenan dibilas air. Semua alat tersebut tumbuh mikroorganisme yang
TBUD, kecuali pada panci tanpa pembilasan yang dilakukan oleh kelompok 4 hanya tumbuh 42
koloni. Seharusnya tutup panci yang dibilas dengan sunlight tidak menghasilkan mikroorganisme
yang TBUD, tetapi factor air dapat dijadikan sebab mikroorganisme yang tumbuh TBUD. Hal ini
disebabkan karena kemungkinan air yang digunakan pun banyak mengandung mikroorganisme
kontaminan.
Peralatan dalam industri pangan merupakan alat yang bersentuhan langsungdengan bahan, untuk
menghindari terjadinya kontaminasi maka peralatan yang digunakan untuk mengolah dan
menyajikan makanan harus sesuai dengan peruntukannya dan memenuhi persyaratan hygiene
sanitasi. Peralatan harus segera dibersihkan dan disanitasi/didesifeksi untuk mencegah
kontaminasi silang pada makanan, baik pada tahap persiapan, pengolahan, penyimpanan
sementara. Peralatan pengolahan seperti alat pemotong, papan pemotong (talenan), bak-
bak pencucian/penampungan, alat pengaduk, alat penyaring, alat memasak merupakan sumber
kontaminan potensial bagi pangan.
Peralatan pengolahan yang tidak dicuci bersih seperti pisau (slicer), talenan, dan peralatan lain
yang berhubungan langsung dengan bahan pangan; juga peralatan saji seperti piring, gelas,
sendok, botol dan lain-lain. dapat menjadi sumber kontaminan (Rachmawan, 2001).
VII. KESIMPULAN
Pencucian alat pengolahan dengan menggunakan air yang kotor, dapat menyebabkan mikroba
yang berasal dari air pencuci dapat menempel pada wadah / alat tersebut.
Berdasarkan hasil pengamatan, perlakuan kelompok 2 menyebabkan koloni paling banyak
tumbuh yaitu botol yang dicuci lalu dibilas dengan air. Hal tersebut dapat terjadi karena setelah
di cuci, air yang digunakan untuk membilas terdapat mikroorganisme kontaminan.
Sedangkan perlakuan kelompok 3 menggunakan sunlight untuk pembilasan menghasilkan koloni
yang tumbuh lebih sedikit dari pada kelompok 2.
Semua perlakuan pengujian sanitasi alat pengolahan tumbuh mikroorganisme yang TBUD,
kecuali pada panci tanpa pembilasan yang dilakukan oleh kelompok 4 hanya tumbuh 42 koloni.
DAFTAR PUSTAKA
Gobel, B. Risco, dkk., 2008. Mikrobiologi Umum Dalam Praktek. Makassar : Universitas
Hasanuddin.
Rachmawan, Obin. 2001. Sumber Kontaminasi dan Teknik Sanitasi. Available online
athttp://www. bos.fkip.uns.ac.id (Diakses pada tanggal 30 September 2012).
Volk, Wesley, A., Margaret F. Whleer, 1998, Mikrobiologi Dasar, Erlangga, Jakarta.