Anda di halaman 1dari 16

KEAMANAN PANGAN

(SANITASI RUANGAN DAN ALAT)

MIKROBIOLOGI PANGAN

Dosen pengampu : Huda Oktafa, S.TP, MP

Disusun oleh :
Gol/Kel : B / 3

1. Novia Puspitasari (G42181270)


2. Siti Masruroh (G42181381)
3. Ruhiyatul Millah (G42181300)
4. Tania Murti (G42181302)
5. Ariesa Dandayyan (G42181311)
6. Nurdiana Avrillia (G42181314)
7. Alifia Shinta E (G42181325)
8. Firma Dwi Mayangsari (G42181329)

PROGRAM STUDI GIZI KLINIK


JURUSAN KESEHATAN
POLITEKNIK NEGERI JEMBER
2019
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sanitasi memiliki peranan penting bagi industry pangan karena tindakan ini dapat
mencegah terjadinya perpindahan penyakit pada makanan. Penerapan prinsip sanitasi
yang baik serta tepat dapat menjamin keamanan dari pangan yang diproduksi sehingga
aman untuk dikonsumsi. Menurut Lukman (2008), “hygiene” adalah kondisi atau
tindakan guna meningkatkan kesehatan atau ilmu yang berkaitan dengan pemeliharaan
kesehatan.
Kontaminasi yang disebabkan oleh mikroorganisme dapat terjadi setiap saat dan
menyentuh permukaan setiap tangan atau alat. Sehingga sanitasi lingkungan sangat
penting untuk diperhatikan terutama bagi pekerja dalam bidang mikrobiologi atau
pengolahan produk makanan atau industri (Volk dan Wheeler, 1984).
Sumber kontaminan utama pengolahan pangan dapat berasal dari penggunaan wadah
dan alat pengolahan yang kotor serta mengandung mikroba dalam jumlah yang cukup
tinggi. Pencucian alat dan wadah untuk pengolahan dengan menggunakan air kotor dapat
mengakibatkan mikroba yang berasal dari air pencuci dapat menempel pada permukaan
wadah atau alat tersebut. Sisa – sisa makanan yang masih menempel pada alat atau wadah
juga dapat menyebabkan adanya pertumbuhan mikroorganisme yang cukup tinggi. Proses
sanitasi alat dan wadah bertujuan untuk membunuh sebagian besar atau bahkan seluruh
mikroorganisme yang terdapat pada permukaan alat dan wadah yang akan digunakan.
Udara dapat menjadi salah satu sumber kontaminasi dalam pengolahan pangan.
Tingkat pencemaran udara tidak mengandung microflora secara alami, namun
kontaminasi yang berasal dari lingkungan sekitarnya mengakibatkan udara mengandung
berbagai mikroorganisme. Mikroorganisme tersebut sering kali melekat pada bahan padat
menurut Irrianto (2002) jumlah mikroorganisme yang mencemari udara juga ditentukan
oleh sumber pencemaran di dalam lingkungan.
Ruangan juga salah satu sumber kontaminasi dalam pengolahan pangan. Apabila
dalam suatu ruangan terdapat banyak debu dan air, mikroba yang ditemukan di dalamnya
juga bermacam – macam.
1.2 Tujuan Praktikum
Tujuan dari praktikum sanitasi ruangan dan alat ini adalah mahasiswa diharapkan
mampu menjelaskan pentingnya kebersihan lingkungan dalam pengendalian
mikroorganisme.

1.3 Manfaat Praktikum


Manfaat dari praktikum sanitasi ruangan dan alat ini adalah mahasiswa mampu
menjelaskan pentingnya kebersihan lingkungan dalam pengendalian mikroorganisme.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Sanitasi merupakan suatu upaya untuk menghilangkan kontaminasi baik kimia, fisik,
maupun biologis dalam pengolahan bahan pangan. Sanitasi meliputi sanitasi pekerja, alat
pengolahan, ruang pengolahan, bahan baku, dan air yang digunakan saat pengolahan. Sanitasi
tidak akan menghilangkan kontaminan secara menyeluruh diberbagai tempat, namun hanya
akan mengurangi jumlah mikroba yang yang akan muncul selama pengolahan. Penyebab
kontaminasi dapat berasal dari factor biologis, fisik, maupun kimia. Kontaminasi yang berasal
dari faktor biologis dapat berasal dari kontaminasi biologi seperti parasite, virus, bakteri
pathogen, yang dapat menyebabkan keracunan dan infeksi pada manusia. Kontaminasi yang
berasal dari factor kimia dapat disebabkan oleh bahan kimia yang dapat menimbulkan
intoksikasi pada manusia. Beberapa bahan kimia penyebab keracunan diantaranya
anitibiotika, residu pestisida, dan cemaran kimia industry. Kontaminasi fisik merupakan
pencemaranyang bersifat fisik, seperti batu, debu, rambut, logam, potongan kayu, kuku, atau
berasal dari peralatan masak yang digunakan.

Kualitas sanitasi ruangan dapat diukur menggunakan uji sanitasi ruangan yang
dilakukan dengan membuat agar steril PDA dan membiarkannya dalam keadaan terbuka di
dalam ruangan produksi dan ruangan hidang selama 5 menit dan 15 menit. Kemudian agar
tersebut diinkubasi pada suhu ruang selama 1-3 hari, kemudian dihitung jumlah mikroba atau
dengan menyatakan jumlah secara relative dengan tanda khusus.

Kualitas sanitasi alat dapat diuji dengan menggunakan uji sanitasi alat yang dilakukan
dengan menggunakan metode swab untuk alat seperti talenan, wajan, pisau, meja, dan juga
piring. Untuk alat-alat seperti botol digunakan metode bilas. Pengujian dilakukan terhadap
alat-alat pengolahan yang bersentuhan langsung dengan makanan. Dilakukan pengenceran
dan pemupukan dengan menggunakan agar PCA dan metode tuang.
BAB III

METODOLOGI PRAKTIKUM

3.1 Waktu Pelaksanaan

3.1.1 Hari, tanggal : Senin, 11 November 2019 pukul 11.00-13.00

3.1.2 Tempat pelaksanaan : Laboratorium Analisis Zat Gizi, Program Studi Gizi
Klinik, Jurusan Kesehatan, Politeknik Negeri Jember

3.2 Alat dan Bahan

3.2.1 Alat : Cawan petri, incubator, autoklaf, bunsen, talenan,


wajan, pisau, panci, piring, botol, kompor, meja
keramik, ruang pengolahan, ruang saji mikropipet

3.2.1 Bahan : Agar PDA steril, agar NA steril, larutan pengencer


steril

3.3 Prosedur Kerja

 Sanitasi alat metode SWAB (talenan, wajan, pisau, panci, piring, meja)
1) Setiap kelompok menyiapkan sebuah tabung reaksi yang berisi 5 ml larutan
engencer dan batang oles yang telah disterilkan, serta cawan petri.
2) Masukkan batang oles pada tabung reaksi lalu peras batang oles dengan cara
menekan-nekannya pada dinding tabung reaksi bagian atas.
3) Gunakan batang oles untuk menyeka permukaan bahan pangan yang diuji seluas
2,5 cm x 2 cm.
4) Batang oles dimasukkan kembali ke dalam tabung, aduk dan tabung diputar-putar
selama 2 menit lalu peras kembali.
5) Lakukan pemupukan yaitu dengan memasukkan 1 ml suspensi ke dalam cawan
petri, kemudian tuangkan agar PCA cair steril, tutup dan biarkan sampai
membeku.
6) Inkubasikan pada suhu 30 C selama 1-3 hari.
7) Amati perkembangan mikroba dan hitung koloninya atau nyatakan dengan
+/++/+++. Jumlah mikroba / cm = jumlah koloni / ml x 5 ml x 5 cm
 Sanitasi alat metode Bilas (botol)
1) Siapkan botol kecil berwarna coklat dan botol besar berwarna hijau.
2) Masukkan 20 ml larutan pengencer ke dalam botol
3) Bilas seluruh permukaan bagian dalam botol dengan cara memutar botol secara
horizontal sebanyak 10 kali
4) Inkubasikan 1 cawan petri masing-masing dengan 1 ml suspense tersebut,
kemudian tuangkan di atasnya PCA cair dan biarkan membeku
5) Inkubasikan pada suhu + 30 C selama 1-3 hari.
6) Hitung koloni yang tumbuh dan nyatakan dalam jumlah koloni per wadah botol
dengan perhitungan sebagai berikut :
- Jumlah koloni / botol = Jumlah koloni / ml x 20
- Bila pertumbuhan koloni menyebar, nyatakan dengan + + +

 Sanitasi ruang
1) Setiap kelompok menyiapkan 2 cawan NA yang diberi tanda nama ruangan
dengan waktu kontak 5 menit dan 15 menit ; dan 2 cawan PDA yang diberi tanda
nama ruangan dengan waktu kontak 5 menit dan 15 menit.
2) Secara bersamaan bukalah tutup cawan-cawan tersebut di dalam ruangan yang
telah ditetapkan, sehingga “ agar “ di dalam cawan mengalami kontak dengan
udara di dalam ruangan tersebut. Tutuplah cawan petri satu persatu setelah 5 menit
dan 15 menit
3) Inkubasikan semua cawan pada suhu 30 C selama 1-3 hari.
4) Amati adanya pertumbuhan dan dihitung jumlah koloni yang tumbuh. Jika
pertumbuhan koloni menyebar dan sulit untuk dihitung, nyatakan secara relative
dengan tanda – sampai + + + + +
DIAGRAM ALIR
1. Sanitasi alat metode Rodac ttelenan, wajan, pisau, panic, piring, meja)

Larutan Pengencer

Pemasukan 5 ml larutan pengencer

Pemasukan batang oles steril ke dalam tabung reaksi


lalu ditekan di dinding-dindingnya

Penyekaan permukaan loyang


menggunakan batang oles

Pemasukan tabung oles dalam tabung rekasi


lalu tabung diputar 2 menit

Pemasukan 1 ml suspense ke dalam cawan petri

Penuangan PCA cair steril dan


biarkan hingga membeku

Inkubasikan pada suhu 300C


selama 1-3 hari

Pengamatan

HASIL
2. Sanitasi Alat Metode Bilas (Botol)

Larutan pengencer

Pemasukan 20 ml larutan pengencer ke dalam botol

Pembilasan seluruh permukaan botol


dengan diputar sebanyak 10 kali

Inkubasikan @ 1 ml suspense ke dalam cawan petri

Penuangan PCA cair diatasnya dan biarkan membeku

Inkubasikan pada suhu 300C selama 1-3 hari

Pengamatan

HASIL
3. Sanitasi Ruang

2 Cawan PCA

Pembukaan tutup cawan di dalam ruangan

Biarkan terbuka selama 5 menit dan 10 menit

Penutupan tutup cawan

Inkubasikan pada suhu 300C selama 1-3 hari

Pengamatan

HASIL
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Tabel Hasil Pengamatan

4.1.1 Tabel hasil pengamatan sanitasi alat metode swab

Jumlah Mikroba
No Nama Alat
Hari ke-1 Hari ke-2
1 Piring 12 36
2 Talenan 100 108
3 Loyang 30 43
4 Meja 107 131

4.1.2 Tabel hasil pengamatan sanitasi alat metode bilas (botol)

Jumlah Mikroba
No Nama Alat
Hari 1 Hari 2
1 Botol 25 87
2 Botol 101 52
3 Botol 37 43
4 Botol 151 205

4.1.3 Tabel hasil pengamatan sanitasi ruang

Jumlah
Ruang Waktu
Mikroba
Lab. Pengolahan Pangan 5 menit 58
(B1 dan B2) 15 menit 35
Lab. Gizi Kuliner 5 menit 75
(B3 dan B4 ) 15 menit 129

4.2 Pembahasan

4.2.1 Sanitasi alat metode uji swab

Berdasarkan hasil pengamatan kelompok 1 uji sanitasi alat menggunakan


metode swab pada piring hari pertama terdapat 12 bakteri yang tumbuh pada media
dan hari kedua tedapat 36 koloni bakteri. Pengamatan bakteri yang berada pada
media NA piring yang tumbuh tidak terlalu banyak seperti bakteri yang ada pada
meja, talenan dan loyang, dikarenakan pada sebelum pengamatan piring tersebut
telah dicuci sehingga bakteri yang ada pada miring juga berkurang dan koloni
bakteri yang tumbuh pada media NA juga lebih sedikit.

Berdasarkan hasil pengamatan kelompok 2 uji sanitasi alat menggunakan


metode swab pada talenan, hari pertama terdapat 100 koloni bakteri yang tumbuh
pada media dan hari kedua tedapat 108 koloni bakteri. Pada pengamatan bakteri
yang berada pada media NA talenan ini yang tumbuh cukup banyak dibandingkan
bakteri yang ada pada media NA piring dan loyang, dikarenakan talenan digunakan
untuk memotong bahan pangan yang akan diolah. Biasanya apabila talenan tampak
masih bersih setelah digunakan untuk memotong bahan pangan tidak segera dicuci
yang menyebabkan banyak bakteri tumbuh pada talenan sehingga bakteri yang
tumbuh pada media NA juga lebih banyak.

Berdasarkan hasil pengamatan kelompok 3 uji sanitasi alat menggunakan


metode swab pada loyang, hari pertama terdapat 30 koloni bakteri yang tumbuh
pada media NAdan hari kedua tedapat 43 koloni bakteri. Pada pengamatan bakteri
yang ada pada media NA loyang ini tidak terlalu banyak dibandingkan dengan
bakteri yang ada pada media NA talenan dan meja, dikarenakan loyang sering kali
masuk ke dalam oven atau sering kali digunakan untuk pengolahan bahan pangan
yang menggunakan panas atau suhu tinggi menyebabkan bakteri tidak dapat hidup
dan loyang setelah digunakan akan langsung dicuci, suhu panas dan sering dicuci
bisa meminimalisir pertumbuhan bakteri sehingga bakteri yang tumbuh pada media
NA loyang.

Berdasarkan hasil pengamatan kelompok 4 uji sanitasi alat menggunakan


metode swab pada meja, hari pertama terdapat 107 koloni bakteri yang tumbuh
pada media NA dan pada hari kedua terdapat 131 koloni bakteri. Pengamatan
koloni bakteri yang berada pada media NA meja tumbuhnya paling banyak
dibandingkan pada media NA piring, loyang dan talenan, dikarenakan meja
digunakan tempat untuk menaruh alat-alat praktikum dan sering kali kontak dengan
manusia. Bakteri yang menempel pada alat – alat praktikum memungkinkan bakteri
yang berada di atas meja berpindah ke meja tersebut begitu pula dengan bakteri
yang berada pada tubuh manusia juga bisa berpindah ke meja. Hal ini
menyebabkan, koloni bakteri pada media NA meja lebih banyak dibandingkan
dengan media NA alat-alat yang lain.
Sebelum melakukan pengolahan pangan alat-alat yang digunakan perlu
disterilisasi terlebih dahulu karena apabila alat yang digunakan dalam pengolahan
pangan tidak steril maka akan mengkontaminasi bahan pangan yang diolah
tersebut. Apabila bakteri mengkontaminasi bahan pangan yang diolah maka akan
mempercepat daya simpan bahan makanan yang diolah atau memprcepat
pembusukan makan dan bisa menimbulkan penyakit seperti diare .

4.2.2 Sanitasi alat metode uji bilas (botol )

Berdasarkan hasil pengamatan kelompok 1 uji sanitasi alat menggunakan


metode bilas pada botol kecil 1hari pertama terdapat 25 koloni bakteri yang
tumbuh pada media NA dan hari kedua terdapat 87 koloni bakteri yang tumbuh hal
ini dapat disebabkan oleh beberapa factor seperti suhu pada media sesuai dengan
kehidupan bakteri sehingga bakteri yang ada pada media lebih mudah tumbuh dan
berkembangbiak, sifat bakteri yang resisten dan sesuai suhu yang seharusnya
dibutuhkan bakteri, pH juga mempengaruhi terhadap pertumbuhan bakteri yaitu
pada kisaran 5-7, media biakan bakteri yang sesuai dengan sifat dan karakter
bakteri yang dibutuhkan untuk pertumbuhan bakteri.

Hasil pengamatan kelompok 2 pada botol kecil 2 hari pertama terdapat 101
koloni bakteri yang tumbuh pada media NA, dan hari ke-2 terdapat 52 koloni
bakteri yang tumbuh. Pada hari kedua bakteri banyak yang mati hal ini dapat
disebabkan oleh suhu dan juga media yang tidak sesuai dengan sifat dan karakter
bakteri sehingga mempengaruhi pertumbuhan bakteri pada media.

Hasil pengamatan kelompok 3 pada botol besar 1 hari pertama terdapat 37


koloni bakteri yang tumbuh pada media NA dan hari kedua terdapat 43 koloni
bakteri yang tumbuh. Pada hari kedua peningkatan jumlah bakteri tidak terlalu
signifikan hal ini disebabkan karena adaptasi pertumbuhan bakteri pada hari
pertama baik, kemudian bakteri melakukan adaptasi dan pada hari kedua
pengamatan pertumbuhannya statis karena bakteri telah memasuki fase
eksponansial.

Hasil pengamatan kelompok 4 pada botol besar 2 hari pertama terdapat 151
koloni bakteri yang tumbuh pada media NA dan hari kedua terdapat 205 koloni
bakteri yang tumbuh.Pada pengamatan ini dapat diketahui bahwa jumlah koloni
bakteri terbanyak terdapat pada botol besar 2, hal ini dapat disebabkan oleh
beberapa factor seperti bakteri yang menempel pada botol cukup banyak sehingga
jumlah koloni bakteri berbanding lurus dengan kebersihan dan sanitasi botol,
kemungkinan adanya pencucian botol sehingga memungkinkan bakteri yang ada
pada air kran menempel pada botol, suhu, pH, serta media yang sesuai dengan sifat
dan karakter bakteri sehingga bakteri lebih mudah untuk tumbuh dan
berkembangbiak pada media.

4.2.3 Sanitasi Ruang

Berdasarkan hasil pengamatan sanitasi ruang kelompok 1 dan 2 menggunakan


laboratorium gizi kuliner diperolah hasil pada media PCA yang dibiarkan terbuka
selama 5 menit terdapat 58 koloni bakteri dan pada media PCA yang dibiarkan
terbuka selama 15 menit terdapat 35 koloni bakteri. Pada menit ke 15 jumlah koloni
bakteri mengalami penurunan karena pada ruangan ini jangan jarang digunakan
untuk proses pengolahan pangan sehingga bakteri juga tidak terlalu banyak, pada
ruangan ini sanitasi ruangan juga cukup baik sehingga mempengaruhi jumlah
koloni bakteri pada ruangan.

Hasil pengamatan sanitasi ruang kelompok 3 dan 4 menggunakan laboratorium


pengolahan pangan diperolah hasil pada media PCA yang dibiarkan terbuka selama
5 menit terdapat 75 koloni bakteri dan pada media PCA yang dibiarkan terbuka
selama 15 menit terdapat 129 koloni bakteri. Pada menit ke 15 jumlah koloni
bakteri yang tumbuh mengalami peningkatan yang cukup signifikan, hal ini dapat
disebabkan oleh beberapa factor seperti sanitasi ruangan yang kurang baik karena
pada ruangan ini karena sehingga menyebabkan jumlah bakteri yang terdapat pada
ruangan juga banyak, pada laboratorium pengolahan pangan karena pada saat
pengamatan keadaan laboratorium pengolahan pangan dipakai untuk praktikum
golongan lain, kondisi dapur laboratorium pada saat itu banyak bahan pangan,
banyak sampah organic (sisa pengolahan bahan) dan banyak yang memasak
sehingga menyebabkan jumlah bakteri lebih banyak.
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Pada praktikum kali ini dilakukan uji sanitasi ruang dan alat dimana melakukan 3
percobaan yaitu uji swab, bilas, dan sanitasi ruang. Uji swab menggunakan 4 alat yaitu
pring, telenan, Loyang, dan meja sedangkan uji bilas menggunakan botol , uji sanitasi
ruang menggunakan lab pengolahan yaitu lab penggolahan dan lab kuliner. Pada alat
yang terdapat di laboratorium memiliki jumlah dan jenis bakteri yang berbeda. Tetapi,
dari keempat alat tersebut jumlah bakteri yang paling banyak terdapat pada meja. Hal
yang memungkinkan menyebabkan bakteri pada meja paling banyak yaitu yang pertama,
bakteri yang berada pada udara menempel pada meja. Kedua, meja merupakan tempat
untuk pengolahan pangan dan meja digunakan untuk menaruh bahan atau alat yang
digunakan untuk pengolahan bahan pangan sehingga menyebakan bakteri yang berada
pada alat yang lain berpindah ke meja. Ketiga, bakteri yang menempel pada badan
manusia berpindah ke meja karena manusia sering kontak dengan meja. Sebelum
melakukan pengolahan pangan alat-alat yang digunakan perlu disterilisasi terlebih dahulu
karena apabila alat yang digunakan dalam pengolahan pangan tidak steril maka akan
mengkontaminasi bahan pangan yang diolah tersebut. Apabila bakteri mengkontaminasi
bahan pangan yang diolah maka akan mempercepat daya simpan bahan makanan yang
diolah atau memprcepat pembusukan makanan dan bisa menimbulkan penyakit diare.

5.2 Saran

Adapun saran pada praktikum ini, sebagai berikut

1. Lebih teliti dalam pembuatan medium agar medium tidak terkontaminasi sehingga
mengganggu perhitungan
2. Sebaiknya pada saat praktikum menggunakan APD dan melakukan sesuai dengan
prosedur yang ada.
DAFTAR PUSTAKA

Yulianto, A., Nurcholis. (2015). Penerapan Standard Hygienes Dan Sanitasi Dalam
Meningkatkan Kualitas Makanan Di Food & Beverage Departement @Hom Platinum
Hotel Yogyakarta. Jurnal Khasanah Ilmu .Volume 6 No 2. diakses pada 16 November,
2019. dari
https://www.google.com/url?sa=t&source=web&rct=j&url=https://ejournal.bsi.ac.id/eju
rnal/index.php/khasanah/article/download/484/377&ved=2ahUKEwi4y6CklvHlAhXCzj
gGHQ9uBTcQFjAAegQIARAB&usg=AOvVaw2vc8eYA2sgDhkI7uB5REs4

Morestavia, S., Sulistyorini, L.(2014). Keluhan Kesehatan Konsunen Dan Higiene Sanitasi
Makanan Penyetan Pedagang Kaki Lima Di Jalan Arif Rachman Hakim Surabaya.
Jurnal Kesehatan Lingkungan . Vol. 7, No. 2 Januari 2014 : 83-89. diakses pada 16
November, 2019. dari
https://www.google.com/url?sa=t&source=web&rct=j&url=http://journal.unair.ac.id/do
wnloadfull/KESLING8627-
df80b4f488fullabstract.pdf&ved=2ahUKEwi4y6CklvHlAhXCzjgGHQ9uBTcQFjACeg
QIBhAJ&usg=AOvVaw1mUcz6Vd6YMsB29lZ6Bgi8

Nurjanah, S. (2006). Kajian Sumber Cemaran Mikrobiologis Pangan Pada Beberapa Rumah
Makan Di Lingkar Kampus IPB Darmaga, Bogor. Jurnal Ilmu Pertanian Indonesia.
Volume 11 No.3, Desember 2006, hlm. 18-24. diakses pada 17 November, 2019. dari
https://www.google.com/url?sa=t&source=web&rct=j&url=https://repository.ipb.ac.id/j
spui/bitstream/123456789/65780/1/Jurnal%2520Ilmu%2520Pertanian%2520Siti%2520
Nurjanah%2520%2528gabung%2529.pdf&ved=2ahUKEwi4y6CklvHlAhXCzjgGHQ9
uBTcQFjADegQIAxAB&usg=AOvVaw2xICjlphAKD6eQhx1QzxFg

Enjelina, W., Purba, M. S., Erda, Z. (2017). Faktor Higiene Sanitasi Yang Berhubungan
Dengan Kualitas Bakteriologi Air Minum Isi Ulang Di Kota Tanjungpinang. Jurnal
Kesehatan Lingkungan. Vol. 11, No. 1, Hal. 33-38 .diakses pada 17 November, 2019.
dari
https://www.google.com/url?sa=t&source=web&rct=j&url=http://jurnal.fkm.unand.ac.i
d/index.php/jkma/article/download/217/211&ved=2ahUKEwi8o4LglvHlAhUSwTgGH
RsUD_kQFjACegQIBRAB&usg=AOvVaw0HwVwSUXt_uPknINWe8wQl&cshid=15
73991650113
LAMPIRAN

Proses sanitasi loyang metode swab

Proses perhitungan jumlah koloni bakteri

Anda mungkin juga menyukai