Anda di halaman 1dari 4

Nama : Meisya Regina

Nirm : 03.03.20.125

Prodi/Smt : Penyuluhan Peternakan dan Kesejahteraan Hewan/3A

Hari/tanggal : Selasa, 21 Desember 2021

Mata Kuliah : Reproduksi Ternak (P14)

Alamat : Jalan Gunung Bayan Rt.003, Kec. Jempang, Kab. Kutai Barat, Prov. KalTim

Dosen : Dr.Drh. Budi Purwo Widiarso,MPM.P

Dr. drh. Wida Wahidah Mubarokah, M.Sc

PENUGASAN INDIVIDU

1. Berapa jam waktu toleransi pengeluaran plasenta setelah melahirkan?


Jawaban : Pengeluaran plasenta setelah fetus keluar akan diikuti dengan pengeluaran
Plasenta <6 Jam. Jika plasenta tidak keluar segera karena kotiledon tidak lepas, maka
memerlukan bantuan. Hal tersebut sering menyebabkan munculnya kasus Retensi
plasenta pada ruminansia kecil maupun besar, atau retensi sekundinarum atau retensi
skundinae merupakan suatu kegagalan pelepasan plasenta fetalis (vili kotiledon) dan
plasenta induk (kripta karunkula) lebih lama dari 8 hingga 12 jam setelah melahirkan.
Retensi plasenta dapat terjadi pada mamalia, misalnya sapi. Terdapat tiga tahapan
melahirkan normal pada sapi yaitu pelebaran leher rahim (serviks) selama 2-6 jam,
pengeluaran fetus setengah sampai satu jam dan pengeluaran plasenta 4-5 jam. Secara
normal plasenta pada hewan ternak akan keluar 6-8 jam sesudah melahirkan.

2. Sebutkan 5 tanda tanda sapi atau domba akan melahirkan?


Jawaban :
1) Gelisah, lebih sering mengasingkan diri dari hewan lain (Pada Kambing sering
menggaruk garukkan kakinya) (Pada sapi sebentar-bentar berdiri, kemudian
berbaring kembali)
2) Edema bagian vulva (2-4 kali lebih banyak) Lendir sumbat servix mencair
3) Ambing membesar
Nulipara : mulai 4-5 kebuntingan
Pluripara :mulai 1-2 minggu sebelum kelahiran
4) Kolostrum telah menjadi cair
5) Urat daging pangkal ekor membengkak, keluar cairan ketuban dan sering
mengejan
3. Sebutkan 4 hormon yang berperan dalam kelahiran!
Jawaban : Terjadinya proses kelahiran diinduksi dengan adanya peningkatan kadar
estrogen dan oksitosin, atau dengan terjadinya penurunan kadar LH (Luteinizing
Hormon) dan progesteron dalam sirkulasi darah induk hewan yang sudah bunting tua.
Secara umum; estrogen, progesteron, oksitosin, relaksin, LH dan Prostaglandin
merupakan hormon-hormon penting yang terlibat dalam proses kelahiran.
1) Hormon Estrogen : Memiliki peran terhadap pematangan plasenta dan
pengeluarannya. Plasenta mampu mensintesis progesteron dan estrogen (10x)
pada bulan terakhir Estrogen meningkat secara bertahap sampai minggu
terakhir, lalu meningkat tajam pada saat partus. Penurunan drastis Estrogen
dalam plasma dimulai 24-36 jam pasca kelahiran
2) Hormon Progesteron : Disintesis oleh plasenta selama trimester akhir
kebuntingan. Corpus Luteum tetap menjadi sumber utama. Progesteron dalam
sirkulasi dan disekresi oleh plasenta. Konsentrasi progesteron menurun selama
minggu-minggu akhir kebuntingan dan merosot tajam saat menuju partus.
3) Oksitosin : refleks keluarnya air susu (Milk let down), mengencangkan otot
halus di seputar alveoli untuk memeras susu menuju saluran susu.
4) Prostaglandin adalah zat dengan struktur kimia menyerupai hormon. Peran
prostaglandin terbilang penting karena dibutuhkan dalam sistem reproduksi
serta proses penyembuhan luka. Secara alami, tubuh akan memproduksi
prostaglandin ketika dibutuhkan.
5) Prolaktin : meningkatkan perkembangan alveoli dan struktur saluran selama
masa kebuntingan.
PENGENDORAN SERVIKS
a) Proses Kontraksi peningkatan jumlah estrogen dan penurunan
progesteron
b) Dipengaruhi oleh relaksin dan estrogen ketika progesteron mulai
menurun dan juga peningkatan prostaglandin
c) Fase ini diakhiri membuka dan meluasnya serviks dan menyamai luas
vulva
PENGELUARAN FETUS
a) Kelahiran dikontrol oleh fetus.
b) Hipotalamus fetus menghasilkan ACTHRH (pelepas hormon ACTH)
ACTH meningkat mengakibatkan peningkatan sekresi kortisol -
Kortisol yang melewati plasenta mengakibatkan peningkatan
c) PGF estrogen dan penurunan progesteron
d) PGF 2a penyebab kontraksi miometrium
e) Relaksin dan PGF dilepaskan ke serviks untuk proses kelahiran
f) Refleksi serviks dan vagina yang meluas refleks ferguson
(menyebabkan kontraksi perut) → mendorong fetus keluar
4. Apakah yang dimaksud dengan istilah Milk let Down!
Jawaban : MILK LET DOWN (PROSES PENURUNAN SUSU)
Proses pengeluaran susu diawali oleh proses laktogenesis atau sekresi susu
berawal dari konsentrasi hormon ekstrogen dan progesteron yang dipertahankan
terutama oleh ovari dan plasenta selama kebuntingan merangsang perkembangan
kelenjar mammae terutama ketika mendekati akhir kebuntingan secara bersamaan
menghambat laktogenesis, setelah proses laktogenesis mulailah proses pemerahan susu.
Proses pengeluaran susu merupakan suatu refleks sistematik. Hormon Oksitosin
merefleks keluarnya air susu (Milk let down), mengencangkan otot halus di seputar
alveoli untuk memeras susu menuju saluran susu.

PENGELUARAN AIR SUSU (MILK LET DOWN)

Meskipun sintesis air susu di dalam kelenjar susu telah berjalan secara normal dan telah
tersedia di dalam alveoli, jika mekanisme pengeluaran tidak berjalan normal maka
produksi susu tidak akan tercapai. Agar air susu yang telah disiapkan di dalam alveoli
dapat keluar, maka air susu tersebut harus dapat keluar dari alveoli dan masuk ke dalam
saluran saluran dan sinus lactiverus atau cisterna, sehingga air susu tersebut
dipancarkan keluar melalui puting susu. Dalam hal ini yang mendorong air susu supaya
masuk ke dalam saluran dan sinus lactiferus adalah kontraksi sel-sel myoepithel yang
terletak di sekeliling alveoli. Kontraksi sel-sel myoepitel ini berada dibawah pengaruh
hormon oksitosin dari neurohipofisis. Fungsi oksitosin selain mempengaruhi sel-sel
myoepitel pada alveoli untuk berkontraksi juga menyebabkan disekresikan nya hormon
prolaktin dari adenohipofisis guna mencegah proses involusi kelenjar susu sehingga
tetap terpelihara. Pada hakekatnya mekanisme pengeluaran air susu ini sulit untuk
dipelajari, karena melibatkan banyak faktor, selain faktor hormonal juga faktor syaraf.
Refleks untuk pengeluaran air susu sebenarnya adalah refleks neuro-hormonal. Proses
disekresikannya hormon oksitosin, yaitu karena adanya impuls-impuls dari puting susu
yang dibawa ke hipothalamus. Pada hypothalamus tepatnya. di nucleus
paraventricularis, impuls ini menyebabkan dikeluarkannya hormon oksitosin menuju
neurihipofisis melalui traktus hipothalamico hipofisialis, kemudian disekresikan ke
dalam peredaran darah menuju organ sasaran yaitu sel-sel myoepitel pada kelenjar
ambing. Meskipun sudah diketahui bahwa peran oksitosin sangat besar terhadap proses
laktasi, namun oksitosin sendiri tak dapat dipakai untuk meningkatkan produksi susu
oleh karena oksitosin tidak mempunyai sifat galaktopoisis, disamping itu pemberian
oksitosin dari luar hanyalah meningkatkan sedikit produksi air susu sebagai akibat
pengosongan alveoli yang lebih lengkap terhadap isi air susu yang masih tersisa.
Hubungan antara rangsangan karena disusu dengan pelepasan prolaktin berbeda pada
masing-masing spesies. Pada umumnya jumlah susu yang disintesa secara berangsur-
angsur menurun dalam jangka waktu beberapa bulan. Namunt pada manusia mampu
berproduksi selama tiga tahun setelah partus. Pada sapi perah frekuensi perahan
berhubungan dengan pelepasan prolaktin, bila pemerahan yang sudah terjadwal
dihentikan, maka produksi berikutnya akan menurun. Hal ini menunjukkan bahwa
terlepasnya prolaktin sebagai akibat disusu, bersifat esensial untuk pembentukan susu
baru. Selain rangsangan langsung pada puting susu, ternyata rangsangan secara psikis
seperti berdentangnya ember-ember susu, hadirnya pedet, datangnya waktu pemerahan
yang terjadwal, juga merangsang sekresi air susu. Pengeluaran air susu kadang-kadang
bisa juga terhambat oleh beberapa faktor seperti rasa was-was, takut, malu, sedih, emosi
pada saat menyusui. Karena faktor-faktor tersebut diduga menghambat rangsangan
syaraf mencapai neurohipofisis sehingga sekresi oksitosin terhambat. Laktasi juga akan
terhenti jika kelenjar susu telah terisi penuh oleh karena tidak adanya penyusuan atau
pemerahan atau adanya mekanisme pengeluaran air susu.

Anda mungkin juga menyukai