Anda di halaman 1dari 2

pembayaran digitalisasi sistem di China massif

Selain menjadi intermediasi pembayaran, kini perusahaan-perusahaan teknologi tersebut

juga berkapasitas menjadi intermediator kredit yang sanggup menyasar kelompok masyarakat

yang sebelumnya terkategori unbankable di satu sisi dan menggerakan proses digitalisasi

intermediasi dan transaksi keuangan di China ke angka yang sebelumnya tak pernah terbayangkan

oleh para bankir konvensional di sisi lain. Jadi tak heran jika China kini menikmati status nomor

wahid dalam daftar indeks adaptasi teknologi finansial sejak tahun 2019 bersama dengan India.

Digitaliasi sistem pembayaran dan fintech-isasi di China memang satu langkah lebih maju

ketimbang Amerika Serikat (AS), apalagi dibanding Indonesia. Digitalisasi pembayaran semakin

masif berlangsung sejak tahun 2013-2014, setelah People Bank of China (PBOC) mengeluarkan

izin perbankan (banking licenses) kepada perusahaan teknologi (tech companies) seperti Alibaba

(Alipay/MYbank), Tencent (Wechatpay/Webank), Beidu, bahkan Xiaomi (produsen ponsel). China

mengantongi skor yang sama dengan India (87), tapi China membukukan volume transaksi ratusan

kali lipat jauh di atas India.

Dengan latar itu pula, PBOC kemudian tidak harus membangun infrastruktur digital tersendiri

untuk mentransformasikan penggunaan uang kartal fisik ke uang kartal digital. Dengan latar itu,

People Bank of China (PBOC) kemudian memperkenalkan mata uang digitalnya tahun 2020 (sampai

hari ini masih dalam masa percobaan di beberapa kota besar China), alias memperkenalkan Central

Bank Digital Currency (CBDC), yang dikenal dengan E-Renmimbi, atau E-Yuan, atau E-CNY.

Artinya, China tidak memilih opsi pendekatan langsung (one tier) di mana PBOC selain menjadi

bank sentral juga sekaligus menjadi retailer uang kartal digital (nasabah langsung membuka akun

pribadi di bank sentral).

Alasan utamanya, selain faktor biaya yang murah tanpa harus membangun infrastruktur digital

tersendiri, China juga tidak mau mendisrupsi terlalu keras lembaga keuangan yang sudah ada,

terutama perbankan konvensional, jika langsung memosisikan E-Renmimbi sebagai aplikasi

kompetitor terhadap perusahaan teknologi atau aplikasi mobile banking lainya. China cukup
menunggangi aplikasi-aplikasi digital, mobile payment dan dompet digital yang sudah ada dengan

menyisipkan aplikasi mini E-Renmimbi di dalamnya (two tier approach). Nasabah mobile payment

cukup menggunakan aplikasi yang sudah ada di ponsel mereka (Alipay, Wechatpay, atau aplikasi

mobile banking milik perbankan, dan lainya) untuk melakukan "cash out" alias tanpa harus

berpindah aplikasi terlebih dahulu ke apikasi E-yuan.

tanpa harus berseberangan secara agresif dengan perbankan konvensional di satu sisi dan dengan

perusahaan fintech yang sudah ada di sisi lain. Target besarnya tentu mendorong akselerasi

inklusi keuangan menuju cashless society di China via masifikasi proses digitalisasi pembayaran

yang telah dimulai perusahaan-perusahaan fintech, terutama di daerah perkotaan,

Anda mungkin juga menyukai