Perbaiki Setiap Paragraf Agar Menjadi Paragraf Yang Kohesi Dan Koheren Bagian 1 (Untuk No Presensi 1 S.D. 10)
Perbaiki Setiap Paragraf Agar Menjadi Paragraf Yang Kohesi Dan Koheren Bagian 1 (Untuk No Presensi 1 S.D. 10)
juga berkapasitas menjadi intermediator kredit yang sanggup menyasar kelompok masyarakat
yang sebelumnya terkategori unbankable di satu sisi dan menggerakan proses digitalisasi
intermediasi dan transaksi keuangan di China ke angka yang sebelumnya tak pernah terbayangkan
oleh para bankir konvensional di sisi lain. Jadi tak heran jika China kini menikmati status nomor
wahid dalam daftar indeks adaptasi teknologi finansial sejak tahun 2019 bersama dengan India.
Digitaliasi sistem pembayaran dan fintech-isasi di China memang satu langkah lebih maju
ketimbang Amerika Serikat (AS), apalagi dibanding Indonesia. Digitalisasi pembayaran semakin
masif berlangsung sejak tahun 2013-2014, setelah People Bank of China (PBOC) mengeluarkan
izin perbankan (banking licenses) kepada perusahaan teknologi (tech companies) seperti Alibaba
mengantongi skor yang sama dengan India (87), tapi China membukukan volume transaksi ratusan
Dengan latar itu pula, PBOC kemudian tidak harus membangun infrastruktur digital tersendiri
untuk mentransformasikan penggunaan uang kartal fisik ke uang kartal digital. Dengan latar itu,
People Bank of China (PBOC) kemudian memperkenalkan mata uang digitalnya tahun 2020 (sampai
hari ini masih dalam masa percobaan di beberapa kota besar China), alias memperkenalkan Central
Bank Digital Currency (CBDC), yang dikenal dengan E-Renmimbi, atau E-Yuan, atau E-CNY.
Artinya, China tidak memilih opsi pendekatan langsung (one tier) di mana PBOC selain menjadi
bank sentral juga sekaligus menjadi retailer uang kartal digital (nasabah langsung membuka akun
Alasan utamanya, selain faktor biaya yang murah tanpa harus membangun infrastruktur digital
tersendiri, China juga tidak mau mendisrupsi terlalu keras lembaga keuangan yang sudah ada,
kompetitor terhadap perusahaan teknologi atau aplikasi mobile banking lainya. China cukup
menunggangi aplikasi-aplikasi digital, mobile payment dan dompet digital yang sudah ada dengan
menyisipkan aplikasi mini E-Renmimbi di dalamnya (two tier approach). Nasabah mobile payment
cukup menggunakan aplikasi yang sudah ada di ponsel mereka (Alipay, Wechatpay, atau aplikasi
mobile banking milik perbankan, dan lainya) untuk melakukan "cash out" alias tanpa harus
tanpa harus berseberangan secara agresif dengan perbankan konvensional di satu sisi dan dengan
perusahaan fintech yang sudah ada di sisi lain. Target besarnya tentu mendorong akselerasi
inklusi keuangan menuju cashless society di China via masifikasi proses digitalisasi pembayaran