Anda di halaman 1dari 17

MANAJEMEN KEPEMIMPINAN PEGAWAI KELURAHAN

SAROLANGUN KEMBANG DALAM MELAKUKAN PELAYANAN


ADMINISTRASI PEMERINTAHAN PADA MASA PANDEMI COVID-19

Karya Ilmiah
Sebagai salah satu syarat untuk
Memperoleh gelar Sarjana Manajemen
Program Studi Manajemen S1
Universitas Terbuka

Oleh:

IIS ISNAYATI
NIM : 030521343
03/04/1977

PROGRAM STUDI MANAJEMEN


FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS TERBUKA
2020
Abstract

Dalam kondisi pandemi sekarang, kita sangat bergantung dengan


bagaimana para pemimpin menanggapi krisis, sehingga inilah saatnya bagi para
pemimpin untuk menunjukkan kemampuan (skill) dalam mengatasi keterbatasan
dan ketakutan yang muncul. Kelurahan Sarolangun Kembang sebagai salah satu
unit manajemen kepemimpinan pada tingkatan yang bersentuhan/berhubungan
langsung dengan masyarakat tentunya tidak terlepas dari tantangan tersebut
sehingga manajemen kepemimpinan yang bagaimana yang bisa tetap memberikan
contoh dan memotivasi para pegawai agar selalu produktif terutama dalam
melakukan pelayanan administrasi pemerintahan selama masa pandemi Covid-19.
Penulisan ini bertujuan untuk menganalisa sejauh mana dampak pandemi
Covid-19 terhadap psikologis pegawai dan urgensi penerapan manajemen
kepemimpinan serta manajemen kepemimpinan yang bagaimana yang diharapkan
bisa berimplikasi langsung terhadap kesiapan pegawai Kelurahan Sarolangun
Kembang dalam melakukan pelayanan administrasi pemerintahan selama masa
pandemi pandemi Covid-19 agar tetap berjalan secara optimal.
Metode Penulisan yang digunakan adalah menggunakan metode kualitatif
bersifat deskriptif dengan melakukan kajian studi pustaka (library research), yaitu
dengan memberikan gambaran, menjabarkan dan melakukan analisa secara
sistematis, akurat dan faktual sesuai dengan kebutuhan penulis.
Kesimpulan penulisan ini adalah 1). Implikasi adanya dampak psikologis
pandemi Covid-19 terhadap pegawai di lingkungan Kelurahan Sarolangun
Kembang menyebabkan menurunnya kinerja pegawai karena adanya
kecenderungan pegawai bersifat pasif dan tertutup ketika dalam melakukan
pelayanan karena secara psikologis khawatir takut akan terpapar virus Covid-19;
2). Urgensi penerapan Manajemen kepemimpinan selama masa pandemi Covid-19
harus segera direalisasikan, dimana kriteria yang diharapkan adalah bahwa
pimpinan kelurahan harus: a). Berani mengambil kebijakan dan keputusan
strategis didasarkan pada hasil data perencanaan, kajian perumusan masalah,
observasi dan melakukan monitoring evaluasi serta menjadi garda terdepan dalam
menerapkan disiplin protokol kesehatan dengan segala konsekuensinya; b)
Membangun kerja sama tim dan membuat terobosan kegiatan terutama yang
menunjang pelayanan administrasi pemerintahan yang sejalan dengan penerapan
protokol kesehatan; c). Melakukan pembinaan dan peningkatan kemampuan
sumber daya manusia (pegawai) terutama yang melayani masyarakat langsung
melalui pendidikan dan latihan teknis yang dibutuhkan, serta membangun
kecerdasan emosional.
Keywords :Manajemen Kepemimpinan, Dampak Psikologis, Pandemi Covid-19,
Urgensi Manajemen Kepemimpinan.
I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Penyebaran penyakit Covid-19 yang begitu cepat telah membuat seluruh


negara berupaya extra untuk menangani masalah tersebut, termasuk Indonesia.
Dalam artikelnya, Dirani et al. (2020) menjelaskan bahwa krisis kesehatan global
COVID-19 saat ini belum pernah terjadi sebelumnya. Hal ini salah satunya
berdampak juga pada aktifitas pelayanan pemerintah baik itu pemerintah pusat
maupun di daerah.
COVID-19 juga merubah sistem tatanan sosial, ekonomi, dan kesehatan
yang berubah secara drastis, tentunya akan sulit untuk memprediksi seperti apa
arah kebijakan untuk mengantisipasinya. Oleh karena itu tatanan baru yang
digulirkan akan sangat bergantung pada keputusan-keputusan yang diambil para
pemimpin saat ini, (Gopinath, 2020).
Dirani et al., 2020 menambahkan bahwa saat ini seluruh elemen
masyarakat mulai dari pemerintahan, komunitas, dan organisasi berada dalam
mode krisis dan sedang mencari sosok pemimpin yang mampu membimbing
mereka dalam menghadapi krisis. Tantangannya adalah sistem dan prosedur kerja
saat ini menjadi tidak beraturan karena pandemi dan ini dapat menyebabkan
kerusakan pada tatanan organisasi, entitas, dan sistem kerja dalam pemerintahan.
Dalam kondisi pandemi sekarang, kita sangat bergantung dengan
bagaimana para pemimpin menanggapi krisis, sehingga inilah saatnya bagi para
pemimpin untuk menunjukkan kemampuan (skill) dalam mengatasi keterbatasan
dan ketakutan yang muncul khususnya dalam manajemen pada level tingkat
bawah yang bersentuhan/berhubungan langsung dengan masyarakat, sehingga
diharapkan di saat yang bersamaan mampu melakukan pembinaan dan
memberikan arahan agar kinerja mereka tetap produktif.
Kelurahan Sarolangun Kembang sebagai salah satu unit manajemen
kepemimpinan pada tingkatan yang bersentuhan/berhubungan langsung dengan
masyarakat tentunya tidak terlepas dari tantangan tersebut sehingga manajemen
kepemimpinan yang bagaimana yang bisa tetap memberikan contoh dan
memotivasi para pegawai agar selalu produktif terutama dalam melakukan
pelayanan administrasi pemerintahan selama masa pandemi Covid-19.
Secara tidak langsung pandemi Covid-19 telah menimbulkan perubahan
secara phsycologis para pegawai, terutama timbulnya rasa ketakutan akan
tertularnya wabah, sehingga akan berdampak pada tidak optimalnya pelayanan,
terhambatnya pelaksanaan program kegiatan yang akhirnya menyebabkan tidak
tercapainya tujuan organisasi secara keseluruhan.

1.2. Perumusan Masalah


Adapun perumusan masalahnya adalah sebagai berikut :
1. Apa implikasi yang disebabkan oleh adanya dampak phsycologis pandemi
Covid-19 terhadap kinerja Pegawai Kelurahan Sarolangun Kembang
dalam melakukan Pelayanan Administrasi Pemerintahan ?
2. Manajemen Kepemimpinan yang bagaimana yang diharapkan oleh
Pegawai Sarolangun Kembang dalam melakukan Pelayanan Administrasi
Pemerintahan pada masa pandemi Covid-19 ?
3. Sejauh mana urgensi Seorang Pemimpin harus menerapkan pola
kepemimpinan yang siap menghadapi situasi masa pandemi Covid-19 ?

1.3 Tujuan Penulisan


Karya tulis ilmiah ini bertujuan untuk menganalisa sejauh mana urgensi
penerapan manajemen kepemimpinan dan manajemen kepemimpinan yang
bagaimana yang diharapkan bisa berimplikasi langsung terhadap kesiapan
pegawai Kelurahan Sarolangun Kembang dalam melakukan pelayanan
administrasi pemerintahan selama masa pandemi pandemi Covid-19 agar tetap
berjalan secara optimal.

1.4 Ruang Lingkup Penulisan

Ruang lingkup penulisan ini difokuskan untuk mengetahui sejauh mana


dampak pandemi Covid-19 terhadap Phsycologis pegawai, urgensi penerapan
manajemen kepemimpinan dan manajemen kepemimpinan yang bagaimana yang
diharapkan bisa berimplikasi langsung terhadap kesiapan pegawai Kelurahan
Sarolangun Kembang dalam melakukan pelayanan administrasi pemerintahan
selama masa pandemi pandemi Covid-19 agar tetap berjalan secara optimal.

1.5. Metode Penulisan

Adapun metode Penulisan ini adalah menggunakan metode kualitatif


bersifat deskriptif dengan melakukan kajian studi pustaka (library research), yaitu
dengan memberikan gambaran, menjabarkan dan melakukan analisa secara
sistematis, akurat dan faktual mengenai Manjemen Kepemimpinan di Era
Pandemi. Pengumpulan data selain data primer juga berupa data sekunder
termasuk sumber‐sumber dari penelitian sebelumnya, seperti jurnal, buku
referensi, observasi dan dokumentasi online yang dibutuhkan untuk
menyelesaikan masalah yang dibahas dalam penulisan ini.
II. TINJAUAN PUSTAKA

II.1. Dampak Pandemi Covid-19 Bagi Kinerja Pegawai

Kondisi Pandemi Covid-19 menyebabkan kesimpangsiuran informasi,


baik itu informasi mengenai perkembangan virus maupun informasi mengenai
perkembangan dunia usaha (unreliable information). Selain itu kondisi ini juga
menyebabkan perubahan mendasar dalam kegiatan usaha terkait dengan adanya
kebijakan lockdown / karantina lokal kewilayahan, sehingga perusahaan
diwajibkan untuk mengeksplorasi cara-cara baru untuk tetap bisa terhubung dan
melakukan kegiatan operasional (situational novelty).
Kemudian yang terpenting adalah bagaimana kondisi pasca Pandemi
Covid-19 yang berimplikasi terhadap kondisi masa depan karyawan/pegawai baik
itu secara teknis maupun kondisi psikis pekerja antara lain munculnya
stigmatisasi, xenophobia, dan kerawanan terhadap pekerja usia lanjut (Dirani et
al., 2020).

II.2. Manajemen Kepemimpinan

Menurut Siagian, 1980 menggambarkan secara sederhana bahwa


manajemen adalah kegiatan mengatur dan mengarahkan sumber daya, dan inti
dari manajemen adalah kepemimpinan (leadership). Sejalan dengan dengan
pendapat tersebut Hasibuan, 2004 menyampaikan bahwa manajemen berasal dari
kata “to manage“ yang artinya mengatur dengan melalui proses dan diatur
berdasarkan urutan dari fungsi-fungsi manajemen untuk mewujudkan tujuan yang
diinginkan.
Manajemen merupakan ilmu dan seni dalam mengatur, mengendalikan,
mengkomunikasikan dan memanfaatkan semua sumber daya yang ada dalam
organisasi dengan memanfaatkan fungsi-fungsi manajemen (Planing, Organizing,
Actuating, Controling) agar organisasi dapat mencapai tujuan secara efektif dan
efesien ( Kristiawan, 2017). Sedangkan menurut Masyhud, 2014, dalam kata
manajemen tersebut terkandung tiga makna, yaitu pikiran (mind), tindakan
(action) dan sikap (attitude).
Pengertian kepemimpinan menurut Tead Terry Hoyt (dalam Kartono,
2003) adalah kegiatan atau seni mempengaruhi orang lain agar mau bekerjasama
yang didasarkan pada kemampuan orang lain dalam mencapai tujuan – tujuan
yang diinginkan kelompok.
Berikut ini beberapa pendapat tentang definisi kepemimpinan yang
disampaikan oleh pakar manajemen sebagai berikut :
 Kepemimpinan adalah pengaruh antar pribadi, dalam situasi tertentu dan
langsung melalui proses komunikasi untuk mencapai satu atau beberapa
tujuan tertentu (Tannebaum, Weschler and Nassarik, 1961, 24).
 Kepemimpinan adalah suatu proses yang mempengaruhi aktifitas kelompok
yang diatur untuk mencapai tujuan bersama (Rauch & Behling, 1984, 46).
Dari beberapa definisi tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa
kepemimpinan adalah bagaimana seorang pemimpin bisa mengajak,
mempengaruhi, membimbing seseorang baik individu atau kelompok untuk
mencapai atau menuju tujuan / tujuan organisasi (goals) yang ingin dicapainya
dengan mengerahkan segala usahadan kemapuannya serta akan sangat
dipengaruhi oleh kemampuan (skill) pemimpinnya.

II.3. Kepemimpinan Pada Masa Krisis

Prideaux et al.(2020) mengemukakan bahwa kepemimpinan merupakan


elemen kunci dalam merespon peristiwa krisis. dalam mengamati bahwa
kepemimpinan krisis yang efektif memerlukan pengakuan ancaman yang muncul,
memulai upaya untuk mengurangi mereka dan menangani konsekuensinya, dan,
setelah periode krisis akut telah berlalu, membangun kembali rasa normal.

2.4. Gaya Kepemimpinan

Salah satu teori yang mendasarkan diri dengan gaya kepemimpinan adalah
teori model kontingensi dari Fiedler. Menurut Fiedler (Gregory Stone et al., 2004)
gaya kepemimpinan merupakan cara yang digunakan pemimpin dalam
mempengaruhi anak buah, lebih mementingkan tugas (task-oriented) atau lebih
mementingkan hubungan (relationship oriented). Adapun faktor-faktor yang
mempengaruhi gaya kepemimpinan dikemukakan oleh Schmidt (Gregory Stone et
al., 2004) ada 3 yaitu: a). Latar belakang pengetahuan dan pengalaman seorang
pemimpin; b). Adanya keinginan, kematangan, kemandirian, kebebasan bertindak
untuk mendapatkan tanggung jawab serta wewenang bagi para bawahannya; c.
Sifat tugas dan tekanan waktu yang diberikan, serta kenyamanan dari kelompok
kerja dalam situasi lingkungan.
Sedangkan menurut Sahertian (2010) terdapat kaitan antara orientasi tugas
dan hubungan dalam gaya kepemimpinan, yaitu: a). Adanya prioritas
menyelesaikan tugas dengan maksimal dengan hasil yang baik, namun terjadi
hubungan kerja sama yang kurang antara pemimpin dan bawahannya; b).
Sebaliknya, jika memprioritaskan hubungan kerjasama antara pemimpin dan
bawahan dengan berdampak baik seperti semangat kerja yang meningkat dan
mengabdi terhadap pekerjaan sebagai efek dari suasana kerja yang nyaman.

2.5. Kerangka Pemikiran

Berdasarkan kajian teori diatas, secara sederhana bisa digambarkan bahwa


seorang pemimpin dalam menyikapi pengaruh dampak Covid-19 terhadap
manajemen kepemimpinan yang diharapkan, secara mendasar tidak terlepas dari 3
hal yang berkaitan yaitu 1.) pikiran (mind), 2.) tindakan (action) dan 3). sikap
(attitude), Masyhud, 2014. Hal tersebut erat kaitannya bagaimana seorang
pemimpin melakukan kajian melalui perencanaan (pengumpulan data, melakukan
observasi, dan penelitian), sebagai dasar untuk melakukan pengambilan keputusan
/ tindakan yang dianggap tepat berupa program kegiatan yang diimplementasikan
melalui gaya kepemimpinan yang bisa merangkul, mengelaborasi, dan
menggerakan semua potensi sumber daya untuk meraih tujuan organisasi
(profesional), sehingga tercapainya Pelayanan Administrasi Pemerintahan di
Kelurahan Sarolangun Kembang secara optimal.
3. HASIL DAN PEMBAHASAN

3.5. Gambaran Umum

Dalam krisis masa pandemi Covid-19, seperti kondisi yang dihadapi


sekarang ini, peran pemimpin menjadi salah satu masalah yang paling krusial.
Berjalannya roda organisasi sangat ditentukan oleh kemampuan seorang
pemimpin yang mampu menggerakan seluruh sumber daya yang dimiliki.
Kelurahan Sarolangun Kembang dengan total jumlah pegawai sebanyak 27 orang
yang melayani kurang lebih 1.556 Kepala Keluarga dengan luas wilayah
pelayanan 52,2 Km2 yang terdiri dari 2 Lingkungan/Dusun dan 21 Rukun
Tetangga (RT) (Kecamatan Sarolangun Dalam Angka 2019), tentunya pelayanan
administrasi pemerintahan harus berjalan seperti biasanya.

3.6. Implikasi adanya Dampak Phsycologis pandemi Covid-19 terhadap


Kinerja Pegawai Kelurahan Sarolangun Kembang dalam melakukan
Pelayanan Administrasi Pemerintahan.

Pengaruh pandemi Covid-19 terhadap kondisi pelayanan sangat dirasakan


dengan timbulnya kekhawatiran para pegawai dan masyarakat baik itu yang akan
melakukan pelayanan maupun yang akan dilayani (melakukan urusan baik itu
administrasi pemerintahan maupun kependudukan).
Pemberlakuan protokol kesehatan yang belum sepenuhnya dijalankan,
baik itu di lingkungan kantor kelurahan maupun di lingkungan masyarakat
menimbulkan keresahan tersendiri. Hal tersebut menimbulkan dampak terhadap
psikologis pegawai maupun masyarakat.
Menurut Roberto et al., 2020, dampak psikologis pertama yang
ditimbulkan adalah adanya stigma pemahaman bahwa apabila seseorang yang
memang secara positif terpapar virus corona ataupun kepada sekelompok orang
maka akan diasosiasikan sebagai carriers atau pembawa virus tersebut. Kedua,
adanya xenophobia atau rasa takut yang berlebihan terhadap kelompok / ras
tertentu yang dianggap sebagai pembawa virus Covid-19, serta yang ketiga
adanya kekhawatiran terhadap kondisi kesehatan bagi masyarakat dan pegawai
yang telah memasuki umur di atas 50 tahun yang dianggap rentan mudah terpapar
virus Covid-19.
Menurut Morrow-howell et al. (2020) secara spesifik mengemukakan
berbagai dampak yang muncul terhadap pekerja-pekerja yang telah memasuki usia
menjelang pensiun akibat adanya pandemi covid-19 antara lain: 1). Risiko
metabolisme kesehatan, karena pekerja yang lebih senior merupakan golongan
pekerja yang rentan terkena virus sehingga peluang untuk kembali masuk kerja
akan menjadi lebih lama; 2). Resiko Finansial, hal ini merupakan dampak dari
risiko metabolisme kesehatan, pekerja senior akan lebih rentan untuk kehilangan
simpanan pensiun / tabungan hari tua karena dana tersebut akan terpakai untuk
membeli obat-obatan dan vitamin untuk mencegah terpapar virus; 3). Risiko
terkena disrupsi dalam hal penyelesaian pekerjaan kantor (seperti penggunaan
aplikasi tertentu untuk pertemuan online, absensi online atau aplikasi pelayanan
berbasis online); 4). Risiko emosional, pekerja yang lebih senior ketika pandemi
akan cenderung emosional dan sensitif karena muncul perasaan terisolir dari rekan
sejawat dan death anxiety yang cukup tinggi
Dari dampak psikologis tersebut tentunya akan berimplikasi terhadap
kinerja pelayanan baik itu secara sistem maupun teknis pelaksanaan pelayanan
sehingga perlu disikapi dari sudut pandang manajemen kepemimpinan sehingga
bisa memberikan solusi atau jalan keluar agar pelayanan administrasi pemerintah
bisa tetap berjalan seperti biasa.
Berdasarkan hasil observasi penulis, implikasi dampak psikologis
terhadap perilaku pegawai sebagai pelayan masyarakat dan masyarakat yang
dilayani selama masa pandemi Covid-19 yang bisa menghambat pelayanan
administrasi pemerintahan sebagai berikut :
1. Pegawai akan cenderung bersifat pasif dalam melayani, karena ada
kekhawatiran secara psikologis takut akan terpapar virus Covid-19.
2. Pegawai akan cenderung tertutup jika melayani masyarakat yang dianggap
sebagai carriers atau pembawa virus sehingga pelayanan tidak optimal.
3. Pegawai akan cenderung pasif dalam proses perencanaan dan pengaggaran
kegiatan yang menunjang pelayanan administrasi pemrintahan.
4. Masyarakat akan lebih senang menunggu kondisi lingkungan lebih kondusif
untuk pengurusan administrasi pemerintahan / kependudukan dibandingkan
untuk mengurus langsung ke loket-loket pelayanan di kelurahan.
5. Masyarakat dengan usia diatas 50 tahun akan merasa beresiko tinggi jika
melakukan pengurusan administrasi pemerintahan jika datang langsung ke
kelurahan.
Implikasi adanya kecenderungan negatif akibat dampak psikologis
tersebut tentunya tidak bisa dibiarkan dan dibutuhkan penanganan oleh pimpinan
di Kantor Kelurahan beserta jajarannya.
Seorang pemimpin tentunya harus segera mengambil langkah, dengan
menerapkan prinsip-prinsip manajemen kepemimpinan yang baik. Keputusan
yang baik akan mempermudah dalam memperbaiki masalah di masa yang akan
datang. Kecakapan seorang pemimpin harus betul-betul mengerti apa yang
menjadi akar permasalah yaitu masih kurangnya kesadaran dan pemahaman
masyarakat dalam menyikapi pandemi sebagai suatu masalah bersama yang harus
dipecahkan bersama.
Grint (2020) menjelaskan akan lebih baik untuk menjelaskan masalah
kepada mereka yang dipimpin atau masyarakat mengenai masalah yang akan
datang sehingga mereka bisa bersiap dengan kemungkinan yang akan terjadi
bahkan jika artinya akan mengorbankan popularitas dari pemimpin.

3.7. Manajemen Kepemimpinan yang bagaimana yang diharapkan oleh


Pegawai Sarolangun Kembang dan urgensinya dalam melakukan
Pelayanan Administrasi Pemerintahan pada masa pandemi Covid-19.

Dari berbagai kendala dan permasalahan yang muncul akibat pandemi


Covid-19 terhadap effektifitas dan optimalnya pelayanan administrasi
pemerintahan di Kelurahan Sarolangun Kembang, dalam kondisi sulit masa
pandemi saat ini tentu menjadi tantangan besar bagi para pemimpin unit
organisasi.
Berdasarkan hasil observasi penulis, dari permasalahan yang muncul
akibat pandemi Covid-19 para pegawai cenderung bersifat pasif dalam melakukan
kegiatan baik itu pelayanan administrasi pemerintahan maupun pelaksanaan
kegiatan program kerja kelurahan.
Hal tersebut tentunya harus cepat disikapi (fast response) dari pimpinan
unit organisasi melalui manajemen kepemimpinan yang diharapkan memberikan
solusi / jalan keluar dalam melalui masa pandemi. Model kepemimpinan di masa
krisis diharapkan bisa memberikan pembinaan dan terobosan bagi unit organsasi
agar pelayanan tidak stagnan, dan produktifitas kinerja pegawai bisa tetap
konduisif dan stabil.
Berdasarkan kerangka pemikiran yang dibangun oleh penulis “Manajemen
Kepemimpinan” terdiri dari kemampuan “How To Manage” yaitu kemampuan
bagaimana mengelola sumber daya dan “Basic Leadership Implementation” yaitu
bagaimana menerapkan dasar-dasar nilai kepemimpinan dalam melakukan
pengelolaan sumber daya yang dimiliki. Menurut Daft dan Marcic (2009)
manajemen adalah bagaimana mencapai tujuan organisasi dengan memanfaatkan
sumber daya secara effektif dan efisien melalui kegiatan perencanaan,
pengorganisasian, kepemimpinan, dan pengawasan.
Kerangka pemikiran tersebut menguraikan apa yang disampaikan oleh
Masyhud, 2014, bahwa dalam kata manajemen tersebut terkandung tiga konsep
makna, yaitu pikiran (mind), tindakan (action) dan sikap (attitude). Jadi
berdasarkan perbandingan beberapa literatur dan kerangka konsep pemikiran
penulis, manajemen kepemimpinan dalam menghadapi pandemi Covid-19, bisa
dibangun dari tiga konsep tersebut sebagai berikut :
 Pikiran (mind), berarti setiap pemimpin harus mengerahkan segala
kemampuan pikirannya dalam bentuk kemampuan untuk melakukan
observasi lapangan, mengenali inti permasalahan, membangun data
(collecting data base), merencanakan program/kegiatan, menganalisa, dan
melakukan monitoring evaluasi (feed back evalution).
Dari permasalahan yang muncul akibat Covid-19 di Kelurahan Sarolangun
Kembang baik itu kendala teknis maupun psikologis tentunya harus diketahui
apa yang menjadi akar permasalahan sebenarnya, kemudian melakukan
analisa apa formula perencanaan penanganan yang paling tepat melalui
perencaan teknis dan anggaran sehingga memunculkan alternatif pilihan
tindakan yang bisa dilakukan terhadap efektifitas pelayanan administrasi
pemerintahan.
 Tindakan (action), seorang pemimpin harus berani mengambil keputusan dan
tindakan yang dianggap tepat untuk mencapai tujuan organisasi. Keputusan
dan tindakan yang diambil akan sangat dipengaruhi oleh kualitas dari data
yang dimiliki baik itu melalui hasil observasi ataupun perencanaan. Dalam
melakukan action harus betul-betul mempertimbangkan manfaat (bennefit)
dan resiko (risk) dan relevansinya dengan pencapaian tujuan organisasi.
Dalam kondisi pandemi Covid-19, seorang pemimpin harus bisa mengambil
putusan tindakan yang cepat dan terukur, sehingga tahapan-tahan proses
kegiatan bisa berjalan sesuai rencana. Menurut Panji Anogara, 2009, seorang
pemimpin adalah seseorang yang aktif membuat rencana-rencana,
mengkoordinasi, melakukan percobaan dan memimpin pekerjaan untuk
mencapai tujuan bersama-sama.
Seorang pemimpin harus mampu mengelaborasi seluruh staff / pegawai yang
dimiliki sebagai suatu kekuatan. Membangun kerjasa sama tim menjadi suatu
keharusan, hal ini sesuai dengan pendapat James A.F Stonen yang
menggambarkan bahwa salah satu tugas utama seorang pemimpin adalah
bekerja dengan orang lain sebagai tim, bertanggung jawab dan mampu
membuat keputusan yang sulit.
 Sikap (attitude), gambaran seorang pemimpin akan ditunjukan dari sikap
dan tingkah laku yang melekat dalam gaya kepemimpinannya serta sikap
dan karakteristik yang terbangun dalam diri pribadinya.
Seorang pemimpin harus mampu merangkul seluruh elemen potensi
sumberdaya termasuk potensi pegawai yang ada, memimpin dengan
bijaksana, efektif dan tanggung jawab, dapat menampung aspirasi atau ide-
idenya dalam mengambil suatu keputusan.
Dengan kondisi gambaran tersebut urgensi manajemen kepemimpinan
yang diharapkan harus segera direalisasikan yaitu :
1. Berani mengambil kebijakan dan keputusan strategis didasarkan pada hasil
dari data perencanaan, kajian perumusan masalah, dan observasi di lapangan
serta menjadi garda terdepan dalam menerapkan disiplin protokol kesehatan
dengan segala konsekuensinya.
2. Membuat terobosan kegiatan terutama yang menunjang pelayanan
administrasi pemerintahan yang sejalan dengan penerapan protokol kesehatan
seperti digitalisasi pelayanan yang tidak mengharuskan masyarakat langsung
datang ke kantor kelurahan, memanfaat teknologi informasi sebagai media
penyampaian program-program pembangunan dan kemasyarakatan serta
membangun pemahaman bahwa penanganan Covid-19 menjadi tanggung
jawab bersama antara masyarakat, pemerintah dan seluruh stakeholeder.
3. Melakukan pembinaan dan peningkatan kemampuan sumber daya manusia
(pegawai) terutama yang melayani masyarakat langsung melalui pendidikan
dan latihan teknis yang dibutuhkan.
4. Membangun kerjasama tim yang solid di Kelurahan Sarolangun Kembang
dengan seluruh level pemerintahan, pimpinan organsasi masyarakat, tokoh
adat, tokoh masyarakat agar sama-sama berkontribusi dan memberikan solusi
dalam melalui masa pandemi Covid-19 agar pelayanan administrasi
pemerintahan bisa berjalan lancar dan optimal.
4. KESIMPULAN DAN SARAN

4.5. KESIMPULAN
Dari beberapa kajian literatur dan hasil observasi tentang Manajemen
Kepemimpinan selama pandemi Coivid-19 terhadap pelayanan administrasi
pemerintahan di Kelurahan Sarolangun Kembang dapat disimpulkan bahwa :
1. Implikasi adanya dampak psikologis pandemi Covid-19 terhadap pegawai di
lingkungan Kelurahan Sarolangun Kembang menyebabkan menurunnya
kinerja pegawai karena adanya kecenderungan pegawai bersifat pasif dan
tertutup ketika dalam melakukan pelayanan, proses perencanaan dan
pengaggaran serta pelaksanan program kegiatan yang menunjang pelayanan,
karena ada kekhawatiran secara psikologis takut akan terpapar virus Covid-
19.
2. Urgensi penerapan Manajemen kepemimpinan selama masa pandemi Covid-
19 harus segera direalisasikan, dimana kriterian yang diharapkan adalah
bahwa pimpinan kelurahan harus :
a) Berani mengambil kebijakan dan keputusan strategis didasarkan pada
hasil data perencanaan, kajian perumusan masalah, observasi dan
melakukan monitoring evaluasi serta menjadi garda terdepan dalam
menerapkan disiplin protokol kesehatan dengan segala konsekuensinya.
b) Membangun kerja sama tim dan membuat terobosan kegiatan terutama
yang menunjang pelayanan administrasi pemerintahan yang sejalan
dengan penerapan protokol kesehatan seperti digitalisasi pelayanan
dengan penerapan aplikasi, memanfaatkan teknologi informasi sebagai
media penyampaian program-program pembangunan dan
kemasyarakatan serta membangun pemahaman bahwa penanganan
Covid-19 menjadi tanggung jawab bersama antara masyarakat,
pemerintah dan seluruh stakeholeder.
c) Melakukan pembinaan dan peningkatan kemampuan sumber daya
manusia (pegawai) terutama yang melayani masyarakat langsung melalui
pendidikan dan latihan teknis yang dibutuhkan, serta membangun
kecerdasan emosional.

Jadi secara umum bahwa Penerapan Manajemen Kepemimpinan sangat


urgen dan berpengaruh positif terhadap kinerja pegawai dalam melakukan
pelayanan administrasi pemerintahan.

4.6. SARAN

Dalam penerapan manajemen kepemimpinan terutama dalam melakukan


pembinaan terhadap pegawai pada masa pandemi Covid-19 tidak semudah seperti
apa yang disampaikan sehingga perlu upaya keras, berulang-ulang
diimplementasikan dan selalu mengedepankan transparansi (keterbukaan).
Sehingga komunikasi harus terus dibangun, agar pemahaman tentang penerapan
protokol kesehatan sebagai bagian dari manajemen kepemimpinan bisa tertanam
di setiap pegawai Kelurahan Sarolangun Kembang.
Daftar Pustaka

Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Sarolangun, 2020, Kecamatan Sarolangun


Dalam Angka 2019
Barbara Larson (2020), Companies Can Help Employees Working Remotley
During The Covid-19 Pandemic, Northeastern University Boston.

Collinson, D. (2012). Prozac leadership and the limits of positive thinking.


Leadership,8(2), 87–107. https://doi.org/10.1177/1742715011434738

Daswati. (2012). Implementasi peran kepemimpinan dengan gaya kepemimpinan


menuju kesuksesan organisasi. Academica Fisip Untad, 04(01), 783–798.
http://jurnal.untad.ac.id/jurnal/index.php/academica/article/view/2272
Fayzhall, M., Asbari, M., Purwanto, A., Basuki, S., Hutagalung, D., Maesaroh, S.,
Chidir, G., Goestjahjanti, F. S., & Andriyani, Y. (2020). Pengaruh
Kepemimpinan Terhadap Kapabilitas Inovasi Guru Dalam Perspektif
Organizational Learning.
Greenberg J. & Baron RA., 1996 Behavior in Organizations: Understanding &
Managing The Human Side of Work, Prentice Hall International Inc., p: 283
– 322
Hadiyanti, H. (2015). Peran Kepemimpinan Camat Dalam Meningkatkan Kinerja
Aparatur Birokrasi Di Kecamatan Samboja Kabupaten Kutai Kartanegara.
EJournal Administrasi Negara, 3(1), 206–219.
Daft dan Marcic (2009). “Crisis Management in International Business: Keys to
Effective Decision Making.” Leadership & Organization Development
Journal 15 (8), (1994). https://doi.org/10.1108/01437739410073047
Prideaux, B., Thompson, M., & Pabel, A. (2020). Lessons from COVID-19 can
prepare global tourism for the economic transformation needed to combat
climate change. Tourism Geographies, 0(0), 1–12.
https://doi.org/10.1080/14616688.2020.1762117
Reny, T. T., & Barreto, M. A. (2020). Xenophobia in the time of pandemic:
othering, anti-Asian attitudes, and COVID-19. Politics, Groups, and
Identities, 0(0), 1–24. https://doi.org/10.1080/21565503.2020.1769693
Roberto, K. J., Johnson, A. F., & Rauhaus, B. M. (2020). Stigmatization and
prejudice during the COVID-19 pandemic. Administrative Theory & Praxis,
0(0), 1–15. https://doi.org/10.1080/10841806.2020.1782128

Anda mungkin juga menyukai