Anda di halaman 1dari 13

KEPEMIMPINAN MANAJEMEN SEKTOR PUBLIK

WALI KOTA PALANGKA RAYA DALAM MENGHADAPI COVID 19

Disusun oleh :
Junedi Suprianto / 2163011918010

Dosen Pembimbing :
Dr. Zulmahsyur, M.Si

Program Studi Administrasi Publik


Fakultas Magister Ilmu Administrasi
Sekolah Pascasarjana Universitas Nasional
2022
A. Latar Belakang

Masuknya virus korona di Indonesia membawa dampak besar terhadap


kehidupan masyarakat, mulai dari kehidupan kesehatan, ekonomi, sosial,
keagamaan maupun dunia pendidikan. Tentunya upaya penanganan pandemi
Covid-19 di indonesia tidak terlepas dari peran pemerintah daerah yang berada di
Kabupaten dan kota.
Bupati dan Walikota sebagai kepala daerah bertanggung jawab penuh terhadap
upaya untuk menekan penyebaran virus dan angka kematian. Kota Palangka Raya
sebagai salah satu satu daerah tingkat II di Provinsi Kalimantan Tengah mempunyai
permasalah dan tantangan yang cukup dalam menghadapi angka penyebaran virus
dan angka kematian.
Meskipun dianggap sebagai salah satu wilayah saat ini yang berhasil dalam
menekan angka penyebaran virus COVID-19 melalui PSBB. Namun Selain Kota
Palangka Raya ada wilayah lain yakni Kabupaten Kotawaringin Barat dan
Kabupaten Kapuas. Yang mana ketiga daerah ini dianggap masih belum mampu
menekan angka penyebaran virus COVID-19.

Kabupaten Kasus Positif Meninggal Dunia Sembuh total


Kota Palangka Raya 987 54 764
Kab. Kotawaringin Barat 440 4 379
Kabupaten Kapuas 311 23 266
Sumber : Tabel Covid-19 di Kalimantan Tengah, 6 Desember 2020

Jika dilihat pada per tanggal 6 Desember 2020 maka akan terlihat kota
Palangka Raya menjadi yang tertinggi dengan total jumlah kematian yang paling
banyak dibandingkan dengan 2 wilayah Kabupaten yang berada di dekatnya serta
yang terkontaminasi dan menjadi yang tertinggi dampak Pandemi Covid-19
(corona.kalteng.go.id, 2020).
Masyarakat kota Palangka Raya pada dasarnya, mereka mampu mengatasi
berbagai ancaman dalam pandemi Covid-19. akan tetapi di pihak lain yang menjadi
leader /pemimpin atau pemandu yang mengarahkan masyarakat untuk bagaimana
harus menyikapi pandemi COVID-19 tidak dilakukan sesuai peranannya.
Pemimpin lokal sangat dibutuhkan untuk mengatur masyarakat agar lebih jelas
dalam bersikap dan berperilaku, sehingga ada melahirkan sebuah kebijakan yang
sesuai dengan keadaan sosiologis di daerah dengan bentuk kebijakan di tingkat
pemerintah daerah. Kebijakan yang diambil oleh pemerintah diharapkan mampu
memperkuat kapasitas lokal internal yang dimiliki oleh masyarakat sebagaimana
diamanatkan dalam undang-undang No.24 Tahun 2007 bahwa pemerintah bertugas
untuk melakukan upaya-upaya penanggulan bencana untuk mitigasi pengurangan
resiko bencana. (seftiani, 2014)
Pada Masa krisis Pandemi Covid-19 tingkat ketegangan (stres) di setiap kepala
daerah relatif meningkat ketimbang kondisi normal sebelum munculnya pandemi,
bahkan di level Provinsi terlihat lebih tinggi dari tingkat stresnya. Berbagai
kebijakan yang dibuat terkesan kaku dengan membatasi interaksi sosial sebagai
upaya menekan penyebaran virus oleh pemerintah daerah di tingkat Kabupaten/kota
dan Provinsi.
Adapun sebagian kepala daerah mengambil kebijakan “wait and see” dalam
menentukan arah lanjutan dari kebijakan. Tapi ada juga beberapa kepala daerah
yang memahami konsep otonomi daerah sebagai sebuah fleksibilat bagi kepala
daerah untuk melakukan langkah-langkah cepat dalam “karantina wilayah”,
Dalam konteks kepemimpinan lokal yang diambil Walikota Palangka Raya
untuk memitigasi penyebaran COVID-19 masih kurang maksimal. Pencegahan bagi
publik untuk mendapatkan vaksinasi saja tidak siapkan secara efektif. Dengan
timbulnya permasalahan yang terjadi ketika awal vaksinasi dilakukan di kota
Palangka Raya. Dan hal ini menandakan bahwa perencanaan yang tidak
dipersiapkan secara baik menurut kaidahnya.
Kesadaran masyarakat kota Palangka Rayasangat tinggi, untuk mencegah
penyebaran Covid-19. Hal ini dibuktikan dengan membludaknya antrian pada saat
awal dilaksanakan vaksinasi di kota Palangka Raya. Namun pemerintah Kota
Palangka Raya seakan tidak siap dengan kesiapan untuk melaksanakan vaksinasi
bagi masyarakat. Padahal sudah jauh-jauh hari, pemerintah pusat menginstruksikan
kepada pemerintah di tingkat Provinsi, Kabupaten dan kota agar tetap bersiap.
Akibatnya yang terjadi adalah membludaknya antrian yang panjang dengan
tenaga medis yang kewalahan menghadapi antusias masyarakat untuk mendapatkan
vaksinasi. Kepemimpinan Walikota Palangka Raya, tidak mampu berbenah
terhadap kondisi Pandemi.
Kritik dari publik serta masyarakat yang kecewa terhadap pelayanan
pemerintah Kota Palangka Raya pun bermunculan. Bahkan dari LBH Palangka
Raya angkat bicara dengan mempertanyakan pelayanan publik dan keseriusan
pemerintah dalam melaksanakan vaksinasi bagi masyarakat kota Palangka Raya.
Karena animo masyarakat yang tinggi untuk mendapatkan vaksin menyebabkan
antrian panjang dapat menyebabkan cluster baru (Balanganews.com, 2021)

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana Kepemimpinan Wali kota Palangka Raya dalam menangani


pandemi Covid-19 ?

C. Pendekatan Konseptual dan Teori

1. Kepemimpinan
Menurut (Kadarusman, 2012) kepemimpinan (Leadership) dibagi tiga,
yaitu: (1) Self Leadership; (2) Team Leadership; dan (3) Organizational
Leadership. Self Leadership yang dimaksud adalah memimpin diri sendiri agar
jangan sampai gagal menjalani hidup.
Team Leadership diartikan sebagai memimpin orang lain. Pemimpinnya
dikenal dengan istilah team leader (pemimpin kelompok) yang memahami apa
yang menjadi tanggung jawab kepemimpinannya, menyelami kondisi
bawahannya, kesediaannya untuk meleburkan diri dengan tuntutan dan
konsekuensi dari tanggung jawab yang dipikulnya, serta memiliki komitmen
untuk membawa setiap bawahannya mengeksplorasi kapasitas dirinya hingga
menghasilkan prestasi tertinggi.
Sedangkan organizational Leadership dilihat dalam konteks suatu
organisasi yang dipimpin oleh organizational leader (pemimpin organisasi)
yang mampu memahami nafas bisnis perusahaan yang dipimpinnya,
membangun visi dan misi pengembangan bisnisnya, kesediaan untuk melebur
dengan tuntutan dan konsekuensi tanggung jawab sosial, serta komitmen yang
tinggi untuk menjadikan perusahaan yang dipimpinnya sebagai pembawa
berkah bagi komunitas baik di tingkat lokal, nasional, maupun internasional.
Menurut Crainer ada lebih dari 400 definisi tentang Leadership (Mullins,
2005). Dari sekian banyaknya definisi tentang kepemimpinan, ada yang
menyebutkan kepemimpinan merupakan suatu kegiatan untuk mempengaruhi
orang lain. Kepemimpinan merupakan suatu proses untuk mempengaruhi
aktivitas kelompok. Kepemimpinan merupakan kemampuan memperoleh
kesepakatan pada tujuan bersama. Kepemimpinan adalah suatu upaya untuk
mengarahkan orang lain untuk mencapai tujuan tertentu.
Kepemimpinan adalah sebuah hubungan yang saling mempengaruhi
antara pemimpin dan pengikutnya. Walaupun cukup sulit menggeneralisir,
pada prinsipnya kepemimpinan (leadership) berkenaan dengan seseorang
mempengaruhi perilaku orang lain untuk suatu tujuan. Tapi bukan berarti
bahwa setiap orang yang memengaruhi orang lain untuk suatu tujuan disebut
pemimpin.

2. Kepemimpinan Ideal dan Transformatif

Kepemimpinan Ideal Menurut (Ki Hajar Dewantara: Ing Ngarso Sung


Tuladha, Ing Madyo Mangun Karso, Tut Wuri Handayani) Tut Wuri
Handayani, sebagai nilai-nilai bangsa Indonesia yang dicetuskan oleh Ki Hajar
Dewantara. Filosofi “Ing ngarsa sung tuladha, Ing madya mangun karsa, Tut
wuri handayani”nyatanya begitu melekat di benak hingga saat ini.
Perkembangan ilmu pengetahuan pada akhirnya menemukan bahwa,
terdapat kesesuaian antara filosofi tersebut dengan kepemimpinan yang ideal.
Filosofi ini memiliki arti bahwa seseorang yang berada di garis depan atau
seorang pemimpin, harus bisa memberi contoh kepada para anggotanya.
Seorang leader akan dilihat oleh followernya sebagai panutan. Follower
tidak hanya memperhatikan perilaku dari seorang leader secara pribadi, namun
juga meliputi sejauh mana nilai-nilai budaya organisasi telah tertanam dalam
diri leader nya.
Bagaimana cara leader nya dalam mengatasi masalah, sejauh mana leader
berkomitmen terhadap organisasi, sampai kerelaan seorang leader untuk
mengutamakan kepentingan bersama daripada kepentingan pribadinya.
Oleh karena itu, sepatutnya seorang leader memiliki karakteristik-
karakteristik yang dapat menjadi teladan untuk para followernya. Leader yang
memiliki charisma atau seorang pemimpin yang kharismatik akan lebih mudah
menjalankan peran ini. Hal ini disebabkan oleh charisma mereka yang dapat
menginspirasi para followernya. Ing madya mangun karsa.
Filosofi ini berarti bahwa seorang leader harus mampu menempatkan diri
di tengah-tengah followernya sebagai pemberi semangat, motivasi, dan
stimulus agar follower dapat mencapai kinerja yang lebih baik.
Melalui filosofi ini, jelas bahwa seorang leader harus mampu
mengidentifikasi kebutuhan-kebutuhan followernya. Terpenuhinya kebutuhan-
kebutuhan tersebut, akan memotivasi follower untuk memberikan yang terbaik
bagi organisasi.
Selain kepemimpinan ideal ada juga kepemimpinan transformatif.
Berdasarkan kaidahnya kepemimpinan ini di uji dalam suatu hasil akhir
(outcome) dari empat faktor yang sering dipertunjukkan bagi para pemimpin
transformasional efektif :
a. Inspirational Motivation merupakan pengkomunikasian visi bersama dan
nilai-nilai. Ini merupakan pola perilaku dan komunikasi yang mengantar
pengikut dengan menyediakan mereka dengan perasaan bermakna dan
tantangan dalam pekerjaan mereka. Pemimpin mengkomunikasi harapan
yang tinggi kepada pengikut. Dalam membantu memotivasi pengikut,
pemimpin membantu mereka melihat visis dari dan tempat mereka dalam
organisasi.
b. Intellectual stimulation memperbesar kreativitas dan inovasi. Ini
digunakan untuk pengobaran semangat diberikan kepada pengikut untuk
menjadi inovatif dan kreatif. Pemimpin mendorong yang lain untuk
berpikir melebihi batas normal untuk memecahkan masalah-masalah, dan
mendukung pengikut dalam menentang kepercayaan mereka, seperti
halnya kepercayaan dari pemimpin dan organisasi.
c. Idealized influence menekankan karisma atau model peran etik dari
pemimpin. Ini merupakan perilaku pemimpin transformasional yang
pengikut berusaha bekerja keras untuk melebihi. Ini mempengaruhi
keterlibatan seorang pemimpin yang adalah seorang model peran yang
kuat, yang memiliki standar moral tinggi, etis, dan dapat mengharapkan
mengerjakan yang benar.
d. Individualized consideration secara hati-hati mendengar untuk kebutuhan
pengikut. Ini merupakan perhatian spesial yang diberikan oleh seorang
pemimpin transformasional kepada setiap kebutuhan pengikut untuk
prestasi dan tumbuh. Individualized consideration menciptakan satu
atmosfer dukungan dimana pemimpin sebagai pendengar, pengarah, dan
advisor bagi pengikut. Pemimpin juga mendelegasikan tanggung jawab
kepada pengikut yang membantunya tumbuh melalui tantangan personal.
Bersamaan, empat dimensi utama dari kepemimpinan transformasional
adalah interdependen; mereka harus coexist; dan mereka tetap mempunyai
suatu efek tambahan yaitu yields performance beyond expectations (Hay.
2006).

D. Dialog dan Pembahasan


Munculnya Covid-19 di Kota Palangka Raya, Provinsi Kalimantan Tengah
yakni pada tanggal 17 Maret 2020 dengan jumlah 2 orang. Kedua pasien itu masuk
ke RSUD Sylvanus Kota Palangka Raya. Hingga sampai saat ini, kronologis dari
pasien yang terdampak Covid-19 masih belum diketahui (bkadprovkalteng.com,
2021).
Dengan masuknya Covid-19 ke Provinsi Kalimantan Tengah tentu berakibat
kepada Ibu Kota Provinsi yakni Kota Palangka Raya. Maka pada 19 Maret 2020
Gubernur Kalimantan Tengah Sugianto Sabran mengeluarkan keputusan Gubernur
Kalimantan Tengah Nomor: 188.44/81/2020 tentang protokol status siaga darurat
bencana pandemi Covid-19 yang ditujukan kepada bupati dan Walikota se-
kalimantan tengah.
Surat tersebut adalah sebuah instruksi kepada bupati dan Walikota se-
kalimantan tengah agar Melalui surat tersebut, Gubernur Sugianto Sabran
menginstruksikan kepada seluruh Bupati dan Wali Kota untuk memperhatikan
Protokol Status Siaga Darurat Bencana Pandemi COVID-19. Ada dua poin dalam
surat itu yakni menyangkut pelaksanaan pendidikan, antara lain Proses Belajar
Mengajar (PBM), Ujian Nasional Berbasis Komputer (UNBK), Ujian Sekolah, dan
perkuliahan di Pendidikan Tinggi. (setda.kalteng.go.id, 2020)
Dengan adanya instruksi kepada bupati dan Walikota se-kalimantan tengah.
Maka pada tanggal 7 mei 2020 Walikota Palangka Raya mengeluarkan sebuah
Perwali Nomor 7 Tahun 2020 untuk melaksanakan PSBB (Pembatasan Sosial
Berskala Besar) di Kota Palangka Raya. (satpolpp.kalteng.go.id, 2020)
Jika kita melihat pada kondisional rentan waktu, hingga akhirnya Walikota
Palangka Raya mengeluarkan sebuah keputusan. Dengan awal munculnya Covid-
19 di kota Palangka Raya (19 Maret 2020). Dalam kalkulasi, ada rentan waktu
sekitar 1 Bulan lebih yang dibutuhkan untuk mengambil sebuah keputusan untuk
menetapkan PSBB.
Jika dilihat analisis rentan waktu dan pertimbangan psikologis dalam
mengambil sebuah keputusan. Dengan mempertimbang resiko dari Kelebihan,
kekurangan, tantangan dan peluang atas kebijakan yang akan diambil. Maka secara
kesiapan dalam menghadapi situasi pandemi dapat berjalan secara optimal karena
adanya space antara masalah dan solusi (Keputusan) .Disisi lain secara prosedural,
PSBB dapat dilakukan apabila mendapat persetujuan dari Kementerian Kesehatan
RI.
Akan tetapi analisis Wali Kota Palangka Raya dalam melihat dengan membuat
PSB di Kota Palangka Raya sebagai upaya mitigasi penyebaran Covid-19 tidak
seperti yang diharapkan. Hingga pada tanggal 25 April 2020 Kota Cantik yakni
julukan Kota Palangka Raya dinyatakan semi lockdown lokal bagi beberapa
kelurahan yang dinyatakan masuk ke zona merah.
Bukan hanya itu, Pada tanggal 28 April 2020, Tiga hari sesudah ditetapkannya
semi lockdown di Kota Palangka Raya. Walikota Palangka Raya Fairid Naparin
dinyatakan positif terinfeksi Covid-19. (KOMPAS.com, 2020). Tentunya berita ini,
pada waktu itu membuat sedih dan dihantui ketakutannya warga Kota Palangka
Raya terhadap dampak dari COVID-19.
Psikologi masyarakat, tidak dapat dinafikan sangat terganggu. Belum lagi
urgensi yang berkaitan dengan keputusan dari pemimpinnya. Yang diharapkan
bukan hanya mengatasi penyebaran virus saja, melainkan juga bagaimana agar
tidak menghambat bidang perekonomian masyarakat. Bagi masyarakat regulasi
atau apapun itu, namun kiranya aturan itu tidak memberi kesusahan bagi mereka.
Jika kita melihat pada konteks kepemimpinan, suatu kepemimpinan yang
berpusat pada warga dan sekaligus kepada pemerintah memiliki keunggulan dalam
memulihkan, memelihara dan membangun kepercayaan publik kepada pemerintah.
Dalam organisasi publik ada dua pusat dimensi kepemimpinan: kepemimpinan
berpusat pada pemerintahan (government-centered Leadership/GCL) dan
kepemimpinan berpusat pada warga (citizen-centered Leadership/CCL).
Berdasarkan dua dimensi ini maka dapat dikategorikan empat tipe kepemimpinan
di sektor publik:
1. Perhatian pada pemerintah rendah, perhatian kepada warga rendah.
2. Perhatian pada pemerintah tinggi, perhatian kepada warga rendah.
3. Perhatian kepada pemerintah rendah, perhatian kepada warag tinggi.
4. Perhatian kepada pemerintah tinggi, dan perhatian kepada warga tinggi.
5. Dari empat model ideal kepemimpinan publik di atas tampak
kepemimpinan publik yang perhatiannya rendah kepada kepentingan
pemerintah dan warga merupakan kepemimpinan publik yang paling
buruk atau jelek.
Kepemimpinan publik seperti ini sangat mengutamakan atau memperkaya
kepentingan keluarga dan kerabat dan mengabaikan kepentingan negara dan rakyat.
Oleh karena itu model kepemimpinan publik berpusat pada pemerintah dan warga
rendah harus dihindarkan oleh setiap pemimpin publik karena sangat merugikan
negara (pemerintah dan masyarakat).

1. Kepemimpinan Manajemen Sektor Publik


Para pakar mencoba mengidentifikasi dua model kepemimpinan di sektor
publik: kepemimpinan transaksional dan kepemimpinan transformasional di
sektor publik, kepemimpinan transaksional sangat dominan dibandingkan
dengan kepemimpinan dengan kepemimpinan transformasional. Sebaliknya, di
sektor privat atau bisnis justeru kepemimpinan transformasional lebih dominan
daripada kepemimpinan transaksional. Berdasarkan survei yang dilakukan oleh
Parry and Proctor, hanya 68% sektor publik menunjukkan skor transformasional
tinggi, sedangkan 80% sektor privat menunjukkan skor transformasional tinggi.
Sebaliknya, 37% sektor publik (public administration organizations) adalah skor
transaksional tinggi dan 14% di sektor privat (private sector organizations)
adalah skor transaksional tinggi.
Bahkan menurut Cullen (2006), di dalam sektor publik, hanya 5% dari
waktu seorang pemimpin secara aktif sibuk dalam kepemimpinan
transformasional dan bahwa realitas direpresentasi oleh satu kontinum dari
kepemimpinan “transaksional” ke “ transformasional. Survei yang dilakukan
oleh Laing juga menunjukkan kecenderungan skor yang lebih tinggi pada atribut
transaksional di sektor publik dibandingkan dengan atribut transformasional.
Manajer publik menjadi lebih transaksional karena hakekat organisasi publik
lebih besar, lebih tua, lebih mekanistik, lebih rule- bound.
Jika kita melihat hal ini dalam kepemimpinan yang dilakukan oleh Walikota
Palangka Raya Fairid Naparin dalam konteks kepemimpinan transformasional
menurut (Avolio & Bass, 2001) yaitu :
a. Idealized Influence, seperti yang dijelaskan adalah sebagai perilaku
(behaviour) untuk menghasilkan rasa hormat dan rasa percaya diri dari
orang-orang yang dipimpinnya. Apa yang dilakukan oleh Wali Kota
Palangka Raya dalam setiap kegiatan memang mampu membangun respect
dan trust. Karena Wali Kota Palangka Raya adalah salah satu wali Kota
termuda di Indonesia. Sebelum menjadi Walikota, fairid Naparin melintang
di berbagai organisasi, yang semakin membuat dirinya dikenal adalah
karena pernah menjabat jadi Ketua DPD KNPI Kalteng 2014-2017. Namun
secara khusus dapat upaya melakukan mitigasi terhadap Pandemi Covid-19
masih diperlukan pembenahan baginya dalam konteks kepemimpinan
transformatif.
b. Inspirational motivation, yang tercermin dalam perilaku pemimpin dalam
menginspirasi karyawan dan masyarakat yang dipimpin dengan
memberikan pemahaman dan tantangan dalam mencapai visi. Sehingga
dapat meningkatkan semangat pegawai dan masyarakat dalam
melaksanakan pekerjaannya, diperlihatkan dari antusiasme dan optimisme
yang tinggi. Fairid Naparin dapat dikatakan mampu menguasai dalam
bidang ini. Karena track recordnya dulunya di organisasi kepemudaan.
Maka bukan tidak mungkin, banyak kalangan muda yang ingin menjadi
seorang pemimpin sepertinya. Kemudian yang tidak kalah penting,
walaupun beliau terinfeksi virus pada 2021 namun beliau tetap memimpin
walaupun dibalik ruangan.
c. Intellectual simulation, yang senantiasa menggali ide-ide baru dan solusi
yang kreatif dari orang-orang yang dipimpinnya. Ia juga selalu mendorong
pendekatan baru dalam melakukan pekerjaan. Peran pemimpin dalam
inovasi untuk memacu karyawan untuk berkreatifitas. Ide-ide baru dalam
menyelesaikan masalah masyarakat muncul dari kebijakannya, meskipun
mendapatkan tantangan dari tokoh masyarakat bahkan DPRD. Penghargaan
sebagai kepala daerah Inovatif 2021, karena hadirkan Dashboard Covid-19
menjadi bukti bahwa wali kota Palangka Raya mampu melaksanakan
Intellectual simulation. (Astuti, 2021)
d. Individualized consideration, yaitu direfleksikan dengan selalu
mendengarkan dengan penuh perhatian, dan memberikan perhatian khusus
kepada kebutuhan prestasi dan kebutuhan diri orang-orang yang
dipimpinnya. Dalam konteks memitigasi pandemi masih belum diketahui
remunerasi yang diberikan kepada tenaga medis secara finansial.

E. Penutup

Untuk mencegah penyebaran virus corona di daerah dibutuhkan kepemimpinan


kepala daerah yang cepat dan tanggap terhadap perkembangan penyebaran virus.
Dimensi waktu adalah penentu keberhasilan dalam upaya menekan penyebaran
virus corona serta dampak yang ditimbulkannya. Langkah-langkah taktis dan
strategis mestinya harus dijabarkan dalam pelaksanaan yang konkrit.
Walikota Palangka Raya sebagai pemangku wilayah telah membuktikan
kompetensinya sebagai kepala daerah yang handal dalam menangani ancaman
wabah virus corona. Hal ini terbukti jumlah penderita Covid 19 pada akhir
desember terkendali dan menyandang zona hijau sejak awal desember 2020.
Dengan demikian respon di awal penyebaran virus corona itu menjadi penentu
keberhasilan pengendalian virus selanjutnya.

Daftar Pustaka

Buku

Avolio, B. J., & Bass, M. B. (2001, Desember 1). Developing potential across a full
range of. Cases on transactional and transformational Leadership., 50-62.
doi:https://doi.org/10.4324/9781410603975

Kadarusman, D. (2012). Natural intelligence leadership : cara pandang baru


terhadap kecerdasan dan karakter kepemimpinan / Dadang Kadarusman ;
editor, NS. Budiana. Jakarta: Raih Asa Sukses.

seftiani, S. H. (2014). Prosiding Pemaparan Hasil Penelitian Pusat Penelitian


Geoteknologi LIPI. Para Pencipta Habitus Pengurangan Resiko Bencana :
Menakar Peranan Pemimpin Lokal Dalam Situasi Bencana,, 129-141.

Website

KOMPAS.com. (2020, April 18). Diambil kembali dari regional.kompas.com:


https://regional.kompas.com/read/2020/04/28/00302671/wali-kota-
palangkaraya-positif-terinfeksi-Covid-19?page=all

satpolpp.kalteng.go.id. (2020, Mei 11). Diambil : dari


https://satpolpp.kalteng.go.id/berita/pembatasan-sosial-berskala-besar-
psbb-berlaku-mulai-hari-ini-di-kota-palangka-raya/

Balanganews.com. (2021, Agustus 5). diambil : Januari 10, 2022, dari


https://balanganews.com/palangkaraya/berita-38602/lbh-palangka-raya-
soroti-antrian-panjang-pendaftaran-vaksinasi.html

bkadprovkalteng.com. (2021, 12 6). Diambil kembali dari bkadprovkalteng.com:


https://bkadprovkalteng.com/berita/berita_detail/47#
corona.kalteng.go.id. (2020, Desember 6). diambil : Januari 13, 2022, dari
https://m.andrafarm.com/_andra.php?_i=daftar-co19-
kota&noprovkot=14&corke=233&urut=2&asc=01100000000#Tabel%20
Corona

setda.kalteng.go.id. (2020, Maret 19). Diambil : dari


https://setda.kalteng.go.id/index.php/publikasi/detail/siaga-darurat-
bencana-corona-gubernur-sugianto-liburkan-sekolah-di-kalteng

Astuti, F. D. (2021, November 06). https://daerah.sindonews.com/. Diambil


kembali dari https://daerah.sindonews.com/read/591698/97/hadirkan-
dashboard-Covid-19-wali-kota-palangka-raya-raih-penghargaan-kepala-
daerah-inovatif-2021-1636200689

Anda mungkin juga menyukai