Kepemimpinan Manajemen Sektor Publik Wali Kota Palangka Raya Dalam Menghadapi Covid 19
Kepemimpinan Manajemen Sektor Publik Wali Kota Palangka Raya Dalam Menghadapi Covid 19
Disusun oleh :
Junedi Suprianto / 2163011918010
Dosen Pembimbing :
Dr. Zulmahsyur, M.Si
Jika dilihat pada per tanggal 6 Desember 2020 maka akan terlihat kota
Palangka Raya menjadi yang tertinggi dengan total jumlah kematian yang paling
banyak dibandingkan dengan 2 wilayah Kabupaten yang berada di dekatnya serta
yang terkontaminasi dan menjadi yang tertinggi dampak Pandemi Covid-19
(corona.kalteng.go.id, 2020).
Masyarakat kota Palangka Raya pada dasarnya, mereka mampu mengatasi
berbagai ancaman dalam pandemi Covid-19. akan tetapi di pihak lain yang menjadi
leader /pemimpin atau pemandu yang mengarahkan masyarakat untuk bagaimana
harus menyikapi pandemi COVID-19 tidak dilakukan sesuai peranannya.
Pemimpin lokal sangat dibutuhkan untuk mengatur masyarakat agar lebih jelas
dalam bersikap dan berperilaku, sehingga ada melahirkan sebuah kebijakan yang
sesuai dengan keadaan sosiologis di daerah dengan bentuk kebijakan di tingkat
pemerintah daerah. Kebijakan yang diambil oleh pemerintah diharapkan mampu
memperkuat kapasitas lokal internal yang dimiliki oleh masyarakat sebagaimana
diamanatkan dalam undang-undang No.24 Tahun 2007 bahwa pemerintah bertugas
untuk melakukan upaya-upaya penanggulan bencana untuk mitigasi pengurangan
resiko bencana. (seftiani, 2014)
Pada Masa krisis Pandemi Covid-19 tingkat ketegangan (stres) di setiap kepala
daerah relatif meningkat ketimbang kondisi normal sebelum munculnya pandemi,
bahkan di level Provinsi terlihat lebih tinggi dari tingkat stresnya. Berbagai
kebijakan yang dibuat terkesan kaku dengan membatasi interaksi sosial sebagai
upaya menekan penyebaran virus oleh pemerintah daerah di tingkat Kabupaten/kota
dan Provinsi.
Adapun sebagian kepala daerah mengambil kebijakan “wait and see” dalam
menentukan arah lanjutan dari kebijakan. Tapi ada juga beberapa kepala daerah
yang memahami konsep otonomi daerah sebagai sebuah fleksibilat bagi kepala
daerah untuk melakukan langkah-langkah cepat dalam “karantina wilayah”,
Dalam konteks kepemimpinan lokal yang diambil Walikota Palangka Raya
untuk memitigasi penyebaran COVID-19 masih kurang maksimal. Pencegahan bagi
publik untuk mendapatkan vaksinasi saja tidak siapkan secara efektif. Dengan
timbulnya permasalahan yang terjadi ketika awal vaksinasi dilakukan di kota
Palangka Raya. Dan hal ini menandakan bahwa perencanaan yang tidak
dipersiapkan secara baik menurut kaidahnya.
Kesadaran masyarakat kota Palangka Rayasangat tinggi, untuk mencegah
penyebaran Covid-19. Hal ini dibuktikan dengan membludaknya antrian pada saat
awal dilaksanakan vaksinasi di kota Palangka Raya. Namun pemerintah Kota
Palangka Raya seakan tidak siap dengan kesiapan untuk melaksanakan vaksinasi
bagi masyarakat. Padahal sudah jauh-jauh hari, pemerintah pusat menginstruksikan
kepada pemerintah di tingkat Provinsi, Kabupaten dan kota agar tetap bersiap.
Akibatnya yang terjadi adalah membludaknya antrian yang panjang dengan
tenaga medis yang kewalahan menghadapi antusias masyarakat untuk mendapatkan
vaksinasi. Kepemimpinan Walikota Palangka Raya, tidak mampu berbenah
terhadap kondisi Pandemi.
Kritik dari publik serta masyarakat yang kecewa terhadap pelayanan
pemerintah Kota Palangka Raya pun bermunculan. Bahkan dari LBH Palangka
Raya angkat bicara dengan mempertanyakan pelayanan publik dan keseriusan
pemerintah dalam melaksanakan vaksinasi bagi masyarakat kota Palangka Raya.
Karena animo masyarakat yang tinggi untuk mendapatkan vaksin menyebabkan
antrian panjang dapat menyebabkan cluster baru (Balanganews.com, 2021)
B. Rumusan Masalah
1. Kepemimpinan
Menurut (Kadarusman, 2012) kepemimpinan (Leadership) dibagi tiga,
yaitu: (1) Self Leadership; (2) Team Leadership; dan (3) Organizational
Leadership. Self Leadership yang dimaksud adalah memimpin diri sendiri agar
jangan sampai gagal menjalani hidup.
Team Leadership diartikan sebagai memimpin orang lain. Pemimpinnya
dikenal dengan istilah team leader (pemimpin kelompok) yang memahami apa
yang menjadi tanggung jawab kepemimpinannya, menyelami kondisi
bawahannya, kesediaannya untuk meleburkan diri dengan tuntutan dan
konsekuensi dari tanggung jawab yang dipikulnya, serta memiliki komitmen
untuk membawa setiap bawahannya mengeksplorasi kapasitas dirinya hingga
menghasilkan prestasi tertinggi.
Sedangkan organizational Leadership dilihat dalam konteks suatu
organisasi yang dipimpin oleh organizational leader (pemimpin organisasi)
yang mampu memahami nafas bisnis perusahaan yang dipimpinnya,
membangun visi dan misi pengembangan bisnisnya, kesediaan untuk melebur
dengan tuntutan dan konsekuensi tanggung jawab sosial, serta komitmen yang
tinggi untuk menjadikan perusahaan yang dipimpinnya sebagai pembawa
berkah bagi komunitas baik di tingkat lokal, nasional, maupun internasional.
Menurut Crainer ada lebih dari 400 definisi tentang Leadership (Mullins,
2005). Dari sekian banyaknya definisi tentang kepemimpinan, ada yang
menyebutkan kepemimpinan merupakan suatu kegiatan untuk mempengaruhi
orang lain. Kepemimpinan merupakan suatu proses untuk mempengaruhi
aktivitas kelompok. Kepemimpinan merupakan kemampuan memperoleh
kesepakatan pada tujuan bersama. Kepemimpinan adalah suatu upaya untuk
mengarahkan orang lain untuk mencapai tujuan tertentu.
Kepemimpinan adalah sebuah hubungan yang saling mempengaruhi
antara pemimpin dan pengikutnya. Walaupun cukup sulit menggeneralisir,
pada prinsipnya kepemimpinan (leadership) berkenaan dengan seseorang
mempengaruhi perilaku orang lain untuk suatu tujuan. Tapi bukan berarti
bahwa setiap orang yang memengaruhi orang lain untuk suatu tujuan disebut
pemimpin.
E. Penutup
Daftar Pustaka
Buku
Avolio, B. J., & Bass, M. B. (2001, Desember 1). Developing potential across a full
range of. Cases on transactional and transformational Leadership., 50-62.
doi:https://doi.org/10.4324/9781410603975
Website