Anda di halaman 1dari 8

Nama : M.

ILHAMDI

NIM : B1B121068

Mata Kuliah : Komunikasi Pemerintahan

Dosen Pengampu : Dr. A. Zarkasi, S.H., M.Hum

Michael Lega, S.IP., M.I.P

Tugas 3

DINAMIKA KOMUNIKASI PUBLIK PEMERINTAH INDONESIA

DALAM MENANGANI PANDEMI COVID-19

Komunikasi pemerintah dalam menangani pandemi Covid-19, serta berbagai isu mengenai
komunikasi pemerintah dalam menangani pandemi Covid-19 di Indonesia. Penelitian ini
bertujuan untuk menganalisis bagaimana komunikasi yang dilakukan pemerintah Indonesia
dalam menangani permasalahan pandemi covid-19, baik itu komunikasi melalui media sosial
ataupun komunikasi dalam penyampaian informasi publik. Penelitian ini menggunakan metode
kualitatif dan studi pustaka (library research). Covid-19 merupakan penyakit menular yang
bermula di Wuhan, China pada Desember 2019 dan disebabkan oleh virus corona. Organisasi
Kesehatan Dunia (WHO) pada Maret 2020 menyatakan Covid-19 sebagai pandemi global, yang
artinya virus ini menyerang seluruh negara. Hasil dari penelitian ini menyatakan bahwa
komunikasi sangat berperan penting dalam menyikapi ekspansi rasional virus korona (covid-19).
Komunikasi yang baik dan efektif penting untuk menghindari kebingungan tentang pemberitaan
Covid-19, baik disengaja maupun tidak. Sayangnya, komunikasi yang dilakukan oleh beberapa
pejabat pemerintah tersebut masih menuai kritik. Masalah komunikasi publik dalam menghadapi
pandemi Covid-19 antara lain data dan informasi yang tidak akurat, kurangnya sosialisasi
tentang berbagai isu, serta kebijakan yang tidak konsisten antar tingkat pemerintahan yang
menyebabkan keributan tersebut. Oleh karenanya pemerintah harus lebih meningkatkan lagi
keakuratan dan akuntabilitasnya dalam setiap memberikan informasi kepada publik apalagi
disaat krisis seperti ini. Selain itu dibutuhkan juga pengawasan yang ketat dari pemerintah
dengan tujuan untuk memastikan bahwa penyampaian komunikasi dan informasi protokol
kesehatan dapat dipahami oleh masyarakat secara menyeluruh.
Pemerintah dalam memberikan pesan komunikasi mengenai penanggulangan pandemi
Covid-19 dinilai penuh dengan ketidakpastian, multitafsir dan ambiguitas. Hal ini dikarenakan
sepertinya strategi komunikasi equivocal lebih dipilih oleh pemerintah. Komunikasi informasi
tentang penanggulangan Covid-19 menjadi membingungkan akibat dari adanya kalimat-kalimat
yang ambiguitas, tidak lugas, dan tidak jelas, walaupun begitu, guna memperbaiki kelembagaan
komunikasi, unit satuan tugas yang dinamai Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19
Indonesia dibentuk oleh pemerintah. Protokol Komunikasi Publik Penanganan Covid-19 menjadi
landasan kebijakan pemerintah dalam penanganan informasi mengenai pandemi Covid-19
(Kantor Staf Presiden, 2020), landasan tersebutlah yang menjadi arah teknis bagi Pemerintah
Pusat dan Daerah dalam penanganan informasi COVID- 19. Protokol tersebut diadopsi dari
protokol WHO. Terdapat 4 aspek komunikasi publik pemerintah tentang COVID-19: (1)
Himbauan kepada masyarakat untuk selalu waspada dan tenang; (2) Koordinasi dengan lembaga
terkait; (3) Informasi diakses ke media; (4) Menggiring gerakan “Cuci Tangan Dengan Sabun”.

Instruksi Presiden ini ingin memberitahukan bahwa Pemerintah sangat siap dan serius
serta sanggup dalam menangani wabah. Informasi terkait dengan apa yang sedang, sudah, dan
akan dilakukan oleh pemerintah akan disebarkan secara komprehensif dan berkala. Gugus Tugas
Percepatan Penanganan Covid-19 dibentuk oleh pemerintah melalui Keppres No. 7/2020, dalam
rangka menangani pandemi Covid-19 guna tepat, efektif, efisien, cepat, sistematis, dan tersusun,
termasuk berkoordinasi dengan kementerian, lembaga pemerintah dan Pemda. Gugus Tugas ini
bertugas dalam perencanaan, berkoordinasi, mengontrol, memobilisasi sumber daya, mengawasi
serta melaporkan pelaksanaan penanganan COVID-19 kepada Presiden. Berkoordinasi terkait
dengan komunikasi publik, penyampaian informasi, update data perkembangan kasus Covid-19,
melalui konferensi pers harian (oleh Juru Bicara Covid-19), press release dan website juga
termasuk kedalam tugasnya. Narasi utama komunikasi publik Pemerintah (Kantor Staf Presiden,
2020), antara lain: Masyarakat Tetap Tenang Dan Waspada, Pemerintah Serius, Siap Dan
Mampu Menangani Covid-19, Covid-19 Bisa Sembuh serta #Lawancovid19. Tujuannya antara
lain ialah guna melahirkan masyarakat yang tenang dan memahami apa yang harus dilakukan
untuk lingkungannya dan mampu membentuk kesan kepada masyarakat bahwa dalam
mengendalikan situasi yang kritis negara hadir dan responsif.
DINAMIKA KOMUNIKASI DALAM PEMBANGUNAN DESA WISATA BRAYUT
KABUPATEN SLEMAN

Pembangunan desa wisata di Yogyakarta akhir-akhir ini sangat pesat, di Kabupaten


Sleman terdapat puluhan desa wisata bahkan beberapa desa wisata sudah berstatus mandiri.
Untuk menjadi desa wisata yang berstatus mandiri, terdapat komunikasi organisasi yang terjadi
di antara para pengelola desa wisata. Salah satunya adalah desa wisata Brayut. Dalam
pembangunan desa wisata hingga berstatus mandiri tentunya terdapat dinamika komunikasi yang
terjadi. Penelitian ini didapatkan hasil bahwa banyak terjadi dinamika komunikasi dalam
pembangunan desa wisata. Salahsatunya adalah konflik yang terjadi pada saat desa brayut akan
dijadikan sebagai desa wisata dan juga pada saat menjadi tuan rumah ngayogjazz. Selain itu
ditemukan juga dinamika komunikasi dalam organisasi desa wisata brayut. Penelitian ini
merupakan penelitian deskripstif kualitatif dan menggunakan studi kasus karena mengangkat
masalah empiris mengenai suatu kasus. Hal ini dimaksudkan agar lebih terfokus kepada objek
kajian serta mampu menjelaskan objek-objek di sekitar kajian. Dalam penelitian ini
menggunakan motode wawancara, penelususan dokumen dan observasi langsung dalam proses
pengumpulan data.

Dalam membangun desa waisata Brayut, banyak sekali permasalahan yang dihadapi
darmadji dan rekan-rekannya, salah satunya adalah dari warga yang belum mengerti apa itu desa
wisata. Saat itulah Darmadji mengedukasi dan perlahan mengajak warga setempat untuk
berpartisipasi dalam pembangunan desa wisata seperti rumah warga yang akan menjadi home
stay, pemandu wisata, pengelola desa wisata, aktif dalam kelembagaan atau pengurus. Tujuan
edukasi itu menurutnya adalah untuk membangun paradigma positif kepada warga bahwa desa
wisata untuk pemberdayaan masyarakat dan yang paling penting warga bisa menjadi pelopor
pariwisata di kampungnya sendiri. Tentunya segala proses pengembangan potensi pariwisata
yang berbasis kearifan lokal. Kendala tidak hanya datang dari warga tetapi juga dari pemerintah
yang kurang mendukung berdirinya desa wisata sebagai wisata alternatif. Namun sekarang ini,
antara pemerintah dan desa wisata satu sepakat, satu tujuan, satu tujuan, bahkan Pemerintah
Kabupaten Sleman mengklaim desa wisata menjadi salah satu program unggulannya. Karena ada
tiga hal keunggulan Sleman, yakni desa wisata, agrowisata, minapolitan.

Di desa wisata Brayut terjadi dinamika komunikasi di mana terdapat interaksi antara warga
satu dengan warga yang lain saling mempengaruhi salah satunya pada saat akan
diselenggarakannya ngayogjazz yang sempat ditolak oleh beberapa warga. Selain itu juga
ditemukan dinamika komunikasi yang terjadi di dalam organisasi kepengurusan desa wisata
Brayut. Komunikasi formal yang terjadi di desa wisata Brayut terjadi pada saat rapat rutin dan
beberapa kordinasi lainnya. Komunikasi informal organisasi di desa wisata Brayut terjadi pada
keseharian para anggotanya. Tidak adanya kordinasi rutin apabila tidak ada tamu yang akan
berkunjung atau menginap di desa wisata Brayut memudahlan para pengurus organisasi dalam
berkordinasi atau saling bertukar pikiran untuk memajukan pembangunan desa wisata. kordinasi
informal justru membuat nyaman para anggota organisasi. Hal ini amat sangat lumrah ketika
peneliti melihat sistem sosial yang masih tradisional. Ditunjang dengan budaya jawa yang masih
sangat kental dan tidak mendukung masyarakat untuk ekspresif. Dengan kata lain bahwa
komunikasi yang terjadi adalah komunikasi tingkat tinggi atau high context communications
yang lekat dengan budaya indonesia pada umumnya khususnya budaya jawa.

KOMUNIKASI PUBLIK DI TENGAH KRISIS: TINJAUAN KOMUNIKASI


PEMERINTAH DALAM TANGGAP DARURAT PANDEMI COVID-19

Pandemi Covid-19 bukan perkara mudah bagi seluruh negara dan dibutuhkan kerjasama
semua pihak dalam penanganan bencana ini. Peran pemerintah tetap menjadi yang utama,
khususnya dalam kerangka mengomunikasikan berbagai isu, kebijakan serta mekanisme mitigasi
penanganan pandemi. Konsistensi, kesamaan, kontinuitas bahasa atau pesan, kesatuan komando,
keterbukaan informasi, transparansi, menjadi sangat penting dalam komunikasi publik di masa
krisis. Pemerintah harus mengembalikan esensi masalah penanganan pandemi ini dalam
kerangka paradigma kesehatan. Komunikasi sebagai pilar kehidupan digunakan untuk menjaga
agar masyarakat tidak panik. Pemerintah berperan dalam gerakan arus utama informasi agar
masyarakat mematuhi Protokol Covid-19 serta menghadirkan ketenangan di tengah masyarakat.
Sejatinya komunikasi publik dapat menjadi pengawal, penenang dan saluran penyelesaian
informasi publik dalam penanganan pandemi Covid- 19 ini.

Salah satu faktor yang memengaruhi implementasi kebijakan publik adalah komunikasi
(Ramadani, 2019). Kualitas dan kedalaman informasi lebih penting dari pada jumlah dan
keluasan media yang digunakan. Penggunaan media sosial yang terbatas lebih efektif dan
bermakna jika informasi yang disajikan mendalam, dibandingkan penggunan media sosial yang
banyak namun dengan informasi terbatas atau permukaan. Saat ini, media sosial adalah medium
komunikasi utama yang membuat interaksi tatap muka tergantikan (Haryanti &Rusfian,
2018). Fenomena media sosial menjadi kondisi yang menguntungkan publik ketika terjadi
pandemi Covid-19. Pandemi ini mendorong orang untuk melakukan pembatasan fisik, pertemuan
atau komunikasi tatap muka (face-to-face) secara langsung. Kehadiran komunikasi yang
termediasi melalui media sosial sangat vital. Realitas informasi dunia maya dianggap realitas
nyata. Media sosial membantu publik bertukar informasi melalui jaringan personal dan
mengakses berbagai informasi publik, termasuk mengenai penanganan pandemi.

Dalam komunikasi publik, perlu diperhatikan 3 hal: Transmisi, konsistensi dan kejelasan
pesan (Ramadani, 2019). Transmisi berarti komunikasi akurat, dipahami oleh komunikator
pesan. Konsistensi berarti informasi konsisten, selaras, koheren antara satu pesan dengan pesan
lainnya. Jelas berarti pesan disampaikan dengan bahasa sederhana, mudah dipahami publik.
Salah satu bentuk konsistensi adalah adanya narasi tunggal tentang kondisi dan kebijakan. Narasi
tunggal komunikasi Pemerintah dimaknai sebagai satu kepahaman atas suatu isu, tidak berbeda
antar data atau substansi antar lembaga. Setiap pernyataan lembaga seharusnya tidak menyangkal
pernyataan, kebijakan lintas lembaga lainnya, serta mampu secara cepat mengelola isu yang ada
(Ramadani, 2019). Dalam situasi krisis, manajemen komunikasi publik penting untuk
mengurangi kesenjangan (gap) informasi. Untuk itu, strategi komunikasi publik perlu
memperhatikan suara publik (Kriyantono & Sa’diyah, 2018). Pola ini sebagai umpan balik
(input) terhadap aktivitas komunikasi ingteraktif lembaga, yang mengikutsertakan keterlibatan
publik (public involvement) dalam penanganan krisis. Pola komunikasi dinamis masyarakat di
tengah gempuran teknologi digital, membuat publik mampu mengakses informasi dengan aktif
dan cepat. Faktualitas dan aktualitas informasi menjadi kunci penanganan krisis. Media sosial
berperan untuk menjembatani kesenjangan akses informasi ini.

Oleh karena itu, komunikasi publik yang efektif di masa krisis tidak hanya mengandalkan
media digital, namun harus mengoptimalkan kombinasi media digital dan konvensional.
Misalnya penggunaan jalur komunikasi tradisional atau lokal, media massa, media sosial,
aplikasi chat, jaringan kreatif (Ramadani, 2019). Juga jalur pemuka pendapat (opinion leader,
influencer), lembaga pendidikan (kampus, sekolah), lembaga keagamaan, sosial, birokrasi lokal
(RT, RW), dan sebagainya. Penggunaan saluran komunikasi antar pribadi dan kelompok, serta
intervensi komunikasi langsung di lapangan diperlukan, agar dapat menyerap tanggapan
masyarakat dan mempercepat penyampaian informasi dari pemerintah. Mengutip Kriyantono &
Sa’diyah (2018), salah satu alasan kegagalan komunikasi pemerintah dalam menangani krisis
adalah kurangnya pemahaman komunikator dalam mengelola komunikasi dan budaya publik.
Perlu dipahami bahwa tidak semua strategi komunikasi penanganan krisis dapat diterapkan
kepada publik, daerah atau negara yang berbeda. Misalnya strategi komunikasi publik yang
diterapkan di negara Barat, belum tentu tepat diadopsi di Indonesia. Dalam kondisi krisis,
komunikator harus memahami siapa komunikan (penerima pesan) dan kearifan lokalnya.
Kearifan lokal adalah suatu pemikiran, ide yang mengandung nilai kebijaksanaan, kebaikan,
yang hadir dalam suatu masyarakat secara turun temurun dan mentradisi (Kriyantono &
Sa’diyah, 2018). Kearifan lokal hadir dalam berbagai pesan, media dan strategi penyampaian,
seperti budaya, pendidikan, aturan sosial lokal. Medium komunikasinya berupa dongeng, bahasa,
seni (musik, lagu, tari), acara adat dan lain-lain. Pola komunikasi ini penting pada situasi normal,
terlebih di masa krisis. Oleh karena itu, komunikasi publik pemerintah perlu mengedepankan
atau dibangun berdasarkan budaya, kepentingan, pendekatan kearifan lokal. Tujuannya agar
dapat memberikan dampak yang mendalam bagi publik, membangun hubungan harmonis
pemerintah-publik, serta membuat komunikasi bersifat kontekstual dan sistemik.

DINAMIKA KOMUNIKASI KESEHATAN DALAM UPAYA PENANGANAN COVID-


19 DAN OPTIMALISASI VAKSINASI COVID-19 DI INDONESIA

Pandemi COVID-19 merupakan kondisi yang melanda seluruh dunia secara tidak terduga.
Oleh karena itu, upaya penanganan yang dilakukan untuk pandemi ini adalah dengan melakukan
komunikasi krisis dan komunikasi publik sebagai sarana pemberian informasi yang dilakukan
oleh pemerintah. Ketika pemerintah terlambat dalam hal pemberian informasi untuk
masyarakat, maka krisis komunikasi dapat terjadi dan mempengaruhi pemahaman publik
mengenai COVID-19 yang mengakibatkan rendahnya tingkat disiplin dan kesadaran masyarakat
untuk mentaati himbauan serta kebijakan yang telah diberikan oleh pemerintah. Teori krisis
komunikasi situasional serta strategi komunikasi kesehatan yang baik dapat membantu
pemerintah untuk mengkaji dan menguraikan bagaimana membangun kembali kepercayaan
masyarakat terhadap pemerintah dalam upaya penanganan COVID-19. Dengan komunikasi
yang baik serta pemberian informasi secara terus-menerus, pemerintah juga dapat membangun
kepercayaan masyarakat terhadap vaksinasi COVID-19 agar ikut berpartisipasi menyukseskan
kebijakan yang telah ditetapkan. Kebijakan pemerintah dalam program vaksinasi merupakan hal
yang sangat penting untuk dilakukan karena dirasa mampu menjadi faktor penentu yang
memungkinkan masyarakat untuk dapat kembali ke rutinitas normalnya setelah pandemi
berakhir.

Kekhawatiran masyarakat akan dampak vaksinasi COVID-19 merupakan gambaran


krisis komunikasi di era pandemi saat ini. Sehingga dasar dari komunikasi krisis adalah
untuk merespon sesegera mungkin setelah krisis terjadi, melalui transparansi informasi
dan kejujuran dengan stakeholders,baik yang terkena efek langsung maupun tidak langsung
(Hidayati, 2022). Komunikasi yang efektif juga harus bertujuan untuk menjelaskan dengan
hati-hati tingkat keefektifan vaksin, waktu yang dibutuhkan untuk perlindungan (dengan
berbagai dosis, jika diperlukan) dan pentingnya cakupan seluruh populasi untuk mencapai
kekebalan komunitas. Menanamkan kepercayaan publik dalam tinjauan badan pengawas
tentang keamanan dan keefektifan vaksin akan menjadi penting (Alfreda, 2021). Dengan
komunikasi yang telah dijabarkan sebelumnya, diharapkan masyarakat nantinya mau
mengikuti program vaksinasi, yang pada akhirnya dapat mengurangi jumlah penderita yang
terpapar/meninggal karena COVID-19 (Helmi et al., 2021). Kebijakan vaksinasi COVID-19
ini dapat dikatakan sebagai pencapaian tujuan pemerintah dalam menciptakan keteraturan
serta ketertiban masyarakat dapat terwujud. Pada akhirnya, sesuai dengan konsep komunikasi
serta kebijakan yang dilakukan oleh pemerintah maka sebuah komunikasi dan kebijakan
diciptakan untuk menyelesaikan masalah dengan penuh pertimbangan agar tidak menimbulkan
permasalahan baru seperti yang sedang terjadi saat ini yaitu pandemi COVID-19. Setiap
komunikasi serta kebijakan yang dilakukan pemerintah berisi aturan hingga larangan yang
diharapkan mampu menciptakan keteraturan dan ketertiban pada masyarakat dalam upaya
penanganan serta optimalisasi program vaksinasi COVID-19.

 Dinamika komunikasi pemerintah yang terjadi dari keempat jurnal tersebut adalah bahwa
komunikasi berperan penting untuk memengaruhi implementasi kebijakan publik.
Kualitas dan kedalaman informasi lebih penting dari pada jumlah dan keluasan media
yang digunakan. konsep komunikasi serta kebijakan yang dilakukan oleh pemerintah
maka sebuah komunikasi dan kebijakan diciptakan untuk menyelesaikan masalah
dengan penuh pertimbangan agar tidak menimbulkan permasalahan baru seperti yang
sedang terjadi, tetapi ketika kebijakan atau suatu komunikasi tersebut terganggu oleh para
oknum pejabat yang hanya mementingkan dirinya, maka kebijakan tersebut akan malah
membuat susah dan membebani masyarakat. Teori krisis komunikasi situasional serta
strategi komunikasi yang baik dapat membantu pemerintah untuk mengkaji dan
menguraikan bagaimana membangun kembali kepercayaan masyarakat terhadap
pemerintah. Dengan komunikasi yang baik serta pemberian informasi secara terus-
menerus, Pemerintah juga dapat membangun kepercayaan masyarakat agar ikut
berpartisipasi menyukseskan kebijakan yang telah ditetapkan. Kominikasi yang tidak
tepat dapat menyebabkan kesalapahaman antara pihak internal dan eksternal, yang
menyebabkan buruknya suatu keadaan.
Dan kita tahu bahwa komunikasi tidak hanya berbicara secara langsung tetapi bisa
menggunakan medsos yang memudahkan siapapun untuk mendapatkan informasi secara
mudah.
 apakah ada perbedaan dinamika komunikasi pemerintahan secara internal (sesama
lembaga) dan komunikasi dengan publik?

 Tentunya ada perbedaan dinamika komunikasi pemerintahan secara internal dan


komunikasi dengan publik. Dimana kita tahu bahwa komunikasi secara internal
berfungsi sebagai mengirim dan menerima informasi tugas antara administrator
dan aparatur. Dan jenis komunikasi internal yaitu : komunikasi dari atas kebawah,
komunikasi dari bawah keatas, dan komunikasi horizontal.
 Sedangkan komunikasi dengan publik mengirim informasi publik oleh
administrator /aparatur kepada masyarakat dan sector swasta atau sector bisnis
dan mengakomodasi opini publik dari masyarakat dan sector bisnis.
 Tetapi untuk media komunikasinya sama yaitu menggunakan medsos dan internet
Penggunaan media sosial yang terbatas lebih efektif dan bermakna jika informasi
yang disajikan mendalam, dibandingkan penggunan media sosial yang banyak
namun dengan informasi terbatas atau permukaan. Saat ini, media sosial adalah
medium komunikasi utama yang membuat interaksi tatap muka tergantikan
(Haryanti &Rusfian, 2018). Fenomena media sosial menjadi kondisi yang
menguntungkan publik ketika terjadi suatu masalah. Kehadiran komunikasi yang
termediasi melalui media sosial sangat vital. Realitas informasi dunia maya
dianggap realitas nyata. Media sosial membantu publik bertukar informasi melalui
jaringan personal dan mengakses berbagai informasi publik.

Anda mungkin juga menyukai