Anda di halaman 1dari 8

Makalah

Implementasi Stimulasi 'Leadership Plasticity' Berbasis Neuroplastisitas: Strategi


Membangun 'Adaptive Leader' Di Era Pandemi Covid-19

DI SUSUN OLEH :

NAMA : ANDI ARNA SEPTIANJANI

NIM : 220240025

KELAS : 4A Fikes

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PAREPARE


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
TAHUN AJARAN 2021/2022
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan nikmat serta hidayah-Nya terutama
nikmat kesempatan dan kesehatan sehingga bisa menyelesaikan makalah mata kuliah
“Epidemiologi Penyakit Menular”. Shalawat serta salam kita sampaikan kepada Nabi besar
kita Muhammad SAW yang telah memberikan pedoman hidup yakni Al-Qur’an dan sunnah
untuk keselamatan umat di dunia.

Makalah ini merupakan salah satu tugas mata kuliah Epidemiologi Penyakit Menular di
program Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Kesehatan pada Universitas Muhammadiyah
Parepare. Selanjutnya penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Ibu
Henni Kumaladewi H, SKM, M. Kes selaku dosen pembimbing mata Epidemiologi
Penyakit Menular dan kepada segenap pihak yang telah memberikan bimbingan serta arahan
selama penulisan makalah ini.

Parepare, 26 April 2022


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sejak tahun 2020 sampai sekarang tahun 2022 terhitung sudah dua tahun lebih Bangsa
Indonesia dilanda oleh pandemic Covid-19 (Coronavirus Disease-19). Selama itu juga telah
mengubah tatanan perabadan semua sector kehidupan, baik dari sector sosial, ekonomi,
pendidikan, perdagangan dan sebagainya. Meskipun demikian semua sector tersebut tidak
boleh berhenti bergerak dan harus adaptif terhadap perubahan yang ada. Dalam keadaan
tersebut dibutuhkan pemimpin yang dapat dijadikan panutan dan mampu melihat
permasalahan yang diamai oleh bangsa, serta dapat menemukan solusi untuk memecahkan
permasalahan.

Suatu lembaga atau organisasi memiliki fokus utama yaitu pencapaian tujuan. Namun
dalam prakteknya, pencapain tujuan tersebut tidak selamanya berjalan dengan lancar, tidak
sedikit organisasi bisnis yang bangkrut akibat berbagai kesulitan yang dihadapi. Ikhsan
Ingratubun selaku ketua Asosiasi UMKM Indonesia mengatakan bahwa selama 2020 ada 30
juta UMKM yang bangkrut kerena Covid-19. Tantang permasalahan yang di hadapi seperti
kesulitan keuangan, pemasaran, pertumbuhan, dan ketatnya persaingan. Permasalahan
tersebut akan menjadi rumit mana kala tidak di selesaikan dengan cepat. Bukan di lingkungan
organisasi bisnis saja tetapi juga dalam organisasi pemerintahan yang sering kali gagal dalam
memberikan pelayanan kepada masyarakat, yang selanjutnya memicu masyarakan melakukan
tindakantindakan yang tidak elegan sebagai rasa ketidak puasan atas pelayanan yang
diberikan oleh pemerintah. Sebagai pemimpin harus mampu membaca, mengidentifikasi
berbagai masalah di tengah masyarakat, serta menemukan solusi untuk memecahkan masalah
yang terjadi. Pemimpin jangan menghindar masalah melaikan mencari solusi untuk
menyelesaikan masalah.

Kepemimpinan sebelum dan masa pendemi ini sangatlah berberda. Oleh karena itu
Pemimpin organisasi harus mampu beradaptasi dengan kebijakan PSBB, PPKM dan
penerapan protokol kesehatan. Munculnya gaya baru dalam mengawal organisasi seperti pola
komunikasi, cara kerja serta cara berinteraksi merupakan tantang yang harus dihadapi oleh
pemimpin oraganisasi.

B. Rumusan Masalah
1. Jelaskan yang dimaksud dengan Kepemimpinan adaptif?
2. Bagaimanakah Gaya Kepemimpinan adaptif di masa Pandemi Covid-19?
3. Bagaimanakah aspek-aspek transformasi kepemimpinan adaptif ?
4. Bagaimana implementasi Stimulasi 'Leadership Plasticity' Berbasis Neuroplastisitas:
Strategi Membangun 'Adaptive Leader' Di Era Perubahan?
5. Bagaimana pencegahan COVID-19, dengan Social Distancing atau Physical Distancing?
C. Tujuan Masalah
1. Untuk dapat mengetahui pengertian Kepemimpinan adaptif.
2. Untuk dapat mengetahui gaya Kepemimpinan adaptif di masa Pandemi Covid-19.
3. Untuk dapat mengetahui aspek-aspek transformasi kepemimpinan adaptif.
4. Untuk dapat mengetahui implementasi Stimulasi 'Leadership Plasticity' Berbasis
Neuroplastisitas: Strategi Membangun 'Adaptive Leader' Di Era Perubahan
5. Untuk dapat mengetahui bagaimana pencegahan COVID-19, dengan Social
Distancing atau Physical Distancing
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Kepemimpinan Adaptif


Kepemimpinan menurut Mohammad Guntoro merupakan kemampuan atau kesiapan yang
dimiliki seseorang untuk mempengaruhi, mendorong, mengajak, menuntun, menggerakan,
mengarahkan, dan memaksa orang lain atau kelompok agar menerima pengaruh tersebut dan
melanjutkannya dengan sesuatu tindakan yang dapat membantu tercapainnya tujuan tertentu yang
telah direncanakan dan ditetapkan.

Konsepsi kepemimpinan dapat dilihat dari konsepsi secara luas maupun secara sempit. Secara
luas kepemimpinan mengarah pada konsep tindakan mempengaruhi anggota kelompoknya,
sehingga dari konsepsi luas pengaruh dan kepatuhan merupakan komponen yang paling utama.
Sedangkan secara sempit komponen utama dari kepemimpinan adalah pengaruh dan komitmen dari
pemimpin tersebut.

Sedangkan Kepemimpinan Adaptif adalah kepemimpinan yang mampu dan cerdas menghadapi
berbagai situasi dalam kepelbagaian perisatiwa. Artinya kepemimpinan Adaptif merupakan
kepemimpinan yang tidak banyak berpikir, melainkan cepat bergerak dengan berbagai tindakan,
untuk mencari sosusi untuk memecakan masalah yang terjadi sesuai dengan kebutuhan.
Kepemimpinan adaptif selalu mampu menata kepribadiannya dan meningkatkan kualiatas mental
untuk terlibah dalam perubahan.

B. Gaya Kepemimpinan Adaptif Di Masa Pandemi Covid-19


Kepemimpinan adaptif adalah kemampuan seseorang pemimpin untuk berubah, beradaptasi
dan menerima alternatif baru untuk memperjuangkan pencapaian visi dengan cara-cara kreatif
tanpa kehilangan nilai/norma organisasi.6 Dengan definisi tersebut di masa pandemi Covid-19 ini
pemanfaatan tektologi digital merupakan alternatif baru yang dapat digunakan pemimpin sebagai
solusi yang tepat untuk tepat menjalankan organisasi di masa pandemi serta meningkatkan
produktifitas pengikutnya.

Adapun gaya kepemimpinan adaptif di masa pandemi Covid-19 sebagai berikut:

1. Pemanfaatan Teknologi Digital/Kepemimpinan Digital


Perkembangan teknologi informasi pada masa pandemic Covid-19 meningkat secara
pesat. Hal ini dibuktikan dalam laporan yang berjudul Digital 2021: the latest insights into
the state of digital yang menyebutkan bahwa dari total 274,9 juta penduduk indonesia 170
juta diantaranya telah menggunakan media sosial. Jadi dapat dikatakan bahwa teknologi
informasi mendungkung dilakukannya WFH dan Belajar Online. Dengan adanya model
Belajar Online dan WFH tersebut maka para pemimpin dituntuk untuk dapat mentrasformasi
ketidakbiasaan dan ketidakpastian dalam organisasai, sehingga dibutuhkan pemimpim
adaptif dalam memanfaatkan digital.
Kepemimpinan digital adalah kemampuan seorang pemimpin dalam memanfaatkan
tekonologi infomasi dan komunikasi dalam menavigasi suatu organisasi/ perusahaan yang
dipimpinnya sehingga tujuan atau target dapat dicapai.

2. Lingkungan Kerja Digital


Kepemimpinan digital yang baik dapat menciptakan sebuah lingkungan kerja digital yang
fleksibel, praktis dan transparan. Lingkungan kerja digital yang baik akan tercipta dengan
pemanfaatan beberapa teknologi aplikasi yang ada dalam ponsel, seperti whatshapp,
messenger, line, telegram, zoom meeting, maupun googel meet. Melalui media tersebut
pemimpin dapat dengan mudah untuk melakukan interaksi untuk bertukar informasi dengan
pengikutnya. Bekerja sama satu dengan yang lain untuk mengerjakan tugas, seperti
membuat laporan dan sebagainya. Jadi meskipun tidak berhadapan secara langsung dengan
bertatap muka, tetapi tetap meningkatkan kualitas kerja yang baik.

C. Aspek-Aspek Transformasi Kepemimpinan Adaptif


Aspek-aspek transformasi kepemimpinan adaptif antara lain:

1. Kepemimpinan muncul pada waktu orang-orang dalam organisasi (pemimpin dan


pengikutnya)menginginkan untuk meningkatkan motivasi dan moralitas yang tinggi.
Kondisi ini dapat muncul pada organisasi bisnis manakala organisasi tersebut
sedang menghadapi pesaing atau banyaknya ketidak puasan pelanggan. Dalam
organisasi pemerintah dapat muncul pada saat kritik dari masyarakat meningkat.
2. Berusaha untuk memotivasi dan menginspirasi orang-orang sekitarnya dengan cara
menjelaskan bahwa pekerjaan mereka penting dan penuh tantangan. Cara memotivasi
dapat dilakukan dengan berbagai pendekatan misalnya dengan pendekatan
teori kebutuhan, yaiu memenuhi kebutuhanutama para pengikutnya seperti kebutuhan
fisik, keamanan, sosial, penghargaan, dan aktualisasi diri. Atau dengan cara
menciptakan keadilan yang dituangkan dalam sistem permanen, dan memberikan
kesempatan untuk memberikan kontribusinya dalam memajukan organisasi.
Sedangkan untuk membangkitkan inspirasi dapat dilakukan dengan mengevaluasi
atas kegagalan dan keberhasilan yang telah dicapai, mendorong terjadinya proses
pembelajaran seperti diskusi, membaca, studi banding dan sebagainya.
3. Mampu mengurangi ketergantungan para pengikut terhadap pemimpinnya, dengan cara
mendelegasikan kewenangan, mengembangkan kemampuan, dan meningkatkan
rasa percaya diri para pengikutnya, mendorong untuk mengatur sendiri kerja
tim, melengkapi akses langsung utuk memperoleh informasi, menghilangkan fungsi
kontrol yang tidak perlu, dan menciptakan budaya kerja yang kuat untuk
pemberdayaan. Tentunya dalam mengurangi ketergantungan perlu diperhatikan pula
kematangan dari para pengikut. Pengikut yang telah matang dan dewasa dalam
arti telah memiliki kemampuan kerja yang memadai dan perilaku yang baik akan
lebih tepat untuk diberikan delegasi wewenang dan kesempatan
mengembangkan diri secara luas. Pendelegasian wewenang dapat mendorong
inisiatif para pengikut untuk menciptakan perubahan. Kesalahan-kesalahan kecil
dan tidak signifikan bukan merupakan kesengajaan, tetapi merupakan semangat
untuk berani mencoba, misalnya mencoba cara-cara kerja baru.
4. Mengembangkan pemikiran visioner, seperti dalam pengembangan organisasi dan
mengatasi permasalahan yang tidak dapat diselesaikan secara terstruktur, seperti dalam
keadaan krisis. Dalam keadaan krisis diperlukan pemikiran “out of the box”, oleh
karena umumnya sistem yang diciptakan dirancang untuk mengatur hal-hal yang rutin.
5. Lebih mengembangkan cara kerja kolaboratif ketimbang cara kerja hierarkis, dengan
melalui pembelajaran individual maupun pembelajaran organisasi. Kerja kolaboratif
akan memperoleh hasil yang sinergis, yaitu hasil yang lebih besar dari pada
penjumlahan hasil kerja individu”. Sedangkan cara kerja hierarkis terkadang harus
melalui proses yang cukup panjang dan memakan waktu lama, dan kadang kala hanya
untuk memenuhi kepentingan formal dan kurang memperhatikan pertanggung jawaban
substansi dan rasional.
6. Meningkatkanpemberdayaan pengikut sehingga cocok untuk menghadapi
perkembangan situasi dan lingkungan yang berpengaruh terhadap organisasi.

Anda mungkin juga menyukai