Anda di halaman 1dari 3

Tugas 2 Kepemimpinan Sektor Publik (R.

01)
Nama : Fahradika Ika Shilvi
NPM : 193515516074
Dosen : Heru Dian Setiawan, S.T., M.Si.
Prodi : Administrasi Publik – FISIP
UNIVERSITAS NASIONAL

Kepemimpinan adalah sebuah kemampuan atau kekuatan dalam diri seseorang


untuk memengaruhi dan menggerakkan orang lain dalam hal bekerja sama agar mencapai
target organisasi yang telah ditentukan. Sebuah organisasi, akan selalu membutuhkan
seseorang yang bisa memimpin dan mengarahkan secara efisien dalam mencapai tujuan
yang telah ditetapkan. Terutama, seorang pemimpin akan menjadi role model bagi
bawahannya. Kepemimpinan merupakan salah satu faktor yang sangat menentukan dalam
pengembangan dan kemajuan dari sebuah organisasi. Dengan adanya kepimimpinan yang
kapabel akan berdampak bagi kemajuan organsasi. Sebab pemimpin sangat diperlukan
untuk menentukan visi dan tujuan organisasi, mengalokasikan dan memotivasi
sumberdaya agar lebih kompeten, mengkoordinasikan perubahan, serta membangun
pemberdayaan yang intens dengan pengikutnya untuk menetapkan arah yang benar atau
yang paling baik. Maka dari itu, tidak sembarang orang bisa menjadi seorang leader, dan
tidak semua leader memiliki kualitas leadership. Selain peran pemimpin sebagai orang
yang mampu mengarahkan SDM dan alur pekerjaan yang akan membantu bisnis
berkembang, pemimpin yang memiliki kualitas kepemimpinan yang baik akan menjadi
panutan bagi bawahannya sehingga mereka termotivasi untuk meningkatkan potensi
dalam diri mereka. Otomatis, individu maupun kelompok yang dibawahi semakin
menjadi kekuatan bagi perusahaan. Berikut adalah rangkuman gambaran dari sebuah
leadership yang ideal. Pertama, memiliki Karakter yang Kuat. Sebelum seorang
pemimpin mampu membuat orang lain untuk memercayai arahannya, dia harus yakin
dengan ide-ide yang dikeluarkannya. Karakter seorang leader nantinya akan menjadi
identitasnya. Leadership yang telah terbentuk nantinya akan menjadi panutan bagi orang
yang memercayai Anda. Sebagai contoh, sikap berpendirian teguh dan Sikap pemimpin
lainnya adalah tegas. Kedua, bertanggung jawab. Seorang pemimpin yang mencetuskan
ide, memberikan arahan, dan mengawasi proses kegiatan, harus dapat
mempertanggungjawabkan pekerjaannya hingga akhir. Jika melakukan kesalahan,
seorang pemimpin tidak boleh menghindar apalagi melempar kesalahan tersebut kepada
orang lain. Ketiga, visionary. Pemimpin yang memiliki vision akan jauh lebih mudah
mengarahkan bawahannya untuk saling bekerja sama dalam memenuhi tujuan tersebut.
Keempat, IQ & EQ yang Seimbang. Masa kini banyak yang mengatakan bahwa leader
dengan EQ yang lebih baik disukai oleh bawahan maupun koleganya. Kecerdasan
emosional menjadi kunci penting dalam peran kepemimpinan yang ideal. Jadi, akan lebih
baik jika seorang pemimpin memiliki IQ dan EQ yang seimbang agar bisa menjalankan
perannya dengan baik. Kelima, memiliki Suara yang Lantang. Lantang yang dimaksud
diartikan sebagai percaya diri dalam menyuarakan pendapat, memberikan arahan
termasuk tidak segan dalam menegur anggota jika ada yang melakukan salah.

Pada 28 Juni 2020, di akun Youtube Sekretariat Presiden menayangkan video


sidang kabinet. Video tersebut memperlihatkan Presiden Joko Widodo menunjukkan
amarah kepada para menteri di Kabinet Indonesia Maju perihal kinerja pada periode
pandemi Covid-19. Beberapa poin yang ditekankan oleh Presiden Jokowi, yaitu serapan
anggaran di Kementerian Kesehatan, penyederhanaan prosedur, hingga tidak optimalnya
bantuan sosial. Sebagai contoh, perihal penyederhanaan prosedur Bantuan Langsung
Tunai (BLT) Desa sesungguhnya sudah diperintahkan oleh Presiden Jokowi pada
pertengahan Mei 2020.

Agile government menurut beberapa pakar lainnya diartikan agile sebagai tangkas
maupun gesit. Pemerintahan cergas sering disebut sebagai salah satu solusi terhadap
permasalahan daya saing dan inefisiensi dalam organisasi sektor publik. Di era persaingan
global, suatu negara harus berupaya untuk bisa kompetitif untuk dapat mendongkrak
investasi yang bermuara pada pertumbuhan ekonomi. Pada akhirnya, hal itu akan dapat
memberikan manfaat kepada rakyat. Contohnya seperti BPKP bahkan mulai mendalami
konsep agile auditor untuk mendukung peran pengendalian internal dalam organisasi
pemerintahan yang cergas. Selain itu, terhadap penyederhanaan birokrasi yang menjadi
tugas Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi periode
2019-2024, diketahui bahwa tujuannya adalah agar terbentuk birokrasi yang dinamis,
agile, dan profesional.

Menurut publikasi yang berjudul Agile: A New Way of Governing (2020)


menyebut bahwa terdapat beberapa tantangan dalam menerapkan konsep yang matang di
sektor privat tersebut ke dalam pemerintahan. Pertama, cergas adalah antitesis birokrasi
tradisional. Sebagai suatu konsep yang berangkat dari pengembangan piranti lunak, maka
dua kata kunci dari cergas adalah sistem yang berjalan serta respon terhadap perubahan.
Dalam konsep cergas, yang utama adalah suatu masalah harus ditangani terlebih dahulu.
Persoalan metodenya kemungkinan akan berubah di tengah jalan, bukan suatu
permasalahan. Kedua, cergas membutuhkan bentuk kepemimpinan yang berbeda.
Pengambilan keputusan secara konsensus dan keberterimaan pada pendekatan trial and
error menjadi salah satu hal yang dibutuhkan setidaknya ada pada level pimpinan
menengah. Di sisi lain, cergas juga membutuhkan proteksi terhadap pelaksana dari politik
eksternal maupun pengaruh lainnya. Trial and error dalam sistem yang berjalan sekarang
menciptakan konsekuensi pada pemimpin. Sebagaimana diketahui, berkaca dari
pengalaman yang lampau, tidak sedikit pengambil kebijakan yang dicekam ketakutan
akan terseret ke meja hijau karena keputusan yang diambilnya. Ketiga, cergas
membutuhkan perubahan besar pada skema pengadaan dan kontrak. Dengan regulasi
yang terbilang ketat saja ada upaya untuk korupsi. Konsep cergas mengedepankan
pengembangan berkelanjutan dengan perubahan-perubahan yang dapat terjadi sambil
jalan. Secara teknis, hal ini dapat mempengaruhi harga satuan hingga durasi kontrak

Dalam persaingan global, harus diakui bahwa perubahan menuju pemerintahan


yang cergas adalah suatu kebutuhan. kebijakan baru yang muncul sejak Maret 2020
terutama dalam konteks Covid-19 sesungguhnya mulai tampak unsur cergasnya.
Relaksasi dan deregulasi dijalankan untuk pertama-tama menyasar permasalahan utama
dengan lebih cepat. Pada konteks ini, pengendalian intern yang kuat menjadi kunci
pelaksanaan yang optimal. Tepat sasaran, namun juga tidak melenceng dari aturan. Di
balik kemarahan Presiden, sesungguhnya telah ada berbagai prosedur bernapaskan agile
yang tengah berjalan di lapangan. Belum sempurna, memang, tapi setidaknya sudah ada
bentuknya. Artinya, jika kemudian dilaksanakan dengan baik serta ditunjang oleh
pengendalian intern yang juga prima.

Anda mungkin juga menyukai