Nomor : 18
Menteri keuanagan mempunyai tiga peran yaitu sebagai COO (Chief Operational
Officer), sebagai CFO (Chief Financial Officer) atau BUN (Bendahara Umum Negara), dan
juga sebagai Wakil Pemerintah dalam Kepemilikan KND. Menteri keuangan selaku COO
berperan dalam pengguna anggaran atau barang Kemenkeu.
Dalam menghadapi tantangan ke depan kita harus mampu melakukan adaptasi yang
kita sebut sebagai transformasi. Kemenkeu dalam melakukan transformasi mempunyai
beberapa urgensi. Yang pertama yaitu Kemenkeu harus mampu menguatkan perannya sendiri
dalam mengawasi fungsi pengelolaan Fiskal dan Wakil KND. Selanjutnya, Kemenkeu
melakukan perubahan lingkungan proses bisnis yang semakin cepat dan dinamis. Kemenkeu
juga mempunyai visi untuk menjadi trusted advisor dan strategic partner. Transformasi ini
harus dilakukan karena akan berpengaruh pada organisasi dan sumber daya manusia (SDM).
Esensi dari transformasi adalah adaptasi terhadap dinamika perubahan lingkungan dan
tantangan-tantangan yang dihadapi. Kita sebagai manusia yang adaptif dituntut harus
mengalami transformasi.
Dua puluh tahun yang lalu, tepatnya mulai tahun 2003, peran pengawasan menteri
keuangan sudah mengalami perubahan yang fundamental. Perubahan tersebut terlihat dalam
UU 17 tahun 2003 tentang Keuangan Negara, UU 1 tahun 2004 tentag Perbendaharaan
Negara, dan juga dalam Reformasi Birokrasi Kemenkeu. Peran kemenkeu disini hanya masih
sebatas sebagai COO. Tetapi, tantangan dalam setiap masa terus berubah. Pada tahun 2015,
Kemenkeu sudah mulai melakukan pengawasan terhadap pengelolaan fiskal dengan PMK
No.204/2015 yang sifatnya koordinatif. Jadi, Inspektorat Jenderal Kemenkeu melakukan
koordinasi pengawasan dengan APIP lain, bertindak untuk dan atas nama Menteri Keuangan
sebagai CFO.
Karena masih bisa terjadi celah dalam pengawasan yang koordinatif atau tidak
langsung ini, maka pada tahun 2022 dilakukan transformasi dalam Kemenkeu untuk
memperkuat peran pengawasan CFO. Dan dalam tahun ini, pengawasan dilakukan secara
langsung. Sehingga pengawasan lebih efisien, efektif, dan menghindari terjadinya hal-hal
yang tidak diinginkan. Di tahun ini juga sudah mulai dilakukan piloting pengawasan subsidi,
transfer daerah, dan penyertaan modal negara.
Kita semua adalah leader atau pemimpin. Untuk menjadi leader atau pemimpin,
seseorang mempunyai visi. Visi secara sederhana ialah keinginan atau cita-cita perusahaan di
masa depan. Selain punya visi atau mimpi, seorang pemimpin harus juga bisa
mewujudkannya atau mengimplementasikannya. Jadi, jika seseorang hanya mempunyai visi
saja, maka ia adalah pemimpi. Tetapi, jika ia bisa mewujudkannya maka ia bisa disebut
sebagai pemimpin.
Seorang pemimpin harus mempunyai tiga ‘baju’ sekaligus. Tiga diantaranya ialah
pemimpin harus mempunya baju sebagai leader. Kedua, pemimpin harus mempunyai baju
sebagai manager. Dan yang terakhir, pemimpin harus mempunyai baju sebagai follower.
Kebanyakan dari kita hanya sampai pada level manager. Karena kita kurang konsisten dalam
menjalankan peran sebagai follower.
Dalam change management, kita juga harus mempunyai kapabilitas dan kemampuan
stakeholder manajemen. Artinya, kita harus bisa mengatur hubungan kita dengan
stakeholder. Karena kita membutuhkan dukungan dari mereka juga. Selanjutnya, kita harus
memerhatikan capacity building. Capacity Building ini diperlukan agar kita bisa
merealisasikan visi-visi yang telah kita buat.
Dalam melakukan transformasi, kita juga harus memerhatikan dampak yang terjadi
dari adanya hal tersebut. Dampak hal tersebut bisa dilihat dari bagaimana pengaruhnya ke
proses bisnis, ke dalam organisasi, dan juga ke SDM.
Dapat kita simpulkan, kita semua adalah pemimpin. Dan kepemimpinan adalah
tanggung jawab semua orang. Kepemimpinan juga keahlian dan kemampuan yang dapat
dipelajari. Jadi, jika kita mau dan berusaha, kita dapat mengasah skill kepemimpinan kita.
Dimulai dari hal-hal kecil. Contoh, sebagai mahasiswa, kita harus disiplin dan tidak boleh
terlambat masuk ke kelas.
Dalam bertransformasi, kita harus mempunyai visi yang sama. Visi yang dimiliki
antara organisasi dan individu harus mempunyai tujuan yang sama.
Jika kita ingin menjadi agen perubahan untuk lingkungan sekitar kita maka langkah
pertama yang harus kita lakukan ialah melakukan perubahan dalam diri kita. Diri kitalah
dahulu yang harus kita ubah dan perbaiki ke arah yang lebih baik. Dari situlah, kita dapat
menjadi agen perubahan. Menjadi agen perubahan yang dapat memengaruhi lingkungan
sekitar kita.
Untuk melakukan perubahan, ‘power’ atau kuasa bukanlah sesuatu yang berpengaruh
besar. Sesuatu yang lebih berpengaruh besar itu ialah kharisma atau karakter yang kita miliki.
Tetapi, bukan berarti, kuasa adalah sesuatu yang tidak berpengaruh sama sekali terhadap
kepemimpinan.