Anda di halaman 1dari 37

BAB II

TINJAUAN PUTAKA

A. Sejarah Penelitian
1. Rem adalah bagian penting dari kendaraan, yang berfungsi untuk memperlambat
atau menghentikan kendaraan. Tujuannya untuk menentukan kapasitas maksimum
dari kampas rem kiri dan kampas rem kanan serta waktu yang dibutuhkan untuk
berhenti dengan perbedaan kecepatan kendaraan. Penelitian ini dilakukan untuk
mengetahui besaran gaya yang terjadi pada rem untuk kendaraan roda empat
dengan analisis berubah – ubah jarak pengereman anatara 5m, 10m, 15m, dengan
variasi kecepatan kendaraan 40 km/jam, 50km/jam, 60km/jam, 70km/jam,
80km/jam Dari perhitungan dinamika kendaraan pengereman, ditemukan bahwa
MOBIL NASIONAL MINI TRUCK kendaraan dengan kecepatan 80km/jam
dengan jarak pengereman 5 meter waktu yang dibutuhkan adalah 0,45 detik,
memberikan perlambatan kendaraan adalah 49.284 m/dt. Serta menghasilkan gaya
tuas rem dari silinder rem kiri adalah 2378.35 N. dan gaya tuas rem dari silinder
rem kanan adalah 1818.74 N. disini juga menghitung gaya injak pedal terhadap
tekanan minyak apabila pedal rem diberi beban 5kgf maka tekanan minyak adalah
14.93 kg/cm2 . Gaya pengereman adalah gaya yang harus dipenuhi oleh unit rem
terkandung di dalam kendaraan tersebut”. Rohmad Setiyono, (2015).

2. Merespon pesatnya pasar otomotif di Indonesia, pada tahun 2012 Universitas


Negeri Semarang (UNNES) bekerja sama dengan Kementerian Perindustrian
(Kemperin) merancang kendaraan multiguna untuk memenuhi kebutuhan dan
meningkatkan mobilitas serta produktifitas masyarakat pedesaan. Kendaraan harus
memenuhi standar layak jalan yang ditetapkan oleh Dinas Perhubungan agar dapat
dipasarkan, salah satunya pada sistem pengereman kendaraan. Oleh karena itu,
tugas akhir ini menganalisa kinerja sistem pengereman dan pengaruhnya terhadap
kestabilan arah mobil multiguna pedesaan. Analisa kinerja dengan perhitungan

4
5

jarak minimum pengereman dan membandingkannya dengan standar layak jalan,


serta menghitung proporsi gaya pengereman ( dan ) untuk mengetahui
kestabilan arah kendaraan (understeer, oversteer). Kinerja pengereman dianalisa
dengan variasi kecepatan (20, 40 dan 80 km/jam) dan beban muatan (600, 800, dan
1000 kg). Dari hasil penelitian diketahui bahwa distribusi pengereman menurut
kemampuan sistem adalah = , dan = , . Nilai dari besar gaya
rem depan adalah . , N sedangkan untuk gaya rem belakang sebesar .
, N. Pada kendaraan kosong dengan nilai gaya pengereman yang
dihasilkan oleh sistem, maka kendaraan cenderung bersifat understeer. Namun
dengan penambahan muatan kecenderungan kendaraan berubah menjadi
understeer. Untuk sistem pengereman pada mobil pedesaan ini dari kecepatan 20
km/jam ke 40 km/jam jarak pengereman bertambah 300 persen. Oleh karena itu
gaya pengereman oleh sistem belum memenuhi. Agar gaya pengereman dapat
memenuhi keinginan (variasi) maka penulis menyarankan untuk mengatur tekanan
pada master silinder, dinaikkan sebesar 19717228,91 Pa, diharapkan dapat
memenuhi kriteria standar dari Dinas Perhubungan”. Deajeng Prameswari (2019).

2. Kontes Mobil Hemat Energi merupakan sebuah perlombaan tentang perancangan


dan pembuatan mobil hemat energi yang ramah lingkungan. Perlombaan ini
bertujuan untuk menjawab tantangan zaman yang merujuk pada solusi
permasalahan keterbatasan dan menipisnya bahan bakar fosil. Mobil Garnesa
merupakan mobil rancangan mahasiswa teknik mesin unesa yang diikutkan dalam
perlombaan Kontes Mobil Hemat Energi yang diselenggarakan oleh Kementrian
Ristek Dikti yang bekerja sama dengan Universitas Gajah Mada. Pada Kontes
Mobil Hemat Energi ini Mobil Garnesa masuk pada kategori urban dimana
kendaraan harus menyerupai kendaraan roda 4 pada umumnya. Pada kategori ini
sistem pengereman merupakan salah satu komponen yang diuji untuk syarat
diijinkannya kedaraan memasuki lintasan. Sistem pengereman harus menggunakan
rem hidrolik 4 disc yang bekerja dengan pola X. sistem pengereman ini harus
6

mampu menahan kendaraan agar tidak bergerak pada kemiringan 120 dan harus
bisa menghentikan kendaraan pada jarak kurang dari 5 meter pada kecepatan
40km/jam sesuai peraturan yang ditetapkan panitia. Fokus dari penelitian ini
adalah mengetahui bentuk pemodelan dinamik dan analisa sistem pengereman
mobil GARNESA mengunakan pemodelan simulink MATLAB. Mengetahui hasil
pengereman kendaraan berbasis kekuatan injakan pedal rem yang berbeda
terhadap “PisTon Rod Displacement” master silinder. Dan mengetahui hasil
pengereman kendaraan dengan kecepatan maksimal kendaraan dan kekuatan
injakan pedal rem yang berbeda terhadap “Stopping Distance” kendaraan. Hasil
penelitian ini menunjukkan dengan pemodelan MATLAB besar gaya injakan
pedal rem memperngaruhi jarak tempuh PisTon Master Silinder. Semakin besar
gaya injakan semakin jauh pergerakan pisTon master silinder dan pergerakannya
cenderung konstan. Stoping Distance mobil GARNESA dengan basis kekuatan
ijakan 20 kgf dengan waktu 2,5 s pada kecepatan 40km/jam adalah 18,85m.
sedangkan pada kecepatan 38km/jam dengan basis kekuatan injakan pedal rem
yang sama adalah 16,68m. Pada kekuatan injakan 25 kgf dengan waktu 2,5s
kecepatan 40km/jam adalah 16,68 m, dan pada kecepatan 38km/jam dengan
kekuatan injakan dan waktu yang sama diperoleh jarak pengereman 14,50 m.
Stopping Distance untuk kekuatan injakan pedal rem 30 kgf dengan waktu 2,5s
dan kecepatan 40km/jam adalah 14,50 m dan pada kecepatan 38km/jam adalah
12,33 m. Stopping distance sangat dipengaruhi oleh keukatan injakan pedal rem.
Semakin besar kekuatan injakan yang diberikan, maka semakin pendek Stopping
Distance yang didapatkan”. FAQIHUDDIN RAHMATULLOH (2018).

3. Penggunaan sepeda motor semakin meningkat, dimana sistem remya banyak yang
menggunakan sistem konvensional. Angka kecelakaan sepeda motor juga
meningkat, yang mana salah satu penyebabnya adalah kegagalan rem, yang
mempengaruhi jarak pengereman dan stabilitas kendaraan. Penelitian ini
menganalisa sistem rem secara kemampuan, kebutuhan dan eksperimen. Beberapa
analisa dilakukan untuk menghitung distribusi pengereman (Kbf ), jarak
7

pengereman minimum,dan kestabilan arah kendaraan (oversteer,understeer).


Metode yang digunakan dengan membuat variasi kecepatan, dan pertambahan
bebanmuatan pada permukaan aspal dan beTon. Hasil analisa dan eksperimen
disimpulkan distribusi gaya rem secara kemampuan sistem adalah Kbf = 0,388 dan
Kbr = 0,613, secara kebutuhan sistem dengan penumpang satu orang (168 kg)
adalah Kbf= 0,489 dan Kbr = 0,512, penumpang dua orang (238 kg) adalahKbf =
0,483 dan Kbr = 0,517. Hasil eksperimen jarak pengereman minimum cukup
aman, tetapi arah stabilitas secara kemampuan sistem adalah oversteer, demikian
juga secara kebutuhan sistem dengan penumpang satu orang (168 kg) dan
penumpang dua orang (238 kg).pada kondisi ini harus menjadi perhatian
pengemudi. IR. RUDI ADOLF HOTMAN SIHOMBING, M.T (2018)

4. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh sistem pengereman pada


mobil Grandmax type S402RP terhadap nilai efisiensi rem pada alat uji rem
Iyasaka. Mobil Grandmax pickup type S402RP menggunakan sistem rem LSPV (
Load Sensing Propotioning Valve). Dimana sistem ini secara otomatis mengatur
tekananan minyak rem pada roda belakang akibat adanya perubahan beban pada
kendaraan. Terdapat perbedaan nilai efisiensi rem sumbu 2 (dua) mobil Grandmax
pickup type S402RP tanpa beban dengan mobil Grandmax pickup type S402RP
dengan beban, kendaraan mobil Grandmax pickup type S402RP dengan beban
memiliki nilai efisiensi rem sumbu 2 (dua) yang lebih besar dibandingkan dengan
mobil Grandmax pickup type S402RP tanpa beban. Hal ini karena sistem rem pada
LSPV sangat berpengaruh terhadap perubahan beban yang diterima pada roda
sumbu 2 (dua), semakin besar beban yang diterima oleh sumbu 2 (dua) maka akan
semakin besar nilai gaya pengereman yang akan dihasilkan. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa nilai efisiensi rem mobil Grandmax pickup type S402RP
dipengaruhi oleh beban yang diterima pada sumbu 2 (dua). I Gede Eka Lesmana (
2019).
8

B. Teori Dasar
1. Pengertian rem
Rem secara umum adalah suatu sistem yang bekerja untuk memperlambat atau
menghentikan suatu perputaran, misalkan perputaran roda kendaraan. Prinsip kerja
sistem rem kendaraan adalah mengubah tenaga kinetik menjadi panas dengan cara
menggesekan dua buah logam pada benda yang berputar sehingga putarannya akan
melambat, dengan demikian laju perputaran roda kendaraan menjadi pelan atau
berhenti dikarenakan adanya kerja rem.
a. Fungsi Rem
Rem dirancang untuk mengurangi kecepatan (memperlambat) dan
menghentikan kendaraan atau memungkinkan parkir pada tempat yang
menurun. Peralatan ini sangat penting pada kendaraan dan berfungsi sebagai
alat keamanan dan menjamin untuk pengendara yang aman.Fungsi sistem rem
pada kendaraan adalah untuk memperlambat dan menghentikan kendaraan
dalam jarak dan waktu yang memadai dengan cara terkendali dan
terarah.Menurut para ahli permobilan, rem adalah merupakan kebutuhan sangat
penting untuk keamanan kendaraan dan juga dapat berhenti di tempat manapun,
dan dalam berbagai kondisi dapat berfungsi dengan baik dan aman.
b. Prinsip Rem.
Kendaraan tidak dapat berhenti dengan segera apabilamesin dibebaskan (tidak
dihubungkan) dengan pemindahan daya.Kendaraan cenderung tetap
bergerak.Kelemahan ini harus dikurangi dengan maksud untuk menurunkan
kecepatan gerak hingga berhenti.Mesin merubah energi panas menjadi energi
kinetis (energi gerak) untuk menggerakkan kendaraan.Sebaliknya rem merubah
energi kinetis kembali menjadi energi panas untuk menghentikan
kendaraan.Umumnya rem bekerja disebabkan oleh adanya sistem gabungan
penekanan melawan sistem gerak putar.Efek pengereman (braking effect)
diperoleh dari adanya gesekan yang ditimbulkan antara dua obyek.Kendaraan
tidak dapat berhenti dengan segera ketika mesin dibebaskan dengan pemindah
daya dan kendaraan cenderung tetap bergerak. Kelemahan ini harus dikurangi
9

dengan maksud untuk menurunkan kecepatan gerak kendaraan hingga berhenti.


Mesin mengubah energi panas menjadi energi kinetik (eneri gerak) untuk
menggerakkan kendaraan. Sebaliknya, rem mengubah energi kinetik kembali
menjadi energi panas untuk menghentikan kendaraan.
Dan pada pengertian lain rem dapat diartikan Tenaga gerak putar roda diubah
oleh proses gesekan menjadi tenaga panas dan tenaga panas itu segera dibuang
ke udara luar. Pengereman dilakukan dengan cara menekan sepatu rem yang
tidak berputar terhadap tromol (break drum) yang berputar bersama roda
sehingga menghasilkan gesekan dan kendaraan melambat untuk berhenti.
Prinsip rem adalah merubah energi gerak menjadi energi panas.

Gambar 2.1 Prinsip Dasar Rem

Umumnya, rem bekerja disebabkan oleh adanya sistem gabungan penekanan


melawan sistem gerak putar. Efek pengereman (braking effect) diperoleh dari
adanya gesekan yang ditimbulkan antara dua objek / benda.

2. Jenis-jenis sistem pengereman


Ada berbagai macam jenis – jenis pengereman dalam kendaraan dan ada tiga
jenis yang sering digunakan pada kendaraan yaitu sebagai berikut
10

a. Rem Mekanis
Rem mekanis adalah pengontrol rem yang memanfaatkan kabel kawat sebagai
penghubung antara tuas rem dengan tuas cakram rem. Ini biasa kita temui pada
sistem rem tromol sepeda motor atau rem belakang motor. Rem mekanis itu
menjadi penggerak rem yang paling sederhana karena gerakan dari tuas
langsung diteruskan ke aktuator rem melalui kawat kabel. Tapi, kawat yang
berbahan dasar logam ini juga bisa molor atau memuai sehingga kita perlu
melakukan penyetelan rem.
Kelebihan sistem rem mekanis adalah memiliki konstruksi yang simpel dan
mudah dikostuminasi. Namun mekanisme ini banyak kekurangan apalagi kalau
sudah berumur karena sifat logam (pada kawat baja) itu bisa memuai. Sehingga
dalam jangka waktu tertentu rem tidak efisien, Kondisi tersebut membuat
sistem rem mekanis ini tidak dipakai pada mobil-mobil premium, mekanisme
ini hanya dipakai sebagai mekanisme penggerak rem parkir pada mobil namun
pada motor sistem rem mekanis ini masih banyak diterapkan pada rem belakang
motor yang masih menggunakan tipe tromol. Cara kerja nya yaitu sling rem
menarik tuas yang ada di bagian tromol sedangkan pada truk tidak dapat
digunakan karena tidak bias menekan secara maksimal, karena diperlukan gaya
pengereman yang sangat tinggi.

b. Rem Hidrolik
Berbeda dengan tipe mekanis yang memakai kabel kawat, pada sistem rem
hidrolik sudah memakai fluida cairan sebagai penyalur tenaga. Prinsipnya
menggunakan hukum pascal dimana ketika tekanan yang dikenakan pada zat
cair akan diteruskan kesegala arah dengan sama besar. Fluida ini, akan
menerima tekanan dari pisTon yang didorong akibat gerakan pedal/tuas rem.
Karen fluida tertekan oleh pisTon maka fluida akan mendorong kesegala arah
dengan besar tekanan sesuai tekanan pisTon. Disini, dorongan fluida akan
diarahkan ke caliper atau silinder roda untuk diubah kembali menjadi energi
gerak. Rem hidrolik merupakan suatu sistem distributor rem dengan bantuan
11

cairan atau hydro. Cairan yang digaet oleh rem satu ini adalah sejenis fluida
yang mempunyai ketahanan lebih tinggi. Sebenarnya konsep umum yang
diterapkan pada sistem kerja rem hidrolik menganut pada hukum pascal. Meski
pada umumnya, prinsip kerja rem didasarkan pada gesekan antara ban dengan
permukaan jalan. Namun untuk sistem kerja dari hukum pascal sendiri yaitu
material berupa fluida atau cairan yang memiliki peran sebagai alat penyalur
gaya pengereman dari pedal rem. Zat cair yang digunakan tidak menyandang
sifat kompresi, sehingga cocok untuk meneruskan tekanan.Tatkala cara kerja
rem hidrolik dimulai dengan menekan pedal rem, pushrod yang terhubung akan
memberikan gaya pada pisTon di master silinder. Sehingga menyebabkan ruang
depan pisTon menyempit dan saluran reservoir menutup. Kemudian fluida dari
reservoir minyak rem mengalir menuju ruang tekanan melewati port
kompensasi. Hal ini menciptakan peningkatan tekanan pada seluruh sistem
hidrolik, karena fluida dipaksa mengalir melalui saluran hidrolik menuju
kapiler atau brake lines. Kapiler tersebut akan meneruskan tekanan kepada
semua pisTon kapiler atau aktuator pengeraman dengan besar yang sama. Brake
lines disegel oleh cincin berbentuk O guna mencegah terjadinya kebocoran
fluida.
Begitu tekanan fluida mencapai silinder roda, maka minyak rem bertekanan
akan membangkitkan pisTon untuk menekan kampas rem ke arah rotor yang
berputar. Gesekan antara bantalan dengan rotor tersebut mengakibatkan adanya
torsi, sehingga kendaraan menjadi lambat. Dan pada saat itulah cara kerja rem
hidrolik terjadi.Energi panas yang dihasilkan oleh gesekan tersebut disebarkan
melalui sirkulasi udara dan saluran di rotor. Bantalan rem yang digunakan pada
proses ini terbuat dari bahan khusus tahan panas akibat gesekan, seperti kaca
sinter maupun kevlar. Sistem kerja rem hidrolik ini bisa anda jumpai pada
beberapa moda transportasi yang memiliki daya tekanan berat, seperti sepeda.
sistem rem hidrolik dibopong dengan beberapa komponen utama. Pertama,
master silinder yang terletak setelah pedal rem dan berfungsi mengubah
gerakan ayunan pedal rem menjadi sebuah tekanan hidrolik. Dalam master
12

silinder ini terdapat pisTon dan beberapa saluran yang bernama reservoir dan
selang utama.Kedua, brake lines yang berupa beberapa selang penghubung
antar komponen pada sistem rem hidrolik. Brake lines tersebut diproduksi
dengan menggunakan dua material, yaitu karet khusus dan logam. Ketiga,
silinder roda dengan peranannya dalam cara kerja rem hidrolik yaitu untuk
mengubah kembali tekanan cairan menjadi gerakan mekanis. Sebagaimana
yang diketahui bahwa rem merupakan salah satu komponen penting dalam
sebuah kendaraan. Tanpa adanya rem, maka bisa saja seseorang akan terancam
keselamatannya ketika sedang berkendara. Setiap moda transportasi dibekali
dengan rem yang berbeda mengikuti jenis kendaraannya

c. Rem Udara

Pada prinsipnya, sistem rem angin juga sama seperti rem hidrolik hanya saja
pada rem angin tenaga pengereman tidak diperoleh dari pedal yang diinjak
pengemudi melainkan dari angin bertekanan. Sementara pedal rem hanya
berfungsi membuka katup yang menyalurkan udara bertekanan dengan aktuator
rem. Dalam hal ini, ada dua komponen yakni brake chamber yang akan
mengubah tekanan angin menjadi energi gerak dan air tank selaku penyedia
udara bertekanan. Jika pedal gas ditekan maka kedua komponen ini akan
terhubung sehingga udara bertekanan akan mendorong kearah brake chamber
untuk menggerakan tuas aktuator rem. Dan menyebabkan roda berhenti
berputar. Rem udara biasanya digunakan di truk dan bus. Sistem rem udara
terdiri dari rem reguler, rem parkir, pedal rem, dan tangki penyimpanan udara.
Untuk rem parkir, terdapat sebuah susunan cakram atau drum yang dirancang
dapat ditahan pada posisi 'mengikat' dengan tekanan pegas. Udara bertekanan
pun harus disalurkan guna mengendorkan pegas pada rem parkir ini. Agar rem
reguler (yang digunakan pada saat mengemudi di jalanan) aktif, pedal rem
harus diinjak, sehingga udara bertekanan (sekitar 100–120 psi or 690–830 kPa
atau 6,89–8,27 bar) dapat menuju ke kamar rem, dan menyebabkan rem terikat.
Sebagian besar tipe rem udara pada truk adalah rem drum, walaupun kini makin
13

banyak yang menggunakan rem cakram. Kompresor udara mendapatkan udara


dari lingkungan sekitar dan menekannya ke penampungan bertekanan tinggi,
sekitar 120 psi (830 kPa; 8,3 bar). Sebagian besar kendaraan berat pun memiliki
indikator tekanan udara di dasbor pengemudi, dan kerap dipasangi lampu
peringatan, sehingga pengemudi dapat menyadari jika tekanan udaranya tidak
normal. Selain itu, juga kerap dijumpai sebuah "wig wag" mekanis yang secara
otomatis muncul di jangkauan pandang pengemudi saat tekanan udara menurun
hingga titik tertentu. Rem parkir / rem darurat akan melepas udara bertekanan
yang ada di antara tangki penyimpanan udara bertekanan dan rem itu sendiri,
sehingga memungkinkan rem mengikat. Jika saluran udara bertekanan bocor,
rem pun akan mengikat.

Sebuah sistem rem udara bertekanan dibagi menjadi sistem pasokan dan sistem
kendali. Sistem pasokan berfungsi menekan, menyimpan, dan memasok udara
bertekanan ke sistem kendali serta ke sistem truk lain yang dioperasikan dengan
udara (kendali pergantian gigi, servo bantuan udara pedal kopling, dsb.).

3. Cara Kerja Rem Udara

Pada saat pengemudi menghidupkan mesin maka kompresor akan bekerja. yang
selanjutnya kompresor akan menghisap udara dari atmosfer. Udara yang terhisap oleh
kompressor akan disalurkan ke Recevoir Tank, yang mana pada Recevoir Tank
tersebut selalu akan terisi dengan tekanan udara yang maksimal. Namun sebelumnya,
udara tersebut melalui air driyer yang berfungsi mengeringkan udara untuk
mencegah uap air. Ketika pedal rem ditekan oleh pengemudi, maka katup rem yang
berada dibrake valve akan membuka aliran udara menuju relay valve yang mana hal
ini akan mengalirkan udara bertekanan yang berasal dari Recevoir Tank untuk menuju
brake chamber. Pada brake camber, tekanan pneumatic akan diubah menjadi gaya
mekanis yang akan menggerakkan cam shaft. Gerakan cam shaft akan
mengakibatkan sepatu rem mengembang dan menekan tromol rem. Akibatnya
putaran roda akan berkurang atau bahkan berhenti.
14

Kompresor udara dikendalikan oleh mesin, melalui katrol poros engkol via sabuk
atau langsung dari gigi pewaktu mesin. Kompresor ini dilumasi dan didinginkan oleh
sistem pelumasan dan pendinginan mesin. Udara bertekanan pertama-tama melalui
sebuah koil pendingin, dan kemudian menuju pengering udara untuk mengurangi
kelembaban dan ketidakmurnian minyak, dan juga dapat melewati regulator tekanan,
katup pengaman dan penampung pembersih kecil. Sebagai pengganti pengering
udara, sistem pasokan dapat dilengkapi dengan perangkat anti-beku dan pemisah
minyak. Udara bertekanan kemudian disimpan dalam sebuah penampung pasokan
(juga disebut tangki basah), dan kemudian didistribusikan melalui katup perlindungan
empat arah ke penampung utama (penampung rem belakang) dan penampung
cadangan (penampung rem depan), penampung rem parkir, dan titik distribusi
pasokan udara tambahan. Sistem ini juga meliputi berbagai macam katup pemeriksa,
pembatas tekanan, penguras, dan katup pengaman,Sistem rem udara juga dapat
dilengkapi sebuah perangkat wig wag yang digunakan untuk memperingatkan
pengemudi jika tekanan udara menurun hingga terlalu rendah

Gmabar 2.2 Aliran sistem Full Air Brake


15

4. Rem Pembantu

Bukan rem utama rem ini berfungsi sebagai pembantu rem utama agar tidak
terjadi kegagalan pada rem utama, rem ini tidak bekerja sebaik rem utama hanya
ditugaskan sebagai pembantu.

a. Engine Brake
Engine brake merupakan merupakan teknik memperlambat kecepatan mobil
dengan cara mengandalkan putaran mesin ketika transmisi diturunkan ke gigi
yang lebih rendah. Trik ini berguna untuk meringankan kerja rem mobil yang
kewalahan dalam memperlambat laju mobil.Pemanfaatan engine brake biasa
dilakukan di jalanan menurun yang ekstrem dan panjang ataupun saat kondisi
darurat. Dalam situasi tersebut, rem pasti bekerja keras. Namun, jika dipaksa
mengerem terus-menerus, beban rem akan berlebihan. Rem bisa panas dan
kurang responsif. Salah-salah akhirnya rem malah blong. Agar tidak seperti itu,
sangat disarankan untuk menggunakan engine brake. Pengemudi tinggal
melepas gas dan menurunkan gigi ke level lebih rendah. Langkah tersebut akan
membuat laju mobil melambat karena mesin ikut melakukan pengereman.
Engine brake di mobil manual bisa dilakukan dengan mudah. Pengemudi
tinggal menurunkan gigi sembari melepas kaki dari pedal gas. Namun, agar
aman, penurunan gigi dilakukan secara bertahap sesuai urutan gigi. Sebagai
contoh dari gigi 4, engine brake dilakukan dengan menurunkan ke gigi 3, lanjut
ke gigi 2, dan baru ke gigi 1. Lakukan perlahan-lahan sampai ke gigi rendah
yang dikehendaki.Jika melakukannya dengan tepat, pengereman akan terbantu.
Laju mobil akan melambat sesuai yang dikehendaki.

b. Exhaust Brake

Truk merupakan kendaraan yang besar dan berat. Truk pada umumnya
memiliki berat di atas tiga Ton. Karena beratnya tersebut, bus memiliki sistem
pengereman pembantu agar bisa berhenti dengan maksimal. Truk pada dasarnya
memiliki tiga sistem pengereman. Sistem yang pertama dan utama yaitu rem
16

angin yang terhubung dengan chamber seperti pada kendaraan lain pada
umumnya. Kedua, sebagai pembantu rem utama yaitu rem mesin atau engine
brake. Ketiga, sebagai pembantu rem utama juga yaitu rem knalpot atau
exhaust brake. Sistem exhaust brake ini memang hanya ada pada kendaraan
berat seperti bus dan truk. Letak remnya berada dekat pipa gas buang dari
mesin.

Cara kerja dari exhaust brake yaitu adanya katup pada pipa gas buang dari
mesin. Ketika exhaust brake diaktifkan, katup akan menutup sehingga gas
buang akan tertahan. Gas buang yang tertahan akan membuat putaran pisTon
mesin melambat. Fungsi dari exhaust brake hanya untuk mengurangi laju
kendaraan, tidak sampai berhenti. Lalu exhaust brake juga berfungsi ketika
putaran mesin bus yang tinggi. Jadi exhaust brake bisa dipakai saat jalan
menurun dan membantu meringankan kerja rem utama.

c. Retarder

Tidak seperti mobil biasa, truk biasanya memiliki sistem pengereman


tambahan untuk menahan laju dengan muatan berat.Seperti sistem rem
pneumatik yang biasa disematkan pada truk, memanfaatkan tenaga angin
sebagai tenaga tambahan untuk sistem pengereman truk. "Saat retarder aktif,
aliran oli transmisi akan menghasilkan tekanan yang berlawanan dengan arah
putaran girboks. fungsinya mirip dengan torque converter transmisi matik yang
berputar untuk menghasilkan tekanan oli dari putaran mesin sehingga girboks
ikut bergerak.Bedanya, retarder berputar dengan arah yang berlawanan terhadap
putaran girboks transmisi dengan tujuan memperlambat as roda penggerak
dengan menahan putaran girboks.Retarder truk memiliki lima tingkatan yang
pengoperasiannya dengan menarik tuas ke belakang. Dan retarder ini banyak
tipenya adayang di transmisi, gandengan dan di propeller shaft.
17

5. Prinsip pengereman truk


Setiap jenis kendaraan yang bergerak pasti memiliki rem untuk menghentikan
lajunya agar dapat dikendalikan, masing –masing jenis kendaraan tersebut memiliki
karakteristik pengereman tersendiri, dan masing – masing rem mempunyai jarak
pengereman yang berbeda –beda pula. Jarak pengereman truk adalah jarak yang
dibutuhkan saat pedal mulai di injak sampai dengan berhenti ataupun mengendalikan
lajunya, jarak pengereman ( L) dihitung dalam meter ( M ) dan daya tekan
dikombinasikan dengan debit aliranya sangat penting pengaruhnya pada kendaraan
agar dapat mengetahui kapan saatnya pedal rem diinjak dalam kondisi bermuatan atau
kecepatan tinggi.

Faktor yang mempengaruhi pada jarak pengereman adalah

1. Kecepatan kendaraan.
2. Jarak pengereman karena jarak pengereman banyak yang mempengaruhinya.
3. Kemiringan jalan.
4. Beban kendaraan yang berlebihan dari kapasitasnya.
5. Jalan yang di lalui beTon ,aspal atau tanah.

6. Bagian Dan Fungsi Rem Udara


1. Air compressor

Pada kendaraan yang menggunakan udara bertekanan dalam sistem rem dan
peralatan tambahan lainya harus ada komponen yang bernama kompersor untuk
menghasilkan udara sebagai media utama yang ada pada sistem rem Pneumatik.

2. Recevoir Tank
Berfungsi untuk menampung udara sementara yang di suplay dari kompresor
udara yang sebelumnya udara tersebut sudah di saring terlebih dahulu oleh air
filter dan Air Dryer agar udara yg masuk kedalam tangki benar benar bersih
tidak terdapat kotoran atau air yang masuk ke sistem saluran. Tekanan
maksimum 10 kg/cm2
18

3. Air Dryer
Berfungsi untuk menyaring kelembapan udara sebelum udara masuk ke tangki
udara di air dryer ini antara air dan kotoran di saring terlebih dahulu agar udara
yang masuk ke air tank benar – benar bersih.
4. Brake Valve
Brake valve adalah rangkaian yang terdiri dari pegas dan serangkaian katup,
yang akan membuka dan menutup aliran udara bertekanan dari recevoir tank ke
brake chamber. Brake valve dilengkapi relay valve untuk mengaktifkan rem
dengan cepat.
5. Relay Valve
Relay valve di kendalikan oleh udara bertekanan dari brake valve, relay valve
membuka dan menutup aliran udara bertekanan dari tangki ke tabung rem
(brake chember). Untuk mengaktifkan dan membatalkan rem dengan cepat.
6. Pegas kanvas rem
Berfungsi sebagai penggembali posisi dari kanvas rem dengan cepat karena
dorongan dari slack adjuster, agar tidak terjadi panas pada kanvas rem yang
mengesek brake drum.
7. Brake Chamber
Brake chamber berfungsi unuk merubah tekanan udaara menjadi gerakan
mekanis dan melalui sebuah push rod mengerakan tuas slack adjuster. Saat
udara bertekanan di alirkan ke dalam brake chamber, diafragma dan push rod
tertekan dengan kekuatan sesuai gaya tekan pada diafragma, mengerakan
sebuah cam rem melalui tuas pada slack adjuster.

7. Jenis kanvas rem yang sering digunakan


a) Organic (Non-Metallic)
Kampas organik merupakan kampas yang paling lunak dari material lain
nya.biasanya bahan dasar yang digunakan pada kampas rem organic adalah
beragam kombinasi seperti dari karet, asbestos, kaca, karbon, resin, dan masih
banyak lagi. Karena sifat nya yang lunak kampas rem jenis ini yang paling
19

cepat habis,namun tidak merusak tromol rem. Pada saat digunkaan pada
kendaraan yang mempunyai beban yang berlebihan kanvas rem ini kurang
efektif karena daya pengereman yang diberikan tidak diserap dengan baik oleh
kanvas
b) Semi-Metallic
Jenis material ini memiliki bahan dasar sintetis organic yang di campur
dengan bahan campuran metal. Jika sebelum nya material organic memiliki
keunggulan terhadap tromol rem, bahan metal dalam kampas rem semi-metallic
membuat material tahan terhadap penggunaan dan panas.dengan campuran
antara organic dan metal produsen kampas rem dapat memilih bahanmana yang
dominan untuk memproduksi spectrum spesifikasi kampas rem yang beda.jika
bahan metal lebih dari 50%, kampas rem akan membutuhkan gaya pengereman
yang lebih besar namun memiliki daya tahan terhadap pemakaian.
.
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Diagram Alir Penelitian

Mulai

Studi Literatur

Persiapan Alat dan Bahan

1. Truck Hino 500


2. Pressure gauge
3. Vernir caliper
4. Meteran

Pengujian

Pengolahan data dan Analisa

Kesimpulan dan Saran

Selesai

Gambar. 3.1. Diagram alir Penelitian

20
21

B. Speifikasi Alat Dan Bahan

1) Truk Hino500 FG 235 JP

Tabel 3.1. Spesifikasi Hino500 FG 235 JP


MODEL / TYPE FG 235 JP

DIMENSI & WEIGHT M/T

Panjang 9.700 mm

Lebar 2.490 mm

Tinggi 2.750 mm

Berat Kosong 5.430 mm

CHASIS

Transmisi 6 Speed M/T

1 st 7,305

2 nd 4,736

Perbandingan Gigi 3 rd 2,738

4 th 1,651

5 th 1,000

6 th 0,787

Mundur 7,839

Sisitem Kendali Intergral Power Steering


22

Depan Rigid Axle dengan pegas daun semi

Belakang Rigid Axle dengan pegas daun semi

Rem Depan Tromol / Drum

Belakang Tromol / Drum

Ukuran Ban 10.00-20-16PR

MESIN JO8E-UG

Isi Slinder 7,684

Daya Maksimum 72/1.500

Jenis Solar

Bahan Bakar Sistem Sistem Bahan Bakar vakum

Kapasitas 200
Tangki

Adalah sarana yang digunakan untuk mengangkut barang dari satu tempat ke
tempat lainya yang akan kita gunakan pada penelitian ini dimana spesifikasinya
berada diatas

2). Pressure gauge


Untuk mengetahui seluruh tekanan dalam sistem pengereman harus
menggunakan pressure gauge yang di pasang di setiap selang/ hose bagian in
dan tekan brake valve agar dapat mengetahui udara yang masuk dan juga di
lengkapi dengan fllow meter untunk mengukur debit aliaran udara yang
digunakan.
23

3).Vernir caliper
Digunakan untuk mengukur bagian – bagian yang kecil seperti tebal kanvas
rem dan selang angin agar dapat mengetahuinya dengan benar dan sesuai.
4). Meteran
Meteran 10 M digunakan untuk mengukur panjang jarak pengereman, bodi truk
dan lainya.

C. Lokasi
Lokasi untuk melakukan pegujian di CV.Prima Perkasa Logistic yang beralamat
di jalan Tanjung Api – api , Desa Tanjung MAS Banyuasin.

D. Pengambilan Data
Dalam pembahasan dan penyelesaian masalah serta penyusunan laporan ini
penulis menggunakan metode pengambilan data sebagai berikut :
1. Pengenalan tempat Kerja
Saat berada di bengkel, saya diperkenalkan kepada seluruh karyawan yang ada
disana, mulai dari spearpart, administrasi, serta area bengkel perbaikan, tool
room, engine shop, area equitment, service stol, area kendaraan setelah service.
2. Membantukan objek kegiatan yang berhubungan dengan topik yang dipilih
Dalam hal ini menganalisa cara kerja dan melakukan perawatan pada rem Hino
500 dilakukan dengan cara mengamatidan memperhatikan serta mencari
informasi dari mekanik-mekanik senior yang berpenggalaman.
3. Pengambilan Data
Pengambilan data dilakukan dengan cara : Observasi objek secara langsung,
melakukan wawancara dengan mekanik senior yang handal di bidangnya serta
dengan melakukan studi secara literature.
4. Analisa Data
Dari semua data yang telah dikumpulkan, maka akan dilakukan analisa data
serta objek yang dijadikan sebagai bahan untuk dijadikan laporan akhir skripsi
ini agar dapat mengetahui gaya yang terjadi pada pengereman
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Perhitungan Daya Pengereman


Rem adalah komponen mesin yang berfungsi untuk menghentikan putaran roda
kendaraan mengatur dan mencegah putaran yang tidak dikehendaki maka dari itu
penulis ingin mengetahui daya dari pengereman itu sendiri yang akan mengukur debit
aliran dan tekanan maka akan menghasilkan daya yang akan di cari. Dimana di
asumsikan bahwa tekanan rem di setiap roda sama maka yang di uji adalah aliran
udara dari brake valve menuju brake chamber.

Gambar 4.1 Brake valve Gambar 4.2 Brake chamber

Seperti gambar diatas jadi pengujian ini hanya mengukur aliran debit udara dan
tekanan dari brake valve menuju brake chamber, dan juga pengujian di lapangan
dengan mengukur jarak pengereman dimana disetiap pengereman dilakukan tekanan
pedal sebanyak 25 kgf dengan pgujian sebanyak tiga kali lalu mengambil satu dari
hasil yang di uji agar tidak keliru dalam pengambilan data.

24
25

Dari pengambilan rumus yang berada di literature yang ada didapatkan lah rumus
untuk menghitungan daya yang akan di analisa oleh penulis agar dapat mengetahui
perbandinganya yakni sebagai berikut.

Daya p = Q . P

Keterangan :

p : Daya ( watt )

Q : Debit ( m3/s )

P : Tekanan ( N/m2 )

1.Muatan Kendaraan pada beban kendaraan yaitu 5,5 Ton.

a.) Menghitung daya pengereman dimana kecepatan 40 km/jam

p=Q.P

p = 22 L/min . 74 Psi

p = 3,6674×10-4 m3/s × 510.212.018 n/m2

p = 187,115 watt

p = 0,25 HP

b.) Menghitung daya pengereman dimana kecepatan 30 km/ jam

p=Q.P

p = 24 L/min . 78 Psi

p = 4,0008×10-4 m3/s × 537.791.046 n/m2

p = 215,159 watt

p = 0,28 HP
26

c.) Menghitung daya pengereman dimana kecepatan 20 km/ jam

p=Q.P

p = 24 L/min . 81 Psi

p = 4,1675×10-4 m3/s × 565.370.074 n/m2

p = 235,617 watt

p = 0,31 HP

2. Muatan kendaraan pada beban kendaraan 18 Ton.

a.) Menghitung daya pengereman dimana kecepatan 40 km/ jam

p=Q.P

p = 20 L/min . 72 Psi

p = 3,3334×10-4 m3/s × 496.422.504 n/m2

p = 165,507 watt

p = 0,22 HP

b.) Menghitung daya pengereman dimana kecepatan 30 km/ jam

p=Q.P

p = 24 L/min . 76 Psi

p = 4,0008×10-4 m3/s × 524.001.532 n/m2

p = 209,642 watt

p = 0,28 HP
27

c.) Menghitung daya pengereman dimana kecepatan 20 km/ jam

p=Q.P

p = 24 L/min . 81 Psi

p = 4,1675×10-4 m3/s × 565.370.074 n/m2

p = 235,617 watt

p = 0,31 HP

3.Muatan kendaraan pada beban kendaraan 21 Ton

a.) Menghitung daya pengereman dimana kecepatan 40 km/ jam

p=Q.P

p = 20 L/min . 52 Psi

p = 3,334×10-4 m3/s × 358.527.364 n/m2

p = 119,533 watt

p = 0,15 HP

b.) Menghitung daya pengereman dimana kecepatan 30 km/ jam

p=Q.P

p = 22 L/min . 68 Psi

p = 3,6674×10-4 m3/s × 468.843.476 n/m2

p = 171,943 watt

p = 0,22 HP
28

c.) Menghitung daya pengereman dimana kecepatan 20 km/ jam

p=Q.P

p = 24 L/min . 74 Psi

p = 4,0008×10-4 m3/s × 510.212.018 n/m2

p = 204,125 watt

p = 0,27 HP
29

B. Grafik dan table pengujian

Jadi setelah melakukan analisa pada kendaraan dan perhitungan dilapangan


maupun ditulisan pada pengujian ini didapatkan hasil dari variasi berat kendaraan
dari yang bermuatan dan muatan kosong kendaraan maka di buatlah table sebagai
berikut:

Tabel 4.1 Hasil Pengujian

No Muatan Kecepatan Tekanan Debit Daya Jarak


40 km/h 74 psi 22 L/min 0,25 HP 340 cm
1 5,5 Ton 30 km/h 78 psi 24 L/min 0,28 HP 210 cm
20 km/h 81 psi 24 L/min 0.31 HP 150 cm
40 km/h 72 psi 20 L/min 0,22 HP 724 cm
2 18 Ton 30km/h 76 psi 24 L/min 0.28 HP 322 cm
20 km/h 81 psi 24 L/min 0,31 HP 150 cm
40 km/h 52 psi 20 L/min 0.15 HP 912 cm
3 21 Ton 20 km/h 68 psi 22 L/min 0.22 HP 709 cm
30 km/h 74 psi 24 L/min 0,27 HP 357 cm

Maka di dapatkan hasil pada table diatas bahwa pada muatan 5,5 Ton Daya
pengereman normal telah didapatkan namun ketika muatan ditambah 12,5 Ton maka
daya pengereman tidak banyak perubahan oleh karena itu masih dikategori wajar
untuk melakukan pengereman maksimal muatan dari pabrik hanya diperbolehkan
sebanyak 15 Ton tapi kenyataanya untuk kapasiatas 18 Ton masih sangat
memungkinkan, namun ketika muatan ditambah sebanyak 15,5 Ton maka jarak
pengereman sangat panjang dengan kata lain bahwa pengereman sudah tidak
maksimal lagi.
30

1. Grafik pada muatan 5,5 Ton

Gambar 4.3 Grafik hubungan Daya dan Kecepatan 5,5 Ton

Jadi dalam pengujian 5,5 Ton didapatkan hasil bahwa di kecepatan 20 km/h
daya pengereman didapat sebesar 0,31 HP, lalu di kecepatan 30 km/h di dapat
0,28 HP kemudian di kcepatan 40 km/h di dapat daya 0,25 HP.

2. Grafik pada muatan 18 Ton

Gambar 4.4 Grafik hubungan Daya dan Kecepatan 18 Ton


31

Jadi pada pengujian 18 Ton didapatkan pada kecepatan 20 km/h daya sebesar
0,31 HP dan pada kecepatan 30 km/h daya yang dihasilkan 0,28 HP lalu di kecepatan
40 km/h sebesar 0,22 HP.

3. Grafik pada muatan 21 Ton

Gambar 4.5 Grafik hubungan Daya dan Kecepatan 21 Ton

Di muatan 21Ton di dapatkan pada kecepatan 40 km/h menghasilkan daya


0,15 HP dan di kecepatan 30 km/h daya sebesar 0,22 HP lalu di kecepatan 20 km/h
sebesar 0,27 HP.
32

4. Kombinasi grafik pada muatan 5,5 , 18 , 21 Ton

Gambar 4.6 Grafik gabungan hubungan Daya dan Kecepatan terhadap beban

Dari kombinasi grafik diatas didapatkan bahwa kecepatan sangat berpengaruh


pada daya pengereman dimana beban sangat berperan dalam kekuatan Pengereman
dimana beban 5,5 Ton menghasilkan daya pengereman di kecepatan 20 km/h sebesar
0,31 HP dan pada saat di kecepatan 30 km/h sebesar 0,28 HP lalu di kecepatan 40
km/h menghasilkan daya sebesar 0,25 HP, kemudian pengujian menggunakan beban
18 Ton menghasilkan daya di keceptan 20 km/h sebesar o,31 HP dan di kecepatan 30
km/h sebesar 0,28 HP lalu di kecepatan 40 km/h sebesar 0,22 HP hal ini menunjukan
bahawa beban 18 Ton masih di katakan normal untuk melakukan pengereman yang
maksimal, tetapi pada saat pengujian daya pengereman di atas beban 18 Ton atau 21
Ton hasil pengujian menunjukan bahwa pada kecepatan 20 km/h daya pengereman
sebesar 0,27 HP dan di kecepatan 30 km/h sebesar 0,22 HP kemudian yang terakhir
pada kecepatan 40 km/h menghasilkan daya sebesar 0,15 HP jadi dapat dikatakan
bahwa beban maksimum dari truk hino 500 hanya 19 Ton saja dan pada percobaan
33

beban 21 Ton sangat tidak layak untuk melakukan pengereman dikarenakan ketidak
mampuan menahan beban yang berlebihan di kecepatan tertentu yang akan
menggakibatkan kegagalan pengereman, yang akan berdampak pada jarak
pengereman yang sangat jauh, dan tidak dapat memperkirakan jarak dari pengereman
tersebut.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN
Dari analisa yang telah dilakukan bahwa dapat disimpulkan kekuatan daya
pengereman tanpa muatan masih dirasa aman utuk kapasitan muatan 18 Ton
namun bukan hanya muatan saja yang mempengaruhi daya pengereman tetapi juga
keceptan kendaraan saat melaju dikecepatan tertentu akan mempengaruhi dari
daya pengereman tersebut, setelah dilakukan analisa pada muatan 21 Ton maka
hasil yang di dapat sangat jauh signifikan karena dari jarak pengereman dan daya
pengereman sangat menurun drastis.
B. SARAN
1. Perlunya pemahaman cara kerja sistem rem angin yang tepat agar dapat
mengetahui pengunaanya dengan baik dan benar supaya dapat
meminimalisirkan terjadinya kegagalan pada rem yang disebabkan oleh
pengguna.
2. Setiap jenis kendaraan memiliki keunggulan dan kelemahan masing-masing
maka dari itu selain melakukan pengujian berdasarkan putaran mesin perlunya
memperhatikan jarak tempuh, muatan beban kendaraan dan kondisi jalan saat
melakukan pengujian.
3. Untuk meningkatkan keakuratan penelitian perlunya melakukan penambahan
objek penelitian agar mendapatkan suatu nilai pembanding dari masing-
masing objek yang diteliti.

34
DAFTAR PUSTAKA

I Gede Eka Lesmana (2019).“ Menganalisis Pengaruh Sistem Pengereman Pada


Mobil Grandmax Type S402Rp Terhadap Nilai Efisiensi Rem Pada Alat Uji
RemIyasaka.”https://www.trijurnal.lemlit.trisakti.ac.id/pakar/article/viewFile/
4165/3306 (diunduh pada tanggal 11 bulan februari 2021)
Rohmad Setiyono (2015) “Analisis Gaya Pengereman Pada Mobil. Nasional Mini
Truck” https://123dok.com/document/yd77pj6y-tugas-akhir-analisis-gaya-
pengereman-mobil-nasional-truck.html (diunduh pada tanggal 12 maret 2021)
Deajeng Prameswari, Yohanes Yohanes (2019) “Analisa Sistem Pengereman Pada
MobilMultigunaPedesaan”https://ejurnal.its.ac.id/index.pHP/teknik/article/vie
w/42494 (diunduh pada tanggal 18 juni 2021)
Faqihuddin Rahmatulloh Dan Agung Prijo Budijono “Analisa Sistem Pengereman
Mobil Listrik Garnesa Berbasis Simulasi Numerik”
https://ejournal.unesa.ac.id/index.pHP/jurnal-pendidikan-teknik
mesin/article/view/24711 (diunduh pada tanggal 21 mei 2021)
Agustinus Purna Irawan,”Diktat Elemen Mesin “ Jurusan Teknik Mesin Fakultas
Teknik Universitas Tarumanegara Agustus 2009.
Hino Motors, Ltd.” Workshop Manual Engine J08C,J08T-TI” Panduan buku manual
IR. RUDI ADOLF HOTMAN SIHOMBING, M.T (2018) “Pengaruh Beban
Dankecepatan Terhadap Jarak .Pengaruh Beban Dankecepatan Terhadap Jarak
Pengereman” https://fdokumen.com/document/pengaruh-beban-dankecepatan-
terhadap-jarak-pengaruh-beban-dankecepatan-terhadap.html (diunduh pada
tanggal 10 juni 2021)
https://www.hino.co.id/product-detail/2/fg-235-jp-new
https://htc.hino.co.id/trainingcenter/

35
LAMPIRAN

Gambar 1. Truck dengan muatan 21 Ton

Gambar 2.Truck dengan muatan 18 Ton

36
Gambar 3. Truck dengan Muatan 5,5 Ton

Gambar 4. Hose Rem

37
Gambar 5. Truk tanpa karoseri

Gambar 6. Brake valve

38
Gambar 7. Mengukur Jarak Pengereman

Gambar 8. Alat pengukur debit dan tekanan

39
Gambar 9. Brake chamber

Gambar 10. Surat Timbangan

40

Anda mungkin juga menyukai