TINJAUAN PUTAKA
A. Sejarah Penelitian
1. Rem adalah bagian penting dari kendaraan, yang berfungsi untuk memperlambat
atau menghentikan kendaraan. Tujuannya untuk menentukan kapasitas maksimum
dari kampas rem kiri dan kampas rem kanan serta waktu yang dibutuhkan untuk
berhenti dengan perbedaan kecepatan kendaraan. Penelitian ini dilakukan untuk
mengetahui besaran gaya yang terjadi pada rem untuk kendaraan roda empat
dengan analisis berubah – ubah jarak pengereman anatara 5m, 10m, 15m, dengan
variasi kecepatan kendaraan 40 km/jam, 50km/jam, 60km/jam, 70km/jam,
80km/jam Dari perhitungan dinamika kendaraan pengereman, ditemukan bahwa
MOBIL NASIONAL MINI TRUCK kendaraan dengan kecepatan 80km/jam
dengan jarak pengereman 5 meter waktu yang dibutuhkan adalah 0,45 detik,
memberikan perlambatan kendaraan adalah 49.284 m/dt. Serta menghasilkan gaya
tuas rem dari silinder rem kiri adalah 2378.35 N. dan gaya tuas rem dari silinder
rem kanan adalah 1818.74 N. disini juga menghitung gaya injak pedal terhadap
tekanan minyak apabila pedal rem diberi beban 5kgf maka tekanan minyak adalah
14.93 kg/cm2 . Gaya pengereman adalah gaya yang harus dipenuhi oleh unit rem
terkandung di dalam kendaraan tersebut”. Rohmad Setiyono, (2015).
4
5
mampu menahan kendaraan agar tidak bergerak pada kemiringan 120 dan harus
bisa menghentikan kendaraan pada jarak kurang dari 5 meter pada kecepatan
40km/jam sesuai peraturan yang ditetapkan panitia. Fokus dari penelitian ini
adalah mengetahui bentuk pemodelan dinamik dan analisa sistem pengereman
mobil GARNESA mengunakan pemodelan simulink MATLAB. Mengetahui hasil
pengereman kendaraan berbasis kekuatan injakan pedal rem yang berbeda
terhadap “PisTon Rod Displacement” master silinder. Dan mengetahui hasil
pengereman kendaraan dengan kecepatan maksimal kendaraan dan kekuatan
injakan pedal rem yang berbeda terhadap “Stopping Distance” kendaraan. Hasil
penelitian ini menunjukkan dengan pemodelan MATLAB besar gaya injakan
pedal rem memperngaruhi jarak tempuh PisTon Master Silinder. Semakin besar
gaya injakan semakin jauh pergerakan pisTon master silinder dan pergerakannya
cenderung konstan. Stoping Distance mobil GARNESA dengan basis kekuatan
ijakan 20 kgf dengan waktu 2,5 s pada kecepatan 40km/jam adalah 18,85m.
sedangkan pada kecepatan 38km/jam dengan basis kekuatan injakan pedal rem
yang sama adalah 16,68m. Pada kekuatan injakan 25 kgf dengan waktu 2,5s
kecepatan 40km/jam adalah 16,68 m, dan pada kecepatan 38km/jam dengan
kekuatan injakan dan waktu yang sama diperoleh jarak pengereman 14,50 m.
Stopping Distance untuk kekuatan injakan pedal rem 30 kgf dengan waktu 2,5s
dan kecepatan 40km/jam adalah 14,50 m dan pada kecepatan 38km/jam adalah
12,33 m. Stopping distance sangat dipengaruhi oleh keukatan injakan pedal rem.
Semakin besar kekuatan injakan yang diberikan, maka semakin pendek Stopping
Distance yang didapatkan”. FAQIHUDDIN RAHMATULLOH (2018).
3. Penggunaan sepeda motor semakin meningkat, dimana sistem remya banyak yang
menggunakan sistem konvensional. Angka kecelakaan sepeda motor juga
meningkat, yang mana salah satu penyebabnya adalah kegagalan rem, yang
mempengaruhi jarak pengereman dan stabilitas kendaraan. Penelitian ini
menganalisa sistem rem secara kemampuan, kebutuhan dan eksperimen. Beberapa
analisa dilakukan untuk menghitung distribusi pengereman (Kbf ), jarak
7
B. Teori Dasar
1. Pengertian rem
Rem secara umum adalah suatu sistem yang bekerja untuk memperlambat atau
menghentikan suatu perputaran, misalkan perputaran roda kendaraan. Prinsip kerja
sistem rem kendaraan adalah mengubah tenaga kinetik menjadi panas dengan cara
menggesekan dua buah logam pada benda yang berputar sehingga putarannya akan
melambat, dengan demikian laju perputaran roda kendaraan menjadi pelan atau
berhenti dikarenakan adanya kerja rem.
a. Fungsi Rem
Rem dirancang untuk mengurangi kecepatan (memperlambat) dan
menghentikan kendaraan atau memungkinkan parkir pada tempat yang
menurun. Peralatan ini sangat penting pada kendaraan dan berfungsi sebagai
alat keamanan dan menjamin untuk pengendara yang aman.Fungsi sistem rem
pada kendaraan adalah untuk memperlambat dan menghentikan kendaraan
dalam jarak dan waktu yang memadai dengan cara terkendali dan
terarah.Menurut para ahli permobilan, rem adalah merupakan kebutuhan sangat
penting untuk keamanan kendaraan dan juga dapat berhenti di tempat manapun,
dan dalam berbagai kondisi dapat berfungsi dengan baik dan aman.
b. Prinsip Rem.
Kendaraan tidak dapat berhenti dengan segera apabilamesin dibebaskan (tidak
dihubungkan) dengan pemindahan daya.Kendaraan cenderung tetap
bergerak.Kelemahan ini harus dikurangi dengan maksud untuk menurunkan
kecepatan gerak hingga berhenti.Mesin merubah energi panas menjadi energi
kinetis (energi gerak) untuk menggerakkan kendaraan.Sebaliknya rem merubah
energi kinetis kembali menjadi energi panas untuk menghentikan
kendaraan.Umumnya rem bekerja disebabkan oleh adanya sistem gabungan
penekanan melawan sistem gerak putar.Efek pengereman (braking effect)
diperoleh dari adanya gesekan yang ditimbulkan antara dua obyek.Kendaraan
tidak dapat berhenti dengan segera ketika mesin dibebaskan dengan pemindah
daya dan kendaraan cenderung tetap bergerak. Kelemahan ini harus dikurangi
9
a. Rem Mekanis
Rem mekanis adalah pengontrol rem yang memanfaatkan kabel kawat sebagai
penghubung antara tuas rem dengan tuas cakram rem. Ini biasa kita temui pada
sistem rem tromol sepeda motor atau rem belakang motor. Rem mekanis itu
menjadi penggerak rem yang paling sederhana karena gerakan dari tuas
langsung diteruskan ke aktuator rem melalui kawat kabel. Tapi, kawat yang
berbahan dasar logam ini juga bisa molor atau memuai sehingga kita perlu
melakukan penyetelan rem.
Kelebihan sistem rem mekanis adalah memiliki konstruksi yang simpel dan
mudah dikostuminasi. Namun mekanisme ini banyak kekurangan apalagi kalau
sudah berumur karena sifat logam (pada kawat baja) itu bisa memuai. Sehingga
dalam jangka waktu tertentu rem tidak efisien, Kondisi tersebut membuat
sistem rem mekanis ini tidak dipakai pada mobil-mobil premium, mekanisme
ini hanya dipakai sebagai mekanisme penggerak rem parkir pada mobil namun
pada motor sistem rem mekanis ini masih banyak diterapkan pada rem belakang
motor yang masih menggunakan tipe tromol. Cara kerja nya yaitu sling rem
menarik tuas yang ada di bagian tromol sedangkan pada truk tidak dapat
digunakan karena tidak bias menekan secara maksimal, karena diperlukan gaya
pengereman yang sangat tinggi.
b. Rem Hidrolik
Berbeda dengan tipe mekanis yang memakai kabel kawat, pada sistem rem
hidrolik sudah memakai fluida cairan sebagai penyalur tenaga. Prinsipnya
menggunakan hukum pascal dimana ketika tekanan yang dikenakan pada zat
cair akan diteruskan kesegala arah dengan sama besar. Fluida ini, akan
menerima tekanan dari pisTon yang didorong akibat gerakan pedal/tuas rem.
Karen fluida tertekan oleh pisTon maka fluida akan mendorong kesegala arah
dengan besar tekanan sesuai tekanan pisTon. Disini, dorongan fluida akan
diarahkan ke caliper atau silinder roda untuk diubah kembali menjadi energi
gerak. Rem hidrolik merupakan suatu sistem distributor rem dengan bantuan
11
cairan atau hydro. Cairan yang digaet oleh rem satu ini adalah sejenis fluida
yang mempunyai ketahanan lebih tinggi. Sebenarnya konsep umum yang
diterapkan pada sistem kerja rem hidrolik menganut pada hukum pascal. Meski
pada umumnya, prinsip kerja rem didasarkan pada gesekan antara ban dengan
permukaan jalan. Namun untuk sistem kerja dari hukum pascal sendiri yaitu
material berupa fluida atau cairan yang memiliki peran sebagai alat penyalur
gaya pengereman dari pedal rem. Zat cair yang digunakan tidak menyandang
sifat kompresi, sehingga cocok untuk meneruskan tekanan.Tatkala cara kerja
rem hidrolik dimulai dengan menekan pedal rem, pushrod yang terhubung akan
memberikan gaya pada pisTon di master silinder. Sehingga menyebabkan ruang
depan pisTon menyempit dan saluran reservoir menutup. Kemudian fluida dari
reservoir minyak rem mengalir menuju ruang tekanan melewati port
kompensasi. Hal ini menciptakan peningkatan tekanan pada seluruh sistem
hidrolik, karena fluida dipaksa mengalir melalui saluran hidrolik menuju
kapiler atau brake lines. Kapiler tersebut akan meneruskan tekanan kepada
semua pisTon kapiler atau aktuator pengeraman dengan besar yang sama. Brake
lines disegel oleh cincin berbentuk O guna mencegah terjadinya kebocoran
fluida.
Begitu tekanan fluida mencapai silinder roda, maka minyak rem bertekanan
akan membangkitkan pisTon untuk menekan kampas rem ke arah rotor yang
berputar. Gesekan antara bantalan dengan rotor tersebut mengakibatkan adanya
torsi, sehingga kendaraan menjadi lambat. Dan pada saat itulah cara kerja rem
hidrolik terjadi.Energi panas yang dihasilkan oleh gesekan tersebut disebarkan
melalui sirkulasi udara dan saluran di rotor. Bantalan rem yang digunakan pada
proses ini terbuat dari bahan khusus tahan panas akibat gesekan, seperti kaca
sinter maupun kevlar. Sistem kerja rem hidrolik ini bisa anda jumpai pada
beberapa moda transportasi yang memiliki daya tekanan berat, seperti sepeda.
sistem rem hidrolik dibopong dengan beberapa komponen utama. Pertama,
master silinder yang terletak setelah pedal rem dan berfungsi mengubah
gerakan ayunan pedal rem menjadi sebuah tekanan hidrolik. Dalam master
12
silinder ini terdapat pisTon dan beberapa saluran yang bernama reservoir dan
selang utama.Kedua, brake lines yang berupa beberapa selang penghubung
antar komponen pada sistem rem hidrolik. Brake lines tersebut diproduksi
dengan menggunakan dua material, yaitu karet khusus dan logam. Ketiga,
silinder roda dengan peranannya dalam cara kerja rem hidrolik yaitu untuk
mengubah kembali tekanan cairan menjadi gerakan mekanis. Sebagaimana
yang diketahui bahwa rem merupakan salah satu komponen penting dalam
sebuah kendaraan. Tanpa adanya rem, maka bisa saja seseorang akan terancam
keselamatannya ketika sedang berkendara. Setiap moda transportasi dibekali
dengan rem yang berbeda mengikuti jenis kendaraannya
c. Rem Udara
Pada prinsipnya, sistem rem angin juga sama seperti rem hidrolik hanya saja
pada rem angin tenaga pengereman tidak diperoleh dari pedal yang diinjak
pengemudi melainkan dari angin bertekanan. Sementara pedal rem hanya
berfungsi membuka katup yang menyalurkan udara bertekanan dengan aktuator
rem. Dalam hal ini, ada dua komponen yakni brake chamber yang akan
mengubah tekanan angin menjadi energi gerak dan air tank selaku penyedia
udara bertekanan. Jika pedal gas ditekan maka kedua komponen ini akan
terhubung sehingga udara bertekanan akan mendorong kearah brake chamber
untuk menggerakan tuas aktuator rem. Dan menyebabkan roda berhenti
berputar. Rem udara biasanya digunakan di truk dan bus. Sistem rem udara
terdiri dari rem reguler, rem parkir, pedal rem, dan tangki penyimpanan udara.
Untuk rem parkir, terdapat sebuah susunan cakram atau drum yang dirancang
dapat ditahan pada posisi 'mengikat' dengan tekanan pegas. Udara bertekanan
pun harus disalurkan guna mengendorkan pegas pada rem parkir ini. Agar rem
reguler (yang digunakan pada saat mengemudi di jalanan) aktif, pedal rem
harus diinjak, sehingga udara bertekanan (sekitar 100–120 psi or 690–830 kPa
atau 6,89–8,27 bar) dapat menuju ke kamar rem, dan menyebabkan rem terikat.
Sebagian besar tipe rem udara pada truk adalah rem drum, walaupun kini makin
13
Sebuah sistem rem udara bertekanan dibagi menjadi sistem pasokan dan sistem
kendali. Sistem pasokan berfungsi menekan, menyimpan, dan memasok udara
bertekanan ke sistem kendali serta ke sistem truk lain yang dioperasikan dengan
udara (kendali pergantian gigi, servo bantuan udara pedal kopling, dsb.).
Pada saat pengemudi menghidupkan mesin maka kompresor akan bekerja. yang
selanjutnya kompresor akan menghisap udara dari atmosfer. Udara yang terhisap oleh
kompressor akan disalurkan ke Recevoir Tank, yang mana pada Recevoir Tank
tersebut selalu akan terisi dengan tekanan udara yang maksimal. Namun sebelumnya,
udara tersebut melalui air driyer yang berfungsi mengeringkan udara untuk
mencegah uap air. Ketika pedal rem ditekan oleh pengemudi, maka katup rem yang
berada dibrake valve akan membuka aliran udara menuju relay valve yang mana hal
ini akan mengalirkan udara bertekanan yang berasal dari Recevoir Tank untuk menuju
brake chamber. Pada brake camber, tekanan pneumatic akan diubah menjadi gaya
mekanis yang akan menggerakkan cam shaft. Gerakan cam shaft akan
mengakibatkan sepatu rem mengembang dan menekan tromol rem. Akibatnya
putaran roda akan berkurang atau bahkan berhenti.
14
Kompresor udara dikendalikan oleh mesin, melalui katrol poros engkol via sabuk
atau langsung dari gigi pewaktu mesin. Kompresor ini dilumasi dan didinginkan oleh
sistem pelumasan dan pendinginan mesin. Udara bertekanan pertama-tama melalui
sebuah koil pendingin, dan kemudian menuju pengering udara untuk mengurangi
kelembaban dan ketidakmurnian minyak, dan juga dapat melewati regulator tekanan,
katup pengaman dan penampung pembersih kecil. Sebagai pengganti pengering
udara, sistem pasokan dapat dilengkapi dengan perangkat anti-beku dan pemisah
minyak. Udara bertekanan kemudian disimpan dalam sebuah penampung pasokan
(juga disebut tangki basah), dan kemudian didistribusikan melalui katup perlindungan
empat arah ke penampung utama (penampung rem belakang) dan penampung
cadangan (penampung rem depan), penampung rem parkir, dan titik distribusi
pasokan udara tambahan. Sistem ini juga meliputi berbagai macam katup pemeriksa,
pembatas tekanan, penguras, dan katup pengaman,Sistem rem udara juga dapat
dilengkapi sebuah perangkat wig wag yang digunakan untuk memperingatkan
pengemudi jika tekanan udara menurun hingga terlalu rendah
4. Rem Pembantu
Bukan rem utama rem ini berfungsi sebagai pembantu rem utama agar tidak
terjadi kegagalan pada rem utama, rem ini tidak bekerja sebaik rem utama hanya
ditugaskan sebagai pembantu.
a. Engine Brake
Engine brake merupakan merupakan teknik memperlambat kecepatan mobil
dengan cara mengandalkan putaran mesin ketika transmisi diturunkan ke gigi
yang lebih rendah. Trik ini berguna untuk meringankan kerja rem mobil yang
kewalahan dalam memperlambat laju mobil.Pemanfaatan engine brake biasa
dilakukan di jalanan menurun yang ekstrem dan panjang ataupun saat kondisi
darurat. Dalam situasi tersebut, rem pasti bekerja keras. Namun, jika dipaksa
mengerem terus-menerus, beban rem akan berlebihan. Rem bisa panas dan
kurang responsif. Salah-salah akhirnya rem malah blong. Agar tidak seperti itu,
sangat disarankan untuk menggunakan engine brake. Pengemudi tinggal
melepas gas dan menurunkan gigi ke level lebih rendah. Langkah tersebut akan
membuat laju mobil melambat karena mesin ikut melakukan pengereman.
Engine brake di mobil manual bisa dilakukan dengan mudah. Pengemudi
tinggal menurunkan gigi sembari melepas kaki dari pedal gas. Namun, agar
aman, penurunan gigi dilakukan secara bertahap sesuai urutan gigi. Sebagai
contoh dari gigi 4, engine brake dilakukan dengan menurunkan ke gigi 3, lanjut
ke gigi 2, dan baru ke gigi 1. Lakukan perlahan-lahan sampai ke gigi rendah
yang dikehendaki.Jika melakukannya dengan tepat, pengereman akan terbantu.
Laju mobil akan melambat sesuai yang dikehendaki.
b. Exhaust Brake
Truk merupakan kendaraan yang besar dan berat. Truk pada umumnya
memiliki berat di atas tiga Ton. Karena beratnya tersebut, bus memiliki sistem
pengereman pembantu agar bisa berhenti dengan maksimal. Truk pada dasarnya
memiliki tiga sistem pengereman. Sistem yang pertama dan utama yaitu rem
16
angin yang terhubung dengan chamber seperti pada kendaraan lain pada
umumnya. Kedua, sebagai pembantu rem utama yaitu rem mesin atau engine
brake. Ketiga, sebagai pembantu rem utama juga yaitu rem knalpot atau
exhaust brake. Sistem exhaust brake ini memang hanya ada pada kendaraan
berat seperti bus dan truk. Letak remnya berada dekat pipa gas buang dari
mesin.
Cara kerja dari exhaust brake yaitu adanya katup pada pipa gas buang dari
mesin. Ketika exhaust brake diaktifkan, katup akan menutup sehingga gas
buang akan tertahan. Gas buang yang tertahan akan membuat putaran pisTon
mesin melambat. Fungsi dari exhaust brake hanya untuk mengurangi laju
kendaraan, tidak sampai berhenti. Lalu exhaust brake juga berfungsi ketika
putaran mesin bus yang tinggi. Jadi exhaust brake bisa dipakai saat jalan
menurun dan membantu meringankan kerja rem utama.
c. Retarder
1. Kecepatan kendaraan.
2. Jarak pengereman karena jarak pengereman banyak yang mempengaruhinya.
3. Kemiringan jalan.
4. Beban kendaraan yang berlebihan dari kapasitasnya.
5. Jalan yang di lalui beTon ,aspal atau tanah.
Pada kendaraan yang menggunakan udara bertekanan dalam sistem rem dan
peralatan tambahan lainya harus ada komponen yang bernama kompersor untuk
menghasilkan udara sebagai media utama yang ada pada sistem rem Pneumatik.
2. Recevoir Tank
Berfungsi untuk menampung udara sementara yang di suplay dari kompresor
udara yang sebelumnya udara tersebut sudah di saring terlebih dahulu oleh air
filter dan Air Dryer agar udara yg masuk kedalam tangki benar benar bersih
tidak terdapat kotoran atau air yang masuk ke sistem saluran. Tekanan
maksimum 10 kg/cm2
18
3. Air Dryer
Berfungsi untuk menyaring kelembapan udara sebelum udara masuk ke tangki
udara di air dryer ini antara air dan kotoran di saring terlebih dahulu agar udara
yang masuk ke air tank benar – benar bersih.
4. Brake Valve
Brake valve adalah rangkaian yang terdiri dari pegas dan serangkaian katup,
yang akan membuka dan menutup aliran udara bertekanan dari recevoir tank ke
brake chamber. Brake valve dilengkapi relay valve untuk mengaktifkan rem
dengan cepat.
5. Relay Valve
Relay valve di kendalikan oleh udara bertekanan dari brake valve, relay valve
membuka dan menutup aliran udara bertekanan dari tangki ke tabung rem
(brake chember). Untuk mengaktifkan dan membatalkan rem dengan cepat.
6. Pegas kanvas rem
Berfungsi sebagai penggembali posisi dari kanvas rem dengan cepat karena
dorongan dari slack adjuster, agar tidak terjadi panas pada kanvas rem yang
mengesek brake drum.
7. Brake Chamber
Brake chamber berfungsi unuk merubah tekanan udaara menjadi gerakan
mekanis dan melalui sebuah push rod mengerakan tuas slack adjuster. Saat
udara bertekanan di alirkan ke dalam brake chamber, diafragma dan push rod
tertekan dengan kekuatan sesuai gaya tekan pada diafragma, mengerakan
sebuah cam rem melalui tuas pada slack adjuster.
cepat habis,namun tidak merusak tromol rem. Pada saat digunkaan pada
kendaraan yang mempunyai beban yang berlebihan kanvas rem ini kurang
efektif karena daya pengereman yang diberikan tidak diserap dengan baik oleh
kanvas
b) Semi-Metallic
Jenis material ini memiliki bahan dasar sintetis organic yang di campur
dengan bahan campuran metal. Jika sebelum nya material organic memiliki
keunggulan terhadap tromol rem, bahan metal dalam kampas rem semi-metallic
membuat material tahan terhadap penggunaan dan panas.dengan campuran
antara organic dan metal produsen kampas rem dapat memilih bahanmana yang
dominan untuk memproduksi spectrum spesifikasi kampas rem yang beda.jika
bahan metal lebih dari 50%, kampas rem akan membutuhkan gaya pengereman
yang lebih besar namun memiliki daya tahan terhadap pemakaian.
.
BAB III
METODE PENELITIAN
Mulai
Studi Literatur
Pengujian
Selesai
20
21
Panjang 9.700 mm
Lebar 2.490 mm
Tinggi 2.750 mm
CHASIS
1 st 7,305
2 nd 4,736
4 th 1,651
5 th 1,000
6 th 0,787
Mundur 7,839
MESIN JO8E-UG
Jenis Solar
Kapasitas 200
Tangki
Adalah sarana yang digunakan untuk mengangkut barang dari satu tempat ke
tempat lainya yang akan kita gunakan pada penelitian ini dimana spesifikasinya
berada diatas
3).Vernir caliper
Digunakan untuk mengukur bagian – bagian yang kecil seperti tebal kanvas
rem dan selang angin agar dapat mengetahuinya dengan benar dan sesuai.
4). Meteran
Meteran 10 M digunakan untuk mengukur panjang jarak pengereman, bodi truk
dan lainya.
C. Lokasi
Lokasi untuk melakukan pegujian di CV.Prima Perkasa Logistic yang beralamat
di jalan Tanjung Api – api , Desa Tanjung MAS Banyuasin.
D. Pengambilan Data
Dalam pembahasan dan penyelesaian masalah serta penyusunan laporan ini
penulis menggunakan metode pengambilan data sebagai berikut :
1. Pengenalan tempat Kerja
Saat berada di bengkel, saya diperkenalkan kepada seluruh karyawan yang ada
disana, mulai dari spearpart, administrasi, serta area bengkel perbaikan, tool
room, engine shop, area equitment, service stol, area kendaraan setelah service.
2. Membantukan objek kegiatan yang berhubungan dengan topik yang dipilih
Dalam hal ini menganalisa cara kerja dan melakukan perawatan pada rem Hino
500 dilakukan dengan cara mengamatidan memperhatikan serta mencari
informasi dari mekanik-mekanik senior yang berpenggalaman.
3. Pengambilan Data
Pengambilan data dilakukan dengan cara : Observasi objek secara langsung,
melakukan wawancara dengan mekanik senior yang handal di bidangnya serta
dengan melakukan studi secara literature.
4. Analisa Data
Dari semua data yang telah dikumpulkan, maka akan dilakukan analisa data
serta objek yang dijadikan sebagai bahan untuk dijadikan laporan akhir skripsi
ini agar dapat mengetahui gaya yang terjadi pada pengereman
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Seperti gambar diatas jadi pengujian ini hanya mengukur aliran debit udara dan
tekanan dari brake valve menuju brake chamber, dan juga pengujian di lapangan
dengan mengukur jarak pengereman dimana disetiap pengereman dilakukan tekanan
pedal sebanyak 25 kgf dengan pgujian sebanyak tiga kali lalu mengambil satu dari
hasil yang di uji agar tidak keliru dalam pengambilan data.
24
25
Dari pengambilan rumus yang berada di literature yang ada didapatkan lah rumus
untuk menghitungan daya yang akan di analisa oleh penulis agar dapat mengetahui
perbandinganya yakni sebagai berikut.
Daya p = Q . P
Keterangan :
p : Daya ( watt )
Q : Debit ( m3/s )
P : Tekanan ( N/m2 )
p=Q.P
p = 22 L/min . 74 Psi
p = 187,115 watt
p = 0,25 HP
p=Q.P
p = 24 L/min . 78 Psi
p = 215,159 watt
p = 0,28 HP
26
p=Q.P
p = 24 L/min . 81 Psi
p = 235,617 watt
p = 0,31 HP
p=Q.P
p = 20 L/min . 72 Psi
p = 165,507 watt
p = 0,22 HP
p=Q.P
p = 24 L/min . 76 Psi
p = 209,642 watt
p = 0,28 HP
27
p=Q.P
p = 24 L/min . 81 Psi
p = 235,617 watt
p = 0,31 HP
p=Q.P
p = 20 L/min . 52 Psi
p = 119,533 watt
p = 0,15 HP
p=Q.P
p = 22 L/min . 68 Psi
p = 171,943 watt
p = 0,22 HP
28
p=Q.P
p = 24 L/min . 74 Psi
p = 204,125 watt
p = 0,27 HP
29
Maka di dapatkan hasil pada table diatas bahwa pada muatan 5,5 Ton Daya
pengereman normal telah didapatkan namun ketika muatan ditambah 12,5 Ton maka
daya pengereman tidak banyak perubahan oleh karena itu masih dikategori wajar
untuk melakukan pengereman maksimal muatan dari pabrik hanya diperbolehkan
sebanyak 15 Ton tapi kenyataanya untuk kapasiatas 18 Ton masih sangat
memungkinkan, namun ketika muatan ditambah sebanyak 15,5 Ton maka jarak
pengereman sangat panjang dengan kata lain bahwa pengereman sudah tidak
maksimal lagi.
30
Jadi dalam pengujian 5,5 Ton didapatkan hasil bahwa di kecepatan 20 km/h
daya pengereman didapat sebesar 0,31 HP, lalu di kecepatan 30 km/h di dapat
0,28 HP kemudian di kcepatan 40 km/h di dapat daya 0,25 HP.
Jadi pada pengujian 18 Ton didapatkan pada kecepatan 20 km/h daya sebesar
0,31 HP dan pada kecepatan 30 km/h daya yang dihasilkan 0,28 HP lalu di kecepatan
40 km/h sebesar 0,22 HP.
Gambar 4.6 Grafik gabungan hubungan Daya dan Kecepatan terhadap beban
beban 21 Ton sangat tidak layak untuk melakukan pengereman dikarenakan ketidak
mampuan menahan beban yang berlebihan di kecepatan tertentu yang akan
menggakibatkan kegagalan pengereman, yang akan berdampak pada jarak
pengereman yang sangat jauh, dan tidak dapat memperkirakan jarak dari pengereman
tersebut.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
Dari analisa yang telah dilakukan bahwa dapat disimpulkan kekuatan daya
pengereman tanpa muatan masih dirasa aman utuk kapasitan muatan 18 Ton
namun bukan hanya muatan saja yang mempengaruhi daya pengereman tetapi juga
keceptan kendaraan saat melaju dikecepatan tertentu akan mempengaruhi dari
daya pengereman tersebut, setelah dilakukan analisa pada muatan 21 Ton maka
hasil yang di dapat sangat jauh signifikan karena dari jarak pengereman dan daya
pengereman sangat menurun drastis.
B. SARAN
1. Perlunya pemahaman cara kerja sistem rem angin yang tepat agar dapat
mengetahui pengunaanya dengan baik dan benar supaya dapat
meminimalisirkan terjadinya kegagalan pada rem yang disebabkan oleh
pengguna.
2. Setiap jenis kendaraan memiliki keunggulan dan kelemahan masing-masing
maka dari itu selain melakukan pengujian berdasarkan putaran mesin perlunya
memperhatikan jarak tempuh, muatan beban kendaraan dan kondisi jalan saat
melakukan pengujian.
3. Untuk meningkatkan keakuratan penelitian perlunya melakukan penambahan
objek penelitian agar mendapatkan suatu nilai pembanding dari masing-
masing objek yang diteliti.
34
DAFTAR PUSTAKA
35
LAMPIRAN
36
Gambar 3. Truck dengan Muatan 5,5 Ton
37
Gambar 5. Truk tanpa karoseri
38
Gambar 7. Mengukur Jarak Pengereman
39
Gambar 9. Brake chamber
40