Diajukan oleh :
RIZKY SUNANDAR
190103009
Diajukan oleh :
RIZKY SUNANDAR
190103009
2
1. Latar Belakang
Kendaraan merupakan kebutuhan sekunder yang tidak dapat terpisahkan dari
kehidupan manusia saat ini. Kendaraan banyak dimanfaatkan manusia saat ini
untuk berpindah dari satu tempat ke tempat lainnya menjadikan kendaraan sebagai
modal transportasi utama. Dilihat dari kebiasaan manusia menggunakan kendaraan
untuk beraktifitas dalam kehidupan sehari hari dan sebagai transportasi pribadi.
Situasi inilah yang menyebabkan keengganan manusia untuk meninggalkan
penggunaan kendaraan.
Salah satu jenis kendaraan yang sangat diminati saat ini adalah sepeda motor.
Sepeda motor sudah bukan merupakan barang mewah, namun telah menjadi barang
sekunder dengan adanya pergeseran zaman. Ukurannya yang kecil, menjadi pilihan
untuk moda transportasi jarak dekat, bahkan jarak menengah. Kemampuan
manuvernya yang lincah menjadikannya menjadi pilihan mayoritas masyarakat
terutama untuk penggunaan dijalanan kota yang padat dengan tingkat kemacetan
lalu lintas yang tinggi.
Sepeda motor yang banyak beredar secara komersil adalah kendaraan dengan
penggerak mula motor bakar. Motor bakar sendiri merupakan sistem penggerak
mula yang menghasilkan gerak utama berupa putaran melalui serangkaian proses
di dalam silinder. Saat ini, hampir seluruh sepeda motor yang ada di Indonesia
menggunakan motor bakar bensin. Semakin tingginya jumlah sepeda motor, maka
semakin tinggi pula konsumsi bahan bakar yang digunakan. Bensin adalah salah
satu bahan bakar yang tidak dapat diperbaharui karena proses pembentukannya
memerlukan waktu jutaan tahun.
Dengan semakin tingginya pemakaian bahan bakar ini, maka akan mengurangi
cadangan minyak bumi di Indonesia. Bahan bakar ini bukan merupakan sumber
energi terbarukan, maka jika digunakan dan dieksploitasi secara terus menerus akan
habis. Dengan melihat masalah ini, maka diperlukan kendaraan yang menggunakan
bahan bakar yang dapat diperbarui serta jumlahnya melimpah. Salah satu kendaraan
yang bisa diterapkan dengan konsep energi yang dapat diperbarui adalah sepeda
motor listrik.
3
Sepeda motor listrik telah dibuat sebelumnya di Politeknik Negeri Cilacap oleh
Fatih Annasir. Sepeda listrik yang telah dibuat merupakan sepeda yang
menggunakan penggerak motor listrik dengan menggunakan transmisi model
sprocket dan rantai. Namun permasalah yang muncul adalah karena transmisi
model sprocket dan rantai merupakan jenis transmisi tetap, sehingga tidak dapat
mengakomodir perubahan putaran guna mengatur besarnya torsi untuk berbagai
kondisi jalan.
Dari permasalahan yang ditelah diuraikan, maka perlua adanya modifikasi
sepeda listrik yang telah dibuat guna mengatasi berbagai kondisi jalan.. Hal yang
menjadi pembeda yaitu pada transmisi yang sebelumnya menggunakan gear dan
sprocket yang merupakan transmisi tetap, menjadi transmisi variabel. Dengan
diubahnya transmisi pada sepeda motor listrik ini diharapkan torsi yang dikeluarkan
dapat disesuaikan dengan medan yang dilalui.
2. Tujuan
Beberapa penelitian dan studi yang telah dilakukan sebelumnya, dari mulai
studi tentang tingkat ketertarikan dan pembuatan sepeda listrik. Penelitian dan studi
tersebut membuktikan bahwa sepeda listrik merupakan hal yang menarik untuk
dipelajari dan dikembangkan, seiring dengan kesadaran penggunaan energi baru
terbarukan.
Hakim, dkk (2019) telah melakukan penelitian tentang transmisi CVT. Tujuan
dari penelitian ini adalah membuat sepeda motor listrik yang mudah dioperasika,
tidak berisik, dan ramah lingkungan. Metodologi yang digunakan adalah dengan
4
metoda kajian perhitungan sistem transmisi CVT pada sepeda motor. Berdasarkan
perhitungan yang telah dilakukan didapat gaya hambat udara sebesar 90,7 N,
sedangkan gaya dorong pada saat kecepatan 140 km/jam sebesar 182,73 N. Daya
yang dibutuhkan untuk menggerakan kendaraan menggunakan transmisi CVT ini
pada kecepatan 140 km/jam sebesar 7,1 kW, apabila dilakukan pada bidang miring
dengan sudut 50 maka didapat 445,48 N. Semua perhitungan di atas dilakukan
dengan perencanaan diameter puli primer 110,15 mm dan pulli sekunder 119,76
mm. Sedangkan panjang belt berdasarkan perhitungan didapat 453,31 mm, maka
panjang belt yang ada dipasaran adalah 457 mm.
5
Dari penelitian yang dilakukan, dihasilkan rancangan kendaraan berdasarkan
hasil analisis yang dilakukan. Rancangan ini berupa kendaraan listik yang akan
dibuat prototype berdasarkan evaluasi dan pengembangan yang dilakukan.
Pengembangan yang dilakukan selanjutkan akan terus melibatkan melibatkan
industri lokal sehingga berimbas pada sektor lainnya.
Gambar 3.2 Skematik sistem CVT pada sepeda motor (Sumber: Komaladewi,
dkk. 2010)
Dari penelitian yang dilakukan hasilnya adalah Pada putaran awal (2000 rpm),
gaya aksial yang terjadi lebih kecil dari gaya aksial oleh pegas sehingga pergerakan
sleeding sheave puli tidak ada dan rasio tranmisi tetap. Selanjutnya perubahan rasio
terus terjadi sampai 9000 rpm.
6
3.2 Landasan Teori
3.2.1 CVT (Continously Variable Transmision)
Kelebihan utama sistem CVT yaitu dapat memberikan perubahan kecepatan dan
perubahan torsi dari mesin ke roda belakang secara otomatis. Dengan perbandingan
ratio yang sangat tepat tanpa harus memindah gigi, seperti pada motor transmisi
konvensional. Dengan sendirinya tidak terjadi hentakan yang biasa timbul pada
pemindahan gigi pada mesin-mesin konvensional. Perubahan kecepatan sangat
lembut dengan kemampuan mendaki yang baik. Sistem CVT terdiri dari pulley
primary dan pulley secondary yang dihubungkan dengan V-belt.
Transmisi terdiri dari dua buah pulley yang dihubungkan oleh sabuk (belt),
sebuah kopling sentrifugal untuk menghubungkan ke penggerak roda belakang
ketika penggerak utama berputar, dan gigi transmisi satu kecepatan untuk
7
mereduksi putaran. Drive pulley dihubungkan dengan poros penggerak utama dan
berfungsi untuk mengatur kecepatan berdasarkan gaya sentrifugal. Driven pulley
berputar pada poros utama transmisi. Bagian tengah kopling sentrifugal
dipasangkan ke pulley dan ikut berputar bersama. Kedua pulley masing-masing
terpisah menjadi dua bagian, dengan setengah bagiannya dibuat tetap dan setengah
bagian lainnya bisa bergeser mendekat atau menjauihi sesuai arah poros.
8
a. Dinding luar puli penggerak dan kipas pendingin.
Dinding luar puli penggerak merupakan komponen puli penggerak tetap. Selain
berungsi untuk memperbesar perbandingan rasio di bagian tepi komponen ini
terdapat kipas pendingin yang berfungsi sebagai pendingin ruang CVT agar belt
tidak cepat panas dan aus.
Dinding dalam merupakan komponen puli yang bergerak menekan CVT agar
diperoleh kecepatan yang diinginkan.
c. Bushing/bos puli.
Komponen ini berfungsi sebagai poros dinding dalam puli agar dinding dalam
dapat bergerak mulus sewaktu bergeser.
d. Roller
Roller adalah bantalan keseimbangan gaya berat yang berguna untuk menekan
dinding dalam puli primer sewaktu terjadi putaran tinggi. Prinsip kerja roller,
semakin berat rollernya maka dia akan semakin cepat bergerak mendorong movable
9
drive face pada drive pulley sehingga bisa menekan belt ke posisi terkecil. Namun
supaya belt dapat tertekan hingga maksimal butuh roller yang beratnya sesuai.
Artinya jika roller terlalu ringan maka tidak dapat menekan belt hingga maksimal,
efeknya tenaga tengah dan atas akan berkurang. Harus diperhatikan juga jika akan
mengganti roller yang lebih berat harus memperhatikan torsi mesin. Sebab jika
mengganti roller yang lebih berat bukan berarti lebih responsif. Karena roller akan
terlempar terlalu cepat sehingga pada saat akselerasi perbandingan rasio antara puli
primer dan puli sekunder terlalu besar yang kemudian akan membebani mesin.
e. Plat penahan
Komponen ini berfungsi untuk menahan gerakan dinding dalam agar dapat
bergeser ke arah luar sewaktu terdorong oleh roller.
f. V belt
10
3.2.4 Driven Pulley (Puli yang digerakkan/ puli sekunder)
Bagian ini berfungsi menahan sabuk / sebagai lintasan agar sabuk dapat bergerak
ke bagian luar. Bagian ini terbuat dari bahan yang ringan dengan bagian permukaan
yang halus agar memudahkan belt untuk bergerak.
b. Pegas pengembali
Seperti pada umumnya fungsi dari kopling adalah untuk menyalurkan putaran
dari putaran puli sekunder menuju gigi reduksi. Cara kerja kopling sentrifugal
adalah pada saat putaran stasioner/ langsam (putaran rendah), putaran poros puli
sekunder tidak diteruskan ke penggerak roda. Ini terjadi karena rumah kopling
bebas (tidak berputar) terhadap kampas, dan pegas pengembali yang terpasang pada
11
poros puli sekunder. Pada saat putaran rendah (stasioner), gaya sentrifugal dari
kampas kopling menjadi kecil sehingga sepatu kopling terlepas dari rumah kopling
dan tertarik kearah poros puli sekunder akibatnya rumah kopling menjadi bebas.
Saat putaran mesin bertambah, gaya sentrifugal semakin besar sehingga mendorong
kampas kopling mencapai rumah kopling dimana gayanya lebih besar dari gaya
pegas pengembali.
Bagian ini memiliki fungsi yang kebalikan dengan dinding luar puli primer yaitu
sebagai rel agar sabuk dapat bergerak ke posisi paling dalam puli sekunder.
e. Torsi cam
Apabila mesin membutuhkan membutuhkan torsi yang lebih atau bertemu jalan
yang menanjak maka beban di roda belakang meningkat dan kecepatannya
menurun. Dalam kondisi seperti ini posisi belt akan kembali seperti semula, seperti
pada keadaan diam. Drive pulley akan membuka sehingga dudukan belt membesar,
sehingga kecepatan turun saat inilah torsi cam bekerja. Torsi cam ini akan menahan
pergerakan driven pulley agar tidak langsung menutup. Jadi kecepatan tidak
langsung jatuh.
f. Gigi reduksi
4. Metodologi Penyelesaian
4.1 Alat dan bahan
Peralatan dan bahan bahan yang digunakan membuat part dari mesin adalah
hal yang harus diperhitungkan, karena dapat mempengaruhi hasil dan kualitas part
yang akan dibuat.
12
4.1.1 Alat
13
4.1.2 Bahan
14
5. Roda gigi reduksi Rasio 1 : 9,9 Untuk mereduksi putaran
9. Poros roda gigi reduksi Diameter 17mm Sebagai poros roda gigi
reduksi sekaligus sebagai
as roda belakang
15
11. Bosh arm Diameter 30mm Untuk meredam getaran
Dalam proses perancangan transmisi cvt pada sepeda motor listrik, metodologi
penyelesaian yang dilakukan dengan pembuatan diagram alir yang berisi tahapan
tentang pembuatan system transmisi cvt pada sepeda motor listrik. Diagram alir
tersebut digambarkan pada gambar 4.1 berikut:
16
Gambar 4.1 Diagram alir perancangan transmisi pada sepeda motor listrik
17
4.2.1 Studi literatur dan studi lapangan
18
4.2.5.1 Perhitungan beban
a. Perhitungan berat penumpang
Berat penumpang dapat dihitung dengan persamaan rumus sebagai berikut:
F=mxg
Dimana :
F = Gaya (N)
m = Massa (kg)
g = Gaya gravitasi (10 m/s2)
b. Menghitung rolling resistence force
Rolling resistence force dapat dihitung dengan persamaan rumus sebagai
berikut :
Fr = W x Crr x cos ɵ
Dimana :
Fr = Force at incline (N)
W = gaya berat (N)
ɵ = sudut kemiringan tanjakan
Crr = nilai ketepatan medan jalan
c. Mencari climbing force
climbing force dapat dihitung dengan persamaan rumus sebagai berikut :
Fh = W x Sin ɵ
Dimana :
Fh = Climbing force (N)
W = gaya berat (N)
ɵ = sudut kemiringan tanjakan
d. Menghitung daya total
Daya total dapat dihitung dengan persamaan rumus sebagai berikut:
TTF = Fr + Fh + Fa
Dimana :
TTF = daya total (N)
Fr = force at incline (N)
Fh = climbing force (N)
19
4.2.5.2 Perhitungan kopling tetap
a. Menghitung daya rencana
Daya rencana dapat dihitung dengan persamaan rumus sebagai berikut:
Pd = P x fc
Dimana :
Pd = Daya rencana (kW)
P = Daya motor listrik (kW)
fc = Faktor koreksi daya
b. Menghitung momen puntir
Momen punter dapat dihitung dengan persamaan rumus sebagai berikut:
T = 9,74 x 105 x
Dimana :
T = Momen puntir (Nmm)
Pd = Daya rencana (kW)
n = Putaran motor listrik (rpm)
c. Menghitung tegangan tarik
Teganagn tarik dapat dihitung dengan persamaan rumus sebagai berikut:
σt =
Dimana :
σt = tegangan tarik (N/mm2)
F = Gaya yang bekerja (N)
A = luas penampang (mm2)
d. Menghitung tegangan geser
Tegangan geser dapat dihitung dengan persamaan rumus sebagai berikut:
τ = σt x 0,577
Dimana :
τ = tegangan geser (N/mm)
σt = tegangan tarik (N/mm2)
20
e. Mengitung bearing stress
Bearing stress dapat dihitung dengan persamaan rumus sebagai berikut:
σtb =
dimana :
σtb = Bearing stress (N/mm2)
F = Gaya (N)
dl = diameter lubang (mm)
b = tebal lubang (mm)
ne = jumlah baut
Dimana :
i = Rasio transmisi
D1 = Diameter pulley depan
D2 = Diameter pulley belakang
Z3 = Jumlah gigi pada roda gigi output
Z4 = Jumlah gigi pada roda gigi input
21
4.3 Metodologi pengujian
22
4.3.2 Persiapan alat uji kecepatan
Pengujian pada medan jalan datar dilakukan dengan kondisi baterai penuh
dengan jarak tempuh tertentu untuk mengetahui maksimal kecepatan sepeda motor
listrik (SEMOLI).
Pengujian pada medan jalan datar dilakukan dengan kondisi baterai penuh
dengan sudut kemiringan jalan tertentu untuk mengetahui maksimal kecepatan
sepeda motor listrik (SEMOLI).
4.3.6 Kesimpulan
23
5. Jadwal TA/Skripsi
24
7. Rincian Biaya
25
DAFTAR PUSTAKA
Hakim, dkk. (2019). Kajian Sistem Transmisi CVT Untuk Sepeda Motor Honda
Spacy pada Putaran Rendah, Menengah, Tinggi, serta Beban Menanjak.
Diakses 10 Maret 2022. Jurnal Sains dan Teknologi. Banten: Universitas
Sultan Ageng Tirtayasa
Khairiri, dkk. (2019). Rancang Bangun Koneksi Flange Coupling Hammer Crusher
212-HC1. Diakses Maret 2022. Jakarta : Politeknik Negeri Jakarta
26