Potensi Bahan Pakan Lokal Untuk Ternak Ruminansia
Potensi Bahan Pakan Lokal Untuk Ternak Ruminansia
Halaman Judul
Oleh :
Marhen Harjono
2022
ii
iii
PRAKATA
Assalamualaikum. Wr.Wb.
Alhamdulillah segala puji hanya bagi Allah SWT. Yang telah
memberikan kesehatan dan kesempatan kepada penulis sehingga
dapat menyusun hingga selesai sebuah buku pedoman tentang
potensi bahan pakan lokal untuk ternak ruminansia. Adapun yang
mendasari dalam pembuatan buku ini untuk memenuhi beberapa
kebutuhan diantaranya adalah adalah atas dasar kebutuhan
masyarakat akan sebuah informasi mengenai bahan pakan yang ada
di sekitar kita, yang bisa digunakan untuk pakan ternak, karena
memang saat ini kebutuhan pakan ternak hampir dibutuhkan setiap
kecamatan dan bahkan desa. Kemudian yang mendorong untuk
membuat buku ini adalah karena keinginan untuk membuat sebuah
karya tulis yang dapat diedarkan secara ilmiah. Dalam menuangkan
ide serta gagasan serta tersimpan secara lama dan diakui oleh
beberapa pihak, memang tentunya harus dituangkan dalam sebuah
tulisan, baik itu berupa buku, jurnal dan atau hasil lokakarya lainnya.
Semoga dengan adanya buku ini dapat menambah wawasan
kekayaan ilmiah di bidang pakan ternak serta menambah berbagai
koleksi pada bacaan khususnya para penggemar ternak.
Pada Buku buku ini penulis mengucapkan terima kasih
kepada :
1. Edi Siswanto, Selaku Kepala Dinas Pertanian Selaku Kepala
Dinas Pertanian Bengkulu Selatan yang memberikan
iv
.
v
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum.Wr.Wb.
Pertumbuhan dan perkembangan ternak ruminansia di
Kabupaten Bengkulu Selatan masih stagnan bahkan menurun, hal ini
disebabkan beberapa faktor. Faktor yang pertama adalah karena
tradisi masyarakat, dalam mindset masyarakat Bengkulu Selatan
bahwasannya ternak ruminansia itu adalah ternak yang diumbar dan
membutuhkan lahan luas, secara keseluruhan diumbar di lapangan,
perkebunan atau aliran sungai, namun dengan adanya perda yang
mengatur tentang pemeliharaan ternak menyebabkan populasi ternak
menurun drastis.
viii
2.8. Bahan Pakan Sumber Aditif ............................................................................................ 17
ix
4.2. Peta Sebaran Potensi Bahan Pakan Kecamatan Seginim .................................................. 74
4.3. Peta Sebaran Potensi Bahan Pakan Kecamatan Manna .................................................... 75
4.4. Peta Sebaran Potensi Bahan Pakan Kecamatan Kota Manna ........................................... 76
4.5. Peta Sebaran Potensi Bahan Pakan Kecamatan Pino Raya ............................................... 77
4.6. Peta Sebaran Potensi Bahan Pakan Kecamatan Bunga Mas ............................................. 78
4.7. Peta Sebaran Potensi Bahan Pakan Kecamatan Pasar Manna ........................................... 79
4.8. Peta Sebaran Potensi Bahan Pakan Kecamatan Pino ........................................................ 80
4.9. Peta Sebaran Potensi Bahan Pakan Kecamatan Ulu Manna ............................................. 81
4.10. Peta Sebaran Potensi Bahan Pakan Kecamatan Kedurang Ilir ........................................ 82
4.11. Peta Sebaran Potensi Bahan Pakan Kecamatan Kedurang.............................................. 83
x
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
xi
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
xii
11. A Proses pengolahan tahu, B ampas tahu dalam karung ............................................................... 62
12. Kulit kopi dekat mesin penggiling kopi di daerah Seginim .......................................................... 64
13. A Rumput Odot yang dikembangkan di daerah jabau pada umur 35 hari,
B Rumput Raja yang dikembangkan daerah jabau umur 35 hari .................................................. 71
xiii
I. TERNAK RUMINANSIA
9
2.3. Silase
Silase merupakan awetan basah segar yang disimpan dalam
silo, sebuah tempat yang tertutup rapat dan kedap udara, pada
kondisi anaerob. Pada suasana anaerob tersebut akan mempercepat
pertumbuhan bakteri anaerob untuk membentuk asam laktat
(Mugiwati, 2013). Pembuatan silase sudah dikenal lama dan
berkembang di negara yang beriklim subtropis.
Prinsip pembuatan silase adalah fermentasi hijauan oleh
mikroba yang banyak menghasilkan asam laktat. Mikroba yang
paling dominan adalah golongan bakteri asam laktat
homofermentatif yang mampu melakukan fermentasi dalam
keadaan aerob sampai anaerob. Asam laktat yang dihasilkan selama
proses fermentasi akan berperan sebagai zat pengawet sehingga
dapat mencegah pertumbuhan mikroorganisme pembusuk.
Tingginya kadar air dan rendahnya karbohidrat terlarut dari air
hijauan yang dipotong segar menyebabkan rendahnya kualitas
fermentasi (Ridwan et.al 2005).
Kabupaten Bengkulu selatan merupakan daerah pertanian
yang kaya akan sumber pertanian dan produk sisah pertanian yang
dapat digunakan sebagai bahan pembuatan bahan pakan berupa
silase. Hijauan yang ideal untuk digunakan sebagai bahan silase
adalah dari berbagai jenis hijauan terutama yang banyak
mengandung serat kasar dan karbohidrat seperti rumput raja, batang
10
jagung manis, pelepah dan daun sawit, tongkol jagung hibrida dan
beberapa jenis rumput yang lainnya.
Proses fermentasi silase bertujuan memaksimumkan
pengawetan kandungan nutrisi yang terdapat pada hijauan atau
bahan pakan ternak lainnya sehingga silase yang terbentuk dapat
disimpan untuk jangka waktu yang lama. Silase tersebut dapat
diberikan sebagai pakan ternak khususnya untuk mengatasi kesulitan
dalam mendapatkan pakan hijauan pada musim kemarau
Dalam pembuatan silase ada beberapa bahan yang perlu
ditambahkan sebagai campuran pembuatan silase, tujuan
penambahan bahan ini adalah diantaranya sebagai sumber energi
pada bakteri penghasil asam laktat. Adapun bahan yang
ditambahkan diantaranya bahan sumber energi seperti molases/tetes
tebu, dedak padi, dan biji jagung. Kemudian untuk menghasilkan
kualitas yang maksimal juga perlu ditambahkan biostarter dari asam
laktat seperti EM4 dan beberapa produk yang sudah dikemas dan
dikomersilkan.
Kualitas silase diperlihatkan oleh beberapa parameter yaitu
pH, suhu, warna, dan kandungan asam laktatnya. Silase yang baik
mempunyai pH antara 3,8-4,2 dengan tekstur yang halus, berwarna
hijau kecokelatan, bila dikepal tidak keluar air dan bau, kadar air 60-
70% dan baunya wangi. Kerusakan silase diperhitungkan sebagai
persentase dari silase yang rusak dibandingkan dengan jumlah
keseluruhan silase dalam satu silo. Silase yang mengalami kerusakan
11
dapat terlihat dari tekstur silase yang rapuh berwarna cokelat
kehitaman, dan berbau busuk serta banyak ditumbuhi jamur. Pada
umumnya kerusakan terjadi pada permukaan dekat penutup silo.
Pada prinsipnya silase tidak meningkatkan kandungan nutrisi
pakan, tetapi dapat mempertahankan nutrisi dan meningkatkan
palatabilitas. Kedepan teknologi silase menggunakan proses ensilase
bukan saja menjadi alternatif penyimpanan hijauan pakan namun
paradigma menjadi lebih luas dengan upaya meningkatkan kualitas
silase menjadi silase yang tahan lama dalam penyimpanan.
Keamanan silase sangat penting diperhatikan karena
merupakan penilaian yang utama terhadap keberhasilan pembuatan
silase. Kondisi asam akan menghindarkan hijauan dari mikroba
perusak atau pembusuk. Mikroba perusak atau pembusuk yang
banyak dijumpai pada pembuatan silase diawalnya adalah dari
golongan kapang, kamir, yeast, Clostridium sp dan Enterc-
bacleriaceae.
Bau asam yang dihasilkan oleh silase disebabkan oleh proses
pembuatan silase bakteri anaerob aktif bekerja menghasilkan asam
organik. Proses ensilase terjadi apabila oksigen telah habis dipakai,
pernafasan tanaman akan berhenti dan suasana menjadi anaerob,
sehingga keadaan demikian tidak memungkinkan untuk tumbuhnya
jamur dan hanya bakteri anaerob saja yang masih aktif bekerja
terutama bakteri pembentuk asam.
12
2.4. Bahan Pakan Sumber Energi
Bahan pakan dapat dikatakan sebagai sumber energi bila
pada bahan makanan itu unsur nutrisi terbesar yang dikandungnya
adalah energi dan unsur lainnya kecil atau bersifat melengkapinya
saja. Bahan makanan sumber energi berasal dari biji- bijian dan
limbah prosesing bijian itu, (Anggorodi, 1994). Termasuk kelompok
ini adalah bahan – bahan dengan protein kasar dengan kurang dari
20% dan serat kasar kurang dari 18% atau dinding sel kurang dari
35% . Kelompok serealia/ biji-bijian (jagung, gandum, sorgum),
kelompok hasil sampingan serealia (limbah penggilingan),
kelompok umbi (ketela rambat, ketela pohon, dan hasil
sampingannya). Yang termasuk bahan pakan sumber energi
diantaranya adalah benih padi, sorgum putih, sorgum coklat, tepung
daun pepaya, ampas kelapa, biji bunga matahari, dedak, biji jagung,
tepung gaplek, millet putih, onggok, tetes, bekatul.
13
kurang dari kebutuhan hidup pokok maka dipastikan pertumbuhan
atau hasil yang diharapkan kurang maksimal.
14
2.7. Bahan Pakan Sumber Mineral
Mineral merupakan zat yang penting dalam kelangsungan
hidup dibutuhkan oleh ternak baik untuk memelihara kesehatan,
pertumbuhan dan reproduksi. Berdasarkan kegunaannya dalam
aktivitas hidup, mineral dapat dibagi menjadi dua golongan yaitu
golongan yang essensial dan golongan yang nonessensial.
Berdasarkan jumlahnya, mineral dapat pula dibagi atas mineral
makro, dan mineral mikro (Georgievskii et al., 1982).
15
Secara umum mineral-mineral essensial berfungsi sebagai
pembangun tulang dan gigi. Mineral bersama-sama protein dan
lemak membentuk otot, organ tubuh, sel darah, dan jaringan lunak
lainnya. Disamping itu mineral juga berperan dalam
mempertahankan keseimbangan asam-basa, mempertahankan
kontraksi urat daging dan memainkan peranan penting untuk
berfungsinya urat syaraf secara normal. Sebagian mineral essensial
juga berfungsi mempertahankan tekanan osmotik, bagian dari
hormon atau sebagai aktifator dari enzim, mengatur metabolisme,
transport zat makanan ke dalam tubuh, permeabilitas membran sel
dan memelihara kondisi ionik dalam tubuh.
17
additive ditambahkan ke dalam ransum untuk melengkapi atau
meningkatkan kandungan nutrien ransum, misalnya suplemen
vitamin, mineral, dan asam amino.
Non nutritive feed additive tidak mempengaruhi kandungan
nutrien ransum, kegunaannya tergantung pada jenisnya, antara lain
untuk meningkatkan palatabilitas (flavoring / pemberi rasa, colorant
/pewarna), pengawet pakan (antioksidan), penghambat
mikroorganisme patogen dan meningkatkan kecernaan nutrien
(antibiotik, probiotik, prebiotik), anti jamur, membantu pencernaan
sehingga meningkatkan kecernaan nutrien (acidifier, enzim)..
18
III. BAHAN BAKU BERBASIS LOKAL
19
Mata pencaharian masyarakat Bengkulu selatan secara
umum adalah petani, PNS, Buruh dan lainnya. Petani secara umum
bergerak pada bidang pangan, peternakan dan perkebunan. Sebagian
besar untuk petani bergerak pada bidang budidaya tanaman pangan,
perkebunan dan sedikit peternakan.
Sejak tahun 2019 peraturan daerah tentang pengandangan
hewan ternak atau program ternak secara intensif dan diperkuat
melalui perdes tentang sanksi hewan yang berkeliaran, maka jumlah
ternak khususnya ternak besar mengalami penurunan dari segi
jumlah populasi. Hal ini disebabkan oleh beberapa hal, diantaranya
adalah keterbatasan padang penggembalaan yang dimiliki oleh para
peternak secara pribadi, perilaku masyarakat yang belum mau
mengandangkan ternak (secara intensif) dan keterbatasan
pengetahuan akan sumber bahan pakan lokal sehingga peternak lebih
memilih memilih untuk menjual ternaknya.
Penurunan jumlah populasi ternak di Kabupaten Bengkulu
Selatan merupakan sebuah tantangan dari beberapa pihak terutama
pemerintah daerah karena tidak sesuai dengan arahan dan nawacita
Presiden Republik Indonesia yang salah satunya tentang
swasembada daging nasional. Agar program pemerintah daerah
tentang pemeliharaan ternak secara intensif dapat berjalan lancar
kemudian jumlah populasi ternak yang dipelihara oleh masyarakat
tidak mengalami penurunan dari jumlah populasi maka harus dicari
suatu solusi secara bersama agar kesemuanya dapat berjalan searah.
20
Sebagaimana diketahui bahwasannya dalam pemeliharaan
ternak 70% keberhasilan ditentukan oleh faktor pakan. Pakan harus
memenuhi standar yaitu terpenuhinya kebutuhan hidup pokok,
kebutuhan reproduksi dan berproduksi. Ternak ruminansia yang
dipelihara masyarakat secara tradisional dengan tujuan untuk
pengembangbiakan seperti sapi, kerbau dan kambing minimal yang
harus terpenuhi adalah kebutuhan hidup pokok dan kebutuhan
bereproduksi (kebuntingan) jika pakan yang diberikan tidak
mencukupi untuk kedua hal tersebut maka dipastikan kegagalan
dalam beternak sudah menanti.
Kabupaten Bengkulu Selatan memiliki potensi bahan pakan
yang sangat melimpah mulai dari sisa hasil pertanian, rumput lapang
atau rumput alam, serta sumber pakan ternak ruminansia itu sendiri
namun belum diketahui oleh masyarakat umum terkhusus para
peternak, adapun bahan pakan ternak ruminansia itu adalah sebagai
berikut :
3.1. Rumput Raja (King grass).
Rumput raja dengan nama bahasa latinnya
Pennisetum purpurepoides merupakan salah satu hijauan pakan
ternak yang banyak dibudidayakan di Kabupaten Bengkulu Selatan.
Bentuk rumput raja tidak asing lagi bagi masyarakat daerah ini,
terutama yang memiliki ternak ruminansia seperti sapi atau kerbau.
Sebaran penanaman rumput ini banyak dijumpai di kecamatan
Seginim, Air Nipis dan Kedurang. Masyarakat banyak menanamnya
21
di pematang sawah, pematang irigasi sekunder dan di selah tanaman
sawit yang masih berumur kurang dari lima tahun.
Rumput raja atau disebut dengan rumput kalanjana (Jawa) ini
berasal dari Afrika Selatan, rumput raja ini merupakan sebuah hasil
dari perkawinan silang antara rumput gajah dengan rumput
pennisetum tydoides burn, sehingga rumput raja ini hampir
menyerupai dengan rumput gajah.
Rumput raja juga memiliki keunggulan yaitu dapat ditanam
dengan mudah, dapat tumbuh pada ketinggian hingga 1500 m dpl,
mudah beradaptasi, tumbuh dengan cepat dan produksi yang
dihasilkan cukup tinggi. Berdasarkan sistematikan taksonomi,
rumput raja dapat diklasifikasi sebagai berikut ;
Kingdom : Plantae
Divisio : Spermatophyta
Sub Divisio : Angiospermae
Kelas : Monocotyledonae
Ordo : Poales
Famili : Graminae
Genus : Pennisetum
Spesies : Pennisetum purpuroides ( Stein, 1988 ).
22
Sumber: Dokumen pribadi foto rumput raja.
23
mata tunas. Bila menggunakan sobekan rumpun, maka dipilih anak
rumput yang masih cukup muda dengan tinggi antara 20-25 cm.
A B
Sumber: Dokumen Pribadi, Rumput Raja
Perlakuan
Pertumbuhan Tanaman
A B C D E
Tinggi tanaman (cm) 3,38 3,36 3,43 3,35 3,40
Jumlah anakan (batang) 7,17 8,09 7,77 7,08 8,20
Kandungan gizi:
Protein kasar (% BK) 13,37 13,51 13.35 13,21 13,70
N D F (% BK) 62,67 62,37 62,94 61,98 62,21
A D F (% BK) 42,34 41,72 43,23 40,01 44,27
Selulosa (% BK) 33,03 32,31 29,89 29,68 30,87
Hemiselulosa (% BK) 20,33 20,65 18,71 21,96 17,93
Lignin (% BK) 8,16 9,66 10,78 8,46 11,36
Produksi:
Produksi segar 87,46 94,52 84,09 83,95 96,48
(ton/ha/panen)
Produksi B.K. 15,41 16,90 14,57 13,79 19,84
(ton/ha/panen)
Benefit Cost Ratio (BCR) 5,31 5,32 5,41 5,87 6,54
Sumber : Suyitman (2012)
Dilihat pada Tabel 1. Bahwasannya produksi rumput raja
untuk berat segarnya sangatlah tinggi mencapai 96, 48 ton
perha/panen, sedangkan untuk kandungan protein kasar mencapai
13,70% /Bk. Apabila dilihat dari standar kebutuhan umum ternak
ruminansia kebutuhan perhari adalah 10% dari bobot badan, apabila
diasumsikan berat sapi adalah 500 kg maka sekali panen dapat
menampung untuk 1920 ekor sapi.
25
Dalam mengatasi terjadinya over produksi pada saat musim panen
perlu adanya perlakuan sistem rotasi panen, dimana dalam satu petak
atau hektar dibagi kedalam beberapa sekat. Hal ini bertujuan untuk
mengatasi over produksi sehingga kebutuhan bahan pakan dapat
diberikan secara kontinuitas. Disamping dengan cara pembagian
sekat, juga perlu ada cara lain untuk mengawetkan hijauan rumput
raja, diantaranya dengan pembuatan hay atau silase.
Hari ke 28
Perlakuan
Protein kasar (%) Serat Kasar (%)
A 9,10 ± 0,76 ab 34,38 ± 0,08 c
B 9,31 ± 0,09 ab 32,06 ± 1,04 bc
C 9,45 ± 0,56 ab 31,16 ± 2,64 b
D 10,77 ± 0,21 a 27,58, ± 2,31 a
E 10,66 ± 0,22 a 26,95 ± 2,14 a
F 11,72 ± 1,32 a 26,46 ± 2,89 a
G 7,57 ± 0,72 c 31,98 ± 1,12 b
H 7,73 ± 0,35 c 32,96 ± 1,14 bc
I 7,81 ± 0,64 c 30,06 ± 0,96 b
Sumber : Hidayat (2014)
26
Berdasarkan Tabel 2. Dapat kita lihat bahwasannya dengan
pengawetan menggunakan silase kadar nutrien hijauan pakan ternak
tetap berada diantara 10 – 13%. Dan untuk kandungan serat kasar
berkisar antar 25 – 30%. Jika ditarik sebuah kesimpulan
bahwasannya dengan menggunakan perlakuan silase dapat
meningkatkan daya palatabilitas serta membuat pakan menjadi tahan
lama karena pengaruh dari asam laktat serta menurunkan kandungan
serat kasar.
Untuk menjadikan hijauan rumput raja ini sebagai pakan
ternak tentunya dari setiap kalangan untuk mensosialisasikan HMT
ini ke masyarakat peternak di Bengkulu Selatan
27
ditanam dipekarangan maupun diperkebunan apalagi di areal
persawahan asal tempat tanam tersebut tidak tergenang. Pada
prinsipnya jagung manis sama persis dengan jagung hibrida namun
yang membedakan adalah kalau jagung manis dipanen saat tongkol
mulai menua dengan umur lebih kurang 70 hari setelah tanam,
sehingga daun dan batangnya masih hijau segar dan daun masih
lebat. Jagung hibrida/pipil buahnya dipanen setelah umurnya lebih
kurang 120 hari atau biji yang ada pada tongkolnya telah kuning dan
keras, serta daun dan batangnya telah mati.
Batang jagung manis sebagai bahan pakan ternak belum
terlalu populer di masyarakat khususnya peternak dikarenakan
keterbatasan informasi bahwasannya batang jagung manis itu sendiri
merupakan sumber hijauan untuk ternak ruminansia. Diketahui oleh
peternak, bahwasannya yang dapat dimakan secara langsung oleh
ternak hanya bagian daun, sedangkan jumlah daun dalam satu batang
berkisar antara 4-6 helai, sehingga untuk pakan sangatlah tidak
efisien, padahal jika diketahui, semua yang ada pada batang jagung
manis adalah keseluruhannya bahan pakan sumber hijauan. Batang
jagung dapat dimanfaatkan sebagai pakan ternak baik ruminansia
besar, seperti sapi atau kerbau ataupun ternak ruminansia kecil
seperti kambing dan domba.
28
Sumber : Dokumen Pribadi
29
malainya lebih banyak dan rapat seperti terlihat pada Gambar 4.
30
menggunakan mesin, atau menggunakan manual namun disarankan
menggunakan mesin yang banyak dikomersilkan.
A B
Sumber : Dokumen pribadi
31
Tabel 3. Komposisi Kimia dan Nutrisi Limbah Tanaman Jagung.
32
Berdasarkan pada Tabel 3. Dapat dilihat bahwasannya silase
batang jagung manis sangat bagus untuk pakan ternak ruminansia,
dimana kandungan protein kasarnya mencapai 11 persen dan nilai
kandungan NDFnya 57%, artinya sudah masuk bahan pakan kelas
sumber energi dari forage dan silase. Jika merujuk dengan data yang
ada di Kabupaten Bengkulu Selatan untuk jumlah jerami jagung
yang dihasilkan dapat direkomendasikan bahwasannya wilayah
Kecamatan Seginim dan Air Nipis sangat cocok untuk sentra
pertanian.
33
pemilik jagung juga mendapat keuntungan dan peternak tidak ragu
untuk memanen batang jagung manis sebagai pakan ternak.
35
Melihat potensi yang begitu besar, dan saat ini belum ada
saingan dengan pengguna lainnya maka jerami padi merupakan
sumber bahan pakan yang sangat baik untuk digunakan terutama
sapi dengan sistem pemeliharaan dengan model intensif.
Damen memiliki daya palatabilitas yang renda dan juga serat
kasar yang tinggi sehingga perlu ada beberapa perlakuan dalam
pemberian sebagai pakan ternak. Hal yang perlu dilakukan agar
dapat meningkatkan palatabilitas dan daya cerna yang pertama
adalah dengan perlakuan amoniasi jerami padi. Amoniasi adalah
proses pemutusan rantai panjang serat kasar yang berupa lignin
menggunakan zat kimia agar menjadi lebih pendek, sehingga dapat
dimanfaatkan sebagai pakan ternak.
Pembuatan amoniasi sendiri menggunakan gas amoniak,
biasanya menggunakan larutan urea. Pembuatan amoniasi sama
seperti pembuatan silase fermentasi namun kalau silase fermentasi
menggunakan bakteri sebagai pengurai sedangkan kalau amoniasi
menggunakan bahan kimia berupa Urea. Prinsip pembuatannya
sama yaitu kedap udara. Amoniasi jerami dapat digunakan setelah
lebih dari 7 hari.
Jerami padi yang telah diamoniasi, dianginkan terlebih
dahulu sebelum diberikan ke ternak dengan tujuan untuk
menghilangkan kadar amonia. Apabila diberikan secara langsung
36
akan menyebabkan keracunan yang akan berakibat fatal. Ciri-ciri
amoniasi yang bagus adalah warnanya lebih pudar dari jerami biasa,
bentuknya lebih lentur dan halus kemudian tidak ada jamur yang
menempel pada jerami tersebut.
Jerami padi yang telah diamoniasi sebaiknya setelah
dianginkan langsung diberikan ke ternak. Hal ini bertujuan untuk
menghindari kontaminasi dengan zat lainnya seperti jamur atau
barang-barang yang tidak dingin untuk diberikan ke ternak.
Jerami amoniasi hanya disarankan untuk ternak besar karena
ternak ruminansia besar lebih efektif dalam menguraikan serat kasar
yang ada pada jerami, sehingga dapat tercerna dengan baik, kalau
ruminansia kecil selain palatabilitasnya renda juga tidak optimal
dalam menguraikan rantai panjang dari serat kasar ketika dalam
proses fermentasi di rumen ataupun dalam proses pencernaan.
Amoniasi jerami padi masih jarang digunakan oleh para
peternak di Kabupaten Bengkulu Selatan, oleh karenanya sangat
perlu untuk disosialisasikan ke peternak tentang manfaat dari
penggunaan amoniasi jerami sebagai pakan ternak. Pemberian
jerami amoniasi sebaiknya diberikan pada malam hari karena dengan
pemberian pada malam hari ternak tetap mengunyahnya dan dapat
memakan amoniasi jerami sampai habis. Dalam beberapa
penelitian kandungan kimia dari amoniasi jerami padi sangatlah
37
memungkinkan untuk dijadikan sebagai pakan ternak, kemudian
dengan tekstur yang halus juga dapat meningkatkan daya
palatbilitas. Kandungan kimia amoniasi jerami dapat dilihat dari
Tabel 4.
Tabel 4. Hasil Pengujian Fisik dan Kimiawi Jerami Padi Amoniasi.
No Metode pengujian Hasil yang diperoleh
Kualitas fisik
Warna Cokelat
Bau Amonia
II tekstur halus
pH 7,8
suhu 43,7
Fungi sedikit
Kualitas Kimia (%)
air 8
PK 5,6
II lemak 1,9
Serat Kasar 33,4
BETN 31,6
abu 27
Sumber : Farul (2018).
39
3.4. Lamtoro/Petai Cina/Petai Kenderi
41
Tabel 5. Komposisi Kimia daun lamtoro
1 2 3* 4**
Kandungan Proksimat
--------------------%-------------
Bahan kering - - 29,10 35,67
Protein kasar 29,82 32,12 34,57 27,48
Lemak kasar 5,24 3,55 2,23 2,97
Serat kasar 19,61 21,65 - -
NDF 39,94 43,23 38,6 52,68
ADF 14,4 27,18 34,38 42,93
Hemiselulosa - - 4,22 9,55
Selolusa 9,14 17,14 - -
Abu 6.12 6,47 4,85 4,93
Lignin 5,15 9,81 - -
Kalsium 1,20 1,14 0,47 0,10
Pospir 0,22 0,13 0,79 0,55
Energi (ccal/Kg) 4701 4824 - -
Sumber:
1 dan 2 . Hasil Analisis laboratorium Proksimat, Balitnak Bogor (tidak
dipublikasi)
3. Toruan Mathius dan Suhendi (1991)
*Daun lamtoro muda
**Daun lamtoro tua
44
mimosin menjadi DHP hanya terjadi pada daun, sedangkan pada
tangkai daun tidak terjadi penurunan .
Bila melihat banyaknya daun lamtoro yang tersebar di
Kabupaten Bengkulu Selatan, maka ini merupakan potensi bahan
pakan lokal yang dapat disosialisasikan ke peternak untuk
menunjang program pemeliharaan ternak intensif.
3.5. Gamal/Geliridae maculata/Singun/Juar
Gamal merupakan tanaman menahun yang masuk dalam
kelas legum. Dalam beberapa daerah banyak penyebutannya, namun
secara umum disebut dengan gamal (Jawa), Bengkulu Selatan
sebagian besar disebut dengan batang Singun ada juga menyebutnya
Juar.
Batang gamal tidaklah asing bagi masyarakat Bengkulu
Selatan, batang singun ditanam sebagai pagar tanaman untuk
pembatas antara lahan atau pekarangan, juga ditanam sebagai pohon
pelindung di daerah perkebunan kopi, kakao dan lada dan juga
ditanam sebagai tempat merambatnya tanaman kacang-kacangan.
Gamal sudah lama dikenal sebagai pakan ternak terutama yang
pernah pelihara kambing/domba, karena kalau di daerah Bengkulu
Selatan, daun singun merupakan pakan utama untuk pemeliharaan
kambing secara intensif.
45
Singun memiliki daya palatabilitas yang tinggi khusus
untuk ternak ruminansia kecil (kambing) dan sapi bali (ternak
besar), sedangkan untuk ternak besar secara umum tidak terlalu
disukai seperti sapi dan kerbau, karena bau yang menyengat kecuali
tidak ada lagi pakan lainnya.
46
naungan. Produksi yang tinggi setiap batangnya membuat batang
gamal menjadi potensi yang besar untuk ternak ruminansia kecil.
Pohon gamal walaupun menghasilkan daun yang lebat dan
produksi yang tinggi serta disukai oleh ternak ruminansia kecil dan
sapi bali, namun mempunyai kelemahan. Dijelakan oleh Natalia
(2009) Kelemahan gamal sebagai pakan ternak yaitu mengandung
zat racun. Pertama dicoumerol, suatu senyawa yang mengikat
vitamin K dan dapat menganggu serta menggumpalkan darah.
Dicoumerol diperkirakan merupakan hasil konversi dari coumarin
yang disebabkan oleh bakteri ketika terjadi fermentasi. Meskipun
coumarin tidak beracun, jika berubah menjadi senyawa dicoumarin
dapat berbahaya bagi ternak, terutama ternak monogastrik seperti
kelinci dan unggas.
Fakta lapangan menunjukkan tidak banyak ternak
ruminansia yang keracunan dicoumerol yang disebabkan oleh daun
gamal. Senyawa racun yang kedua adalah HCN (Hydro Cyanic
Acid) sering disebut juga Prusic Acid atau Asam Sianida.
Kandungan HCN dalam gamal tergolong rendah, 4 mg/kg,
dibanding umbi singkong/ketela pohon yang dapat mencapai 50-100
mg/kg namun hal ini perlu juga diwaspadai.
Zat lain yang perlu diwaspadai adalah nitrat (NO3).
Sebenarnya nitrat tidak beracun terhadap ternak, namun jika dalam
47
jumlah banyak dapat menyebabkan penyakit yang disebut keracunan
nitrat (nitrate poisoning). Nitrat yang secara alamiah terdapat pada
tanaman di ubah menjadi nitrit oleh proses pencernaan lalu nitrit
dikonversi menjadi amonia.
Zat amonia kemudian dikonversi lagi menjadi protein oleh
bakteri dalam rumen. Jika sapi banyak menkonsumsi hijauan yang
mengandung nitrat dalam jumlah besar, nitrit akan terakumulasi di
dalam rumen. Nitrit sekurangnya 10 kali lebih beracun pada sapi
dibandingkan nitrat. Nitrit diserap ke dalam sel darah merah dan
bersatu dengan molekul pengangkut oksigen, hemoglobin sehingga
membentuk methemoglobin. Methemoglobin tidak dapat membawa
oksigen dengan efisien seperti hemoglobin, akibatnya detak jantung
dan pernafasan ternak meningkat, darah dan lapisan kulit berubah
warna menjadi biru kecoklatcoklatan, otot gemetar, sempoyongan
dan bila tidak segera ditangani dapat mati lemas. Dalam gamal juga
terdapat zat anti nutrisi, tanin walaupun dalam konsentrasi yang
cukup rendah dibandingkan Kaliandra (Calliandracathrysus).
3.6. Singkong/Bekayu/Ubi Kayu
Singkong atau bekayu atau ubi merupakan tanaman pangan
yang diambil ubi dan pucuk mudanya. Hampir seluruh penduduk
Bengkulu Selatan mengenal tanaman ubi kayu, tanaman bekayu ini
selain pucuknya untuk direbus ubinya juga dibuat sebagai makanan
48
olahan seperti kolak, keripik dan tapai. Dari mulai tanam sampai
panen umur ubi kayu mencapai 8 bulan. Tanaman bekayu banyak
ditanam di pekarangan rumah dan di kebun-kebun.
Bekayu dengan dengan sebutan secara umum oleh
masyarakat Bengkulu Selatan, belum banyak dimanfaatkan sebagai
pakan ternak ruminansia, hal ini disebabkan oleh pengetahuan
masyarakat yang masih minim akan daun ini. Sebagai pakan ternak
daun yang diambil adalah daun tuah bagian bawahnya. Ternak
ruminansia yang cocok diberikan daun singkong ini adalah
ruminansia kecil seperti kambing dan domba karena kebutuhan
pakannya tidak terlalu banyak dibandingkan ternak besar sehingga
tanaman yang berada dipekarangan cukup untuk kebutuhan sehari-
hari disamping dengan penambahan hijauan lainnya.
Daun singkong memiliki kandungan protein yang tinggi,
yaitu sebesar >20% dan untuk daun singkong muda (Pucuk)
mengandung protein sebesar 21-24%, sejak tahun 1970 daun
singkong telah dimanfaatkan sebagai pakan ternak. Daun singkong
juga dilaporkan menjadi sumber mineral Ca,Mg, Fe, Mn, Zn,
vitamin A, dan B2 (riboflavin) yang baik (Ravindran, 1992).
Komponen protein akan menurun berdasarkan umur panen
singkong, semakin tua persentase protein pada daun singkong akan
semakin kecil. Sebaliknya terjadi pada persentase komponen serat.
49
Sumber : Dokumen Pribadi.
Gambar 8. Daun bekayu yang berada dipekarangan.
Komponen nutrien yang paling baik terjadi pada saat
tanaman singkong berumur 4 bulan, persentase protein mencapai
puncaknya, interval defoliasi tiap 2 bulan sekali akan menambah
persentase protein dan meningkatkan rasio protein dan energi,
namun, terlalu sering didefoliasi akan meningkatkan kadar HCN
pada daun singkong.
Penggunaan daun singkon dalam jumlah banyak akan
menyebabkan ternak mengalami keracunan karena pada daun
singkon terdapat beberapa zat anti nutrisi. Adapun zat anti nutrisi
yang pertama adalah HCN (Asam Sianida). Kandungan Asam
sianida (HCN) dalam daun singkong merupakan salah satu senyawa
50
pembatas dalam penggunaan daun singkong sebagai pakan ternak.
Interval jumlah kandungan HCN pada daun singkong umumnya
berkisar antara 20 sampai 80 mg per 100 g berat segar daun
singkong, atau dari 800 sampai 3.200 mg/kg bahan kering (BK).
Komposisi HCN pada daun singkong lebih tinggi
dibandingkan dengan umbi singkong. Varietas dan tingkat
kematangan adalah faktor utama penyebab variasi dari komposisi
sianida (CN) dari daun singkong. Konsumsi HCN tidak bermasalah
bagi ternak ruminansia sampai batas 100 ppm.
Zat anti nutrsi lainnya adalah Tanin. Pada daun singkong
terdapat bahan aktif berupa tanin terkondensasi atau dikenal juga
dengan proantisianidin. Tanin memiliki manfaat dan kerugian
bergantung pada konsentrasi dan jenisnya. Faktor lain yang
mempengaruhi manfaat dan kerugian tanin pada ternak seperti
spesies ternak, kondisi fisiologis ternak dan komposisi pakan yang
diberikan.
Senyawa ini larut dalam air dan mampu mengendapkan
protein. Adanya tanin dan protein akan menghasilkan ikatan
kompleks tanin-protein oleh ikatan hidrogen dalam kondisi pH basa.
Kambing dapat mengonsumsi tanin terhidrolisasi sebanyak 10 g per
hari dan tanin terkondensasi sebanyak 100 - 150 g per g per hari
tanpa adanya tanda-tanda keracunan.
51
Kemampuan tanin untuk membentuk kompleks dengan
protein berpengaruh negatif terhadap fermentasi rumen dalam
nutrisi ternak ruminansia. Tanin dapat berikatan dengan dinding sel
mikroorganisme rumen dan dapat menghambat pertumbuhan
mikroorganisme atau aktivitas enzim. Tanin juga dapat berinteraksi
dengan protein yang berasal dari pakan dan menurunkan
ketersediaannya bagi mikroorganisme rumen.
Keberadaan tannin di sisi lain berdampak positif jika
ditambahkan pada pakan yang tinggi akan protein baik secara
kuantitas maupun kualitas. Hal ini disebabkan protein yang
berkualitas tinggi dapat terlindungi oleh tanin dari degradasi
mikroorganisme rumen sehingga lebih tersedia pada saluran
pencernaan pasca rumen.
Kompleks ikatan tanin-protein kemudian dapat lepas pada
pH rendah di abomasum dan protein dapat didegradasi oleh enzim
pepsin sehingga asam-asam amino yang dikandungnya tersedia bagi
ternak. Hal ini menjadikan tanin sebagai salah satu senyawa untuk
memanipulasi tingkat degradasi protein dalam rumen. Tanin
terkondensasi dalam saluran pencernaan ruminansia bermanfaat
untuk meningkatkan daur ulang N di rumen dan saliva. Adanya daur
ulang tersebut meningkatkan sintesis protein mikrobial di dalam
rumen.
52
Untuk mengurangi dan menghindari terjadinya keracunan
pada ternak yang yang disebabkan oleh zat anti nutrisi seperti HCN
dan Tanin adalah dengan pengeringan terlebih dahulu sebelum
diberikan ke ternak. Dengan pengeringan ini dapat mengurangi
kadar air yang terdapat pada daun, sehingga jumlah kadar HCN dan
Tanin akan berkurang dengan sendirinya.
3.7. Jerami Kacang Hijau/Kacang Padi
Kacang hijau dengan nama latin Vigna radiate merupakan
tanaman yang banyak dibudidayakan di Indonesia yang buahnya
dengan segudang manfaat terutama untuk pangan. Di Bengkulu
Selatan kacang hijau disebut dengan nama kacang padi, sebutan ini
karena polongnya sebesar padi. Kacang padi ini banyak ditanam di
pematang sawah yang masih luas, juga kacang padi ini ditanam
setelah panen dengan jarak yang lama waktu penggarapan
selanjutnya atau menunggu masa selang.
Varietas kacang padi yang banyak dibudidayakan masih
varietas lokal sehingga pertumbuhan batangnya masih besar, tinggi
dan juga daun yang merekah. Pemanenan kacang hijau dilakukan
beberapa kali sampai buahnya benar-benar habis kemudian
batangnya oleh masyarakat setempat ditraktor atau dibabat dengan
mesin.
53
Bila melihat kandungan analisa proksimat dari jerami kacang
hijau sangat baik untuk digunakan sebagai pakan ternak ruminansia
karena kacang hijau termasuk bagian dari legum. Namun
penggunaan kacang hijau sebagai pakan ternak masih sangat jarang,
hal ini dikarenakan oleh pengetahuan yang minim dan juga belum
ada yang memberikan contoh baik dari dinas ataupun dari kalangan
profesional dan swasta.
54
sekitar 3-5 cm. jerami kacang hijau tidak memiliki zat anti nutris
seperti HCN dan Tanin sehingga aman untuk dimakan oleh ternak.
Ada sedikit kelemahan yang terdapat pada jerami kacang tanah yaitu
memili bulu-bulu halus dan tajam yang terdapat pada daun dan
batang sehingga apabila tidak menggunakan sarung tangan saat
memanen atau mencacah dapat menyebabkan alergi dan
menyebabkan gatal-gatal pada kulit.
Dalam pemberian jerami kacang hijau ke ternak sebaiknya
dijemur terlebih dahulu dengan tujuan untuk mengurangi kadar air.
Apabila kadar air terlalu tinggi dapat menyebabkan mencret pada
ternak yang memakannya. Penyimpanan jerami kacang hijau sebagai
stok pakan dapat dengan dilakukan dengan cara pembuatan hay atau
fermentsai.
3.8. Jerami Kacang tanah/Kacang Guring/Rendeng
Kacang tanah merupakan tanaman pangan yang tujuan
utamanya untuk diambil buah (polong) yang dapat digunakan
berbagai olahan masakan. Sebagai tanaman pangan tentu jeraminya
menjadi sisah hasil pertanian yang tidak banyak digunakan kecuali
dalam hal-hal tertentu seperti pembuatan kompos dan pupuk
organik.
Kacang tanah bagi masyarakat Bengkulu Selatan tidaklah
asing lagi, kacang tanah banyak ditanam dipekarangan rumah,
55
digundukan pematang sawah serta di sawah jika belum masuk
musim tanam. Kacang tanah dengan bahasa umum untuk daerah ini
disebut dengan nama kacang guring.
56
Jerami atau tangkai tanaman yang kering dari tanaman
kacang tanah (Arachis hypogaea) memiliki nilai gizi lebih tinggi
daripada jerami lainnya. Jerami kacang tanah mempunyai
kandungan Bahan Kering (BK) sebanyak 35 %, PK sebanyak 15,1
%, SK sebanyak 22,7 %, TDN sebanyak 65 %, Ca sebanyak 1,51 %
dan P sebanyak 0,20 %
Pengunaan kacang tanah sebagai pakan ternak dapat
diberikan secara langsung keternak namun untuk lebih efektif serta
tidak terbuang sebaiknya dicacah terlebih dahulu dengan panjang
potongan sekitar 3-5 cm. dalam penyimpanan sebagai pakan ternak,
jerami kacang tanah sebaiknya dikeringkan melalui penjemuran hal
ini untuk mengurangi kadar air yang mengakibatkan pembusukan
serta pertumbuhan jamur dan kapang.
3.9. Sawit.
Tanaman sawit merupakan salah satu tanaman yang sedang
dikembangkan oleh pemerintah Kabupaten Bengkulu Selatan,
sebaran tanaman sawit hampir disetiap Kecamatan. Posisi tanaman
sawit telah menggeser tanaman perkebunan menahun lainnya seperti
kopi, kakau, durian dan tanaman menahun lainnya, kecuali yang
memang tidak mendapatkan izin untuk lokasi kawasan tersebut
seperti Hutan Tanaman Rakyat (HTR), Hutan Produksi Terbatas
(HPT) dan Hutan Lindung (HL).
57
Hampir semua hutan desa di Kabupaten Bengkulu Selatan
telah ditanami dengan sawit, sehingga tanaman sawit berkembang
dengan pesat. Tanaman sawit rerata dimiliki oleh warga antara 2 - 3
ha, sedangkan yang dimiliki oleh perusahaan hanya terdapat di 3
kecamatan yakni Kedurang Ilir, Pino Raya dan Ulu Manna yang
luasnya telah diatur oleh Pemerintah Daerah.
Secara morfologi, tanaman sawit adalah tanaman menahun
bahkan umur produksinya mencapai 25 tahun. Memiliki pelepah
yang besar seperti kelapa dan daun yang lebat, kemudian apabila
umur tanam lebih dari 4 tahun, akan menghasilkan buah. Diamter
batang sawit mencapai 2 m dan lingkaran kanopi antar 2-4 m
tergantung dengan umur tanaman. Apabila telah mulai memasuki
usia panen, pemanenan buah sawit dengan interval 2-3 minggu
sepanjang tahun. Pada saat panen akan akan memotong pelepah
tempat dudukan buah sawit sebanyak 2-3 pelepah.
Sawit memiliki potensi sebagai pakan ternak yang cukup
potensial mulai dari bagian sawit itu sendiri sampai ke hasil
ikutannya. Bagian dari sawit itu sendiri seperti pelepah, daun dan
bungkil sawit, sedangkan hasil ikutan dari industri sawit seperti
solid/endapan lemak yang kaya akan protein.
Pemanfaatan sebagai pakan ternak, pelepah sawit masih
jarang dilakukan, kecuali daunnya yang dimakan oleh sapi yang
58
berada diperkebunan pada saat panen. Bila melihat potensi dari
jumlah pelepah yang dihasilkan, pelepah sawit sangat potensi untuk
dijadikan bahan pakan ternak ruminansia. Sebagai gambaran, dalam
satu hektar tanaman sawit dengan jarak tanam 10 x 10 m terdapat
sebanyak 100 batang. Berat pelepah sawit berkisar antara 4 - 8 kg
dari jenis tenera. Bahan kering dari pelepah sawit adalah 35%,
interval panen 21 hari. Asumsi produksi berat kering dari pelepah
sawit adalah 200 pelepah x 5 kg (rata-rata)/pelepah x 35% (berat
kering) sehingga produksi per tiga minggu sebanyak 350 kg bahan
kering perhektar.
Pengunaan pelepah sawit sebagai pakan ternak harus
mendapatkan perlakuan terlebih karena melihat pelepah sawit yang
panjang, keras dan berduri. Perlakuannya dengan menggunakan
pencacahan. Alat pencacah yang bisa digunakan adalah mesin coper.
Pelepah sawit yang telah dicoper teksturnya menjadi halus dan
butiran kecil, sehngga sangat memungkinkan untuk dijadikan
sebagai pakan ternak. Pelepah sawit rasanya manis dan aroma harum
dapat meningkatkan daya palatabilas. Pelepah sawit baik untuk
pakan ternak ruminansia seperti sapi dan kerbau.
Selain pelepah yang dapat digunakan sebagai pakan ternak,
juga ada bungkil dan solid. Bungkil adalah sisah gilingan dari Buah
Inti Sawit (BIS)/ kernel yang telah diperas minyaknya sehingga yang
59
tersisah adalah kernel tanpa minyak. Bungkil sawit aromanya seperti
bungkil kelapa, berbentuk crumble dan kering, berwarna colklat
kehitaman. Bungkil sawit adanya di pengolahan CPO yang
memproduksi minyak BIS, untuk wilaya Provinsi Bengkulu adanya
di daerah Bengkulu Utara seperti di PT. Sandabi. Kandungan PK
dari Bungkil Inti Sawit adalah 30-35%. Bungkil Sawit digunakan
untuk campuran pembuatan konsentrat pakan ternak ruminansia.
Limbah dari pengolahan CPO yang dapat digunakan sebagai
pakan ternak adalah berupa endapan dari minyak CPO atau Solid
CPO. Solid banyak mengandung Protein dan Lemak, berwarna
hitam kecoklatan dan bentuknya seperti lumpur. Sebagai pakan
ternak seharusnya dikeringkan terlebih dahulu sehingga bentuknya
nanti berupa tepung atau bungkil. Jika telah menjadi tepung, solid
dapat dicampur dengan pakan sumber mix yang lainnya.
3.10. Rumput Lapang
Semua peternak, petani dan hampir masyarakat mengenal
rumput lapang. Rumput lapang adalah rumput yang tumbuh liar,
yang tidak ditanam dan hidup bebas diatas permukaan tanah dengan
tahan terhadap injakan, kekeringan serta tahan terhadap renggutan
hewan.
Sebagai pakan ternak, rumput lapang merupakan pilihan
pakan sumber hijauan apabila tidak ada hijauan rumput unggul
60
lainnya. Banyak jenis rumput lapang yang ditemui tumbuh liar
seperti rumput teki, rumput sambau dan sejenis rumput pakan
lainnya.
Rumput lapang atau rumput padang pengembalaan biasanya
digunakan oleh masyarakat untuk mengumbarkan sapi peliaraannya,
namun apabila sapi dipelihara secara intensif, rumput lapang bisa
digunakan sebagai pakan ternak dengan cara menyabit. Rumput
lapang memiliki kadar PK 8% dan bahan keringnya 20%.
61
Sebagai sumber pakan, ampas tahu adalah sumber protein
nabati yang sangat bagus untuk penggemukan sapi, kandungan PK
dari ampas tahu mencapai 30%. Kebiasaan para peternak dalam
pemberian ke ternak, ampas tahu dicampur dengan dedak padi
kemudian dibuat dalam bentuk komboran (bubur). Penggunaan
komboran pada ternak terutama sapi tidak direkomendasikan karena
yang dimakan oleh sapi adalah 90% air, sehingga dapat
menyebabkan bload atau penyakit gangguan pencernaan seperti
mencret dan lainnnya.
A B
Sumber : Dokumen Pribadi
63
ditabur di bawa pohon kopi dengan tujuan sebagai penutup tanah dan
pupuk alami, namun sebagian besar terbuang dan dibakar.
64
Kulit buah kopi sebagai pakan ternak ruminansia masih
sangat jarang digunakan terutama di Kabupaten Bengkulu Selatan.
Apabila dilihat dari kandungan zat kimianya kulit kopi kering dapat
dimanfaatkan sebagai campuran bahan pakan ternak. Secara umum
kandungan analisis proksimat kulit kopi adalah: Protein Kasar
10,4%; Lemak Kasar 2,13%; Serat Kasar 17,2% (termasuk lignin);
Abu 7,34%; Kalsium 0,48%; Posfor 0,04%; Energi Metabolis 14,34
MJ/kg.
Sebagai campuran bahan pakan ternak ruminansia
penggunaan kulit kopi dibatasi maksimal 15% dari formulasi yang
dibuat karena kulit kopi mengandung zat Anti Nutrisi diantaranya
adalah Tanin. Sebagai sumber bahan pakan ternak, dalam
meningkatkan nilai nutrisinya perlu dilakukan fermentasi.
Disamping untuk meningkatkan nilai nutrisi dengan perlakuan
fermentasi pada kulit kopi kering juga meningkatkan daya cerna
pada ternak ruminansia.
65
terbuang saat penggilingan jagung menggunakan mesin power
theriser. Di Kabupaten Bengkulu Selatan janggel jagung masih
menjadi limbah organik yang belum termanfaat. Sejauh ini
empulugh jagung dalam sebutan masyarakat Bengkulu Selatan
masih dibakar dan hasil pembakarannya biasanya ditebar di areal
persawahan.
Penggunaan janggel jagung sebagai pakan ternak belum
perna dilakukan karena tidak memiliki daya palatabilitas untuk
ternak ruminansia. Selain itu bentuknya yang berupa bongkahan
besar dan tekstur yang kasar sangatlah tidak memungkinkan sebagai
pakan ternak.
Melihat potensi empulugh jagung yang begitu banyak dan
hampir tersebar disetiap kecamatan di Kabupaten Bengkulu Selatan
maka ini sangat potensi untuk dijadikan sebagai campuran pakan
ternak ruminansia. Bila melihat perbandingan antara biji jagung
dengan empulur jagung, 63% : 37%, maka berapa ratus ton dalam
satu bulan perkecamatan menghasilkan limbah janggel jagung,
sehingga jika di olah menjadi pakan ternak ruminansia sangat
membantu para peternak.
Sebagai potensi bahan pakan untuk ternak ruminansia
tentunya kadar nutriennya tidak jauh berbeda dengan jerami pada
umumnya, yaitu kandungan PK dari janggel jagung adalah berkisar
66
antara 3-5%. Dengan kandungan seperti ini dapat dikaterogrikan
sebagai bahan pakan sumber energi.
3. 14. Dedak Padi.
68
difermentasi oleh beberapa jenis bakteri tertentu. Fermentasi sebagai
suatu proses dimana komponen-komponen kimiawi dihasilkan
sebagai akibat adanya pertumbuhan maupun metabolisme mikroba.
Fermentasi dapat meningkatkan nilai gizi pakan berkualitas rendah
serta berfungsi dalam pengawetan bahan pakan dan merupakan suatu
cara untuk menghilangkan zat anti nutrisi atau racun yang
terkandung dalam suatu bahan pakan .
70
dengan pohon pandan wangi. Umur panen antara 35-50 hari,
tergantung dengan musim, jika musim hujan maka rerata antara 30
hari kalau musim kemarau diatas 30 hari karena pertumbuhannya
lambat.
A B
Sumber: Dokumen pribadi.
71
rumput gajah dan rumput raja sehingga kalau lahan terbatas, untuk
pakan ternak ruminansia besar dianjurkan ditanam rumput raja dan
gajah dibandingkan rumput odot.
72
IV. SEBARAN POTENSI KLASIFIKASI BAHAN PAKAN BERDASARKAN
KECAMATAN DI KABUPATEN BENGKULU SELATAN.
Keterangan: Sumber energi (Dedak, Biji jagung), Sumber forages (Batang jagung manis), Sumber
Roughage (Kulit Kopi).
74
4.3. Peta Sebaran Potensi Bahan Pakan Kecamatan Manna
75
4.4. Peta Sebaran Potensi Bahan Pakan Kecamatan Kota Manna
Keterangan : Sumber Forage berasal dari pelepah sawit dan rumput lapang.
77
4.6. Peta Sebaran Potensi Bahan Pakan Kecamatan Bunga Mas
78
4.7. Peta Sebaran Potensi Bahan Pakan Kecamatan Pasar Manna
79
4.8. Peta Sebaran Potensi Bahan Pakan Kecamatan Pino
80
4.9. Peta Sebaran Potensi Bahan Pakan Kecamatan Ulu Manna
81
4.10. Peta Sebaran Potensi Bahan Pakan Kecamatan Kedurang Ilir
82
4.11. Peta Sebaran Potensi Bahan Pakan Kecamatan Kedurang
Keterangan : Sumber forage (Rumput gaja, dan rumput alam), sumber roughage (kulit kopi),
sumber energi (dedak padi).
83
DAFTAR PUSTAKA
86
Toruan Mathius, N . dan D . Suhendi . 1991 . Potensi kultivar
Leucaena diversifolia terseleksi sebagai pakan ternak .
Menara Perkebunan . 59 (4) :118-122 .
87