Anda di halaman 1dari 6

PENGARUH VIDEO GAME KEKERASAN TERHADAP PERILAKU

AGRESIF SESEORANG

Oleh : William Maitri Anderson / 12 IPA 2


PENDAHULUAN

Asal usul permainan video/video game terletak pada awal tabung sinar katoda
berbasis pertahanan peluru kendali sistem pada akhir 1940-an. Program-program ini
kemudian diadaptasi ke dalam permainan sederhana lainnya di era tahun 1950-an.  Pada
akhir 1950-an dan melalui tahun 1960-an, lebih banyak permainan komputer yang
dikembangkan (kebanyakan di komputer mainframe), secara bertahap tingkat kecanggihan
dan kompleksitasnya pu turut bertambah. Setelah periode ini, video game menyimpang ke
berbagai platform: arcade, mainframe, konsol, pribadi komputer dan kemudian permainan
genggam.
Perusahaan komersial pertama konsol permainan video adalah Computer Space
pada 1971, yang meletakkan dasar bagi industri hiburan baru di akhir 1970-an di Amerika
Serikat, Jepang, dan Eropa.  tapi ini perusahaan tidak bertahan lama ini sebagian besar
disebabkan oleh banjir dari video game yang datang ke pasar mengakibatkan keruntuhan
total industri game konsol di seluruh dunia, akhirnya menggeser dominasi pasar dari
Amerika Utara ke Jepang. Tapi inihanya mempengaruhi pasar game konsol, pasar game
komputer sebagian besar tidak terpengaruh.  Generasi selanjutnya dari konsol video game
akan terus didominasi oleh perusahaan-perusahaan Jepang.  Walaupun beberapa upaya
akan dilakukan oleh Amerika Utara dan perusahaan-perusahaan Eropa, generasi keempat
konsol, usaha mereka pada akhirnya akan gagal. . Tidak sampai generasi keenam konsol
permainan video akan non-perusahaan Jepang merilis sebuah sistem konsol sukses secara
komersial. Pasar telah mengikuti jalan yang sama dengan beberapa kali gagal dilakukan
oleh perusahaan-perusahaan Amerika yang semuanya gagal di luar beberapa keberhasilan
terbatas dalam permainan elektronik genggam sejak dini.  Saat ini hanya perusahaan-
perusahaan Jepang memiliki sukses besar konsol game handheld, walaupun dalam beberapa
tahun terakhir permainan genggam telah datang ke perangkat seperti ponsel dan PDA .
Game yang menjadi perhatian para orang tua saat ini adalah game yang
mengandung kekerasan. Game yang mengandung kekerasan ini banyak sekali jenisnya dan
akan berdampak pada perkembangan anak, terutama perilaku agresif. Seperti pada kasus
yang pernah terjadi di Amerika Serikat, penembakan 11 pelajar dan seorang guru oleh Eric
Harris dan Dylan Klebo ld di Columbine High School yang diketahui sebelum terjadinya
peristiwa tersebut para pe laku memainkan video games berbasis first person shooter.
Menurut pakar psikologi UI Prof. Dr. Fawzia Aswi n Hadis, dampak terburuk video game
kekerasan ada lah kecenderungan mereka untuk meniru. Video games menawarkan agresi
lebih kuat dibandingkan tontonan televisi. Karena tampilannya kini jauh lebih hidup clan
interaktif, tayangan itu bisa menjadi rangsangan untuk berbuat hal serupa. Seperti yang kita
ketahui bahwa anak usia dini merupakan peniru yang baik, apa yang dilihatnya akan ditiru.
Sebenarnya perilaku agresif ini didapat oleh setiap individu sejak lahir, namu n perilaku
agresif anak tidak akan berdampak negatif apabila tidak adanya rangsangan yang dapat
mendorong perilaku agresif anak ke hal yang negatif. Rangsangan ini dapat berupa game
kekerasan yang dapat dengan mudah di akses oleh anak.
PEMBAHASAN
Menurut Wikipedia (2012) menyatakan bahwa : "video game is an electronic game
that involves human interaction with a user inte1face to generate visual feedback on a video
device. (game adalah sebuah permainan elektronik yang melibatkan interaksi antara pemain
dengan interface game untuk menghasilkan efek umpan balik secara visual pada perangkat
video.)". Menurut bahasa, game berasal dari bahasa inggris yang artinya permainan. Dalam
bahasan ini, permainan adalah sebuah video yang dapat dimainkan oleh pemain melalui alat
permainan seperti komputer atau laptop dan konsol seperti Playstation, Xbox 360, Nintendo
Wii dan sebaga inya. Permainan tersebut melibatkan interak i dengan pemain agar dapat
menimbulkan efek visual seperti umpan balik dari permainan yang mereka mainkan.
Video game kekerasan dapat memicu berbagai perilaku negative terhadap pemain
atau anak, misalnya perilaku kasar, Anak-anak yang menonton acara TV atau bermain
game berisi kekerasan, mengatasi kecemasan melalui,
Pertama, perilaku kasar Anak-anak yang menonton acara TV atau bermain game
berisi kekerasan, mengatasi kecemasan melalui perilaku kasar seperti menyerang sesuatu,
menendang dinding atau menyiksa hewan peliharaannya.
Kedua,tidak bisa memecahkan masalah, game kekerasan membuat anak tidak
belajar cara memecahkan masalah secara normal. Mereka merasa bahwa menembak atau
membunuh seseorang akan menyelesaikan semua masalah.
Ketiga, gejala gangguan emosional, sebuah studi tahun 2006 menemukan video
game berbau kekerasan menyebabkan peningkatan gejala gangguan emosional pada anak.
Para peneliti juga mencatat bahwa bermain video game berjam-jam dapat meningkatkan
penurunan kinerja memori verbal.
Keempat, masalah perhatian, game atau program TV berisi kekerasan membuat
anak jadi hiperaktif. Mereka juga mengalami masalah perhatian seperti Attention Deficit
Disorder (ADD) dan Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD). Sebagai orang tua,
sebaiknya Anda lebih selektif dalam memilih program Tv atau game untuk anak.
Psikolog klinis Personal Growth, Anita Carolina Hendarko menjelaskan, game
online peperangan dapat memengaruhi psikologi dan kognitif para pemainnya, terutama
pada anak-anak dengan struktur dendrit pada sel-sel otak yang dapat mengganggu kontrol
perilaku pada individu.
Anita menyebut ada beberapa alasan--seperti yang dikemukakan Gentile &
Anderson--yang memengaruhi seseorang berperilaku agresif setelah menonton atau
memainkan video game. Dengan bermain, penonton atau pemain bisa mengidentifikasi
dirinya seperti tokoh di dalam gim.
Game online dengan unsur kekerasan, kata Anita, dapat meningkatkan keterbangkitan fisik
serta pikiran, perasaan, dan perilaku agresif. "Jadi, apa yang dilakukan oleh penembak di
Selandia Baru juga bisa disebabkan karena ia terinspirasi dan meniru gim dengan konten
agresif," kata dia.
Video game, kata Anita, merupakan media yang memiliki kekuatan besar. Tak
hanya mampu mengirimkan pesan melalui pendengaran, tapi juga melalui penglihatan dan
Gerakan.
Pengaruh game online rentan pada orang-orang tertentu. Ia lebih mungkin terjadi
pada laki-laki karena prevalensi pemain game online mayoritas merupakan laki-laki. Selain
itu, kata Anita, usia anak dan remaja juga lebih rentan terpengaruh terhadap perilaku agresif
dari game online. Agar tak terpengaruh, Anita membagikan beberapa cara untuk membatasi
diri.

1. Bagi individu berusia anak, orang tua perlu membatasi waktu dan mengawasi
penggunaan gawai dan game online sehari-hari. Hindarkan anak-anak dari gim bertema
kekerasan dan pilihlah yang bertema edukasi.

2. Beri pengertian pada remaja mengenai pentingnya membatasi diri dari bermain game
online bertema kekerasan dan memberi tahu bahwa apa yang ada pada gim tersebut tidak
boleh dilakukan di kehidupan nyata karena dapat membahayakan diri sendiri dan orang
lain.

3. Bagi remaja/dewasa, bisa mencari alternatif kegiatan lain yang lebih bermanfaat
dibandingkan bermain gim bertema kekerasan. Misalnya, dengan mencari hobi lain atau
kegiatan lain yang positif, seperti membaca, kegiatan sosial, olahraga, belajar bela diri,
bermain musik, dan lain sebagainya. Sibukkan diri dengan aktivitas positif sehingga tidak
hanya terpaku pada game online.

4. Hindari pemasangan terlalu banyak gim di komputer atau ponsel. Hal ini dapat membuat
individu menjadi betah berlama-lama di layar komputer/hp untuk bermain gim.

5. Minta bantuan orang tua, sahabat, atau pacar untuk mengingatkan ketika sudah terlalu
lama bermain game online.
6. Jika sudah mencoba berbagai macam cara, pergilah ke profesional terdekat untuk segera
mendapatkan bantuan dan solusi.
Sebuah penelitian yang dilakukan Universitas Keele di Inggris menghasilkan
kesimpulan yang cukup ganjil, bermain video game dengan unsur kekerasan membuat
pemainnya lebih tahan terhadap rasa sakit. Artinya, ada hubungan antara bermain video
game dan reaksi tubuh terhadap rasa sakit.
Hasil penelitian itu dirilis tanggal 7 September di situs resmi mereka. Penelitian
dilakukan terhadap 40 orang yang bermain video game dengan unsur kekerasan, atau
membunuh karakter lain dalam dunia virtual, bisa lebih tahan rasa sakit. Indikator yang
dipakai adalah durasi tangan mereka dimasukkan ke dalam air es.
Peneliti menyimpulkan dari hasil tersebut bahwa meningkatnya toleransi terhadap
rasa sakit disebabkan mekanisme alami tubuh untuk melawan stres sewaktu bermain.
Mekanisme tersebut mendorong otak untuk mengurangi sensitivitas terhadap rasa sakit.
Kaitan antara game kekerasan dan daya tahan sakit ini juga diilhami dari penelitian
serupa yang menghasilkan kesimpulan bahwa memaki membuat seseorang juga lebih tahan
dengan rasa sakit. Penelitian dilakukan oleh tim dari Universitas Keele.
Kesimpulannya, bermain video game kekerasan ternyata membuat tangan mereka
tahan 65 persen lebih lama berada di dalam air es. Sebelum tes tersebut, cara serupa
digunakan, tetapi sebelumnya memainkan judul game yang tidak mengandung kekerasan.
Meskipun begitu, ini bukan menjadi satu alternatif untuk menjadi tetap sehat,
karena bila dibandingkan dengan dampak buruk psikologis yagn tercipta dibalik game
kekerasan tersebut, agaknya masih perlu diperhatikan semua keuntungan yang diperoleh
dari bermain game tersebut

Kesimpulan
Video games semakin berkembang seiring dengan berkembangnya zaman. Video
games dapat dengan mudah didapat seperti konsol, komputer, handphone dan lain-lain dan
dapat diakses semua kalangan dari anak-anak hingga dewasa. Bermain video games yang
mengandung unsur kekerasan dapat meningkatkan perilaku agresif anak. Terutama pada
anak dibawah 7 tahun karena anak meniru apa yang dilihatnya. Jadi jika anak selalu
bermain game yang mengandung unsur kekerasan kemungkinan besar anak akan meniru
dan melakukan hal-hal yang dapat membahayakan. Secara psikologis perilaku agresif
berarti cenderung (ingin) menyerang kepada sesuatu yang dipandang sebagai hal yang
mengecewakan, menghalangi atau menghambat.Maka dari itu, sebaiknya orangtua
mengawasi jenis video games yang akan diberikan kepada anak. Sebaiknya orangtua
memberikan video games yang mengandung unsur edukatif. Seperti games anak cerdas,
math game , aniworld. lego duplo, carnival of animals, marbel belajar warna, cake maker,
toodler cars, dan fruits and vegetables for kids. Atau orangtua dapat membuat kegiatan
pembelajaran aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan. Dengan demikian anak dapat
mengembangkan berbagai aspek perkembangan. Mulai dari perkembangan fisik, kognitif,
sosial emosi, dan bahasa. Adapun saran dari penulis adalah Sebaiknya orangtua lebih
mengawasi kegiatan anak baik di rumah maupun diluar rumah, orang tua juga harus cermat
memilih video games yang tidak mengandung unsur kekerasan dan sesua i dengan usia
anak. Namun, berikan lah video games yang mengandung unsur edukatif seperti sahabat
mimi pungut sampah, cattle tycoon, kartu kembar divine kids, dan lain-lain. Atau orangtua
memberikan kegiatan-kegiatan yang menggunakan gerak fisik sehingga dapat
meningkatkan kemampuan fisik, kognitif sosial emosional dan bahasa. Seperti kata pepatah
'mensana in corpore sana' yang artinya di dalam badan yang sehat terdapat jiwa yang kuat

DAFTAR PUSTAKA
https://www.merdeka.com/sehat/pengaruh-negatif-game-kekerasan-pada-anak.html
http://www.indogamers.com/read/10/09/2012/5118/ternyata-ada-manfaat-bermain-
game-dengan-unsur-kekerasan/?ref=mobile#:~:text=Penelitian%20dilakukan%20oleh
%20tim%20dari,sakit%20dengan%20stimulan%20selain%20obat.
https://www.cnnindonesia.com/gaya-hidup/20190320145010-284-379080/video-gim-
bertema-kekerasan-dorong-perilaku-agresif
https://www.merdeka.com/sehat/pengaruh-negatif-game-kekerasan-pada-
anak.html#:~:text=Merdeka.com%20%2D%20Game%20dan%20acara,pengembangan
%20perilaku%20agresif%20pada%20anak.
https://g2hcombro.wordpress.com/sejarah-perkembangan-game/

Anda mungkin juga menyukai