Teori ini mengatakan bahwa baik buruknya atau benar salahnya suatu Tindakan tidak diukur
berdasarkan akibat yang ditimbulkanya akan tetapi diukur berdasarkan sifat-sifat tertentu dari
Tindakan dan perbuatan yang dilakukan. Artinya, Tindakan dapat dianggap baik karena memang
Tindakan itu baik pada dirinya sendiri sehingga kewajiban diri sendiri untuk melakukan
Tindakan tersebut. Sebaliknya, apabila Tindakan dinilai buruk maka tidak menjadi kewajiban
diri sendiri untuk melakukan Tindakan tersebut. Prinsip yang harus dipenuhi dalam menerapkan
teori deontologi adalah:
1. Tindakan ini harus dijalankan berdasarkan kewajiban supaya Tindakan ini memiliki nilai
moral
2. Nilai moral dari Tindakan ini tergantuk pada kemauan baik yang mendorong seseorang
untuk melakukan Tindakan itu dan kalaupun tidak tercapai pada tujuan Tindakan tersebut
telah dinilai baik
3. Tindakan yang dilakukan berdasarkan sikap hormat pada hukum moral universal
Prinsip Keadilan
Keadilan pada dasarnya adalah suatu konsep yang relatif, setiap orang tidak sama, adil menurut
yang satu belum tentu adil bagi yang lainnya, ketika seseorang menegaskan bahwa ia melakukan
suatu keadilan, hal itu tentunya harus relevan dengan ketertiban umum dimana suatu skala
keadilan diakui. Skala keadilan sangat bervariasi dari satu tempat ke tempat lain, setiap skala
didefinisikan dan sepenuhnya ditentukan oleh masyarakat sesuai dengan ketertiban umum dari
masyarakat tersebut.
Eudaemonisme
Eudaemonisme memiliki arti bahwa setiap kegiatan manusia selalu mengejar tujuan dan
mencapai sesuatu yang baik bagi diri sendiri. Biasanya seseorang ingin mencapai tujuan dengan
mencapai suatu tujuan lain lagi. Maka dari itu konsep ini akan menimbulkan suatu egoisme
dalam diri manusia karena keinginan seorang manusia untuk mencapai tujuan tersebut.
REFERENSI
Weruin, U. U. (2019). Teori-Teori Etika dan Sumbangan Pemikiran Para Filsuf Bagi Etika
Bisnis. Jurnal Muara Ilmu Ekonomi dan Bisnis, 3(2), 313
Syahrin, M. A. (2018). Penerapan Prinsip Keadilan Restoratif Dalam Sistem Peradilan Pidana
Terpadu. Majalah Hukum Nasional, 48(1), 97-114.-322.