Anda di halaman 1dari 13

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Lipid dan Lipoprotein

Di dalam darah terdapat tiga jenis lipid, yaitu fosfolipid, kolesterol dan

trigliserida. Lipid mempunyai sifat tidak larut dalam lemak, untuk dapat

terlarut maka dibutuhkan zat pelarut yaitu protein apolipoprotein atau yang

biasa disebut lipoprotein (Guyton,2014). Lipoproten berbentuk sferik dan

mempunyai inti trigliserida dan kolesterol ester dan dikelilingi oleh fosfolipid

dan sedikit kolesterol bebas. Apolipoprotein ditemukan di permukaan

lipoprotein (Adam, 2014). Ilustrasi struktur lipoprotein digambarkan pada

gambar 2.1.

Gambar 2.1 Struktur Lipoprotein (Wasan, 2008)

5
6

2.1.1 Low Density Lipoprotein (LDL)


LDL merupakan lipoprotein yang berperan dalam transport kolesterol

ke hepar dan jaringan perifer yang membutuhkan. Jika terdapat kelebihan

partikel LDL dalam darah, LDL tersebut akan masuk ke lapisan sub-endotel

pembuluh darah dan memicu pembentukan sel busa yang selanjutnya dapat

berkembang menjadi fatty streak (alur lemak) (Lieberman, 2009)

LDL plasma yang meningkat dan beredar lama di dalam sirkulasi akan

mengalami kemungkinan oksidasi , agregasi, dan berikatan dengan

proteoglikan atau menyatu dengan kompleks imun yang lebih besar dan LDL

inilah yang bersifat aterogenik. Nilai normal LDL dalam darah adalah <130

mg/dl, kadar LDL dalam plasma tergantung dari kandungan kolesterol dalam

makanan yang dikonsumsi, kecepatan produksi dan eliminasi LDL dan VLDL

(Erwinanto, 2013)

2.1.2 High Density Lipoprotein HDL

High Density Lipoprotein (HDL) adalah lipoprotein berdensitas tinggi,

terutama mengandung protein. HDL diproduksi di hati dan usus halus (Muray,

2009). HDL adalah nanopartikel endogen yang berperan dalam transportasi dan

metabolism kolesterol, fosfolipid, dan trigliserida. HDL dikenal sebagai

“kolesterol baik” karena mampu mengangkut kelebihan kolesterol dari plak

aterosklerosis dan mempunyai sifat antioksidan serta anti-inflamasi yang

mampu melindungi system kardiovaskuler.HDL dalam sirkulasi juga

mengangkut protein endogen, hormon, dan mikro-RNA ke berbagai organ.

(Kuai, 2016)
7

2.1.3 Trigliserida
Trigliserida merupakan senyawa yang terdiri dari tiga jenis asam lemak

antara lain lemak jenuh, lemak tidak jenuh tunggal dan lemak tidak jenuh ganda

(Erwinanto, 2013). Trigliserida dalam plasma dibawa oleh kilomikron dan

VLDL. Kadar normal trigliserida adalah <150 mg/dl (Rahmawansa, 2009)

2.2 Klasifikasi Kadar Lipid Plasma

National Cholesterol Education Program Adult Treatment Panel III

(NCEP ATP III) pada tahun 2001 membuat klasifikasi kadar lipid yang

digunakan saat ini. Klasifikasi ATP dari LDL, HDL, kolesterol total dan

trigliserida (mg/dL) menurut NECP ATP III dijelaskan pada tabel 2.1

Tabel 2.1 Klasifikasi ATP dari LDL, HDL, kolesterol total dan trigliserida
(mg/dL) menurut NECP ATP III, 2001

Total Cholesterol
<200 Desirable
200-239 Bordeline high
≥ 240 High
LDL Cholesterol
<100 Optimal
100-129 Near or above optimal
130-159 Boderline high
160-189 High
≥ 190 Very high
HDL Cholesterol
<40 Low
≥60 High
Trigliserida
<150 Normal
150-199 Boderline high
200-499 High
≥500 Very high
8

2.3 Metabolisme Lipoprotein

Metabolisme lipoprotein terdiri dari 3 jalur yaitu jalur metabolisme

eksogen, jalur metabolisme endogen dan jalur reverse cholesterol transport.

Jalur metabolisme eksogen dan endogen berhubungan dengan metabolisme

kolesterol LDL dan TG, sedangkan jalur reverse cholesterol transport

berhubungan dengan metabolisme HDL. Gambar diagram metabolisme lemak

menurut Adam pada gambar 2.2.

Gambar 2.2 Metabolisme Lemak (Adam, 2014)

2.3.1 Jalur Metabolisme Eksogen

Makanan berlemak terdiri atas trigliserida dan kolesterol. Selain

kolesterol yang berasal dari makanan, dalam usus halus juga terdapat kolesterol

yang berasal dari hati yang diekresikan melalui asam empedu. Trigliserdia akan
9

diserap ke dalam mukosa usus halus sebagai asam lemak bebas sedangkan

kolesterol akan diserap ke dalam mukosa usus halus dalam bentuk kolesterol.

Asam lemak di dalam usus halus akan diubah lagi menjadi TG sedangkan

kolesterol akan mengalami esterifikasi menjadi kolesterol ester. Keduanya

bersama fosfolipid dan apolipoprotein akan membentuk kilomikron.

Kilomikron kemudian akan masuk ke saluran limfe kemudian melalui duktus

torasikus akan masuk ke aliran darah. Dalam kilomikron TG akan dihidrolisis

oleh lipoprotein lipase yang berasal dari endotel menjadi asam lemak bebas

(free fatty acids). Asam lemak bebas tersebut dapat disimpan sebagai TG di

jaringan adiposa atau bila jumlahnya banyak akan diambil oleh hati sebagai

bahan dasar pembuatan TG hati.

2.3.2 Jalur Metabolisme Endogen

TG dan kolesterol di hati akan disekresi ke dalam sirkulasi sebagai

lipoprotein VLDL. Dalam sirkulasi, VLDL akan mengalami hidrolisis oleh

enzim lipoprotein lipase dan akan berubah menjadi IDL yang juga akan

mengalami hidrolisis menjadi LDL. LDL adalah lipoprotein yang paling

banyak mengandung kolesterol. Sebagian LDL akan dibawa ke hati, kelenjar

adrenal, testis, dan ovarium yang mempunyai reseptor untuk kolesterol LDL.

Sebagian lagi akan mengalami oksidasi yang akan menjadi sel busa. Makin

banyak kolesterol LDL dalam plasma oksidasi makin banyak dan ditangkap

oleh sel makrofag. Beberapa hal yang dapat mempengaruhi tingkat oksidasi:

 Meningkatnya jumlah small dense LDL seperti pada sindroma metabolik

dan diabetes melitus (DM).


10

 Makin tinggi kadar kolesterol HDL yang bersifat protektif terhadap oksidasi

LDL

2.3.3 Jalur Reverse Cholesterol Transport

HDL dilepaskan sebagai partikel kecil miskin kolesterol mengandung

apolipoprotein A,C dan E disebut HDL nascent. HDL nascent yang berasal dari

usus halus dan hati mengandung apolipoprotein A1. HDL nascent mengambil

kolesterol bebas yang tersimpan di makrofag. HDL nascent berubah menjadi

HDL dewasa yang berbetuk bulat. Agar dapat diambil oleh HDL nascent,

kolestrol di bagian dalam makrofag harus dibawa ke permukaan membran sel

makrofag oleh suatu transporter yang disebut adenosine triphosphate binding

cassette transporter 1 atau ABC 1. Setelah mengambil kolesterol bebas dari sel

makrofag, kolesterol bebas tersebut akan diesterifikasi menjadi kolestrol ester

oleh enzim lecithin cholesterol acyltransferase (LCAT). Selanjutnya sebagian

kolestrol ester yang dibawa oleh HDL akan mengambil dua jalur. Jalur pertama

ialah ke hati dan ditangkap oleh scavenger receptor class B type I dikenal

dengan SR-B1. Jalur kedua adalah kolestrol ester dalam HDL akan

dipertukarkan dengan trigliserid dari VLDL dan IDL dengan bantuan cholestrol

ester transfer protein (CETP). Maka demikian fungsi HDL sebagai penyerap

kolestrol dari makrofag mempunyai dua jalur yaitu langsung ke hati melalui

reseptor SR-B1 dan jalur tidak langsung melalui VLDL dan IDL untuk

membawa kolestrol kembali ke hati (Adam, 2014)


11

2.4 Dislipidemia

2.4.1 Definisi Dislipidemia

Dislipidemia adalah kelainan metabolisme lipid yang ditandai dengan

peningkatan atau penurunan fraksi lipid dalam plasma. Kelainan fraksi lipid yang

utama adalah kenaikan kadar kolesterol total, LDL, dan TG serta penurunan

kadar HDL (Price, 2014).

Dislipidemia merupakan kelainan metabolisme lipid yang ditandai

dengan peningkatan maupun penurunan fraksi lipid dalam plasma. Kelainan

fraksi lipid yang paling utama adalah kenaikan kadar kolesterol total

(≥240mg/dl), kolesterol LDL (≥160mg/dl), kenaikan kadar TG (≥200mg/dl) serta

penurunan kadar HDL (<40mg/dl). (Adam, 2014).

2.4.2 Klasifikasi Dislipidemia

Dislipidemia diklasifikasikan menjadi dua, yaitu dislipidemia primer dan

sekunder.

a. Dislipidemia Primer, yaitu dislipidemia yang disebabkan karena kelainan

penyakit genetik dan bawaan yang dapat menyebabkan kelainan kadar lipid

dalam darah.

b. Dislipidemia Sekunder, yaitu dislipidemia yang disebabkan oleh suatu

keadaan seperti hiperkolesterolemia yang diakibatkan oleh hipotiroidisme,

sindrom nefrotik, kehamilan, anoreksia nervosa, dan penyakit hati

obstruktif. Hipertrigliserida disebebkan oleh DM, konsumsi alkohol, gagal

ginjal kronik, infark miokard, dan kehamilan dan akromegali (Adam, 2014)
12

2.4.3 Faktor yang Mempengaruhi Dislipidemia

Kadar kolesterol plasma merupakan sebuah sistem keseimbangan antara

kolesterol yang masuk ke dalam plasma dan eliminasi kolesterol dari plasma.

Menurut Masrufi (2009), kadar kolesterol dalam darah selalu berubah-ubah di

setiap waktu, meskipun perubahan ini tidak seberapa bedanya. Banyak faktor

yang memengaruhinya terutama faktor genetik, umur, dan stres yang juga dapat

memicu meningkatnya kolesterol. Perubahan pola makan juga berperan dalam

perubahan kadar kolesterol dalam darah.

Stres dapat mempengaruhi kadar LDL darah melalui 2 mekanisme dalam

tubuh yaitu sistem hormonal dan neurotransmitter. Secara hormonal, stresor

dapat menstimulasi hipotalamus pituitary adrenal axis sebagai pusat saraf

simpatis untuk mengeluarkan mediator stres glukokortikoid dan katekolamin

(Alwiyah, 2012). Stresor akan menstimulasi hipotalamus untuk mensekresikan

CRF, yaitu suatu faktor pelepas kortikotropin. CRF yang telah masuk ke dalam

sirkulasi yang menghubungkan hipotalamus dan hipofisis yang disebut

pembuluh porta hipotalamus-hipofisis, CRF akan mencapai hipofisis anterior dan

akan merangsang pengeluaran ACTH. ACTH melalui sirkulasi darah akan

mencapai kelenjar adrenal dan menstimulasi pengeluaran glukokortikoid dan

kortisol oleh korteks adrenal. Kortisol tersebut mampu menguraikan cadangan

lemak dengan laju metabolisme lebih dari normal sehingga kadar kolesterol

dalam darah meningkat (Guyton, 2014).


13

2.5 Jahe Merah (Zingiber officinale Roscoe.)

2.5.1 Taksonomi Jahe Merah

Taksonomi tanaman jahe merah adalah sebagai berikut:

Divisi : Spermatophyta

Sub divisi : Angiospermae

Kelas : Monocotyledonae

Ordo : Zingiberales

Famili : Zingiberaceae

Marga : Zingiberis

Spesies : Zingiber officinale Roscoe

Varietas : Zingiber officinale Roscoe var. amarum

(Bermawie, 2010)

Gambar tanaman jahe merah pada gambar 2.3.

Gambar 2.3 Tanaman Jahe Merah (Zingiber officinale Roscoe.) (Peterson,2002)


14

Gambar 2.4 Rimpang Jahe Merah (Zingiber officinale Roscoe.) (Ermayanti, 2009)

2.5.2 Deskripsi Tanaman Jahe Merah

Batang jahe merupakan batang semu dengan tinggi 30 hingga 100 cm.

Akarnya berbentuk rimpang dengan akar berwarna putih, kuning hingga

kemerahan dengan bau menyengat. Daun tanaman jahe menyirip dengan

panjang 15 hingga 23 mm dan panjang 8 hingga 15 mm. Tangkai daun berbulu

halus, bunga jahe tumbuh dari dalam tanah berbentuk bulat telur dengan panjang

3,5 hingga 5 cm dan lebar 1,5 hingga 1,75 cm. Gagang bunga bersisik sebanyak

5 hingga 7 buah. Bunga berwarna hijau kekuningan. Bibir bunga dan kepala putik

ungu. Tangkai putik berjumlah dua (Paimin dan Murhananto, 2002).

2.5.3 Kandungan Jahe Merah

Jahe mengandung senyawa volatile yakni terpenoid dan non volatile yang

terdiri dari gingerol, shogaol, paradol, zingerone dan senyawa turunan mereka

serta senyawa-senyawa flavonoid dan polifenol. Gingerol dan shogaol

merupakan kandungan utama senyawa flavonoid pada Jahe. Senyawa tersebut

mempunyai efek antioksidan yang dapat mencegah adanya radikal bebas dalam

tubuh. (Stailova et al, 2007)


15

Jahe merah mempunyai kandungan 6-gingerol, 8-gingerol, 10-gingerol dan

6-shogaol yang lebih tinggi dibandingkan dengan jahe gajah yaitu sebesar 18.03,

4.09, 4.61, dan 1.36 mg/g sehingga banyak dikonsumsi masyarakat sebagai

bahan obat. (Fathona, 2011 ; Ermayanti, 2009). Data kandungan fitokimia

rimpang jahe merah yang sudah diketahui menurut Fathona pada tabel 2.2.

Tabel 2.2. Kandungan fitokima rimpang jahe merah (mg/g)

Kandungan Jahe merah Jahe gajah

6-gingerol, 18.03 mg/g 9.56 mg/g

8-gingerol, 4.09 mg/g 1.49 mg/g

10-gingerol 4.61 mg/g 2.96 mg/g

6-shogaol 1.36 mg/g 0.92 mg/g

(Fathona, 2011)

Ekstrak rimpang jahe juga mengandung senyawa 7-α-hidroxylase.

Kandungan ini mampu menjaga memodulasi homeostasis dari metabolism

kolesterol. Penelitian oleh Lei tahun 2014 menemukan bahwa senyawa 7-α-

hidroxylase mampu menurunkan kolesterol total melalui mekanisme

menstimulasi konversi kolesterol menjadi asam empedu yang mudah dieksresi.

Kolesterol di hati dimetabolisme secara primer menjadi asam empedu sebagian

besar dalam bentuk cholic dan chedoexycholic acid dan disekresikan melalui

duktus biliaris ke dalam saluran cerna dan selanjutnya dieksresikan melalui feses.

Dalam saluran cerna kolesterol akan dikonversi menjadi metabolit oleh normal

flora. Mekanisme penurunan kolesterol yang dipengaruhi oleh senyawa 7-α-

hidroxylase, dengan meningkatkan eksresi kolesterol baik dengan metabolism


16

maupun menghambat absorbsi kolesterol di saluran cerna. Hal ini mendukung

penelitian Yang tahun 2008 yaitu senyawa 7-α-hidroxylase dalam ekstrak

rimpang jahe merah mampu mencegah absorbsi kolesterol dalam usus sehingga

banyak kolesterol yang terbawa keluar bersama feses dan menyebabkan kadar

kolesterol turun.

2.5.4 Manfaat Jahe Merah

Rimpang jahe merupakan bagian utama yang dimanfaatkan sebagai bumbu

dapur dan obat herbal untuk beberapa penyakit. Rimpang jahe mengandung

beberapa komponen kimia yang berkhasiat bagi kesehatan. Jahe segar digunakan

sebagai anti muntah (antiematic), anti batuk (antitussive/expectorant),

merangsang pengeluaran keringat, dan menghangatkan tubuh serta mempunyai

efek antiinflamasi, antitumor, anti-apoptosis, antimikroba dan efek

hipokolesterolemi (Fathona, 2011)

2.5.5 Hubungan Jahe Merah dengan Dislipidemia

Kandungan zat aktif gingerol dan shogaol dapat mengurangi oksidasi LDL

yang dimediasi oleh makrofag. Ekstrak jahe merah akan diuptake oleh makrofag

dan mengurangi agregasi LDL (Fathona,2011). Kandungan gingerol dalam

rimpang jahe memiliki efek hipokolesterol, anti aterogenik serta penekanan

aktivitas enzim HMG-KoA reduktase sehingga dapat mengurangi biosintesis

kolesterol total. Gingerol dan Shogaol merupakan antioksidan kuat yang mampu

menghambat oksidasi LDL serta menjaga kadar LDL melalui peningkatan

sekresi asam empedu, meningkatkan jalur reverse cholesterol transport.

Senyawa 7-α-hidroxylase dalam ekstrak rimpang jahe merah mampu mencegah


17

absorbsi kolesterol dalam usus sehingga banyak kolesterol yang terbawa keluar

bersama feses dan menyebabkan kadar kolesterol turun (Yang, 2008).

2.6 Tikus Putih (Rattus Novergicus)

2.6.1 Taksonomi Tikus Putih

Kingdom : Animalia

Filum : Chordata

Klas : Mamalia

Ordo : Rodensia

Famili : Muridae

Subfamili : Murinae
Gambar 2.5 Tikus putih
Genus : Rattus
(Koolhaas, 2010)
Spesies : Norvergicus

(Wolfenshon dan Lloyd, 2013)

2.6.2 Deskripsi Tikus Putih

Tikus putih merupakan hewan coba yang sering dipakai untuk penelitian

karena mudah dipelihara serta memenuhi kiteria sebagai hewan percobaan. Tikus

mempunyai karakteristik tidak dapat muntah serta tidak memiliki kantong

empedu. (Muchtadi, et al,1993). Salah satu faktor yang mendukung

kelangsungan hidup tikus putih dengan baik ditinjau dari segi lingkungan adalah

temperatur dan kelembaban. Kelembaban yang baik untuk tikus putih yaitu 40-

70 %, sedangkan temperatur 19° C – 23° C (Wolfenshon dan Lloyd, 2013). Tikus

memiliki kadar kolesterol total normal dengan nilai 10-54 mg/dl (Harini, 2009).

Anda mungkin juga menyukai