Anda di halaman 1dari 32

 Rumah Sakit → Pelenggara pelayanan

kesehatan perorangan secara paripurna →


pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat
darurat. → memperhatikan mutu dan
keselamatan pasien
 Pemenuhan mutu pelayanan → secara internal
(penetapan, pengukuran, pelaporan dan
evaluasi indikator mutu serta pelaporan
insiden keselamatan pasien) dan eksternal
(perizinan, sertifikasi, lisensi dan akreditasi)
 Sistem yang membuat asuhan pasien lebih aman
 Diantaranya meliputi asesmen risiko, identifikasi
dan pengelolaan risiko pasien, pelaporan dan
analisis insiden, kemampuan belajar dari insiden
dan tindak lanjutnya, serta implementasi solusi
untuk meminimalkan timbulnya risiko
 mencegah terjadinya cedera yang disebabkan
oleh kesalahan akibat melaksanakan suatu
tindakan atau tidak mengambil tindakan yang
seharusnya diambil.
 KeWAJIBan bagi setiap fasilitas pelayanan
Kesehatan
 Penyelenggaraan Keselamatan Pasien
menerapkan:
1. Standar Keselamatan Pasien;
2. Sasaran Keselamatan Pasien
Tujuan dari identifikasi pasien dgn benar :
1. Mengidentifikasi pasien sebagai individu yang akan diberi
layanan/tindakan/ pengobatan tertentu secara tepat;
2. Mencocokkan layanan / perawatan yang akan diberikan dengan
pasien yang akan menerima layanan

Cara Identifikasi Pasien :


1. Proses identifikasi yang lebih spesifik langsung pada pasien
digunakan pada kebijakan dan/atau prosedur → pemberian
obat
2. Kebijakan dan/atau prosedur harus memiliki minimal dua cara
identifikasi pasien → Seperti : Nama Pasien, Nomor RM, tgl
lahir, alamat, Gelang ID pasien.
3. Tidak mengidentifikasi pasien melalui nomor kamar/lokasi
pasien
4. Identifikasi diklarifikasi oleh 2 petugas berbeda dilokasi yg
berbeda (pintu masuk: Poli dan UGD)
 Komunikasi efektif adalah komunikasi yang dapat
mengurangi kesalahan dan meningkatkan
keselamatan pasien karena tepat waktu, akurat,
lengkap, jelas dan mudah dimengerti oleh
penerima (berbagai pihak yang dimaksud).
 Metode Komunikasi:
1. Metode komunikasi saat menerima instruksi
melalui telpon : “menulis / menginput ke
komputer- membacakan – konfirmasi kembali”.
2. Metode komunikasi saat serah terima obat
antara petugas dan pasien
 Obat-obat yang perlu diwaspadai adalah obat-obatan yang
memiliki risiko menyebabkan cedera serius pada pasien jika
digunakan dengan tidak tepat → persentase tertinggi dalam
kesalahan dan/ kejadian sentinel atau KTD (Kejadian Tidak
Diharapkan).

 Obat yg perlu diwaspadai :


1. Obat risiko tinggi, yaitu obat dengan zat aktif yang dapat
menimbulkan kematian atau kecacatan bila terjadi kesalahan
(error) dalam penggunaannya (contoh: insulin, heparin atau
sitostatika).
2. Obat yang terlihat mirip dan kedengarannya mirip (Nama Obat
Rupa dan Ucapan Mirip/NORUM, atau Look Alike Sound
Alike/LASA)
3. Elektrolit konsentrat contoh: kalium klorida dengan konsentrasi
sama atau lebih dari 1 mEq/ml, natrium klorida dengan
konsentrasi lebih dari 0,9% dan magnesium sulfat injeksi
dengan konsentrasi sama atau lebih dari 50%
Prinsip pemberian obat = Prinsip 5 Benar → Ditambah 3 Prinsip.
Prinsip 5 Benar :
1. Benar Pasien
2. Benar Obat
3. Benar Dosis
4. Benar Waktu
5. Benar Rute

Prinsip 3 (Tambahan) :
1. Benar Pengkajian
2. Benar Dokumentasi
3. Benar Evaluasi

Prinsip Pemberian Obat = five-plus-three right


Pengecekan benar Pasien :
• Memeriksa ID Pasien & Menyebutkan
namanya
• Cek langsung ke pasien untuk menjawabnya,
apabila tidak bisa scra verbal → respon non-
verbal (anggukan pasien) → kalau tidak bisa
(pasien ggn jiwa, dibawah umur, tidak sadar)
maka data pasien diambilkan dari atau
ditanyakan kepada Keluarga Pasien.
 Obat memiliki nama dagang & nama generik.
 Apabila ada nama dagang yg baru/tidak mengetahui
→ tanyakan ke apoteker tentang nama
generiknya/kandungannya.
 Sebelum memberikan obat kepasien, label obat harus
dibaca 3x:
1. pada saat melihat botol atau kemasan obat
2. Sebelum menuang/ mengisap obat
3. Setelah menuang/mengisap obat
 Jika label tidak terbaca → Isi tidak boleh dipakai &
harus dikebalikan ke bagian farmasi.
 Perhatian pada nama obat yang hampir sama
pengucapannya
 Sebelum memberi obat → periksa selalu
dosisnya → apabila ragu harus konsultasi dgn
dokter yg menulis resep/dgn apoteker →
apabila sudah sesuai maka bisa diberikan
kepada pasien.
 Contoh : Amlodipine tab → ada yg berisi 1
tablet = 5mg dan 10mg → jadi harus dicek
kembali dari peresepan dokter.
 Obat yg diresepkan → digunakan pasien melalui beberapa
rute → rute tsb disesuaikan dengan kondisi pasien :
a. Keadaan umum
b. Kecepatan respon yg diinginkan
c. Sifat kimiawi
d. Sifat fisik obat
e. Tempat kerja yang diinginkan

• Pemberian obat sesuai rute :


a. Per-Oral
b. Parenteral
c. Topikal
d. Rektal
e. Inhalas
 Waktu yang benar adalah saat dimana obat yang
diresepkan harus diberikan.
 Dosis yg sering dipakai dalam peresepan obat
(dalam sehari) :
a) b.i.d = 2 kali sehari
b) t.i.d = 3 kali sehari
c) q.i.d = 4 kali sehari
d) q6h = setiap 6 jam
• Maksud dari benar waktu adalah agar kadar obat
dalam plasma dapat dipertahankan.
• Disesuaikan dengan karakteristik obat, misal
Asam mefenamat diberikan setiap selesai makan
 Menstandarisasi prosedur instruksi / peresepan, penyimpanan,
persiapan, dan pemberian high alert medications.
 penataan penyimpanan
 pelabelan yang jelas
 penerapan double checking
 Menyediakan akses informasi mengenai high alert medications.
 penerapan panduan penggunaan obat high alert

 untuk
Salah satu contoh cara yang paling efektif
mengurangi dan mengeliminasi KTD adalah
mengembangkan suatu proses pengelolaan obat-obatan yang
perlu diwaspadai termasuk memindahkan elektrolit konsentrat
dari unit pelayanan pasien ke farmasi
 Obat High Alert yang terdiri dari :
A. Obat dengan risiko tinggi (high risk) :

❖ disimpan di tempat terpisah


❖ diberi stiker merah menyolok
❖ stiker “HIGH ALERT” pada satuan terkecil
❖ Untuk obat sitostatika diberikan label
khusus obat kanker dan lemari terpisah.
❖ hanya boleh disimpan di Unit Pelayanan
Farmasi (UPF), Unit Dispensing Sediaan
Farmasi dan Gudang Farmasi
❖ Yaitu : KCl 7,46%; NS 3%; dextrose 40 %;
MgSO4 40%
 diberi stiker LASA dan High Alert di tempat
penyimpanan obat
 Bila terdapat kemiripan dengan obat tersebut
→ diberi jarak pemisahan selebar ukuran
minimal 1 kotak penyimpanan obat
 Penyimpanan obat LASA berbeda dengan high
alert cukup disimpan di box pada lemari
dengan penandaan
✔ Lemari terkunci, ber skotlet merah, label
High Alert
✔ Wadah → stiker High Alert
✔ Setiap sediaan diberi stiker High Alert
 Rumah sakit telah memiliki regulasi tentang
medication safety yang bertujuan mengarahkan
penggunaan obat yang aman dan meminimalkan
risiko kesalahan penggunaan obat sesuai dengan
peraturan perundangundangan.
 Rumah sakit menerapkan sistem pelaporan kesalahan
obat yang menjamin laporan akurat dan tepat waktu
yang merupakan bagian program peningkatan mutu
dan keselamatan pasien.
 Rumah sakit memiliki upaya untuk mendeteksi,
mencegah dan menurunkan kesalahan obat dalam
meningkatkan mutu proses penggunaan obat.
 Seluruh staf rumah sakit dilatih terkait kesalahan
obat (medication error).
 KTD/KNC (dapat dibuat oleh Apoteker dan
TTK, yang dilaporkan dan diverifikasi oleh
Aptoker sebelum dikumpulkan ke Instalasi
Farmasi)
 Laporan MESO (dapat dilaporkan ke Aptoker
PJ Ruangan jika ada informasi ESO pada
pasien)
 CPPT terkait obat (dibuat oleh Apoteker)
 Telaah resep dan telaah obat
KEJADIAN SENTINEL
 Suatu Kejadian tidak diinginkan yang menyebabkan
kematian atau cedera serius
KEJADIAN TIDAK DIHARAPKAN (KTD)
 Insiden yang mengakibatkan cedera pada pasien
KEJADIAN TIDAK CEDERA (KTC)
 Insiden yang sudah terpapar kepada pasien tapi tidak
menimbulkan cedera
KEJADIAN NYARIS CEDERA (KNC)
 Insiden yang belum terpapar kepada pasien
KONDISI POTENSIAL CEDERA (KPC)
 Kondisi yang berpotensial menimbulkan cedera tapi
belum terjadi insiden
1. Salah pasien
2. Salah obat
3. Salah dosis/kekuatan/frekuensi
4. Salah formulasi
5. Salah rute pemberian
6. Salah jumlah
7. Salah dispensing label/instruksi
8. Salah penyimpanan
9. Kontraindikasi
 Apabila terjadi suatu insiden (KNC/KTD/KTC/KPC) di
rumah sakit, wajib segera ditindaklanjuti (dicegah /
ditangani) untuk mengurangi dampak / akibat yang tidak
diharapkan.
 Setelah ditindaklanjuti, segera membuat laporan
insidennya dengan mengisi Formulir Laporan Insiden pada
akhir jam kerja/shift kepada Atasan langsung. (Paling
lambat 2 x 24 jam ); diharapkan jangan menunda laporan.
 Setelah selesai mengisi laporan, segera menyerahkan
kepada Atasan langsung pelapor. (Atasan langsung
disepakati sesuai keputusan Manajemen : Supervisor /
Kepala Bagian / Instalasi / Departemen / Unit).
 Atasan langsung akan memeriksa laporan dan melakukan
grading risiko terhadap insiden yang dilaporkan.
 Trigger Tools:
Suatu metode untuk mendeteksi potensi
kejadian tidak diharapkan (KTD) melalui
pemicu.
 Mengidentifikasi kejadian tidak diharapkan
akibat penggunaan obat.
 Mengidentifikasi risiko berulang karena
penggunaan obat.
 Menetapkan strategi (kebijakan dan prosedur)
untuk mencegah berulangnya KTD yang
dapat dicegah atau menurunkan risiko KTD
 Edukasi → Pembelajaran (lesson learned)
 Pemantauan dan Pelaporan efek samping obat dikoordinasikan
oleh Tim Farmasi dan Terapi RS.
 Petugas pelaksana pemantauan dan pelaporan efek samping
obat adalah dokter, perawat, apoteker di ruang rawat / Poliklinik
 Obat yang diprioritaskan untuk dipantau efek sampingnya adalah
obat baru/obat yang baru masuk formularium RS atau obat yang
terbukti dalam literatur menimbulkan efek samping serius.
 Laporan Efek Samping Obat dikirimkan ke Tim Farmasi dan
Terapi untuk dievaluasi.
 Tim Farmasi dan Terapi melaporkan hasil evaluasi pemantauan
ESO kepada Direktur Medik dan menyebarluaskannya ke seluruh
Departemen Medik/Instalasi/Unit Pelayanan di RS sebagai umpan
balik/edukasi.
 Hasil evaluasi laporan efek samping obat dapat digunakan
sebagai bahan pertimbangan untuk mengeluarkan obat dari
formularium

Anda mungkin juga menyukai