Anda di halaman 1dari 53

KEGIATAN I

PENGGUNAAN MIKROSKOP

A. TUJUAN
Mahasiswa diharapkan dapat:
1. Mengenal bagian-bagian mikroskop.
2. Mengenal prinsip kerja mikroskop.
3. Mengamati benda dengan menggunakan mikroskop cahaya dan mikroskop
stereo

B. TEORI DASAR
Mata manusia sebagai indera pelihat mempunyai kemampuan yang
terbatas. Oleh sebab itu untuk mengamati benda-benda yang berukuran sangat
kecil diperlukan alat bantu yang disebut mikroskop (micro = kecil; scope =
penglihatan). Dilihat dengan mikroskop, benda tampak jauh lebih besar dari
ukuran sebenarnya.
Mikroskop menggunakan dua macam lensa cembung. Lensa yang
berhadapan dengan benda yang diamati disebut lensa objektif, dan lensa yang
berhubungan dengan mata pengamat disebut lensa okuler. Lensa objektif

Gambar 1.1 Diagram pembentukan bayangan pada mikroskop cahaya

6
membentuk bayangan nyata yang terbalik dan diperbesar yang kemudian
ditangkap oleh lensa okuler. Lensa okuler membentuk bayangan maya yang
terbalik dan diperbesar. Bayangan inilah yang ditangkap oleh mata (Gambar 1).
Mikroskop konvensional (non elektrik) menggunakan sumber cahaya
dari sinar matahari yang ditangkap dan dipantulkan oleh cermin datar atau
cermin cekung yang terdapat dibawah kondesor. Cermin tersebut akan
mengarahkan cahaya dari luar ke dalam kondesor, sedangkan diafragma
berfungsi mengatur banyaknya sinar yang masuk dengan mengatur bukaan iris.
Mikroskop modern atau mikroskop elektrik sudah dilengkapi lampu sebagai
pengganti sumber cahaya matahari.
Kebanyakan benda yang diamati dengan mikroskop harus berukuran
kecil atau tipis sehingga dapat ditembus oleh cahaya. Sel merupakan satuan
terkecil penyusun tubuh makhluk hidup. Karena berukuran sangat kecil, sel
hanya dapat dilihat dengan menggunakan mikroskop.

Gambar 1.2. Mikroskop cahaya beserta bagian-bagiannya.

7
Catatan: mikroskop pada Gambar 1.2 menggunakan cahaya matahari atau
lampu listrik di luar mikroskop sebagai sumber cahayanya.
Dua nilai penting sebuah mikroskop ialah daya pembesaran dan daya urai
atau resolusinya. Pembesaran mencerminkan berapa kali lebih besar bayangan
objeknya terlihat dibandingkan ukuran sebenarnya. Daya urai merupakan ukuran
kejelasan citra, yaitu jarak minimum dua titik yang dapat dipisahkan dan masih
dapat dibedakan oleh sistem lensa (Campell, 2000)
Mikroskop stereo digunakan untuk mengamati benda-benda yang tidak
terlalu kecil, dapat berupa benda tipis maupun tebal, transparan maupun tidak,
benda kering ataupun yang terendam dalam air. Mikroskop ini mempunyai dua
lensa objektif dan dua lensa okuler, dilengkapi dengan sistem prisma yang
menyebabkan bayangan yang terbentuk tidak terbalik.

Gambar 1.3 Mikroskop stereo

Perbesaran yang dihasilkan mikroskop stereo tidak terlalu kuat, yaitu antara
7-40 kali. Jarak antara lensa objektif dan benda yang diamati cukup jauh,

8
membuat mikroskop ini dapat digunakan dalam pembedahan hewan-hewan
kecil, sehingga disebut juga mikroskop bedah (dissecting microscope). Untuk
memperluas penggunaan, mikroskop stereo dilengkapi dengan dua macam
penyinaran. Penyinaran dari atas (reflected illumination) digunakan untuk
pengamatan benda yang tidak transparan, dan penyinaran dari bawah
(transmitted illumination) untuk pengamatan benda yang transparan. Mikroskop
stereo dengan penyinaran dari bawah menggunakan meja preparat yang bening
agar dapat ditembus cahaya. Untuk mengamati benda dengan mikroskop stereo
non elektrik, sebaiknya mikroskop dibawa ke tempat yang banyak menangkap
sinar matahari, misalnya di dekat jendela, untuk memperoleh hasil pengamatan
yang lebih jelas.

C. ALAT DAN BAHAN


1. mikroskop cahaya 6. kaca benda
2. mikroskop stereo 7. minyak imersi
3. pipet 8. kertas lensa
4. preparat “huruf e” 9. kapas
5. preparat penampang melintang 10. xilol
daun Ficus sp. 11. benang sari bunga

D. CARA KERJA
1. Pengamatan dengan mikroskop cahaya
Putarlah revolver sehingga lensa objektif yang terkecil (10X) berada tepat di atas
lubang pada meja objek.
a. Bukalah diafragma.
b. Gerak-gerakkan cermin untuk menangkap cahaya, sambil melihat melalui
lensa okuler (untuk cahaya matahari, gunakan cermin datar; untuk cahaya
lampu, gunakan cermin cekung).
c. Putarlah pengatur kasar (makrometer) sehingga jarak antara ujung lensa
objektif dengan meja objek  1 cm.

9
d. Letakkan preparat “huruf e” pada meja objek, jepitlah dengan jepitan objek,
aturlah hingga benda yang akan diamati berada tepat di bawah lensa objektif.
e. Putarlah pengatur kasar perlahan-lahan sambil melihat melalui lensa okuler,
sampai terlihat bayangan benda dengan jelas. Aturlah juga letak preparat pada
meja objek dengan menggerakkan pemutar, untuk menepatkan posisi benda
yang diamati. Gambarlah bayangan benda yang terlihat.
f. Ulangi pengamatan dengan menggunakan lensa objektif 45X (dengan
memutar revolver sampai lensa yang dikehendaki berada tepat di atas lubang
pada meja objek). Untuk memperjelas atau memfokuskan bayangan, putar-
putarlah pengatur halus (mikrometer). Hati-hati, jangan sampai terjadi
persentuhan antara lensa objektif dengan preparat. Gambarlah bayangan benda
yang terlihat.
g. Setelah pengamatan selesai dilakukan:
- Putarlah makrometer sehingga meja objek menjauh dari lensa objektif.
- Lepaslah preparat dari meja objek.
- Putarlah revolver, aturlah agar lensa objektif yang terkecil berada tepat di
atas lubang pada meja objek.
- Tutuplah diafragma.
- Aturlah posisi cermin sehingga kedua sisinya menghadap ke kiri-kanan.

Tambahan:
Pengamatan preparat dengan perbesaran sangat kuat (menggunakan lensa
objektif 100X)
Sifat penting lensa objektif 100X:
▪ Perbesaran sangat kuat
▪ Lapangan pandang sangat sempit, hanya 0,2 mm
▪ Jarak kerja sangat pendek: dari ujung lensa sampai kaca penutup preparat (pada
waktu objek dalam posisi fokus) hanya 0,1 mm. Kalau preparat atau kaca
penutup terlalu tebal, objektif 100X tidak dapat digunakan.

10
Pengamatan preparat dengan lensa objektif 100X harus menggunakan minyak
imersi. Minyak imersi mempunyai indeks bias 1,5, hampir sama dengan indeks
bias kaca (1,6). Keuntungan penggunaan minyak imersi adalah memperkecil
pembiasan oleh kaca preparat dan mengurangi cahaya yang hilang akibat
pembiasan oleh kaca preparat dan lensa objektif, sehingga bayangan terlihat lebih
jelas (lebih fokus).
Cara penggunaan:
▪ Amati preparat penampang melintang daun Ficus sp. dengan perbesaran lemah
(10X10).
▪ Carilah stomata pada lapisan epidermis, kemudian gambarlah.
▪ Jauhkan lensa objektif dari meja benda, dengan jalan menaikkan tabung
mikroskop.
▪ Teteskan setitik minyak imersi pada preparat.
▪ Putarlah revolver sehingga objektif 100X terpasang pada sumbu optik (tepat di
atas lubang pada meja benda)
▪ Putarlah makrometer untuk mendekatkan lensa objektif pada preparat sambil
melihat dari samping, sampai ujung lensa menyentuh minyak imersi.
▪ Fokuskan bayangan dengan memutar mikrometer beberapa putaran. Kalau
belum tampak bayangan, putarlah makrometer ke arah menjauh, sambil terus
melihat melalui okuler. Bila sudah tampak bayangan, tepatkan fokusnya
dengan memutar mikrometer. Gambarlah stomata yang terlihat.
▪ Setelah selesai pengamatan, putarlah makrometer untuk menjauhkan lensa
objektif dari preparat, kemudian lepaskan preparat dari meja benda.
▪ Bersihkan minyak imersi yang masih melekat pada ujung lensa objektif dengan
kapas yang telah dibasahi xilol, kemudian keringkan dengan kertas lensa.
Bersihkan pula minyak imersi yang melekat pada preparat.

2. Pengamatan dengan mikroskop stereo


a. Letakkan sebuah benang sari di atas kaca benda.
b. Amati dengan mikroskop stereo, gunakan dua perbesaran yang berbeda.
c. Gambarlah hasil pengamatan Anda.

11
E. DISKUSI
Jawablah pertanyaan-pertanyaan di bawah ini!

1. Bagaimanakah sifat bayangan yang dihasilkan oleh mikroskop cahaya?


Uraikan jawaban Anda mengenai pembentukan bayangan pada mikroskop.
2. Apakah keuntungan pengamatan benda menggunakan mikroskop dengan
pembesaran lemah (objektif 10X)?
3. Apakah keuntungan pengamatan benda mengguanakan mikroskop dengan
pembesaran kuat (objektif 45X)?
4. Jelaskan perbedaan mikroskop cahaya dan mikroskop stereo!

12
KEGIATAN II
PENGGUNAAN NERACA

A. Tujuan
1. Mengidentifikasi kapasitas dan kepekaan masing-masing neraca.
2. Menjelaskan kelebihan dan kekurangan masing-masing neraca.
3. Menjelaskan syarat-syarat penimbangan (dengan neraca) yang benar.
4. Memilih neraca yang tepat sesuai dengan kebutuhan.
5. Menggunakan berbagai neraca dengan benar.
6. Menjelaskan sumber-sumber kesalahan dalam penimbangan suatu benda.
7. Menghindari terjadinya kesalahan dalam penimbangan suatu benda.

B. Teori Dasar
Neraca adalah suatu alat untuk mengetahui suatu massa suatu benda dalam
satuan gram. Alat yang digunakan untuk mengetahui massa suatu benda dalam
satuan ons, kg, kw, dan ton, disebut timbangan, misal timbangan kue, timbangan
kodok, timbangan lengan (dacin), dan timbangan mobil. Neraca dapat dibedakan
menjadi beberapa macam.
1. Berdasarkan cara kerjanya
▪ Neraca mekanik : bekerja secara mekanik.
▪ Neraca elektrik : bekerja dengan menggunakan tenaga listrik.
2. Berdasarkan kapasitas dan ketelitiannya
▪ Neraca semianalitik (neraca kasar) : kapasitas sekitar 300 gram dan
ketelitian 0,01-0,1 gram.
▪ Neraca analitik : kapasitas sekitar 10 gram dan ketelitian sampai dengan
0,0001 gram.
3. Berdasarkan angka yang dilaporkan
▪ Neraca digital : melaporkan angka digital.
▪ Neraca non digital : tanpa melaporkan angka digital.

13
(1) Neraca Emas (Analitik) (2) Neraca HangingPan
(Neraca Dua Lengan)

(3) Neraca tiga Lengan (Triple Beam) (4) Neraca Empat Lengan

(5) Neraca Portable (6) Neraca Elektrik Analitik

Gambar 2.1 Berbagai Macam Neraca

14
4. Berdasarkan bentuk fisiknya
▪ Neraca emas : untuk menimbang emas.
▪ Neraca hangingpan : memiliki piring timbang.
▪ Neraca dua lengan : double beam.
▪ Neraca tiga lengan : triple beam.
▪ Neraca empat lengan : quartle beam.
▪ Neraca portable
▪ Neraca analitik

Akurasi dari masing-masing neraca harus ditera secara periodik (satu


tahun satu kali). Lembaga yang bertugas untuk menguji/menera akurasi suatu
neraca adalah Dinas Metrologi.
Macam dan karakteristik masing-masing neraca dapat diketahui ketika
praktikum “penggunaan berbagai macam neraca”. Kapasitas maksimal dan
ketelitian suatu neraca biasanya tercantum pada tubuh neraca tersebut.

Cara Penggunaan Neraca


Secara umum penggunaan neraca analitik sebagai berikut:
1. Bersihkan “piring neraca” dari debu atau sisa bahan.
2. Aturlah agar posisi jarum neraca tepat setimbang (jarum menunjukkan
skala nol).
3. Timbanglah tempat bahan (botol, cawan, kerta timbangan).
4. Masukkan bahan dalam tempat bahan dan timbang saseuai keperluan.
5. Setelah selesai menimbang, bersihkan sisa bahan atau debu dan
kembalikan neraca pada posisi semula (skala menunjukkan angka nol).

Catatan:
1. Untuk neraca elektrik digital setelah menimbang tempat bahan neraca bisa
di-nol-kan dengan menekan tombol “zero”, kemudian langsung
menimbang bahan sesuai yang diinginkan. Dengan demikian tempat bahan
tidak ikut terhitung.

15
2. Untuk mengatur posisi neraca analitik perlu dilakukan langkah-langkah sebagai
berikut.
a. Pastikan neraca berada pada meja yang tidak bergoyang.
b. Aturlah posisi neraca analitik dengan memutar baut pada kaki neraca dan
memperhatikan gelembung neraca pada “waterpass” tepat dalam lingkaran
( ).

C. Alat dan Bahan


1. Alat :
a. Neraca HangingPan
b. Neraca Tiga Lengan
c. Neraca Empat Lengan
d. Neraca Portable
e. Neraca Elektrik Analitik
f. Spatula Logam

2. Bahan :
a. Na Cl
b. Kertas Timbang

D. Prosedur Kerja.
1. Lakukan pengamatan terhadap semua neraca yang disediakan, kemudian
tentukan :
a. Merk dan tipe neraca
b. Jenis/kategori neraca
c. Ketelitian/kepekaan neraca
d. Kapasitas neraca
e. Catatlah hasil pengamatan saudara dalam tabel pengamatan yang sesuai.
2. Timbanglah 3 macam benda ( yang massanya  10 g) dengan semua alat
timbang yang disediakan. Bandingkan massanya (tulis dalam tabel)!
3. Timbanglah 10 g NaCl (gunakan kertas timbang!) dengan alat timbang
yang kepekaannya paling rendah (paling kasar). Selanjutnya timbanglah

16
NaCl tersebut menggunakan alat-lalat timbang yang lain secara bertahap.
Masukkan datanya ke dalam tabel.

E. Bahan Diskusi.
1. Untuk menimbang 0,2 gram NaCl dengan menggunakan neraca
semianalitik lebih mudah dari pada neraca analitik, mengapa demikian?
2. Mengapa hasil penimbangan benda yang sama dengan neraca yang sejenis
dapat menghasilkan massa yang berbeda?
3. Manakah yang lebih besar antara hasil penimbangan suatu benda dengan
neraca semianalitik dan neraca analitik? Mengapa demikian?
4. Apakah yang harus dipertimbangkan dalam memilih jenis neraca yang akan
digunakan untuk menentukan massa suatu benda ? Beri penjelasan!
5. Dalam suatu penelitian, Anda akan mengukur pertambahan berat anak
ayam setiap hari selama 10 hari, timbangan apakah yang paling tepat Anda
gunakan? Berikan penjelasan!

17
KEGIATAN III
PENGGUNAAN ALAT-ALAT VOLUMETRIK

A. TUJUAN
1. Mengetahui kegunaan dari berbagai macam alat gelas volumetrik dan bisa
menggunakannya dengan benar.
2. Dapat memilih alat volumetrik yang tepat sesuai dengan kebutuhan untuk
menghindari kesalahan dalam pengukuran volume.

B. TEORI DASAR
Macam alat pengukur volume cairan antara lain adalah gelas ukur, pipet
ukur, pipet gondok, labu ukur dan buret, seperti terlihat pada gambar 1.
Pada alat-alat tersebut tertera tanda berupa garis melingkar yang
menunjukkan batas tinggi cairan pada volume-volume tertentu. Sebagai batas
pembacaan adalah bagian bawah permukaan lengkung cairan (meniskus), hal
ini dapat terlihat jelas hanya apabila dilihat tepat sejajar dengan penglihatan
kita. Pembacaan yang dilakukan di atas ataupun di bawah meniskus adalah
salah, seperti terlihat pada gambar 2.

a b c d e

Gambar 3.1 Alat-alat pengukur volume cairan


a. Gelas ukur; b. Labu takar; c. Pipet ukur (pipet berskala);
d. Pipet gondok; e. Buret

1. Gelas ukur

18
Digunakan untuk mengukur volume larutan dalam jumlah tertentu dengan
tingkat ketelitian yang cukup tinggi. Gelas ukur ini dilengkapi dengan
bibir tuang agar mudah dalam menuangkan larutan.
2. Labu takar
Digunakan untuk menampung cairan pada volume tertentu dan digunakan
juga untuk membuat larutan dengan konsentrasi tertentu. Dapat
menunjukkan volume cairan dengan tepat karena leher labu ukur di buat
relative sempit hingga perubahan volume cairan sedikit saja akan
menyebabkan perbedaan ketinggian cairan.
3. Pipet ukur /pipet berskala/ graduated pipet
Pipet ukur digunakan untuk mengambil dan memindahkan cairan dengan
volume tertentu. Pemipetan dilakukan dengan cara menghisap cairan ke
dalam pipet dengan menggunakan bola karet (pipet bulb).
4. Pipet gondok/ pipet volume/ volumetric pipet
Pipet gondok digunakan untuk memindahkan cairan dengan volume tepat
sesuai dengan label yang tertera pada bagian yang menggelembung
(gondok) pada bagian tengah pipet. Pemipetan dilakukan dengan cara
menghisap cairan ke dalam pipet dengan menggunakan bola karet.
5. Buret
Digunakan untuk mengukur volume cairan yang keluar seperti halnya
pipet. Pada buret terdapat kran untuk mengeluarkan atau menghentikan
cairan yang keluar dan volumenya dapat diketahui pada skala yang tertera
pada dinding buret. Buret ini terutama digunakan untuk titrasi.

19
Gambar 3.2 Cara pembacaan volume cairan

C. ALAT DAN BAHAN


ALAT
1. Beaker glass 100 ml 11. Makropipet 1; 2; 5; 10 ml
2. Beaker glass 250 ml 12. Pipa Buret 25 ml
3. Labu Erlenmeyer 125 ml 13. Standart + statif
4. Gelas ukur 10 ml 14. Kaca arloji
5. Gelas ukur 100 ml 15. Batang pengaduk
6. Labu takar 50 ml 16. Sendok tanduk
7. Pipet tetes panjang 17. Neraca digital non teknis
8. Pipet gondok 5 ml 18. Lap meja
9. Pipet berskala 10 ml 19. Corong kaca kecil
10. Karet penghisap

BAHAN
1. Vitamin C IPI
2. Larutan IKI 0,01N
3. Larutan amilum 1%
4. Akuades
D. PROSEDUR KERJA

20
1. Tampunglah air sebanyak 50 ml dalam beaker glass 250 ml, labu Erlenmeyer 125
ml, dan gelas ukur 100 ml. Selanjutnya tuanglah masing-masing ke dalam labu
takar 50 ml. Bila terjadi kekurangan/ kelebihan volume, tambah/ kurangilah
dengan menggunakan pipet tetes. Catat berapa tetes air yang ditambahkan/
dikurangi, masukkan hasilnya dalam tabel seperti di bawah ini.
Alat manakah yang paling sesuai dengan labu takar 50 ml?

Jumlah tetesan
No Alat volumetrik
Lebih Kurang
1.
2.
3.

2. a. Lakukan penghisapan 5 ml air dengan menggunakan pipet gondok 5 ml


dan karet penghisap; pindahkan ke dalam gelas ukur 10 ml. Bila terjadi
kekurangan/ kelebihan volume, tambah/ kurangilah dengan
menggunakan pipet tetes. Berapa tetes air yang ditambah/ dikurangi?
b. Lakukan penghisapan air dengan pipet berskala 10 ml dan karet
penghisap sampai batas maksimal; pindahkan setiap 5 ml ke dalam gelas
ukur 10 ml. Selanjutnya lakukan seperti a), masukkan hasil ke dalam
tabel.

3. Lakukan pengambilan 2 ml air dengan menggunakan makropipet 2 ml, 5


ml, 10 ml. Pindahkan masing-masing ke dalam gelas ukur 10 ml. Bila
terjadi kekurangan/ kelebihan volume, tambah/ kurangilah dengan
menggunakan pipet tetes. Catat berapa tetes air yang ditambahkan/
dikurangi, masukkan data dalam tabel.

4. Pengujian kandungan vitamin C dengan metode titrasi.


a. Larutkan 1 tablet vitamin C IPI dalam 200 ml akuades
b. Pasanglah buret pada standar dan statif.
c. Isilah buret dengan larutan IKI 0,01N sampai penuh (25 ml)
d. Masukkan 10 ml larutan vitamin C IPI ke dalam labu Erlenmeyer, tetesi
dengan 3 tetes larutan amilum 1%  aduk rata.

21
(Larutan amilum dibuat dengan cara melarutkan 1 gram amilum/ kanji
dalam 100 ml air panas, biarkan menjadi dingin)
e. Lakukan titrasi larutan vitamin C IPI dengan IKI sampai berubah
warna menjadi biru permanen.
f. Hitunglah volume larutan IKI yang dikeluarkan dari buret.
g. Hitunglah kadar vitamin C.
Ulangi titrasi seperti di atas sekali lagi.
Catatan: konversikan kadar vitamin C dengan volume larutan IKI yang
diperlukan untuk membirukan larutan bahan yang diuji. Setiap 1 ml
larutan 0,01N IKI yang digunakan untuk titrasi setara dengan 0.88 mg
vitamin C.

E. DISKUSI
1. Sebutkan macam-macam alat volumetrik yang telah anda pelajari. Uraikan
karakteristik dan kegunaan masing-masing!
2. Jelaskan faktor-faktor yang menentukan tingkat ketelitian dari suatu alat
volumetrik!
3. Jelaskan hal-hal yang dapat menimbulkan kesalahan dalam pengukuran
volume suatu cairan!

22
KEGIATAN IV
PENGUKURAN SUHU

A. TUJUAN
1. Mahasiswa dapat menjelaskan pengertian suhu
2. Mahasiswa dapat memilih alat ukur suhu yang sesuai untuk menentukan
suhu benda
3. Mahasiswa terampil menggunakan alat ukur suhu dengan benar.

B. TEORI DASAR
Suhu adalah ukuran derajat panas atau dinginnya suatu benda. Alat
yang digunakan untuk mengukur suhu benda dengan tepat dan menyatakannya
denganangka disebut termometer. Sebuah termometer biasanya terdiri dari
sebuah pipa kaca berongga yang berisi zat cair dan bagian atas
daricairan tersebut adalah ruang hampa udara. Prinsip kerja dari termometer
adalah adanya perubahan dari volume zat cair sebagai akibat dari perubahan
suhu suatu benda atau lingkungan sekitar. Sebelum terjadi perubahan suhu,
volume air raksa berada pada kondisi awal. Adanya perubahan suhu
lingkungan di sekitar termometer direspon air raksa dengan perubahan
volume.Volume air raksa akan mengembang jika suhu meningkat dan akan
menyusut ketika suhu menurun. Skala pada termometer akan menunjukkan
nilai suhu sesuai keadaan lingkungan.
Zat cair yang digunakan sebagai bahan pengisi termometer ada
duamacam, yaitu air raksa dan alkohol. Termometer air raksa banyak
digunakan dalam kehidupan sehari-hari, misalnya untuk mengukur suhu badan
digunakan termometer klinis, sedangkan untuk mengukur suhu suatu ruangan
digunakan termometer dinding. Selain air raksa, alkohol juga dapat digunakan
untuk mengisi termometer, kelebihan pemakaian menggunakan alcohol ini
dapat mengukur suhu yang sangat rendah (mencapai -130oC) karena titik beku
alkohol yang lebih rendah dibandingkan air raksa, namun termometer alkohol
tidak dapat digunakan untuk mengukur air mendidih karena titik didih alkohol
hanya 78oC.

23
Beberapa macam termometer
1. Termometer Batang
Termometer batang adalah sebuah pipakapiler, yaitu pipa dengan diameter
saluran sangat kecil yang pada bagian bawahnya mempunyai rongga sedikit
lebih besar dibandingkan dengan saluran kapilernya (gambar 6a). Rongga
tersebut berisi cairan yang mudah memuai jika dipanasi dan tidak mudah
membasahi dinding saluran kapiler. Cairan yang banyak digunakan adalah
raksa dan alkohol.

a b

Gambar 4.1 a. Termometer Alkohol, b. Bagian-bagian Termometer

Untuk mengukur suhu suatu benda, ujung bagian bawah termometer yang
berisikan cairan raksa atau alcohol harus dicelupkan pada benda tersebut. Jika
suhu benda lebih tinggi daripada suhu termometer semula, maka volume
cairan tersebut akan mengembang. Pertambahan volume tersebut ditandai
dengan naiknya cairan sepanjang saluran kapiler, begitupuns ebaliknya.
Proses pen-skalaan ketinggian kolom cairan biasa disebut sebagai kalibrasi
termometer. Skala ini dibaca sebagai besaran suhu. Titik batas mulai
pengukuran batas ketinggian cairan disebut sebagai titik tetap bawah (TTB)
termometer, sedangkan titik batas tertinggi disebut titik tetap atas (TTA)
termometer (gambar 6b). TTB adalah titik ketinggian cairan pengisi cairan

24
ketika termometer dipakai untuk mengukur suhu es yang sedangmencair yang
ditandai dengan angka 0. TTA dinyatakan sebagai titik ketinggian kolom
cairan pengisi ketika termometer dipakai untuk mengukur suhu air mendidih
pada tekanan udara luar 1 atm yang ditandai dengan angka 100. Pen-skalaan
ini kemudian disebut sebagai skala celcius.

Cara menggunakan termometer batang :

• Bersihkan ujung termometer.


• Celupkan ujung termometer ke dalam larutan.
Apabila pengukuran suhu dilakukan pada saat larutan dalam keadaan
dipanaskan, maka harus dipastikan bahwa ujung termometer tercelup pada
larutannya saja, tidak boleh sampai mengenai dasar wadah. Ujung
termometer yang menempel hingga dasar wadah akan memberikan hasil
pengukuran suhu dari panas wadah, bukan suhu larutan.
• Tunggu beberapa saat, kemudian baca skala suhu dengan melihat
ketinggian cairan yang ada dalam termometer.
• Bersihkan termometer setelah selesai digunakan

2. Termometer Badan
Termometer badan ini digunakan untuk mengukur suhu tubuh manusia. Cairan
yang digunakan untuk mengisi adalah air raksa. Skala pada termometer jenis
ini didesain pada rentangan 35oC sampai 42oC, sedikit di atas dan di bawah
suhu rata-rata tubuh manusia, yaitu 37oC. Pada termometer badan jenis digital
(gambar 6.2), suhu tubuh langsung ditampilkan dalam bentuk angka pada
layar display. Pengukuran suhu tubuh yang paling umum dan mudah adalah di
ketiak.
Langkah pengukurannya adalah sebagai berikut.
• Bersihkan ujung termometer
• Letakkan ujung termometer di ketiak, dan jepit dengan erat.
• Tahan termometer hingga berbunyi.
• Keluarkan termometer dan baca hasilnya.
• Bersihkan termometer.

25
Gambar 4.2 Termometer Badan

3. Termometer Tanah (Soil Survey Instrument)


Suhu tanah dapat diukur menggunakan Soil Survey Instrument (Gambar 4.3),
sebuah alat elektrik yang digunakan untuk mengukur suhu, pH dan
kelembaban tanah serta dapat juga digunakan untuk mengukur intensitas
cahaya.

Keterangan gambar :

A. Tombol MODE untuk pilihan


pengukuran pH dan suhu/
kelembaban
B. Tombol power ON/OFF
C. Sensor dari probe
D. Sensor untuk intensitas cahaya
E. Layar display

Gambar 4.3 Soil Survey Instrument

Soil Survey Instrument ini terdiri dari probe pengukuran dengan sensor yang
terdapat pada ujung probe yang terhubung ke pengukuran pembacaan yang
mengukur dan menampilkan parameter yang terukur. Pengukuran suhu
dilakukan dengan menancapkan ujung batang ke dalam tanah.

26
Cara menggunakan Soil Survey Instrument:
• Gemburkan tanah yang akan diukur suhunya
• Tekanlah tombol ON/OFF, untuk menghidupkan
• Tekanlah tombol MODE, pilihlah parameter suhu
• Masukkan probe ke dalam tanah hingga sensor yang ada pada ujung
probe terendam dalam tanah
• Suhu terukur akan tampak pada layar display bersamaan dengan nilai
kelembaban terukur.

4. Termohigrometer
Termohigrometer adalah alat yang digunakan untuk mengukur suhu dan
kelembaban udara.
Cara menggunakan termohigrometer analog
• Letakkan atau gantunglah termohigrometer di tempat yang akan di ukur
suhunya.
• Tunggulah sekitar tiga menit.
• Amati skala yang ada pada termohigrometer analog dimana skala bagian
atas menunjukkan kelembaban, sedangkan skala bagian bawah
menunjukkan suhu udara.

Gambar 4.4 Termohigrometer Analog

27
C. ALAT DAN BAHAN
- Termometer Badan
- Termometer Tanah (Soil Survey Instrument)
- Termohigrometer

D. CARA KERJA
1. Ukurlah suhu badan masing-masing anggota kelompok dengan termometer
digital.
2. Ukurlah suhu dan kelembaban udara menggunakan termohygrometer, di :
a. tempat yang terkena sinar matahari langsung
b. tempat teduh
Ulangi pengukuran sebanyak 3 kali.
3. Ukurlah suhu tanah dengan menggunakan termometer tanah, di :
a. tanah kering
b. tanah agak basah
c. tanah basah
Ulangi pengukuran sebanyak 3 kali

E. DISKUSI
1. Apakah yang dimaksud dengan suhu? Apakah satuan internasional dari besaran
suhu?
2. Jelaskan mengapa skala suhu yang terdapat pada termometer klinis tidak
dimulai dari 00C, tetapi 350C!
3. Bagaimana prinsip kerja termometer batang? Jelaskan!
4. Jelaskan perbedaan antara termometer raksa dan termometer alkohol!

28
KEGIATAN IV
PENGUKURAN PH

A. Tujuan
1. Mahasiswa dapat menjelaskan pengertian pH
2. Mahasiswa dapat menjelaskan pengertian indikator pH
3. Mahasiswa dapat memilih alat pengukur pH yang sesuai untuk menentukan
pH larutan
4. Mahasiswa terampil mengukur pH suatu larutan dengan benar.

B. Teori Dasar
pH atau derajat keasaman digunakan untuk menyatakan tingkat keasaaman
atau basa yang dimiliki oleh suatu zat atau larutan. Tingkat keasaman suatu
larutan tergantung pada konsentrasi ion H+ dalam larutan. Nilai pH sama
dengan negatif logaritma konsentrasi ion H+ yang terlarut. Secara matematis
dapat dituliskan dengan persamaan:
pH = -log [H+]
pOH = - log [OH-]
pH = 14 – pOH
Karena pH dan konsentrasi ion H+ dihubungkan dengan tanda negatif, maka
makin besar konsentrasi ion H+ makin kecil pH.
Nilai pH berkisar dari 0 hingga 14. Suatu larutan dikatakan netral apabila
memiliki nilai pH = 7. Nilai pH > 7 menunjukkan bahwa larutan bersifat basa,
sedangkan nilai pH < 7 menunjukkan larutan bersifat asam.

Indikator sederhana yang dapat digunakan untuk menentukan sifat asam-


basa suatu larutan antara lain kertas lakmus. Warna kertas lakmus dalam
larutan asam, larutan basa, dan larutan bersifat netral berbeda. Perubahan
warna yang dihasilkan pada kertas lakmus disebabkan oleh adanya orchein
(ekstrak lichenes) yang berwarna biru di dalam kertas lakmus. Ada dua macam
kertas lakmus, yaitu lakmus merah dan lakmus biru. Lakmus merah dalam
larutan asam dalam larutan netral berwarna merah, sedangkan dalam larutan
basa berwarna biru. Lakmus biru dalam larutan basa dan dalam larutan netral

29
berwarna biru, sedangkan dalam larutan asam berwarna merah. Kertas lakmus
hanya membedakan larutan yang bersifat asam dari larutan yang bersifat basa,
tetapi tidak untuk menentukan pHnya. Indikator pH yang lain misalnya metil
merah, metil jingga, bromtimol biru, dan fenolftalein.

Pengukuran pH suatu lautan dapat dilakukan dengan menggunakan 1)


indikator universal dan 2) pHmeter. Indikator universal adalah gabungan dari
beberapa indikator. Larutan indikator universal yang biasa digunakan dalam
laboratorium terdiri dari metal jingga (trayek : 2,9-4,0), metal merah (trayek :
4,2-6,3), bromtimol biru (trayek : 6,0-7,6), dan fenolftalein (trayek : 8,3-10,0).
Indikator-indikator itu memberi warna yang berbeda bergantung pada pH
larutan. Indikator universal akan memberikan warna tertentu jika diteteskan
atau dicelupkan ke dalam larutan asam atau basa. Warna yang terbentuk
kemudian dicocokan dengan peta warna standar yang sudah diketahui nilai pH-
nya.
pH cairan dapat diukur menggunakan alat multi parameter tester (Gambar
4.1), sebuah alat elektrik yang digunakan untuk mengukur pH, konduktivitas,
salinitas dan suhu cairan. Multi parameter tester terdiri dari probe pengukuran
(elektroda gelas) yang terhubung ke pengukuran pembacaan yang mengukur
dan menampilkan parameter yang terukur. Pengukuran pH dilakukan dengan
mencelupkan elektroda ke dalam cairan sampel.
Untuk memperoleh hasil pengukuran pH yang tepat, sebelum Multi
parameter tester digunakan, harus dikalibrasi terlebih dahulu dengan
menggunakan standar pH atau sering disebut buffer pH, yaitu larutan yang pH-
nya telah diketahui.
Cara kalibrasi Multi parameter tester adalah sebagai berikut:
1. Tarik penutup Multi parameter tester
2. Tekan tombol ON/OFF untuk menghidupkan
3. Tekan tombol MODE dan pilih parameter pH.
4. Celupkan electrode ± 2-3 cm ke dalam larutan buffer pH 7
5. Tekan tombol CAL untuk proses kalibrasi. Pada layar display akan tampak
indikator CAL. Pada layar display bagian atas akan tampak harga pH pada

30
saat melakukan kalibrasi sebelumnya, sedangkan bagian bawah layar
display menunjukkan harga pH dari larutan buffer yang sedang diukur.
6. Tunggu ± 2 menit sampai harga pH pada layar display stabil, kemudian
tekan HOLD/ENT. Pada bagian atas layar display akan tampak harga pH
dari hasil kalibrasi menggunakan larutan buffer yang sudah kita ukur.
4. Ulangi cara yang sama untuk larutan buffer pH 4 dan larutan buffer 10

Gambar 5.1 Multi parameter tester Gambar 5.2. Soil analyzer - Rapitest

Cara menggunakan Multi parameter tester adalah sebagai berikut.


1. Tekan tombol ON/OFF untuk menghidupkan
2. Tekan tombol MODE dan pilih parameter pH
3. Celupkan electrode ± 2-3 cm ke dalam larutan yang akan diukur, tunggu
beberapa saat
4. Baca hasil pengukuran pH yang tampak pada layar display.
5. Untuk menahan harga pH agar tidak berubah, tekan tombol HOLD/ENT,
untuk mengembalikan kondisi semula, tekan lagi tombol HOLD/ENT

31
6. Bila telah selesai digunakan, tekan OFF untuk mematikan pH meter
pH tanah dapat diukur dengan alat yang disebut alat soil analyzer (4-way
analyzer merek Rapitest) (Gambar 4.2)

Cara menggunakan 4-Way Analyzer untuk Mengukur pH Tanah adalah


sebagai berikut.
1. Bersihkan bagian permukaan tanah yang akan diukur. Gali dan gemburkan
bagian tanah yang akan diukur sedalam ±10-15 cm. Singkirkan bila ada
batu-batu atau daun-daun kering.
2. Basahi tanah dengan sedikit akuades hingga konsistensinya seperti lumpur
3. Pilih menu pH dengan cara memindahkan tombol pada sisi kanan peralatan
4-way analyzer pada posisi paling bawah .
4. Masukkan sensor ke dalam tanah hingga seluruh bagian sensor terbenam.
5. Tunggu kurang lebih 1 menit, kemudian lakukan pembacaan harga pH
6. Setelah selesai digunakan, cucilah probe dengan akuades lalu keringkan.
Catatan: selain digunakan untuk mengukur pH tanah, Soil analyzer merek
Rapitest dapat juga digunakan untuk mengukur kesuburan, intensitas
penyinaran, dan kelembaban tanah.

C. Alat dan Bahan


1. pH meter 10. larutan HCl 0,1 M
2. 4-way analyzer - Rapitest 11. larutan HCl 0,01 M
3. beaker glass 250 ml 12. larutan HCl 0,001 M
4. kertas lakmus merah 13. air minum Aqua
5. kertas lakmus biru 14. akuades
6. indikator pH universal 15. larutan buffer pH 4, 7, 10
7. larutan KOH 0,1 M 16. kertas tissu
8. larutan KOH 0,01 M 17. kertas label
9. larutan KOH 0,001 M

D. Prosedur Kerja:
1. Disediakan:
a. Larutan KOH 0,1 M
b. Larutan KOH 0,01 M

32
c. Larutan KOH 0,001 M
d. Air minum AQUA
e. Larutan HCl 0,1 M
f. Larutan HCl 0,01 M
g. Larutan HCl 0,001 M
Ukurlah pH masing-masing dengan:
• kertas lakmus merah dan biru
• indikator pH universal
• multi parameter tester
Masukkan hasil pengamatan/pengukuran Anda ke dalam tabel.
Catatan:
o Sebelum digunakan untuk mengukur pH larutan, kalibrasilah multi parameter
tester dengan larutan buffer pH 7, 4, dan 10.
o Setiap selesai digunakan untuk mengukur pH suatu larutan, cucilah probe multi
parameter tester dengan akuades, kemudian keringkan dengan tissu, setelah itu
baru dapat digunakan untuk mengukur pH larutan yang lain.

2. Ukurlah pH tanah dengan soil analyzer – Rapitest. Ulangi pengukuran 3


kali.

E. Diskusi:

1. Disediakan: kertas lakmus merah dan biru, larutan fenolftalein, larutan


bromtimol biru, indikator universal, dan pH meter digital (multi parameter
tester)
Manakah yang Anda pilih untuk menentukan pH suatu larutan HCl secara
paling tepat? Jelaskan jawaban Anda!
2. Dari pengujian larutan dengan kertas lakmus, diperoleh data sebagai berikut:
Larutan yang Warna lakmus
diuji Merah Biru
A merah biru
B merah merah
C biru biru
D merah biru
E biru biru
Larutan-larutan manakah yang mengandung ion OH- lebih banyak daripada
ion H+? Jelaskan jawaban Anda!

33
3. Jelaskan prinsip kerja multi parameter tester dalam mengukur pH suatu
larutan!

4. Jelaskan cara menghindari kesalahan pengukuran pH menggunakan multi


parameter tester dan soil analyzer.
5. Jelaskan hubungan antara pH tanah dengan kehidupan tumbuhan.

34
35
KEGIATAN V
PEMBUATAN LARUTAN
DENGAN BERBAGAI SATUAN KONSENTRASI

A. TUJUAN
Diharapkan mahasiswa dapat :
1. Membuat larutan dengan berbagai macam konsentrasi (molaritas,
molaliltas, normalitas, persen berat, persen volume, ppm).
2. Membuat larutan dengan cara pengenceran.
3. Menentukan konsentrasi larutan asam atau basa dengan cara titrasi.

B. TEORI DASAR
1. Satuan konsentrasi
Konsentrasi atau kepekatan larutan adalah banyaknya zat terlarut dalam
suatu larutan. Untuk semua jenis pekerjaan yang berkaitan dengan larutan,
sebaiknya konsentrasi dari suatu larutan diketahui. Ada beberapa cara untuk
menyatakan sejumlah zat terlarut dalam pelarut dari suatu larutan, antara lain
berdasarkan persen, molaritas, molalitas dan normalitas.
a. Persen
Konsentrasi dalam persen menyatakan jumlah satuan berat zat terlarut
dalam suatu larutan.
1) Konsentrasi dengan persen massa
Dalam prakteknya secara umum bila kita ingin membuat larutan encer
(kurang dari 10% zat terlarut) misalnya larutan NaCl 1%, maka 1 gram
NaCl ditambahkan ke dalam 100 ml air. Kenyataannya larutan ini
kurang dari 1%. Akan tetapi bila konsentrasi larutan lebih dari 10%,
kesalahan ini menjadi signifikan sehingga kita perlu menghitung
banyaknya zat terlarut dan pelarut dengan lebih tepat lagi. Untuk
membuat larutan NaCl 10% kita perlu menimbang 10 gram NaCl dan
menambahkan akuades hingga volumenya menjadi 100 ml.
Untuk menentukan persen zat terlarut dari suatu larutan dalam persen
massa digunakan rumus: Persen massa = % x gram larutan

35
2) Konsentrasi dengan persen volume dan pengenceran
Bila zat terlarut dalam fasa cair seperti alkohol maka teknik yang
digunakan adalah volumetrik. Hal ini biasanya dengan teknik
pengenceran. Misalkan kita memiliki alkohol 96% dan menginginkan
alkohol 70%, maka kita mengukur 70 ml alkohol 96% dan
ditambahkan akuades untuk membuat volume total larutan sama
dengan persen alkohol semula (96 ml)
ml zat terlarut
Persen volume = x 100%
ml larutan

b. Molaritas (M)
Larutan 1 molar adalah larutan yang mengandung 1 mol zat terlarut
dalam 1 liter larutan. Satu mol suatu bahan sama dengan massa molekul
relatifnya yang dinyatakan dalam gram. Menyatakan konsentrasi dalam
molaritas cukup mudah dan praktis. Sebagai contoh, apabila ingin
membuat 1 molar (1 mol/liter) NaOH, maka massa 1 mol sama dengan 40
gram bahan, kemudian melarutkan bahan ini ke dalam akuades hingga
volumenya menjadi 1 L.

gram zat terlarut 1000


M = x
Mr ml larutan

atau
mol zat terlarut
M =
L larutan
BM zat terlarut x gram zat terlarut
M =
L larutan

Contoh : Berapa NaOH yang diperlukan untuk membuat 1 molar


larutan NaOH?

BA (berat atom) Na = 23; BA O = 16; BA H = 1


Mr (massa relatif) NaOH = 23 + 16 + 1 = 40
Jadi untuk membuat larutan NaOH 1 molar diperlukan 40 g
NaOH, kemudian di tambahkan akuades sampai menjadi 1
liter.

36
c. Molalitas (m)
Molalitas adalah satuan dari konsentrasi yang menyatakan jumlah mol zat
terlarut yang terdapat pada 1000 gram pelarut.
gram zat terlarut 1000
m = x
Mr gram pelarut

Contoh : 98 g H2SO4 dilarutkan dalam 500 ml larutan, massa jenis


larutan 1,1 g/ml , maka molalitasnya adalah
• Pertama harus dicari g pelarut, dengan cara g larutan
dikurang dengan g zat terlarut.
g larutan = ml larutan x massa jenis larutan

= 500 x 1,1 = 550 g

g pelarut = g larutan – g zat terlarut

= 550 – 98 = 452 g
98 g 1000
m = x = 2,21 mol/kg
98 452 g

d. Normalitas
Larutan 1 normal adalah larutan yang mengandung 1 mol ekivalen per
liter larutan. Satu mol ekivalen adalah jumlah zat ekivalen dengan satu
massa atom hidrogen. Jadi larutan 1 normal dari suatu asam mengandung
satu massa atom hidrogen per liter larutan.
Prinsip umum untuk menghitung ekivalen kimia (mol ekivalen, gram
ekivalen) untuk asam, basa dan garam dari rumusnya, yaitu mol ekivalen
asam sama dengan massa molekul relatifnya dibagi jumlah atom hidrogen
dalam molekul asam yang bisa digantikan oleh suatu logam. Demikian
juga mol ekivalen suatu basa adalah massa molekul relative dibagi jumlah
gugus hidroksil yang dapat digantikan dalam molekul tersebut. Mol
ekivalen garam adalah massa molekul relative dibagi hasil perkalian
jumlah atom molekul logam dikali valensi logam.

gram zat terlarut 1000


N = x
ME ml larutan

37
BM zat atau senyawa
dimana ME =
 H + atau OH - senyawa

Contoh : Untuk membuat 1 L larutan NaOH 0,2 N, maka NaOH yg


diperlukan adalah sebanyak :
gram zat terlarut 1000
N = x
ME ml larutan
BM 40
ME = = = 40
 OH - 1
gram zat terlarut 1000
0,2 = x
40 1000

Massa zat terlarut = 8 g


Jadi untuk membuat 0,2 N larutan NaOH, ditimbang 8 g NaOH
dan ditambah akuades sampai 1 liter

e. ppm (part per million),


ppm digunakan untuk menyatakan konsentrasi dari suatu larutan yang
sangat encer atau memiliki tingkat konsentrasi yang sangat rendah. 1 ppm
sama dengan 1 gram zat terlarut dalam 1.000.000 ml larutan (1 mg zat
terlarut dalam 1 L larutan).
mg zat terlarut
ppm =
L larutan

Pengenceran
Bila kita ingin membuat suatu larutan encer dari suatu larutan pekat yang
hanya diketahui konsentrasinya, maka perhitungan dilakukan dengan
rumus berikut :
Vp x Kp = Ve x Ke
dimana Vp = volume larutan pekat
Ve = volume larutan encer
Kp = konsentrasi larutan pekat
Ke = konsentrasi larutan encer

Contoh : Buatlah larutan HCl 0,5 N sebanyak 100 ml dari larutan


stok HCl 2 N.
Vp x Kp = Ve x Ke
Vp x 2 = 100 x 0,5
Vp x 2 = 50/2 = 25

38
Jadi diambil 25 ml larutan HCl 2N, kemudian ditambahkan
akuades sampai volumenya 100 ml.

2. Titrasi Asam Basa


Reaksi penetralan asam basa dapat digunakan untuk menentukan kadar
larutan asam atau larutan basa. Dalam hal ini sejumlah tertentu larutan asam
ditetesi dengan larutan basa atau sebaliknya, sampai mencapai titik ekivalen
(asam dan basa tepat habis bereaksi). Jika molaritas salah satu larutan (asam
atau basa) diketahui, maka molaritas larutan yang satu lagi dapat ditentukan.
Untuk mengetahui titik ekivalen dapat digunakan suatu indikator.
Indikator itu haruslah berubah warna di sekitar titik ekivalen. Titrasi
(penetesan) dihentikan tepat pada saat indikator menunjukkan perubahan
warna. Oleh karena itu saat perubahan warna indikator, disebut sebagai titik
akhir titrasi.

NaOH 0,1
M

25 ml larutan HCl
+ 3 tetes fenolftalein
Gambar 6.1. Penetapan kadar larutan HCl dengan larutan NaOH 0,1 M.

39
Titik ekivalen ditandai oleh perubahan warna larutan HCl
dari tidak berwarna menjadi merah jambu

Contoh : Menetapkan kemolaran larutan HCl dengan larutan NaOH 0,1 M.


Sebanyak 25 ml larutan HCl dan 3 tetes larutan fenolftalein
ditempatkan dalam sebuah gelas erlenmeyer, kemudian ditetesi
dengan larutan NaOH 0,1 M melalui buret (Gambar 5.1). Penetesan
dilanjutkan hingga larutan berubah warna menjadi merah jambu.
Setelah larutan berwarna merah jambu, penetesan dihentikan dan
volume NaOH yang terpakai dicatat, data ini kemudian digunakan
untuk menentukan kemolaran larutan HCl. Misal volume larutan
NaOH yang terpakai adalah 20 ml
Jumlah mol NaOH = 20 x 0,1 mmol = 2 mmol
HCl (aq) + NaOH (aq) NaCl (aq) + H2O (aq)
Berdasarkan persamaan reaksi diatas,
2 mmol NaOH  2 mmol HCl
2 mmol
M HCl = = 0,08 mol/L
25 ml

C. ALAT BAHAN
ALAT

 Beaker glass 100 ml  Karet penghisap


 Beaker glass 250 ml  Makropipet 5 ; 10 ml
 Gelas ukur 25 ml  Pipa Buret 25 ml
 Gelas ukur 100 ml  Standart + statif
 Labu takar 50 ml  Batang pengaduk
 Labu takar 100 ml  Sendok tanduk
 Erlenmeyer 125 ml  Neraca digital non teknis
 Pipet tetes panjang  Lap meja
 Pipet berskala 10 ml  Corong kaca kecil

40
BAHAN

- NaCl (garam dapur)


- Kristal NaOH
- Larutan HCl 1M
- Larutan NaOH 1M
- Akuades
- Indikator fenolftalein
D. CARA KERJA
1. Pembuatan larutan garam dapur (NaCl)
a. Buatlah 50 ml larutan NaCl dengan konsentrasi 0,5% ; 1%; 1,5% ; 2% ;
2,5% ; 3% .
Uraikan cara pembuatannya!
b. Dari larutan yang telah dibuat pada a), buatlah larutan NaCl 500 ppm
sebanyak 100 ml.
Uraikan cara pembuatannya!
Catatan : Tiap kelompok hanya membuat 1 macam konsentrasi

2. Pembuatan larutan natrium hidroksida (NaOH)


a. Buatlah 100 ml larutan NaOH dengan konsentrasi 3% ; 2,5% ; 2% ; 1,5% ;
1% ; 0,5% .
Uraikan cara pembuatannya!
b. Dari larutan yang telah dibuat pada a), buatlah larutan NaOH 0,1 M
sebanyak 50 ml.
Uraikan cara pembuatannya!
Catatan : Tiap kelompok hanya membuat 1 macam konsentrasi

3. Pengenceran larutan asam klorida (HCl)


a. Buatlah 50 ml larutan HCl dengan konsentrasi 0,1M ; 0,2M ; 0,3M ; 0,4M
; 0,5M ; 0,6 M dari larutan induk HCl 1M.
Uraikan cara pembuatannya!
b. Dari larutan yang telah dibuat pada a), buatlah larutan HCl 0,05 N
sebanyak 50 ml.

41
Uraikan cara pembuatannya!
Catatan : Tiap kelompok hanya membuat 1 macam konsentrasi

4. Penentuan konsentrasi larutan melalui titrasi.


a. Penentuan konsentrasi larutan asam klorida (HCl)
▪ Bilas buret dengan akuades, kemudian bilas kembali dengan larutan
natrium hidroksida (NaOH) 1M yang akan digunakan.
▪ Isi buret dengan larutan NaOH 1M
▪ Catat volume awal larutan NaOH dengan membaca skala pada
miniskus bawah larutan.
▪ Pindahkan 10 ml larutan asam klorida yang belum diketahui
konsentrasinya ke dalam erlenmeyer.
▪ Tambahkan 3 tetes indikator fenolftalein ke dalam larutan tersebut.
▪ Titrasi larutan dalam erlenmeyer dengan larutan NaOH di dalam buret
hingga terjadi perubahan warna.
▪ Hentikan titrasi begitu terjadi perubahan warna.
▪ Catat volume NaOH yang terpakai
▪ Lakukan titrasi sebanyak 2 kali.
b. Penentuan konsentrasi larutan natrium hidroksida (NaOH)
▪ Bilas buret dengan akuades, kemudian bilas kembali dengan larutan
HCl 1M yang akan digunakan.
▪ Isi buret dengan larutan HCl 1M.
▪ Catat volume awal larutan HCl dalam buret.
▪ Pindahkan 10 ml larutan NaOH yang belum diketahui konsentrasinya
ke dalam erlenmeyer.
▪ Tambahkan 2-3 tetes indikator fenolftalein kedalam larutan tersebut.
▪ Titrasi larutan dalam erlenmayer dengan larutan HCl 1M di dalam
buret hingga terjadi perubahan warna.
▪ Hentikan titrasi begitu terjadi perubahan warna.
▪ Catat volume HCl yang terpakai
▪ Lakukan titrasi sebanyak 2 kali.

42
E. DISKUSI
Jawablah pertanyaan-pertanyaan di bawah ini!
1. Apabila tersedia larutan H2SO4 1 N
a. Berapa volume H2SO4 1 N yang diperlukan dan berapa volume
akuades yang harus ditambahkan jika akan dibuat 50 ml larutan
H2SO4 0,25 M ?
b. Bagaimana membuat larutan tersebut dengan cara yang benar?
c. Dari larutan yang telah saudara buat, bagaimana cara membuat 100 ml
H2SO4 0,05 N ?
2. Dari larutan induk HCl 4%
a. Bagaimana membuat 200 ml larutan HCl 200 ppm ?
b. Bagaimana membuat larutan tersebut dengan cara yang benar?

43
KEGIATAN VII
PENGGUNAAN CENTRIFUGE

A. Tujuan
Mahasiswa diharapkan dapat:
1. menjelaskan prinsip kerja centrifuge
2. menjelaskan kegunaan centrifuge
3. mengoperasikan penggunaan centrifuge dengan benar.

B. Teori Dasar
Centrifuge (sentrifus, alat pemusing) adalah suatu alat untuk
memisahkan campuran materi yang berbeda massa jenisnya berdasarkan
gaya sentrifugal. Suatu benda yang mengalami gerak putar akan
mendapatkan gaya sentipetal (gaya ke arah pusat) yang sama kuatnya
dengan gaya sentrifugal (gaya ke arah luar). Pengaruh gaya sentrifugal
mirip gaya gravitasi.
Cara kerja dari centrifuge adalah memanfaatkan gaya centrifugal yang
ditimbulkan oleh adanya putaran rotor. Dengan menggunakan centrifuge
akan dihasilkan gaya sentrifugal yang sangat besar, sehingga faktor
gravitasi akan diperbesar, akibatnya proses pengendapan dipercepat dan
partikel-partikel dapat dipisah-pisahkan. Partikel yang memiliki bobot
paling besar akan menempati bagian tabung yang paling bawah.
Gaya sentrifugal menyebabkan partikel-partikel menuju dinding tabung
dan terakumulasi membentuk endapan. Partikel yang mempunyai massa
jenis paling besar akan menempati bagian tabung paling dasar. Suatu
suspensi yang diputar dengan centrifuge dengan kecepatan tertentu dalam
waktu tertentu akan memisah menjadi dua bagian, yaitu bagian endapan
(biasa disebut pellet), dan bagian beningan (biasa disebut supernatant).
Pada dasarnya centrifuge terdiri dari rotor yang diputarkan oleh suatu
motor penggerak. Terdapat dua macam rotor. Macam pertama adalah rotor
sudut (angle rotor), yang memegang tabung dengan sudut yang tetap,

44
misalnya 35o (Gambar 7.1). Macam yang kedua adalah rotor ayun (swing
rotor), mempunyai tabung logam yang tergantung, tempat meletakkan
tabung sentrifuge (Gambar 7.2). Pada waktu rotor ayun berputar, tabung
akan terayun hingga mencapai posisi horizontal.

Gambar 7.1 Sentrifus tangan (dengan rotor ayun)

Gambar 7.2 Sentrifus dengan rotor sudut

45
Besarnya gaya sentrifugal pada centrifuge tergantung dari kecepatan
putar dan radius dari lingkarannya, dapat dirumuskan sebagai berikut:
Fc = m 4 π2N2 R
Dimana: m = massa objek yang disentrifugasi
N = kecepatan putar per detik
= revolution per minute (rpm)/60
R = radius (jarak objek dari sumbu rotasi)

Sehubungan dengan centrifuge, besarnya gaya sentrifugal relatif


(relative centrifugal force (RCF) merupakan harga yang lebih bermanfaat,
yang penting untuk menentukan kecepatan pengendapan. RCF biasanya
dinyatakan dalam sekian kali gravitasi atau sekian kali g.

Fc m 4 π2 N2 R 4 π2 N2 R
RCF = = =
Fg m g g

Penggunaan Sentrifuge Secara Benar:


• Jumlah tabung yang digunakan harus genap dan diletakkan saling
berhadapan.
• Pada saat sentrifuge berputar, jangan dihentikan dengan tangan.
• Centrifuge dengan ligatan tinggi harus disertai dengan pendingin yang
menjaga agar larutan yang diputar tidak terpengaruh.
• Rumah tabung harus disertai dengan beban karet agar tabung tidak
mudah pecah
• Rotor harus membuat putaran yang konstan.
Terdapat tiga macam centrifuge, yaitu (1) centrifuge sederhana,
dengan ligatan sampai 7.000 kali per menit, (2) centrifuge ligatan tinggi,
dengan ligatan di atas 7.000 kali per menit, dan (3) ultracentrifuge, dengan
ligatan 60.000 kali per menit.

Cara Menggunakan Centrifuge

1. Sambungkan stop kontak centrifuge ke stavolt bersumber 220 Volt

46
2. Buka penutup centrifuge
3. Cek kebersihan bagian dalam alat
4. Masukkan sampel ke dalam tabung dengan volume yang sama antar
tiap-tiap tabung
5. Masukkan tabung yang telah diisi dengan sampel kedalam sentrifuge
sebanyak 2/4/6/12 buah
6. Tutup kembali centrifuge
7. Tekan tombol kecepatan yang diinginkan (rpm)
8. Tekan tombol waktu yang diinginkan (menit)
9. Tunggu sampai sentrifuge benar-benar berhenti, baru centrifuge dapat
dibuka dan sampel dapat dikeluarkan
 Setelah pemakaian pertama, istirahatkan centrifuge selama 15 menit baru
kemudian dapat digunakan untuk pemakaian kedua.
• Matikan tombol power.

C. Alat dan Bahan


1. centrifuge manual
2. centrifuge elektrik Hettich
3. tabung centrifuge
4. neraca digital
5. beaker glass 600 ml
6. gelas ukur 100 ml
7. pipet tetes
8. batang pengaduk
9. amilum
10. air

D. Prosedur Kerja:
1. Buatlah suspensi amilum 10% sebanyak 500 ml.
2. Timbanglah tabung centrifuge kosong menggunakan neraca digital.
3. Isilah tabung centrifuge dengan 15 ml suspensi amilum yang sebelumnya
telah diaduk rata, tutup rapat-rapat.

47
4. Putarlah tabung centrifuge + isinya dengan centrifuge manual selama 2
menit
5. Amati dan catat keadaan supernatannya (jernih atau keruh).
6. Buanglah supernatannya dengan hati-hati, jangan sampai terikut
pelletnya. Timbanglah tabung beserta pelletnya. Hitunglah bobot
pelletnya.
7. Lakukan percobaan dengan langkah seperti di atas untuk:

Waktu Keadaan Bobot Bobot Bobot


No Jenis centrifuge rpm putar supernatan tabung tabung + pelet
(menit) kosong (g) pelet (g) (g)
1 centrifuge manual 2
2 centrifuge manual 4
3 centrifuge Hettich 2000 2
4 centrifuge Hettich 2000 4
5 centrifuge Hettich 4000 2
6 centrifuge Hettich 4000 4

Catatan: Setiap kali akan mengganti suspensi amilum, cuci tabung centrifuge
bersih-bersih!

E. Diskusi:
1. Jelaskan prinsip kerja centrifuge dalam percobaan yang telah Anda lakukan!
2. Jelaskan hubungan antara kecepatan putar centrifuge, waktu putar dan bobot
pellet yang terbentuk!
3. Manakah yang lebih cepat menghasilkan pengendapan, centrifuge dengan
rotor sudut ataukah dengan rotor ayun? Jelaskan alasan Anda!
4. Sebutkan dan jelaskan macam dan fungsi alat centrifuge yang anda ketahui
(minimal 3)!

48
KEGIATAN VIII

PEMISAHAN PIGMEN-PIGMEN DAUN DENGAN TEKNIK


KROMATOGRAFI KERTAS

A. TUJUAN
Mahasiswa diharapkan dapat:
1. mengekstraksi pigmen-pigmen yang terdapat dalam daun dengan teknik
kromatografi kertas
2. mengidentifikasi pigmen-pigmen yang terdapat dalam daun hijau.

B. TEORI DASAR
Pemisahan molekul-molekul dari bahan biologis merupakan bagian
penting dalam penelitian biokimia, sering berupa isolasi molekul- molekul dari
suatu campuran komponen dengan sifat yang sangat mirip. Teknik pemisahan
molekul menggunakan perbedaan sifat-sifat fisik dasar dari molekul, misalnya
ukuran, bentuk, massa, muatan, berkaitan dengan: sifat kelarutan dan sifat
absorpsinya. Dasar metode pemisahan – meliputi perbedaan interaksi antara 3
komponen, yaitu 1) zat padat terlarut (molekul yang dipisahkan), 2) pelarut
(fase mobil = fase gerak), dan 3) fase padat (fase statis = fase diam).
Salah satu metode pemisahan molekul-molekul dari bahan biologis adalah
adalah secara kromatografi. Kromatografi berasal dari bahasa Yunani
‘kromatos’ yang berarti warna dan ‘graphos’ yang berarti menulis. Secara
umum kromatografi adalah suatu proses migrasi differensiasi, dimana
komponen-komponen sampel ditahan secara selektif oleh fase diam. Mula-
mula metode ini hanya digunakan untuk memisahkan zat-zat yang mempunyai
warna saja, yaitu pigmen-pigmen tetapi mulai tahun 1930-an kromatografi juga
digunakan untuk memisahkan zat-zat yang tidak berwarna. Metode
kromatografi menggunakan tiga prinsip, yaitu: 1) kelarutan (kecenderungan
suatu molekul untuk larut dalam cairan), 2) absorpsi (kecenderungan suatu
molekul untuk bertaut dengan bahan padat), dan 3) volatilitas (kecenderungan
suatu molekul untuk menguap). Dalam kromatografi, senyawa-senyawa yang

49
akan dipisahkan ditempatkan dalam situasi yang dinamik (gerak) – dialirkan
dalam suatu sistem kromatografi. Perlu dilakukan pemilihan fase gerak dan
fase diam sehingga semua komponen harus dapat gerak dengan kecepatan yang
berbeda-beda. Fase gerak mengalir melalui fase diam dan membawa
komponen-komponen yang terdapat dalam campuran. Komponen-komponen
yang berbeda gerak pada laju yang berbeda.
Kromatografi kertas merupakan salah satu bagian dari tehnik
pemisahan kromatografi yang paling klasik dan sederhana. Tehnik pemisahan
kromatografi kertas didasarkan pada prinsip adsorpsi fase diam terhadap fase
gerak, dimana yang menjadi fase diamnya adalah kertas Whatman yang khusus
untuk kromatografi yang mengandung serat selulosa, sedangkan yang menjadi
fase geraknya (mobile) adalah eluen yang merupakan pelarut organik. Fase
gerak mengalir melalui fase diam dan membawa komponen-komponen dari
campuran bersama-sama. Komponen-komponen yang berbeda akan bergerak
pada laju yang berbeda pula.
Daun yang berwarna hijau sebenarnya mengandung beberapa macam
pigmen, antara lain klorofil a (hijau tua), klorofil b (hijau muda), xantofil
(kuning), dan karoten (jingga). Klorofil merupakan pigmen hijau
tumbuhan dan merupakan pigmen yang paling penting dalam proses
fotosintesis. Untuk mengetahui bahwa warna hijau dalam daun adalah hasil
campuran beberapa pigmen maka digunakan metode untuk memisahkan
pigmen-pigmen yang terdapat pada daun. Kelarutan pigmen-pigmen daun
dalam pelarut organik berbeda-beda, sehingga dapat dipisahkan dengan teknik
kromatografi kertas. Adanya perbedaan kelarutan pigmen dalam eluat pada saat
elusi menyebabkan terjadinya pemisahan komponen-komponen pigmen.
Pigmen yang mempunyai kelarutan tertinggi dalam eluat akan mengikuti
pergerakan eluat sepanjang kertas kromatografi sampai jarak yang paling jauh.
Selama pergerakan bersama fase gerak (eluat), solute (pigmen) akan dihambat
atau diadsorpsi oleh fase diam. Besarnya hambatan tersebut dinyatakan dengan
nilai Rf (Retardation factor) dengan rumus:
ds
Rf =
de

Keterangan: - ds= jarak yang ditempuh solut (pigmen)

50
- de= jarak yang ditempuh eluat (pelarut organik)

Rf merupakan ukuran adsorpsibilitas suatu solut, nilainya selalu < 1. Nilai Rf


merupakan karakteristik suatu zat atau senyawa. Zat tersebut dapat
diidentifikasi berdasarkan harga Rfnya – dibandingkan dengan harga Rf
standar dari literatur.

C. Alat dan Bahan


1. mortar dan pistil 10. pipet tetes
2. corong pemisah 11. pipa kapiler
3. beaker glass 250 ml 12. penggaris
4. pisau 13. daun berwarna hijau
5. gelas ukur 10 ml, 100 ml 14. aseton
6. gelas arloji 15. petroleum eter
7. tabung reaksi bertutup 16. kertas saring
8. rak tabung reaksi 17. kertas kromatografi
9. corong kaca 18.akuades

D. CARA KERJA
1. Timbanglah 5 gram daun yang berwarna hijau, iris-irislah kemudian
geruslah dengan mortar dan pistil sampai halus.
2. Tambahkan 30 ml aseton pada daun tersebut sambil terus digerus.
3. Saringlah suspensi daun ke dalam corong pisah, tambahkan 10 ml petroleum
eter dan kocoklah.
4. Tambahkan 10 ml akuades ke dalam corong pisah, kocok lalu diamkan
beberapa saat sampai memisah, keluarkan akuades dengan memutar kran
corong pemisah. Ulangi proses pencucian ini 3-4 kali sampai tidak berbau
aseton.
5. Keluarkan larutan pigmen daun dari corong pisah, tampunglah dalam gelas
arloji dan biarkan menguap.
6. Siapkan campuran eluat (1 ml aseton dan 9 ml petroleum eter) ke dalam
tabung reaksi, kocok sampai homogen. Ambil 1 ml eluat, masukkan dalam

51
tabung reaksi yang digunakan sebagai ruang elusi. Tutuplah tabung supaya
jenuh dengan uap eluat.
7. Siapkan kertas kromatografi (17x1,2 cm), lancipkan bagian ujung
bawahnya. Buatlah garis dengan pensil, garis pertama pada jarak 1 cm dari
ujung bawah kertas, garis kedua pada jarak 12 cm dari garis pertama.
8. Ambillah pigmen yang telah agak mengering dengan pipa kapiler, kemudian
buatlah spot pigmen pada bagian tengah garis pertama di kertas
kromatografi.
9. Masukkan kertas kromatografi ke dalam tabung reaksi yang telah jenuh
dengan uap eluat, hati-hati jangan sampai spot pigmen tersentuh eluat,
kemudian tutuplah tabung reaksi.
10. Letakkan tabung reaksi pada rak tabung. Biarkan eluat gerak pada kertas
kromatografi. Jika eluat telah mencapai garis kedua, hentikan elusi dan
keluarkan kerta dari tabung.
11. Amati warna-warna pigmen yang tampak pada kertas, ukurlah ds masing-
masing pigmen dan hitunglah Rf masing-masing.
12. Bandingkan harga Rf yang diperoleh dengan literatur.
13. Tentukan macam pigmen yang ditemukan pada daun berdasarkan harga
Rfnya.

E. DISKUSI
1. a. Jelaskan peran masing-masing komponen dalam kromatografi kertas yang
Saudara lakukan!
b. Jelaskan interaksi antar komponen dalam kromatografi kertas!
2. Jelaskan mengapa ruang tabung elusi harus dijenuhkan dulu dengan uap
eluat!
3. Mengapa eluat tidak boleh menyentuh spot pada saat awal elusi? Jelaskan!
4. Masalah-masalah apa yang saudara jumpai dalam melakukan praktikum
kromatografi kertas? Jelaskan bagaimana solusi terhadap masalah tersebut!

52
53
KEGIATAN IX
PENENTUAN KADAR KLOROFIL DENGAN SPEKTROFOTOMETER

F. TUJUAN
Mahasiswa diharapkan dapat:
 Mengoperasikan spektrofotometer dengan benar
 Mengukur kadar klorofil pada daun dengan menggunakan
spektrofotometer

G. TEORI DASAR
Spektrofotometer merupakan alat yang digunakan untuk mengukur kadar
zat terlarut dalam suatu larutan. Prinsip kerja alat ini berdasarkan serapan
cahaya (absorbansi) monokromatik oleh zat terlarut. Sinar monokromatik
yang melewati suatu larutan akan diabsorbsi dan menghasilkan suatu nilai
absorbansi, kemudian ditransmisikan dengan nilai transmitansi tertentu.
Kadar suatu larutan dapat ditentukan secara spektrofotometrik
berdasarkan hukum Lambert – Beer.
Hukum Lambert: apabila suatu sinar monokromatik dilewatkan melalui
medium pengabsorpsi maka intensitasnya menurun secara eksponensial sesuai
dengan dengan panjang medium tersebut .
Hukum Beer: Apabila suatu sinar monokromatik dilewatkan melalui medium
pengabsorpsi maka intensitasnya menurun secara eksponensial sesuai dengan
peningkatan konsentrasi medium tersebut. Bila konsentrasi larutan tinggi,
maka nilai absorbansi tinggi dan nilai transmitansi rendah.
Untuk penggunaan analisis kimia peristiwa absorbansi merupakan dasar
dari spektroskopi. Prosedur dasar dalam analisa kuantitatif secara
spektroskopi adalah membandingkan absorbansi energi radiasi sinar
monokromatik dengan panjang gelombang tertentu oleh larutan cuplikan
dengan suatu larutan standar, atau dengan larutan blanko.
Proses absorbansi bersifat spesifik atau khas untuk setiap zat kimia.
Setiap zat mempunyai absorbansi maksimal pada gelombang tertentu. Sebagai

53
contoh, klorofil merupakan salah satu macam pigmen pada tumbuhan.
Terdapat bermacam-macam klorofil diantaranya klorofil a dan klorofil b. Daun
dari suatu tanaman yang umurnya berbeda biasanya mempunyai kadar klorofil
yang berbeda pula. Kadar klorofil ini dapat ditentukan secara
spektrofotometrik berdasarkan hukum Lambert-Beer dengan mengukur nilai
absorbansinya pada panjang gelombang 649 dan 665 nm.

Cara Menggunakan Spektrofotometer tipe SPECTRONIC 21 D


▪ Hidupkan peralatan spektrofotometer dengan cara memutar tombol power ON
dan membiarkan terlebih dahulu sekitar 15 menit sebelum digunakan agar
bagian optical system , yaitu sumber cahaya, phototube dan detector mencapai
keadaan stabil.
(alat tidak boleh langsung dihubungkan dengan sumber arus, tetapi melalui
stavolt)
▪ Pilihlah panjang gelombang yang diperlukan untuk pengukuran dengan cara
memutar knob yang tersedia
Untuk  340-599 , knob diputar ke kiri
Untuk  600-950 , knob diputar ke kanan
▪ Aturlah mode tampilan pada TRANSMITTANCE dengan cara menekan
tombol mode hingga LED disamping tulisan “transmittance” bercahaya
▪ Selanjutnya sesuaikan angka pada tampilan dengan cara memutar power
switch/ zero control, hingga pada tampilan bernilai 0% T
(tempat cuplikan pada adapter harus kosong & tertutup)
▪ Isilah kuvet dengan pelarut blanko, mengusap kuvet dengan tissue untuk
menghilangkan cairan yang menetes, debu atau sidik jari, kemudian kuvet
tempatkan pada ruang adapter (tanda garis putih pada kuvet diletakkan
berhadapan dengan garis penunjuk pada adapter) , tekan bagian permukaan
kuvet perlahan, kemudian ditutup.
▪ Tekanlah tombol MODE – TRANSMITTANCE, dengan memutar knob
transmmitance sehingga menunjukkan nilai 100% T
▪ Tekanlah tombol MODE – ABSORBANCE, dengan memutar knob
absorbansi sehingga menunjukkan nilai 0.0 A

54
▪ Keluarkan kuvet blanko dari adapter
▪ Masukkan sampel ke dalam kuvet dan bersihkan kuvet tersebut dengan
menggunakan tissue, kemudian masukkan ke dalam ruang adapter, lalu
tutuplah ruang adapter.
▪ Lakukan pembacaan pada %T atau A
▪ Keluarkan kuvet sampel
▪ Setelah pengukuran selesai, putar tombol Power Switch berlawanan arah
jarum jam sampai bunyi klik.

H. ALAT DAN BAHAN


ALAT

 Spektrofotometer  Gelas ukur 50 ml


Spectronic 21 D  Corong kaca
 Kuvet  Pipet tetes panjang
 Rak kuvet  Batang pengaduk
 Pipet berskala 10 ml  Neraca digital non analitik
 Karet penghisap  Tissue
 Beaker glass 250 ml  Lap meja
 Mortal dan pistil

BAHAN

 Daun muda
 Daun tua
 Kertas saring
 Alkohol 96%
 Akuades

D. PROSEDUR KERJA

Mengukur kadar klorofil daun

55
1. Timbang 0,2 g daun, potong kecil-kecil kemudian gerus dengan mortar &
pistil
2. Tambahkan 10 ml alkohol 96%, kemudian saring ekstrak klorofil,
masukkan dalam gelas ukur 50 ml, jika ekstrak belum mencapai 20 ml
tambahkan alkohol 96% sampai 20 ml.
3. Setelah blanko diatur absorbansinya 0, ukur absorbansi larutan ekstrak
klorofil pada panjang gelombang () 649 & 665 nm
4. Catat absorbansinya dan hitung kadar klorofil dengan rumus dari
Wintermans & de Mots :
Klorofil a (mg/l = 13,7 (OD665) – 5,76 (OD 649)
Klorofil b (mg/l) = 25,8 (OD649) – 7,7 (OD 665)
Klorofil total (mg/l) = 20 (OD649) + 6,1 (OD 665)
Keterangan : OD (Optical Density) adalah nilai absorbansi klorofil

Absorbansi pada  Kadar klorofil (mg/lt)


Umur Daun
649 665 a b total
Muda
Tua

E. ANALISIS DATA
a. Setiap ekstrak diukur absorbansinya dengan pengulangan 2 kali
b. Hitung rerata kadar klorofil a, b dan total pada setiap umur daun
c. Bandingkan kadar klorofil pada umur daun yang berbeda

F. DISKUSI
Jawablah pertanyaan-pertanyaan berikut !
1. Mengapa blanko yang digunakan pada percobaan ini adalah alkohol 96%?
2. Jelaskan mengapa sebelum mengukur absorbansi ekstrak, blanko diukur
absorbansinya dan dibuat nilai absorbansinya 0 (T 100%)?
3. Mengapa ekstrak klorofil diukur pada panjang gelombang 665 dan 649
nm?

56

Anda mungkin juga menyukai