Anda di halaman 1dari 4

Nomor : 9.E/MB.07/DBT.

KP/2022 11 Desember 2022


Sifat : Segera
Lampiran : 1 (satu) Berkas
Perihal : Peningkatan Kewaspadaan Dalam Upaya Pencegahan Kecelakaan
Tambang

Yang terhormat,
Kepala Teknik Tambang (KTT)
Perusahaan Pertambangan Mineral dan Batubara
di
Seluruh Indonesia

Sehubungan dengan telah terjadinya 5 (lima) kasus kecelakaan tambang yang


mengakibatkan 14 (empat belas) pekerja tambang meninggal dunia pasca
diterbitkannya Surat Edaran Direktur Teknik dan Lingkungan Minerba/
Kepala Inspektur Tambang nomor B-6832/MB.07/DBT.KP/2022 tanggal
22 November 2022 perihal Edaran tentang Peningkatan Pengelolaan Keselamatan
Pertambangan dan nomor 8.E/MB.07/DBT.KP/2022 tanggal 4 Desember 2022
tentang Peningkatan Kinerja Pengelolaan Keselamatan Pertambangan dalam
Mencegah Terjadinya Kecelakaan, dengan ini kami sampaikan hal-hal sebagai
berikut:
1. Lima kasus kecelakaan tambang berakibat mati tersebut diakibatkan hal-hal
sebagai berikut:
a. Satu kasus yang mengakibatkan 10 (sepuluh) orang pekerja tambang
meninggal dunia terjadi akibat ledakan tambang batubara bawah tanah yang
masih dalam proses investigasi oleh Inspektur Tambang;
b. Dua kasus yang mengakibatkan 2 (dua) orang pekerja tambang meninggal
dunia akibat tertimbun oleh longsoran material dinding tambang. Dimana
berdasarkan 1 (satu) kasus tersebut yang telah selesai diinvestigasi
ditemukan pengupasan overburden secara undercutting, pekerjaan tidak
aman dilakukan untuk mengejar target produksi bulanan dan akhir tahun,
pekerjaan tidak dihentikan ketika kondisi area tidak aman. Pekerja
mengoperasikan unit tanpa KIMPER dan hanya didasari pengalaman kerja
terdahulu. Pelaksanaan pekerjaan dilakukan tidak sesuai dengan SOP dan
tidak menggunakan alat keselamatan, tidak adanya upaya perbaikan terhadap
kejadian longsoran yang sebelumnya pernah terjadi, dan geometri lereng
penambangan tidak mengikuti rekomendasi kajian geoteknik, pengawas
melakukan pekerjaan yang bukan merupakan tugas dan tanggung jawabnya,
tidak tersedianya personil sesuai dengan kebutuhan operasional, kurangnya
pemahaman pekerja terhadap kondisi bahaya dan belum dilakukan identifikasi
bahaya, penilaian dan pengendalian risiko pada semua pekerjaan, lemahnya

Dokumen ini telah ditandatangani secara elektronik menggunakan sertifikat elektronik yang diterbitkan oleh BSrE
komunikasi dan koordinasi antar departemen terkait. Satu kasus lainnya
masih dalam proses investigasi oleh Inspektur Tambang;
c. Satu kasus yang mengakibatkan 1 (satu) orang pekerja tambang meninggal
dunia akibat terjepit diantara belt conveyor dan counterweight pulley pada
saat melakukan perbaikan counterweight pulley. Dimana ditemukan
pekerjaan tersebut belum memiliki JSA sehingga pekerja bekerja dengan cara
kerja dan posisi yang tidak aman dan belum memahami bahaya pekerjaan,
area kerja yang tidak memadai, tidak adanya komunikasi dan koordinasi antar
tim yang bekerja serta para pekerja tidak memahami pentingnya komunikasi
antar tim, pengawas berinisiatif mengubah rencana kerja untuk percepatan
pekerjaan tanpa mempertimbangkan aspek keselamatan, dan tidak adanya
daftar periksa yang pasti dan terukur untuk pemeriksaan rutin instalasi belt
conveyor; dan
d. Satu kasus yang mengakibatkan 1 (satu) orang pekerja tambang yang
merupakan operator dump truck meninggal dunia akibat unit yang tidak layak
(rem tidak berfungsi) tetap dioperasikan dan kemudian menabrak dump truck
yang berada di depannya, ketika unitnya akan rebah, operator melompat dari
unitnya sehingga tertimpa oleh dump truck dan muatan batubara. Dimana
ditemukan unit yang tidak layak tidak dilaporkan kepada pengawas atau
mekanik dan tetap digunakan, ganjal ban (wheelchock) yang tidak sesuai,
motivasi keliru operator untuk mengejar jumlah ritase, tidak adanya sosialisasi
SOP/JSA kepada pekerja sebelum dilakukannya pekerjaan, komisioning
dan/atau kelayakan unit dilakukan oleh pekerja yang tidak berkompeten,
lemahnya penegakan aturan internal keselamatan pertambangan
perusahaan, kurangnya pengawasan terhadap pekerjaan yang sedang
dilakukan dan terhadap kontraktor yang bekerja.

2. Kecelakaan tambang berakibat mati yang disebutkan pada angka 1 (satu)


di atas seharusnya dapat dicegah apabila perusahaan-perusahaan tersebut
sudah melaksanakan perintah yang sudah kami sampaikan secara benar
dan konsisten dalam surat nomor B-6832/MB.07/DBT.KP/2022 dan nomor
8.E/MB.07/DBT.KP/2022.

3. Untuk memastikan bahwa kecelakaan yang sama tidak terjadi kembali, maka kami
minta kepada Sudara untuk mememastikan bahwa perusahaan Saudara dan Mitra
Kerja sudah menindaklanjuti surat nomor B-6832/MB.07/DBT.KP/2022 dan nomor
8.E/MB.07/DBT.KP/2022 khususnya terkait hal-hal sebagai berikut:
a. Dilarang melakukan pekerjaan tidak aman dengan tujuan apapun termasuk
dalam rangka mengejar target produksi bulanan dan akhir tahun;
b. Dilarang melakukan pekerjaan apabila kondisi area tidak aman, belum
dilakukan penilaian dan pengendalian risiko, pekerjaan yang dilakukan tidak
sesuai dengan SOP/JSA dan pekerja tidak menggunakan alat keselamatan
serta pekerja belum memahami bahaya pekerjaan;
c. Pengawas dan semua pekerja dilarang melakukan pekerjaan yang bukan
merupakan tugas dan tanggung jawabnya;

Dokumen ini telah ditandatangani secara elektronik menggunakan sertifikat elektronik yang diterbitkan oleh BSrE
d. Memastikan area kerja memadai diantaranya meliputi keleluasaan area kerja,
iklim kerja, dan pencahayaan;
e. Melakukan sosialisasi SOP/JSA, dan pengendalian bahaya kepada pekerja
sebelum dilakukannya pekerjaan;
f. Setiap pekerja wajib melakukan komunikasi dan koordinasi antar tim yang
bekerja;
g. Menyediakan personil sesuai dengan kebutuhan operasional dan kompetensi;
h. Dilarang mengubah rencana kerja untuk percepatan pekerjaan tanpa
mempertimbangkan aspek keselamatan;
i. Dilarang melakukan penambangan secara undercutting;
j. Pembentukan geometri lereng penambangan wajib mengikuti rekomendasi
kajian geoteknik;
k. Memastikan adanya perbaikan dari ketidaksesuaian yang telah terjadi seperti
upaya perbaikan pasca kejadian longsoran;
l. Dilarang menggunakan unit yang tidak layak dioperasikan;
m. Pekerja yang mengoperasikan unit wajib memiliki KIMPER;
n. Membuat daftar periksa yang pasti dan terukur untuk pemeriksaan rutin
sarana, prasarana, instalasi, dan peralatan pertambangan;
o. Menyediakan ganjal ban (wheelchock) yang memadai;
p. Melaksanakan komisioning dan/atau kelayakan unit oleh tenaga teknis yang
berkompeten;
q. Menegakkan aturan internal Keselamatan Pertambangan Perusahaan; dan
r. Meningkatkan pengawasan terhadap pekerjaan yang sedang dilakukan dan
terhadap mitra kerja yang bekerja.

4. Selain itu berdasarkan hasil evaluasi terhadap kasus kecelakaan yang telah
terjadi, kami minta kepada Saudara untuk melaksanakan juga hal-hal sebagai
berikut:
a. Melarang penggunaan sistem ritase yang berpotensi menyebabkan motivasi
keliru dari operator dalam mengejar jumlah ritase;
b. Memastikan seluruh hasil inspeksi baik secara internal maupun oleh Inspektur
Tambang sudah ditindaklanjuti;
c. Bagian K3 Pertambangan agar meningkatkan kontribusi dalam memberikan
masukan data mengenai area dan kegiatan yang memerlukan pengawasan
yang lebih ketat dengan maksud untuk memberi saran kepada KTT tentang
tata cara kerja dan penggunaan alat-alat deteksi serta alat-alat pelindung diri;
dan
d. Untuk tambang batubara bawah tanah agar memastikan ventilasi tambang
dapat berfungsi dengan baik sehingga kandungan gas metanaa (fire damp)
tidak lebih dari 0,25% (nol koma dua lima persen) setiap saat di bagian
manapun di bawah tanah.

Dokumen ini telah ditandatangani secara elektronik menggunakan sertifikat elektronik yang diterbitkan oleh BSrE
Demikian kami sampaikan untuk dipedomani dan dilaksanakan oleh Saudara
dan Penanggung Jawab Operasional (PJO) di perusahan Saudara. Atas perhatian
Saudara, diucapkan terima kasih.

Direktur Teknik dan Lingkungan/


Kepala Inspektur Tambang

Ditandatangani secara elektronik

Sunindyo Suryo Herdadi

Tembusan:
1. Direktur Jenderal Mineral dan Batubara
2. Direktur Pembinaan Pengusahaan Mineral
3. Direktur Pembinaan Pengusahaan Batubara
4. Direksi Perusahaan Pertambangan Mineral dan Batubara di Seluruh Indonesia
5. Direksi Perusahaan Jasa Pertambangan Mineral dan Batubara di Seluruh Indonesia
6. Penanggung Jawab Operasional Perusahaan Jasa Pertambangan Mineral dan
Batubara

Dokumen ini telah ditandatangani secara elektronik menggunakan sertifikat elektronik yang diterbitkan oleh BSrE

Anda mungkin juga menyukai