Anda di halaman 1dari 9

WALL’S The Heart Brand

(Unilever)

Sejarah Wall’s

Pada tahun 1786 seorang pria bernama Richard Wall membuka kios daging di Pasar St
James, London. Wall mndapatkan reputasi yg baik sbagai seorang tukang daging sehingga ia
dikenal banyak orang pada masanya. Bahkan pda tahun 1812, Wall menerima Penghargaan
Royal pertama oleh Pangeran George, Prince of Wales sebagai “penyedia bahan daging”
terbaik. Bisnis daging Wall semakin meledak pada tahun 1824.Ia pun pindah ke gedung baru
yang lebih besar di 113 Jermyn Street,London .Namun beberapa tahun setelah itu, Richard
Wall meninggal dunia, meninggalkan istri bernama Ann Wall dan anaknya, Thomas Wall dan
Eleanor Wall. Bisnis ini dilanjutkan oleh Ann,namun beberapa tahun kemudian Ann jg
meninggal menyusul kematian suaminya.

Akhirnya, Thomas Wall yang harus mengambil alih tunggal bisnis keluarga tersebut,
padahal usianya masih 19 tahun, ditambah lagi dia harus menjaga adik perempuannya, Eleanor,
yang masih berumur 14 tahun. Meski begitu, Thomas Wall mnjalankan bisnis daging milik
ayahnya dgn sangat baik hingga dewasa. Ia pun menikah dan memiliki 2 anak yang diberi nama
Thomas Wall Jr dan Frederick Wall. Dengan sabar, Thomas Wall mengajari kedua anaknya ini
seluk beluk perusahaan sebagai bekal untuk mereka yang akan mewarisinya. Pada tahun 1878,
bisnis daging mereka berganti nama menjadi “Thomas Wall and Sons Ltd” (Wall’s) . Thomas
Wall Jr. ditunjuk untuk memimpin usaha setelah kematian ayahnya.

Namun, masalah pun datang pada tahun 1913.Secara tiba-tiba, penjualan daging dan
sosis jatuh,sehingga perusahaan terpaksa mem-PHK banyak karyawannya. Produksi terus-
menerus menurun, Thomas Wall Jr. memutar otak untuk mempertahankan bisnis keluarganya
yang telah berjalan lama ini. Akhirnya,Thomas Wall Jr mengusulkan usul yang sangat brilian.
Pada saat itu musim panas yang menyengat, ia pun mengusulkan untuk mengembangkan
sebuah snack berbahan dasar susu yang dibekukan, sangat cocok dinkmati saat musim panas.
Namun, rencananya tertahan karena saat itu keuangan keluarga tidak mencukupi untuk
membuka bisnis ice cream yang baru.

Hingga pada tahun 1920 Thomas Wall Jr. menjual sebagian aset saham perusahaan ke
Lever Brothers dan Margarin Unie , pendiri perusahaan Unilever. Di bawah arahan Maxwell
Holt, ide bisnis es krim Thomas Wall Jr akhirnya direalisasikan. Dimulai pada tahun 1922 di
sebuah pabrik di Acton, London, es krim yang diberi nama Paddle Pop di produksi. Masyarakat
pun menerima dengan sangat antusias, mereka senang dengan inovasi memakan es krim nikmat
cara baru ini.

Dari produksi tahun 1953 di bawah pimpinan Ronald Street, popularitas Paddle Pop
semakin bersinar dan menjadi salah satu merek ice cream yang paling dikenal. Hal ini juga
dapat dilihat dari omset Paddle Pop sebesar $ 70.000.000 per tahun pada masa itu.

Tahun 1970-an, Paddle Pop menggandeng Kerry Foods sebagai partner. Paddle Pop
pun makin melebarkan produksi ke negara-negara lain seperti Cina, Hong Kong, India,
Indonesia, Yordania, Lebanon, Malaysia, Pakistan, Qatar, Saudi Arabia, Singapura, Thailand,
Uni Emirat Arab dan Vietnam. Produksi keluaran Wall’s bersama Kerry Foods

Lebih dari 97 juta Paddle Pop dijual dan dinikmati masyarakat seluruh dunia setiap tahunnya.
Memasuki tahun 90an, Paddle Pop melakukan inovasi dengan bentuk dan puluhan rasanya
yakni Chocolate, Rainbow, Pisang, Caramel, Vanilla dengan pusat saus coklat, Choc-Mint,
Moo, Solar suar (Orange dan berry) , Kopi, Vanilla, Strawberry, Bubble Gum dan masih
banyak lagi

Perubahan Logo Wall’s

Pada tahun 1922, Wall’s dibeli oleh Lever Brothers dan Margarine Unie, yang menjadi awal
pendirian Unilever, di mana Unilever tetap meneruskan usaha es krim Wall’s tanpa mengubah
nama brand.
1922 - 1951 (UK) - Logo Wall’s masih
1951 - 1998 (UK) - Logo Wall’s berganti
berupa tulisan.
menjadi tulisan berwarna biru.

1998 – 20003

Pada tahun 1998 Unilever memperkenalkan


1992 - 1998 ( Indonesia, Malaysia ) - Logo
logo baru berdesain Hati di perusahaan-
Wall’s berganti menjadi lima garis vertikal
perusahaan es krim milik Unilever di
merah dengan nama brand ditulis pada
berbagai dunia dengan tetap
lingkaran oval putih di tengah.
mempertahankan nama-nama brand lokal
termasuk Wall’s

2003-2008 2008 - Sekarang


Logo ini didesain oleh Carter Wong & Partners. Filosopinya adalah “Live from the Heart!” di
mana ketika orang-orang melihat logo berbentuk Hati ini mereka akan melihat bahwa di tempat
ini terdapat kebahagiaan.

Visi dan Misi Wall`s

Wall’s sebagai salah satu brand/produk dari consumer goods company ternama di dunia,
Unilever, tidak memiliki visi dan misi-nya sendiri namun mengikuti visi dan misi perusahaan
induknya.

 Visi :
Untuk meraih rasa cinta dan penghargaan dari Indonesia dengan menyentuh kehidupan
setiap orang Indonesia setiap harinya.
 Misi :
- Kami bekerja untuk menciptakan masa depan yang lebih baik setiap hari.
- Kami membantu konsumen merasa nyaman, berpenampilan baik, dan lebih
menikmati hidup melalui brand dan layanan yang baik bagi mereka dan orang lain.
- Kami menginspirasi masyarakat untuk melakukan langkah kecil setiap harinya yang
bila digabungkan bisa mewujudkan perubahan besar bagi dunia.
- Kami senantiasa mengembangkan cara baru dalam berbisnis yang memungkinkan
kami tumbuh dua kali lipat sambil mengurangi dampak terhadap lingkungan.

 Penjabaran Misi :
- Siapa konsumen perusahaan  masyarakat luas.
- Jenis produk atau jasa yang diberikan  brand dan layanan yang baik yang dapat
membantu konsumen merasa nyaman, berpenampilan baik, dan lebih menikmati
hidup.
- Pasar perusahaan  masyarakat luas.
- Teknologi yang digunakan  cara baru dalam berbisnis sambil mengurangi
dampak terhadap lingkungan.
- Fokus pada kelangsungan hidup, pertumbuhan, dan profitabilitas  bekerja untuk
menciptakan masa depan yang lebih baik dan mengembangkan cara baru dalam
berbisnis
- Memiliki filosofi yang mendalam  bekerja untuk menciptakan masa depan yang
lebih baik dan menginspirasi masyarakat untuk melakukan langkah kecil setiap
harinya yang bila digabungkan bisa mewujudkan perubahan besar bagi dunia.
- Keunggulan kompetitif perusahaan  brand dan layanan yang baik, menginspirasi
masyarakat, mengembangkan cara baru dalam berbisnis.
- Memerhatikan citra publik  membantu konsumen merasa nyaman,
berpenampilan baik, dan lebih menikmati hidup melalui brand dan layanan yang
baik dan mengurangi dampak terhadap lingkungan.
- Memberdayakan karyawan  layanan yang baik dan senantiasa mengembangkan
cara baru dalam berbisnis.

Struktur Organisasi Unilever

Pada bagan Pembagian struktur organisasi PT Unilever Indonesia di atas,


dapat diketahui bahwa Pembagiannya berdasarkan pada product yang dihasilkan
oleh masing masing divisi, dan juga dibagi berdasarkan fungtionalnya, berikut
adalah perinciannya:
1. Pembagian pertama adalah berdasarkan pada product yang dihasilkan :
• Director Food: adalah orang yang mengatur segala kegiatan berkaitan
dengan produk makanan yang dihasilkan Unilever
• Director Ice Cream adalah orang yang mengatur segala kegiatan
berkaitan dengan produk ice cream yang dihasilkan Unilever
2. Pembagian kedua adalah berdasarkan functionalnya:
• Chief financial officer adalah orang yang mengatur segala kegiatan
berkaitan dengansemua keuangan yang ada pada Unilever.
• Home dan personal care adalah bekerja mengurusi semua yang ada di
dalam perusahaan , berkaitan dengan individu kepegawaian.
• Supplaychain adalah bagian untuk Mengatasi permasalahan bahan baku
(suply chain)
• Customer development adalah bagian untuk mengurusi tentang masalah
customer, merangkul customer sebanyak banyak nya.
• Human Resources dan corporate relation: adalah bagian untuk human
resource dan hubungan antar perusahaan atau yang bekerjasama dengan
perusahaan.

Segmen Pasar Wall’s

Wall’s menggunakan segmentasi pasar berdasarkan variabel demografis, yaitu dengan


menyediakan produk sesuai dengan usianya.
 Untuk anak-anak, ada Paddle Pop dengan duta mereknya penyanyi Grup Nidji. Karena
es krim ini menyasar anak-anak, yang sangatsenang dengan karakter kartun. Maka,
untuk me-leverage karakter Paddle Pop dibuatlah DVD atau film karakter Paddle Pop
danmenayangkannya di jaringan bioskop di Indonesia.
 Untuk kalangan remaja usia 15 tahun keatas, UI sudah menyiapkan es krim Cornetto.
Untuk target konsumen seperti ini, Wall’s menawarkan aktivasi yang berbeda.
Misalnya dengan menggelarkonser Taylor Swift. Para remaja yang ingin melihat
konser ini bisa membeli produk Cornetto yang ada gambar Taylor Swift-nya .Dalam
kemasan tersebut ada kode tertentu dan harus dimasukkanke web khusus Cornetto. Bagi
yang beruntung akan mendapathadiah nonton konser Taylor Swift gratis.
 Kemudian untuk orang dewasa, disinilah Magnum menjadi suguhan untuk mereka.
Wall’s juga menyasar orang dewasa lainnya dengan es krim dengan rasa buah. Maka
dihadirkanlah Wall’s Buavita.
 Lalu untuk target keluarga, Wall’s menghadirkan Wall’s 3 in 1dengan duta mereknya
Wulan Guritno dan Wall’s oreo. Selain ituada pula Wall’s Es Dung Dung.
 Untuk target semua kalangan Es krim Wall’s Menyuguhkan Popular dan Feast yang
saat ini iklannya tidak digembar-gemborkan lagi, karena sudah menjadi eskrim all time
favorite.
Marketing Mix 7P

Marketing mix adalah strategi mencampur kegiatan-kegiatan marketing, agar dicari kombinasi
maksimal sehingga mendatangkan hasil yang paling memuaskan. Marketing mix terbagi
menjadi 7 yaitu:

1. Produk (Product)

Walls membuat Produk untuk semua kalangan dan mempunyai banyak varian. Seperti
Paddle Pop untuk untuk anak anak, Cornetto untuk para remaja dan Magnum untuk orang
dewasa.

2. Harga (Price)

Harga Produk yang ditawarkan oleh Walls berbeda-beda,disesuaikan dengan target


pasar yang dituju. Wall’s juga memiliki rentang harga yang cukup menjangkau semua pasar
terutama kelas bawah.

3. Distribusi (Place)

Dalam mendistribusikan produknya walls banyak berinvestasi padakabinet (kulkas


khusus es krim) yang dipinjamkan ke para penjual atautoko. Wall’s juga membuka booth di
tempat keramaian seperti tamanhiburan dan Magnum Cafe. UI juga menggandeng pihak ketiga
sebagaimitra distributor. Para mitra distributor ini juga menyediakan kanvasersepeda atau
motor untuk menjajakan es krim keliling.

4. Promosi (Promotion)

Banyak sekali yang telah dilakukan Walls seperti mengadakaniklan rutin di sosial
media, contohnya untuk pasar anak-anak dengan membuat DVD dan film bioskop dari karakter
es krim paddle pop. Untuk pasar kelas remaja dengan menggelar konser Taylor Swift dan
membuat produk es krim Cornetto bergambar Taylor Swift. Dan untuk pasar dewasa dengan
membuat Magnum cafe. Selain itu pada saat peluncuran produk baru Wall’s
mengadakan promosi, seperti kuis untuk menebak produk barunya yaitu MagnumInfinity
yang berhadiah tiket konser ekslusif Alicia Keys. Wall’s juga mengadakan City Challenge
terkait produk Magnum Infinity denganmengvote kota mana saja yang menjadi tempat tempat
pertama yang Magnum Infinity diluncurkan. Wall’s juga pernah bekerjasama dengan
Kementrian Pariwisata RI terkait peluncun Magnum Black dan Pink dengan menampilkan
gambar-gambar sejarah
diwarnai pink dan hitam sebagai simbol pilihan warna untuk produk baru mereka. Saat
peluncuran es krim Buavita Wall’s pun mengajak Katy Perry yang saat itu juga akan
melangsungkan konser pertamanya diIndonesia.

5. Bukti fisik (Physical Evidence)

Wall’s memberikan nilai tambah disetiap produknya kepada para konsumen maupun
calon konsumenya yaitu dengan pengemasan produk yang unik dan menarik sehingga
dapat menarik rasa penasarancalon konsumenya maupun para penggemar, selain itu kualitas
yang diberikan perusahaan wall’s dari rasa ice cream yang bervariasi dan beberapa reward
untuk konsumenmelalui es cream walls jenis paddle pop yaitu hadiah yang dapat ditukarkan
konsumen apabila berhasilmengumpulkan stick yang telah memenuhi syarat penukaran
hadiah.

6. Orang (People)

Walls banyak melibatkan orang yang terkenal untukmempengaruhi persepsi pembeli


seperti menjadikan artis-artis sebagai Brand Ambassador Wall’s seperti Marissa Nasution,
Giring Nidji,Raisa, Luna Maya dan Wulan Guritno. Walls juga mengadakan konser yang
menggandeng penyanyi papan atas, seperti Taylor Swift, Alicia Keys dan Katy Perry. Wall’s
pun juga bekerja sama dengan Kementrian Pariwisata RI. Dari segi Internal Wall’s untuk
melakukan distribusi kabinet es krim, Walls’s bekerjasama dengan mitra distributor yang
disebut Tim Asset Management untuk menentukan penempatan kabinet es krim Wall’s

7. Proses (Procces)

Banyak sekali aktivitas proses yang telah dilakukan walls seperti membuat Magnum
cafe untuk meningkatkan penjualan dan meningkatkan image dari produknya.
Analisis SWOT
 Strength (Kekuatan)

 Nama merk yang telah terkenal.


 Kualitas yang teruji oleh waktu.
 Produksi dengan kuantitas tinggi dan dengan varian yang tinggi.
 Promo produk dan iklan yang menarik.
 Design kemasan yang menarik.
 Segmentasi pasar yang luas.
 Weakness (Kelemahan)
 Harga eceran yang tidak sama (berbeda-beda antara satu penjual eceran ke
yang lain).
 Produk es krim cenderung termasuk ke dalam produk musiman.

 Opportunity (Peluang)
 Memperbanyak varian rasa, terutama rasa-rasa yang berkilat ke lokal.
 Memberikan sensasi dan pengalaman berbeda dalam memakan es krim dengan
adanya Magnum Caffe.
 Men-switch produk dari luar negeri ke dalam negeri dan sebaliknya.

 Threat (Ancaman)
 Harga kompetitor yang lebih rendah dibandingkan harga es krim wall’s
 Peniruan produk wall’s

Anda mungkin juga menyukai