Anda di halaman 1dari 33

Pengaruh Perilaku Dan Partisispasi Aparat Terhadap Kualitas

Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Pemerintah


Provinsi Gorontalo
Asral Kelvin Sahrain
Program Studi Manajemen Keuangan,FEBI ,IAIN Sultan Amai Gorontalo
Email. Calvino@iaingorontalo.ac.id

Abstract
This research was conducted at the Gorontalo Provincial Government, aiming
to find out 1). whether Behavior (X1), and Apparatus Participation (X2) partially affect
the Quality of the Regional Revenue and Expenditure Budget of Gorontalo Province, 2)
To find out whether Behavior (X1), and Apparatus Participation (X2) simultaneously
affect the Quality of the Revenue and Expenditure Budget Gorontalo Province.
The results showed that the two variables of apparatus behavior (X1), and
apparatus participation (X2) had a partial effect on the quality of the regional revenue
and expenditure budget of Gorontalo province as indicated by the correlation coefficient
of each X1 of 0.294 at a significance level of 0.028, and X2 of 0.334. at a significance
level of 0.012.
Furthermore, the two variables behavior of the apparatus X1, and the
participation of the apparatus X2, jointly have a positive and significant effect as
indicated by the calculated F value of 5.336, F table of 3.17 where F arithmetic > F table
at a significance level of 0.008 or sig = 0.008 < 0.05

Keywords: Quality of APBD


ABSTRAK

Penelitian ini dilaksanakan pada Pemerintah Provinsi Gorontalo, bertujuan untuk


untuk mengetahui 1). apakah Perilaku (X1), dan Partisipasi Aparat (X2) secara parsial
berpengaruh terhadap Kualitas Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Provinsi
Gorontalo, 2) Untuk mengetahui apakah Perilaku (X1), dan Partisipasi Aparat (X2)
secara simultan berpengaruh terhadap Kualitas Anggaran Pendapatan dan Belanja
Daerah Provinsi Gorontalo.
Hasil Penelitian menunjukkan bahwa kedua variabel prilaku aparat (X1), dan
partisipasi aparat (X2) berpengaruh secara parsial terhadap kualitas anggaran
pendapatan dan belanja daerah provinsi Gorontalo yang ditunjukkan dengan koefisien
korelasi masing-masing X1 sebesar 0,294 pada taraf signifikansi 0,028, dan X2 sebesar
0,334 pada taraf signifikansi 0,012.
Selanjutnya kedua variabel prilaku aparat X1, dan Partisipasi aparat X2, secara
bersama-sama berpengaruh positif dan signifikan yang ditunjukkan dengan nilai F
hitung sebesar 5,336, F tabel sebesar 3,17 dimana F hitung > F tabel pada taraf
signifikansi sebesar 0,008 atau sig =0,008 < α 0,05.

Kata kunci : Kualitas APBD


PENDAHULUAN

Anggaran merupakan alat akuntabilitas, perencanaan dan pengendalian


manajemen, serta sebagai alat kebijakan ekonomi. Sebagai instrumen kebijakan
ekonomi anggaran berfungsi untuk mewujudkan pertumbuhan dan stabilitas
perekonomian. Dalam upaya mencapai tujuan penganggaran, perlu dilakukan
pengaturan secara jelas peran eksekutif dan legislatif dalam proses penyusunan dan
penetapan anggaran, sebagai penjabaran aturan pokok yang telah ditetapkan dalam
Undang-Undang Dasar (UUD) 1945.
UUD 1945 bab XIV pasal 33 ayat 3, menjelaskan bahwa bumi dan air dan kekayaan
alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk
sebesar-besar kemakmuran rakyat. Dengan demikian berarti pendapatan negara dari
sumber daya alam dan pajak migas merupakan pendapatan sumber daya alam yang
seharusnya digunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Realisasi
penggunaan penerimaan sumber daya alam untuk kemakmuran rakyat tersebut
dilakukan melalui pos belanja subsidi, hibah dan bantuan sosial pada Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) maupun Anggaran Pendapatan dan Belanja
Daerah (APBD). Apabila eksekutif daerah melakukan alokasi anggaran yang berasal
dari sumberdaya alam tidak seluruhnya untuk belanja subsidi, hibah, dan bantuan
sosial, maka alokasi anggaran tersebut menyimpang dari UUD tahun 1945 atau
melakukan slack anggaran

Dalam proses penyusunan anggaran, sesuai dengan Permendagri No 13 tahun


2006 dan Permendagri No. 27 tahun 2013 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan
Daerah, pejabat eksekutif lebih dominan dan memiliki wewenang serta tanggung jawab
yang lebih besar dalam menyusun APBD. Selain lebih dominan dalam proses
penyusunan anggaran, pejabat eksekutif juga bertindak sebagai pelaksana anggaran,
sehingga memiliki asimetri informasi keuangan pemerintah daerah dibanding pejabat
legislatif, hal inilah yang memberi peluang kepada pejabat eksekutif untuk berperilaku
oportunistik.
Untuk mewujudkan transparansi dan akuntabilitas dalam pengelolaan keuangan
negara, laporan pertanggungjawaban keuangan pemerintah perlu disampaikan tepat
waktu. Laporan keuangan disajikan sebagai wujud pertanggungjawaban setiap entitas
pelaporan dan disajikan sesuai dengan standar akuntansi keuangan pemerintahan,
yang terdiri atas Laporan Realisasi Anggaran (LRA), Neraca, dan Laporan Arus Kas
disertai dengan catatan atas laporan keuangan.

Kebiasaan pejabat eksekutif dalam mengelola keuangan maupun dalam


menyusun laporan keuangan pemerintah daerah yang tidak sesuai dengan peraturan
perundang-undangan maupun standar akuntansi pemerintahan, berdampak pada hasil
pemeriksaan Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) atas pemeriksaan laporan keuangan
pemerintah daerah yang mendapat opini selain Wajar Tanpa Pengecualian (WTP).
Dengan demikian diasumsikan bahwa pemerintah daerah yang mendapat opini selain
wajar tanpa pengecualian berperilaku oportunistik. Pengelolaan keuangan yang tidak
sesuai dengan peraturan perundang-undanganan dapat mendorong pejabat eksekutif
untuk meningkatkan alokasi anggaran pos belanja yang seolah-olah memiliki kinerja
untuk meningkatkan kemakmuran rakyat, tetapi sebenarnya alokasi belanja tersebut
mengandung konflik kepentingan, pos-pos tersebut adalah belanja pegawai langsung,
belanja barang dan jasa, dan belanja modal. Kebiasaan ini merupakan prilaku yang
dianggap kurang baik dalam menghasilkan kualitas anggaran.

Aparat pemerintah daerah yang terlibat secara langsung dalam proses


implementasi Penyusunan dan Pengelolaan Keuangan Daerah yang tertuang dalam
Penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD), akan menjadi subjek
dalam penelitian ini, dimana akan diidentifikasi aspek hubungan kausalitas perilaku
yang meliputi sikap dan perilaku terhadap aturan Penyusunan dan Pengelolaan
Keuangan Daerah, khususnya dalam penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja
Daerah (APBD).

Keterlibatan (partisipasi) berbagai pihak dalam membuat keputusan dapat terjadi


dalam penyusunan anggaran. Dengan menyusun anggaran secara partisipatif
diharapkan kinerja para manajer di bawahnya akan meningkat. Hal ini didasarkan pada
pemikiran bahwa ketika suatu tujuan atau standar yang dirancang secara partisipatif
disetujui, maka karyawan akan bersungguh-sungguh dalam tujuan atau standar yang
ditetapkan, dan karyawan juga memiliki rasa tanggung jawab pribadi untuk
mencapainya karena ikut serta terlibat dalam penyusunannya (Milani, 1975); (Edfan
Darlis, 2002). Kesungguhan dalam mencapai tujuan organisasi oleh para bawahan
akan meningkatkan efektivitas organisasi, karena memiliki konflik potensial antara
tujuan individu dengan tujuan organisasi dapat dikurangi bahkan dihilangkan (Rahayu,
1997).

Partisipasi anggaran terutama dilakukan oleh manajer tingkat menengah yang


memegang pusat-pusat pertanggungjawaban dengan menekankan pada keikutsertaan
mereka dalam proses penyusunan dan penentuan sasaran anggaran yang menjadi
tanggung jawabnya. Dengan dilibatkannya manager dalam penyusunan anggaran,
akan menambah informasi bagi atasan mengenai lingkungan yang sedang dan yang
akan dihadapi serta membantu menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan
anggaran (Siegel dan Marconi, 1989); (Edfan Darlis, 2002).

Disamping itu, partisipasi dapat mengurangi tekanan dan kegelisahan para


bawahan, karena mereka dapat mengetahui suatu tujuan yang relevan, dapat diterima
dan dapat dicapai. Keikutsertaan dalam penyusunan anggaran merupakan suatu cara
efektif untuk menciptakan keselarasan tujuan setiap pusat pertanggungjawaban dengan
tujuan organisasi secara umum. Onsi (1973); (Edfan Darlis, 2002) juga berpendapat
bahwa partisipasi akan mengarah pada komunikasi yang positif, karena dengan
partisipasi akan terjadi mekanisme pertukaran informasi. Selain, itu masing-masing
informasi tentang rencana kerja mereka (Hopwood, 1976); (Edfan Darlis, 2002).

Berkaitan dengan beberapa penjelasan diatas, jika dihubungkan dengan


Pemerintah Daerah, maka dapat dikatakan bahwa Kemampuan pemerintah daerah
dalam mengelola keuangannya dituangkan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja
Daerah (APBD) yang menggambarkan kemampuan pemerintah daerah dalam
membiayai kegiatan pelaksanaan tugas pembangunan. Hal ini sesuai dengan
ketentuan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara Pasal 31
yang me-ngatur bahwa Kepala Daerah harus memberikan pertanggungjawaban
pelaksanaan APBD kepada DPRD berupa Laporan Keuangan. Laporan Keuangan
tersebut setidak-tidaknya meliputi Laporan Realisasi APBD, Neraca, Laporan Arus Kas
dan Ca-tatan Atas Laporan Keuangan yang dilampiri dengan laporan keuangan
perusahaan daerah (Nordiawan, 2010)

Permasalahan yang kemudian selalu timbul kaitannya dengan Penyusunan


Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah dan pertanggungjawabannya. Terutama
dalam penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah tidak terlepas dengan
adanya Hubungan Keagenan antara dua atau lebih individu dan kelompok yang
berpotensi melahirkan kontrak baik implisit maupun eksplisit dengan pihak lain (agent)
dengan harapan bahwa agen akan bertindak/melakukan pekerjaan seperti yang
diinginkan oleh principal, hal ini diperkuat oleh menyatakan bahwa : delegation occurs
when one person or group, Lupia & McCubbins (2000) dalam Abdullah dan Jhon Andra
Asmara (2006) a principal, select another person or group, an agent, to act on the
principal’s behalf.
Dengan fenomena yang telah dijelaskan diatas, dengan sendirinya akan
mempengaruhi prilaku aparat yang terlibat dalam penyusunan anggaran sehingga
kualitas pekerjaan (APBD) akan ikut terpengaruh. Sebagaimana dikemukakan oleh
Halim dan Abdullah (2006) dalam Ikhsan Budi Riharjo Isnadi (2009) bahwa perilaku
penyimpangan eksekutif dalam pengusulan belanja ini di antaranya adalah:
mengusulkan kegiatan yang sesungguhnya tidak menjadi prioritas, mengusulkan
kegiatan yang memiliki peluang untuk mendapatkan keuntungan pribadi,
mengalokasikan komponen belanja yang tidak penting dalam kegiatan, mengusulkan
jumlah belanja yang terlalu besar komponen setiap kegiatan, memperbesar anggaran
kegiatan yang sulit diukur hasilnya.
Disamping prilaku seperti yang dikemukakan di atas, maka partisipasi aparat
pemerintah daerah dalam proses penyusunan anggaran pendapatan dan belanja
daerah (APBD) akan berpengaruh dalam mencapai kualitas APBD. Partisipasi aparat
pemerintah daerah dalam proses penyusunan anggaran adalah menunjukkan pada
seberapa besar tingkat keterlibatan apaprat pemerintah daerah yang terlibat dalam
proses penganggaran daerah, diberi kesempatan untuk ambil bagian dalam
pengambilan keputusan melalui negosiasi terhadap anggaran. Hal ini sangat penting,
karena aparat pemerintah daerah akan merasa produktif dan puas terhadap
pekerjaannya sehingga memungkinkan munculnya perasaan beprestasi dan
menghasilkan pekerjaan yang berkualitas. Hal ini didukung oleh pendapat Kenis (1979)
dalam Andaris Bangun 2009 bahwa : Kunci dari kinerja yang efektif adalah apabila
tujuan dari anggaran tercapai dan partisipasi dari bawahan atau para staf memegang
peranan penting dalam pencapaian tujuan. Dan jika dikaitkan dengan tujuan APBD,
maka tujuan yang dimaksud adalah APBD yang berkualitas.
Berdasarkan fenomena yang dikemukakan di atas, maka peneliti merasa tertarik
untuk melakukan penelitian dengan formulasi judul penelitian : “Pengaruh Perilaku
Dan Partisispasi Aparat Terhadap Kualitas Anggaran Pendapatan dan Belanja
Daerah Pemerintah Provinsi Gorontalo”.

METODE

Dalam penelitian ini menggunakan metode penelitian Kuantitatif dan Untuk


mendapatkan data yang baik dalam arti mendekati kenyataan (objektif) sudah tentu
diperlukan suatu instrumen atau alat pengumpul data yang baik yang lebih penting lagi
adanya alat ukur yang valid dan andal, maka instrumen tersebut sebelum digunakan
harus diuji validitas dan reliabilitasnya sehingga apabila digunakan akan menghasilkan
data yang objektif.

a) Uji Validitas

Menurut Arikunto (2002:219), validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan


tingkat kevalidan atau kesahihan suatu intrumen yang bersangkutan mampu mengukur
apa yang diukur. Kemudian Sugiyono (2004:19) menyatakan uji validitas adalah
instrumen yang valid berarti instrumen tersebut dapat dipergunakan untuk mengukur
apa yang hendak diukur.

Uji validitas dilakukan dengan mengkorelasikan masing-masing pernyataan


dengan jumlah skor untuk masing-masing variabel. Selanjutnya dalam memberikan
interpretasi terhadap koefisien korelasi.
Untuk pengujian validitas peneliti menggunakan rumus korelasi seperti yang
dikemukakan oleh Pearson yang dikenal dengan rumus Pearson Product Moment
(PPM) sebagai berikut :

rXY =

dimana :

r : angka korelasi

X : skor pertanyaan (ke-n) variabel X

Y : skor pertanyaan (ke-n) variabel Y

n : jumlah responden

Distribusi (tabel t) untuk α = 0.55 dan derajat kebebasan (dk = n-2), kaidah
keputusan, jika t hitung < t tabel berarti tidak valid.

Dalam Riduwan (2006:110), jika instrumen itu valid, maka dilihat kriteria
penafsiran mengenai indeks korelasinya (r) sebagai berikut :

Tabel 4.1
Bobot Nilai Variabel
r Keterangan
0,800 - 1,000 Sangat Tinggi
0,600 – 0,799 Tinggi
0,400 – 0,599 Cukup Tinggi
0,200 – 0,399 Rendah
0,000 – 0,199 Sangat Rendah
b) Uji Reliabilitas

Uji reliabilitas atau keandalan bertujuan untuk mengukur keandalan alat ukur
dengan cara memberikan skor yang relatif sama pada responden, walaupun responden
mengerjakannya dalam waktu berbeda.

Uji reliabilitas dimaksudkan untuk mengetahui apakah alat pengumpul data pada
dasarnya menunjukkan ketepatan, keakuratan, kestabilan, atau konsistensi alat
tersebut dalam mengungkapkan gejala tertentu dari sekelompok individu, walaupun
dilakukan terhadap pernyataan-pernyataan yang sudah valid, untuk mengetahui sejauh
mana hasil pengukuran tetap konsisten bila dilakukan pengukuran kembali terhadap
gajala yang sama.

Dalam peneletian ini, pendekatan yang digunakan untuk menentukan tingkat


keandalan kuesioner adalah komparasi internal dalam bentuk belah dua (ganjil genap).
Skor item yang diperoleh dikelompokkan dalam dua bagian yaitu skor kelompok item
yang bernomor ganjil dan kelompok item yang bernomor genap.

Uji dilakukan dengan menggunakan teknik belah dua dari Spearman Brown (Split-
half), yaitu langkah-langkah kerjanya sebagai berikut :

1. Membagi pernyataan-pernyataan menjadi dua belahan.

2. Skor untuk masing-masing pernyataan pada tiap belahan dijumlahkan, sehingga


menghasilkan dua skor total untuk masing-masing responden.

3. Mengkorelasikan skor total belahan pertama dengan belahan kedua, dengan


menggunakan teknik korelasi Product Moment.

Angka korelasi yang diperoleh dengan angka korelasi dari alat pengukur yang
dibelah (split-half), maka angka korelasi yang lebih rendah dari angka yang diperoleh
jika alat ukur itu tidak dibelah, seperti pada teknik test-retest.
Menurut Sugiyono (2004:278) dicari angka reliabilitasnya untuk keseluruhan item
dibelah dengan rumus Spearman Brown, sebagai berikut :

r2 =

dimana :

ri : reliabilitas internal seluruh instrumen atau pernyataan

rb : korelasi product moment antara belahan pertama dan kedua.

Reliabel setiap pernyataan akan ditunjukkan dengan hasil r i positif

dan r hitung > r tabel, berarti seluruh item adalah reliabel/handal.

c) Konversi Data

Untuk mengukur variabel-variabel tersebut akan dilakukan penyebaran kuesioner


responden. Data yang terkumpul adalah data dengan skala ordinal, sedangkan untuk
menganalisis dalam penelitian ini diperlukan data dengan ukuran skala interval.

Menurut Riduwan (2006:187), langkah-langkah menaikkan data ordinal menjadi


data interval sebagai berikut:

1. Mencari data skor terbesar dan terkecil.

2. Mencari nilai rentangan (r), dengan rumus :

R = Skor Terbesar – Skor Terkecil

3. Mencari banyaknya kelas (BK), dengan rumus :

B = 1 + 3.3 Log n (Rumus Sturges)

4. Mencari nilai panjang kelas, dengan rumus :


I=

5. Membuat tabulasi dengan tabel penolong (kelas interval, frekwensi (f), nilai tengah
(Xi, X12,f.Xi, f.Xi2)

No Kelas Interval ƒi Nilai Tengah Xi2 ƒixi ƒiXi2


(Xi)
1
2
3
4
∑ƒi ∑ƒiX1 ∑ƒiXi2

6. Mencari rata-rata (mean), dengan rumus :

x=

7. Mencari simpangan buku, dengan rumus :

S=

8. Mengubah data ordinal menjadi belahan data interval, dengan rumus:

T = 50 + 10

Keterangan :

T1 : Data Interval
X1 : Data Ordinal

X : Nilai rata-rata

S : Simpangan baku

d) Rancangan Uji Hipotesis

Rancangan uji hipotesis dilakukan untuk memastikan variabel X, yaitu


Perilaku dan Partisipasi Aparat, Kualitas Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
(variabel Y) dengan menggunakan analisis Regresi Berganda. Persamaan analisis
regresi linier secara umum untuk menguji hipotesis-hipotesis dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut:

Y = b0 + b1X1 + b2X2 e

Dengan:

Y : Kualitas Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah

X1 : Prilaku Aparat

X2 : Partisipasi

b0 : Konstanta, merupakan nilai terikat, yang dalam hal ini adalah Y pada saat
variabel bebasnya adalah 0 (x1, x2 = 0)

b1 : Koefisien regresi multiple antara veriabel bebas X 1, terhadap variabel


terikat Y, bila variabel x2 dianggap konstan.

b2 : Koefisien regresi multiple antara veriabel bebas X 2, terhadap variabel


terikat Y, bila variabel x1 dianggap konstan.

e : Faktor penggangu di luar model

Arti koefisien b adalah jika nilai b positif (+), hal tersebut menunjukkan hubungan
searah antara variabel bebas dengan variabel terikat. Dengan kata lain, peningkatan
atau penurunan besarnya variabel bebas akan diikuti oleh peningkatan atau penurunan
besarnya variabel terikat. Sedangkan jika nilai b negatif (-), menunjukkan hubungan
yang berlawanan antara variabel bebas akan diikuti oleh penurunan besarnya nilai
variabel terikat dan sebaliknya.

a) Analisis Korelasi Berganda (Multiple)


Berdasarkan adanya regresi linier berganda ini, kemudian dihitung besarnya
koefisien korelasi secara keseluruhan (R) dan koefesien determinasi (multi
korelasi), yaitu R2 yang merupakan bagian dari variasi total dalam variabel
dependen yang dapat dijelaskan variabel independen secara erat hubungan antara
keseluruhan variabel bebas (x1, x2,) dengan variabel terikat. Koefisien korelasi
tersebut diperoleh dari :

(1-R2y.12) = (1-r2y1)(1-r2y2.1)(1-r2y2.1)

R2y.12 merupakan koefisien determinasi mulitiple-nya. Apabila R 2y.12 semakin


mendekati 1, maka pengaruh seluruh variabel bebas terhadap variabel terikatnya
juga semakin tinggi.

a) Analisis Korelasi Parsial


Besarnya pengaruh masing-masing komponen variabel bebas secara parsial
terhadap variabel tidak bebas dapat diketahui dengan menggunakan koefisien
korelasi parsial. Koefisien korelasi parsial antara masing-masing variabel
independen tersebut dengan variabel dependen dapat dihitung sebagai berikut :

Dimana :

Korelasi Y atas X1, X2

Korelasi Y atas X2

Korelasi Y atas X1
Pada hakekatnya, nilai r berkisar antara -1 dan 1. Bila r mendekati -1 atau
1, maka dapat dikatakan bahwa ada hubungan yang erat antara variabel bebas
dengan variabel terikat. Bila r mendekati 0, maka dapat dikatakan bahwa
hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat sangat lemah atau
bahkan tidak ada. Untuk menentukan kriteria interpretasi nilai hubungan r dan R,
penulis mendasarkan pada ketetapan yang dikemukakan oleh Sugiyono
(2006:184), yaitu:
b. Uji F

Uji F untuk menguji model regresi yang menjelaskan bentuk hubungan dan
pengaruh antara variabel bebas terhadap variabel tidak bebas, digunakan uji F,
yang dapat dirumuskan sebagai berikut:

dengan, R2 = Koefesien Determinasi

n = Ukuran Sampel

k = Banyaknya Variabel Bebas

Nilai F dari hasil perhitungan di atas kemudian diperbandingkan dengan F tabel


atau F yang diperoleh dengan mempergunakan tingkat risiko atau Significance
5% dan Degree of Freedom pembilang dan penyebut, yaitu V l = k dan V2 = (n-k-
1) dimana kriteria yang digunakan adalah:

Jika Fhitung £ Ftabel, maka Ho diterima

Jika Fhitung > Ftabel, maka Ho ditolak

Bila terjadi penerimaan Ho, maka dapat diartikan sebagai tidak signifikannya
model regresi multiple yang diperoleh, sehingga mengakibatkan tidak signifikan
pula pengaruh dari variabel-vartiabel independen secara bersama-sama
(simultan terhadap variabel dependen)

c. Uji t
Uji t untuk menguji pengaruh variabel bebas secara parsial terhadap variabel terikat,
digunakan penguji koefesien korelasi secara parsial (uji t), yaitu dengan
membandingkan ttabel dan thitung yang dirumuskan sebagai berikut :
Masing-masing t hasil perhitungan ini kemudian dibandingkan dengan t tabel yang
diperoleh dengan menggunakan tarif nyata 0,05. Uji hipotesis secara parsial Hol,
Ho2, dan Ho3, menggunakan uji 2 pihak, dengan kriteria :

Ho diterima bila : -t½a £ t £ t½a

Ho ditolak bila : t < -t½a dan t > t½a

Bila terjadi penerimaan Ho, maka dapat disimpulkan suatu pengaruh adalah tidak
signifikan, sedangkan bila Ho ditolak artinya suatu pengaruh adalah signifikan.
Perhitungan statistik yang digunakan dalam penelitian ini akan dihitung dengan
menggunakan program SPSS.

HASIL PEMBAHASAN

Provinsi Gorontalo terdiri dari 5 (lima) kabupaten dan 1 (satu) kota yaitu
Kabupaten Pohuwato, Kabupaten Boalemo, Kabupaten Gorontalo, Kabupaten Bone
Bolango, Kabupaten Gorontalo Utara dan Kota Gorontalo. Sedangkan kecamatan
sebanyak 66 dan desa/kelurahan 615 yang tersebar di Provinsi Gorontalo sebagaimana
terlihat dalam tabel 5.1 berikut ini :

Tabel 5.1 :
Banyaknya Kecamatan dan Desa/Kelurahan menurut
Kabupaten/Kota di Provinsi Gorontalo
Sumber : Publikasi BPS

Jika ditinjau dari luas wilayahnya, yaitu dari total 12.215,44 Km2, Kabupaten
Pohuwato merupakan daerah terluas, yaitu 4.244,31 Km2 atau sekitar 34,75 persen,
kemudian Kabupaten Boalemo mempunyai luas 2.567,36 Km2 atau sekitar 21,02
persen, dan Kota Gorontalo mempunyai luas hanya 64,79 Km2 atau hanyab sekitar
1,00 persen.

2. Penduduk dan Karakteristiknya

Ditinjau dari kepadatan penduduk jika dibandingkan angka jumlah penduduk dengan
luas wilayah masing-masing kabupaten/kota, maka terlihat Kota Gorontalo adalah
wilayah yang terpadat penduduknya, dimana secara rata-rata setiap Km2 didiami oleh
2.549 orang. Sedangkan Kabupaten Pohuwato merupakan wilayah yang terbesar
namun kepadatan penduduknya hanya 27 jiwa per Km2. Dengan demikian secara rata-
rata kepadatan penduduk di Provinsi Gorontalo sebesar 80 jiwa per Km2.

Tabel 5.2 :

Jumlah dan Kepadatan Penduduk Provinsi Gorontalo

Sumber : Publikasi BPS


Jumlah penduduk usia 15 tahun ke atas yang termasuk angkatan kerja adalah
sejumlah 429.384 jiwa atau sekitar 62,4

persen.

a. Uji Validitas dan Reliabilitas

Uji validitas dilakukan dengan memperhatikan hasil korelasi antara setiap butir
kuisioner dengan butir soal. Dari hasil pengujian pada lampiran 1, dapat dilihat bahwa
semua butir pertanyaan dinyatakan valid.

Berdasarkan tabel 4.3 dibawah ini, tampak bahwa responden yang diteliti
sebanyak 56orang (n=56) dan semua data tidak ada yang exclude atau dikeluarkan dari
analisis,dengan demikian disimpulkan bahwa semua data dapat dianalisis dan
dinyatakan valid.

Tabel 5.3 : Data sampel Uji

Case Processing Summary

N %

Valid 56 100,0

Excluded
Cases a 0 ,0

Total 56 100,0

Pada realibility statistics table 5.4 terlihat bahwa nilai Alpha Cronbach adalah
0,508 dengan jumlah pertanyaan masing-masing variabel. Nilai r tabel satu sisi pada
df=56 dan p=0,05 adalah 0,220. Oleh karena nilai Alpha Cronbach =0,755 lebih besar
dari r tabel,maka kuisioner dinyatakan reliable. Karena nilai Alpha Cronbach sebesar
0,755 terletak diantara 0,60-0,80 (lihat tabel 3.4), sehingga tingkat realiabilitasnya
dinyatakan reliable.
Tabel 5.4 Data Alpha Crombuch

Reliability Statistics

Cronbach's N of
Alpha Items

,508 3

d. Uji Normalitas

Berdasarkan hasil uji normalitas data diperoleh nilai nilai skewness dari masing-
masing variable X1, X2, dan Y sebesar -0,362, 0,261, dan -0,803, (lihat tabel 4.5)
sementara nilai kurtosis dari masing masing-masing variabel X1,X2, dan Y sebesar -
0,629, 0,793, dan -0,482. Dengan memperhatikan hasil analisis tersebut, maka sesuai
dengan aturan dalam skewnes dan kurtosis dijelaskan bahwa jika nilai rasio skewnes
dan kurtosis berada antara nilai minus dua (-2) dan plus dua (+2) maka bisa diartikan
bahwa data terdistribusi secara normal. Berdasarkan ketentuan tersebut maka data
variable X1, X2,dan Y terdistribusi secara normal.

Tabel 5.5
Hasil Uji Normalitas

Statistics

Prilaku_apa Partisipasi_ Kualitas_An


rat_X1 X2 garan_Y

Valid 56 56 56
N
Missing 0 0 0
Skewness -,362 ,261 -,803
Std. Error of
,319 ,319 ,319
Skewness
Kurtosis -,629 ,793 -,482
Std. Error of
,628 ,628 ,628
Kurtosis
Dari Histogram di bawah ini terlihat bahwa data berdistribusi normal, dengan
simpangan baku sebesar 0,982 dari jumlah sampel/responden sebanyak 56 orang.

Gambar 5.1 : Histogram Hasil Uji regresi

Selanjutnya pada pada gambar 5.2 berikut ini, terlihat bahwa sebaran titik-titik
residual berada di sekitar garis normal. Hal tersebut terjadi karena titik-titik residual
tersebut berasal dari data dengan distribusi normal. Dengan demikian disimpulkan
bahwa regresi telah memenuhi persyaratan normalitas.

Grafik Scatterplot di bawah ini menunjukkan kelayakan model regresi jika


sebaran titik-titik tidak membentuk pola tertentu. Grafik tersebut tidak menunjukkan pola
titik-titik tertentu sehingga model regresi disimpulkan telah layak untuk digunakan.

Gambar 5.3: Diagram Pencar Kelayakan Model Regresi


e. Uji Linieritas

Uji linieritas bertujuan untuk mengetahui apakah variabel-variabel penelitian


berupa prilaku aparat dan partisipasi mempunyai hubungan linier ataukah tidak secara
signifikan. Uji ini digunakan sebagai persyaratan dalam analisis korelasi atau regresi
linier.

Dari tabel di bawah ini dapat kita baca bahwa hubungan antara kualitas anggaran
dengan prilaku aparat menghasilkan nilai F = 2,263 dengan p = 0,089

Tabel 5.6 :
Hasil Uji Hubungan Kualitas anggaran dengan Prilaku aparat
ANOVA Table
Sum of df Mean F Sig.
Squares Square

(Combined) 1893,511 9 210,390 2,683 ,014


Betwe
Linearity 474,060 1 474,060 6,046 ,018
Kualitas_A en
ngaran_Y Group Deviation
* s from 1419,452 8 177,431 2,263 ,089
Prilaku_ap Linearity
arat_X1
Within Groups 3606,591 46 78,404

Total 5500,102 55

Tabel 5.7:
Hasil Uji Hubungan Kualitas anggaran dengan Partisipasi.
ANOVA Table
Sum of df Mean F Sig.
Squares Square
Kualitas_An (Combined) 1945,887 14 138,992 1,603 ,119
garan_Y * Betwe Linearity 614,491 1 614,491 7,089 ,011
Partisipasi_ en
X2 Group Deviation
s from 1331,396 13 102,415 1,181 ,326
Linearity
Within Groups 3554,215 41 86,688
ANOVA Table
Total 5500,102 55

F. Uji Homogenitas
Uji ini digunakan untuk mengetahui apakah variable populasi sama atau tidak.
Asumsi yang mendasari bahwa varian dari populasi adalah sama. Sebagai kriteria
digunakan taraf signifikansi lebih dari 0,05, maka dapat dikatakan bahwa varian dari
dua atau lebih kelompok data adalah sama.

Dari hasil pengujian pada tabel 5.8 ditunjukkan bahwa signifikansi sebesar 1.000,
yang berarti bahwa lebih besar dari 0,05. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa
dua kelompok data berupa variable prilaku aparat dan partisipasi mempunyai varian
yang sama, sehingga disimpulkan bahwa dua kelompok variable memenuhi syarat
dalam regresi linier.

Tabel 4.8 : Uji Homogenitas

Kualitas_Angaran_Y
Levene df1 df2 Sig.
Statistic
7,738 9 46 ,065

Test of Homogeneity of Variances


Kualitas_Angaran_Y
Levene df1 df2 Sig.
Statistic
2,952 10 41 ,057

f. Uji Korelasi

Dari hasil uji korelasi untuk data interval, tampak bahwa koefisien korelasi nilai r
dari prilaku aparat terhadap kualitas anggaran sebesar 0,294 sesuai tabel 5.9 dan
angka tersebut menunjukkan bahwa korelasi kedua variable tersebut lemah karena
berada di antara 0,200-0,399.
Selanjutnya koefisien korelasi dari partisipasi terhadap kualitas angaran sebesar
0,334, dan ini menunjukkan adanya korelasi lemah karena berada di antara 0,200-
0,399.

Tabel 5.9
Hasil Uji korelasi data Interval
Correlations
Prilaku_apara Partisipasi_X Kualitas_Ang
t_X1 2 aran_X
Pearson
1 ,183 ,294*
Correlation
Prilaku_aparat_X1
Sig. (2-tailed) ,177 ,028
N 56 56 56
Pearson
,183 1 ,334*
Correlation
Partisipasi_X2
Sig. (2-tailed) ,177 ,012
N 56 56 56
Pearson
,294* ,334* 1
Kualitas_Angaran_ Correlation
X Sig. (2-tailed) ,028 ,012
N 56 56 56

Output korelasi parsial ditampilkan dalam dua klasifikasi yang disusun dalam
bentuk tabel bertingkat. Tabel bagian atas berbentuk zero-order partial. Pada output ini,
korelasi parsial belum dilakukan. Tabel bagian bawah menunjukkan keadaan setelah
dilakukan korelasi parsial.
Tabel 5.10
Hasil Uji Korelasi Parsial

Correlations
Control Variables Prilaku_ap Partisipasi Kualitas_A
arat_X1 _X2 nggaran_Y

Correlation 1,000 ,183 ,294


Prilaku_
Significance (2-
aparat_ . ,177 ,028
tailed)
X1
df 0 54 54

Correlation ,183 1,000 ,334

Partisipa Significance (2-


-none-a ,177 . ,012
si_X2 tailed)

df 54 0 54

Correlation ,294 ,334 1,000


Kualitas
Significance (2-
_Angara ,028 ,012 .
tailed)
n_Y
df 54 54 0
Correlation 1,000 ,094
Prilaku_
Significance (2-
aparat_ . ,494
tailed)
X1
Kualitas df 0 53
_Angar
an_Y Correlation ,094 1,000

Partisipa Significance (2-


,494 .
si_X2 tailed)

df 53 0

g. Uji Regresi
Berdasarkan data pada tabel 4.11 dapat disimpulkan bahwa hubungan antara
kualitas anggaran dengan prilaku aparat adalah signifikan karena nilai p=0,028 < 0,05
dan nilai r = 0,294 Menununjukkan hubungan korelasi yang lemah. Sedangkan kualitas
anggaran dengan partisipasi juga memiliki hubungan yang signifikan karena nilai
p=0,012<0,05 dan nilai r = 0,334 menunjukkan korelasi yang lemah.

Tabel 5.11:
Hasil Uji Regresi

Correlations
Prilaku_apar Partisipasi_X Kualitas_Ang
at_X1 2 aran_X

Pearson
1 ,183 ,294*
Correlation
Prilaku_aparat
_X1 Sig. (2-tailed) ,177 ,028

N 56 56 56
Pearson
,183 1 ,334*
Correlation
Partisipasi_X2
Sig. (2-tailed) ,177 ,012
N 56 56 56
Pearson
,294* ,334* 1
Correlation
Kualitas_Anga
ran_X Sig. (2-tailed) ,028 ,012

N 56 56 56

*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).


Sumber : Hasil Pengolahan SPSS
Dengan memperhatikan hasil analisis regresi pada tabel Model Summary dapat
dilihat bahwa nilai R = 0,409 Dan R Squere = 0,168 menunjukkan bahwa 0,168 atau
16,8% variable kualitas anggaran dipengaruhi oleh variable prilaku aparat dan
partisipasi, sementara sisanya sebesar 83,2% dipengaruhi oleh variable lain yang tidak
dimasukkan sebagai variable dalam penelitian ini.

Standar error of the estimate = 9,29413 < standar deviasi sebesar 10,00009,
dengan demikian dinyatakan bahwa model regresi layak digunakan.

Tabel 5.12 :
Hasil Uji R Kuadrat
Model Summaryb
Model R R Adjusted R Std. Error of Durbin-
Square Square the Estimate Watson

1 ,409a ,168 ,136 9,29413 1,841

Pada hasil uji ANOVA, diperoleh nilai F hitung = 5,336 Dengan p = 0,008 oleh
karena p <0,05 maka regresi dapat dipakai untuk memprediksi besarnya kualitas
anggaran atau secara bersama-sama variable bebas prilaku aparat dan partisipasi
berpengaruh terhadap kualitas anggaran. Hal ini bisa dibuktikan karena F hitung (5,336)
> F tabel (3,17) Taraf kesalahan 5%, df pembilang =2 dan df penyebut = 56

Tabel 5.13 :
Hasil Uji ANOVA
ANOVAa

Model Sum of df Mean F Sig.


Squares Square

Regression 921,920 2 460,960 5,336 ,008b

1 Residual 4578,182 53 86,381

Total 5500,102 55

Hasil uji coefficients, (lihat tabel 5.14) pada prilaku aparat dikemukakan nilai
konstanta (a) = 23,463 dan beta = -0,240 dan tingkat signifikan 0.065. Koefisien regresi
sebesar 0,240 menyatakan bahwa setiap kenaikan 1 pada prilaku aparat maka kualitas
anggaran juga diprediksi mengalami kenaikan sebesar 0,240. Nilai konstanta (a)
partisipasi 0,290 dan beta 0,290 koefisien regresi 0,027 menyatakan bahwa setiap
penambahan 1 pada partisipasi, maka kualitas anggaran juga meningkat sebesar 0,290

Berdasarkan nilai B Constant, prilaku aparat dan partisipasi maka dibuat


persamaan regresi sebgai berikut :

Y = 23,463 + 0,240 X1 + 0,290 X2 + e

Tabel 5.14 : Hasil Uji Koefisien

Coefficientsa

Model Unstandardized Standardize T Sig.


Coefficients d
Coefficients

B Std. Error Beta

(Constant) 23,463 8,242 2,847 ,006

Prilaku_ap 1,887 ,065


1 ,240 ,127 ,240
arat_X1

Partisipasi 2,277 ,027


,290 ,127 ,290
_X2

a. Dependent Variable: Kualitas_Angaran_Y


Sumber : Hasil Pengolahan data SPSS

Nilai t hitung pada prilaku aparat adalah 1,887. Pada derajat bebas (df) = 56 Nilai
t tabel pada taraf kepercayaan 95% (signifikan 5%) adalah 2,0005. Oleh karena t hitung
lebih kecil dari t tabel maka diputuskan bahwa koefisien regresi tidak signifikan, atau
partisipasi aparat tidak berpengaruh terhadap kualitas anggaran secara signifikan pada
taraf kepercayaan 95%. Probabilitas=0,065 atau p > 0,05 berarti koefisien regresi tidak
signifikan, atau prilaku aparat tidak berpengaruh terhadap kualitas anggaran secara
signifikan pada taraf kepecayaan 95%.
Nilai t hitung pada partisipasi adalah 2,277 pada derajat bebas (df) = 56 nilai t
tabel pada taraf kepercayaan 95% (signifikan 5%) adalah 2,005. Oleh karena t hitung
lebih besar dari t tabel maka diputuskan bahwa koefisien regresi signifikan, atau
partisipasi berpengaruh terhadap kualitas anggaran secara signifikan pada taraf
kepercayaan 95%. Probabilitas = 0,027 atau p < 0,05 berarti koefisien regresi signifikan,
atau partisipasi berpengaruh terhadap kualitas anggaran secara signifikan pada taraf
kepecayaan 95%.

Grafik Scatterplot di bawah ini menunjukkan kelayakan model regresi jika


sebaran titik-titik tidak membentuk pola tertentu. Grafik tersebut tidak menunjukkan pola
titik-titik tertentu sehingga model regresi disimpulkan telah layak untuk digunakan.

Gambar 5.3: Diagram Pencar Kelayakan Model Regresi

Sumber : Hasil Pengolahan data SPSS

2. Pengujian Hipotesis

a. Pengaruh Prilaku aparat Terhadap Kualitas anggaran

Hasil uji statistik pengaruh prilaku aparat terhadap kualitas anggaran yang tertera
pada tabel 4.16 menunjukkan hasil bahwa terdapat pengaruh yang signifikan dimana
p=0,028 berada pada p<0,05. Koefisien korelasi antara variabel prilaku aparat dengan
variable kualitas anggaran adalah 0,294 Dengan demikian tingkat hubungan antara
variable prilaku aparat dengan kualitas anggaran adalah Lemah karena terletak pada
rentang antara 0,201 dengan 0,400 Tidak adanya tanda (-) di depan angka 0,294 pada
tampilan output SPSS menunjukkan bahwa korelasi memiliki pola positif dan searah.
Dengan demikian dapat diinterpretasikan bahwa semakin tinggi prilaku aparat, maka
semakin tinggi kualitas anggaran yang dapat dihasilkan.

Signifikan hasil korelasi dapat diuji dengan penyusunan hipotesis sebagai berikut :
Ho = prilaku aparat tidak berpengaruh terhadap kualitas kualitas anggaran.
H1 = prilaku aparat berpengaruh terhadap kualitas kualitas anggaran.
Pengujian dilakukan dengan dua sisi karena yang akan dicari adalah ada tidaknya
hubungan antara dua variable. Berdasarkan probabilitas Ho diterima jika Probabilitas
>0,05 dan Ho ditolak jika probabilitas <0,05, maka diputuskan bahwa p=0,028 <0,05,
dengan demikian Ho ditolak yang berarti bahwa hubungan antara prilaku aparat dengan
kualitas anggaran signifikan pada taraf kepercayaan 95%.

Sdanya tanda ** di belakang angka koefisien korelasi berarti angka korelasi


memenuhi signifikansi 1% yang otomatis memenuhi taraf kepercayaan 95%. Dengan
demikian dapat diambil keputusan bahwa Ho ditolak, atau prilaku aparat
berpengaruh secara signifikan terhadap kualitas anggaran pada taraf
kepercayaan 95%.

Tabel 5.16 :

Hasil Uji Korelasi Prilaku aparat dengan Kualitas anggaran


Correlations
Prilaku_apar Partisipasi_X Kualitas_Ang
at_X1 2 aran_X
Pearson
1 ,183 ,294*
Correlation
Prilaku_aparat
Sig. (2-tailed) ,177 ,028
_X1
N 56 56 56
Pearson
,183 1 ,334*
Correlation
Partisipasi_X2 Sig. (2-tailed) ,177 ,012

N 56 56 56
Correlations
Pearson
,294* ,334* 1
Correlation
Kualitas_Anga
Sig. (2-tailed) ,028 ,012
ran_X
N 56 56 56
b. Pengaruh partisipasi Terhadap Kualitas anggaran
Hasil uji statistik pengaruh partisipasi terhadap kualitas anggaran yang tertera
pada tabel 5.17 menunjukkan hasil bahwa terdapat pengaruh yang signifikan sebesar
0,12 atau p<0,05. Koefisien korelasi antara variable partisipasi dengan variable kualitas
anggaran adalah 0,334 Dengan demikian tingkat hubungan antara variable partisipasi
dengan variable kualitas anggaran adalah lemah karena terletak pada rentang antara
0,201 dengan 0,399 Tidak adanya tanda (-) di depan angka 0,334 pada tampilan output
SPSS menunjukkan bahwa korelasi memiliki pola positif dan searah. Dengan demikian
dapat diinterpretasikan bahwa semakin tinggi partisipasi, maka semakin tinggi kualitas
anggaran yang dapat dicapai.

Signifikansi hasil korelasi dapat diuji dengan menyusun hipotessis sebagai


berikut :
Ho = partisipasi tidak berpengaruh terhadap kualitas anggaran
H1 = partisipasi berpengaruh terhadap kualitas anggaran.
Pengujian dilakukan dengan dua sisi karena yang akan dicari adalah ada tidaknya
hubungan antara dua variable. Berdasarkan probabilitas Ho diterima jika Probabilitas
>0,05 dan Ho ditolak jika probabilitas <0,05, maka diputuskan bahwa p=0,012 <0,05,
dengan demikian Ho ditolak yang berarti bahwa hubungan antara partisipasi dengan
kualitas anggaran adalah signifikan pada taraf kepercayaan 95%.

Adanya tanda ** di belakang angka koefisien korelasi berarti angka korelasi


memenuhi signifikansi 1% yang otomatis memenuhi taraf kepercayaan 95%. Dengan
demikian dapat diambil keputusan bahwa Ho ditolak, atau ada hubungan antara
partisipasi dengan kualitas anggaran adalah signifikan pada taraf kepercayaan
95%.
Tabel 4.17
Hasil Uji Korelasi partisipasi dengan Kualitas anggaran.

Correlations
Prilaku_apar Partisipasi_X Kualitas_Ang
at_X1 2 aran_X
Pearson
1 ,183 ,294*
Correlation
Prilaku_aparat
Sig. (2-tailed) ,177 ,028
_X1
N 56 56 56
Pearson
,183 1 ,334*
Correlation
Partisipasi_X2 Sig. (2-tailed) ,177 ,012

N 56 56 56
Pearson
,294* ,334* 1
Correlation
Kualitas_Anga
Sig. (2-tailed) ,028 ,012
ran_X
N 56 56 56

c. Pengaruh Prilaku aparat dan Partisipasi Terhadap Kualitas anggaran.


Berdasarkan hasil uji statistik pengaruh prilaku aparat dan partisipasi secara
bersama-sama terhadap kualitas anggaran yang tertera pada tabel 5.18 meununjukkan
bahwa nilai F hitung = 5,336 Dengan p = 0,008 dan df pembilang = 2 df penyebut = 56
serta F tabel = 3.17 oleh karena p<0,05 atau F hitung >F tabel ( 5,336.> 3,17.), maka
secara bersama-sama variable bebas prilaku aparat dan partisipasi berpengaruh
terhadap variable terikat kualitas anggaran pada taraf kepercayaan 95%.

Berdasarkan probabilitas Ho diterima jika probabilitas >0,05 dan Ho ditolak jika


probabilitas <0,05,maka diputuskan bahwa p=0,000<0,05.dengan demikian Ho ditolak
yang berarti bahwa hubungan antara prilaku aparat dan partisipasi secara bersama-
sama dengan kualitas anggaran adalah signifikan pada taraf kepercayaan 95%.

SIMPULAN DAN SARAN


Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan atas pengaruh prilaku aparat dan
partisipasi terhadap kualitas anggaran pada Pemerintah Daerah Provinsi Gorontalo,
maka disimpulkan hal-hal sebagai berikut :
1. Terdapat pengaruh yang positif dan signifikan prilaku
aparat dengan kualitas anggaran. Tingkat hubungan prilaku aparat dengan kualitas
anggaran adalah korelasi lemah dengan koefisien korelasi sebesar 0,294, karena
terletak pada rentang antara 0,201-0,400.
2. Terdapat pengaruh yang positif dan signifikan
partisipasi dengan kualitas anggaran. Tingkat korelasi partisipasi dengan kualitas
anggaran adalah korelasi yang lemah dengan koefisien korelasi sebesar 0,334,
karena terletak pada rentang antara 0,201-0,400. Temuan penelitian menunjukkan
bahwa,
3. Terdapat pengaruh yang signifikan antara prilaku dan
partisipasisecara bersama-sama terhadap kualitas anggaran dengan R Squere
sebesar 0,168. Variabel kualitas pelayanan kesehatan dipengaruhi oleh variabel
prilaku aparat dan partisipasi sebesar 16,8%, sedangkan 83,2% dipengaruhi oleh
variabel lainnya. Temuan penelitian ini meginformasikan bahwa prilaku aparat dan
partisipasi mempunyai kaitan yang positif terhadap kualitas anggaran

DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Edisi
Revisi VI. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Bagian Organisasi dan Kepegawaian Sekretariat Daerah Provinsi Gorontalo.
Cahyat, A. 2004. Sistem Pengawasan terhadap Penyelenggaraan Pemerintah
Daerah Kabupaten. Pembahasan Peraturan Perundangan di Bidang Pengawasan.
Governance Brief Number 3. Damanik. U. 2001. Paradigma Baru Pengawasan
Keuangan Negara.
Jurnal Akuntansi Dan Keuangan Sektor Publik (JAKSP) : 2 (1) :19-42.
Ghozali, Imam. 2005. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS.
Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponogoro
Heidrajrahcman dan Husnan Suad .2000. Manajemen Personalia. Yogyakarta. BPFE
Kawedar, Warsito., Abdul Rohman, Sri Handayani. Akuntansi Sektor Publik
(Pendekatan Penganggaran Daerah dan Akuntansi Keuangan Daerah).Semarang:
Widya Karya.
Krismiaji. 2005. Sistem Informasi Akuntansi. Edisi 2.Yogyakarta : AMP YKPN.
Mahoney, T.A. 1963. Development Of Managerial Performance ( A Research
Approach). Shout Western Publising.
Mardiasmo. 2002. Akuntansi Sektor Publik. Yogyakarta: Penerbit Andi
Nirzawan. 2001. Tinjauan umum terhadap sistem pengelolaan Keuangan Daerah
di Bengkulu Utara. Manajemen Keuangan Daerah. Yogyakarta : UPP YKPN
Republik Indonesia.2005. Peraturan Pemerintah No.24 Tahun 2005 Tentang
Standar Akuntansi Pemerintahan.Jakarta
Schein, Edgar H. 2004. Organizational Culture and Leadership. Third Edition.
Jossey –Bass Publishers. San Francisco.
Singarimbun, Masri., Sofian Effendi. 1989. Metode Penelitian Survai. Lembaga
Penelitian, Pendidikan dan Penerangan Ekonomi dan Sosial (LP3ES). Sugiyono. 2007.
Statistika Untuk Penelitian. Alfabeta Bandung.

Anda mungkin juga menyukai