Anda di halaman 1dari 8

Diterjemahkan dari bahasa Inggris ke bahasa Indonesia - www.onlinedoctranslator.

com

JURNAL
Riset Akuntansi dan Keuangan Indonesia
URL:http://journals.ums.ac.id/index.php/reaksi/index

Apakah Faktor Politik Mempengaruhi


Finansial Kinerja di Sektor Publik?

Hurian Kamela, SE1, Dr. Dyah ABSTRAK


Setyaningrum., SE, MSM2 Tujuan: Pelaksanaan otonomi daerah di Indonesia telah diatur
1Mahasiswa Pascasarjana, Fakultas berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2014
Ekonomi dan Bisnis (Akuntansi), tentang Tanggung jawab yang diberikan oleh pemerintah pusat kepada
Universitas Indonesia pemerintah daerah untuk menyelenggarakan pemerintahan sendiri.

2Dosen Fakultas Ekonomi dan wilayah. Ini didefinisikan sebagai otonomi daerah.
Bisnis (Akuntansi) Universitas Pemerintah telah menunjuk anggota Dewan Perwakilan
Indonesia Rakyat Daerah (DPRD) untuk melakukan fungsi
email: melakamel@yahoo.com pengawasan terhadap pemerintah daerah. Ada beberapa
faktor politik yang mempengaruhi fungsi pengawasan ini,
salah satunya karena anggota DPRD yang berasal dari
Kata kunci:kinerja, politik, DPRD,
pemerintahan. berbagai pihak. Ada satu komponen yang membentuk
kinerja keuangan, yaitu Pendapatan Asli Daerah (PAD).
Pendapatan asli daerah yang tinggi memberikan
gambaran yang jelas tentang keberhasilan suatu daerah
dalam meningkatkan pendapatan daerahnya sehingga
mandiri dari pemerintah pusat. Pada tahun 2015 komposisi
partai pendukung bupati/walikota seimbang. Sedangkan
pada tahun 2016 terjadi perubahan komposisi,

202
p-ISSN: 1411-6510
e-ISSN :2541-6111 JURNALRiset Akuntansi dan Keuangan Indonesia Vol.5 No.2 September 2020

PENGANTAR Penelitian tersebut mencakup pengambilan sumber


daya (tokoh politik) yang memiliki peran penting dan
Dalam peraturan pemerintah, Undang-Undang mampu merumuskan keputusan yang bijak bagi
Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2014 masyarakat. Hal ini menjelaskan bahwa faktor politik
menjelaskan bahwa DPRD memiliki (1) fungsi berperan dalam menggerakkan sistem pemerintahan.
legislasi yaitu anggota Dewan Perwakilan Rakyat Hal ini tidak hanya sebatas syarat administratif untuk
Daerah (DPRD) dan Bupati/Walikota yang membuat mendaftar politik, tetapi juga menjadi sosok yang dapat
peraturan tentang Pendapatan dan Belanja Daerah. menunjukkan transformasi.
Rencana (Rancangan Anggaran Pendapatan dan Di Indonesia, kinerja dan politik merupakan dua hal
Belanja Daerah-RAPBD), (2) pelaksanaan fungsi yang saling berkaitan, karena peningkatan dan
anggaran, tentang keuangan APBD. (3) pelaksanaan penurunan kinerja dipengaruhi oleh bagaimana
fungsi kontrol atas pengawasan yang dilakukan oleh pemerintah daerah mampu menjalankan hak dan
DPRD. Penelitian Harun (2008) menunjukkan hasil kewajibannya dalam rangka mewujudkan pemerintahan
yang menunjukkan bahwa pelaksanaan kebijakan yang mandiri. Undang-Undang Republik Indonesia
telah diatur berdasarkan otonomi daerah. Artinya, Nomor 17 Tahun 2014 dengan jelas menyatakan bahwa
semua kewenangan dipercayakan kepada DPRD juga turut andil dalam pengelolaan keuangan,
pemerintah daerah. Oleh karena itu, pemerintah yang didefinisikan sebagai “Rencana Pendapatan dan
telah menunjuk anggota DPRD untuk melakukan Belanja Daerah (Rancangan Anggaran Pendapatan dan
pengawasan terhadap pemerintah daerah, Belanja Daerah-RAPBD)” dengan bupati/walikota. Salah
khususnya kebijakan yang dibuat oleh pemerintah satu komponen kinerja keuangan adalah “Pendapatan
daerah. Rusmayadi dkk. (2019) menyatakan bahwa Lokal (Pendapatan Asli Daerah -BANTALAN)". PAD yang
salah satu komponen politik adalah pelaksanaan tinggi mengukur keberhasilan suatu daerah dalam
politik yang baik oleh DPRD akan menciptakan meningkatkan pendapatannya dan kemandirian daerah
pemerintahan yang baik karena DPRD sebagai wali tersebut dari pemerintah pusat. PAD diperoleh melalui
amanat rakyat melakukan fungsi pengawasan penerimaan internal dari kota/daerah. Sumber
kepada pemerintah daerah. Fungsi utama DPRD penerimaan tersebut berasal dari penerimaan retribusi,
yang perlu dilakukan adalah terkait dengan fungsi pajak, dan penerimaan lainnya dalam lingkup
pengawasan karena DPRD harus menjalankan pemerintah daerah. Tingginya jumlah PAD banyak
fungsinya sesuai dengan Undang-Undang Dasar. dijumpai di kota-kota besar dan kota-kota yang memiliki
Gourevich (2003) menyatakan bahwa perlunya sumber daya bernilai tinggi (seperti pariwisata dan
penerapan good governance terkait dengan 3 hal pertambangan), kota-kota yang padat penduduknya
yaitu hubungan yang terkait dengan kelompok (seperti kota-kota besar di Jawa).
seperti partai politik yang terlibat, hubungan yang Perubahan struktur politik mungkin terjadi ketika
terkait dengan partai politik yang terlibat, hubungan pejabat pemerintah kabupaten/walikota melakukan
yang terjalin antara satu warga dengan warga perubahan posisi dalam Pemilihan Umum. Hal ini juga
lainnya, dan hubungan yang terjalin antara warga akan menghasilkan perubahan partai pendukung di
negara. legislatif dan pihak eksekutif. DPRD, tidak hanya sebagai anggota politik yang
Ashworth dkk. (2014) penelitian tentang keuangan memegang peran penting, tetapi juga berpotensi
pemerintah daerah di Flender. Hasil penelitian menciptakan fragmentasi politik. Maeda (2010)
menunjukkan bahwa anggaran pemerintah daerah menyatakan bahwa fragmentasi politik yang baik terdiri
didasarkan pada 4 poin utama: (1) penerimaan pajak, (2) dari kesetaraan posisi antara oposisi dan koalisi, agar
pelaksanaan pertanggungjawaban hibah, (3) pengukuran dapat memberikan dampak positif terhadap
utang pemerintah. Hal ini menjelaskan bahwa penerapan perkembangan politik.
kinerja yang baik merupakan faktor yang efektif untuk Dalam pelaksanaan fungsi penganggaran
mengelola keuangan. Politik tidak hanya menjadi bahan dan fungsi pengawasan menunjukkan
bakar utama pemerintah, tetapi memainkan peran penting perlunya keterlibatan DPRD dalam politik
dalam pengambilan keputusan di masa depan. Garcia dkk. penerapan. Itu penerapan dari
(2013) melakukan penelitian di Spanyol. Hasil penelitian Fungsi pengawasan dan pengendalian yang dilakukan
menunjukkan bahwa implementasi politik dapat difokuskan DPRD sangat terkait dengan pelaksanaan rancangan
pada partai-partai tertentu, seperti partai pemimpin yang undang-undang. Penelitian yang dilakukan oleh Melki
dominan serta implementasi ideologi dalam pemerintahan. (2018) menyebutkan bahwa fungsi utama DPRD adalah
Prado dkk. (2012) meneliti tentang manajemen sebagai wakil rakyat yang memiliki mandat dan
transparansi dalam pemerintahan. hubungan dengan pihak eksekutif lainnya.

203 Hurian Kamela, SE, Dr. Dyah Setyaningrum., SE, MSM


p-ISSN: 1411-6510
Vol.5 No.2 September 2020 JURNALRiset Akuntansi dan Keuangan Indonesia e-ISSN :2541-6111

(pejabat lain di pemerintahan). DPRD sebagai lembaga yang penentu di pemerintahan daerah. Hasil penelitian menunjukkan
dibentuk pemerintah diharapkan dapat membentuk stabilitas bahwa keuangan pada tahun sebelumnya memiliki dampak positif
politik. DPRD harus terlibat aktif dalam memberikan nasihat dan terhadap kinerja keuangan masa depan.
mengoreksi pelaksanaan kegiatan guna memperkuat legitimasi.
Fungsi penganggaran dan fungsi pengawasan terkait APBD harus Kinerja keuangan
sesuai dengan prinsip transparansi dengan tidak menambah atau Kinerja dapat diukur secara finansial atau non-
mengurangi pengelolaan keuangan di suatu daerah sehingga finansial. Kinerja non keuangan dapat diukur dengan
pembentukan dan perkembangan kota/kabupaten sesuai dengan Evaluasi Kinerja Penyelenggaraan Pemerintahan (
kenyataan. Peran yang terlihat adalah yang terjadi dalam Evaluasi Kinerja Penyelenggaraan Pemerintah
pelaksanaan rapat paripurna rencana peraturan daerah tentang Daerah-EKPPD), yang diukur setiap tahun. Kinerja
anggaran. Kewajiban DPRD termasuk melakukan pengecekan keuangan didasarkan pada laporan keuangan dalam
terhadap anggaran dan pendanaan yang dilakukan oleh pemerintah laporan pemerintah daerah. Dalam kinerja
daerah. Jika ada masalah atau kesalahan yang terjadi, DPRD dapat keuangan, rasio tersebut dapat dilihat dari
mengeluarkan informasi tentang revisi dan kemungkinan pendapatan yang ada di pemerintah daerah. Hal ini
penolakan. Transparansi bermanfaat untuk menciptakan prioritas sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Adi
pembangunan, pelaksanaan tanggung jawab keuangan dan (2006) yang menunjukkan bahwa kinerja keuangan
menciptakan akuntabilitas publik. Krafchik danWehner (1999) merupakan ukuran dari PAD. Pemerintah daerah
menjelaskan bahwa parlemen memiliki arti penting dalam mampu mandiri dalam mengelola keuangannya
pemerintahan, salah satunya adalah menentukan anggaran yang sendiri dan tidak memerlukan banyak keterlibatan
dipengaruhi oleh komisi di legislatif dan juga mampu memberikan dari pemerintah pusat.
keputusan. Keputusan tersebut diharapkan dapat diambil oleh
pemerintah saat ini. salah satunya adalah untuk menentukan Berlawanan
anggaran dipengaruhi oleh komisi di legislatif dan juga mampu
Oposisi dalam politik salah satunya terlihat dari
memberikan keputusan. Keputusan tersebut diharapkan dapat
komposisi anggota DPRD di pemerintahan. Maeda
diambil oleh pemerintah saat ini. salah satunya adalah untuk
(2010) menyatakan bahwa kesetaraan fragmentasi
menentukan anggaran dipengaruhi oleh komisi di legislatif dan juga
politik sangat penting seperti halnya kesetaraan
mampu memberikan keputusan. Keputusan tersebut diharapkan
distribusi politik. Oposisi mungkin memberikan
dapat diambil oleh pemerintah saat ini.
pendapat dalam pengambilan keputusan yang adil.
Pengertian oposisi politik diambil dari penelitian
Tinjauan Pustaka dan Pengembangan Hipotesis
Garcia et al. (2013) dengan menggunakan persentase
Teori Badan
anggota DPRD yang merupakan partai pemenang
Penulis menggunakan teori keagenan oleh Jensen dan kedua. Pada 2016, komposisi partai juga berubah.
Meckling (1976) dalam penelitian ini. Teori ini berkaitan Oposisi sebagai pembanding memberikan
dengan pelaksanaan wewenang dan tanggung jawab pelaksanaan kegiatan yang lebih efektif, seperti yang
antara dua pihak (prinsipal – agen). Penelitian sebelumnya dilihat oleh masyarakat.
tentang kinerja telah dieksplorasi oleh Setyaningrum &
Martani (2018). Penelitian ini mengeksplorasi bagaimana Koalisi
lembaga legislatif (DPRD) mengimplementasikan teori
Anggota DPRD di lingkungan pemerintahan yang
keagenan sebagai pelaksana fungsi pengawasan. Ini mirip
berasal dari partai pendukung disebut koalisi DPRD.
dengan posisi dewan di sebuah perusahaan. Penelitian
Koalisi DPRD bisa terdiri dari berbagai macam partai
sebelumnya oleh Fenewick (2012) lebih banyak membahas
gabungan yang mendukung bupati/walikota terpilih,
tentang kinerja dan politik. Pengaruh politik yang kurang
seperti yang terjadi di Bandung. Kota ini memiliki
kondusif mungkin membatasi kepemimpinan yang baik.
walikota yang terdiri dari partai-partai pendukung yang
Norris (2004) memberikan informasi tentang bagaimana
juga menduduki jabatan di DPRD. Implementasi
politik memberikan “ligamen” dalam menentukan strategi
kepartaian, perjalanan politik, serta pemegang
partai dalam politik. Menurut strategi, partai berusaha
kekuasaan telah dijelaskan dalam penelitian Garcia et al.
memberikan loyalitas kepada pendukung politiknya dan
(2011) di Spanyol. Penelitian ini terutama membahas
mendengarkan pendapat pihak lain untuk kepentingan
tentang keputusan pemerintah daerah dapat dikaitkan
partai itu sendiri. Strategi ini dinilai lebih efektif dan
dengan ideologi serta kekuasaan dalam pemerintahan
bermanfaat dalam pelaksanaan pemerintahan. Sebuah
saat ini. Implementasi kebijakan yang akan diambil dan
studi oleh Goeminne & George (2019) di Belgia
dilaksanakan oleh pemerintah daerah mungkin dapat
mengeksplorasi implementasi pertunjukan
memberikan gaya kepemimpinan yang unik. Ini

Apakah Faktor Politik Mempengaruhi Kinerja Keuangan di Sektor Publik? 204


p-ISSN: 1411-6510
e-ISSN :2541-6111 JURNALRiset Akuntansi dan Keuangan Indonesia Vol.5 No.2 September 2020

kebijakan yang dianggap mendukung warga negara pengawasan yang lebih banyak menghasilkan kinerja
dan menciptakan kepercayaan yang tinggi di pemerintah daerah yang lebih baik. Wenny, CD (2012)
masyarakat. Undang-Undang Republik Indonesia No 2 memaparkan bahwa kinerja keuangan berkaitan
Tahun 2011 memberikan penjelasan tentang partai dengan kewajiban keuangan yang dikeluarkan oleh
politik. Dinyatakan bahwa sedikit banyak pelaksanaan pemerintah (secara fiskal) seperti pengelolaan
politik harus berpedoman pada aturan dan undang- pendapatan asli daerah, baik berupa pajak, retribusi
undang. Partai politik yang membentuk koalisi di maupun dalam bentuk pendapatan lainnya. Ini akan
Indonesia adalah partai yang disahkan. Adanya partai membantu mempromosikan pembangunan yang lebih
pendukung dalam pemerintahan, seperti partai baik kepada pemerintah dari tahun ke tahun. H1:
pendukung walikota-bupati dapat memberikan Koalisi politik berpengaruh negatif terhadap kinerja
berbagai dampak bagi pemerintah, baik positif maupun keuangan pemerintah daerah.
negatif. Rusmayadi dkk. (2019) memandang bahwa
politik adalah sarana untuk mencapai tujuan. Maeda (2010) membahas tentang dampak
partai lawan dapat berdampak pada pemilihan
Ukuran Legislatif umum, terutama jika partai lawan jumlahnya banyak.
Studi sebelumnya oleh Setyaningrum & Martani Oposisi dianggap lebih kredibel dan efektif sebagai
(2018) mengukur ukuran legislatif berdasarkan alat untuk mengontrol dan melaksanakan politik
jumlah anggota DPRD dari suatu kota/kabupaten oleh warga. Storm (1990) menjelaskan bahwa
dalam periode waktu tertentu. Hasil penelitian pelaksanaan kekuasaan oposisi dimungkinkan untuk
Marfiana & Kurniasih (2012) menunjukkan bahwa dilemahkan terutama karena kurangnya dukungan
jumlah anggota DPRD berpengaruh negatif terhadap yang diterima, dan kehilangan posisi dari mayoritas
kinerja keuangan di wilayah Jawa. Di Indonesia, PAD anggota legislatif.
dianggap membaik jika berdampak positif terhadap Storm (1990) juga membahas tentang oposisi yang
kinerja keuangan. Suhardjanto dan Yulianing (2011) memiliki kekuatan lemah. Oposisi ini mampu melakukan
menjelaskan bahwa semakin banyak anggota DPRD 2 tindakan yaitu: (1) partai oposisi dapat memberikan
dapat berdampak positif terhadap pengungkapan dukungan kepada pemerintah, (2) partai oposisi dapat
keuangan. Di sisi lain, sebuah penelitian oleh memberikan penolakan/pemblokiran terhadap
Marfiana & Kurniasih (2012) tampaknya pemerintah. Dengan demikian, pengaruh oposisi yang
membuktikan sebaliknya dengan menyatakan bahwa keluar baik di parlemen maupun kondisi politik dapat
semakin banyak anggota DPRD dapat berdampak diatasi. Maeda (2010) di Jepang menyatakan bahwa
negatif terhadap kinerja keuangan di wilayah Jawa. oposisi politik di suatu negara merupakan karakteristik
utama yang dapat berdampak, terutama pada bagian
Jenis Pemerintah akuntabilitas, dalam bentuk tanggung jawab (tindakan).
Jenis pemerintahan menggambarkan ukuran kota/
kabupaten yang terdiri dari penilaian kota/kabupaten. H2: Oposisi politik berpengaruh positif
Penelitian sebelumnya oleh Fenwick & Miller (2012) terhadap kinerja keuangan pemerintah
menggunakan pengukuran tipe pemerintahan sebagai daerah.
posisi utama, yaitu secara kabupaten/kota. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa pengaruh pemerintah METODE PENELITIAN
memberikan dampak positif dengan skor kinerja
berdasarkan variabel dummy (1 dan 0). Penelitian ini menggunakan Laporan Keuangan
Pemerintah Daerah (Laporan Keuangan Pemerintah Daerah).
Penelitian ini memiliki 2 hipotesis utama, yaitu sebagai - LKPD) dari kota dan kabupaten di Indonesia selama
berikut: 2 tahun (2015-2016) sebagai datanya. Variabel terikat
Penelitian Moe (1984) berkaitan dengan teori dalam penelitian ini adalah kinerja keuangan. Untuk
keagenan: politisi adalah agen, birokrat adalah agen. Ini mendefinisikan koalisi politik, penulis menggunakan
memberikan tanggung jawab sesuai dengan ukuran dari jumlah anggota DPRD yang berasal dari
kepentingannya sendiri. Studi Kusumawardani (2012) partai pendukung pemerintah. Oposisi politik diukur
menunjukkan bahwa tingkat pengawasan berkaitan dengan pemenang kedua anggota DPRD yang
dengan kemauan untuk melakukan tugas. Kesediaan ini berasal dari partai pendukung nonpemerintah.
dapat memberikan peningkatan kinerja pemerintah Rumus yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
dalam bentuk skor. Sumarjo (2010) membahas bahwa

205 Hurian Kamela, SE, Dr. Dyah Setyaningrum., SE, MSM


p-ISSN: 1411-6510
Vol.5 No.2 September 2020 JURNALRiset Akuntansi dan Keuangan Indonesia e-ISSN :2541-6111

Kota/kabupaten yang tidak ikut Pemilu HASIL DAN DISKUSI


(2015-2016):
KKpml = KOit + OPit + LSit + TAit + Tpit Tabel 2.Deskripsi Analisis
+ eit................................................................. .............................(1) Var Berarti min Maks
KK . 1107665 . 0068996 2.227849
Kota/kabupaten yang terlibat dan tidak terlibat KO . 3375016 0 1
dalam Pemilu (2015-2016): OP . 1632931 0 . 4222222
KKgbg = KOit + OPit + LSit + TAit + Tpit LS 32.71026 0 65
+ eit................................................................. .............................(2)
TA 28.37548 25.57805 32.6051

Tp . 1933868 0 1
Penjelasan:
KK= Kinerja Keuangan, KO= Koalisi, OP=
Oposisi, LS= Ukuran Legislatif, TA= Total Aset, Tabel 2 memberikan gambaran analitis yang
TP= Jenis Pemerintah. terdiri dari variabel terikat (kinerja keuangan) dan
variabel bebas (oposisi politik dan koalisi politik).
Variabel kontrol adalah ukuran legislatif, total
Tabel 1a. Sampel ( Kota/Kabupaten : Tidak Ada Periode Pilkada 2015-
aset, dan jenis pemerintahan. Tingkat rata-rata
2016)
tertinggi adalah ukuran legislatif (LS) (32.71026).
kota Sampel
Distrik kota 262
Pengamatan Total 524
Tabel 3.Kota/Kabupaten : Tidak Ada Pilkada (2015-2016)

Var Koef Tanda Hyp. P>t T


Tabel 1b. Sampel ( Kota/Kabupaten : Tidak Ada Pilkada+ Pilkada
Kontra 1.131807 0,000 - 4.63
Periode 2015-2016)
KO H1 (-) . 0588495 0,029 2.19
kota Sampel
OP H2 (+) . 2929766 0,004 2.91
Distrik kota 429
Pengamatan Total 858 LS . 0028304 0,000 5.05
TA . 03703 0,000 4.08
Tp . 1064306 0,000 9.42
Tabel 1a dan Tabel 1b terdiri dari sampel
penelitian ini. Tabel 1a adalah 524 pengamatan (262
Tabel 4.Semua Kota/Kabupaten (Tanpa Pilkada + Pilkada) (2015-
sampel x 2 tahun) dan tabel 1b adalah 858
pengamatan (429 sampel x 2 tahun). 2016)

Kedua tabel tersebut menunjukkan perbedaan Var hyp Tanda koefisien P>t T
sampel (kota dan kabupaten yang terlibat dalam Kontra 1.453579 0,000 - 9.26

pemilihan bupati dan walikota menyebabkan KO H1 (-) . 0496751 0,007 2.69


komposisi partai berubah). OP H2 (+) . 2518283 0,000 3.90
LS . 0023512 0,000 6.10
Tabel 1c. Variabel Dummy TA . 0493828 0,000 8.44
kota Skor Bodoh Tp . 10068 0,000 12.28
Kota 1
Daerah 0 Tabel 3 merupakan hasil hipotesis 1 dan
hipotesis 2 (kota/kabupaten tidak menyelenggarakan
Tabel 1c memberikan penjelasan tentang pengukuran kota pilkada). Hipotesis 1 adalah tentang koalisi politik. H1
dan kabupaten melalui variabel dummy dengan memberikan skor tidak disetujui karena memiliki skor positif (+) 0,029
1-0. Skor 1 adalah kota yang diperintah oleh seorang walikota, misal sedangkan hipotesis diasumsikan negatif. Hal ini
kota Medan, Sumatera Utara. Skor 0 untuk kabupaten yang berbeda dengan hipotesis bahwa koalisi politik tidak
diperintah oleh seorang bupati, misalnya Kabupaten Musi Rawas, berpengaruh negatif terhadap kinerja keuangan.
Sumatera Selatan. Dalam hipotesis 2 tentang politik

Apakah Faktor Politik Mempengaruhi Kinerja Keuangan di Sektor Publik? 206


p-ISSN: 1411-6510
e-ISSN :2541-6111 JURNALRiset Akuntansi dan Keuangan Indonesia Vol.5 No.2 September 2020

oposisi, H2 disetujui karena memiliki skor Tabel 7.Kota/Kabupaten : Pilkada (2015-2016)

positif (+) 0,0004 (skor < 0,05) dan sesuai hip. Eks. Hasil
dengan hipotesis. Hal ini menjadi bukti H1 (-) Tidak

bahwa koalisi politik berdampak positif H2 (+) Memengaruhi

terhadap kinerja keuangan. Hal ini


memberikan gambaran bahwa peran oposisi Tabel 8.Kota/Kabupaten : Tidak Ada Pilkada + Pilkada (2015-2016)
dianggap signifikan dalam fungsi hip. Eks. Hasil
pengawasan, tidak hanya di lingkup anggota
H1 (-) Tidak
DPRD, tetapi juga terlibat dalam pengambilan
H2 (+)
keputusan. Oleh karena itu, diharapkan
Memengaruhi

kebijakan yang diambil bersifat netral.


Variabel netral seperti LS, LA dan TP Tabel 7 merupakan keseluruhan kesimpulan yang
berpengaruh positif terhadap kinerja menyatakan bahwa H1 tidak berpengaruh negatif
keuangan. Tabel 4 merupakan hasil dari terhadap kinerja keuangan dan H1 berpengaruh positif
hipotesis 1 dan hipotesis 2 (jumlah kota dan terhadap kinerja keuangan.
kabupaten yang melaksanakan pilkada). Tabel 8 juga menunjukkan hasil yang serupa.
Seperti tabel sebelumnya, koalisi politik tidak H1 tidak berpengaruh negatif terhadap kinerja
disetujui karena memiliki skor positif (+) 0,007 keuangan dan H1 berpengaruh positif terhadap
> 0,05. H2 disetujui karena memiliki nilai kinerja keuangan. Hal ini menunjukkan bahwa
kurang dari 0,05 yaitu 0,000. tidak ada perbedaan saat pemilihan kabupaten/
walikota sedang berlangsung atau tidak, terhadap
partai pendukung pemerintah yang bermukim di
Tabel 5.VIF (Kota/Kabupaten : Tidak Ada Pilkada) DPRD. Oposisi berdampak positif pada kinerja
Var VIF 1/VIF keuangan, sehingga diharapkan fungsi
TA 1.53 0,653020 pengawasan dapat terpenuhi.
LS 1.47 0.677986

KO 1.17 0,851780
KESIMPULAN
OP 1.12 0,893412

Tp 1.04 0,963660 Penelitian ini dimaksudkan untuk menunjukkan


Berarti 1.27 bagaimana faktor politik terkait dengan kinerja
keuangan sektor publik. Penelitian ini memiliki
variabel utama yaitu kinerja keuangan (variabel
Tabel 6.VIF (Kota/Kabupaten : Tidak Ada Pemilu + Pemilu) (2015-
terikat), koalisi politik dan oposisi (variabel bebas).
2016)
Pengertian koalisi politik dan oposisi didasarkan
Var VIF 1/VIF
pada anggota DPRD kabupaten/kota di Indonesia.
TA 1.55 0,645595
Selain itu, penelitian ini membuktikan secara empiris
LS 1.49 0,672154 ada atau tidaknya perbedaan antara tahun 2015 dan
KO 1.17 0,851780 2016, perubahan posisi partai akibat pemilihan
OP 1.14 0,873935 kepala daerah yang diadakan di beberapa kota dan
Tp 1.04 0,957153 kabupaten. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
Berarti 1.28 koalisi tidak berdampak negatif terhadap kinerja
keuangan. Hal ini dibuktikan dengan 2 tahun
Tabel 5 Hasil (Tidak Ada Pemilu) selama melakukan penelitian, dengan jumlah sampel dan
2015-2016. Hasil skornya adalah 1,27. Hal ini sampel yang tidak mengikuti pemilu. Hasil penelitian
membuktikan bahwa skor VIF tertinggi adalah Total menunjukkan bahwa faktor politik berpengaruh
Assets (TA) dengan skor 1,53 dan terendah adalah signifikan terhadap kinerja keuangan karena variabel
The Type of Government dengan skor 1,04. Total kontrol lainnya seperti jumlah DPRD, jumlah aset,
skor VIF adalah 1,27. Kesimpulannya, variabel dan jenis pemerintahan juga berpengaruh positif
tersebut bebas dari asumsi multikolinearitas. terhadap kinerja keuangan. Diharapkan pelaksanaan
DPRD lebih baik dalam hal peningkatan kinerja,
Tabel 6 memiliki gap yang tidak berbeda dengan
khususnya dalam menjalin kerjasama dengan
tabel 5. Nilai VIF adalah 1,28. Kesimpulannya, variabel
bupati/walikota.
tersebut bebas dari asumsi multikolinearitas.

207 Hurian Kamela, SE, Dr. Dyah Setyaningrum., SE, MSM


p-ISSN: 1411-6510
Vol.5 No.2 September 2020 JURNALRiset Akuntansi dan Keuangan Indonesia e-ISSN :2541-6111

REFERENSI

[1] Adi (2006), Hubungan Pertumbuhan Ekonomi, Belanja Pembangunan dan Pendapatan Asli
Daerah. Jurnal Akuntansi dan Tata Kelola Andalas (JAGA).
[2] Ashworth, J., Geys, B., Heyndels, B., Wille, F., Ashworth, J., Geys, B. Wille, F. (2014). Persaingan di
arena politik dan kinerja pemerintah daerah Persaingan di arena politik dan kinerja
pemerintah daerah. Ekonomi Terapan, 46(19), 2264–2276. https://doi.org/10.1080/000
36846.2014.899679
[3] Fenwick, J., Miller, KJ, Fenwick, J., & Miller, KJ (2012). Manajemen politik dan kinerja lokal:
hubungan pengujian? https://doi.org/10.1108/09513551211224261
[4] Garcia, Sanchez, IM, Rodríguez-Domínguez, L., Gallego-Álvarez, I. (2011). Hubungan antara faktor politik
dan perkembangan pemerintahan partisipatif. informasi Perkumpulan 27 (4), 233e251.
[5] García-Sánchez, IM, Frías-Aceituno, JV, & Rodríguez-Domínguez, L. (2013). Penentu pengungkapan
sosial perusahaan di pemerintah daerah Spanyol. Jurnal Produksi Bersih, 39, 60–72. https://
doi.org/10.1016/j.jclepro.2012.08.037.
[6] Goeminne, S., & George, B. (2019). Perkembangan baru : Determinan kinerja keuangan
organisasi publik, 0962. https://doi.org/10.1080/09540962.2018.1476309
[7] Gourevitch., P., A., (2003) Politik regulasi tata kelola perusahaan. New York: Oxford
University Press, hal. 250.
[8] Harun (2008). Buletin Kajian Ekonomi Indonesia, Ekonomi, Hambatan-hambatan AKUNTANSI
SEKTOR PUBLIK. https://doi.org/10.1080/000749110701727613
[9] Jensen, M. dan Meckling, W., (1976) . “Teori Perusahaan: Perilaku Manajerial, Biaya Agensi, dan
Struktur Kepemilikan.” Jurnal Ekonomi Keuangan (305-360).
[10] Krafchik, Warren dan Joachim Wehner, 1999, “Peran Parlemen dalam Proses Anggaran,” makalah yang
disiapkan untuk Institut Demokrasi di Afrika Selatan, tersedia di http://www.internationalbudget. org/
resources/library/parliament.pdf
[11] Kusumawardani, (2012). 'Pengaruh Size, Kemakmuran, Ukuran Legislatif, Leverageterhadap Kinerja
Keuangan Pemerintah Daerah di Indonesia'. Jurnal Analisis Akuntansi 1.Universitas Negeri
Semarang.
[12] Maeda (2010). Terbagi Kita Jatuh : Fragmentasi Oposisi dan Keberuntungan Pemilihan Partai
Pemerintah, Jurnal Ilmu Politik Inggris, Vol. 40, No. 2 (April 2010), hlm. 419-434 40(2), 419–434.
https://doi:10.1017/S000712340999041X
[13] Marfiana, N., & Kurniasih, L. (2012). PEMERIKSAAN AUDIT BPK TERHADAP KINERJA
KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN/ KOTA. Universitas Sebelas Maret.
[14] Melki. (2018). Hubungan DPRD Dan Pemerintah Daerah Dalam Penetapan Anggaran Pendapatan Dan
Belanja Daerah. Tinjauan Hukum Soumatera. E-ISSN: 2620-5904. https://10.22216/soumlaw. v1i1.3385

[15] Moe, TM (1984) Ekonomi Organisasi yang baru. Jurnal Ilmu Politik Amerika Vol. 28, Nomor
4 (Nov, 1984), 739-777
[16] Norris P. (2004) Rekayasa Pemilihan: Aturan Pemungutan Suara dan Perilaku Politik. New York: Pers Universitas
Cambridge.

[17] Prado-Lorenzo, JM, García-Sánchez, IM, Cuadrado-Ballesteros, B., (2012). Kota berkelanjutan: apakah
faktor politik menentukan kualitas hidup? Jurnal Produksi Bersih 21, 34-44.
[18] Rusmayadi dkk. (2019). Pengawasan Pemerintahan oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Tidak
Bertentangan dengan Kedudukan Hukum Kepala Daerah sebagai Anggota Partai Politik Pengawasan
pemerintah oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah tidak bertentangan dengan Status Hukum Kepala
Daerah sebagai Anggota Partai Politik, 1(2), 232 –245.

Apakah Faktor Politik Mempengaruhi Kinerja Keuangan di Sektor Publik? 208


p-ISSN: 1411-6510
e-ISSN :2541-6111 JURNALRiset Akuntansi dan Keuangan Indonesia Vol.5 No.2 September 2020

[19] Setyaningrum, D., & Martani, D. (2018). Penentu Kinerja Pemerintah Daerah di Indonesia,
55(Iac 2017), 7–12.
[20] Storm, K. (1990) Pemerintahan Minoritas dan Aturan Mayoritas, Cambridge, Cambridge University Press.
Inggris.
[21] Suhardjanto, D., Yulianingtyas, R. (2011). Pengaruh Karakteristik Pemerintah Daerah Terhadap Kepatuhan
Pengungkapan Wajib Dalam Laporan Keuangan Pemerintah Daerah. Universitas Sebelas Maret.

[22] Sumarjo, Hendro (2010) PENGARUH KARAKTERISTIK PEMERINTAH DAERAH TERHADAP KINERJA
KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH (Studi Empiris pada Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota di
Indonesia). Universitas Sebelas Maret Surakarta.
[23] Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2011 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang
Nomor 2 Tahun 2008 Tentang Partai Politik. Jakarta. Indonesia.
[24] Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2014 Tentang Majelis Permusyawaratan
Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat
Daerah. Jakarta. Indonesia.
[25] Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah. Jakarta.
Indonesia.
[26] Wenny, CD (2012). Analisis Pengaruh Pendapatan Asli Daerah ( PAD ) Terhadap Kinerja Keuangan Pada
Pemerintah Kabupaten dan Kota, 2(22), 39–51.

209 Hurian Kamela, SE, Dr. Dyah Setyaningrum., SE, MSM

Anda mungkin juga menyukai