com
JURNAL
Riset Akuntansi dan Keuangan Indonesia
URL:http://journals.ums.ac.id/index.php/reaksi/index
2Dosen Fakultas Ekonomi dan wilayah. Ini didefinisikan sebagai otonomi daerah.
Bisnis (Akuntansi) Universitas Pemerintah telah menunjuk anggota Dewan Perwakilan
Indonesia Rakyat Daerah (DPRD) untuk melakukan fungsi
email: melakamel@yahoo.com pengawasan terhadap pemerintah daerah. Ada beberapa
faktor politik yang mempengaruhi fungsi pengawasan ini,
salah satunya karena anggota DPRD yang berasal dari
Kata kunci:kinerja, politik, DPRD,
pemerintahan. berbagai pihak. Ada satu komponen yang membentuk
kinerja keuangan, yaitu Pendapatan Asli Daerah (PAD).
Pendapatan asli daerah yang tinggi memberikan
gambaran yang jelas tentang keberhasilan suatu daerah
dalam meningkatkan pendapatan daerahnya sehingga
mandiri dari pemerintah pusat. Pada tahun 2015 komposisi
partai pendukung bupati/walikota seimbang. Sedangkan
pada tahun 2016 terjadi perubahan komposisi,
202
p-ISSN: 1411-6510
e-ISSN :2541-6111 JURNALRiset Akuntansi dan Keuangan Indonesia Vol.5 No.2 September 2020
(pejabat lain di pemerintahan). DPRD sebagai lembaga yang penentu di pemerintahan daerah. Hasil penelitian menunjukkan
dibentuk pemerintah diharapkan dapat membentuk stabilitas bahwa keuangan pada tahun sebelumnya memiliki dampak positif
politik. DPRD harus terlibat aktif dalam memberikan nasihat dan terhadap kinerja keuangan masa depan.
mengoreksi pelaksanaan kegiatan guna memperkuat legitimasi.
Fungsi penganggaran dan fungsi pengawasan terkait APBD harus Kinerja keuangan
sesuai dengan prinsip transparansi dengan tidak menambah atau Kinerja dapat diukur secara finansial atau non-
mengurangi pengelolaan keuangan di suatu daerah sehingga finansial. Kinerja non keuangan dapat diukur dengan
pembentukan dan perkembangan kota/kabupaten sesuai dengan Evaluasi Kinerja Penyelenggaraan Pemerintahan (
kenyataan. Peran yang terlihat adalah yang terjadi dalam Evaluasi Kinerja Penyelenggaraan Pemerintah
pelaksanaan rapat paripurna rencana peraturan daerah tentang Daerah-EKPPD), yang diukur setiap tahun. Kinerja
anggaran. Kewajiban DPRD termasuk melakukan pengecekan keuangan didasarkan pada laporan keuangan dalam
terhadap anggaran dan pendanaan yang dilakukan oleh pemerintah laporan pemerintah daerah. Dalam kinerja
daerah. Jika ada masalah atau kesalahan yang terjadi, DPRD dapat keuangan, rasio tersebut dapat dilihat dari
mengeluarkan informasi tentang revisi dan kemungkinan pendapatan yang ada di pemerintah daerah. Hal ini
penolakan. Transparansi bermanfaat untuk menciptakan prioritas sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Adi
pembangunan, pelaksanaan tanggung jawab keuangan dan (2006) yang menunjukkan bahwa kinerja keuangan
menciptakan akuntabilitas publik. Krafchik danWehner (1999) merupakan ukuran dari PAD. Pemerintah daerah
menjelaskan bahwa parlemen memiliki arti penting dalam mampu mandiri dalam mengelola keuangannya
pemerintahan, salah satunya adalah menentukan anggaran yang sendiri dan tidak memerlukan banyak keterlibatan
dipengaruhi oleh komisi di legislatif dan juga mampu memberikan dari pemerintah pusat.
keputusan. Keputusan tersebut diharapkan dapat diambil oleh
pemerintah saat ini. salah satunya adalah untuk menentukan Berlawanan
anggaran dipengaruhi oleh komisi di legislatif dan juga mampu
Oposisi dalam politik salah satunya terlihat dari
memberikan keputusan. Keputusan tersebut diharapkan dapat
komposisi anggota DPRD di pemerintahan. Maeda
diambil oleh pemerintah saat ini. salah satunya adalah untuk
(2010) menyatakan bahwa kesetaraan fragmentasi
menentukan anggaran dipengaruhi oleh komisi di legislatif dan juga
politik sangat penting seperti halnya kesetaraan
mampu memberikan keputusan. Keputusan tersebut diharapkan
distribusi politik. Oposisi mungkin memberikan
dapat diambil oleh pemerintah saat ini.
pendapat dalam pengambilan keputusan yang adil.
Pengertian oposisi politik diambil dari penelitian
Tinjauan Pustaka dan Pengembangan Hipotesis
Garcia et al. (2013) dengan menggunakan persentase
Teori Badan
anggota DPRD yang merupakan partai pemenang
Penulis menggunakan teori keagenan oleh Jensen dan kedua. Pada 2016, komposisi partai juga berubah.
Meckling (1976) dalam penelitian ini. Teori ini berkaitan Oposisi sebagai pembanding memberikan
dengan pelaksanaan wewenang dan tanggung jawab pelaksanaan kegiatan yang lebih efektif, seperti yang
antara dua pihak (prinsipal – agen). Penelitian sebelumnya dilihat oleh masyarakat.
tentang kinerja telah dieksplorasi oleh Setyaningrum &
Martani (2018). Penelitian ini mengeksplorasi bagaimana Koalisi
lembaga legislatif (DPRD) mengimplementasikan teori
Anggota DPRD di lingkungan pemerintahan yang
keagenan sebagai pelaksana fungsi pengawasan. Ini mirip
berasal dari partai pendukung disebut koalisi DPRD.
dengan posisi dewan di sebuah perusahaan. Penelitian
Koalisi DPRD bisa terdiri dari berbagai macam partai
sebelumnya oleh Fenewick (2012) lebih banyak membahas
gabungan yang mendukung bupati/walikota terpilih,
tentang kinerja dan politik. Pengaruh politik yang kurang
seperti yang terjadi di Bandung. Kota ini memiliki
kondusif mungkin membatasi kepemimpinan yang baik.
walikota yang terdiri dari partai-partai pendukung yang
Norris (2004) memberikan informasi tentang bagaimana
juga menduduki jabatan di DPRD. Implementasi
politik memberikan “ligamen” dalam menentukan strategi
kepartaian, perjalanan politik, serta pemegang
partai dalam politik. Menurut strategi, partai berusaha
kekuasaan telah dijelaskan dalam penelitian Garcia et al.
memberikan loyalitas kepada pendukung politiknya dan
(2011) di Spanyol. Penelitian ini terutama membahas
mendengarkan pendapat pihak lain untuk kepentingan
tentang keputusan pemerintah daerah dapat dikaitkan
partai itu sendiri. Strategi ini dinilai lebih efektif dan
dengan ideologi serta kekuasaan dalam pemerintahan
bermanfaat dalam pelaksanaan pemerintahan. Sebuah
saat ini. Implementasi kebijakan yang akan diambil dan
studi oleh Goeminne & George (2019) di Belgia
dilaksanakan oleh pemerintah daerah mungkin dapat
mengeksplorasi implementasi pertunjukan
memberikan gaya kepemimpinan yang unik. Ini
kebijakan yang dianggap mendukung warga negara pengawasan yang lebih banyak menghasilkan kinerja
dan menciptakan kepercayaan yang tinggi di pemerintah daerah yang lebih baik. Wenny, CD (2012)
masyarakat. Undang-Undang Republik Indonesia No 2 memaparkan bahwa kinerja keuangan berkaitan
Tahun 2011 memberikan penjelasan tentang partai dengan kewajiban keuangan yang dikeluarkan oleh
politik. Dinyatakan bahwa sedikit banyak pelaksanaan pemerintah (secara fiskal) seperti pengelolaan
politik harus berpedoman pada aturan dan undang- pendapatan asli daerah, baik berupa pajak, retribusi
undang. Partai politik yang membentuk koalisi di maupun dalam bentuk pendapatan lainnya. Ini akan
Indonesia adalah partai yang disahkan. Adanya partai membantu mempromosikan pembangunan yang lebih
pendukung dalam pemerintahan, seperti partai baik kepada pemerintah dari tahun ke tahun. H1:
pendukung walikota-bupati dapat memberikan Koalisi politik berpengaruh negatif terhadap kinerja
berbagai dampak bagi pemerintah, baik positif maupun keuangan pemerintah daerah.
negatif. Rusmayadi dkk. (2019) memandang bahwa
politik adalah sarana untuk mencapai tujuan. Maeda (2010) membahas tentang dampak
partai lawan dapat berdampak pada pemilihan
Ukuran Legislatif umum, terutama jika partai lawan jumlahnya banyak.
Studi sebelumnya oleh Setyaningrum & Martani Oposisi dianggap lebih kredibel dan efektif sebagai
(2018) mengukur ukuran legislatif berdasarkan alat untuk mengontrol dan melaksanakan politik
jumlah anggota DPRD dari suatu kota/kabupaten oleh warga. Storm (1990) menjelaskan bahwa
dalam periode waktu tertentu. Hasil penelitian pelaksanaan kekuasaan oposisi dimungkinkan untuk
Marfiana & Kurniasih (2012) menunjukkan bahwa dilemahkan terutama karena kurangnya dukungan
jumlah anggota DPRD berpengaruh negatif terhadap yang diterima, dan kehilangan posisi dari mayoritas
kinerja keuangan di wilayah Jawa. Di Indonesia, PAD anggota legislatif.
dianggap membaik jika berdampak positif terhadap Storm (1990) juga membahas tentang oposisi yang
kinerja keuangan. Suhardjanto dan Yulianing (2011) memiliki kekuatan lemah. Oposisi ini mampu melakukan
menjelaskan bahwa semakin banyak anggota DPRD 2 tindakan yaitu: (1) partai oposisi dapat memberikan
dapat berdampak positif terhadap pengungkapan dukungan kepada pemerintah, (2) partai oposisi dapat
keuangan. Di sisi lain, sebuah penelitian oleh memberikan penolakan/pemblokiran terhadap
Marfiana & Kurniasih (2012) tampaknya pemerintah. Dengan demikian, pengaruh oposisi yang
membuktikan sebaliknya dengan menyatakan bahwa keluar baik di parlemen maupun kondisi politik dapat
semakin banyak anggota DPRD dapat berdampak diatasi. Maeda (2010) di Jepang menyatakan bahwa
negatif terhadap kinerja keuangan di wilayah Jawa. oposisi politik di suatu negara merupakan karakteristik
utama yang dapat berdampak, terutama pada bagian
Jenis Pemerintah akuntabilitas, dalam bentuk tanggung jawab (tindakan).
Jenis pemerintahan menggambarkan ukuran kota/
kabupaten yang terdiri dari penilaian kota/kabupaten. H2: Oposisi politik berpengaruh positif
Penelitian sebelumnya oleh Fenwick & Miller (2012) terhadap kinerja keuangan pemerintah
menggunakan pengukuran tipe pemerintahan sebagai daerah.
posisi utama, yaitu secara kabupaten/kota. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa pengaruh pemerintah METODE PENELITIAN
memberikan dampak positif dengan skor kinerja
berdasarkan variabel dummy (1 dan 0). Penelitian ini menggunakan Laporan Keuangan
Pemerintah Daerah (Laporan Keuangan Pemerintah Daerah).
Penelitian ini memiliki 2 hipotesis utama, yaitu sebagai - LKPD) dari kota dan kabupaten di Indonesia selama
berikut: 2 tahun (2015-2016) sebagai datanya. Variabel terikat
Penelitian Moe (1984) berkaitan dengan teori dalam penelitian ini adalah kinerja keuangan. Untuk
keagenan: politisi adalah agen, birokrat adalah agen. Ini mendefinisikan koalisi politik, penulis menggunakan
memberikan tanggung jawab sesuai dengan ukuran dari jumlah anggota DPRD yang berasal dari
kepentingannya sendiri. Studi Kusumawardani (2012) partai pendukung pemerintah. Oposisi politik diukur
menunjukkan bahwa tingkat pengawasan berkaitan dengan pemenang kedua anggota DPRD yang
dengan kemauan untuk melakukan tugas. Kesediaan ini berasal dari partai pendukung nonpemerintah.
dapat memberikan peningkatan kinerja pemerintah Rumus yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
dalam bentuk skor. Sumarjo (2010) membahas bahwa
Tp . 1933868 0 1
Penjelasan:
KK= Kinerja Keuangan, KO= Koalisi, OP=
Oposisi, LS= Ukuran Legislatif, TA= Total Aset, Tabel 2 memberikan gambaran analitis yang
TP= Jenis Pemerintah. terdiri dari variabel terikat (kinerja keuangan) dan
variabel bebas (oposisi politik dan koalisi politik).
Variabel kontrol adalah ukuran legislatif, total
Tabel 1a. Sampel ( Kota/Kabupaten : Tidak Ada Periode Pilkada 2015-
aset, dan jenis pemerintahan. Tingkat rata-rata
2016)
tertinggi adalah ukuran legislatif (LS) (32.71026).
kota Sampel
Distrik kota 262
Pengamatan Total 524
Tabel 3.Kota/Kabupaten : Tidak Ada Pilkada (2015-2016)
Kedua tabel tersebut menunjukkan perbedaan Var hyp Tanda koefisien P>t T
sampel (kota dan kabupaten yang terlibat dalam Kontra 1.453579 0,000 - 9.26
positif (+) 0,0004 (skor < 0,05) dan sesuai hip. Eks. Hasil
dengan hipotesis. Hal ini menjadi bukti H1 (-) Tidak
KO 1.17 0,851780
KESIMPULAN
OP 1.12 0,893412
REFERENSI
[1] Adi (2006), Hubungan Pertumbuhan Ekonomi, Belanja Pembangunan dan Pendapatan Asli
Daerah. Jurnal Akuntansi dan Tata Kelola Andalas (JAGA).
[2] Ashworth, J., Geys, B., Heyndels, B., Wille, F., Ashworth, J., Geys, B. Wille, F. (2014). Persaingan di
arena politik dan kinerja pemerintah daerah Persaingan di arena politik dan kinerja
pemerintah daerah. Ekonomi Terapan, 46(19), 2264–2276. https://doi.org/10.1080/000
36846.2014.899679
[3] Fenwick, J., Miller, KJ, Fenwick, J., & Miller, KJ (2012). Manajemen politik dan kinerja lokal:
hubungan pengujian? https://doi.org/10.1108/09513551211224261
[4] Garcia, Sanchez, IM, Rodríguez-Domínguez, L., Gallego-Álvarez, I. (2011). Hubungan antara faktor politik
dan perkembangan pemerintahan partisipatif. informasi Perkumpulan 27 (4), 233e251.
[5] García-Sánchez, IM, Frías-Aceituno, JV, & Rodríguez-Domínguez, L. (2013). Penentu pengungkapan
sosial perusahaan di pemerintah daerah Spanyol. Jurnal Produksi Bersih, 39, 60–72. https://
doi.org/10.1016/j.jclepro.2012.08.037.
[6] Goeminne, S., & George, B. (2019). Perkembangan baru : Determinan kinerja keuangan
organisasi publik, 0962. https://doi.org/10.1080/09540962.2018.1476309
[7] Gourevitch., P., A., (2003) Politik regulasi tata kelola perusahaan. New York: Oxford
University Press, hal. 250.
[8] Harun (2008). Buletin Kajian Ekonomi Indonesia, Ekonomi, Hambatan-hambatan AKUNTANSI
SEKTOR PUBLIK. https://doi.org/10.1080/000749110701727613
[9] Jensen, M. dan Meckling, W., (1976) . “Teori Perusahaan: Perilaku Manajerial, Biaya Agensi, dan
Struktur Kepemilikan.” Jurnal Ekonomi Keuangan (305-360).
[10] Krafchik, Warren dan Joachim Wehner, 1999, “Peran Parlemen dalam Proses Anggaran,” makalah yang
disiapkan untuk Institut Demokrasi di Afrika Selatan, tersedia di http://www.internationalbudget. org/
resources/library/parliament.pdf
[11] Kusumawardani, (2012). 'Pengaruh Size, Kemakmuran, Ukuran Legislatif, Leverageterhadap Kinerja
Keuangan Pemerintah Daerah di Indonesia'. Jurnal Analisis Akuntansi 1.Universitas Negeri
Semarang.
[12] Maeda (2010). Terbagi Kita Jatuh : Fragmentasi Oposisi dan Keberuntungan Pemilihan Partai
Pemerintah, Jurnal Ilmu Politik Inggris, Vol. 40, No. 2 (April 2010), hlm. 419-434 40(2), 419–434.
https://doi:10.1017/S000712340999041X
[13] Marfiana, N., & Kurniasih, L. (2012). PEMERIKSAAN AUDIT BPK TERHADAP KINERJA
KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN/ KOTA. Universitas Sebelas Maret.
[14] Melki. (2018). Hubungan DPRD Dan Pemerintah Daerah Dalam Penetapan Anggaran Pendapatan Dan
Belanja Daerah. Tinjauan Hukum Soumatera. E-ISSN: 2620-5904. https://10.22216/soumlaw. v1i1.3385
[15] Moe, TM (1984) Ekonomi Organisasi yang baru. Jurnal Ilmu Politik Amerika Vol. 28, Nomor
4 (Nov, 1984), 739-777
[16] Norris P. (2004) Rekayasa Pemilihan: Aturan Pemungutan Suara dan Perilaku Politik. New York: Pers Universitas
Cambridge.
[17] Prado-Lorenzo, JM, García-Sánchez, IM, Cuadrado-Ballesteros, B., (2012). Kota berkelanjutan: apakah
faktor politik menentukan kualitas hidup? Jurnal Produksi Bersih 21, 34-44.
[18] Rusmayadi dkk. (2019). Pengawasan Pemerintahan oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Tidak
Bertentangan dengan Kedudukan Hukum Kepala Daerah sebagai Anggota Partai Politik Pengawasan
pemerintah oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah tidak bertentangan dengan Status Hukum Kepala
Daerah sebagai Anggota Partai Politik, 1(2), 232 –245.
[19] Setyaningrum, D., & Martani, D. (2018). Penentu Kinerja Pemerintah Daerah di Indonesia,
55(Iac 2017), 7–12.
[20] Storm, K. (1990) Pemerintahan Minoritas dan Aturan Mayoritas, Cambridge, Cambridge University Press.
Inggris.
[21] Suhardjanto, D., Yulianingtyas, R. (2011). Pengaruh Karakteristik Pemerintah Daerah Terhadap Kepatuhan
Pengungkapan Wajib Dalam Laporan Keuangan Pemerintah Daerah. Universitas Sebelas Maret.
[22] Sumarjo, Hendro (2010) PENGARUH KARAKTERISTIK PEMERINTAH DAERAH TERHADAP KINERJA
KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH (Studi Empiris pada Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota di
Indonesia). Universitas Sebelas Maret Surakarta.
[23] Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2011 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang
Nomor 2 Tahun 2008 Tentang Partai Politik. Jakarta. Indonesia.
[24] Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2014 Tentang Majelis Permusyawaratan
Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat
Daerah. Jakarta. Indonesia.
[25] Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah. Jakarta.
Indonesia.
[26] Wenny, CD (2012). Analisis Pengaruh Pendapatan Asli Daerah ( PAD ) Terhadap Kinerja Keuangan Pada
Pemerintah Kabupaten dan Kota, 2(22), 39–51.