Anda di halaman 1dari 5

KONTRIBUSIKU BAGI ANAK-ANAK INDONESIA

“Saya terlahir tidak sempurna, akan tetapi keajaiban selalu datang dalam hidup saya”
Sewaktu lahir saya adalah anak dengan IQ rendah. Perkembangan kognitif saya tidak dapat
berkembang dengan baik selayaknya anak-anak seusia saya. Saya mengalami keterlambatan
bicara dan juga keterlambatan berpikir. Saya belum bisa membaca dan menulis ketika anak-
anak seusia saya sudah bisa membaca dan menulis. Saya mengalami kesulitan belajar. Saya
berbeda dari saudara kandung saya yang pintar. Saya juga sering sekali mendapatkan
perlakuan yang tidak menyenangkan karena saya dianggap bodoh. Bermula dari sinilah saya
mengambil jurusan S1 Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usian Dini (PG-PAUD) di
Universitas Negeri Malang. Semasa kuliah, saya aktif dalam organisasi Himpunan
Mahasiswa sebagai koordinator bidang Seni dan Kebudayaan. Keaktifan di organisasi ini
mengasah kemampuan saya dalam kepemimpinan dan membangun inisiatif-inisiatif untuk
mengambil tindakan nyata dalam merespon permasalahan sosial dan pendidikan di tingkat
lokal, provinsi, dan nasional. Setelah lulus sarjana pada tahun 2016 saya diterima di sebuah
sekolah Taman Kanak-Kanak swasta di Kabupaten Trenggalek. Juli 2016 saya sudah mulai
mengajar di TK Dharma Wanita 1 Nglebeng Kecamatan Panggul Trenggalek.

Setelah memasuki dunia anak usia dini, saya menemukan banyak permasalahan, salah
satunya adalah ketidakterbukaan anak dalam berkomunikasi. Kebanyakan dari mereka
dikarenakan oleh sifat pemalu, takut dan tidak percaya diri. Saya merasa, saya belum berhasil
menjadi seorang guru. Akhirnya saya mendirikan Sanggar Literasi Narayana, dimana saya
mengajarkan banyak hal tentang literasi kepada anak-anak di sanggar saya. Saya
menyediakan berbagai macam buku untuk mereka baca sesuka hati. Saya juga mengajak
mereka untuk menulis buku cerita bergambar. Saya sendiri telah banyak menulis buku cerita
bergambar untuk anak-anak dan beberapa juga telah diterbitkan. Saya bukan orang berada,
saya berasal dari keluarga biasa di sebuah kecamatan kecil di Kabupaten Trenggalek. Saya
memulai sanggar seni dengan meminjam dana dari Bank. Hanya dengan tekad dan bismillah,
saya membeli rak buku dan buku-buku. Saya bersyukur karena banyak teman-teman saya
baik dari dalam maupun dari luar kota berbaik hati menyumbangkan buku-bukunya. Di
rumah kecil yang sederhana kami memulai bersama. Untuk melengkapi fasilitas sanggar
kami tidak jarang saya membuat sendiri properti-properti pendukung untuk mereka
mengekspresikan diri dalam berliterasi. Properti-properti tersebut diantaranya boneka-boneka
tangan dan boneka jari yang saya jahit sendiri kemudian juga beberapa panggung boneka
sederhana yang saya rakit sendiri.

Bertahun-tahun mengajar anak usia dini tetap tidak menyurutkan kecintaan saya terhadap
literasi. Saya menulis banyak cerita fiksi. Namun atas dasar kecintaan saya kepada anak-
anak, saya juga menjadi sering menulis buku cerita anak. Hampir setiap hari saya menulis
cerita, menggambar sendiri, dan menuliskannya sendiri. Saya menggambar dan menulis
cerita-cerita sederhana berdasarkan kejadian-kejadian nyata yang terjadi pada anak didik
yang saya amati setiap harinya. Bagi saya menulis dan bercerita adalah suatu hal yang
membahagiakan.

Saya yang semasa kecil memiliki perkembangan kognitif yang lambat tidak membuat saya
menyerah pada pendidikan. Saya selalu berusaha dan belajar dengan tekun sehingga saya
berhasil lulus S1 dengan IPK 3,76. Cukup bagus untuk seseorang yang pernah mengalami
keterlambatan perkembangan kognitif di masa lalu. Perkembangan kognitif saya mulai
berkembang secara normal semenjak Ibu saya sangat rajin membacakan buku-buku untuk
saya. Ibu saya membelikan banyak sekali buku-buku bacaan untuk saya semasa kecil. Hal itu
pula yang membuat hati saya tergerak untuk melakukan apa yang telah dilakukan Ibu saya
kepada saya, si anak yang lambat. Saya mendirikan sebuah sanggar literasi karena saya
berpikir bahwa literasi sangatlah penting bagi perkembangan otak anak yang akan
mempengaruhi kehidupan selanjutnya.

Tahun 2016 pada saat saya baru satu bulan mengajar di Taman Kanak-Kanak saya selalu
bertanya-tanya apakah pendidikan literasi sejak dini akan memberikan dampak positif bagi
perkembangan bahasa dan kognitif anak secara cepat dan tepat? Kemudian saya mulai
menerapkan kegiatan “Sepuluh Menit Mendongeng”. Saya menceritakan sebuah dongeng
sepuluh menit setiap harinya kepada anak-anak didik saya. Dongeng yang saya ceritakan
adalah dongeng-dongeng bersambung sehingga anak-anak selalu merasa penasaran dengan
kelanjutan ceritanya dan membuat mereka semakin bersemangat dan antusias untuk
mendengarkan kelanjutan cerita keesokan harinya. Tidak jarang dongeng yang saya ceritakan
kepada anak-anak juga menggunakan buku cerita bergambar karya saya sendiri. Saya juga
membuat properti yang lain seperti boneka tangan, boneka jari dan panggung boneka.
Beberapa bulan saya menerapkan kegiatan “Sepuluh Menit Mendongeng”, saya mulai
mengetahui hasilnya. Murid-murid saya menjadi lebih aktif berbicara dan berani
mengutarakan pendapat. Mereka juga mendapatkan banyak sekali kosa kata baru dalam
berbicara, memiliki kemampuan belajar dan cara berkomunikasi yang lebih baik. Bahkan
anak-anak yang sebelumnya adalah anak-anak yang pendiam dan pemalu pun juga menjadi
anak yang lebih percaya diri, aktif bertanya dan tidak malu menyampaikan pendapatnya.
Bahkan saya melakukan sebuah riset tentang hal itu. Riset yang saya lakukan adalah
“Dampak Positif Literasi Anak Melalui Kegiatan Mendongeng Terhadap Perkembangan
Anak Usia Dini”.

Setelah menerapkan kegiatan “Sepuluh Menit Mendongeng” untuk anak-anak kemudian saya
juga mencoba membuat kegiatan baru untuk mereka yaitu dengan memberikan buku harian
kepada mereka. Saya meminta anak-anak didik saya untuk menceritakan kejadian-kejadian
menarik yang terjadi pada dirinya setiap harinya. Buku harian yang saya bagikan kepada
mereka tentu bukanlah buku harian seperti milik orang dewasa. Tetapi buku harian yang saya
buat khusus untuk mereka berupa buku gambar mini, bukan buku tulis bergaris, mengingat
bahwa tidak semua anak usia dini sudah bisa menulis dengan baik dan lancar. Dengan buku
harian yang saya buat dalam bentuk buku gambar tersebut, anak-anak dapat menyampaikan
perasaan setiap hari akan sebuah kejadian-kejadian yang baginya menarik melalui goresan
gambar-gambar sederhana dan tulisan singkat sederhana.

Sekarang, sebagai seorang guru yang telah mengajar anak-anak usia dini selama lima tahun
dengan penerapan berbagai pendidikan literasi sejak dini yang telah saya lakukan, kini saya
juga menemukan manfaat lain dari pendidikan literasi tersebut selain untuk manfaat
akademik, yaitu manfaat psikologis. Anak-anak menjadi lebih ceria, bahagia dan tanpa
beban. Sebab mereka dapat mencurahkan perasaan dan bentuk emosinya melalui buku harian
sederhana dan juga bercerita dengan komunikasi yang baik kepada guru, orangtua, teman dan
juga saudaranya. Mereka tumbuh menjadi anak dengan pribadi yang terbuka dan tidak
memendam emosi apapun.

Selain menjadi seorang guru saya juga merupakan pegawai lepas kantor kecamatan. Saya
menjadi staf ketenagaan di kantor Kecamatan Panggul Kabupaten Trenggalek. Disana saya
belajar dari awal, mulai dari membuat amplop, jadi tukang stample, surat menyurat sampai
menjadi pembawa acara di setiap kegiatan resmi. Pengalaman itu tidak pernah saya dapatkan
sebelumnya, dimana saya harus belajar teliti dan memberikan pelayanan. Saya belajar
menjadi staf yang baik dan menyelesaikan seluruh tugas dan tanggung jawab saya. Satu
pesan pak Camat yang selalu saya ingat “BAWAHan tidak bisa mengATASi”. Kata ini
sederhana, tapi sangat bermakna, dimana saya yang terbiasa tergesa-gesa mengatasi segala
sesuatunya, harus sadar diri, mawas diri dan menahan diri bahwasanya saya adalah bawahan
dan segala sesuatu harus seizin atasan. Inilah yang membuat saya mengerti akan batasan-
batasan.

Seiring waktu berlalu, Sanggar Literasi Narayana semakin berkembang dan pada akhirnya
menjadi Sanggar Seni Narayana dengan menambah bidang pengembangan yaitu seni
pedhalangan dan pewayangan yang dipimpin oleh suami. Kami dipercaya mantan Bupati
Trenggalek Ir. Mulyadi, WR, MMT untuk mendapatkan sumbangan berupa seperangkat
gamelan. Dengan adanya sumbangan seperangkat gamelan tersebut membuat semangat kami
kian bertumbuh. Siswa di sanggar kami pun menjadi semakin banyak. Rasanya sangat bangga
dapat turut andil dalam pelestarian kebudayaan Jawa. Bahkan Sanggar Seni Narayana
mendapatkan penghargaan dari Persatuan Pedhalangan Indonesia (Pepadi) Kabupaten
Trenggalek.

Dalam dunia pendidikan, prestasi yang berhasil saya raih adalah juara 2 lomba mendongeng
tingkat nasional dalam rangka Hari Anak Nasional tahun 2021 yang diselenggarakan oleh
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Riset dan Teknologi. Nominator 20 terbaik tingkat
nasional lomba cipta cerita bergambar anak usia dini dalam rangka Hari Guru Nasional tahun
2019 yang diselenggarakan oleh Kementerian Pendidikan, dan Kebudayaan, Riset dan
Teknologi.

Mimpi saya mengenai Indonesia di masa depan dapat disederhanakan dengan terwujudnya
amanat UUD 1945, “Tiap-tiap warga negara berhak mendapatkan pengajaran” yang tertuang
dalam Pasal 31 ayat (1) UUD 1945. Saya harap pendidikan berkualitas di Indonesia dapat
dinikmati dan diakses oleh siapa saja. Bukan hanya dinikmati oleh anak-anak dari orang
kaya, namun juga oleh mereka yang tinggal di daerah kumuh, 3T, disabilitas, ataupun lahir di
kalangan keluarga tidak mampu. Minimnya jumlah sekolah luar biasa di daerah,
mengharuskan semua sekolah menjadi sekolah inklusi, yang memberi kesempatan yang sama
untuk disabilitas.
Selanjutnya mimpi saya untuk mewujudkan amanat UUD 1945 “Setiap warga negara berhak
atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan” yang tertuang dalam Pasal 27
ayat (2) UUD 1945. Saya berharap pemerintah dan seluruh lapisan masyarakat memberikan
kesempatan yang sama pada disabilitas agar mendapatkan pekerjaan sehingga kehidupan
mereka juga bisa sejahtera.

Bila saya berkesempatan untuk mendapatkan beasiswa ini, saya ingin meningkatkan peran
sebagai seorang kepala sekolah dan aktivis sosial. Saya yakin, pendidikan lanjutan di
Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini merupakan bingkai kerja untuk memanfaatkan
potensi yang saya miliki dan mengasah kemampuan yang saya butuhkan di dunia akademik
dan masyarakat. Selain itu, salah satu cita-cita saya adalah menjadi seorang pemangku
kebijakan yang menangani bidang PAUD dan pendidikan masyarakat. Sehingga saya dapat
memperluas kontribusi saya lebih jauh dan secara fundamental. Cara saya mewujudkan
mimpi saya adalah dengan terus berkontribusi aktif di masyarakat, menulis buku, dan
membangun networking dengan teman-teman dari berbagai kalangan, mulai dari media
hingga akar rumput. Termasuk di antaranya, dengan meningkatkan kapasitas akademik dan
skill saya melalui program beasiswa LPDP 2021.

Anda mungkin juga menyukai