Anda di halaman 1dari 6

BIBIT UNTUK TANAH DIMASA YANG AKAN DATANG

Mendidik adalah Tugas Seorang Terdidik. Anies Baswedan , tokoh pendidikan Indonesia Pendidikan itu mengenyangkan batin yang senantiasa lapar akan butiran pengetahuan. Setiap orang berhak mendapatkan pendidikan yang layak. Tidak peduli apakah ia bertempat tinggal di kota besar atau di daerah pelosok negeri. Melihat kondisi yang timpang, Undip Mengajar terinspirasi dari suatu gerakan yang telah fenomenal di negeri ini yaitu, Indonesia Mengajar yang diprakarsai oleh sang inspirator kita bapak Anies Baswedan. Merupakan salah satu gerakan yang dipelopori pemuda-pemuda Indonesia turut berperan aktif dalam aspek pendidikan di negeri ini. Gerakan ini memiliki tujuan yang sama yaitu, berusaha memenuhi janji kemerdekaan menjadikan manusia yang tercerahkan, tercerdaskan demi

kesejahteraan bangsa. GUM ( Gerakan Undip Mengajar ) mengajarkan mahasiswa untuk turut adil dalam berkontribusi bagi Indonesia dengan hal sederhana, simpel , dan keren. Mahasiswa berusaha menempatkan diri dan berbaur bersama masyarakat setempat untuk melihat sisi lain pendidikan di negeri ini dengan jarak yang lebih dekat.Kegiatan ini baru diawali tahun 2013. Kami merupakan angkatan I dari Gerakan Undip Mengajar. Kami yang terdiri dari 20 anak-anak muda terbaik Undip yang telah dilseleksi melalui 3 tahap ,yaitu berkas, wawancara,dan pelatihan. Kami ditempatkan di daerah

pelosok Semarang, kabubaten Kendal , tepatnya desa Pasigitan dan Mendono. Kami melakukan pengabdian dengan berbagai projec sosial dan pendidikan dimasyarakat. Kami terjun langsung selama satu minggu. Bahkan kegiatan

pengabdian September.

ini dilaksanakan pada saat liburan kuliah tanggal 26 Agustus- 1

Aku yang beranggotakan10 orang ( wildan, dika, mas lanjar, mba ila,pita, keket, firly, chella,mitta, dan aku). Kami tinggal di rumah kepala desa bapak Aris Salamun di desa Pasigitan selama seminggu. Melewati jalana terjal penuh dengan betatuan naik- turun kurang lebih 1 kilometer jarak dari rumah pak Kades ke sekolah pastinya setiap hari kita lalui, tetapi itu bisa terbayar dengan pemandangan nan elok disana. Kami mengajar di sd 01 Pasigitan banyak sekali kekurangan di sd tersebut seperti, kekurangan pengajar, sarana prasarana, dan model pembelajaran. Itu baru dari segi sekolah dari siswa sendiri tidak sedikit dari mereka berasal dari keluarga yang kurang mampu mereka pergi kesekolah berkilo-kilo meter jalan kaki dengan jalan yang terjal. Saat aku membuka isi tas mereka terlihat peralatan sekolah yang seadanya. (sedikit gambaran) Kegiatan ini memeng telah berlangsung , tapi sedikit banyak yang teringat dibenakku bagaimana gerakan ini telah mengisi hidupku sedemikian rupa. Memiliki keluarga baru, melatih emosional, pengetahuan, dan berbaur dengan masyarakat yang berbeda budaya dengan kita . Hal itu menjadi warna tersendiri selama seminggu aku disana. Melalui gerakan ini aku mendapat banyak kesempatan mengamati tingkah pola anak-anak. Beberapa kejadian selama aku mengamati anak-anak mampu membuatku terdiam-gemas, dilain waktu mereka mampu membuatku terdiam-haru, dan masih banyak hal-hal lain yang mebuatku terdiam, berpikir. Satu-persatu pengalaman di sana merangkai skema baru dalam kognitifku, dan sejak saat itu aku

memiliki beberapa jendela baru untuk menatap realitas. Catatan ini kutulis khusus untuk sejenak melihat kegiatan ku selama seminggu disana. Hari pertamaku mengajar adalah yang menurutku paling mengesankan. Masuk ke ruang kelas dan menyapa anak-anak di sekolah di mana aku ditempatkan sebenarnya bukan pertama kali untukku. Tapi kali ini ceritanya lain. Menjadi pengajar tak cukup hanya dengan menyapa, waktu itu kupikir aku harus mengenal mereka lebih banyak, mengenal diri sendiri lebih dalam, dan mengenal lingkungan belajar kami lebih luas. Sebelum mengajak seseorang berkenalan, mungkin ada baiknya kita mengetahui situasi emosi yang bersangkutan dan memastikan bahwa kita ada didekatnya bukan sebagai ancaman tapi sebagai teman. Jadi aku memutuskan untuk membuka interaksi kami dengan menyayikan lagu lagu ala anak-anak sambil berjoget ria. Pagi itu untuk pertama kalinya aku merasa seperti sedang konser tunggal di depan anak-anak, berkali-kali kutawarkan agar kami bernyanyi bersama, mereka masih lebih memilih untuk bertepuk tangan saja. Tapi setidaknya ketika aku mendengar tepukan anak-anak disetiap akhir kalimat siapa yang suka hati tepuk tangan, membuatku merasa kami bisa melanjutkan ke tahap perkenalan berikutnya. Prokprok! Detik-detik perkenalan berlalu di hari pertama aku mengajar. Aku mengajar kelas 1 sd. Beberapa nama sudah cukup familiar ketika aku melihat name tag yang mereka kenakan. Sudah saatnya memulai sesi belajar mengajar. Aku menawarkan kepada mereka untuk belajar berhitung, dan dengan satu teriak mereka menyambut tawaran itu bu nggak bisaaaa!

Mendengar sambutan itu rasa hatiku menciut dan bersembunyi dalam-dalam di balik lembaran buku. Dan satu-satunya yang bisa memanggilku dari persembunyian itu adalah rasa ingin tahu mereka yang bebas, tanpa terbelenggu sebuah frasa ketidakberdayaan nggak bisa. Aku meminta mereka jangan bilang nggak bisa, coba dulu Nampaknya aku harus berpikir kreatif agar mereka antusias dalam belajar. Aku teringat dengan lagu penyemangat belajar. Aku ajarkan kepada mereka saat ice breaking. Kemudian keesokan harinya aku buat alat peraga dari kertas karton dan permainan edukasi. Alhamdullilah mereka sangat antusias sekali menyimak pelajaran yang aku berikan. Hari demi hari selama seminggu di desa itu aku rasakan dengan penuh warna. Setiap harinya sesampainya disekolah aku disambut dengan tawa riang anak-anak sambil menyodorkan tangan untuk bersalaman. Sesampai dikelas tak mudah untuk bisa menertibkan mereka mengajak mereka antusias dalam belajar. Hal itu bisa aku atasi degan kesabaran. Menyentuh mereka secara personal dengan ajakan-ajakan yang membangun akirnya mereka luluh juga. Saat proses belajar mengajar setiap harinya ku coba tanamkan keyakinan akan cita-cita mereka.Betapa optimisnya mereka tatkala melihat mereka membacakan cita-citanya. Bergetar rasanya hatiku ketika mereka lantang bersuara tanpa menghiraukan keterbatasan yang mereka miliki. Selain itu rasa ingin tahu mereka yang besar terhadap hal baru itu membuat saya menjadi lebih bersemangat untuk terus berusaha membuka cakrawala untuk mereka. Hari terakhir mengajar didesa itu pun tiba sabtu 31 Agustus 2013. Saat itu kami mengadakan pentas seni di sekolah itu. Suatu kolaborasi pertunjukan seni tari

jaranan yang apik dibawakan anak kelas 3-6 sd. Walaupun peralatan seadanya dan tanpa adanya latihan. Namun mereka mampu membuat mata kami tersipu kagum menatap mereka. Gerakan tari nan kompak diiringi alat musik seadanya terbuat dari ember bekas cat mereka mahir mengiringi tarian tersebut. Setelah itu kami berfoto-foto mengabadikan momen tersebut. Setelah itu saatnya kita berpamitan kepada mereka karena hari ini adalah hari terakhir kami mengajar disekolah tersebut. Tak kuat rasanya kuberpamitan kepada mereka, tetapi hal itu harus ku lakukan. Ketika aku memberitahukan mereka akan kepergian ku di hari minggu besok. Aku coba berusaha melihat ekspresi mereka satu persatu. Haru, rasa yang ku rasakan ketika air mata mereka mulai membasahi pipi mereka. Satu persatu anak memeluk diriku sambil berkata jangan pergi Bu, besok kesini lagi ya.... Apa yang harus ku jawab bisiku dalam hati. Aku tidak mampu berkata apa apa lagi dihadapan mereka. Ketika itu langsung ku peluk mereka satuper satu sambil membelai-belai tubuh mereka. Setelah itu langsung ku antar mereka pulang sampai pintu gerbang sekolah. Sampai terakhir kami pulang pada hari minggunya, mereka berbaris menunggu kita melewati jalan yang biasa kita lewati untuk balik ke semarang pulang. Ini sedikit pengalaman selama seminggu yang ku rasakan. Aku sangat bersyukur bisa bertemu mereka. Tanpa disadari mereka telah menginspirasi diriku untuk bisa berbuat lebih baik. Sebenarnya kalu dipikir-pikir aku memang belum sempurna untuk menjadi pendidik banyak pribadi dalam diriku yang masih perlu diperbaiki. Namun apabila mengunggu kesempurnaan itu mungkin semakin banyak orang yang apatis di negeri ini terhadap nasib bangsanya.Dalam kegiatan ini aku bersama 19 Dipenegoro Muda hanya berusaha untuk bekerja sama menyatukan rasa kepedulian kami yang kemudian bekerja sama menjadikan Indonesia yang lebih baik.

Bentangkan sayap mu, Jelajahi dunia, Gapai impianmu, kita akan pergi bersama . Doaku selalu menyertaimu anak-anaaku.

Anda mungkin juga menyukai