Anda di halaman 1dari 111

SKRIPSI

Potret Perpustakaan Kolese Santo Ignasius Yogyakarta

1976 – 2000

Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat


Memperoleh Gelar Sarjana Humaniora
Program Studi Sejarah

Oleh

Alvin Riyan Himawan

164314005

PROGRAM STUDI SEJARAH FAKULTAS SASTRA

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2022
ABSTRAK

Alvin Riyan Himawan, Potret Perpustakaan Kolese Santo Ignasius


Yogyakarta 1976 - 2000. Skripsi. Yogyakarta : Program Studi Sejarah,Fakultas
Sastra, Universitas Sanata Dharma,2022.
Skripsi berjudul Potret Perpustakaan Kolese Santo Ignasius Yogyakarta
1976 – 2000 bertujuan untuk mengkaji perpustakaan tradisional yang bertahan
sampai sekarang. Penelitian ini bertujuan menjawab beberapa permasalahan, pertama
melihat bagaimana perkembangan sejarah kolsani hingga memiliki sebuah
perpustakaan sendiri. Kedua melihat perbandingan dan hubungan secara umum
Perpustakaan Kolese Santo Ignasius dengan Jogja sebagai kota pelajar lewat
banyaknya berbagai fasilitas perpustakaan yang ada.ketiga melihat peranan
Perpustakaan Kolese Santo Ignasius dalam ikut memajukan pendidikan masyarakat
dengan dibukanya perpustakaan untuk kalangan luas.
Penelitian ini disusun menggunakan metode sejarah seperti
heuristik,verifikasi,Interpretasi dan juga Historiografi. Dengan menggunakan teori
fungsionalisme Emile Durkheim dan teori kelembagaan, didukung juga oleh sumber
pustaka buku,jurnal, dan skripsi.
Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa perpustakaan Kolese Santo
Ignasius Yogyakarta tetap menggunakan cara konvensional dalam pengelolaannya.
Perpustakaan ini juga mempunyai metode tersendiri dalam pengelolaan buku dan
pengadaan koleksi berasal dari internal lembaga yesuit bukan dari bantuan institusi
atau lembaga pemerintahan. Sehingga kelangsungan perpustakaan Kolese Santo
Ignasius masih harus dijalankan oleh generasi berikutnya bila tidak adanya penerus
maka perpustakaan ini tidak akan bertahan.

Kata kunci : Perpustakaan tradisional,konvensional,Perpustakaan Kolese Santo


Ignasius

2
Abstrack

Alvin Riyan Himawan, Portrait of the Library of St Ignatius College


Yogyakarta 1976 - 2000. Thesis. Yogyakarta: History Study Program, Faculty of
Letters, Sanata Dharma University, 2022.
The thesis entitled Portrait of the Library of St Ignasius College Yogyakarta
1976 – 2000 aims to examine traditional libraries that have survived until now. This
study aims to answer several problems, first to see how the historical development of
Kolsani to have a library of its own. Second, look at the comparison and general
relationship between the St Ignasius College Library and Jogja as a student city
through the many existing library facilities. The third looks at the role of the St.
Ignasius College Library in participating in advancing public education by opening a
library for the wider community.
This research was compiled using historical methods such as heuristics,
verification, interpretation and also historiography. By using Emile Durkheim's
theory of functionalism and institutional theory, it is also supported by library sources
of books, journals, and theses.
The results of this study indicate that the library of the Kolese Santo Ignasius
Yogyakarta still uses conventional methods in its management. This library also has
its own method of managing books and the procurement of collections comes from
internal Jesuit institutions, not from government institutions or agencies. So that the
continuity of the St. Ignatius College library still has to be carried out by the next
generation. If there is no successor then this library will not survive.

Keywords: traditional library, conventional library, St Ignatius College Library.

3
DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN …………………………………………………………… ……5


1.1 Latar Belakang Masalah 5
1.2 Identifikasi dan Pembatasan Masalah ….13
A.identifikasi 13
B.Pembatasan Masalah ……………………………………………………………. 15

1.3 Rumusan Masalah …………………………………………………………………… 16

1.4 Tujuan Penelitian …………………………………………………………………….. 16

1.5 Manfaat Penelitian …………………………………………………………………… 16

1.6 Kajian Pustaka ………………………………………………………………………… 17

1.7 Landasan Teori ……………………………………………………………………….. 18

1.8 Metode Penitian ……………………………………………………………………… 19

1.9 Sistematika Penulisan ………………………………………………………………… 20

BAB II Kiprah Ordo Yesuit di Bidang Edukasi 21


2.1 Sejarah Penyebaran Serikat Yesus di Yogyakarta 21
2.2 memilih jalan pendidikan lewat penyebaran misi & mencerdaskan
Masyarakat …………………………. 28

4
BAB III Perpustakaaan Kolsani : Dari Privat Ke Publik …………..............................35

3.1 Jogja Sebagai Kota Pelajar ………...........................................................35

3.2 Perpustakaan Sebagai Jantung Kota Pelajar …………………………… 47

3.3 Membangun Perpustakaan Kolsani ……………………………………. 63

BAB IV Perpustakaan yang bertahan dengan arus zaman …………………………77

4.1 Koleksi Perpustakaan Kolsani ………………………………………….77

4.2 Teknologi Perpustakaan ……………………………………………….. 99

BAB V Penutup ……………………………………………………….. 105

5.1 Kesimpulan ………………………………………………... 105

5.2 Saran ………………………………………………………. 108

5
BAB I

PENDAHULUAN.

1.1 Latar Belakang.

Perpustakaan berasal dari kata pustaka yang artinya buku atau kitab. Dalam

bahasa Inggris perpustakaan disebut library, dalam bahasa Belanda disebut

bibliotheek, dan dalam bahasa Perancis disebut bibliotheque, dan dalam bahasa

Spanyol dan Portugis bibliotheca. dari pengertian diatas dapat diketahui akar kata

yang sama dari kata latin library yang berarti liber adalah buku dan akar kata

bibliotheek adalah biblos juga berarti buku. Dari konsep keterkaitan itu muncul

pengertian perpustakaan adalah sebuah ruangan, bagian atau subbagian dari sebuah

gedung ataupun gedung itu sendiri untuk menyimpan buku, disimpan menurut tata

susunan tertentu serta digunakan untuk anggota perpustakaan. definisi lain juga

mengacu kepada kumpulan buku atau akomodasi fisik tempat buku disusun untuk

keperluan bacaan, studi, kenyamanan maupun kesenangan.1 jadi keberadaan

perpustakan secara garis besar bisa dikatakan sebagai suatu fasilitas yang

memberikan kontribusi positif bagi penggunanya lewat pustaka yang tersedia di

dalamnya karena terkandung informasi yang sangat berharga.

1
Sulistyo Basuki, Periodesasi Perpustakaan Indonesia, Bandung: Remaja
Rosdakarya Offset,1994,hlm 1.

6
Sepanjang sejarah manusia, perpustakaan bertindak selaku penyimpan

khazanah hasil pemikiran manusia. Hasil itu kemudian dituangkan dalam bentuk

cetak, noncetak ataupun dalam bentuk elektronik (digital). Hasil pemikiran manusia

yang dicetak dalam bentuk buku dalam arti luas mencakup bentuk cetak atau grafis,

bentuk noncetak yang mencakup hasil rekayasa teknologi dalam bentuk elektronik

atau digital, ini sering diasosiasikan dengan kegiatan belajar, yaitu sebagai alat bantu

manusia dalam belajar karena perpustakaan selalu dikaitkan dengan buku, sementara

buku dekat dengan kegiatan belajar, maka perpustakaan sangat dekat dengan kegiatan

belajar, hanya saja, perpustakaan bukan tempat sekolah dalam arti formal.2

Dalam perkembangan historisnya perpustakaan dibagi dalam enam periode

yaitu periode sebelum masehi, abad permulaan setelah masehi, abad pertengahan, dan

abad XVII, XVII, XIX, XX. Pada periode sebelum masehi sejarah umum

perpustakaan di mulai di Arab dan Sumeria, yang koleksinya masih berupa ukiran –

ukiran huruf “hieroglyphic” dalam bentuk gambar – gambar yang dipahatkan ke

dinding,Papyrus atau tablet3. baru pada zaman Yunani Kuno sesudah alphabet

ditemukan, koleksi perpustakaan menjadi dalam bentuk tulisan. Bersamaan dengan

perkembangan ajaran Kristen, pada periode permulaan sesudah masehi

perkembangan perpustakaan Gereja lebih menonjol untuk menunjang penyebaran

2
Wiji Suwarno, Dasar – Dasar Ilmu Perpustakaan Sebuah Pendekatan Praktis,
Jogjakarta : Ar – Ruzz Media, 2007, hlm 12.
3
Menurut kamus besar bahasa indonesia papyrus adalah alang – alang air yang
tumbuh di Eropa Selatan dan Afrika Utara yang digunakan sebagai bahan pembuatan kertas
pada zaman dahulu dalam bahasa ilmiah disebut Cyperus Papyrus sedangkan tablet adalah
lempengan tanah liat atau bidang papan kayu yang digunakan untuk menulis.

7
ajaran Kristen tersebut. perpustakaan yang terkenal saat itu adalah perpustakaan di

Alexandria dan Casarea, karena pengaruh runtuhnya kerajaan di Eropa dan mulai

berkembangnya agama Islam di Timur Tengah, perpustakaan pada periode abad

pertengahan sudah bergeser fungsinya yaitu lebih merupakan sumber informasi

tentang kebudayaan eropa dan timur tengah saat itu.

Selanjutnya pada periode abad XVII ditandai dengan meningkatnya fungsi

perpustakaan untuk pengembangan ilmu pengetahuan, mulai lahirnya perpustakaan

nasional, dilaksanakannya program deposit karya cetak, dan mulai diterbitkannya

buku – buku tentang perpustakaan itu sendiri. Pada periode abad XVIII dan XIX

merupakan masa dimana katalog digunakan secara luas, disamping faktor minat baca

orang Eropa yang tinggi dan juga berkembangnya toko buku. Akhirnya memasuki

periode abad XX perkembangan berbagai macam perpustakaan telah menyebar ke

seluruh penjuru dunia seiring dengan semakin meledaknya perkembangan informasi

dan teknologi.4

Melihat sejarah perkembangan perpustakaan di Indonesia bisa dikatakan

bahwa usia kemunculan Perpustakaan pertama kali di Indonesia sangat muda,

dikarenakan oleh faktor kedatangan bangsa eropa pada abad ke-16. dalam tujuan

ingin mencari rempah – rempah sesuai dengan 3 semboyan God,Gold,Glory

disamping mencari rempah – rempah mereka juga menyebarkan agama, terutama

orang Portugis yang melakukan penyebaran agama Nasrani di Indonesia Timur yang

4
Muljani A. Nurhadi, Sejarah Perpustakaan dan Perkembangannya di Indonesia,
Yogyakarta : Andi Offset, 1983, hlm 28 – 29.

8
diikuti dengan pembangunan gedung gereja oleh Ordo Dominican pada awal abad ke-

17 di kepulauan Nusa Tenggara Timur. Pembangunan gereja ini selalu disertai

dengan penyediaan berbagai buku keagamaan seperti injil, mazmur, dan buku doa

lainnya tetapi dikarenakan ketersediaan buku – buku tersebut sangat terbatas dan

tersedia hanya untuk pengajaran sekaligus jumlah koleksinya sedikit sehingga tidak

bisa disebut sebagai sebuah perpustakaan.5

Bisa dikatakan Perpustakaan yang paling tua dan paling pertama di Indonesia

adalah “Bataviaasch Genotschap Van Kunsten en Wetenschappen” disingkat BGKW

yang didirikan pada zaman Belanda sekitar tahun 1778 di Batavia atas prakarsa Mr.

J.C.M Rademaker ketua Raad van Indie ( Dewan Hindia Belanda ).6 koleksi

perpustakaan diperoleh dari hasil penukaran dengan lembaga – lembaga penerbitan

ilmiah di negeri belanda dan juga dari dana yang diberikan Gubernur Jenderal yang

berkuasa saat itu. Sebagian besar isi koleksi perpustakaan itu tentang etnologi,

antropologi, arkeologi,seni dan kebudayaan.7

Pada tahun 1950 perpustakaan ini menjadi “Perpustakaan Lembaga

Kebudayaan Indonesia” dan pada tahun 1962 karena diserahkan kepada Pemerintah

dalam hal ini Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, maka dikenal sebagai

Museum Pusat dan beralih nama menjadi Perpustakaan Museum Pusat, baru pada

tahun 1980 Museum Pusat menjadi Museum Nasional, maka nama perpustakaan

5
Sulistyo Basuki, Op.Cit.,hlm.9.
6
Ibid.,hlm.10
7
Muljani A. Nurhadi, Op.Cit.,hlm.33

9
beubah menjadi Perpustakaan Museum Nasional. Setelah pembangunan perpustakaan

BGKW berdiri juga perpustakaan khusus lainnya disamping juga berdirinya lembaga

penelitian maupun lembaga pemerintahan lainnya.8

Setelah Sistem tanam Paksa berakhir Pemerintah Hindia Belanda membentuk

Volksbibliotheek, yang bisa diterjemahkan sebagai perpustakaan rakyat meskipun

secara pengertian berbeda dengan perpustakaan umum, Volksbibliotheek adalah

perpustakaan yang didirikan oleh Volkslectuur dan pengelolaanya diserahakan kepada

Volkschool.9 Perkembangan yang menonjol pada masa ini adalah berdirinya

“Commissie voor de Volkslectuur” pada tahun 1908 yang menerbitkan buku – buku

seputar tingginya bangsa Belanda dan terbawahnya bangsa Indonesia, buku – buku

berbau nafas perjuangan dilarang terbit setelah itu lembaga ini pada akhirnya

berkembang dan berubah namanya menjadi Balai Pustaka.10

Selanjutnya pemerintah Hindia Belanda juga mengembangakan perpustakaan

umum disebut “Volsbibliotheek” yang berfungsi sebagai taman bacaan untuk rakyat,

dengan berdirinya taman bacaan ini disusul munculnya toko – toko buku atau

penerbit yang menyewakan buku untuk umum maka periode ini diangap sebagai

lahirnya perpustakaan umum di Indonesia.11

8
Sulistyo Basuki, Op.Cit.,hlm. 11
9
Ibid.,hlm.14
10
Muljani A. Nurhadi, Op.Cit.,hlm 34
11
Ibid., hlm. 35.

10
Uraian yang diambil secara umum diatas hanya merupakan sedikit gambaran

untuk mengetahui perkembangan awal perpustakaan di Indonesia, yang selanjutnya

akan dipaparkan bagaimana terbentuknya perpustakaan Kolese Santo Ignasius.

sebagai perpustakaan khusus tidak terlepaskan dari peran orang katolik yang

bernaung dibawah ordo Serikat Jesus atau sering disebut SJ, Agama Katolik adalah

salah satu agama yang memiliki sejarah panjang dalam penyebarannya dimulai sejak

abad ke XVI. Dimana orang portugis melakukan misi penyebaran agama katolik di

daerah Maluku karena merupakan tempat yang strategis, kemudian diutuslah Ordo

Serikat Yesus atau dikenal dengan Jesuit yang bertugas menyebarkan Katolik di

seluruh di Indonesia. Ordo Yesuit merupakan ordo yang memiliki peran besar dalam

pengembangan katolik di eropa dan juga benua lainnya. Ordo ini didirikan oleh

bangsawan Spanyol Ignatius Loyola di Universitas Paris, Ordo ini didirikan dengan

tujuan untuk membela dan merambatkan iman serta berkeinginan memajukan jiwa

dalam kehidupan dan ajaran kristiani.

Sejak awal Ordo ini merupakan lembaga/organisasi yang memiliki disiplin

tinggi dibawah kekuasaan Pater Jenderal ( Pembesar umum ) yang mengendalikan

Serikat Yesus di Roma, dalam perjalanannya Ordo ini lebih bergerak ke dalam bidang

pendidikan melalui aktivitasnya dalam melatih calon imam katekis dan wilayah misi

Ordo ini mencangkup daerah Jawa Timur dan Jawa Tengah.12

12
Zulkifli, Skripsi : “Ordo Serikat Jesus Dalam Katolik : Studi Terhadap Pelayanan di
Kolese Santo Ignasius Kotabaru Yogyakarta “ ( Yogyakarta : UIN Sunan Kalijaga, 2016 ),
Hal.1 - 3

11
Pada tahun 1918 gereja St Antonius Kotabaru termasuk Kolese Ignasius

didirikan oleh Rama Strater, Kolsani yang merupakan awal perintis bagi gembala

yang menaburkan iman kristiani. Novisiat Kolsani sebenarnya telah didirikan sejak

18 Agustus 1922 dan kompleksnya sendiri baru selesai dibangun pada tahun 1923

dan diresmikan pada tanggal 18 Februari 1923 melalui pemberkatan oleh Rama J.

Hoeberechts, Provinsial SJ. Gedung itu sendiri juga telah ditempati pada 16 Juni

1923, yang perlu diketahui juga kenapa Kolese itu diberi nama Ignasius karena yang

menjadi pendiri SJ (Serikat Jesus) adalah St Ignasius de Loyola. Ordo ini merupakan

ordo gembala yang lahir setelah terjadi pembaharuan agama Kristen di eropa pada

abad ke 16, Ignasius merupakan bekas prajurit Spanyol yang menemukan Panggilan

Tuhan. Pada tahun 1540 ia mendirikan Ordo Serikat Yesus yang jasanya sangat besar

dalam mengembalikan kewibawaan Gereja Katolik yang sebelumnya dilanda krisis

keagamaaan ditandai dengan banyaknya paus yang memiliki keluarga.

kegiatan Kolsani tidak terbatas pada penyelenggaraan novisiat saja melainkan

juga memberikan pelajaran agama kepada calon magang baptis.13 pada tahun 1925

Kolese Santo Ignasius juga memulai studi filsafat bagi frater yang sudah

menyelesaikan novisiat dan studi humaniora dengan diajar oleh dosen P.P.H. Muller

SJ dari belanda, Th Cocx dan J. van Rijckevorsel dari Batavia.14

13
G.Moedjanto dkk, Sejarah Gereja Kotabaru Santo Antonius dan Kehidupan
Umatnya, Yogyakarta : Panitia Peringatan 50 Tahun Gereja St. Antonius Kotabaru
Yogyakarta , 1976, hlm 16
14
Adolf Heuken SJ, 150 Tahun Serikat Yesus Berkarya Di Indonesia, Jakarta : Cipta
Loka Caraka, 2009, hlm 211

12
Pada tahun 1942 ketika Jepang menduduki Yogyakarta gedung Kolsani

beralih fungsi menjadi tempat penampungan suster – suster dan wanita Belanda

interniran, sedangkan seminari (STKAT/AKKI sekarang) menjadi kantor

pemerintahan Jepang. Akibat dari pendudukan Jepang itu maka gereja tidak berfungsi

lagi semana mestinya sehingga ibadah dipindah ke daerah Kumetiran dan sampai

pada tahun 1945 menjadi paroki tersendiri. 15 Pada masa revolusi keadaan masih sulit

untuk perkembangan gereja disatu sisi karena tenaga Pembina yang kurang dan juga

masih ada rasa khawatir bagi banyak orang untuk mengaku katolik, karena pada

waktu itu sangat dicurigai kedekatan orang katolik dengan pastor - pastor Belanda.

Yang perlu diperhatikan adalah pastor Belanda yang tinggal di kolsani setelah jepang

menyerah mereka menyadari kondisi tersebut bahwa sekarang mereka tinggal di

Indonesia merdeka bukan India Belanda lagi kesadaran itu mendorong mereka untuk

menyesuaikan diri dengan perubahan tersebut.16

1. 2 Identifikasi dan Pembatasan Masalah

A. Identifikasi.

15
Ibid.,hlm.20
16
Ibid.,hlm 21.

13
Sebagai fasilitas penunjang pendidikan perpustakaan memiliki sejarah

panjang di dalam perkembangannnya dari zaman ke zaman, sebagai wadah untuk

mencari berbagai macam pengetahuan merupakan suatu harta karun yang sangat

berharga perpustakaan sebagai sumber daya informasi menjadi tulang punggung

gerak majunya suatu institusi terutama institusi pendidikan, di mana tuntutan untuk

adaptasi terhadap perkembangan informasi sangat tinggi. setelah ribuan tahun hidup

dengan teknologi cetak, ratusan tahun dengan teknologi analog, kelahiran dan

perkembangan pesat teknologi digital menimbulkan revolusi dalam kehidupan

manusia, kata perpustakaan atau library merujuk pada satu medium penentu

peradaban manusia yaitu buku, dalam waktu yang lama buku dan produk cetak lainya

adalah satu – satunya sumber daya pengetahuan yang dihimpun perpustakaan. 17

Perpustakaan merupakan mata rantai sejarah umat manusia yang dapat ditulis atau

dibukukan direkam, dan diabadikan atau disimpan di perpustakaan. Sebagai Sumber

ilmu pengetahuan dan sumber referensi perpustakaan dulu memiliki ciri yang bisa

dilihat dari jumlah dan jenis perpustakaan yang sedikit, jumlah dan jenis koleksi yang

masih terbatas, jumlah pemakai sedikit, umumnya terbatas pada kalangan tertentu

saja sistem pengolahan, penataan, pemakaian belum diatur seperti sekarang, buku

pedoman, standar, dan rujukan untuk membentuk perpustakaan masih langka, sarana

dan perlengkapan perpustakaan masih belum memadai.18

17
Wiji Suwarno, Pengetahuan dasar Perpustakaan, Bogor : Penerbit Ghalia
Indonesia, 2010, hlm. 37
18
Ibid., hlm. 66

14
Perpustakaan sebagai fasilitas Pendidikan bisa dikatakan sebagai agen

perubahan (agent of changes) karena bisa membentuk masyarakat yang ilmiah dan

kritis, perpustakaan merupakan suatu organisasi yang memiliki strukturnya sendiri

terutama perpustakaan kolsani yang merupakan perpustakaan khusus ini pada

awalnya hanya sebagai tempat koleksi pribadi pustaka para biarawan atau frater yang

belajar di kolsani. koleksi buku yang tersedia juga terbatas dalam artian hanya

terkhusus pada bidang teologi saja, telah disebutkan di awal juga bahwa setiap

pendirian gereja pasti diikuti dengan penyediaan pustaka rohani meskipun dengan

adanya pustaka tersebut belum tentu bisa dikatakan juga itu sebagai perpustakaan

pribadi karena melihat kepada ketersediaannya yang terbatas dan juga fungsional

fasilitas itu sendiri. kembali lagi kepada perpustakaan kolsani yang fungsi awalnya

sebagai tempat untuk belajar maka bisa dikatakan koleksi pustaka yang ada pasti

memadai, meskipun terbatas hanya sesuai untuk bidang ilmu tertentu dan hanya

digunakan oleh kalangan tertentu saja.

Perpustakaan dapat ditinjau sebagai suatu ilmu atau seni, ilmu bagaimana

mempelajari kajian yang teoritis, sedangkan seni berarti bagaimana penyelenggaraan

perpustakaan yang terstruktur juga bisa menarik minat pengunjung untuk membaca

dengan rasa aman dan nyaman.19 penelitian ini akan melihat bagaimana

perkembangan kolsani ketika menjadi perpustakaan untuk umum yang pada awalnya

hanya dipergunakan sebagai tempat pustaka pribadi para frater atau biarawan yesuit

19
Sutarno NS, 1 abad kebangkitan nasional dan kebangkitan perpustakaan, Jakarta :
Sagung Seto, 2008,hlm 87.

15
yang belajar di tempat ini, sesuai dengan penjelasan diatas bahwa perpustakaan

sebagai agen perubahan maka perubahan kolsani sebagai perpustakaan umum bisa

dilihat sebagai akibat dari kebutuhan intelektual dan perkembangan teknologi yang

semakin pesat.

B. Pembatasan Masalah.

Pembatasan dalam penelitan ini adalah mencakup antara tahun 1976 – 2000,

karena pada tahun 1976 itu merupakan awal perpustakaan mulai dibentuk. dengan

pengelolaaan koleksi buku di perpus Kolsani yang awalnya manual menggunakan

kartu kartotik dan akhirnya berkembang menggunakan sistem komputer pada tahun

90 an. batasan penelitian ini sampai pada tahun 2000 dimana era ini perkembangan

teknologi ini semakin pesat dan informasi yang terdapat di perpustakaan ini juga

semakin beragam, sehingga pembahasannya akan melihat bagaimana perpus kolsani

menghadapi kemajuan teknologi yang semakin pesat. dalam hal ini mencakup peran

orang yesuit dalam struktur perpustakaan kolsani membangun minat baca untuk

masyarakat, sekaligus melihat peran masyarakat dalam menggunakan perpustakaan

tersebut.

1.3 Rumusan Masalah.

1. Bagaimana sejarah perkembangan perpustakaan Kolsani ?

16
2. Bagaimana hubungan perpustakaan kolsani sebagai fasilitas pendidikan

dengan jogja sebagai kota pelajar lewat banyaknya fasilitas perpustakaan ?

3. Bagaimana pengaruh lembaga yesuit dalam mencerdaskan kehidupan

berbangsa lewat tersedianya fasilitas perpustakaan kolsani ini untuk umum?

1.4. Tujuan Penelitian

1. Penulisan ini bertujuan untuk menunjukkan bagaimana perpustakaan kolsani

menghadapi era perkembanganan teknologi dan informasi yang sangat cepat

2. melihat bagaimana pengaruh jogja sebagai kota pelajar dengan adanya

fasilitas perpustakaan kolsani

3. melihat peran orang yesuit dalam mencerdaskan masyarakat lewat fasilitas

perpustakaan kolsani

1.5 Manfaat Penelitian

Penulisan ini diharapkan untuk menambah referensi kajian sejarah

perpustakaan, dan diharapkan menambah wawasan pembaca bagaimana

perkembangan perpustakaan yang didirikan oleh orang Jesuit berfungsi bagi

masyarakat umum dan mengetahui perkembangan fungsional perpustakaan kolsani

dari tahun 1976 sampai tahun 2000 sekaligus juga melihat bagaimana cara

perpustakaan kolsani menghadapi era kemajuan teknologi yang semakin pesat.

1.6 Kajian Pustaka.

17
Dalam penulisan ini juga akan meninjau beberapa kajian yang yang relevan

dengan penelitan yang akan dilakukan, misalnya menggunakan buku pengetahuan

dasar kepustakaan karya Wiji Suwarno yang secara keseluruhan berisi tentang sejarah

awal perpustakaan secara umum di dunia sebelum masehi dan sesudah masehi dan

juga dibahas disni bagaimana manfaat dari perkembangan perpustakaan, buku ini

juga menjelaskan bagaimana konsep dan definisi awal perpustakaan itu dan juga

bagaimana sistem klarifikasi, bibliografi yang digunakan dalam perpustakaan itu.

Buku kedua periodesasi perpustakan karya Sulistyo Basuki di buku ini sejarah awal

perkembangan perpustakaan hanya dibahas pada ruang lingkup Indonesia saja

dimulai dari periode kerajaan lokal sampai masa orde baru, buku ini juga menjelaskan

bagaimana awal mula pengaruh terbentuknya perpustakaan khusus disamping

pembangunan gereja akibat penyebaran agama nasrani oleh orang eropa. Buku ketiga

sejarah gereja kotabaru santo Antonius dan kehidupan umatnya karya G Moedjanto,

buku ini merupakan terbitan panitia peringatan 50 tahun gereja Santo Antonius

Kotabaru di buku ini juga dijelaskan bagaimana sejarah fungsi awal Kolsani

sebelum menjadi perpustakaan.

Berdasarkan tinjauan pustaka di atas penelitian ini berfokus kepada peran

dan usaha Ordo Yesuit di bidang pendidikan lewat adanya perpustakaan kolsani ini

sehingga dipilih topik perkembangan perpustakaan kolese santo ignasius Yogyakarta

tahun 1976 – 2000.

18
1.7. Landasan Teori.

Dalam melihat fungsi dasar perpustakaan sebagai pemenuhan kebutuhan

ilmu pengetahuan atau literasi bagi masyarakat luas, maka akan menggunakan teori

yang selaras dengan itu yaitu teori fungsionalisme. Menurut Emile Durkheim suatu

sistem sosial berkerja seperti sistem organik masyarakat terbentuk dari struktur aturan

kebudayaan dan terdiri dari berbagai macam institusi dalam masyarakat berupa

tatanan keluarga,tatanan politik,tatanan pendidikan dan tatanan keagamaan.

merupakan analog dengan komponen – komponen organisme lewat masyarakat yang

terdiri dari bagian yang terintegrasi dan saling bergantung. Tatanan fungsional ada

bukan karena pilihan melainkan tatanan institusi ada karena menjalankan fungsi yang

diperlukan bagi struktur sosial secara keseluruhan. 20 Keberadaan sebuah perpustakaan

bisa terjadi bukan karena keinginan atau pilihan, melainkan karena terbentuk dari

inisiatif suatu golongan atau institusi tertentu untuk memenuhi kebutuhan pendidikan

dan ilmu pengetahuan bagi individu atau kelompok masyarakat sosial. Dapat dilihat

Perpustakaan Kolese Santo Ignasius yang awal terbentuk dari banyaknya koleksi

buku yang ada hanya sebagai koleksi pribadi rumah studi kemudian dibentuk sebagai

sebuah perpustakaan yang bisa digunakan untuk kalangan luas.

Teori kelembagaan melihat proses dan perilaku organisasi yang lebih luas

antar organisasi lainnya dengan menggunakan pola perilaku konvensional dalam

suatu organisasi dan memberi makna pada sosial, pertukaran, ketertiban dan pola

20
Pip Jones, Pengantar Teori - Teori Sosial dari teori Fungsionalisme hingga Post-
modernisme,Jakarta : Yayasan Obor Indonesia,2009,hlm 53.

19
perilaku ini meliputi standar organisasi dan industri,rutinitas,norma. 21 Dapat dilihat

dari peran kolsani dalam memajukan bidang pendidikan, dengan mengubah kolsani

yang awalnya hanya sebagai tempat belajar calon frater pada perkembangannya

berubah sebagai tempat belajar untuk umum. Selain itu membuat pengguna nya

mengikuti cara manual lewat metode dalam pengelolaan perpustakaan yang masih

dijalankan secara konvensional.

1.8 Metode Penelitian.

Penulisan kajian ini tidak terlepas dari beberapa sumber yang digunakan

sebagai acuan dasar dalam penulisan, metode penelitian yang dilakukan melalui studi

pustaka yaitu berupa buku,jurnal,skripsi atau artikel yang berkaitan dengan

pengembangan perpustakaan .metode penelitian ini juga dilakukan di perpustakaan

Kolsani

Setelah melakukan pengumpulan data selanjutnya melakukan kritik sumber

untuk menghindari kepalsuan sumber dengan menggunakan kritik intern, selanjutnya

penelitian ini akan lebih menggunakan analisis data dan wawancara untuk

mengetahui gambaran lebih jelas tentang perkembangan perpustakaan kolsani,

terakhir adalah penulisan kronologis dari sejarah perkenbangan yang terjadi.

Kristen Guth, The Sage Enyclopedia Of Corporate Reputation, Thousand Oaks:


21

SAGE Publication,2016,hlm 2.

20
1.9 Sistematika Penulisan

Penulisan kajian ini akan dirumuskan dalam beberapa bab :

BAB I berisi pendahuluan yang memuat beberapa sub judul diantaranya :

latar belakang, identifikasi dan pembatasan masalah, rumusan masalah,tujuan

penelitian, sistematika penulisan dan jadwal penelitian

BAB II mengetahui bagaimana Kiprah Ordo Yesuit di bidang edukasi

BAB III melihat sudut pandang/perbandingan berbagai perpustakaan yang

ada di Yogyakarta dengan perpustakaan Kolsani dari segi Privat sampai dengan

Publik

BAB IV melihat bagaimana Perpustakaan Kolsani bertahan dengan arus

zaman

BAB V Kesimpulan dan Saran

21
BAB II

Kiprah Ordo Yesuit di bidang edukasi

2.1 Sejarah Penyebaran Serikat Yesus di Yogyakarta

Pada tanggal 9 juli 1859 dua orang Yesuit yaitu M. van den Elzen,S.Y

dan Y.B Palinckx,S.Y tiba di Batavia dan ditugaskan di kota Surabaya.

Kedatangan mereka atas permintaan Mgr. P.M Vrancken Pr, Vikaris Apostolik 22

Batavia saat itu untuk membantu dan mengganti para pastor Praja dengan tujuan

melayani kepentingan rohani orang – orang Belanda dan Indo yang bekerja di

perkebunan – perkebunan, sekaligus juga melayani para serdadu pemerintah

belanda dan para pegawai sipil pemerintahan. Strategi yang dipakai para yesuit

dalam kerasulannya sampai tahun 1893 terbatas pada perintah Vikariat Apostolik

saat itu, sehingga gerak langkah para Yesuit di Jawa dan Sumatera dibatasi.

Memasuki pemerintahan Mgr Claessens sebagai vikaris apostolik ( 1874 –

1893 ) para Yesuit mulai dikirim ke pulau – pulau lain, Mereka ditugaskan di

daerah daerah baru atau bekas jajahan Portugis ( Flores dan Timor yang

diserahkan tahun 1859 ). Strategi yang dipakai oleh para Yesuit dalam kerasulan

nya tidak selalu sama, tetapi yang selalu menjadi ciri umumnya adalah

mempelajari bahasa daerah dan kebudayaannya selain itu juga memperkirakan

tindakan kerasulan berikutnya, Karena melihat juga faktor – faktor yang dapat

22
Pembantu / pengganti dalam jabatan pimpinan gereja yang memiliki kuasa
jabatan sama seperti uskup tapi hanya terbatas hanya pada wilayah tertentu
menghambat kerasulan seperti medan yang sulit, keterbatasan komunikasi,

transportasi, dan dana yang dimiliki.

Peristiwa yang penting dalam periode penyebaran yesuit adalah

dimulainya misi di Jawa secara lebih intensif, dimulai dengan kedatangan dua

pastor Yesuit asal belanda yaitu P. Hoevenaars dan P.van Lith. Kedua pastor ini

memiliki wilayah kerja berbeda dan punya cara masing – masing dalam

penyebaran misi di Jawa.P. Hoevenaars yang bertugas di Semarang dan

Yogyakarta banyak membaptis orang meskipun baru setengah tahun di jawa,

sementara itu P. van Lith bertugas di Muntilan dan Ambarawa dengan strategi

yang lebih sabar karena ingin menyelami bahasa dan adat istiadat jawa sebelum

mengajar agama.23

Pada tahun 1922 Yesuit membuka novisiat di Yogyakarta pada tahun

yang sama Yesuit juga membuka Normaalschool di Ambarawa. Di sekitar tahun

itu juga Vikaris Batavia yang baru Mgr Antonius van Velsen mengusulkan

kepada Superior Misi untuk membuka Seminari kecil dan mempercayakannya

kepada Serikat Yesus. Dalam surat yang ditujukan kepada Pater Provinsial

Belanda tertanggal 12 desember 1925, Pater J. Hoeberechts memaparkan

keputusannya tentang beberapa masalah penting yang berkaitan dengan misi.

Ia memutuskan untuk membuka Seminari kecil di Yogyakarta meskipun

ijin dari Propaganda Fide24 belum datang, gagasannya sendiri berasal dari Vikaris
23
J.B Heru Prakosa, Menyesuit lewat Kolsani,Yogyakarta : Kolese Santo
Ignasius, 1993,hlm 16 - 18.
24
Kongregasi penyebaran iman atau Propaganda fide merupakan suatu kongregasi
yang bertugas menjadi transmisi penyebaran iman ke seluruh dunia dan memiliki
tanggung jawab khusus untuk mengkoodinasikan semua upaya dan inisiatif kegiatan

23
Batavia yang ingin menjadikan Seminari kecil ini sebagai pusat untuk seluruh

nusantara. Keputusan untuk membuka Seminari kecil di Yogyakarta berjalan

mulus, para seminaris sejak tahun 1911 tinggal dan berada di bawah

pendampingan para Jesuit di Muntilan harus berpindah ke Yogyakarta.

Pembinaaan klerus25 pribumi telah lama diharapkan oleh para Jesuit

misionaris yang berkarya di Indonesia, keinginan untuk memiliki imam pribumi

telah menjadi inspirasi juga bagi Mgr. Vrancken vikaris Batavia. Sejak

kedatangaannya dari belanda Mgr. Vrancken sudah memiliki cita – cita untuk

mewartakan iman katolik di antara pribumi Indonesia. Tetapi jumlah misionaris

yang ada waktu itu terlalu sedikit, sehingga pada tahun 1850 untuk mengatasi

persoalan ini Mgr. Vrancken mengirimkan sebuah proposal kepada Mgr. Scholten

mantan Prefek Apostolik Batavia untuk membuka seminari pembinaan imam

pribumi.

Proposal itu dinilai utopis karena pada saat rencana itu disusun belum ada

orang katolik di antara pribumi. Namun Di Negara Asia lain juga memiliki usulan

mirip dalam hal pembinaan imam pribumi. di Cina dan jepang misalnya para

misionaris merencanakan pembinaan imam pribumi karena alasan politis,

kebencian pribumi terhadap tabiat orang Eropa di beberapa Negara merupakan

halangan bagi para misionaris. Kewargaaan dan warna kulit selalu dijadikan

interes rekan – ekan sebangsa mereka, karena itu diperlukan imam pribumi di

misionaris gereja yang beragam. Mencakup dalam hal : promosi, pembentukan klerus dan
hierarki local, mendorong institusi misionaris baru dan menyediakan bantuan materi
untuk kegiatan misionaris gereja.
25
Golongan atau sekumpulan orang - orang rohaniwan

24
Negara – Negara tesebut untuk mempersiapkan masa depan para pimpinan gereja

apabila mereka harus meninggalkan misi karena alasan politis.

Pembinaan imam pribumi di Indonesia khususnya di jawa memiliki

sejarah yang khusus, kesulitan berbahasa setempat memberi inspirasi kepada

misisonaris pertama untuk membuka sebuah sekolah calon katekis. Para Jesuit

mempercayakan misi Jawa kepada para katekis itu. Dimulai dari Muntilan dan

juga lewat hubungan yang instensif Pater van Lith dengan masyarakat jawa

melihat bahwa peran orang tua sangat penting dalam memberikan pelajaran

agama.

Sesuai dengan rencana Mgr van Velsen yang ingin membuka seminari

menengah untuk seluruh Indonesia, dia menggunakan metode yang berbeda dari

pendahulunya berkaitan dengan pembinaan imam pribumi. Pada tahun 1925

Seminari Menengah dibuka di Yogyakarta Pater Straeter magister novis Jesuit dan

wakil rektor Kolese St Ignatius di Yogyakarta ditunjuk sebagai Presiden Seminari

Menengah. Seminari di Muntilan hanya menerima murid dari kweekschool,

Normaalschool, dan MULO sejenis Sekolah Menengah Pertama, sedangkan

Seminari Kecil yang baru dibentuk di Yogyakarta juga menerima murid dari

Lagereschool semacam sekolah dasar.

Pada tanggal 9 Februari 1921 lewat pertemuan Konsul di Den Haag Vice

Provinsial Pater C. Raaijmakers, membacakan surat persetujan Pater Jenderal

akan dibukanya novisiat di Jawa setelah Roma memberikan ijin dimulai diskusi

tentang tempat novisiat dan calon magister, dalam surat kepada Provinsial

25
tertanggal 11 Oktober 1921 Pater Superior Misi mengusulkan kepada Pater

Jendral nama Pater Straeter dan Mertens berturut – turut sebagai Magister dan

Rektor Novisiat. Sedangkan hal mengenai tempatnya yang diusulkan adalah

Yogyakarta.

Pater van Lith mengadakan diskusi di Nederland kemungkinan membuka

novisiat di Jawa, ia menyumbangakn pandangan yang amat menentukan bagi

mnasa depan novisiat, sejak mendengar kabar kematian dua pemuda seminari

Jawa di Nederland Pater van Lith berketetapan untuk tidak mengirim lagi calon

Jesuit ke Belanda, oleh Karena itu Pater van lith sangat mendukung dibukanya

novisiat Jesuit di Jawa.

Novisiat Jesuit secara resmi dibuka pada tanggal 7 September 1922 di

Yogyakarta, dengan delapan novis dua novis Indonesia di tahun pertamaa dan

enam novis di tahun kedua yang telah menjalani novisiat tahun pertamanaya di

Mariendaal empat dari Indonesia dan dua dari Belanda. Hadirnya beberapaa novis

Belanda di Yogyakarta memperlihatkan bahwa usulan Pater van Lith diterima dan

sedang diwujudkan, karena bangunan novisiat belum siap untuk sementara waktu

mereka tinggal di rumah sewa baru pada tahun 1925 novisiat berpindah ke

bangunan baru. Bangunana baru tersebut berupa sebuah kompleks bangunan yang

terdiri dari Seminari kecil ( Kolese Kanisius ). Novisiat dan Juniorat Jesuit

( Kolese Ignatius ) yang nantinya akan menjadi tempat belajar filsafat.26

26
F.hasto Rosariyanto,Van Lith Pembuka Pendidikan Guru di Jawa Sejarah 150
th Serikat Jesus di Indonesia, Yogyakarta : Universitas Sanata Dharma, 2009, hlm 181 -
199

26
2.2 Memilih Jalan Pendidikan Lewat Penyebaran Misi & Mencerdaskan

Masyarakat.

Serikat Yesuit yang pada awalnya bergerak dalam bidang pendidikan dan

sosial memiliki dasar bahwa segala realitas baik pengetahuan dan kebenaran,

berawal dari Allah sehingga pembelajaran terhadap seluruh unsur dunia lewat

pendidikan Yesuit terus dipelajari sepanjang waktu. 27 lewat pengajaran yang

menekankan studi tadisional manusiawi yang diperlukan bagi individu melalui

teknologi, ilmu alam dan sosial. pendidikan Yesuit sangat memperhatikan setiap

segi khayalan, perasaan dan kreativitas setiap siswa,hal itu diperlukan untuk

memperkaya akal dan mencegah akal menjadi terlalu rasional. Pendidikan Yesuit

juga memberikan kesempatan kepada setiap individu siswa dalam mengapresiasi

segala macam seni dan sekolah - sekolah Yesuit pada abad ke-17, terkenal karena

mengembangkan keterampilan komunikasi dan berbicara. Karena dunia sekarang

sangat dipengaruhi media komunikasi Pendidikan yesuit membantu

mengembangkan keterampilan lisan dan tertulis lewat alat – alat komunikasi

seperti film dan video, dengan melihat kesadaran akan pengaruh hebat media

massa pendidikan Yesuit membantu para siswa untuk melihat media massa

dengan kritis karena melalui pendidikan teknologi modern itu dapat membantu

memanusiakan manusia.28

Dilihat dari perintisannnya Serikat Yesus didirikan dari berbagai bangsa

terdiri dari Portugis yaitu Simon Rodriguez,dua orang dari Savoi Petrus Faber dan

27
Provinsi Indonesia Serikat Yesus, Ciri – ciri khas Pendidikan pada Lembaga
Pendidikan Yesuit, Yogyakarta : Kanisius,1987,hlm 10.
28
Ibid.,hlm 12

27
Claude Jay, dari Spanyol Fransiskus Xaverius, Dieogo Laynez, Alfonsus

Salmeron. Sedangkan dari Bask Ignatius Loyola dan Nicolas Bobadilla .terakhir

Prancis Paschase Broet dan Joannes Baptista Codure. Mereka semua berbeda

umur, watak, latar belakang keanekaragaman yang ada pada perintis ini membuat

dasar yang kuat dan menjadikan awal masa yang subur bagi perkembangan

Serikat Yesus berikutnya.29

Kesuksesan besar dalam sejarah serikat dalam waktu 75 tahun petama

adalah didirakannya sekolah - sekolah,pada tahun 1556 Serikat mempunyai 33

Kolese dan pada tahun 1580 jumlah Kolese bertambah menjadi 144 sedangkan

tahun 1615 bertambah menjadi 372 kerasulan sekolah dalam Serikat berkembang

pesat, pada abad ke-16 sekolah seolah menjadi sebuah tren meskipun belum

terbentuk sistem sekolah yang terorganisasi seperti sekarang ini. Setiap kota ingin

memiliki sekolah setelah mengetahui Yesuit mau dan mampu untuk mendirikan

sekolah maka akan banyak muncul permintaan mendirikan sekolah kepada

Serikat.

Dalam pendirian sekolah proses yang dilakukan sederhana sekali dapat

melalui seorang atau sekelompok warga kota yang sanggup menyumbangkan

tanah untuk membangun gedung, menyediakan tanah serta gedungnya atau

menyumbangkan uang secara tetap dan Serikat juga melihat kepentingan

pendirian di sekolah itu dan mengirimkan orang – orangnya penyediaaan tanah,

gedung sekolah dan biaya untuk menjalankan sekolah atau uang untuk membeli

29
A.M Mangunhardjana SJ, Sejarah Ordo Yesuit Selayang Pandang : dari
Ignatius hingga Peter-Hans Kolvenberg 1491 - 1984,Yogyakarta : Kanisius,1985,hlm 48.

28
tanah diperlukan karena pada waktu itu sekolah – sekolah SJ gratis dan tidak

memungut biaya dari para murid. Dapat diketahui juga awalnya Ignatius dan

penggantinya akan merencanakan penyebaran rumah profes tetapi tidak terlalu

disetujui sehingga diganti Kolese, Sistem Kolese sampai hari ini merupakan

bentuk kerasulan yang memperkembangkan hidup Serikat dan kerasulan

pendidikan yang dijalankannya sekaligus juga pendidikan Yesuit terkenal dan

diakui mutunya sangat tinggi. 30

Pada awalnya sasaran mula Serikat Yesuit tidak meliputi Lembaga

Pendidikan melainkan lebih kepada upaya pembelaan dan penyebaran iman ajaran

Kristen melalui khutbah,kuliah,pelayanan dan latihan rohani. Ignasius

menyarankan para Yesuit bebas berpindah tempat kemana saja untuk mengikuti

kebutuhan yang mendesak, meskipun Ignasius yakin mereka tidak akan terlepas

dari Lembaga – Lembaga itu dan menghalangi perpindahan itu. Tetapi kawan

Ignasius memiliki prinsip untuk melayani segala hal demi kepentingan ilahi dan

menerima sarana apa saja guna pengabdian terhadap ilahi melalui pelayanan

terhadap sesama.

Hasil yang diperoleh ignasius dan kawan – kawannya selama Pendidikan

di Perancis mulai timbul dan para yesuit mulai terlibat dengan karya - karya yang

dijalankannya, pada tahun 1542 Fransiskus Xaverius menuliskan surat dari Goa

( India ) tentang antusias dalam mengirimkan laporan hasil Serikat lewat

pengajaran Kolese Santo Paulus. Pada tahun 1546 sebuah kolese juga dibangun di

Gandria Spanyol guna mempersiapkan Pendidikan bagi anak – anak yang akan

30
Ibid.,hlm.58.

29
masuk Serikat Yesus, dua tahun kemudian dibuka Sekolah Yesuit pertama di

Messina ( Sisilia ). Jumlah sekolah yesuit bertambah sangat pesat, sebelum

Ignasius wafat pada tahun 1556 dia menyetujui pendirian 40 sekolah. Berabad

lamanya Tarekat – tarekat religus telah ikut andil dalam menyumbangkan

pertumbuhan pendidikan filsafat dan teknologi, para anggota Tarekat memperluas

karya pendidikan mereka meliputi ilmu humaniora ini merupakan sesuatu yang

baru dalam kehidupan gereja dan memerlukan persetujuan resmi juga dari Sri

Paus.31

Dari didirikan sampai wafatnya,Ignasius memimpin jaringan warga yesuit

sebanyak dari 1000 yang bekerja di Eropa, Afrika,Asia dan Amerika. Paus

meminta para ahli Teologi yesuit untuk hadir dalam konsili Ekumene di

Trente,Italia.banyak yesuit diutus untuk melawan Gerakan reformasi di

Jerman,Perancis dan Irlandia, banyak permintaan untuk membuka kolese – kolese

untuk misionaris dan pembaharuan para rohaniwan sesuai kriterium dalam

memilih karya bagi Ignasius. Tahun 1559 tercatat 245 sekolah dan diterbitkan

buku pegangan studi “Ratio Studiorum”, tahun 1640 satu abad SJ sudah terdapat

lebih dari 300 kolese dan pada tahun 1773 Serikat Yesus dibubarkan di tahun ini

mengelola 620 kolese,15 universitas dan 176 seminari.

Tahun 1814 Serikat Yesus direstorasi kembali dan kembali ke karya

pendidikan, tercatat pada saat ini 665 institusi pendidikan dikelola SJ di seluruh

dunia dari jumlah itu tercatat sebagian jumlah 177 adalah pendidikan perguruan

tinggi. Setelah restorasi tahun 1859 misionaris Serikat Yesus mulai datang di

31
Provindo Yesuit ,Op.cit.,68 - 69

30
Indonesia, tugas mereka adalah menjadi pastor untuk umat katolik Eropa dan

menghidupkan daerah – daerah misi yang ditinggalkan misionaris Spanyol dan

Portugis khususnya daerah Indonesia Timur. Pada permulaan abad 20 Serikat

Yesus lebih memusatkan karyanya di Jawa Tengah dan Jakarta,sekaligus lebih

banyak mengundang ordo dan kongregasi – kongregasi untuk mengambil alih

karya pastoral luar Jawa, Jawa Barat, Jawa Timur.

Pada tahun 1922 baru dimulai novisiat Serikat Yesus di Yogykarta, tahun

1936 dimulai Seminari Tinggi St Paulus di Yogyakarta yang pada tahun 1968

berubah menjadi Institut Filsafat Teologi di Kentungan yang sekarang lebih

dikenal sebagai Fakultas Teologi USD. Provinsi SJ Indonesia saat ini mengelola

4 SMA yaitu Kanisius, Wacana Bhakti.De Brittto,Loyola. selain itu juga

mengelola Seminari St Paulus Mertoyudan, STM St Mikael, PIKA, Akademi

Teknik Mesin St Mikael dan USD yang berdiri sejak 1956 sebagai PTG.

Ajaran pendidikan Yesuit dikenal sebagai Pedagogi Ignasian, Pedagogi

adalah cara atau jalan yang ditempuh para pengajar untuk mendampingi

perkembangan dan pertumbuhan pelajar, sebagai seni dan ilmu mengajar

pedagogi bukan hanya sekedar metodologi melainkan juga mencakup pandangan

hidup, nilai – nilai dan visi tentang manusia ideal yang berusaha diwujudkan.

Pedagogi Ignasian menawarkan suatu paradigma atau a way of proceeding untuk

mewujudkan nilai – nilai, cita – cita dan tujuan pendidikan tersebut.a way

proceeding adalah cara bertindak mengikuti proses pengaruh timbal balik yang

terus menerus antara pengalaman, tindakan dan evaluasi.

31
Pengalaman adalah aktivitas mencerna atau meresapkan sesuatu yang

melibatkan seluruh pribadi manusia, tidak hanya kognitif melainkan juga efektif

dan indrawi pengalaman ini dapat diperoleh secara langsung maupun tidak

langsung. Sedangkan refleksi adalah permenungan mendalam mengenai bahan

studi tertentu, pengalaman,gagasan,maksud dan reaksi spontan untuk menangkap

maknanya secara penuh.proses ini dapat membantu menemukan makna dalam

pengalaman manusiawi. Para pengajar ditantang untuk merumuskan pertanyaan

yang memperluas kesadaran siswa dan mendorong siswa untuk

mempertimbangkan sudut pandang orang – orang lain terutama yang

miskin,evaluasi adalah hal yang penting dalam kemajuan akademis siswa karena

diperlukan dalam melihat hal sikap, prioritas – prioritas serta tindakan yang

konsisten.32

Pendidikan yesuit membantu para siswa untuk sadar bahwa bakat

merupakan anugerah yang harus dikembangkan tidak untuk kepuasan diri atau

keuntungan pribadi, tetapi lebih kepada kebaikan masyarakat dengan bantuan

rahmat Tuhan. Untuk meningkatkan kesadaran akan sesama pendidikan Yesuit

menekankan nilai – nilai kebersamaan seperti kesamaan hak bagi semua orang,

prinsip – prinsip keadilan distributif dan sosial,juga sikap hati yang menilai

pelayanan bagi sesama yang lebih dapat memenuhi dan memuaskan diri daripada

keberhasilan atau kemakmuran.

32
Florentinus Subroto Widjojo, Visi Pendidikan Yesuit,Yogyakarta : Universitas
Sanatha Dharma,1995,hlm 4 - 12.

32
Dalam merefleksi dunia sekarang ini sekaligus menanggapi seruan kristus

yang mencintai dan memperhatikan kaum miskin, gereja dan Serikat Yesus

memutuskan pilihan prioritas bagi kaum miskin. Pilihan ini ditujukan kepada

mereka yang lemah ekonomi,mengalami hambatan, dan masuk masyarakat

pinggiran, oleh karena itu sekolah Yesuit tidak diadakan bagi salah satu golongan

siswa saja Ignasius menerima suatu sekolah apabila dilengkapi bantuan finansial

sehingga pendidikan tersedia bagi setiap orang.

Penyediaan fasilitas perumahan bagi kaum miskin sangat dituntut oleh

Ignasius agar termasuk dalam pendirian sekolah yang disetujuinya, setiap sekolah

Yesuit membuat pendidikan Yesuit tersedia bagi setiap orang termasuk kaum

miskin dan bernasib buruk. Sekolah Yesuit menyediakan bantuan keuangan dan

akademi bagi yang membutuhkan, sehingga semua orang dapat mengambil

keuntungan dari pendidikan dan bantuan yang ditawarkan.

Jenis pendidikan yang diberikan Yesuit lebih penting daripada siswa yang

diterima, dalam pendidikan Yesuit nilai – nilai disampaikan dan dilaksanakan

dalam kebijakan struktur sekolah. juga melihat nilai – nilai yang memperjuangkan

perhatian khusus bagi mereka yang tidak mampu hidup sesuai dengan martabat

kemanusiaannya, dalam hal ini kaum miskin membentuk konteks pendidikan

Yesuit diartikan sebagai “ setiap perencanaan pendidikan Yesuit harus disusun

demi kaum miskin dari perspektif kaum miskin”. Sekolah Yesuit menyediakan

kesempatan untuk berhubungan dengan kaum miskin dan melayani mereka,

dengan tujuan membentuk individu siswa belajar mengasihi sesamanya sebagai

33
saudara dalam komunitas masyarakat dan juga memahami sebab – sebab

kemiskinan.33

33
D.Hartono,”Semangat Pendidikan Yesuit” Majalah Kebudayaan Umum Basis,
Edisi XL, Juni 1991, hlm 210 - 211

34
BAB III

Perpustakaan Kolsani : Dari privat ke publik

3.1 Jogja Sebagai Kota Pelajar

Yogyakarta sebagai kota pelajar dipahami dalam konteks learning

community dan learning society, metode ini berguna untuk menjawab proses

belajar mengajar di lembaga pendidikan dalam menghadapi situasi yang selalu

berubah. tujuan baru terbentuk dari perspektif Pendidikan dan manusia,

pencapaian dicapai melalui pembaruan agen, model interaksi dan mekanisme

kerja di samping evaluasi dalam pelaksanaannya.dengan adanya konteks tersebut

dapat membuka suatu gagasan dalam melihat berbagai dinamika pendidikan yang

terus berubah, sebagai suatu komunitas belajar ruang lingkup yang ada diperluas

melibatkan warga di seluruh kota dalam segala aspek kehidupannya melalu

dinamika dan pembaruannya. Dengan pihak yang diperluas maka tempat – tempat

yang tersedia juga tidak terbatas hanya dalam ruang lingkup kelas atau kampus

melainkan juga ruang - ruang kelas sosial yang ada.34

Dalam perjalanan sejarah di bidang pendidikan jauh sebelum Belanda

datang ke Indonesia, Orang Jawa sudah memiliki lembaga – lembaga pendidikan

tersendiri digambarkan lewat wayang yang menceritakan guru bijaksana yang

mengumpulkan anak – anak muda sebagai cantrik dirumahnya dan mengajar

34
G.Budi Subanar,Bayang – bayang sejarah kota pendidikan Yogyakarta :
komunitas learning society,Yogyakarta : Penerbit Universitas Sanata Dharma,2007,hlm 8

35
bagaimana hidup sebagai masyarakat yang baik.35 Para cantrik36 tinggal Bersama

guru mereka dalam pondok dengan tujuan untuk bekerja demi hidup mereka dan

sang guru, sistem ini telah ada selama berabad – abad dengan menggabungkan

unsur – unsur ajarannya mengikuti keyakinan agama yang ada selama zaman

Hindu,Buddha,Islam sampai sekarang.

Pendudukan belanda di Indonesia membawa suatu sistem pendidikan baru

dan berbeda dengan lembaga pendidikan lokal,perbedaan yang terlihat adalah

bahwa pendidikan yang dibiayai oleh belanda bersifat netral terhadap agama,

tidak terlalu memikirkan bagaimana hidup dalam harmoni di dunia tetapi tentang

cara mencari nafkah, diselenggarakan menurut perbedaan etnis dalam masyarakat

serta untuk menjaga perbedaan kelas dalam masyarakat khususnya di kalangan

orang Jawa, Selain itu juga lebih mengarah mempertahankan keuntungan politik

dan ekonomi Belanda di daerah jajahannya. Sekolah – sekolah pertama yang

didirikan oleh belanda masa VOC di awal abad ke-18 lebih bersifat keagamaan

disamping kegiatan dagang mereka, Belanda juga memandang pentingnya

penyebaran agama kristen di kalangan masyarakat sebagai suatu kewajiban. dalam

rangka penyebaran agama kristen dibangun juga sekolah – sekolah yang


35
Hubungan guru dan murid ini dapat dilihat dalam pewayangan tokoh Guru
Drona dan Bima, sebagai murid Bima menyerahkan diri kepada bimbingan gurunya
Drona dengan keikhlasan dan ketaatan penuh. Guru dipandang sebagai orang sakti
sehingga dalam pewayangan pun juga terdapat dewa tertinggi yang diberi nama “Batara
Guru” maka murid tidak boleh melakukan tindakan membangkang/berkhianat terhadap
guru karena itu merupakan dosa besar.lihat Sri Mulyono, 1979. Simbolisme dan
Mistikisme dalam Wayang, Jakarta : PT Gunung Agung,hlm 68
36
orang yang berguru kepada orang sakti/pandai bisa juga sebagai pelayan
pendeta/biksu yang sekaligus menjadi murid.lihat W.J.S Poerwadarminta,1939.
Baoesastra Jawa, Batavia : J. B. Wolters' Uitgevers-Maatschappij N. V. Groningen, hlm
625 dan Elinor Clark Horne,1973.Javanese English Dictionary,New Haven and London :
Yale University Press,hlm 628.

36
berlandaskan kepada agama itu, setelah VOC dibubarkan pada akhir abad ke-18

dan diambil alih oleh pemerintah Hindia Belanda baru dibuat suatu kebijaksanaan

pemisahan agama dari pendidikan. di tahun 1816 sesudah masa peralihan

pemerintahan Inggris, dibangunlah sekolah umum Belanda pertama di

Weltervreden sekarang menjadi bagian dari wilayah Jakarta dan saat itu sekolah

umum diubah menjadi netral terhadap agama.

Dalam hal netralitas agama pemerintah kolonial selalu memperhatikan

sekolah – sekolah yang memberikan pelajaran agama, dengan memberikan

dukungan finansial dan material kepada sekolah – sekolah swasta Protestan dan

Katolik serta lembaga pendidikan Islam sekuler.pendidikan yang diberikan pada

sekolah – sekolah umum masa penjajahn Belanda sangat berhubungan dengan

kebudayaan Belanda di Negeri Belanda, sistem kebijakan pendidikan pada masa

itu kebanyakan dilaksanakan oleh pejabat ataupun guru – guru yang

melaksanakan kebijakan tersebut adalah orang Belanda. Pelajaran yang diberikan

di sekolah -sekolah pada masa itu kebanyakan mengenai ilmu bumi dan sejarah

Belanda, Bahasa Belanda dijadikan sebagai persyaratan penting untuk lulus ujian

maupun mendapat pekerjaan sebagai pegawai perusahaan swasta atau

pemerintahan.jenis pendidikan ini pada kenyataannya ternyata memberikan

dampak yang negatif terhadap kalangan para siswa karena adanya ketimpangan

sosial, pelajaran belanda yang ada disekolah menyebabkan adanya siswa yang

terasing dari lingkungan sosial pribumi dan membuat sebuah pemisah antara

kalangan elit penguasa dan rakyat biasa.

37
Dengan adanya kesenjangan ini pendidikan tidak digunakan sebagai

sarana untuk menciptakan integrasi dalam masyarakat tetapi merupakan sarana

yang berfungsi untuk setiap kelompok sosial menurut tingkat kemajuan sosialnya.

Keragaman kelompok yang ada dalam masyarakat ini membuat didirikan berbagai

sekolah – sekolah dasar yang terpisah untuk berbagai etnis tertentu. Sekolah –

sekolah etnis biasanya disesuaikan dengan kebutuhan kelompok tertentu yang ada

dalam masyarakat, para siswa dari kelompok etnis terakhir yang disebutkan diatas

diperbolehkan memasuki sekolah menengah Belanda jika orang tua mereka

termasuk kelas atas. sedangkan siswa Belanda bebas masuk sekolah menengah

etnis tertentu apabila di tempat tinggalnya tidak ada sekolah khusus untuk orang

Belanda, pemerintah Hindia Belanda menganut kebijakan pemisahan tidak hanya

di bidang pendidikan tetapi juga di setiap bidang yang menyangkut kepentingan

umum.

Perbedaan kelompok – kelompok sosial di kalangan pribumi sangat besar

sehingga sulit untuk membuat satu jenis sekolah yang seragam,akhirnya

pemerintah Hindia Belanda sejak tahun 1893 membuat sistem sekolah dasar yang

terstratifikasi lewat pendirian sekolah kelas satu untuk anak – anak raja pribumi

dan sekolah kelas dua untuk orang – orang biasa. tahun 1914 sekolah – sekolah

kelas satu dirombak menjadi sekolah - sekolah belanda pribumi (HIS) 37 dengan
37
Selain HIS ( Hollands Inlandse School ) di Yogyakarta juga didirikan sekolah
dasar ELS ( Europasche Lagere School ), HCS ( Hollandsch Chinesche School ),sekolah
kelas dua,volkschool,Vervolgschool,Schakelschool dan sekolah menengah umum seperti
MULO dan AMS ( Algemene Middlebare School ) pendirian pendidikan mengikuti
kebijakan politik etis belanda yang berlaku saat itu. lihat Sri Sutjiatiningsih,Sutrisno
Kutoyo,1980.Sejarah Pendidikan Daerah Istimewa Yogyakarta,Jakarta : Depdikbud,hlm
59 – 67.

38
kurikulum tujuh tahun dengan pengajaran bahasa belanda dimulai dari kelas tiga

dan juga digunakan sebagai bahasa pengantar di kelas yang lebih tinggi. jenis

sekolah seperti ini yang hingga akhir pemerintahan Belanda hanya bisa dimasuki

oleh anak – anak yang memiliki orang tua terpandang, mereka yang memenuhi

persyaratan itu adalah penduduk yang tinggal di kota karena semua sekolah

Belanda pribumi (HIS) didirikan di kota – kota sehingga mempertajam perbedaan

sosial antara masyarakat kota yang berorientasi kepada Belanda dengan

masyarakat desa yang berorientasi pada Indonesia.

Pembagian kelas pada tingkat sekolah dasar juga diperluas pada sekolah

belanda pribumi ( HIS ) di Yogyakarta hingga awal masa pendudukan Jepang,

dengan adanya sekolah dasar Keputran yang dikhususkan untuk anak – anak kaum

bangsawan serta pejabat tinggi pemerintah. Kebijakan pendidikan untuk kalangan

elite merupakan bagian dari pendapat bahwa strata atas dalam masyarakat

pendidikan akan mengalir kepada kelas – kelas yang lebih rendah. sangat

konsisten dengan struktur sosial di Indonesia bangsawan pribumi dan kaum

priyayi yang menetapkan kaidah perilaku sosial untuk kelas - kelas yang lebih

rendah sehingga pendidikan kelas - kelas yang lebih tinggi diharapkan akan

diikuti oleh kelas yang lebih rendah.

Sistem sekolah untuk penduduk pribumi sebetulnya bukan dimaksudkan

sebagai sarana untuk memenuhi kebutuhan rakyat, melainkan sebagai sarana

untuk memenuhi kebutuhan pemerintah dilihat dari kebutuhan pemerintah saat itu

memperkerjakan pegawai di kantor - kantor pemerintahan. kualitas pendidikan

lebih dihubungkan dengan pekerjaan kantor bukan dengan ketrampilan praktis

39
yang bisa digunakan sehari – hari untuk mencari nafkah di luar kantor – kantor

pemrintahan,dampak sosialnya pendidikan hanya menjadi suatu pabrik pegawai

dan kurikulum tidak relevan dengan kehidupan sehari – hari masyarakat

Indonesia. sehingga tujuan utama sekolah waktu itu hanya untuk memperoleh

ijazah untuk syarat mendapatkan pekerjaan di bidang pemerintahan.

Pada masa pendudukan jepang kebijakan pendidikan dibuat dengan tiga

prinsip pokok : pendidikan ditata kembali atas dasar keseragaman dan kesamaan

untuk seluruh kelompok etnis dan kelas sosial, pengaruh belanda dihapuskan dari

sekolah – sekolah dan unsur budaya Indonesia lebih diutamakan, lembaga

pendidikan dijadikan sebagai alat untuk mengindoktrinasi gagasan kemakmuran

bersama Asia Tenggara di bawah pimpinan Jepang. perubahan fundamental

mengenai sistem pendidikan yang dilancarkan Pemerintah Militer Jepang berhasil

dalam menanamkan pengaruh terhadap masyarakat Jawa di Yogyakarta terutama

untuk kalangan orang muda, pengaruh tersebut sangat dirasakan khususnya di

daerah – daerah pedesaaan hal ini disebabkan karena dihapuskannya diskriminasi

yang tidak menguntungkan terhadap sekolah – sekolah desa yang ada pada masa

penjajahan belanda.

Pemerintah Militer Jepang memutar arah pendidikan umum dengan

meniadakan superioritas Belanda dan mengaitkan pendidikan dengan kebudayaan

asli Indonesia Jawa pada khususnya. Sekolah – sekolah Belanda pribumi

diturunkan ke tingkat sekolah pedesaan, disebabkan oleh singkatnya waktu dan

kurangnya tenaga yang terlatih maka usaha Jepang untuk mengindoktrinasikan

kebudayaan Jepang kepada para guru dan siswa kurang efektif dibandingkan

40
dengan Belanda. Sehingga iklim kebudayaan di sekolah – sekolah selama perang

tetap lebih konsisten dengan kebudayaan Indonesia, karena Jepang membutuhkan

ratusan pemuda sekolah dasar untuk pasukan militer serta polisi pembantu. maka

tidak ada diskriminasi antara kelas – kelas sosial atau penduduk kota dengan

penduduk desa.

Perubahan politik dan sosial yang mendasar di Yogyakarta dimulai dari

masa pendudukan Jepang dan berlanjut setelah pecahnya revolusi nasional sangat

membantu dalam mengubah kebutuhan pendidikan yang menjadi tuntutan rakyat.

Tetapi selama lima tahun revolusi bersenjata dari tahun 1945 sampai dengan tahun

1950 tidak banyak kesempatan untuk meningkatkan jumlah sekolah, disatu sisi

masa ini sangat penting karena mulai dibangun sebuah landasan – landasan pokok

sistem pendidikan nasional yang kemudian dikembangkan lebih jauh setelah

tercapainya kemerdekaan secara penuh.

Perkembangan pendidikan di Yogyakarta sejak kemerdekaan melewati

tingkat sekolah menengah dan sudah mencapai tingkat universitas, pembentukan

universitas ini bukan gagasan masyarakat melainkan berasal dari sejumlah tokoh

cendekiawan pada tingkat nasional.di tahun 1946 saat pasukan Belanda berhasil

menduduki kota Jakarta dan Bandung, Indonesia tidak bisa menguasai perguruan

tinggi yang ada.di pihak Belanda mereka tidak mampu mengelola perguruan

tinggi yang ada karena sebagian besar mahasiswa terjun dalam revolusi dan

menolak untuk kembali ke perguruan tinggi yang dikelola oleh Belanda karena

41
diakui bahwa pelopor revolusi bersenjata adalah generasi muda terutama para

mahasiswa dan pelajar menengah atas.38

Perguruan tinggi yang dibangun pasca kemerdekaan adalah Universitas

Gajah Mada yang berdiri pada tanggal 19 desember 1949 sebagai universitas

negeri pertama yang didirikan Pemerintah Republik Indonesia.39dari pendirian

universitas ini juga disusul lahirnya berbagai macam Perguruan Tinggi Negeri dan

Perguruan Tinggi Swasta yang tersebar di Yogyakarta. 40 Kemunculan lembaga

pendidikan tinggi yang baru berdiri memiliki peran penting dalam lingkup

perjuangan Republik Indonesia sebagai suatu negara baru dengan menjawab

berbagai permasalahan yang ada. tujuan praktis didirikannya perguruan tinggi di

Yogyakarta mengacu kepada penyediaan tenaga yang berfokus pada bidang

tertentu, seperti penyediaan tenaga birokrasi,kader ilmuwan,pemikir tradisi dan

agama,guru,ahli seni dan budaya.41

Dalam berdirinya berbagai lembaga tinggi yang ada di Yogyakarta tidak

terlepas dari peran tokoh pendidikan dasar yaitu Ki Hadjar dewantara,dengan


38
Selo Soemardjan,Perubahan Sosial di Yogyakarta,Jakarta : Gadjah Mada
University Press,1981,hlm 275 - 292
39
Universitas ini pada awalnya berdiri dengan nama “Universitas Negeri Gadjah
Mada” dan merupakan gabungan dari beberapa sekolah tinggi yang didirikan lebih dulu,
yang terdiri dari Balai Perguruan Tinggi Gadjah Mada, Sekolah Tinggi Teknik, Akademi
Ilmu Politik di Yogyakarta, Balai Pendidikan Ahli Hukum di Solo,Perguruan Tinggi
Kedokteran Bagian Praklinis di Klaten. Disahkan melalui Peraturan Pemerintah No 23
Tahun 1949 tentang peraturan penggabungan perguruan tinggi menjadi Universitas,
Pendirian UGM pada tanggal 19 desember 1949 bermakna sebagai bangkitnya
pendidikan di Yogyakarta pasca agresi militer belanda ke 2 lihat “Sejarah Universitas
Gadjah Mada”, https://ugm.ac.id/id/tentang-ugm/1356-sejarah, diakses tanggal 8 maret
2022, jam 11.43
40
Sugiyanto, “Yogyakarta kota pendidikan dan ekonomi “, Cakrawala
Pendidikan, No.3 ( November 2004 ),hlm 527.
41
G. Budi Subanar,Op.Cit.,hlm 13.

42
menekankan gagasannya dalam dinamika Taman Siswa yang menempatkan pusat

pendidikan meliputi tiga hal utama yaitu keluarga,sekolah dan masyarakat, sesuai

dengan pandangan Ki Hadjar Dewantara tentang pendidikan yang berpusat kepada

lingkungan hidup manusia.42pilihan dalam mengambil perjuangan pendidikan

merupakan suatu keinginan tanggung jawab Ki Hajar Dewantara terhadap nasib

bangsa serta kemanusiaan yang terjadi dalam masyarakat kolonial serta tekad

berjuang bangsa Indonesia dalam mencapai kemerdekaan. Karena usaha untuk

mencapai kemerdekaan Indonesia tidak hanya melalu pergerakan politik, maka

dibutuhkan tenaga - tenaga perjuangan dan pendidikan yang berjiwa

nasional,merdeka dan kerakyatan. konsep Ki Hajar Dewantara tentang pendidikan

nasional merupakan hasil dari analisis tentang keadaan masyarakat dan politik,

melalui kritik terhadap pendidikan barat yang kolonialistis dan kegigihannya

dalam menolak campur tangan belanda dalam pemberian bantuan pendidikan

karena bertentangan dengan hak berdiri sendiri dalam asas pembelaan

kemerdekaan, juga bertanggung jawab secara metodik dan didaktik terhadap

pendidikan membuat Ki Hajar Dewantara ditetapkan sebagai pelopor pendidikan

nasional.43

Sebagai pelopor pendidikan nasional Ki Hajar Dewantara memiliki

pandangan yang sangat visioner, tidak terbatas pendidikan hanya difungsikan

sebagai kebutuhan primer saja melainkan juga memiliki fungsi yang sifatnya

universal karena berhubungan dengan suatu komunitas hidup manusia. dengan

42
Ibid.,hlm 19.
43
Sutrisno Kutoyo dkk,Sejarah Daerah Istimewa Yogyakarta,Jakarta : Proyek
Penelitian dan Kebudayaan Daerah Departemen Pendidikan dan Kebudayaan,1997,hlm
196.

43
melihat aspek komunitas yang ada seperti keluarga,sekolah dan masyarakat Ki

hajar Dewantara berhasil menciptakan suatu pendidikan yang bersifat humanis

sekaligus demokratis, karena setiap unsur yang ada dalam suatu masyarakat

tercipta dari adanya kebersamaan dan keberagaman. dengan terbentuknya Taman

Siswa dapat dilihat sebagai suatu wadah pendidikan yang ideal karena

memasukkan unsur demokrasi di dalamnya, dalam artian kebebasan yang ada

digunakan untuk meningkatkan bakat atau kemampuan siswa dalam pendidikan

atau bidang lainnya karena setiap individu memiliki suatu hati nurani untuk

menentukan ke arah mana mereka akan berkembang.

Konsep pendidikan Ki Hajar Dewantara selalu relevan dalam semua

lembaga – lembaga pendidikan yang ada sekarang, baik di tingkat pendidikan

dasar / tinggi khususnya yang ada di Yogyakarta.sebagai kota yang memiliki

berbagai komunitas belajar dan khususnya memiliki predikat “kota pelajar”

konsep tersebut menyatu dalam ruang lingkup sosial yang ada lewat hubungan

antar masyarakat, kebudayaan yang mengikat, dan para pelajar baik dari luar

ataupun dalam kota. sebagai suatu komunitas Yogyakarta dalam hal eksternal

selalu berhubungan dengan komunitas luar dengan tujuan untuk menunjukkan

bahwa kota ini paling mengutamakan pendidikan. dengan memahami pentingnya

pendidikan dalam pembentukan kepribadian,pekerjaan,kebudayaan,peranan dan

adaptasi sosial.44

Dengan adanya berbagai lembaga pendidikan rendah atau tinggi di

Yogyakarta,kota ini dijadikan sebagai suatu tempat tujuan yang memiliki prospek

44
Sugiyanto,Op.Cit.,hlm 530.

44
dalam pendidikan masa depan.dapat dilihat identitas pembangun Yogyakarta

sebagai kota pelajar lewat beberapa faktor seperti : Aura Keraton yang

berpengaruh terhadap sikap masyarakat dengan melihat segala fenomena yang ada

secara realistis sekaligus juga selalu melibatkan nilai budaya,sosial,etika dalam

setiap aktivitas. Yogyakarta juga memiliki berbagai fasilitas belajar yang sangat

lengkap seperti pusat studi,laboratorium,perpustakaan,museum,shopping book

serta letak kota yang mudah dijangkau dengan berbagai transportasi. Yogyakarta

memiliki berbagai predikat yang secara tidak langsung menciptakan suasana iklim

akademik yang dapat digunakan sebagai pusat kajian dan sumber belajar selain itu

didukung dengan peran Ki Hajar Dewantara yang mempelopori terbentuknya

universitas negeri di kota ini.45

Predikat “kota pendidikan” akan terus melekat sebagai bagian dari kota

Yogyakarta dan menjadi satu kesatuan yang tidak terpisahkan, karena dibangun

dari elemen – elemen masyarakat yang humanis dan berbudaya tinggi. selain juga

didukung fasilitas pendidikan yang ada, dalam hal ini mengacu kepada

perpustakaan yang utama sebagai penyimpan pustaka dan juga sebagai jembatan

penghubung berbagai macam ilmu pengetahuan. dengan adanya perpustakaan

sebagai bagian dari fasilitas penyokong pendidikan maka sudah seharusnya dapat

memperkuat identitas “kota pelajar” karena suatu sistematis pendidikan yang

menyebar menjadi suatu komunitas/identitas tertentu harus memiliki sebuah

pedoman/teori tertulis yang bisa dikatakan itu adalah buku/pustaka, karena benda

itu merupakan jendela wawasan yang memiliki nilai guna amat berharga dalam

45
Ibid.,hlm 531

45
menentukan segala rancangan,ide,gagasan maupun ideologi dalam menuju masa

depan atau masa kini. dengan adanya perpustakan sangat membantu menampung

literasi yang dibutuhkan masyarakat dalam meningkatkan dan memperluas

pengetahuan, sekaligus dengan adanya fasilitas pendukung pendidikan ini dapat

melahirkan pemikir – pemikir,budayawan ataupun cendekiawan yang dapat

memperkuat identitas Jogja sebagai “kota pelajar”.

3.2 Perpustakaan Sebagai Jantung Kota Pelajar

Perpustakaan sejak awal didirikan memiliki tujuan dan kegiatan untuk

mengumpulkan berbagai sumber informasi dalam berbagai bentuk yaitu tertulis (

printed matter ) dan terekam ( recorded matter ). kemudian informasi tersebut

diproses, dikemas dan disusun untuk digunakan oleh masyarakat, dalam

pembentukannya perpustakan memiliki beberapa alasan yaitu : Sebagai tempat

mengumpulkan dalam arti aktif yang berarti perpustakaan tersebut memiliki

kegiatan yang menghimpun sebanyak mungkin sumber informasi untuk dikoleksi,

Tempat untuk mengolah dan memproses semua bahan pustaka dengan metode

atau sistem tertentu seperti registrasi,klasifikasi,katalogisasi secara manual atau

menggunakan teknologi informasi yang mudah digunakan, Tempat menyimpan

atau memelihara di dalamnya memiliki kegiatan mengatur, merawat,menata

koleksi Sebagai pusat informasi,sumber belajar,pusat penelitian atau rekreasi

sekaligus menjadi agen perubahan dan agen kebudayaan setiap masa.

46
Tujuan perpustakaan pada umumnya untuk membentuk masyarakat yang

terdidik dan terbiasa membaca, dengan menguasai sumber informasi dan ilmu

pengetahuan akan memiliki pandangan atau wawasan yang luas. bagi pengunjung

perpustakaan dari golongan terpelajar memasuki perpustakaan memiliki tujuan

yang sama yaitu membaca dan mencari suatu informasi yang membedakan hanya

jenis tema bacaan yang dibaca karena masing -masing perorangan tidak selalu

sama. tujuan yang ingin dicapai setiap orang ketika memasuki perpustakaan

secara umum dapat dilihat dari beberapa hal yaitu bertujuan supaya dapat

mengikuti peristiwa dan perkembangan dunia melalui sumber bacaan yang ada,

selain itu secara tidak langsung mendapatkan cara belajar yang otodidak dengan

mencari bacaan yang mampu memberikan pendidikan/pengajaran bagi yang tidak

mengikuti pendidikan formal sedangkan untuk yang mengikuti pendidikan formal

sarana ini digunakan untuk menambah ilmu pengetahuan dan sebagai suatu

langkah cepat untuk menyelesaikan sebuah studi. dengan adanya kunjungan ke

perpustakaan selain memenuhi kebutuhan ilmu pengetahuan juga dapat memenuhi

kebutuhan mental seseorang karena dengan banyak menguasai informasi dan ilmu

pengetahuan akan mendapatkan suatu kepuasan atau kebahagiaan.46

Sejak dahulu tujuan membangun perpustakaan selalu dikaitkan dengan

tujuan bersama, karena perpustakaan merupakan hasil pembentukan dari

kelompok atau individu tertentu. dapat dilihat dari contoh masa lalu yaitu

penguasa Mesir Ptolemues Soter (323 – 285 SM ) yang membentuk perpustakaan

Alexandria sebagai sentra intelektual terbesar selama 9 abad. karena sifatnya yang
46
Sutarno NS, Perpustakaan dan Masyarakat, Jakarta : Yayasan Obor,2003,hlm
25 - 26.

47
terbuka Perpustakaan Alexandria telah dikunjungi oleh banyak ilmuwan dari

seluruh mediterania, selama hampir 900 tahun perpustakaan Alexandria telah

menjadi pusat pencarian para ilmuwan untuk informasi tentang berbagai ilmu

pengetahuan.47pada abad pertengahan prinsip perpustakan sebagai tempat untuk

menyimpan dan memencarkan ilmu pengetahuan selalu dianut, walaupun pada

prakteknya lebih banyak ditujukan pada penyimpanan daripada penyebaran buku.

Prinsip penyimpanan (storage) waktu itu lebih mengarah kepada pengawetan (

conservation ) sehingga artinya hanya disimpan sebagai koleksi.

Sepanjang sejarah manusia perpustakaan telah menjadi satu – satunya

institusi buatan manusia di mana manusia mampu menemukan kembali informasi

secara permanan dan mendalam. perpustakaan selalu dianggap memiliki efek

sosial, ekonomi, politik dan pendidikan. dampak dari efek tersebut terkadang

menjadi bumerang berupa kehancuran dan kebakaran hal ini terjadi dalam sejarah

manusia, karena perpustakaan diciptakan oleh masyarakat maka sudah menjadi

kewajiban masyarakat untuk mempertahankan hasil karya yang di dalamnya dan

harus menghadapi tantangan yang bersifat eksternal seperti revolusi,gejolak

47
dibangun pada tahun 323 SM oleh raja Ptolemey ( Ptolemaeus ) Soter ( 322 –
285 SM ) perpustakaan ini menjadi besar ketika diteruskan oleh penggantinya Ptolemey
Philadelphus ( 285 – 247 SM ) dan Ptolemey Eurgetes ( 247 – 221 SM ). Perpustakaan
tersebut dibangun dengan tujuan untuk mengumpulkan dan memelihara semua karya
kesusastraan Yunani, perpustakaan sangat penting bagi Mesir pada waktu itu karena bisa
bertahan hingga berabad – abad dan memiliki koleksi yang sangat lengkap. Pada masa itu
juga Bibliotheca Alexandria Egypt menjadi pusat ilmu pengetahuan karena banyak buku
hasil pembelian raja Mesir dari berbagai negeri yang berjumlah 442.800 buku dan 90.000
ringkasan tidak berjilid. Pada masa ini juga setiap kapal atau penjelajah yang singgah di
Mesir akan digeledah setiap buku dan naskah yang ditemukan akan disalin kemudian
salinannya akan diberikan sedangkan naskah yang asli disita. pendiri perpustakaan
Alexandria Mesir adalah Ptolemi I pengganti Alexander Agung dan diteruskan sampai
kekuasaan Ptomeli III. lihat “ Alexandria perpustakaan pertama di dunia”,
https://primaindisoft.com/blog/alexandria-perpustakaan-pertama-di-dunia, diakses
tanggal 8 maret 2022, jam 11.47

48
politik,pertentangan agama. ada berbagai contoh peristiwa perusakan

perpustakaan dari zaman terdahulu, seperti pada tahun 212 SM Kaisar Shih Huang

– ti pendiri dinasti Ch’in memerintahkan pembakaran semua buku kecuali buku

pertanian,agama dan kedokteran ternyata tidak semua rakyatnya tidak

melaksanakan perintah tersebut karena ada beberapa buku yang mereka

sembunyikan untuk mengisi perpustakaan yang baru. pada masa awal

perkembangan kristen juga terjadi pembakaran buku disebabkan oleh masyarakat

Roma yang menyembah kaisar sebagai dewa sehinga banyak buku – buku agama

kristen yang dimusnahkan, di Indonesia pada masa pendudukan Jepang ( 1942 –

1945 ) terjadi perampasan dan pengamanan koleksi pustaka kolonial Belanda

Bataviaasch Genootschap van Kunsten en Wetenschap48 di Batavia ( Jakarta ).

48
Ketika jepang menduduki Indonesia semua kegiatan kantor,lembaga dan
organisasi Belanda dihapus, semua nama kantor diubah dalam bahasa jepang.Bataviaasch
Genootschap van Kunsten en Wetencshappen ditutup sehingga tidak ada lagi pengiriman
karya cetak sesuai kewajiban undang – undang. Selama masa pendudukan Jepang
perpustakaan yang non aktif ini masih menerima penerbitan pemerintah pendudukan
Jepang seperti terbitan Kan Po dan beberapa terbitan lain, nantinya koleksi ini diterbitkan
oleh Perpustakaan Nasional sebagai Katalog Terbitan Indonesia Selama Pendudukan
Jepang 1942 – 1945. Perpustakaan ini awalnya didirikan oleh sejumlah pejabat
Veerenigde Oost Indie Compagnie ( VOC ) dipelopori pertama oleh seorang naturalis
bernama Jacob Cornelis Mathhieuw Radermacher didirikan pada tahun 1778 dilatar
belakangi sedang terjadinya revolusi intelektual di Eropa dimana orang – orang mulai
mengembangkan pemikiran – pemikiran ilmiah dan ilmu pengetahuan, pada tahun 1752
di Haarlem Belanda didirikan De Hollandsche Maatschappij der Wetenschappen
( perkumpulan ilmiah Belanda ) hal ini yang menjadi motivasi orang – orang Belanda di
Indonesia untuk mendirikan organisasi sejenis. BG merupakan lembaga yang didirikan
bergerak dalam bidang penelitian terhadap seni dan ilmu pengetahuan secara spesifik
dalam bidang ilmu biologi,fisika,arkeologi,kesusastraan, etnologi dan sejarah serta
menerbitkan hasil penelitian. pendiri lembaga ini JCM Radermacher menyumbangkan
rumahnya di Jalan Kalibesar di Jakarta dengan serta menyumbangkan koleksi benda
budaya dan pustaka, sumbangan inilah yang menjadi dasar berdirinya museum dan
perpustakaan nasional. lihat “Sejarah Perpustakaan Nasional RI Sebuah Kajian”,
https://www.perpusnas.go.id/sejarah_kajian.php?lang=id, diakses tanggal 8 maret 2022,
jam 11 : 53

49
Perpustakaan merupakan kekuatan karena perpustakaan sendiri adalah

sebuah gudang ilmu pengetahuan, dari sebagian peristiwa eksternal perpustakaan

dapat dilihat bahwa kekuasaan yang dapat merusak perpustakaan adalah

masyarakat. dilain sisi yang menciptakan dan memelihara perpustakaan adalah

masyarakat itu sendiri.49sebagai penyumbang penting dalam bidang pendidikan

perpustakaan bisa dikatakan sebagai benteng yang melindungi suatu masyarakat

dari kebodohan dan kegelapan berpikir, dalam perjalanan sejarahnya perpustakaan

memang sangat berpengaruh terhadap intelektual manusia. dengan adanya

perpustakaan banyak tersimpan berbagai gagasan,ideologi,pandangan yang bisa

dipelajari, dianalisis dan dijadikan suatu dasar dalam jalannya suatu peradaban

manusia.

Minat baca juga merupakan salah satu hal penting dalam ruang lingkup

perpustakaan apabila ingin mencari suatu informasi sesuai kebutuhan setiap

orang, adanya keinginan menambah pengetahuan akan menimbulkan suatu

aktivitas yaitu membaca.membaca dapat dipahami sebagai kegiatan untuk melihat

dan memahami isi dari apa yang tertulis, 50 adanya suatu minat baca pada

seseorang memang berasal dari keinginan untuk mencari informasi yang tidak

bisa didapatkan atau sekedar digunakan sebagai suatu hiburan. sebuah

perpustakaan tidak akan ada apabila dalam wilayah tertentu tidak terbentuk suatu

minat baca yang tertanam dalam suatu komunitas atau masing – masing individu.

49
Sulistyo Basuki, Pengantar Ilmu Perpustakaan,Jakarta : PT Gramedia
Pustaka,1991,hlm 31 - 32
50
https://kbbi.web.id/baca, diakses tanggal 12 juli 2022, jam 11.37

50
Selain melihat faktor – faktor internal ataupun eksternal dalam membentuk

suatu perpustakaan, penting untuk melihat juga berbagai jenis perpustakaan

karena setiap perpustakan memiliki selalu memiliki jumlah yang banyak dan

tersebar di dalam suatu daerah atau kota. dilihat dari fungsi atau kelembagaannya

perpustakaan pada dasarnya bersifat universal yang berarti perpustakan adalah

sama dimanapun itu yang membedakan hanya struktur dan perkembangannya saja

karena semua perkembangan perpustakan selalu bergantung pada masyarakat.51

Penyebab adanya berbagai jenis perpustakaan dapat dilihat dari berbagai

faktor yang pertama adanya tanggapan terhadap berbagai jenis pustaka seperti

buku,majalah,film,rekaman suara. perpustakaan menunjukkan tanggapan yang

berbeda – beda terhadap berbagai jenis pustaka contohnya ada perpustakaan yang

hanya mengkhususkan diri pada buku saja atau perpustakaan yang hanya

mengumpulkan rekaman suara. faktor kedua tanggapan terhadap keperluan

informasi berbagai kelompok pembaca, dalam masyarakat terdapat berbagai

macam kelompok pembaca sebagai pembaca mereka akan memerlukan bahan

baca yang berbeda dari segi intelekual, bentuk fisik dan bentuk huruf. faktor

ketiga tanggapan yang berlainan terhadap spesialisasi subjek, ruang lingkup

subjek, rincian subjek.pembaca mempunyai minat serta keperluan informasi yang

berbeda kedalamannya meskipun subjeknya sama, karena ada pembaca yang

mengingingkan cakupan subjek yang luas tidak terlalu terperinci atau ada juga

yang membutuhkan cakupan yang singkat. karena kebutuhan informasi mengenai

suatu subjek berbeda – beda intesitas intelektualnya maka muncul berbagai jenis

51
Sutarno, Op.cit.,hlm 27.

51
perpustakaan dengan koleksi yang disesuaikan dengan keperluan dan tingkat

intelektual pembaca.52

Perpustakaan dapat dibedakan dalam berbagai jenis hal ini sangat penting

karena dapat dijadikan landasan dalam mengetahui jenis perpustakaan yang ada di

kota Jogja. pembagian ini bertujuan untuk mengetahui dasar,fungsi dan tujuan

dari masing – masing perpustakaan yang ada. penulis hanya mengambil sebagian

jenis perpustakaan yang berkaitan dengan penelitian ini, jenis perpustakaan yang

ada mencakup perpustakaan umum perpustakaan khusus, perpustakaan perguruan

tinggi. penjelasannya dapat dijabarkan sebagai berikut

1. Perpustakaan umum

Perpustakaan ini diselenggarakan oleh dana publik untuk tujuan melayani

masyarakat umum, perpustakaan umum memiliki beberapa karakteristik, yang

pertama adalah terbuka untuk umum artinya berlaku untuk setiap golongan tanpa

memandang pengelompokan tertentu. Kedua didanai oleh dana publik yang

berasal dari masyarakat, dana dapat dikumpulkan melalui pajak dan dikelola oleh

pemerintah selanjutnya dana ini digunakan untuk mengelola perpustakaan umum.

yang terakhir layanan yang diberikan bersifat sukarela mencakup layanan

perantara yang didefinisikan sebagai layanan penyediaan informasi,

peminjaman,konsultasi studi melalui keanggotaan sukarela .

52
Sulistyo Basuki,Op.cit.,hlm 41.

52
Menyadari peran penting perpustakaan umum dalam kehidupan budaya

dan intelektual negara, Unesco menerbitkan deklarasi perpustakaan umum pada

tahun 1972 yang isinya berupa pernyataan bahwa perpustakaan umum

mempunyai empat tujuan utama yaitu : memberikan kesempatan bagi umum

untuk membaca bahan pustaka yang dapat membantu meningkatkan mereka ke

arah hidup yang lebih baik, menyediakan sumber informasi yang cepat, tepat

dan murah bagi masyarakat terutama informasi tentang topik yang berguna dan

hangat dalam kalangan masyarakat, membantu warga untuk mengembangkan

kemampuan yang dimiliki sehingga akan bermanfaat bagi masyarakat sekitar

dengan bantuan bahan pustaka, bertindak sebagai agen kultural yang berarti

perpustakaan umum merupakan pusat utama kehidupan budaya bagi masyarakat

sekitarnya.53

beberapa perpustakaan umum yang ada di Yogyakarta yaitu :

Perpustakaan Grahatama Pustaka yang termasuk balai layanan perpustakan DPAD

Yogyakarta didirikan pada tanggal 21 desember 2015 dengan peresmian oleh

Gubernur DIY Sri Sultan Hamengkubuwono X, perpustakaan ini merupakan milik

Pemerintah Daerah yang terletak di Jalan Janti Banguntapan Bantul. Filosofi

pendirian perpustakaan ini mencerminkan semangat keistimewaan jogja dengan

cita – cita kesempurnaan manusia jawa, perpustakaan ini terdiri dari tiga lantai

mencakup banyak koleksi dan ruang seperti koleksi anak – anak sekaligus ruang

untuk fasilitas anak, ruang dan layanan berbagai koleksi seperti koleksi umum,

53
Ibid.,hlm 46.

53
koleksi Braile,koleksi digital, koleksi langka, koleksi majalah dan koran, koleksi

penyimpanan bahan pustaka. koleksi deposit.54

Perpustakan kota Yogyakarta yang terletak di Jalan Suroto Kotabaru

awalnya bertempat di Jalan Pekapalan Alun – alun Utara Yogyakarta berdiri

secara resmi pada tanggal 2 Mei 1993, dioperasikan oleh cabang Dinas

Pendidikan dan Kebudayaan Kota Yogyakarta. Seiring berjalannya waktu,

pertumbuhan kelembagaan Perpustakaan Umum Kota Yogyakarta berkembang

menjadi Unit Pelaksana Teknis ( UPT ). sampai tahun 2007 UPT perpustakaan

dipindah dan menempati gedung baru di Jln Suroto No.9 Kotabaru Yogyakarta,

dengan Peraturan Daerah No. 9 Tahun 2008, UPT Perpustakaan pada tahun 2009

menjadi Kantor kearsipan dan Perpustakaan Daerah Kota Yogyakarta.sejak tahun

2017 karena penempatan organisasi kawasan di lingkungan Pemerintah Kota

Yogyakarta,badan ini berubah menjadi Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kota

Yogyakarta.55 Koleksi buku yang ada dalam perpustakaan ini mencakup

pengetahuan umum, bahasa – bahasa, ilmu dan teknologi. ditunjang juga dengan

berbagai fasilitas yang memadai dalam memberikan kemudahan dan kenyamanan

mencari suatu informasi, disamping letaknya yang strategis di tengah kota akan

mempermudah akses setiap orang dalam mencari perpustakaan yang dibutuhkan.

Terdapat juga Jogja Library Center yang terletak di Jl Malioboro no 170

letaknya strategis karena berada di pusat kota dan zona wisata, perpustakaan ini

menempati bekas bangunan belanda. Perpustakaan ini khusus mengoleksi


54
http://dpad.jogjaprov.go.id/profil-balai-layanan-perpustakaan-11, diunduh
tanggal 4 januari 2022,jam 1.10
55
https://arsipdanperpustakaan.jogjakota.go.id/sejarah.php, diunduh tanggal 4
januari 2022, jam 1.13

54
berbagai macam koran dan majalah tua dari era tahun 1940 – 2000 an, koleksi

terdiri dari koran Kedaulatan Rakyat, Suara Merdeka,Sinar Harapan,

Kompas,Bernas,Suara Karya dan koleksi majalah Djoko Lodang. koleksi koran

yang ada sangat lengkap dan ditata berdasarkan urutan tahun koran itu terbit,

adanya berbagai koleksi koran atau majalah lama sangat membantu dalam

keperluan mencari sumber primer dalam penelitian sejarah disamping juga

sebagai tempat yang sesuai untuk belajar dan mencari informasi yang diperlukan.

2. Perpustakaan khusus

Perpustakaan ini adalah sebuah pusat informasi yang tergabung dalam

bagian suatu institusi tertentu seperti departemen, lembaga negara, lembaga

penelitian,organisasi massa, militer, industri atau lembaga swasta tertentu. Koleksi

yang dimiliki biasanya terbatas pada cakupan subjek tertentu sekaligus dengan

pengguna nya yang terbatas disesuaikan dengan kebijakan perpustakaan itu

sendiri. ciri utama perpustakaan khusus yang dapat diamati adalah : memiliki

koleksi buku yang terbatas pada satu atau beberapa disiplin ilmu, keanggotaan

perpustakaan terbatas pada sejumlah anggota yang ditenttukan oleh kebijakan

perpustakaan atau kebijakan badan induk tempat perpustakaan tersebut, peran

pustakawan lebih mengarah kepada penelitian kepustakaan untuk anggota dalam

hal ini pustakawan bisa melakukan penelitian lewat penelusuran literatur atau

pemberian petunjuk umum tentang penggunaan sarana bibliografi maupun

elektronik untuk menelusur permintaan anggota perpustakaan, jasa yang diberikan

55
mengarah kepada minat anggota perorangan dengan menyediakan jasa yang

berorientasi pada penggunanya contohnya dengan penyebaran informasi terpilih

atau bisa juga pengiriman fotokopi artikel dengan minat pembaca.56

Perpustakaan berkategori khusus yang dapat ditemukan yaitu perpustakaan

masjid gedhe kauman, pada dasarnya perpustakaan masjid masuk dalam

perpustakaan lembaga keagamaan sehingga sifatnya khusus karena dapat dilihat

dari koleksi pustaka yang sebagian besar berpusat pada tema – tema keagamaan

disamping juga terdapat pustaka yang mencakup pengetahuan umum.57 dalam

pengertian tertentu perpustakaan lembaga keagamaan bisa dikategorikan sebagai

perpustakaan umum dengan adanya koleksi sebagian besar tentang pengetahuan

agama dengan sebagian lain mencakup pengetahuan umum, membuat

penggunanya tidak terbatas pada satu penganut agama tertentu saja karena

mengacu pada sifat yang umum tidak ada larangan pada penganut agama lain

56
Sulistyo Basuki,Op.cit.,hlm 49
57
Sejarah perpustakaan masjid dapat dilihat pada awal abad ke-7 melalui awal
munculnya islam dalam membuat perubahan secara menyeluruh dalam fase kehidupan
khususnya ilmu pengetahuan dalam hal ini adalah perpustakaan, lewat perintah wahyu
kenabian Muhammad SAW pertama yaitu membaca sehingga dibentuklah perpustakaan
masjid disebut sebagai maktabah,khazain al – maktabah atau perpustakaan Al
Qur’an.lewat kebiasaan umum masyarakat islam menempatkan koleksi – koleksi Al
Qur’an ditempatkan di berbagai masjid. sebagai tempat ibadah dibutuhkan pedoman yang
baik dan benar bagi umat muslim dalam menjalakan ibadah dengan itu harus ada
pembelajaran dari guru ataupun pembelajaran mandiri lewat koleksi Al Qur’an dan
hadits.perpustakaan masjid tampaknya menyediakan fasilitas pendukung tersebut dan
perolehan koleksi di masjid merupakan kegiatan yang sangat penting, mengarah pada
fenomena yang dikenal sebagai perpustakaan masjid. Lihat Hariyah “ Perpustakaan
Masjid : Upaya membangun kesadaran inklusif ’’, jurnal dokumentasi dan informasi, vol.
36, No. 2 ( Desember 2015 ), hlm 175.

56
ataupun masyarakat luas dalam menggunakan perpustakaan ini sebagai sarana

menggali ilmu pengetahuan atau mendalami pengetahuan agama.58

Perpustakaan Masjid Gedhe Kauman berdiri sejak tahun 1982 dan

mendapat penghargaan sebagai perpustakaan terbaik di tingkat provinsi DIY pada

tahun 1995, perpustakaan ini kosong selama 10 tahun ( 2005 – 2015 ) karena tidak

ada pengurus sehingga perpustakaan Masjid Gedhe Kauman dibangun kembali

pada bulan Februari tahun 2015.dimulai dengan dibukanya kegiatan pengabdian

kepada masyarakat dan rekrutmen relawan Perpustakaan Masjid Gedhe Kauman

yang bernama Bala Pustaka Andalan, berfungsi sebagai mesin untuk

meningkatkan literasi informasi bagi masyarakat di Kauman melalui pemanfaatan

koleksi dan kegiatan di Perpustakaan Masjid Gedhe Kauman. koleksi yang ada di

Perpustakaan Masjid Gedhe Kauman secara keseluruhan terdiri dari koleksi

bertema keislaman yang berkaitan dengan Muhammadiyah ,koleksi umum dan

koleksi fiksi. 59

3. Perpustakaan Perguruan Tinggi

Perpustakaan yang berada di lingkungn perguruan tinggi baik pada

lembaga bawahannya maupun lembaga terkait, memenuhi tujuan pendidikan

Sutarno, Op.cit.,hlm 41
58

Rokhma Nuzul Indraswari, “ Peranan Perpustakaan Masjid Gedhe Kauman


59

Dalam Meningkatkan Kemampuan Literasi Informasi Masyarakat Di Kauman


Yogyakarta “, Yogyakarta,UIN Sunan Kalijaga,2020.

57
perguruan tinggi ( pendidikan,penelitian, pengabdian masyarakat ) sesuai dengan

visi Tri Dharma. dari segi layanan terdapat perbedaan antara perpustakaan

perguruan tinggi dan perpustakaan sekolah, perbedaannya terlihat pada ukuran

perpustakaan sekolah dalam hal ini pustakawan berperan sebagai perantara antara

guru dan siswa, sedangkan di universitas mahasiswa atau pengajar berinteraksi

langsung dengan pustakawan untuk mencari dan memperoleh informasi.60

perpustakaan perguruan tinggi yang ada di kota pelajar ini yaitu

Perpustakaan Universitas Gadjah Mada ( UGM ) yang mulai berdiri pada 1 Maret

1951 di Jl Panembahan Senopati yang sekarang menjadi Hotel Limaran, pada

masa itu wilayah kampus UGM masih menempati lingkungan Kraton. memiliki

beberapa unit perpustakaan sehingga sering berpindah tempat mulai tanggal 19

desember 1959 menempati eks Gedung Konferensi Kolombo menjadi

Perpustakaan UGM Unit II, pada tanggal 31 juli 1975 Perpustakaan UGM pindah

lagi karena mendapat tambahan gedung di Bulaksumur sehingga menjadi

Perpustakaan UGM Unit I yang terletak di sebelah selatan Gedung Pusat UGM.

pada tanggal 9 Mei 2008 Perpustakaan UGM digabung dengan Perpustakaan

Sekolah Pascasarjana UGM menjadi Perpustakaan UGM Unit III, baru mulai 1

april 2012 semua unit perpustakaan UGM menempati lokasi yang sama dengan

gedung perpustakaan di jalan Bulaksumur 16 Yogyakarta. koleksi yang dikelola

Perpustakaan UGM meliputi buku teks pengetahahuan umum yang terdiri dari

ilmu filsafat, agama,sosial, ilmu murni dan terapan,seni,sastra,geografi. selain itu

juga memuat sejumlah koleksi seperti karya referensi,majalah,karya pascasarjana

60
Sulistyo Basuki,Op.cit.,hlm 51.

58
( Skripsi,Tesis,Disertasi ), Karya Ilmiah, koleksi langka Hatta dari koleksi pribadi

Mohammad Hatta dikelola oleh koleksi Yayasan Hatta/Hatta Foundation yang

meliputi buku dan jurnal dalam berbagai dan bidang seperti politik,

ekonomi,sosial,sastra, kebudayaan dan pendidikan.61

Dengan adanya berbagai jenis perpustakaan dapat dilihat dari sisi

hubungan kausalitas yang dibentuk atas sebab dan akibat, lewat adanya keinginan

sekaligus kebutuhan oleh kelompok masyarakat,organisasi/lembaga institusi

tertentu dalam pentingnya penyelenggaraan sebuah perpustakaan. selain itu

perpustakaan diperlukan sebagai wadah atau tempat menampung, mengolah,

memelihara dan memberdayakan berbagai hasil karya manusia dalam bentuk ilmu

pengetahuan,sejarah, penemuan kebudayaan masa lalu untuk dimanfaatkan dan

dikembangan untuk masa sekarang dan masa depan. keberadaan perpustakaan

merupakan “conditio sine quoanon” yang artinya sesuatu yang tidak boleh tidak,

karena perpustakaan harus ada dan dibangun di tengah masyarakat. 62

Perpustakaan merupakan pintu gerbang budaya secara umum sehingga

menjadi tempat yang bebas dari pencemaran atau netral dari bias, keragaman

koleksi yang mencakup topik dan aspek yang berbeda menunjukkan sketerbukaan

perpustakaan terhadap isu – isu pluralisme dan multikulturalisme. dengan

kebijakan perpustakaan mendukung beragam sumber informasi dari budaya yang

berbeda perpustakaan telah menunjukkan minat dalam pendidikan lintas budaya,

dengan menggunakan koleksinya pengguna perpustakaan dapat mengenali dan

61
http://lib.ugm.ac.id/ind/?page_id=769, diunduh tanggal 15 Januari 2022, jam
23.04
62
Sutarno, Op.cit.,hlm 54.

59
memahami perbedaan budaya yang dimiliki umat manusia. Sehingga menjadikan

perpustakaan sebagai lembaga inklusif dan non - ekslusif bagi budaya umat

manusia yang beragam.63 Jogja sebagai kota budaya dan pendidikan memiliki

berbagai ragam pengetahuan tentang kebudayaan yang dapat dipelajari lewat

berbagai literatur melalui tersedianya ruang perpustakaan di setiap ruang lingkup

kota, melihat berbagai koleksi literatur penunjang yang ada dapat memberikan

suatu pandangan dan akses informasi pengetahuan yang luas dalam memahami

segi historis,sosial dan budaya kota Jogja. keberadaan perpustakaan di Yogyakarta

sebagai jembatan untuk menyambungkan pemahaman akan literasi pengetahuan

terhadap masyarakat luas.

Perpustakaan selalu berhubungan dengan berbagai literatur dalam hal

khususnya bidang sejarah dapat diartikan selalu berhubungan dengan penulisan

atau historiografi sejarah, penulisan adalah sebagai pusat karena apa yang

dituliskan itulah sejarah disebut sebagai histoire recite. Sejarah sesuai yang

dikisahkan selalu mencoba menangkap dan memahami realita yang ada histoire

realite penulisan sejarah ini yang disebut historiografi, merupakan hasil dari

pengerjaan studi sejarah yang akademis dan kritis yang berusaha sejauh mungkin

mencari kebenaran historis dalam setiap fakta. 64

Sejarah sebagai usaha merekonstruksi aspek – aspek tertentu dari masa

lalu merupakan gagasan baru dalam sejarah historiografi, penulisan sejarah pada

dasarnya merupakan ekspresi kultural daripada usaha untuk merekam masa


63
Agus Rifai, “ Perpustakaan dan Pendidikan Multikulturalisme “, Media
Pustakawan, Vol. 14, No. 2 ( 2007 ), hlm 65.
64
Taufik Abdullah dan Abdurrachan Surjomihardjo, Ilmu Sejarah dan
Historiografi : Arah dan Perspektif, Jakarta: Penerbit PT Gramedia, 1985, hlm 15

60
lampau. makna dan fungsi sejarah lebih berarti daripada peristiwa - peristiwa yang

diungkapkan dengan masa lalu, sehingga yang menjadi tujuan utama bukan

kebenaran historis melainkan pedoman dan nilai yang akan diperoleh. dalam hal

khususnya historiografi tradisional dapat dilihat hubungan erat dengan unsur –

unsur sastra sebagai karya imajinatif,mitologi dan pandangan hidup yang

dikisahkan, sehingga banyak tradisi kesejarahan yang berbeda – beda dari

berbagai kesatuan masyarakat berbudaya. historiografi adalah ekspresi kultural

dan pantulan hasil keprihatinan sosial masyarakat atau historiografi bisa

merupakan suatu rekaman tentang segala sesuatu yang dicatat sebagai bahan

pelajaran tentang perilaku yang baik dan sah.65

Perpustakaan sebagai sarana penyimpanan berbagai hasil historiografi atau

hasil tuang pikiran seseorang dalam sebuah buku, tidak terlepas juga dari

pengaruh sejarah intelektual dan ideologi karena dua hal tersebut sangat berperan

penting dalam membangun sebuah tulisan yang bertujuan sebagai media sarana

penyampaian informasi secara umum. sejarah intelektual adalah sejarah yang

mempelajari tentang sifat,jiwa,gagasan atau nilai – nilai yang telah mempengaruhi

kehidupan manusia di segala zaman, sejarah intelektual berusaha mengungkap

latar belakang sosiokultural para pemikir dengan tujuan tidak terjebak dalam

sebuah absolutisme atau determinisme.

Visi sejarah mengarah pada relativisme dalam menghadapi banyak

ideologi dan doktrin, pengkajian bidang sejarah intelektual memiliki peninggalan

65
Ibid.,hlm 21.

61
tertulis melalui adanya dokumentasi berbagai mentifact66 sekaligus dengan aspek

menarik sejarah intelektual melalui dialektik antara ideologi dan penghayatan oleh

penganutnya. sejarah pemikiran atau intelektual selalu bermula dari teks, oleh

karena itu tidak hanya terbatas pada pemikiran perorangan dan pemikiran teoritis

tetapi juga pemikiran praktis sosiologi pengetahuan.67

3.3 Membangun Perpustakaan Kolsani

Berdirinya perpustakaan Kolese Santo Ignasius tidak terlepas dari peran

Serikat Yesuit yang memulai misi di Jawa, dengan melihat juga rintangan yang

ada seperti kurangnya tenaga untuk pekerjaan misionaris di seluruh Indonesia,

tidak adanya anggota Yesuit yang bisa berbahasa Jawa, prasangka bahwa orang

Jawa akan menolak pewartaan injil. Kondisi sosial tersebut dilaporkan oleh Pater

Y.B Palinckx S.Y yang berada di Jawa sejak 1859 kepada Roma tentang

kemungkinan dan kesulitan melaksanakan misi di antara orang Jawa.68

Pada awalnya pusat misi Yesuit di Jawa adalah muntilan dan pada

perjalanan waktu selanjutnya bergeser ke Yogyakarta, hal ini disebabkan oleh

ketertarikan awal P Van Lith terhadap Muntilan melalui perspektifnya tentang

membangun sebuah sekolah. perspektif itu dituangkan dalam gagasan melalui

pendidikan dan pembinaan calon imam pribumi dan praja. Menurut Van Lith

66
Mentifact adalah fakta dalam dokumen yang merupakan hasil gambaran secara
subjektif/abstrak sehingga memiliki perbedaan dari peristiwa/fakta yang terjadi secara
objektif.
67
Leo Agung S, Sejarah Intelektual, Yogyakarta : Penerbit Ombak, 2018, hlm 2
-3
68
J.B Heru Prakosa,Op.Cit.,41

62
imam – imam adalah imam guru yang pada akhirnya membuat Serikat Yesuit

berpikir bahwa adanya imam imam pribumi merupakan akibat dari adanya usaha

– usaha dalam bidang pendidikan dan penanaman rohani yang bermutu tinggi,

sekaligus juga latar belakang Muntilan yang mempunyai potensi untuk panggilan

Tuhan.69

Pada bulan Agustus 1922 dibuka suatu novisiat di Yogyakarta di suatu

rumah sewaan yang dulu bernama Sultan Boulevard dan sekarang berganti nama

jalan I Dewa Nyoman Oka 22. Rektor dan magister novis pertama yang menjabat

adalah P. FX Strater ( 1882 – 1944 ) dibantu P.H Koch, Br. P. van der Voort dan

Br. J. van Zon. Pada tanggal 7 September 1922 pertama masuk lima novis Jawa

dan disusul dua novis Belanda yang menyelesaikan studinya di Mariendaal dan

melanjutkan pendidikannya Bersama novis – novis Jawa yang lain. Studi filsafat

dan praktek sebagai guru, katekis,pengurus sekolah dll mulai dimulai di

Yogyakarta, untuk pendidikan teologi dilakukan di Maastricht pada perjalanan

selanjutnya para novis dan filosofan ini sangat berjasa dalam melakukan kontak –

kontak pertama didesa – desa sekitar Yogyakarta selain juga disatu sisi memang

kerasulan seperti itu yang cocok dijalankan.70

Setahun kemudian di Kota Baru dibeli sebidang tanah yang luas untuk

dibangun sebuah novisiat di Jalan I Dewa Nyoman Oka 3, novisiat akhirnya

berpindah ke Gedung baru pada tanggal 16 Juni 1923. Pembangunan dilanjutkan

karena setelah tahap novisiat para frater skolastik membutuhkan yuniorat selama

69
Ibid.,hlm 42.
70
Ibid.,hlm 44

63
dua tahun untuk mempelajari Bahasa Latin,Yunani,Jawa,Ilmu Sejarah dan

kemahiran berbicara, dua tahun selanjutnya dibangun lagi gedung - gedung baru

untuk menampung para frater yang memulai belajar filsafat pada bulan Oktober

1925.71

Gambar 1. plakat pendirian Kolsani

Sumber : dokumen pribadi

Mulai sekitar tahun 1926 – 1933 menunjukkan perkembangan jumlah

anggota Yesuit dan kader - kader yang mendapat panggilan untuk menjadi

anggota Serikat Yesus di Indonesia lewat studi di Kolsani,untuk tahun – tahun

selanjutnya tidak memperlihatkan perkembangan yang signifikan jumlah

filosofian hanya berjumlah sekitar 20 – 22 orang dan ditambah 11 orang imam itu

merupakan jumlah terbesar pada tahun 1936. Sekitar tahun 1931 para yunior dan

novis kolsani juga pindah ke Kolese St Stanilasius, bisa dikatakan pada masa -

masa ini sebelum Jepang masuk kegiatan Kolsani tidak sebatas internal saja

71
Ibid.,hlm 45

64
melainkan juga eksternal melalui paroki,stasi,kursus katekis,organisasi Moeda

Katolik, Kongregasi Maria,Yayasan Kanius, redaksi mingguan Swara Tama,

visitasi ke rumah sakit Panti Rapih dll. Karya kerasulan ini tidak hanya ditangani

oleh Pater melainkan juga ditangani frater filosofian dan calon – calon teolog

yang akan berangkat ke Maastricht. 72

Kolsani awalnya memang hanya dipakai sebagai rumah studi yang lebih

sering dikenal secara umum sebagai “Perpustakaan Kolsani” disamping berdirinya

rumah studi ini di dalamnya mempunyai sebuah perpustakaan, karena kolsani

berfungsi sebagai rumah studi akhir maka dibutuhkan suatu ruangan khusus untuk

menyimpan bahan – bahan pembelajaran. Sehingga dapat dibedakan bahwa

kolsani dan perpustakaan dari fungsinya bahwa Kolsani merupakan tempat belajar

untuk para calon – calon frater, filosofian dan teologian yang kebetulan di

dalamnya terdapat sebuah ruangan untuk menyimpan buku – buku pembelajaran

sehingga disebut sebuah perpustakaan khusus milik Serikat Yesuit yang lebih

dideskripsikan sebagai “ Perpustakaan dalam Kolsani”.

Pada awalnya perpustakaan yang ada di dalam Kolsani ini hanya

diperuntukkan khusus untuk kongregasi Serikat Yesus dan hanya bisa digunakan

khusus untuk para calon – calon yang belajar di kolese ini, baru pada tahun 1976

perpustakaan ini bisa digunakan secara publik.koleksi buku – buku yang ada di

perpustakaan kolsani ini awalnya disesusaikan memang untuk kebutuhan dalam

sumber belajar atau pengajaran yang kebanyakan temanya lebih seputar bidang

teologi, meskipun disamping itu para calon – calon yang belajar di kolsani tidak

72
Ibid.,hlm 47

65
hanya belajar tema – tema seputar teologi saja melainkan juga belajar tema – tema

seperti sejarah,filsafat,sastra,budaya.73

Melihat Kolsani tidak terlepas juga dari sejarah perjalanan singkat karya

misi yang ada, perkembangan misi di Yogyakarta sangat berkembang dimulai dari

berdirinya Yayasan Kanisius tahun 1918 yang mengelola sekolah misi ( kecuali

pendidikan guru di Muntilan, Mendut, Ambarawa ) dan hadirnya bruder FIC di

Indonesia tanggal 15 September 1920 yang ikut berkarya juga di Yogyakarta. para

misionaris memilih Yogyakarta karena melihat perkembangannya yang pesat

dalam misi pendidikan dan juga Yogyakarta merupakan pusat kebudayaan kraton

Jawa yang menurut mereka sangat bermakna.74

Perpustakaan kolsani sejak awal berdirinya menggunakan sistem layanan

tertutup, pada dasarnya layanan perpustakaan merupakan kegiatan teknis yang

pelaksanaannya memerlukan perencanaan sekaligus fungsi layanan perpustakaan

bertujuan untuk mempertemukan pemustaka dengan bahan pustaka yang diminati.

Layanan yang diberikan perpustakaan meliputi layanan sirkulasi, jasa informasi,

layanan silang,layanan multimedia dan jasa pendidikan penggunanya. dalam

pelayanan perpustakaan terdapat juga berbagai informasi yang diolah, sumber

informasi merupakan berbagai hal yang dapat digunakan untuk dilihat,dibaca,

dipelajari dan dimanfaatkan atau dikembangan dalam berbagai kegiatan

pendidikan maupun penelitian.75

73
Wawancara dengan mbak Lia tanggal 22 Juni 2021 di perpustakaan kolsani
74
Ibid.,hlm 49
75
Elva Rahmah, Akses dan Layanan Perpustakaan Teori dan Aplikasi, Jakarta :
prenamedia group, 2018, hlm 2 – 3

66
Sistem layanan perpustakaan terbagi menjadi dua yaitu perpustakaan

terbuka ( open access ) dan tertutup ( close access ). untuk perpustakaan terbuka

setiap pengguna perpustakaan diperbolehkan melakukan pencarian langsung ke

ruang koleksi dan mengambil langsung buku yang dibutuhkan, sedangkan untuk

melakukan peminjaman tinggal diserahkan kepada petugas sirkulasi. Tujuan

sistem ini untuk memberikan kesempatan mengakses koleksi seluasnya tidak

sekedar untuk membaca tetapi juga mengetahui berbagai alternatif koleksi yang

ada sesuai dengan kebutuhan pengguna.76 Sedangkan untuk sistem layanan

tertutup setiap pengguna perpustakaan tidak diperbolehkan mengambil dan

mengakses sendiri buku – buku yang dibutuhkan, pengguna hanya bisa memilih

buku yang dibutuhkan dengan melakukan pesanan koleksi melalui petugas

perpustakaan di bagian peminjaman atau sirkulasi. pengguna diwajibkan mencari

buku yang dibutuhkan melalui katalog dan mencatat nomor panggil ( call number

) bahan pustaka yang diperlukan pada slip peminjaman untuk diserahkan kepada

petugas.77

struktur pengelolaan perpustakaan kolsani lebih mengarah kepada

pimpinan dan karyawan dalam tugas pengelolaaannya karyawan memiliki fungsi

tugasnya masing – masing dan berbeda, setiap karyawan diberikan bagian

tersendiri dalam mengelola kelangsungan sistem di perpustakaan seperti misalnya

dalam mengurus koleksi, kebersihan, membuat kartu kartotik,

membuat/menyiapkan resensi buku, melayani sirkulasi/peminjaman,keuangan.

pada awalnya struktur perpustakaan ini hanya terdiri dari pemimpin dan satu

76
Ibid.,hlm 13
77
Ibid.,hlm 14

67
orang mitra saja karena koleksi buku yang ada masih belum terlalu banyak, dalam

tugasnya pemimpin perpustakaan tidak hanya bertugas menjalakan struktur

kepimpinan saja melainkan juga bertugas dalam pengurusan koleksi seperti

membaca resensi, memberikan nomor buku, memberikan kata kunci dalam buku.

sehingga pada perjalanan waktunya sesuai bertambahnya koleksi dibutuhkan

sumber daya manusia yang cukup untuk melaksanakan struktur pengelolaan

koleksi yang ada dan memiliki struktur kepengurusan yang tetap hingga sekarang.
78

Perpustakaan Kolsani dapat dikategorikan juga sebagai perpustakaan

konvensional atau perpustakaan tradisional karena lebih menekankan kepada

koleksi fisik, ciri perpustakaan konvensional lebih menonjol kepada penekanan

terhadap penyimpanan dan pelestarian barang fisik seperti buku dan majalah,

pembuatan katalog tingkat tinggi bukan satu detail seperti penulis dan indeks

subjek yang bertentangan dengan teks lengkap, pencarian sesuai dengan

kedekatan fisik bahan terkait, bersifat pasif karena buku disusun secara fisik

dalam satu tempat sehingga membuat pemakainya harus datang langsung ke

perpustakaan untuk mempelajari dan memanfaatkan pustaka yang ada.

Perpustakaan tradisional dapat didefinisikan sebagai tempat khusus

dengan koleksi terbatas dengan informasi yang bersifat primer seperti buku,jurnal.

Dan bentuk mikro yaitu gambar,film,rekaman. selain itu juga ada yang bersifat

sekunder seperti katalog kartu, thesaurs dan berbagai alat pencari lainnya. Dalam

hal layanan perpustakaan konvensional selalu menyediakan layanan mediasi dan

78
Wawancara dengan mbak Lia tanggal 22 Juni 2021 di perpustakaan kolsani

68
membantu pengguna dalam pengumpulan informasi yang dibutuhkan, bantuan

yang diberikan dalam mengakses perpustakaan harus selalu dilakukan dengan

tepat hingga koleksi dapat ditemukan. Karena disamping akibat dari

perkembangan teknologi informasi yang pesat dapat menghapus sistem tradisional

ini dan menyebabkan pemustaka akan lebih banyak berpindah dari koleksi cetak

ke web.79

Kolsani sebagai rumah studi yang memiliki perpustakaan sendiri yang

bersifat sebagai perpustakaan tradisional memiliki latar belakang hubungan yang

tidak dapat dipisahkan dari studi filsafat dan teologi, para calon – calon teologian

hidup berdinamika dalam suatu komunitas mempelajari banyak hal seperti bahasa

latin, sejarah filsafat barat, filsafat agama dan kebudayaan. Terutama para frater

kebanyakan mempelajari kebudayaan jawa dan melakukan aksi – aksi sosial lewat

pengajaran agama dengan bahasa jawa di sekolah katolik setiap paroki kota

Yogya, selain itu juga melakukan kunjungan terhadap keluarga katolik di sekitar

desa – desa pinggiran Yogyakarta. topik studi yang dipelajari oleh calon – calon

teologian di kolsani ini berkisar pada teologi moral, teologi dogma tentang

trinitas,kristologi gereja, sakramen, hukum gereja, liturgi, teologi islam, budha,

hindu dan kitab suci.dari banyaknya tema studi yang ada maka dibutuhkan

literatur yang luas dan lengkap, awal ini yang membentuk perpustakaan kolsani

sebagai perpustakaan khusus dimiliki oleh lembaga yesuit yang pada awalnya

dikelola oleh pimpinan Rm Jan Weitjen SJ dibantu oleh Bibliothecaris Rm M. van

79
Anna Nurhayati, “ perkembangan perpustakaan dalam pemenuhan kebutuhan
informasi masyarakat “ , Jurnal Perpustakaan, Vol. 9, No. 1 ( 2018 ), hlm 24 - 25

69
den Bercken, SJ.80 para romo pengelola perpustakaan ini memiliki tugas yang

berbeda dalam menjalankan struktur fungsi perpustakaan untuk pengadaan koleksi

atau katalogisasi buku dijalankan oleh Rm Jan Weitjen SJ sedangkan untuk

klasifikasi buku dilakukan oleh Rm van den Bercken SJ, sekaligus juga beliau

yang pertama kali menciptakan sistem klasifikasi tersendiri untuk perpustakaan

Kolsani sehingga berbeda dengan klasifikasi pada perpustakaan umumnya.

Gambar 2. Rm van den Bercken SJ dan Rm Jan Weitjen SJ

Sumber : Koleksi Pribadi Perpustakaan Kolsani

80
Seri HIS 6, Dari Rahim Kolsani Kenangan dan Refleksi 90 Tahun Kolsani,
Yogyakarta : Kolese Santo Ignasius Yogyakarta, 2013,hlm 5

70
Kolsani menempatkan sebuah bangunan/gedung tersendiri khusus

digunakan untuk perpustakaan, pada awalnya perpustakaan hanya menempati

pada satu ruangan khusus berupa kapel81 sebagai ruang koleksi buku dan belajar.

seiring berjalan waktu semakin bertambahnya koleksi karena buku – buku yang

dipakai merupakan kiriman dari luar, diakibatkan belum adanya koleksi atau

membeli buku secara pribadi sehingga membutuhkan kiriman buku dari luar.

sehingga letak perpustakaan diperluas dan menempati beranda kolsani, dengan

juga menggunakan beberapa ruangan kamar untuk penyimpanan koleksi referensi

buku sekaligus digunakan untuk sebagai kantor administrasi perpustakaan. pada

tahun 1992 ketika jumlah koleksi buku sudah semakin penuh dibangun suatu

gedung tambahan baru untuk ruangan perpustakaan yang terdiri dari

basement,sirkulasi,kantor.sedangkan untuk akses perpustakaan sudah mulai

dibuka pada tahun 1970 - 1980 an, sekitar tahun tersebut perpustakaan kolsani

belum terlalu dikenal secara luas karena koleksi buku yang ada hanya khusus

terdiri dari bahan – bahan ajar para calon frater atau theologian dan belum terlalu

banyak tema spesifikasi buku tentang pengetahuan yang lebih luas meskipun pada

awalnya sudah ada koleksi yang mencangkup tema tersebut tapi koleksinya masih

sangat terbatas.82 sehingga Akses perpustakaan pada awal berdirinya lebih banyak

diperuntukkan dan digunakan untuk kalangan internal yang berafiliasi dengan

lembaga Serikat Yesus.

81
Merupakan sebuah gereja kecil dalam asrama dan biara biasa digunakan untuk
ibadah atau sebuah persekutuan kecil
82
Berdasarkan hasil observasi lapangan dan wawancara tanggal 28 Oktober 2021

71
Gambar 3. beranda dan ruangan kamar yang dulu digunakan sebagai tempat kegiatan

administrasi dan ruang baca perpustakaan

Sumber : dokumen pribadi

Pembangunan sebuah perpustakaan yang didalamnya memanfaatkan atau

menambah gedung atau ruangan sudah menjadi suatu hal penting yang harus ada,

disebabkan perpustakaan tidak dapat digabungkan dengan unit kerja lain dalam satu

ruangan. Perpustakaan yang menempati gedung atau ruangan lain dibangun untuk

memenuhi persyaratan yang diperlukan, secara konseptual perpustakaan ini bisa lebih

representatif dan memberikan layanan atau suasana kerja yang sesuai. suatu bangunan

yang dibangun dan ditetapkan sebagai perpustakaan harus memiliki sejumlah ruangan

untuk mewadahi kegiatan perpustakaan meliputi : ruangan koleksi, ruangan baca,

ruangan kerja pengolahan, ruangan kerja tata usaha/ administrasi, ruangan kepala

perpustakan, ruangan layanan, ruangan lobi atau ruangan pengumuman, ruang pertemuan

dengan kapasitas tertentu, ruang gudang.

72
Dapat juga dilihat ada beberapa Perpustakaan jenis tertentu yang tidak

menggunakan gedung tersendiri seperti perpustakaan khusus / kedinasan, perpustakaan

lembaga keagamaan, perpustakaan sekolah dengan jumlah koleksi,

petugas,angggaran,pemakai dan ruang lingkup kegiatan yang relatif terbatas lebih tepat

untuk menempati suatu ruangan tersendiri. 83 Perpustakaan Kolsani masuk sebagai jenis

perpustakaan yang sifatnya menggunakan bangunan tambahan untuk perpustakaan dan

tidak membuat suatu gedung tersendiri, karena tujuan dasar adanya bangunan tambahan

lebih kepada memperluas kapasitas penyimpanan koleksi yang ada dan membuat suatu

sarana penggunan perpustakaan yang efektif dan memadai. Karena merujuk pada dasar

inisiatif pembangunan perpustakaan Kolsani merupakan hasil dari pengelolaan suatu

lembaga swasta keagamaan yaitu Serikat Yesus bukan dari institusi kedinasan ataupun

nasional, sehingga lebih melihat fungsional nya yang bergerak pada ke arah pendidikan

rohani sehingga membutuhkan sebuah sarana pendukung pendidikan dalam ruang

lingkup besar seperti sekolah, perguruan tinggi ataupun dari ruang lingkup kecil seperti

kolese/ rumah belajar dan perpustakaan yaitu perpustakaan kolsani.

Pendirian perpustakaan Kolsani dapat didasari pada adanya kontribusi dalam hal

pendidikan khususnya dalam bidang teologi keagamaan dan lintas ilmu , dengan dilihat

dari adanya pembangunan kerja sama antara perguruan tinggi khususnya swasta seperti

fakultas Teologi wedha Bakti Universitas Sanata Dharma dan program studi S3 ICRS

Universitas Kristen Duta Wacana.84dengan melihat guna dan efektifitas perpustakaan


83
Sutarno NS, Manajemen Perpustakaan Suatu Pendekatan Praktis, Jakarta : CV
Sagung Seto, 2006, hlm 81 – 83
84
Program Studi ICRS atau disebut (Konsorsium Studi Keagamaan
Indonesia )adalah divisi yang diselenggarakan oleh tiga konsorsium yang terdiri dari
Universitas Kristen Duta Wacana, Universitas Gadjah Mada, dan Universitas Islam
Negeri Sunan Kalijaga berdasarkan program penelitian pascasarjana UGM. ICRS ini
terdiri dari program Doktor dalam studi lintas agama ( Inter Religious Studies ) dan
berbagai disiplin ilmu interdisipliner seperti ilmu sosial,humaniora, tafsir
( hermeneutika ) dan studi agama. Lihat “Konsorsium Studi Keagamaan Indonesia”,
https://www.ukdw.ac.id/akademik/fakultas-teologi/icrs/ , diakses tanggal 9 Mei 2022, jam

73
kolsani lebih menjangkau pengguna yang bidang ilmu spesifiknya teologi dan filsafat,

terdapat ketentuan bagi publik yang ingin mengakses informasi di perpustakaan ini

dengan merujuk pada fungsi penggunaan sesuai kebutuhan pengguna dan fungsi

perawatan koleksi buku yang ada. ketentuan yang ada berupa informasi bisa diakses oleh

mahasiswa atau dosen yang belajar atau mengajar bidang – bidang teologi,filsafat, sejarah

sehingga memiliki kesinambungan penggunaan karena adanya korelasi bidang ilmu dan

koleksi buku bertema bidang ilmu yang sama, dari hal itu pemanfaatan koleksi menjadi

lebih efektif disamping itu juga akses perpustakaan juga dapat dimanfaatkan pengguna

publik dengan persyaratan yang berbeda dengan pengguna yang memiliki akses informasi

sesuai kebutuhan bidang ilmunya. akses informasi hanya bisa digunakan di tempat tidak

bisa dipinjam seperti pada perpustakaan umumnya sedangkan untuk pengguna khususnya

mahasasiswa atau dosen yang sedang mempelajari bidang ilmu jurusan teologi, filsafat

dapat menggunakan akses pinjaman buku.

Perpustakaan sebagai pusat sumber informasi merupakan pionir dalam

perkembangan suatu organisasi khususnya di bidang pendidikan, dengan

kebutuhan yang sangat tinggi terhadap perkembangan informasi karena dominan

penggunanya merupakan kalangan akademisi yang memiliki kebutuhan informasi

sangat tinggi. di Negara maju perpustakaan merupakan bagian dari kebutuhan

hidup sehari – hari,sehingga perpustakaan mencerminkan kemajuan sosial.

didasarkan pada istilah perpustakaan atau library mengacu pada media yang

mendefinisikan peradaban manusia,buku dan barang cetakan lainnya telah lama

menjadi sumber pengetahuan yang dikumpulkan oleh perpustakaan. Sedangkan di

15 : 35

74
Negara berkembang perhatian masyarakat terhadap eksistensi perpustakaan masih

rendah disebabkan karena masyarakat masih mementingkan pemenuhan

kebutuhan hidup, perpustakaaan hanya merupakan sebuah keinginan (wants)

daripada kebutuhan (needs). Faktor – faktor yang dapat dilihat sebagai pendorong

keberadaan perpustakaan adalah keinginan masyarakat luas untuk

menyelenggarakan perpustakaan, Keinginan suatu organisasi/lembaga atau

pimpinan fasilitas untuk membangun perpustakaan sebagai kepentingan

organisasi, kebutuhan yang dirasakan kelompok masyarakat tentang pentingnya

perpustakaan, diperlukannya wadah/ tempat untuk menampung dan mengolah

pemberdayaan hasil karya manusia untuk dikembangkan.85

85
I Gusti Ayu Ketut Yuni Masriastri,”perpustakaan dan masyarakat informasi”,
Jurnal Al Maktabah, Vol. 3, No. 2 ( Desember 2018), hlm 73

75
BAB IV

Perpustakaan yang bertahan dengan arus zaman

4.1 Koleksi Perpustakaan Kolsani

Pengadaan bahan – bahan pustaka merupakan salah satu kegiatan

pelayanan teknis dalam perpustakaan dengan tujuan memberikan informasi yang

dibutuhkan bagi penggunannya. dengan kegiatan ini perpustakaan dapat

menjadikan atau mengumpulkan bahan pustaka sebagai sebuah koleksi, dapat

berupa koleksi non cetak maupun cetak.86 Dalam sebuah perpustakaan definisi

koleksi perpustakaan dibagi menjadi dua yaitu manajemen dan pengembangan

koleksi, manajemen koleksi secara definisi merupakan proses pengumpulan

informasi, komunikasi, koordinasi, perumusan kebijakan,evaluasi dan

perencanaan sekaligus juga mempengaruhi perolehan, penyimpanan, penyediaan

akses sumber informasi untuk memenuhi kebutuhan intelektual suatu

perpustakaan. sedangkan pengembangan koleksi berupa kegiatan yang terarah

kepada penilaian kebutuhan pengguna/calon pengguna, analisis, pengelolaaan

biaya dan identifikasi kebutuhan koleksi.87

86
Priyono Darmanto, Manajemen Perpustakaan,Jakarta : Bumi Aksara,2018,hlm
19
87
Peggy Johnson, Fundamentals Of collection Development & Management,
Chicago : American Library Association, 2004,hlm 1 dan 2

76
koleksi buku dalam sebuah perpustakaan bisa dikategorikan dalam

adanya suatu informasi yang didapatkan dan dikelola dengan terstruktur, dapat

dimasukkan dalam sebuah ruang lingkup bidang ilmu informasi. dua bidang ilmu

informasi dan perustakaan merupakan sebuah bidang ilmu yang memiliki

hubungan sebagai keilmuan yang interdisipliner.ilmu informasi muncul pada

pertengahan abad XX 88
lewat bidang dokumentasi yang merupakan salah satu

bagian dalam ruang lingkup ilmu perpustakaan. lewat berbagai penelitian yang

mengkaji berbagai aspek historis dari ilmu informasi,ilmu perpustakaan dan

dokumentasi dapat dipahami lewat perkembangan yang terjadi dari berbagai

bidang ini. perubahan yang terjadi pada ilmu informasi dan ilmu perpustakaan

dapat dilihat dari berbagai penelitian yang ada

88
Lebih tepatnya muncul dari bentuk ilmu ke penerapannya yang berupa
teknologi termasuk penemuan alat – alat yang paling awal digunakan dalam penyebaran
informasi.dimulai dari tahun 1450 munculnya Koran di daratan eropa dan pada tahun
1455 dimulai pengembangan mesin cetak oleh Johan Gutenberg. Masuk pada abad ke -19
muncul pengembangan kode morse dan telegraf oleh Samuel morse pada tahun 1837,
tahun 1861 pengembangan alat bernama kinematoskop untuk memutar slide oleh
Colleman Seller, pada tahun 1876 muncul mesin fotokopi pertama bernama mimeograph
oleh Thomas Alva Edison,selanjutnya muncul lagi penemuan alat berupa telepon oleh
Alexander Graham Bell sebagai telepon pertama di dunia lalu pada akhir abad ke-19
muncul lagi penemuan telepon yang menggunakan nomor tanpa operator pada tahun 1889
oleh Almon Strowger. masuk abad XX banyak perkembangan penemuan secara besar –
besaran dan lebih mutakhir, masuk tahun 1916 muncul pesawat radio pertama yang bisa
melakukan pemindahan saluran, tahun 1923 muncul penemuan televisi pertama oleh
Vladimir Kosma Zworykin lalu tahun 1946 terbentuk computer digital bernama Eniac I,
tahun 1957 diciptakan satelit buatan yang digunakan sebagai alat mata – mata oleh Rusia
diberi nama “Sputnik” dan pada tahun 1960 sebuah satelit bernama Echo I diluncurkan
dan dapat menerima gelombang radio bumi dengan satelit ini memudahkan manusia
untuk berkomunikasi. Lalu baru pada tahun 1973 internet mulai muncul memasuki tahun
1981 dengan adanya internet akhirnya computer mulai dijual di pasaran dan di tahun
1994 mulai muncul perusahaan layanan internet bernama Yahoo!, lalu pada tahun 1999
internet semakin berkembang dengan munculnya google.com sebagai situs penyedia jasa
informasi. lihat “ Periode Sejarah perkembangan teknologi informasi & komunikasi”,
https://tirto.id/periode-sejarah-perkembangan-teknologi-informasi-komunikasi-glE4,
diakses tanggal 17 mei 2022, jam 16 : 44

77
perkembangan yang terjadi dalam dua bidang ilmu yaitu informasi dan

perpustakaan tidak terlepas dari berbagai penelitian yang dilakukan, lewat

penelitian di bidang ilmu informasi yang terarah pada aspek kuantitatif dan

informasi berubah kepada aspek kognisi informasi seperti perilaku penelusuran

informasi dan aspek lainnya yang dapat digali lewat perilaku informasi seseorang.

dalam bidang ilmu perpustkaan penelitian juga mengalami perubahan dari fokus

terhadap koleksi dan teknis pengelolaan mengarah kepada penyampaian layanan

dan pemberian informasi sesuai kebutuhan penggunan.

Ilmu informasi dan ilmu perpustakaan dapat dilihat sebagai dua ilmu

berbeda ilmu perpustakaan berhubungan dengan penyimpanan dan pemanggilan

kembali informasi,klasifikasi dan penyebaran informasi, dilain sisi ilmu informasi

berhubungan dengan fenomena dan konteks informasi sebagai proses kognitif.

Ilmu perpustakaan merupakan ilmu yang mempelajari tentang pengelolaan

informasi yang bersifat eksternal tanpa kognisi dan emosi tertentu sedangkan ilmu

infomrasi mempelajari informasi dari sisi internal. emosi dan kognisi seseorang.

dengan memahami kebutuhan pengguna sekaligus mempelajari pencarian

informasi serta perilu informasi ilmu perpustakaan telah memasukkan proses

kognisi dan emosi yang dipelajari dalam ilmu informasi, ilmu perpustakaan telah

menghubungkan kebutuhan informasi,penyimpanan infomasi dan pemanggilan

kembali informasi sehingga ilmu informasi telah berperan penting dalam

pengembangan ilmu perpustakaan untuk memahami kebutuhan informasi bagi

penggunanya.89
89
Sulistyo Basuki,Putu Laxman Pendit,Ida Fajar Priyanto, Memetakan
Perkembangan Ilmu Perpustakaan & Informasi Di Indonesia : Prosiding Diskusi

78
Dalam menyimpan koleksi dibutuhkan juga suatu perawatan khusus untuk

menjaga kondisi fisik buku, cara merawat koleksi perpustakaan Kolsani sama

dengan perpustakaan pada umumnya. perawatan koleksi yang berada di dalam

perpustakaan Kolsani menggunakan cara Preservation yaitu tindakan penanganan

atau pencegahan terhadap bahan pustaka agar tidak rusak akibat kelembababan

udara,faktor kimiawi, serangga atau mikroorganisme. Selanjutnya juga

menggunakan cara Restoration yaitu memperbaiki buku yang rusak dengan cara

yaitu memberikan penambal, atau penyambung untuk memperbaiki jilidan agar

bentuknya tetap pada keadaan semula. terakhir Consolidation yaitu memperkuat

bahan rapuh dengan perekat atau bahan penguat lainnya. 90 perawatan koleksi yang

dilakukan oleh Perpustakaan kolsani secara garis besar masih menggunakan cara

yang manual dan menggunakan cara - cara umum yang dilakukan kebanyakan

perpustakaan seperti dengan melakukan pengaturan suhu ruangan yang tepat

untuk koleksi buku, melakukan fumigasi91 terhadap kertas buku yang

berjamur,melakukan perekatan dengan lem atau menjahit kertas dan sampul buku

yang sobek/terlepas.

Keilmuan Perpustakaan dan Informasi, Jakarta : ISIPII ,2018,hlm 118 – 122


90
Andi Ibrahim,”Perawatan dan Pelestarian Bahan Pustaka”, Jurnal Khizanah
Al Hikmah,Vol. 1,No. 1 ( Januari – Juni 2013 ),hlm 78
91
Suatu Pengasapan dengan gas fumigan untuk mematikan kuman dan
mikroorganisme lain

79
Gambar 4. Basement dan Rak penyimpanan buku

Sumber : Dokumen pribadi

Penempatan ruangan sebagai tempat penyimpanan koleksi buku di

perpustakaan Kolsani juga dapat dilihat dan didasarkan pada beberapa hal seperti

pengaruh udara,cahaya dan suhu. karena sebelum itu letak penyimpanan koleksi

buku masih di luar terletak di beranda asrama kolsani belum berada di ruangan

yang tertutup, rentan terkena polusi udara ataupun panas matahari sehingga bisa

membuat kondisi buku rusak. Sehingga membutuhkan ruangan yang bersuhu

lembab untuk menjaga kualitas kertas buku meskipun tidak menjamin semua buku

dalam kondisi yang baik, karena terdapat juga sebagian buku khususnya koleksi

buku – buku lama yang bahan kertas nya cukup rentan terkena serangga perusak

seperti rayap atau kutu buku. Terdapat beberapa faktor kerusakan terhadap koleksi

buku di perpustakaan pada umumnya seperti faktor fisik dan faktor biologi, dari

segi faktor fisik ruangan perpustakaan membutuhkan sebuah sumber cahaya

terdapat dua sumber cahaya yaitu cahaya matahari dan cahaya lampu listrik akibat

80
dari adanya cahaya tersebut dapat menghasilkan kerusakan terhadap kertas buku.

dengan adanya dekomposisi terhadap bahan organik kimiawi lewat cahaya

ultraviolet yang memiliki gelombang rusak paling tinggi, pengaruh kerusakan

akibat cahaya ultraviolet ini dapat terjadi dengan pudarnya tulisan dalam

buku,sampul buku,warna cetakan, kerapuhan kertas. adanya uap air dan oksigen

dalam udara dapat mempercepat kerusakan dengan timbulnya noda warna kuning

agak kecokelatan sekaligus membuat kekuatan serat pada kertas buku menurun,

temperatur dan kelembaban memang berpengaruh penting pada kondisi buku bila

temperatur berubah kelembapan udara juga berubah semakin rendah temperatur

dan kelembapan udara maka kertas akan lebih awet. Sebaliknya bila temperatur

berubah semakin tinggi maka kertas akan cepat rusak lewat perubahan volume

dan ketegangan kertas, kerusakan lain yang ditimbulkan dari tingginya

kelembapan udara adalah kertas menjadi basah,berbau dan menimbulkan

tumbuhnya cendawan92 selain itu juga didukung dengan partikel – partikel yang

berperan penting dalam kerusakan pada kertas sepert pasir halus,garam,polusi dari

knalpot atau industri, partikel kecil seperti besi atau timah partikel ini yang

berbahaya bagi manusia dan juga dapat menimbulkan noda permanen pada kertas.

Dari segi faktor biologi bahan pustaka terdiri dari bahan organik yang rentan akan

serangan unsur biologis seperti cendawan,serangga atau binatang pengerat yang

menghasilkan kerusakan pada bahan pustaka yang sulit untuk diperbaiki.berbagai

jenis serangga hidup dengan sumber makanan yang berasal dari buku, beberapa

serangga utama penyumbang kerusakan pada kertas atau jilid buku yaitu
92
Sejenis jamur yang besar berbentuk payung biasa tumbuh di batang kayu yang
telah lapuk

81
kecoa,kutu buku, rayap,larva kumbang bubuk dan ngengat.selain itu juga manusia

berperan dalam perusakan bahan pustaka karena sebagai pelaku penting dalam

penggunaan dan perawatan bahan pustaka, kerusakan diakibatkan dengan

pemakaian bahan pustaka yang berlebihan ataupun kebiasaan buruk dalam

menggunakannya. yang terakhir kerusakan yang diakibatkan oleh bencana alam

kerusakan ini tidak dapat diperkiran karena terjadinya cepat dan meluas dampak

kerusakanya, bencana yang dapat merusak bahan pustaka seperti gempa bumi,

gunung meletus,kebakaran,banjir, peperangan dan pencurian.93

Secara letak penempatan koleksi buku yang ada dari awal berdirinya

kolsani sebenarnya hanya digunakan sebagai perpustakaan pribadi atau koleksi

pribadi frater atau calon teologian yang belajar kolese ini, letak koleksi buku

paling awal sebagai perpustakaan pribadi berada di sebuah kapel yang berdekatan

dengan ruangan pribadi para calon frater yang tinggal di asrama ini. Kapel

tersebut bernama kapel maria sekarang beralih fungsi ruangan menjadi ruangan

televisi, secara arsitekstur ruangan kapel ini dibentuk dengan bentuk segi enam,

ruangan kapel ini dimanfaatkan sebagai penyimpanan buku yang dibuat dengan

rak buku kayu yang menempel di dinding melingkar mengikuti sudut ruangan

kapel. terdiri dari tiga lantai fungsinya lantai pertama sebagai tempat baca

ataupun belajar dan lantai ke dua maupun lantai ketiga sebagai tempat

penyimpanan koleksi buku, dibangun dengan menggunakan pondasi kayu yang

93
Pudji Muljono, “Kerusakan Buku di Perpustakaan dan Penanggulangannya :
Studi Kasus di Institut Pertanian Bogor”, Jurnal Perpustakaan Pertanian.vol.5,No 2.
( 1996 ),hlm 53

82
kuat pengguna yang menggunakan kapel ini untuk keperluan baca harus menaiki

lantai kayu dengan tangga yang melingkar.

Gambar 5. perpustakaan dalam kapel

Sumber : koleksi pribadi Kolsani

Letak penempatan koleksi buku kolsani berpindah seiring waktu bertambahnnya

buku yang ada, koleksi berpindah tempat ke bagian depan dari asrama Kolsani

pada awalnya di ruang depan beranda terdapat berbagai kamar /ruangan yang

digunakan oleh romo yang tinggal di kolsani.dari perpindahan ini akhirnya

muncul gagasan untuk membuat sebuah perpustakaan pribadi dengan

menggunakan ruang – ruang yang ada, kamar yang digunakan para romo menjadi

kantor yang mengurus tata kelola perpustakaan, letak koleksi buku menempati

suatu ruangan khusus yang cukup luas sekarang dijadikan sebagai garasi mobil

letak buku yang ada waktu itu menempati beranda yang cukup panjang berdekatan

dengan jendela di sekitar lorong beranda . Sehingga aktivitas yang berkaitan

dengan akses koleksi berpindah di ruang depan dari perpindahan ini memiliki

dampak yang efektif bagi kondisi lingkungan untuk belajar ataupun sekedar

83
membaca buku, karena letaknya yang berdekatan dengan taman sehingga

menciptakan kondisi yang tenang dan nyaman.

Gambar 6. beranda yang menghadap taman dan garasi mobil bekas ruang

penyimpanan koleksi awal perpustakaan Kolsani

Sumber : dokumen pribadi

Dalam pemindahan letak ruang penyimpanan koleksi buku ini sudah

memiliki suatu predikat sebagai sebuah perpustakaan, dengan kategori masih

merupakan sebuah koleksi buku bersifat pribadi. melalui berjalannya waktu

semakin banyaknya koleksi buku yang bertambah dimulai awal koleksi pribadi

yang ada diubah menjadi sebuah perpustakaan yang bisa digunakan untuk umum,

pembentukan perpustakaan ini sudah dimulai pada tahun 1976 dengan akses

layanan yang masih terbatas meskipun secara garis besarnya perpustakaan ini

sudah bisa mulai diakses secara umum. penggunaan perpustakaan secara umum

ini tepatnya lebih banyak diakses oleh kalangan para romo,mahasiswa dan dosen

yang sedang menempuh pendidikan atau mengajar dalam perguruan tinggi swasta

yang memiliki afiliasi dengan Serikat Yesuit, disebabkan perpustakaan Kolsani

84
sendiri masuk dalam ciri perpustakaan khusus karena disamping itu juga pada

awal terbentuknya perpustakaan ini belum terlalu banyak dikenal oleh masyarakat

luas di Yogyakarta.

Pengelolaan koleksi perpustakaan kolsani pada awal terbentuknya masih

menggunakan cara yang manual termasuk dalam hal katalogisasi dan klasifikasi,

dalam sebuah perpustakaan katalog merupakan hal yang terpisahkan karena

berkaitan dengan informasi detail setiap koleksi buku yang ada. Istilah katalog

didefinisikan sebagai daftar barang atau benda yang terdapat pada suatu tempat

tertentu, katalog diperlukan agar mempermudah pengguna untuk mengetahui

informasi yang diperlukan. dalam perpustakaan katalog merupakan daftar bahan

pustaka yang terdiri dari buku atau majalah,surat kabar,mikrofilm,slide dan

lainya.katalog mencantumkan berbagai informasi penting dari suatu bahan

pustaka yang sering digunakan oleh pengguna perpustakaan, berhubungan dengan

fisik bahan pustaka, isi, ataupun informasi lainnya seperti judul bahan pustaka,

nama pengarang, edisi,cetakan, kota terbit, penerbit, tahun terbit,subjek bahasan.94

Bentuk katalog awal pada perpustakaan kolsani di awal berdirinya menggunakan

sistem kartu kartotik, karena belum tersedianya komputer pada periode tahun

tersebut penggunaan kartu ini juga mempermudah pengguna yang akan

mengakses atau mencari koleksi buku yang ada. Kelebihan penggunaan kartu ini

adalah menjadi katalog manual alternatif sebelum tersebarnya komputer pada

tahun itu. letak penempatan kartu berada dalam sebuah laci dan memiliki sebuah

pembagian, dibagi melalui laci yang khusus menyimpan klasifikasi kartu


94
Yaya Suhendar, Pedoman Katalogisasi : cara mudah membuat katalog
perpustakaan, Jakarta : Kencana,2007,hlm 1.

85
berdasarkan nama pengarang dan nomor – nomor pengelompokan tema dari

koleksi yang ada.

Gambar 7. kartu kartotik

Sumber : Dokumen pribadi

Pada tahun 1992 letak perpustakaan berpindah tempat pada sebuah gedung

baru, perpindahan ini didasari oleh semakin banyaknya koleksi buku sehingga

membutuhkan sebuah ruang/space yang memadai dalam menyimpan koleksi yang

ada. Pada tahun ini juga perpustakaan sudah diresmikan dan terbuka luas untuk

umum gedung ini sampai sekarang tetap digunakan sebagai perpustakaan dan

masih mempertahankan kondisi asli dari awal dibangun, selain koleksi buku hal

lain yang menjadi dasar perpindahan adalah untuk menjaga kualitas kondisi fisik

buku terutama untuk koleksi pustaka lama yang ada agar bisa memiliki daya umur

yang kuat. Gedung perpustakaan kolsani memiliki beberapa lantai yang terdiri

86
dari basement berfungsi sebagai penyimpanan koleksi selain itu ada sirkulasi yang

berfungsi sebagai tempat pelayanan perpustakaan yang terdiri dari pengurusan

peminjaman buku ataupun keanggotaan dan adminstrasi perpustakaan lainnya,

selain itu terdapat juga ruang baca bagi pengunjung perpustakaan selanjutnya di

lantai atas digunakan sebagai kantor tapi tidak berfungsi sehingga suatu waktu

bisa difungsikan sebagai tempat tambahan penyimpanan koleksi buku.

Selain tata letak dari penyimpanan koleksi bagian penting yang tidak

terlepas dari pengelolaaan perpustakaan Kolsani adalah pengadaan koleksi,

pengadaan buku biasanya dari pembelian pihak perpustakaan kolsani bekerja

sama dengan penerbit buku atau memesan secara online di luar negeri dengan

membaca resensi jurnal berbayar. Selanjutnya bisa juga didapatkan dari

sumbangan pihak eksternal atau internal, dalam hal ini pihak eksternal bisa

dikategorikan sebagai adanya orang awam yang memiliki minat tinggi terhadap

perpustakaan ataupun pemberian hadiah atau kenang – kenangan dari pihak

tertentu.dalam segi internal biasanya buku bisa juga diperoleh dari koleksi pribadi

romo karena ada sebagian koleksi di perpustakaan kolsani merupakan hibah dari

romo yang tinggal di kolsani. pemberian buku ini dengan alasan karena memang

romo tersebut gemar mengoleksi banyak buku dan sengaja diberikan kepada pihak

perpustakaan karena tema buku tersebut relevan, koleksi buku tersebut

mempunyai tanda/kategori tersendiri bila suatu waktu dibutuhkan oleh pengguna

perpustakaan.

87
Gambar 8. Perpustakaan kolsani sekarang

Sumber : kolsani.or.id

Secara umum pengadaan koleksi buku di perpustakaan Kolsani yang

diterima baik dari pembelian atau dari penerimaan melewati tahap sortir dengan

tujuan agar mengetahui kualitas,kuantitas dan penyesuaian dengan kebutuhan

pengguna.95 Prinsip dasar dalam pemilihan koleksi dasarnya terdiri dari pemilihan

dan pengadaan, pemilihan koleksi harus sesuai dengan kebutuhan

pengguna.disamping koleksi buku yang wajib dan berada dalam tema tertentu

juga harus mempunyai koleksi yang beragam tema dengan tujuan agar pengguna

bisa memperluas wawasan ilmu pengetahuan, selain itu juga pemilihan dalam hal

buku yang berkualitas tolak ukur tingginya kualitas suatu buku dapat dilihat dari

isi buku, keahlian pengarang,reputasi penerbit,cara penyajian,edisi,


95
Tujuan sortir karena awalnya perpustakaan kolsani sering mendapat buku dari
personal orang tertentu karena terkadang perpustakaan kolsani hanya dianggap tempat
sampah intelek, diakibatkan sering mendapatkan buku sumbangan yang sama atau
kondisi buku yang rusak sehingga hanya memenuhi tempat sehingga dilakukan sortir
buku yang benar – benar dibutuhkan atau buku tersebut memiliki tema yang sama dengan
koleksi yang ada dalam perpustakaan kolsani.

88
susunan,ilustrasi dan fisik buku.dalam hal pengadaan dilihat dari pembelian buku

penambahan koleksi dengan cara membeli merupakan cara yang banyak

digunakan oleh setiap perpustakaan, adanya cara ini dapat dilakukan dengan

pemilihan koleksi yang benar sesuai kebutuhan pengguna dan dana yang tersedia.

Dalam pengadaan koleksi diperlukan juga sebuah sarana sebagai alat bantu

dalam mencari informasi tentang terbitan terbaru dari penerbit, beberapa sarana

yang digunakan yaitu resensi buku dalam majalah atau surat kabar resensi

merupakan tinjauan suatu buku yang berisi penilaian objektif terhadap buku

adanya resensi sangat membantu dalam mempertimbangkan suatu buku dibeli

atau tidak.selanjutnya bisa dari penggunaan daftar penerimaan buku baru

perpustakaan, daftar tersebut digunakan sebagai alat pemeriksa sebelum

melakukan pembelian dengan tujuan untuk mencegah pembelian buku secara

ulang.yang terakhir internet merupakan sarana modern yang digunakan untuk

mengetahui buku terbitan baru baik dari dalam negeri ataupun luar negeri. 96

Pengelolaan perpustakaan yang tidak terpisahkan selain katalogisasi buku

adalah klasifikasi bahan pustaka, klasifikasi merupakan pengelompokan

benda/bahan pustaka yang sama atau usaha menata sebuah wawasan secara

sistematis dan terstrukur.klasifikasi perpustakaan merupakan penyusunan

sistematik terhadap buku,katalog,entri indeks berdasarkan subjek dengan cara

bermanfaat bagi penggunanya. Tujuan klasifikasi pada dasarnya untuk

96
F. Rahayuningsih, pengelolaan perpustakaan, Yogyakarta : Graha
Ilmu,2007,hlm 14 - 18

89
menghasilkan urutan yang bermanfaat,penempatan yang tepat,penyusunan

mekanis,tambahan dokumen baru atau penarikan dokumen dari rak.97

Perpustakaan Kolsani memiliki sistem klasifikasi tersendiri berbeda pada

perpustakaan umunya, pada perpustakaan lain klasifikasi didasarkan pada subjek

dan nomor panggil buku98 sedangkan dalam klasifikasi perpustakaan kolsani

berdasar pada penomoran yang sederhana dan tinggi buku. Sistem Klasifikasi ini

pada awalnya digagas oleh romo Van der becken SJ dengan tujuan untuk

memperhitungkan efisiensi tempat, secara garis besar tujuan sistem klasifikasi ini

supaya buku tidak terselip dengan buku lain atau lebih kepada memperhitungkan

buku lebih mudah ditemukan dan tidak hilang. dapat digambarkan bahwa setiap

rak buku yang memiliki nomor klasifikasi dengan tema sekian memiliki

perbedaan nomor klasifikasi berdasarkan tinggi buku dengan rak yang berbeda

dan tidak berada dalam satu tempat, sehingga tema koleksi dalam perpustakaan

kolsani tidak terlalu banyak dengan tujuan agar tidak menumpuk buku terlalu

banyak dan menghemat tempat.99 perbandingannya dapat dilihat dari perpustakaan

97
Syahdan dkk, “Analisis Penerapan Sistem DDC dalam penolahan pustaka”,vol
2. No 1. (2021),Jurnal Edukasi Nonformal,hlm 66 – 67.
98
klasifikasi yang digunakan perpustakaan pada umumnya termasuk perguruan
tinggi menggunakan sistem DDC ( Decimal Dewey Classification ) disebut juga sistem
persepuluhan dewey, dibuat oleh Melvil Dewey pada Tahun 1873 dan pertama kali
diterbitkan pada tahun 1876 sistem ini terdiri dari banyak edisi yang berkembang setiap
tahunnya untuk memasukkan subjek sesuai perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi.DDC merupakan klasifikasi yang paling banyak digunakan diseluruh dunia dan
sudah diterjemahkan dalam berbagai bahasa.lihat Towa P Hamakonda,1978.Pengantar
Klasifikasi Persepuluhan Dewey, Jakarta : BPK Gunung Mulia,hlm 2
99
klasifikasi nomor tinggi buku bertujuan agar buku baru tidak terselip dengan
buku lama, dapat dicontohkan dalam suatu ruang terdapat rak buku dengan kategori tema
tertentu dan setiap rak mempunyai tinggi A,B,C,D,E.misalnya suatu waktu bila ingin
menambahkan buku dengan tinggi D maka akan diberi dengan D nomor sekian
melanjutkan nomor urutan koleksi terakhir di tinggi D nomor sekian dengan kata kunci
yang sama.nomor klasifikasi terdiri dari angka-huruf-angka angka depan menunjukkan

90
perguruan tinggi atau perpustakaan pada umumnya setiap rak buku yang memiliki

klasifikasi tema tertentu hanya menempatkan setiap buku yang berkaitan dengan

klasifikasi tema tersebut dalam satu tempat. sehingga banyak buku yang terselip

dari banyaknya tinggi buku yang lain dan ketinggian buku dalam suatu rak hanya

acak, berbeda dengan penempatan buku di perpustakaan kolsani karena setiap rak

tinggi bukunya seimbang disesuaikan dengan bertambahnya buku.100

Gambar 9. rak buku dan contoh penomoran perpustakaan kolsani

Sumber : dokumen pribadi

klasifikasi tema,huruf menunjukkan tinggi dan angka terakhir berarti nomor urutan dari
nomor buku sekian.
100
Wawancara dengan Mbak Lia tanggal 28 Oktober 2021 di Perpustakaan
Kolsani

91
Koleksi buku dalam perpustakaan kolsani secara keseluruhan mengikuti

kategori tema yang ada seperti teologi katolik,filsafat,sejarah,bahasa,sastra dan

budaya. pada awalnya tema koleksi tersebut dibutuhkan sebagai sumber belajar

bagi para calon teolog,frater atau romo yang tinggal di kolsani,melihat kolsani

yang sejak awal digunakan sebagai sebuah rumah studi maka membutuhkan

referensi yang cukup banyak karena tema ilmu yang dipelajari pada awalnya

secara garis besar merujuk pada bidang teologi khususnya teologi agama katolik.

didasari oleh koleksi buku dengan tema yang bervariasi dari berbagai referensi

yang berkembang dan selalu digunakan sekaligus dengan lama berdirinya

perpustakaan ini para calon teolog banyak mempelajari berbagai tema ilmu lain

sebagai acuan sehingga koleksi buku yang ada bertambah dan bisa digunakan

orang banyak.

Kategori koleksi perpustakaan Kolsani selalu mengikuti tema koleksi yang

ada sehingga tidak ada spesifikasi tertentu dalam koleksi buku di perpustakaan

Kolsani, pada umumnya perpustakaan biasanya memiliki spesifikasi koleksi buku

yang dikategorikan sebagai koleksi langka atau khusus101 berbeda dengan

perpustakaan kolsani yang koleksi bukunya dari awal bersifat default. dalam

artian sejak awal koleksi buku yang ada diatur dan disesuaikan hanya berdasarkan

suatu klasifikasi tema tertentu, misalnya perpustakaan kolsani mendapatkan

101
Suatu buku dikatakan khusus atau langka dapat didefinisikan sebagai berikut,
langka berarti bila seseorang mencari suatu buku tapi sudah tidak tersedia lagi di pasaran
dan harus mencari di suatu tempat atau toko tertentu yang kemungkinannya persediaan
buku tersebut bisa suatu waktu akan habis, dalam hal ini perpustakaan kolsani pernah
memiliki pengunjung yang mencari suatu koleksi buku yang susah ditemukan diluar dan
ternyata perpustakaan kolsani memiliki koleksi tersebut. sedangkan khusus berarti
memang koleksi buku tersebut tidak tersedia atau beredar di tempat lain, hanya pihak atau
seseorang tertentu yang memilikinya.

92
sebuah buku yang memiliki judul sejarah revolusi Indonesia maka buku tersebut

langsung dimasukkan dalam buku yang berklasifikasikan tema sejarah ini berlaku

juga dengan buku lain yang memiliki klasifikasi tema berbeda. secara garis besar

langka atau khususnya suatu buku hanya bersifat subjektif,dari pengelolaan

perpustakaan kolsani sendiri hanya mengatur koleksi buku secara lebih dengan

random/acak mengikuti kesesuaian tema buku dan klasifikasi tema yang ada.

perpustakaan Kolsani tetap memiliki koleksi yang bisa dikatakan/dianggap

khusus meskipun tidak dimasukkan dalam suatu kategori tertentu, dari berbagai

macam tema koleksi ada sebagian koleksi yang bisa dianggap khusus di

perpustakaan Kolsani koleksi tersebut berupa kumpulan buku claverbond102.

Gambar 10. Claverbond

Sumber : dokumen pribadi

102
Claverbond merupakan buku catatan harian misionaris Jesuit yang melakukan
misi di Indonesia biasanya berisi tentang keadaan suatu kota yang disinggahi ketika
dalam perjalanan misi.karena pada masa kolonial jumlahnya masih sedikit atau bahkan
belum ada tulisan mengenai gambaran tentang daerah - daerah di Indonesia yang
disinggahi para misionaris,claverbond bisa juga berupa foto kegiatan tertentu dalam suatu
daerah.

93
Perpustakaan Kolsani juga banyak memiliki koleksi brosur dan majalah

lama disebut sebagai brosur karena buku tersebut memiliki ketebalan yang kurang

dari 20 halaman sehingga dimasukan sebagai kategori brosur, karena mengikuti

ketentuan tertentu sehingga tidak dimasukan sebagai kategori buku. perpustakaan

Kolsani memiliki majalah umum dan rohani seperti tempo,Suara

Muhammadiyah,basis,hidup. koleksi majalah yang ada sesuai dengan kategori

tema yang ada di perpustakaan Kolsani, selain majalah umum ada juga majalah

lama dari luar negeri seperti majalah Etudes103yang bertema teologi dan terbitan

dari Negara Prancis. secara garis besar penempatan perpustakaan kolsani dengan

tiga lantai dengan tujuan selain memang untuk mengantisipasi jumlah buku yang

bertambah, juga dari bertambahnya jumlah majalah yang ada karena memang

koleksi majalah yang didapatkan cukup banyak dan dijadikan menjadi satu jilid.

sehingga memakan ruang cukup banyak karena ketebalan jilid tersebut, apabila

suatu waktu penuh maka dibutuhkan sebuah ruangan lagi untuk menyimpan rak

tambahan

103
Etudes merupakan majalah yang didirikan pada tahun 1856 oleh orang Yesuit
Jean ( Ivan ) Gagarin yang berasal dari Rusia dan Charles Daniel.awalnya publikasi
konten majalah membahas tema teologis, baru pada awal abad ke-20 mengacu banyak
tema budaya.publikasi majalah secara teratur secara bulanan atau dua minggu sesuai
periode. Sempat berhenti pada tahun 1880 – 1888 akibat pengusiran Yesuit di Prancis dan
1940 – 1944 adanya pendudukan Jerman di Prancis. Majalah ini telah memiliki 11.000
pelangan dan 30.000 lebih pembaca. Beberapa judul besar artikel dalam majalah dibagi
seperti internasional,masyarakat,agama,budaya penulis artikel kebanyakan adalah
akademisi. Majalah ini secara garis besar bertujuan untuk membangun dialog dengan
budaya kontemporer dan juga memberi solusi terhadap berbagai masalah utama yang di
hadapi dalam dunia kontemporer. Lihat “la Revue Et son Histoire”, https://www.revue-
etudes.com/la-revue-et-son-histoire, diakses tanggal 22 Juni 2022, jam 16 : 33

94
Gambar 11. Brosur dan majalah lama

Sumber : dokumen pribadi

Hal utama yang juga cukup penting dalam sebuah perpustakaan yang

dapat dilihat adalah penataan buku dalam suatu rak atau lemari. dalam

perpustakaan Kolsani penggunaan rak buku difungsikan secara efektif, dengan

memaksimalkan space/ruang dalam rak untuk menampung buku secara teratur

dan seimbang. penggunaan dilakukan dengan cara menurunkan papan rak,letak

papan rak dalam perpustakaan kolsani bisa diubah atau diganti sesuai dengan

bertambahnya buku. Tujuan penataan rak ini untuk lebih membuat pandangan

lebih nyaman dan lebih mempermudah mengambil atau mencari buku.

95
Gambar 12. Penataan dan pemberian space/ruang dalam rak buku

Sumber : dokumen pribadi.

Secara keseluruhan perpustakaan kolsani masih banyak menyimpan

koleksi lama, dengan tujuan lebih merawat buku tersebut karena apabila diberikan

kepada pihak luar belum tentu dapat diterima dan menjaga agar buku lama tidak

langsung dibuang. Alasan lain yang mendasari karena memang terkadang ada

pengguna seperti mahasiswa, dosen,atau orang yang gemar membaca buku

menggangap beberapa buku lama itu sangat berharga dalam beberapa hal untuk

tujuan seperti penelitian, mencari sebuah referensi, atau sekedar membaca. Salah

satu ciri khas koleksi buku lama terdapat pada bahan penjilidannya banyak buku

lama yang masih menggunakan jilidan dengan bahan jahitan atau lem, ada juga

beberapa koleksi buku yang dibuat dari satu kertas besar dan dilipat menjadi

beberapa bagian kemudian dijilid dengan perekat penggunaannya dengan

merobek pinggiran kertas setiap halaman cara ini harus dilakukan dengan cermat

agar tidak mengakibatkan kertas tidak robek seluruhnya.

96
Gambar 13. Buku dari hasil lipatan kertas besar

Sumber : dokumen pribadi

dalam segi hal kualitas koleksi dan kemanfaatannya perpustakaan Kolsani

lebih menjaga kepada originalitas buku dengan menghindari buku dari hasil

fotocopy karena memang perpustakaan Kolsani menghindari hal plagiarisme.yang

dapat ditemukan dalam perpustakaan kolsani selain koleksi yang cukup tua adalah

banyaknya jurnal atau majalah yang bisa ditelusuri langsung per artikel sehingga

mempermudah pengguna dalam mencari tema yang dibutuhkan dalam

jurnal/majalah tersebut.104dengan hal itu dan adanya tema koleksi yang sesuai

104
Dalam mencari jurnal/majalah bila dalam perpustakaan umumnya pengguna
hanya diberikan akses sendiri untuk menelusuri tema yang dibutuhkan sehingga
membutuhkan waktu atau usaha yang cermat dalam mencari tema yang ada dalam setiap
jurnal/majalah. Perpustakaan kolsani menggunakan cara tersendiri dalam hal mengakses
jurnal/majalah dengan langsung memberikan kata kunci per tema artikel dalam komputer
pencarian. Sebagai contoh ingin mencari tema jurnal/majalah terkait “sejarah
komunisme” maka akan langsung muncul di sistem pencarian judul artikel
“pemberontakan komunis yang gagal tahun 1948 & 1965” lengkap beserta nama penulis
dan tahunnya.

97
dengan kebutuhan pengunjung membuat perpustakaan kolsani bisa bertahan dan

dikenal oleh kalangan mahasiswa ataupun dosen sebagai alternatif dalam mencari

referensi koleksi khususnya buku – buku lama.

4.2 Teknologi Perpustakaan

Secara umum Perpustakaan Kolsani masuk dalam kategori perpustakaan

konvensional, sehingga segala sistem pengelolaan yang ada menggunakan cara

manual. Di era globalisasi seperti sekarang banyak masyarakat yang ingin mencari

informasi dengan serba cepat,instan,efektif. Sehingga cara lama dalam mencari

informasi semakin banyak ditinggalkan. perkembangan teknologi dilihat dari

sudut pandang para ahli yaitu Daniel Bell dan Manuel Castells dapat dijelaskan

sebagai berikut, ada indikasi utama dari perkembangan masyarakat pasca

industrial yaitu penemuan miniatur sirkuit elektronik dan optikal yang mampu

mempercepat arus informasi melalui jaringan Sekaligus integrasi dari proses

komputer dan telekomunikasi. dunia memasuki zaman informasi dimana berbagai

kemajuan teknlogi informasi digital telah membentuk jejaring dari organisasi

dalam setiap keadaan struktur sosial, dalam masyarakat post industrial integrasi

internet telah masuk dalam berbagai kehidupan dan menciptakan sebuah identitas

baru lewat desentralisasi kekuasaan yang memunculkan bentuk baru organisasi

sosial.105

Teknologi pada dasarnya memberikan kemudahan kepada penggunanya

lewat segala lini bidang pendidikan,perekonomian,sosial,dsb. Dalam hal

Rahma Sugihartati, Perkembangan Mayarakat Informasi & teori sosial


105

kontemporer,Jakarta : Kencana,2014,hlm 39.

98
pendidikan khususnya perpustakaan sudah banyak teknologi yang digunakan

dalam setiap perpustakaan dengan tujuan mempermudah mencari informasi

mengenai buku yang akan diakses. pada sisi tertentu dapat ditemukan jenis

perpustakaan seperti perpustakaan konvensional yang tidak mengoptimalkan

penggunaan teknologi dalam pengelolaannya, dalam hal ini khususnya adalah

perpustakaan kolsani yang mempertahankan cara lama dalam pengelolaan

perpustakaan. Dapat dilihat meskipun perpustakaan kolsani bersifat tradisional

tetapi dalam pencarian buku menggunakan teknologi bernama foxpro. sehingga

bisa dikatakan perpustakaan kolsani ini bersifat konvesional bersemi modern,

meskipun sistem komputer pencarian yang digunakan perpustakaan kolsani tidak

berkembang.

Penggunaan sistem Fox Pro dan komputer di perpustakaan Kolsani sudah

dilakukan sejak tahun 1994 berawal dari penerbit buku kanisius yang menawarkan

penggunaan komputer dalam memasukkan katalog versi digital, pihak

perpustakaan kolsani mulai menggunakan komputer dengan tujuan agar tidak

selalu bergantung dengan cara manual karena menyesuaikan dengan

perkembangan teknologi yang mulai signifikan pada tahun itu. pengelolaan buku

agar bisa dimasukkan sebagai data katalog buku di komputer melalu beberapa

proses tertentu seperti dari pembelian buku kemudian dilihat ulang dan

dimasukkan dalam program Fox pro dengan jumlah 100 buku setiap file nya

dengan tujuan tidak memberatkan beban processor dalam komputer, setelah itu

diberikan kata kunci106 dan klasifikasi buku kemudian diberikan nomor induk
106
Kata kunci dalam perpustakaan Kolsani didasarkan pada kata kunci yang
spesifik, contohnya terdapat buku memiliki kata kunci “sejarah maritim” dan terdapat

99
buku dengan tujuan untuk mengetahui jumlah buku setiap eksemplarnya. terakhir

diberikan cap dan stiker di sampul/ halaman depan buku, cap buku depan

menunjukkan nomor induk buku dan stiker menunjukkan penomoran dalam rak

buku setelah itu data diproses lagi dalam server pencarian komputer yang

kemudian bisa digunakan oleh pengunjung perpustakaan.107

Gambar 14. Program Fox Pro

Sumber : dokumen pribadi

Teknologi informasi yang digunakan setiap perpustakaan dan dokumentasi

masa ini sangat beragam, pustakawan mampu mengganti pelayanan yang

memerlukan banyak tenaga dengan mesin. Kegiatan penelusuran informasi,

transaksi sirkulasi seperti peminjaman buku, pengambilan buku, perpanjangan

tambahan buku bertema sejarah perang maritim di Indonesia maka akan dikategorikan
lagi sebagai sejarah “perang maritim”sehingga apabila ingin mencari buku sejarah perang
maritim akan muncul judul buku spesifik dengan judul “sejarah perang maritim di
Indonesia”.
107
Wawancara dengan mbak Lia tanggal 28 Oktober 2021 di Perpustakaan
Kolsani

100
waktu pinjam dan denda keterlambatan pengembalian buku dapat dilakukan

dengan mesin yang difungsikan oleh satu individu. Beberapa teknologi yang bisa

digunakan seperti electronical mail ( E-mail ) dan RAM/ROM. surat elektronik

memiliki cara kerja dengan mengubah pesan menjadi sinyal elektronik untuk

ditransmisi sehingga dapat menggantikan fungsi kertas sebagai medium

pengumpulan pesan.108 dalam teknologi penyimpanan data perkembangannya

sangat pesat dengan adanya penyimpanan semikonduktor Random Acces Memory

( RAM ) dan Read Only Memory ( ROM ). sistem kerja memori RAM dapat

diakses secara bebas oleh penggunanya untuk melihat kata yang tersimpan atau

menulis data yang baru, untuk memori ROM sistem kerja mengarah kepada

kumpulan data yang bersifat permanen. 109

Pengggunaan teknologi dalam perpustakaan Kolsani lebih mengarah

mempertahankan teknis penggunaan yang lama, sistem foxpro yang ada masih

108
Electronic mail ( e-mail ) merupakan sarana kirim pesan yang membutuhkan
koneksi internet dan pengiriman pesan e-mail tidak membutuhkan waktu yang banyak
hanya dalam hitungan detik pesan dapat diterima atau terkirim. Pengiriman pesan lewat e-
mail bisa dengan berbagai medium seperti dokumen,video,foto,dll. Sejarah e-mail
berhubungan dengan sejarah perkembangan internet pada tahun 1968 saat Departemen
Pertahanan Amerika U.S Defense Advanced Research Projects Agency ( DARPA )
mengadakan penelitian untuk menghubungkan sejumlah komputer unruk membentuk
jaringan organik,Penelitian ini bernama Advanced Projects Agency Network ( ARPANET
).penemu program ini bernama Ray Tomlinson merupakan karyawan Bolt,Beranek dan
Newman ( BBN Technologies ) sebuah perusahaan yang dikontrak Departemen
Pertahanan Amerika Serikat untuk membangun ARPANET.tahun 1972 Ray Tomlinson
memodifikasi dan menggabungkan program yang sudah ada untuk dikembangkan,
perangkat lunak inovatif yang dia ciptakan disebut SNDMSG teknologi ini
memungkinkan penggunanya untuk mengirim dan menerima file di mesin yang berbeda.
Untuk terbentuk sebuah komunikasi pengirim dan penerima harus memiliki alamat email,
Ray Tomlinson juga membuat sebuah ikon @ atau “at” sebagai pemisah id user dan
domain pada sebuah alamat yang banyak digunakan sampai sekarang. Lihat “mengenal
apa itu email dan sejarahnya” , https://kumparan.com/berita-hari-ini/mengenal-apa-itu-
email-dan-sejarahnya-1vE0BFngNHo/full ,diakses tanggal 30 juni 2022.jam 13 : 43
109
E.Koswara dkk,Dinamika Informasi dalam Era Global,Bandung : PT Remaja
Rosdakarya,1988,hlm 97 – 98.

101
menggunakan versi lama karena beberapa alasan dari kesulitan sistem foxpro ini

untuk beradaptasi dengan versi foxpro terbaru dan kegagalan sistem pencarian

yang digabungkan dengan sistem OPAC110 disebabkan Perpustakaan Kolsani

memiliki sebuah kata kunci tersendiri dalam sistem pencariannya dengan tujuan

agar lebih mudah mencari buku tidak hanya berdasarkan judul buku dan

pengarang.

Dari penggunaan sistem fox pro di tahun 1994 sampai sekarang tidak ada

perubahan yang berarti, karena memang sistem ini masi cocok atau kompatibel

dengan versi software windows komputer yang lama ini.disamping itu setiap

teknologi juga memiliki sisi kelemahannya, Beberapa hal yang mendasari sistem

teknologi ini bertahan dapat dilihat dari berbagai faktor yaitu usia sistem yang

cukup lama sehingga bila suatu waktu rusak akan sulit menemukan cadangan

untuk sistem ini. juga sulitnya untuk mencari teknisi khusus untuk bidang ini. dari

beberapa hal diatas juga berhubungan dengan sumber daya manusia yang ada di

perpustakaan Kolsani karena tidak adanya SDM yang memiliki keahlian khusus

dalam bidang teknologi informasi.terakhir memiliki kemungkinan sistem ini tidak

bisa beradaptasi dengan software windows terbaru yang kebanyakan digunakan

komputer sekarang.

Dengan banyaknya penggunaan teknologi informasi di perpustakaan tidak

semua pustakawan dapat beradaptasi mengikuti perkembangan dan


OPAC ( Online Public Acces Categories ) merupakan fitur yang digunakan
110

untuk fasilitas pengunjung perpustakaan lewat web dalam mencari katalog koleksi
perpustakaan dan bersifat bisa diakses secara umum. dalam mengakses koleksi dapat
dengan mengetik kata kunci judul,pengarang,subjek,no klasifikasi.lihat Wahyu Suprianto
dan Ahmad Musin,2008.Teknologi Informasi Perpustakaan : Strategi Perancangan
Digital,Yogyakarta : Kanisius,hlm 134.

102
mengoperasikan sebuah teknologi, karena ada sebagian pustakawan yang

memiliki ketahanan pada perkembangan teknologi dan informasi sekaligus

menolak penggunaan teknologi dalam pekerjaannya karena masih cocok dengan

cara manual. Penguasaan teknologi informasi dari segi teoritis dan praktis penting

bagi setiap pustakawan, dengan meningkatkan kompetensi dan menambah

wawasan pengetahuan agar relevan dengan perkembangan teknologi. Melalui hal

itu akan memunculkan peran baru sebagai pustakawan dengan sebagai teknisi

konsultasi,informasi,kolabolator dengan penyedia jasa teknologi.111

BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Perpustakaan Kolsani sebagai perpustakaan tradisional merupakan sebuah

perpustakaan yang memiliki suatu identitas tersendiri disamping perpustakaan

111
Testiani Makmur, “Teknologi Informasi : Dampak dan Implikasi Bagi
Perpustakaan,Pustakwanserta Pemustaka”,Jurnal perpustakaan dan ilmu Informasi INFO
BIBLIOTHECA,Vol.1 No. 1 ( 2019 ) hlm 68 - 69.

103
pada umumnya, adanya perpustakaan ini juga sebagai bagian dari pengisi identitas

kota Yogyakarta sebagai kota pelajar. Dari berbagai jenis perpustakaan yang ada

di Yogyakarta secara garis besar banyak perpustakaan tersebut didirikan dari

pengelolaan dinas pemerintahan sedangkan Perpustakaan kolsani berdiri sendiri

dari pengelolaan lembaga Serikat Yesus. Adanya latar belakang sejarah Kota

Yogyakarta sebagai pusat pendidikan dan penghasil berbagai

akademisi,cendikiawan, komunitas pelajar membuat literasi sangat dibutuhkan

untuk keberlangsungan sistem sosial ataupun budaya masyarakat Jogja.

Literasi merupakan sarana yang netral dalam kehidupan manusia karena

semua ras,agama,setiap kelompok tanpa ada batasan tertentu, hal ini dapat dilihat

dari perpustakaan Kolsani yang bisa menyediakan sarana literasi bagi semua

kalangan begitu pula juga perpustakaan pada umumnya. Setiap literasi memiliki

nilai yang sama bagi penggunanya yaitu menambah wawasan dan membuka suatu

pola pikir kritis, yang membedakan hanya dalam cara pelayanan dan

penggunaannya. perpustakaan kolsani merupakan sebuah perpustakaan yang

bersifat tertutup sehingga akses penggunaan untuk literasi terbatas karena hanya

pihak perpustakaan yang bisa mempunyai akses untuk mencari/mengambil

koleksi yang dibutuhkan berbeda dengan perpustakaan pada umumnya

pengunjung langsung masuk dan bisa mencari sendiri referensi yang

dibutuhkan.hal ini yang dipertahankan kolsani sebagai sebuah perpustakaan yang

tertutup dengan tujuan untuk benar – benar merawat kondisi buku yang ada agar

selalu baik dan bisa digunakan pengunjung lainnya.

104
Selain latar belakang sejarah kota jogja yang berhubungan dengan

pendidikan,perpustakaan kolsani yang dibawah naungan Serikat Yesuit juga

memiliki latar belakang sejarah pendidikan dengan penyebaran misi dan

pembangunan sekolah bagi masyarakat. adanya perpustakaan kolsani ini memiliki

visi besar yang sama dengan perpustakaan lain yang terdapat di Yogyakarta yaitu

memajukan pendidikan dan minat literasi,sesuai dengan tujuan dasar dibentuknya

sebuah perpustakaan sebagai wadah literasi/informasi maka akan menuju pada

tujuan akhir yaitu memajukan pengetahuan setiap individu/kelompok yang

menggunakan perpustakaan.

Keberadaan perpustakaan konvensional di masyarakat luas bisa dikatakan

tidak terlalu mencolok atau jarang diketahui. Secara umum biasanya perpustakaan

konvensional hanya dimiliki sebuah institusi atau lembaga tertentu sifatnya hanya

bisa berupa sebagai perpustakaan pribadi yang aksesnya hanya diberikan kepada

pengguna yang menjadi bagian dari institusi itu. Yang menjadi titik poin penting

perpustakaan kolsani sebagai perpustakaan konvensional adalah bisa dikenal

masyarakat luas terutama dari golongan akademisi seperti dosen,mahasiswa,guru.

Karena Perpustakaan Kolsani memiliki koleksi lama yang lengkap sehingga

banyak dijadikan sebagai bahan rujukan khususnya dari tema sejarah,filsafat dan

teologi.

Dengan adanya perkembangan teknologi yang semakin pesat dimana akses

informasi seperti literatur/buku semakin mudah lewat google,e book,pdf

perpustakaan Kolsani lebih memberikan akses pengguna dengan cara manual

yaitu penggunanya harus datang langsung ke perpustakaan. Selain hal itu

105
bertujuan untuk membuat suasana lingkungan dan kondisi efektif bagi

pengunjung yang membutuhkan kesunyian dalam belajar, didukung dengan tidak

adanya fasilitas internet seperti Wifi danya media tersebut menghilangkan makna

belajar dan membaca dalam perpustakaan karena akan berakibat kepada

pengunjung menggunakan perpustakaan hanya untuk hiburan semata tanpa

mendapat ilmu yang berarti.

Disamping dari banyaknya ciri khas mempertahankan cara lama dalam

pengelolaannya perpustakaan Kolsani masi memiliki kekurangan dalam hal

penggunaan atau pengembangan teknologi, disebabkan tidak adanya manajemen

SDM yang mumpuni dalam perpustakaan kolsani di bidang informasi teknologi

dan versi teknologi yang dimiliki sudah lama sehingga sulit untuk kompatibel

dengan versi baru yang ada sekarang. meskipun Perpustakaan Kolsani juga

memiliki sebuah web browser tersendiri yang bisa diakses dalam kolsani.id yang

berupa pencarian buku tapi fiturnya masi kurang lengkap dibanding dengan web

perpustakaan digital lainnya.selanjutnya dalam perpustakaan Kolsani masih belum

ada pengenal atau media sejarah tentang berdirinya perpustakaan ini

5.2 Saran

Sebagai perpustakaan tua yang masih bertahan sampai sekarang seharusnya

pihak perpustakaan Kolsani bisa melakukan inovasi baru untuk menggungah

minat pembaca buku khususnya dalam perpustakaan klasik dengan membuat

media sosial ataupun blog web tersendiri untuk perpustakaan Kolsani. Bisa

106
dengan melakukan promosi atau pengenalan perpustakaan klasik kepada

masyarakat luas atau membuat pencarian referensi buku online dengan

menyeragamkan fiturnya dengan pencarian web perpustakaan digital pada

umumnya. Selanjutnya perpustakaan Kolsani bisa juga mengenalkan sejarahnya

kepada para penggunjung/pengguna luas dengan membuat memorabilia tentang

barang yang digunakan dari awal berdirinya perpustakaan ataupun menulis buku

tentang sejarah perkembangan kolsani dari masa ke masa.`yang terakhir dengan

membuka lowongan kerja khusus kepustakawanan dalam bidang teknologi karena

bila sarana teknologi stagnan akan tertinggal dengan kemajuan teknologi yang

berjalan terus.

Daftar Pustaka

Buku

Basuki, S, 1994, Periodesasi Perpustakaan Indonesia, Bandung: Remaja


Rosdakarya Offset.

107
G, Moedjanto, 1976, Sejarah Gereja Kotabaru Santo Antonius dan Kehidupan
Umatnya, Yogyakarta: Panitia Peringatan 50 Tahun Gereja St Antonius
Kotabaru Yogyakarta.

J. Dwi Narwoko B. S,2001, Sosiologi : Teks Pengantar dan Terapan, Jakarta:


Kencana.

Kuntowijoyo,1994, Demokrasi dan Budaya Birokrasi, Yogyakarta: Yayasan


Bentang Budaya.

Nurhadi, M. A,1983, Sejarah Perpustakaan dan Perkembangannya di Indonesia,


Yogyakarta: Andi Offset.

SJ, Adolf. Heuken,2009, 150 Tahun Serikat Yesus Berkarya Di Indonesia,Jakarta:


Cipta Loka Caraka.

Soekanto, S,1985, Max Weber dan Konsep - Konsep Dasar Dalam Sosiologi,
Jakarta: CV Rajawali.

Sutarno, NS,2008, 1 Abad Kebangkitan Nasional dan Kebangkitan Perpustakaan,


Jakarta : Agung Seto.

Suwarno,W,2007, Dasar - dasar Ilmu Perpustakaan: Sebuah Pendekatan


Praktis,Yogyakarta: Ar- Ruzz Media.

Wilkin, J. P,2015, The Meaning Of Library A Cultural History, New Jersey:


Princeton University Press.

Guth,Kristen,2016, The SAGE Enyclopedia of Corporate Reputation,Thousand


Oaks : SAGE publisher.

Skripsi

108
Zulkifli,2016, “Ordo Serikat Jesus Dalam Katolik : Studi Terhadap Pelayanan di
Kolese Santo Ignasius Kotabaru Yogyakarta”, Skripsi, Universitas Islam
Negeri Sunan Kalijaga.

Jurnal

Ramadhan, S. Y. (2019). "Analisis Pelestarian Bahan Pustaka Tercetak di


Perpustakaan Kolese Santo Ignasius Yogyakarta", Jurnal Pustaka Ilmiah
Perpustakaan UNS,Vol. 5, No. 1. juni 2019.

Surur, M. (2019 ). "Birokrasi Weberian : Proportionak Approach",Madani Jurnal


Politik Sosial dan Kemasyarakatan Vol. 5, No. 2.

109
Daftar Pustaka

Buku

Basuki, S. (1994). Periodesasi Perpustakaan Indonesia . Bandung: Remaja Rosdakarya


Offset .

G.Moedjanto. (1976). Sejarah Gereja Kotabaru Santo Antonius dan Kehidupan


Umatnya . Yogyakarta: Panitia Peringatan 50 Tahun Gereja St.Antoius Kotabaru.

Guth, K. (2016). The Sage Enyclopedia Of Corporate Reputation . Thousand Oaks : SAGE
Publication.

Heru Prakosa, J. (1993). Menyesuit lewat Kolsani. Yogyakarta: Kolese Santo Ignasius.

Jones, P. (2009). Pengantar Teori - Teori Sosial dari teori Fungsionalisme hingga Post-
modernisme. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.

Makmur, T. (2019). Teknologi Informasi : Dampak dan Implikasi Bagi Perpustakaan,


Pustakawan serta Pemustaka. jurnal perpustakaan dan ilmu informasi INFO
BIBLIOTHECA, 68 - 69.

Mulyono, S. (1979). Simbolisme dan Mistikisme dalam Wayang . Jakarta: PT Gunung


Agung .

NS, S. (2008). 1 Abad Kebangkitan Nasional Dan Kebangkitan Perpustakaan . Jakarta:


Sagung Seto.

Nurhadi, M. A. (1983). Sejarah Perpustakaan dan Perkembangannya di Indonesia.


Yogyakarta : Andi Offset.

Provinsi Indonesia Serikat Yesus. (1987). Ciri - ciri khas Pendidikan pada Lembaga
Pendidikan Yesuit . Yogyakarta: Kanisius.

Rosariyanto, F. H. (2009). Van Lith Pembuka Pendidikan Guru di Jawa Sejarah 150 th
Serikat Jesus di Indonesia . Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma.

SJ, A. H. (2009). 150 Tahun Serikat Yesus berkarya Di Indonesia . Jakarta: Cipta Loka
Caraka.

SJ, A. M. (1985). Sejarah Ordo Yesuit Selayang Pandang : dari Ignatius hingga Peter-Hans
Kolvenberg 1491 - 1984. Yogyakarta : Kanisius .
Soemardjan, S. (1981). Perubahan Sosial di Yogyakarta. Jakarta: Gadjah Mada University
Press.

Sri Sutjiatiningsih, S. K. (1980 ). Sejarah Pendidikan Daerah Istimewa Yogyakarta .


Jakarta : Depdikbud.

Subanar, G. B. (2007). Bayang - bayang Sejarah Kota Pendidikan : Komunitas Learning


Society . Yogyakarta : Universitas Sanata Dharma .

Suwarno, W. (2007). Dasar - dasar Ilmu Perpustakaan Sebuah Pendekatan Praktis.


Jogjakarta: Ar - Ruzz Media.

Suwarno, W. (2010). Pengetahuan dasar Perpustakaan . Bogor : Penerbit Ghalia


Indonesia .

Widjojo, F. S. (1995). Visi Pendidikan Yesuit . Yogyakarta : Universitas Sanata Dharma .

111

Anda mungkin juga menyukai