Full
Full
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
SKRIPSI
Diajukan oleh:
E. Raras Pramudita Raharjaningtyas
NIM : 098114040
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2013
i
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
Persetujuan Pembimbing
Pembimbing Utama
ii
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
Pengesahan Skripsi
Berjudul
Oleh:
E. Raras Pramudita Raharjaningtyas
NIM: 098114040
Mengetahui
Fakultas Farmasi
Universitas Sanata Dharma
Dekan
Pembimbing Utama:
Panitia Penguji:
1. Phebe Hendra, M.Si., Ph.D., Apt. ………………………….
2. Ipang Djunarko, M.Sc., Apt. ………………………….
3. Prof. Dr. C. J. Soegihardjo, Apt ………………………….
iii
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
iv
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma:
Nama : E. Raras Pramudita Raharjaningtyas
Nomor mahasiswa : 098114040
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan
Universitas Sanata Dharma karya ilmiah yang berjudul:
Beserta perangkat yang diperlukan (bila ada), dengan demikian saya memberikan
kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan,
mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan
data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikan di internet atau
media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta izin dari saya
maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya
sebagai penulis.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di Yogyakarta
Pada tanggal : 30 Mei 2013
Yang menyatakan
v
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini
tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan
ini, maka saya bersedia menanggung segala sanksi sesuai peraturan perundang-
Penulis
vi
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
PRAKATA
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat-
infusa daun sirsak (Annona muricata L.) secara subkronis terhadap gambaran
semangat dari berbagai pihak, maka pada kesempatan ini penulis menyampaikan
2. Ibu Phebe Hendra Msi, PhD. Apt selaku Dosen Pembimbing yang selalu
3. Bapak Prof. Dr. C. J. Soegihardjo, Apt. selaku Dosen Penguji yang selalu
berguna
4. Bapak Ipang Djunarko, M.Si., Apt. selaku Dosen Penguji yang selalu
vii
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
Laboratorium Imono Universitas Sanata Dharma, drh. Ari, Mas Heru, Mas
Tedjo, Mas Kayat, Mas Wagiran, Mas Parjiman, Mas Andri, dan Mas
Universitas Gadjah Mada, Ibu Sitarina, Bapak Bambang, Ibu Asih, Bapak
Yon, Bapak Ulik, dan Bapak Dwi, yang telah membantu dalam pembuatan
Noviani Tyas Utami, Felicita Devi, dan Ignatia Bintang, yang selalu
10. Teman-teman angkatan 2009, khususnya kelas FSM A dan FKK A atas
11. Semua pihak yang penulis tidak dapat sebutkan satu per satu dalam
Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini jauh dari sempurna. Oleh
karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun.
Semoga skripsi ini dapat berguna dan bermanfaat bagi penulis khususnya dan
Penulis
viii
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL................................................................................................ i
PERSEMBAHAN .................................................................................................. iv
INTISARI...............................................................................................................xx
1. Permasalahan ...........................................................................................3
ix
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
b. Manfaat praktis....................................................................................4
B. Tujuan Penelitian..........................................................................................4
1. Tujuan umum...........................................................................................4
2. Morfologi .................................................................................................6
1. Lambung ................................................................................................11
D. Toksikologi.................................................................................................36
x
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
1. Definisi ..................................................................................................36
xi
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
dan Betina Akibat Pemberian Infusa Daun Sirsak secara Subkronis ........53
1. Pemeriksaan histologis organ lambung tikus putih jantan dan betina ...54
F. Berat Badan Tikus Putih Jantan dan Betina Akibat Perlakuan Infusa
G. Asupan Pakan dan Minum Tikus Putih Jantan dan Betina Akibat
BAB V....................................................................................................................77
xii
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
A. Kesimpulan.................................................................................................77
B. Saran ...........................................................................................................77
LAMPIRAN ...........................................................................................................81
xiii
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel II. Hasil pemeriksaan histologis lambung tikus putih betina kelompok
Tabel III. Hasil pemeriksaan histologis usus tikus putih jantan kelompok
Tabel IV. Hasil pemeriksaan histologis usus tikus putih betina kelompok
Tabel V. Hasil analisis berat badan tikus jantan akibat perlakuan infusa daun
Tabel VI. Hasil analisis berat badan tikus betina akibat perlakuan infusa daun
xiv
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
DAFTAR GAMBAR
Halaman
perbesaran 100X.................................................................................. 56
perbesaran 400X.................................................................................. 56
perbesaran 100X............................................................................... 57
perbesaran 400X............................................................................... 57
xv
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
Gambar 11. Histologis organ usus tikus jantan kelompok kontrol aquadest dosis
100X. ................................................................................................ 61
Gambar 12. Histologis organ usus tikus jantan kelompok kontrol aquadest dosis
400X. ................................................................................................ 62
Gambar 13. Histologis organ usus tikus betina kelompok kontrol aquadest dosis
100X ................................................................................................. 62
Gambar 14. Histologis organ usus tikus jantan kelompok perlakuan infusa daun
perbesaran 100X............................................................................... 64
Gambar 15. Histologis organ usus tikus jantan kelompok perlakuan infusa daun
Gambar 16. Histologis organ usus tikus betina kelompok perlakuan infusa daun
Gambar 17. Histologis organ lambung tikus jantan kelompok perlakuan infusa
xvi
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
Gambar 18. Histologis organ lambung tikus betina kelompok perlakuan infusa
Gambar 19. Histologis organ usus tikus betina kelompok kontrol aquadest dosis
400X. ................................................................................................ 69
xvii
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. Tanaman Sirsak dan Daun Sirsak (Annona muricata L.) ................. 81
Lampiran 10. Perhitungan Dosis Infusa Daun Sirsak pada Kelompok Perlakuan 87
Lampiran 12. Data Rata-Rata Berat Badan Tikus Jantan Hari ke-0 sampai ke-28 89
Lampiran 13. Data Rata-Rata Berat Badan Tikus Betina Hari ke-0 sampai ke-2889
Lampiran 14. Hasil uji General Linear Model (multivariate) Berat Badan Tikus
Lampiran 15. Hasil uji General Linear Model (multivariate) Berat Badan Tikus
xviii
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
Lampiran 22. Hasil Diagnosa Uji Toksisitas Subkronis Infusa Daun Sirsak
xix
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
INTISARI
xx
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
ABSTRACT
xxi
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
BAB I
PENGANTAR
A. Latar Belakang
telah terbukti secara empiris dengan perjalanan waktu yang lama untuk mengobati
sirsak banyak dikonsumsi dalam bentuk rebusan dengan frekuensi lebih dari satu
kali dan dalam jangka panjang sehingga perlu dilakukan serangkaian uji
diberikan dengan dosis berulang pada hewan uji tertentu, selama kurang dari tiga
bulan. Uji toksisitas subkronis merupakan uji yang penting dalam penilaian
pemeriksaan kimia darah, analisis urin, dan pemeriksaan histopatologi. Hasil uji
1
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI 2
toksisitas subkronis ini akan memberikan informasi tentang efek toksik senyawa
Pada penelitian ini, daun sirsak yang diberikan dalam perlakuan dibuat
dalam bentuk sediaan infusa. Infusa merupakan sediaan cair yang dibuat dengan
cara mengekstraksi simplisia nabati dengan air pada suhu 900C selama 15 menit
(Direktorat Obat Asli Indonesia, 2010). Bentuk sediaan infusa lebih mendekati
Sediaan daun sirsak sebagai antikanker dikonsumsi secara oral dan dalam
sebagian besar akan diabsorpsi di saluran pencernaan. Organ lambung dan usus
merupakan bagian dari saluran pencernaan yang berfungsi untuk pencernaan dan
penyerapan suatu senyawa di dalam tubuh. Fungsi lambung dan usus ini sangat
penting bagi hidup suatu spesies sehingga muncul gagasan untuk mengetahui
ketoksikan dan sifat efek toksik infusa daun sirsak yang dikonsumsi dalam jangka
panjang.
Uji toksisitas subkronis pada penelitian ini untuk mengetahui efek toksik
dan sifat efek toksik yang ditimbulkan akibat penggunaan infusa daun sirsak
efek toksik sediaan uji pada organ lambung dan usus yang berperan penting dalam
pencernaan dan penyerapan suatu senyawa. Spektrum efek toksik yang diamati
berupa perubahan wujud struktural karena menilai dari preparat histologis organ
1. Permasalahan
c. Apakah spektrum efek toksik infusa daun sirsak pada lambung dan usus
2. Keaslian penelitian
aqueous extract in animals (Arthur et al., 2011) dengan hasil yang menunjukkan
hipolipidemik dan dosis yang lebih tinggi dapat menyebabkan kerusakan ginjal
sampai gagal ginjal. Dosis tinggi juga bisa menyebabkan efek negatif pada fungsi
rahim. Terjadi peningkatan yang signifikan berat organ relatif lambung pada tikus
betina yang diberi ekstrak air daun sirsak dosis 1000 mg/kgBB. Hal ini
3. Manfaat penelitian
a. Manfaat teoritis
b. Manfaat praktis
panjang.
B. Tujuan Penelitian
1. Tujuan umum
terhadap perubahan wujud struktural lambung dan usus akibat pemakaian infusa
daun sirsak.
2. Tujuan khusus
wujud struktural organ lambung dan usus yang dilihat dari histologis
BAB II
PENELAAHAN PUSTAKA
A. Daun Sirsak
1. Sistematika tanaman
Ordo : Magnoliales
Famili : Annonaceae
Genus : Annona
(Plantamor, 2008).
2. Morfologi
Daun berbau, agak keras, rasa agak kelat. Daun tunggal, warna kehijauan
sampai hijau kecoklatan, helaian daun seperti kulit, bentuk bundar panjang, lanset
atau bundar telur terbalik, panjang helaian daun 6 cm sampai 18 cm, lebar 2 cm
sampai 6 cm. Ujung daun meruncing pendek, pangkal daun runcing, tepi rata,
panjang tangkai daun lebih kurang 0,7 cm. Permukaan licin agak mengkilat,
6
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI 7
tulang daun menyirip, ibu tulang daun menonjol pada permukaan bawah
3. Kandungan kimia
Daun sirsak terdapat minyak esensial yang berguna untuk parasitidal, anti
asetaminofen yang diinduksi kerusakan hati. Ektrak etanol daun sirsak merupakan
antibakterial terhadap beberapa strain dari E. coli (Arthur et al., 2011), sebagai
antinosiseptik dan anti inflamasi (Sousa, Vieria, Pinho, Yamamoto, Alves, 2010).
simplisia nabati dengan air pada suhu 90ºC selama 15 menit. Pembuatan infus
merupakan cara yang paling sederhana untuk membuat sediaan herbal dari bahan
lunak seperti daun dan bunga. Dapat diminum panas atau dingin. Pembuatan
infusa adalah dengan mencampur simplisia dengan derajat halus yang sesuai
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI 8
dalam panci dengan air secukupnya, panaskan di atas tangas air selama 15 menit
melalui kain flanel, tambahkan air secukupnya melalui ampas hingga diperoleh
B. Organ Pencernaan
Saluran ini melintasi rongga dada dan rongga perut masuk pada diafragma. Anus
terletak di bagian inferior dari rongga panggul. Organ saluran pencernaan meliputi
rongga mulut, faring, kerongkongan, lambung, usus kecil, dan usus besar (Fox,
2011).
penyerapan ke dalam tubuh. Proses ini terjadi dalam lima tahap utama: menelan,
muskularis eksterna, dan serosa. Lapisan saluran pencernaan sering berupa lipatan
melintang atau membujur (gambar 1). Lipatan ini berfungsi untuk perluasan
lumen setelah makan dan meningkatkan luas permukaan yang tersedia untuk
serabut otot polos, dan daerah yang tersebar jaringan limfatik. Di sebagian besar
saluran pencernaan bagian terluar dari lamina propria adalah ban sempit dari otot
polos dan serat elastis. Ban ini disebut muskularis mukosa. Serabut otot polos
dalam muskularis mukosa disusun dalam dua lapisan tipis konsentris (gambar 1).
Lapisan dalam mengelilingi lumen (yang otot melingkar), dan lapisan luar
mengandung serat otot yang sejajar dengan panjang saluran tersebut (lapisan
mukosa muskularis. Pembuluh darah besar dan limfatik ditemukan di lapisan ini,
batas luarnya, submukosa berisi jaringan serat saraf dan sel-sel saraf yang
eksterna, yang didominasi oleh serat otot polos. Serabut otot polos dari muskularis
eksterna terdiri dari bagian dalam yaitu lapisan melingkar dan luar yaitu lapisan
membujur (gambar 1). Lapisan ini memainkan peran penting dalam pengolahan
muskularis eksterna ditutupi serosa (gambar 1). Muskularis eksterna dari rongga
mulut, faring, kerongkongan, dan rektum dikelilingi oleh jaringan padat serat
membentuk kimus. Makanan lewat dari lambung ke dalam usus halus, tempat
dinetralisir dan dicampur dengan enzim cerna pankreas dan bahan pengemulsi hati
makanan yang tidak dicernakan mengalami dehidrasi dan dicampur dengan lendir.
Feses keluar tubuh melalui rektum dan kanalis analis (Johnson, 1994).
1. Lambung
esofagus dan usus halus. Organ ini dibagi menjadi 3 bagian berdasarkan
yang terletak di atas lubang esofagus. Bagian tengah atau utama lambung adalah
korpus. Lapisan otot polos di fundus dan korpus relatif tipis, tetapi bagian bawah
lambung, antrum, memiliki otot yang jauh lebih tebal. Bagian sfingter pilorus,
yang bekerja sebagai sawar antara lambung dan bagian atas usus halus.
(Sherwood, 2011).
perut. Lapisan mukus memberikan perlindungan terhadap asam dan enzim dalam
bercabang yang didominasi oleh dua jenis sel sekretori: sel parietal dan sel chief.
(Martini, 1997).
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI 12
a. Mukosa
bercabang (kardia, fundus, dan pilorus) yang khas bagi masing-masing daerah
dibentuk oleh serat-serat kolagen dan retikulin dengan sedikit fibroblas atau sel
(Junqueria, 1997).
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI 13
1) Kelenjar kardia
dari muara kardia. Sel-sel yang menyusun kelenjar terutama terdiri atas
sel-sel penghasil mukus dan mirip dengan sel kardia esofagus tetapi juga
2) Kelenjar fundus
bagian: basal, leher dan ismus. Bagian basal terdiri dari sel-sel zimogen
leher dari kelenjar fundus mengandung campuran sel zimogen dan parietal
(Mills, 2007).
3) Kelenjar pilorus
besar selnya terdiri atas sel-sel yang menghasilkan mukus (Leeson, 1996).
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI 14
Sel zimogen merupakan sel utama pada bagian bawah kelenjar tubular dan
memiliki semua ciri sel penghasil protein dan sel pengekspor. Granul yang
yang sangat aktif. Sel ini juga menghasilkan enzim lipase pada manusia
(Junqueria, 1997).
lebih jarang di bagian basal kelenjar. Mereka berbentuk bulat atau piramid.
yaitu suatu glikoprotein yang terikat dengan vitamin B12 dan membantu
Sel ini berkelompok atau terdapat satu-satu di antara sel parietal di bagian
leher kelenjar lambung, berbentuk tidak teratur, dengan inti di basal sel.
Sel ini menghasilkan mukus asam, berbeda dengan mukus netral yang
5) Sel endokrin
Sel ini berjumlah banyak, terutama di daerah antrum pilori dan umumnya
b. Submukosa
dan juga membentuk inti dari rugae lambung. Submukosa terdiri dari jaringan ikat
pembuluh darah, pembuluh limfa dan saraf perifer dari pleksus submukosa (Mills,
2007).
c. Muskularis Eksterna
Muskularis eksterna dari lambung dibentuk oleh tiga lapisan otot polos,
yaitu lapisan luar longitudinal, lapisan tengah sirkular, dan lapisan serong yang
berbentuk lengkungan otot yang berjalan dari kardia mengitari fundus dan korpus
(Leeson, 1996).
sekresi, pencernaan dan penyerapan. Motilitas lambung ada empat aspek yaitu
a. Pengisian lambung
mendorong kimus maju menuju sfingter pilorus. Bila massa kimus antrum sedang,
akan terdorong maju tetapi tidak dapat masuk ke duodenum karena tertahan di
sfingter yang tertutup dan memantul balik ke dalam antrum, hanya untuk didorong
kembali ke sfingter dan memantul balik oleh gelombang peristaltik baru. Gerakan
kekuatan kontraksi adalah jumlah kimus di lambung. Jika hal-hal lain setara maka
a. Volume makanan
aktivitas pompa pilori dan pada waktu yang sama menghambat pilorus (Guyton,
2006).
b. Hormon gastrin
Paling penting, hormon ini dapat meningkatkan aktivitas pompa pilori yang
harus siap menerima kimus dan dapat menunda pengosongan lambung dengan
2006).
b. Hormonal Feedback
inhibitor. Hormon ini akan dibawa oleh darah menuju lambung dan akan
menghambat pompa pilori dan pada saat yang sama mengingkatkan kontraksi
Sekresi asam lambung dilakukan oleh sel parietal pada kelenjar lambung.
dengan 50-100 lipatan dan insersi pompa H+-K+ATPase pada membran plasma.
K+ATPase memompa ion H+ dari sel melewati membran apikal dan bertukaran
dengan ion K+. Tight junction antar sel mencegah masuknya ion H+ ke mukosa.
Ion K+ masuk ke dalam sel dan recycle ke lumen atau masuk cairan interstisial
secara pasif melewati membran apikal ke lumen melewati kanal Cl-, membentuk
HCl. Sekresi ion H+ diproduksi oleh H2O dan CO2 yang membentuk H2CO3.
Anhidrat karbon menghasilkan ion H+ untuk sekresi dan ion HCO3-. Ion Cl- masuk
2. Usus halus
ke dalam lumen sekitar 1,5 liter larutan cair garam dan mukus yang disebut sukus
lokal mukosa usus halus oleh adanya kimus. Mukus di dalam sekresi berfungsi
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI 20
untuk melindungi dan melumasi. Selain itu, sekresi cair menyediakan banyak H2O
untuk berperan dalam pencernaan makanan oleh enzim. Tidak ada enzim
pencernaan yang disekresikan ke dalam getah usus ini. Usus halus memang
membran brush border sel epitel yang melapisi bagian dalam lumen dan tidak
seperti rambut yaitu mikrovili, yang membentuk brush border. Membran plasma
monosakarida konstituennya.
selesai.
(Sherwood, 2011).
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI 21
Usus halus dibagi menjadi tiga segmen, yaitu duodenum, jejunum, dan
ileum :
a. Duodenum
mukosa duodenal; dua lapisan otot polos dari muskularis eksterna; dan serosa
(Eroschenko, 2008).
Brunner, yang menghasilkan banyak mukus (gambar 3). Mukus dihasilkan oleh
kriptus dan kelenjar submukosa melindungi epitel dari asam yang datang dari
(Martini, 1997).
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI 22
pankreas dan empedu dari hati. Dalam dinding duodenum, saluran empedu dari
hati dan saluran pankreas dari pankreas bergabung pada otot yang disebut ampula
b. Jejunum
Jejunum memiliki vili yang lebih tinggi dan lebih sempit dan hanya
terdapat sedikit kelenjar Brunner. Hampir seluruh sel yang menutupi vili adalah
sel absorpsi permukaan yang terdapat brush border, dimana brush border tersebut
c. Ileum
bercak terdiri atas agregasi (kelompokan) dari 10 atau lebih nodulus limfatikus.
Mukosa usus halus digambarkan seperti jari, vili usus (gambar 4). Vili
usus ditutup oleh epitel kolumnar yang dilapisi dengan mikrovili. Jika usus halus
adalah tabung dengan dinding halus, itu akan memiliki total absorpsi sekitar 0,33
m2. Sebaliknya, epitel mengandung plika. Setiap plika mendukung vili, dan setiap
vili ditutupi oleh sel-sel epitel permukaan yang mengandung mikrovili. Hal ini
akan meningkatkan luas areal untuk penyerapan lebih dari 200 m2 (Martini, 1997).
Inti dari vili merupakan perpanjangan dari lamina propria, yang berisi banyak
fibroblas, sel-sel otot polos, limfosit, sel plasma, eosinofil, makrofag, dan jaringan
kapiler darah yang terletak tepat di bawah dari lamina basal epitel (Ross, 2006).
Gambar 5. Histologi dinding usus halus yang menunjukkan mukosa dengan karakterisasi
vili dan muskularis mukosa (Martini, 1997)
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI 24
permukaan usus. Pada dasar vili ditemukan kriptus usus (gambar 5). Dekat dasar
setiap kriptus, stem cell terus memproduksi generasi baru sel epitel. Proses ini
Pada kelenjar usus halus terdapat stem cell, beberapa sel absorptif dan sel
1) Sel absorptif adalah sel silindris tinggi, masing-masing dengan inti lonjong
pada setengah bagian basal sel. Pada apeks sel terdapat lapis homogen
berhimpit padat.
3) Sel paneth di bagian basal kelenjar intestinal adalah sel serosa eksokrin
4) Sel M (lipatan mikro) adalah sel epitel khusus di atas folikel limfoid dari
plak Peyeri. Sel-sel ini ditandai dengan banyak sekali sumur (pit) pada
cerna yang sangat besar terpapar pada banyak mikroorganisme yang secara
pertahanan lapis pertama. Selain itu saluran cerna mengandung sel plasma
(Leeson, 1996).
fungsi struktural dan imunologis. Lapisan ini terletak pada muskularis mukosa,
mengelilingi kriptus, dan memanjang ke atas sebagai inti dari vili usus (Mills,
2007). Lamina propria setiap vili berisi jaringan luas kapiler yang membawa
nutrisi yang diserap ke dalam sirkulasi portal hati. Selain kapiler dan ujung saraf,
setiap vili berisi terminal limfatik disebut lakteal (gambar 4). Transportasi bahan
lakteal tidak bisa masuk kapiler lokal. Bahan-bahan ini, seperti kompleks besar
1997).
Muskularis mukosa adalah lapisan terluar atau batas mukosa, terdiri dari
serat elastis dan otot polos, diatur dalam lapisan outer longitudinal dan inner
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI 26
b. Submukosa
submukosa, terdiri dari jaringan longgar, seperti sarang lebah dari serat kolagen
dan elastis dan terkait fibroblas. Submukosa tersebar, banyak terjadi migrasi sel
(contohnya histiosit, limfoid, sel plasma, dan sel mast) dan jaringan adiposa
(Mills, 2007).
c. Muskularis eksterna
bagian luar yang tebal dan mengelilingi lapisan submukosa. Lapisan ini ditutupi
oleh jaringan konektif subserosal dan di sebagian besar tempat ditutupi oleh
d. Serosa
dari usus halus. Lapisan terluar terdiri dari satu baris sel mesothelial kuboidal, di
mana terletak sebuah band tipis jaringan ikat longgar. Sebuah zona subserosal dari
jaringan ikat antara mesothelial dan muskularis eksterna juga mengandung cabang
3. Usus besar
Usus besar atau kolon merupakan organ yang proksimalnya berasal dari
midgut dan bagian distalnya berasal dari hindgut. Struktur usus besar
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI 27
pengeluaran feses. Fungsi utama usus besar adalah konservasi cairan dengan
mengubah kimus yang cair menjadi feses yang setengah padat (Wibowo dan
Widjaya, 2009). Histologi yang dapat diamati adalah jaringan mukosa, muskularis
Meskipun diamater usus besar kira-kira tiga kali lipat dari usus halus,
dindingnya lebih tipis. Karakteristik utama dari usus besar adalah kurangnya vili,
sel goblet yang melimpah, dan adanya kelenjar usus khas (gambar 6). Kriptus dari
usus besar lebih dalam dari usus halus, dan mereka didominasi oleh sel goblet.
Kantong mukus dikenal sebagai kelenjar usus, atau kriptus Lieberkuhn. Sekresi
kelenjar usus terjadi sebagai rangsangan lokal memicu refleks yang melibatkan
pleksus saraf lokal, sehingga produksi jumlah mukus menjadi berlebih. Nodul
tersebut. Muskularis eksterna berbeda dari daerah usus lainnya karena lapisan
membujur telah dikurangi menjadi band otot taeniae coli. Namun, kontraksi
pencampuran dan pendorong dari usus besar mirip dengan usus halus (Martini,
1997).
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI 28
a. Mukosa
(Mills, 2007). Mukosa usus besar mengandung banyak kelenjar usus tubular
(Ross, 2006).
pada banyak permukaan posterior), luarnya adalah adventitia, di tempat lain, yang
c. Muskularis eksterna
dan peristaltik. Segmentasi adalah lokal dan tidak mengakibatkan penggerakan isi.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI 29
Peristaltik menghasilkan pergerakan massa distal dari isi usus. Gerakan peristaltik
massa jarang terjadi, pada orang sehat, biasanya terjadi sekali sehari untuk
Motilitas usus besar terjadi ketika zat yang tidak diabsorbsi di usus halus
masuk ke usus besar dan membentuk feses. Setelah feses melewati sekum dan
sekum, feses bergerak melewati kolon, lalu menuju rektum dan sampai pada kanal
C. Patofisiologi Penyakit
(McPhee, 2006).
a. Penyakit asam-peptik
yang kronik, ringan, terasa panas atau menggigit akibat erosi dangkal atau dalam
absolut atau relatif produksi asam atau penurunan pertahanan mukosa. Agen
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI 30
lesi mukosa superfisial dapat menyebabkan perdarahan saluran cerna akut atau
kronik, yang disertai oleh penurunan bermakna hematokrit dan penyulit terkait
(McPhee, 2006).
1) Tukak lambung
Tukak lambung dibedakan dari gastritis oleh kedalaman lesi, dengan tukak
terutama alkohol, obat, dan stres. Tidak seperti tukak lambung dan
gastritis erosif (McPhee, 2006). Gastritis akut ini sering disebabkan oleh
alkohol, merokok, infeksi bakteri atau virus, stres, dan kemoterapi kanker.
Penyakit ini ditandai oleh sel radang disertai atrofi mukosa lambung dan
Mungkin timbul mual, muntah, dan rasa tidak nyaman di perut bagian atas
(Kumar, 2009).
4) Tukak duodenum
2006).
b. Gastroparesis
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI 32
dari penyakit ini adalah mual, kembung, muntah, dan konstipasi atau diare.
berkisar dari obstruksi pintu keluar lambung parsial atau total hingga
pengosongan yang terlalu cepat dan biasanya terjadi akibat gangguan pada
saraf enterik, kontrol sistem saraf otonom atas fungsi sistem saraf enterik, dan
a. Diare
Diare merupakan buang air besar dengan volume, frekuensi, atau kecairan
yang berlebihan. Setiap proses yang meningkatkan frekuensi defekasi atau volume
tinja menyebabkan tinja menjadi lebih encer karena konsistensi tinja yang lunak
tetapi berbentuk ditentukan oleh penyerapan air yang bergantung pada waktu
(McPhee, 2006).
Diare dapat bersifat akut (durasi kurang dari dua minggu) atau kronik
(lebih dari 4 minggu). Diare juga dapat bersifat sekretorik, osmotik, atau
homeostatis cairan usus. Diare osmotik disebabkan oleh malabsorpsi nutrien atau
elektrolit yang kurang diserap yang menahan air di lumen. Diare sekretorik terjadi
jika terdapat secretagogues yang mempertahankan transpor cairan keluar sel epitel
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI 33
yang deras menuju lumen saluran cerna. Diare malabsorptif terjadi jika
kemampuan usus mencerna atau menyerap nutrien tertentu terganggu dan dapat
usus halus jauh melebihi kolon. Karena itu, infeksi, zat toksik, atau penyebab lain
mana saja di sepanjang saluran cerna, dan kolitis ulseratif, yang bersifat
superfisial dan terbatas di mukosa kolon. Gambaran umum bagi semua bentuk
cerna, yang pada kenyataannya tidak dapat dibedakan dari peradangan yang
terjadi secara akut pada diare infeksi dan invasif (McPhee, 2006).
c. Penyakit divertikulum
didapat kolon, yaitu mukosa dan submukosa mengalami herniasi yang menembus
konstipasi kronik dan terbentuknya gradien tekanan transmural dari lumen kolon
kontraksi otot ini, yang berperan dalam pembentukan penyakit divertikulum, juga
besar disertai nyeri abdomen tanpa terdeteksinya proses patologis organik atau
kelainan motilitas atau struktural spesifik. Perubahan kebiasaan buang air besar,
yang biasanya bergantian antara diare dan konstipasi adalah tanda utama irritable
bowel syndrome. Stres juga berpengaruh besar pada gejala irritable bowel
syndrome, biasanya terjadi selama atau setelah kejadian yang menyebabkan stress
(McPhee, 2006).
Obstruksi usus kongenital adalah kelainan yang jarang tetapi dramatis dan
dapat mengenai semua bagian usus. Atresia duodenum adalah yang tersering,
jejunum dan ileum biasanya juga terkena, tetapi kolon tidak terlibat. Obstruksi
dapat total (atresia) atau inkomplit (stenosis). Atresia dapat berupa diafragma
mukosa imperforata atau berupa segmen usus yang menciut, menjadi seperti tali
yang menghubungkan usus proksimal dan distal yang normal. Stenosis lebih
jarang dijumpai dan disebabkan oleh penyempitan suatu segmen usus atau sebuah
molitilas, dan tumor, mengenai usus halus dan usus besar. Salah satu gangguan
yang sering terjadi adalah infeksi parasit, misalnya cacing. Parasit adalah suatu
organisme yang hidup di atas atau di dalam organisme lain, yang dikenal sebagai
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI 35
induk semang. Parasit itu mungkin hewan atau tumbuhan; mereka mungkin
mereka dapat hidup di dalam organisme lain dan tidak tercerna atau terbunuh
(Levine, 1990). Parasit bertahan hidup bergantung dengan penularannya dari host
ke host. Pola siklus hidup parasit sederhana, hanya melibatkan sebuah host, atau
lebih kompleks, melibatkan dua atau lebih host intermediet (Zaman, 2008).
manusia. Sistem imun harus menyeimbangkan antara toleransi terhadap zat tidak
membentuk kubah lebar dan bukan bentuk seperti vili. Epitel permukaan di atas
nodus limfoid mengandung sel absorptif kolumnar dan sel M (membranosa). Sel
dari lumen ke sel yang mempresentasikan antigen di epitel permukaan. Sel yang
pada sel basolateral. Sel T ini mencakup sel CD8+ sitotoksik. Lamina propria
mengandung sel T helper (CD4+), sel B aktif, dan sel plasma. Sel plasma lamina
propria mengeluarkan dimer IgA, IgG, dan IgM. IgA disalurkan ke lumen usus
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI 36
biokimiawi, siklus hidup dan patogenesisnya. Hal ini menimbulkan respon imun
spesifik yang berbeda pula. Infeksi cacing biasanya menjadi kronik dan kematian
pejamu akan merugikan parasit sendiri. Infeksi yang kronik itu akan menimbulkan
D. Toksikologi
1. Definisi
tentang racun. Sedangkan racun dapat didefinisikan sebagai substansi yang dapat
Menurut Stine dan Brown (1996) toksikologi adalah ilmu tentang racun yang
mempelajari efek merugikan dari bahan kimia bagi makhluk hidup. Meskipun
hampir semua materi pada kadar tertentu menjadi racun, toksikologi khususnya
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI 37
membahas materi yang bisa menyebabkan efek merugikan saat diaplikasikan pada
Mekanisme luka berdasarkan sifat dan tempat kejadian dibagi menjadi dua
luka intrasel atau mekanisme primer adalah luka sel yang diawali oleh aksi
racun pada tempat aksinya dalam sel. Mekanisme luka ekstrasel terjadi
Respon toksik adalah suatu proses di mana sel, jaringan, atau organ
Wujud efek toksik adalah hasil akhir dari aksi dan respon toksik (Donatus,
2001).
Artinya bila pemejanan dengan racun pada diri makluk hidup dihentikan,
balik. Jadi efek yang timbul juga akan hilang bila pemejanan racun
Jenis wujud efek toksik ini berkaitan dengan respons dan perubahan atau
kekacauan biokimia terhadap luka sel, akibat antaraksi antara racun dan
Jenis wujud efek toksik berkaitan dengan antaraksi racun yang terbalikkan
Efek toksik disebut terbalikkan jika efek itu dapat hilang dengan
sendirinya. Sebaliknya, efek tidak terbalikkan akan menetap atau justru bertambah
karsinoma, mutasi dan kerusakan saraf. Efek toksikan terbalikkan bila tubuh
terpajan pada kadar rendah atau untuk waktu yang singkat. Sementara, efek tidak
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI 40
terbalikkan dapat dihasilkan pada pajanan dengan kadar yang lebih tinggi atau
diberikan dengan dosis berulang pada hewan tertentu, selama kurang dari tiga
bulan. Uji ini ditujukan untuk mengungkapkan spektrum efek toksik senyawa uji,
a. Rancangan percobaan
Hewan yang digunakan biasanya tikus dan anjing. Pilihan ini didasarkan
banyak informasi toksikologi berbagai zat kimia pada hewan ini. Hewan
jantan dan betina harus sama jumlahnya. Umumnya dipakai 10-30 tikus
1995).
2) Cara pemberian
Zat kimia yang diuji harus diberikan lewat jalur yang sama dengan
Dosis yang disarankan adalah tiga dosis: satu dosis yang cukup tinggi
untuk menimbulkan tanda toksisitas yang pasti tetapi tidak cukup tinggi
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI 41
untuk membunuh sebagian besar hewan itu, dosis rendah yang diharapkan
tidak memberikan efek toksik sama sekali, dan dosis menengah. Kadang
ditambahkan satu dosis atau lebih. Dalam penelitian pada tikus, dosis tetap
subkronis, meliputi perubahan berat badan yang diperiksa paling tidak 7 hari
yang diukur paling tidak 7 hari sekali, gejala-gejala klinis umum yang diamati
setiap hari, pemeriksaan hematologi paling tidak diperiksa dua kali, pada awal dan
akhir uji coba, pemeriksaan kimia darah, paling tidak sama dengan butir 4,
analisis urin, paling tidak sekali, dan pemeriksaan histopatologi organ pada akhir
E. Keterangan Empiris
BAB III
METODE PENELITIAN
Uji toksisitas subkronis infusa daun sirsak pada lambung dan usus tikus
B. Variabel Penelitian
3. Variabel pengacau
1) Subyek uji berupa tikus putih galur Sprague Dawley (SD), jenis kelamin
jantan dan betina, berumur umur 2 – 3 bulan, berat badan 160 – 280 g,
Daun berupa tangkai daun hingga helaiannya, daun sehat atau tidak
42
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI 43
Kondisi patologi tikus: kondisi fisik berstatus sehat, tetapi belum dapat
C. Definisi Operasional
a. Infusa daun sirsak adalah cara penyarian yang dibuat dengan cara menyari
b. Dosis infusa daun sirsak adalah sejumlah (g) infusa daun sirsak tiap satuan kg
1. Bahan penelitian
a. Subyek uji yang digunakan yaitu tikus putih galur Sprague Dawley (SD)
jantan dan betina; umur 2 – 3 bulan; berat badan 160 – 280 g; diperoleh
Yogyakarta.
b. Bahan uji yang digunakan yaitu daun sirsak, dan diperoleh dari kebun
Dharma, Yogyakarta.
d. Bahan kimia yang digunakan yaitu larutan formalin p.a 10% untuk
e. Asupan pakan tikus yang digunakan adalah pelet AD-2 yang diperoleh
Yogyakarta.
2. Alat penelitian
cage, jarum suntik per oral, timbangan, pinset, scalpel, dan pot-pot untuk
menyimpan organ.
yang dipunyai pohon sirsak dengan buku acuan Flora: Untuk Sekolah di Indonesia
(Steenis, 1992).
2. Pengumpulan bahan
Bahan uji yang digunakan adalah daun sirsak segar dan diperoleh dari dari
menggunakan oven dengan suhu ±50ºC selama ±72 jam. Daun yang sudah kering
diserbuk dengan blender, kemudian diayak dengan ayakan nomor 40 dan dicari
air dalam daun sirsak dilakukan dengan cara destilasi menggunakan pereaksi
melalui alat pendingin, dan dihubungkan pada alat. Labu dipanaskan selama 15
menit. Setelah toluen mendidih, suling dengan kecepatan lebih kurang dua tetes
per detik hingga sebagian besar air tersuling. Kemudian naikkan kecepatan hingga
empat tetes per detik. Setelah semua air tersuling, bagian dalam pendingin dicuci
pendingin dibiarkan hingga suhu kamar. Setelah air dan toluena memisah
kemudian dimasukkan dalam panci infusa, dituangi aquadest sebanyak 100 mL.
Serbuk yang telah ditambah aquadest dipanaskan dan diukur suhunya. Setelah
kain flanel dan apabila belum mencapai volume 100 mL, maka dapat ditambahkan
air panas melalui ampas rebusan hingga volume yang diinginkan tercapai.
sehari-hari yaitu kurang dari 10 lembar daun sisak. Dosis pada perlakuan diambil
dari dosis empirik yaitu 2 g/70kgBB manusia. Konversi manusia (70 kg ke tikus
7. Persiapan kandang
meliputi pembersihan kandang, perbaikan kondisi kandang yang kurang baik dan
Hewan uji yang digunakan berjumlah 50 ekor (25 jantan dan 25 betina)
penelitian semua subjek uji diadaptasikan terlebih dahulu terhadap kandang dan
lingkungan laboratorium.
Semua hewan uji ditimbang dan dikelompokkan berdasarkan range berat badan.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI 48
Lima puluh ekor tikus dibagi secara acak dalam 5 kelompok dosis.
aquadest yaitu
dan kelompok II-V diberi infusa daun sirsak secara per oral dengan peringkat
dosis berturut-turut 108; 180; 301; dan 503 mg/kgBB tikus dengan kekerapan
pemberian sehari 1 kali selama 30 hari. Pada hari ke 31, 5 tikus (3 jantan dan 2
betina) dari masing-masing kelompok diambil secara acak, kemudian hewan uji
yang masih hidup tetap dipelihara tanpa perlakuan pemberian infusa daun sirsak
selama 14 hari untuk uji keterbalikan. Pada hari ke-15, hewan uji dikorbankan,
11. Pengamatan
minum diukur setiap hari, dan berat badan diukur setiap hari lalu dihitung purata
menit, etanol 95% selama 20 menit, etanol mutlak selama 20 menit, masing-
jam dan dilakukan sebanyak dua kali perlakuan. Preparat dipindahkan ke dalam
parafin cair selama 30 menit dalam blok preparat, kemudian didinginkan. Setelah
yang telah diolesi albumin agar preparat dapat menempel dengan baik di kaca.
Preparat dikeringkan pada suhu kamar dan ditutup dengan objek glass.
Yogyakarta. Pemeriksan sel lambung dan usus tikus putih jantan dan betina hasil
100 kali dan 400 kali. Hasil pemeriksaan dibuat fotomikroskopi sebagai data
kualitatif.
F. Analisis Hasil
mengetahui spektrum efek toksik sediaan uji terhadap organ usus dan lambung
yang terkena, dan juga untuk mengetahui hubungan kekerabatan antara dosis
3. Data berat badan tikus setiap hari dan dihitung purata kenaikan beratnya pada
hari ke-0, 7, 14, 21, 28 dan dianalisis secara statistik dengan analisis General
4. Data asupan pakan dihitung setiap harinya dari selisih antara pemberian pakan
awal (20 g per hari) dikurangi sisa pakan pada hari sebelumnya. Kemudian
karena hanya ingin melihat pola makan tikus dan dibuat grafik.
5. Data asupan minum dihitung setiap harinya dari selisih antara pemberian
minum awal (150 mL per hari) dikurangi sisa pemberian minum pada hari
BAB IV
A. Determinasi Tanaman
(Annona muricata L.) melalui determinasi yang mengacu pada buku acuan
(Steenis, 1992). Determinasi ini bertujuan untuk memastikan bahwa tanaman yang
digunakan telah sesuai dan tidak terjadi kesalahan dalam pengambilan sampel.
119b – 120b – 128b – 129b – 135b – 136b – 139b – 140b – 142b – 142b – 143b –
146b – 154b – 155b – 156b – 162b – 164b – 165b – 166a 50. Annonaceae
1b 2. Annona
1a Annona muricata L.
atau eksudat tanaman yang digunakan sebagai obat dan belum mengalami
51
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI 52
zat murni kecuali dinyatakan lain, berupa bahan yang telah dikeringkan
(Direktorat Obat Asli Indonesia, 2010). Daun sirsak sebanyak 184,0 g dicuci
dengan air bersih kemudian dikeringkan menggunakan oven pada suhu ± 50ºC
selama 72 jam. Daun yang sudah kering diserbuk dengan blender, diayak dengan
ayakan nomor 40 lalu dicari bobot tetap dan rendemennya. Pengayakan bertujuan
penimbangan setelah zat dikeringkan selama satu jam tidak berbeda lebih dari 0,5
1979). Serbuk daun sirsak diayak dan ditimbang sampai diperoleh bobot tetap.
Bobot serbuk pada ayakan pertama didapatkan 39,3 g dan pada ayakan kedua
sebanyak 39,3 g. Maka didapatkan bobot tetap serbuk daun sirsak adalah 39,3 g.
Rendemen simplisia dihitung dalam persen dengan membagi bobot daun kering
dengan daun sirsak yang masih basah dikali 100%. Perhitungan rendemen ini
sejumlah daun sirsak basah yang telah mengalami pengolahan. Hasil rendemen
batasan maksimal atau rentang tentang besarnya kandungan air di dalam daun
sirsak. Hal ini terkait dengan adanya kontaminan dalam simplisia tersebut. Bila
kadar air tinggi, maka pertumbuhan kontaminan, misalnya bakteri, akan semakin
banyak sehingga akan mempengaruhi daya tahan bahan. Jadi, penghilangan kadar
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI 53
air hingga jumlah tertentu berguna untuk memperpanjang daya tahan bahan
selama penyimpanan. Pada penelitian penetapan kadar air dalam daun sirsak
dengan cara destilasi toluen. Prinsip penentuan kadar air dengan destilasi adalah
menguapkan air dengan “pembawa” cairan kimia yang mempunyai titik didih
lebih tinggi daripada air dan tidak dapat bercampur dengan air serta mempunyai
berat jenis lebih rendah daripada air. Air dikumpulkan dalam penerima dan
volume air yang terkumpul dapat diketahui karena berat jenis pelarut lebih kecil
dari berat jenis air, sehingga air selalu berada dibawah pelarut dan pelarut akan
kembali ke labu didih (Haryati, 2003). Metode ini efektif karena terjadi
penyulingan berulang kali di dalam labu dan menggunakan pendingin balik untuk
mencegah adanya penguapan berlebih. Sistem yang digunakan tertutup dan tidak
air dalam daun sirsak direplikasi tiga kali lalu dirata-rata dan diperloleh kadar air
air yang diperbolehkan dalam suatu serbuk adalah tidak lebih dari 10%. Hal ini
berarti kadar air dalam daun sirsak untuk penelitian ini memenuhi kadar air yang
diperbolehkan.
100X dan 400X, kemudian dibuat fotomikroskopi yang digunakan sebagai data
kualitatif.
Tabel I. Perbandingan hasil pemeriksaan histologis lambung tikus putih jantan kelompok
perlakuan infusa daun sirsak dan kelompok kontrol negatif selama 30 hari dengan hasil uji
keterbalikan
Tabel II. Perbandingan hasil pemeriksaan histologis lambung tikus putih betina kelompok
perlakuan infusa daun sirsak dan kelompok kontrol negatif selama 30 hari dengan hasil uji
keterbalikan
untuk melihat gambaran normal organ lambung tanpa dipejani zat uji. Kelompok
ini diberi aquadest dengan dosis 8333 mg/kgBB. Pada pemeriksaan histologis
lambung tikus putih jantan maupun betina kelompok kontrol negatif aquadest
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI 56
tidak terjadi perubahan (gambar 7). Sel dan jaringan yang menyusun lambung
keadaan normal.
Gambar 10. Histologis organ lambung tikus betina kelompok kontrol aquadest
dosis 8333 mg/kg BB dengan pewarnaan hematosiklin-eosin, perbesaran 400X.
Keterangan: (m) mukosa, (sm) submukosa, (mm) muskularis mukosa, (me)
muskularis eksterna
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI 58
dosis 108; 180; 301; dan 503 mg/kg BB menunjukkan tidak adanya perubahan sel
dan jaringan pada organ lambung tikus putih jantan maupun betina. Bila
menunjukkan adanya perbedaan yang berarti. Lapisan mukosa yang terdiri dari
epitel permukaan, kelenjar lambung (kelenjar kardia, pilori, dan fundus), lamina
propria, dan muskularis mukosa yang membatasi mukosa dan submukosa dalam
keadaan normal. Submukosa lambung yang terdiri dari jaringan ikat longgar tidak
diantara submukosa dan serosa tidak terdapat perubahan. Dari data dapat
disimpulkan bahwa perlakuan infusa daun sirsak dosis 108; 180; 301; dan 503
Tabel III. Perbandingan hasil pemeriksaan histologis usus tikus putih jantan kelompok
perlakuan infusa daun sirsak dan kelompok kontrol negatif selama 30 hari dengan hasil uji
keterbalikan
Tabel IV. Perbandingan hasil pemeriksaan histologis usus tikus putih betina kelompok
perlakuan infusa daun sirsak dan kelompok kontrol negatif selama 30 hari dengan hasil uji
keterbalikan
Gambaran histologis organ usus tikus jantan dan betina kelompok kontrol
aquadest dosis 8333 mg/kg BB terlihat pada gambar 11, 12, dan 13. Usus terdiri
Mukosa usus terdiri dari vili, lamina propria merupakan lapisan intermediet dari
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI 61
Epitelium mukosa (Gambar 12) terdiri dari berbagai sel kelenjar yaitu sel
absorptif atau sel enterosit, sel goblet, sel paneth, sel enteroendokrin, dan sel M.
yang terdiri dari jaringan ikat longgar. Sedangkan muskularis eksterna merupakan
lapisan yang mengelilingi lapisan submukosa yang tersusun dari otot polos tebal.
Serosa merupakan penutup yang menyelubungi permukaan luar dari usus halus.
Gambar 12. Histologis organ usus tikus jantan kelompok kontrol aquadest
dosis 8333 mg/kg BB dengan pewarnaan hematosiklin-eosin, perbesaran
400X. Keterangan: (bb) brush border, (gc) goblet cell, (e) enterosit
Gambar 13. Histologis organ usus tikus betina kelompok kontrol aquadest
dosis 8333 mg/kg BB dengan pewarnaan hematosiklin-eosin, perbesaran 100X.
Keterangan: (se) surface ephitelium, (lp) lamina propria (sm) submukosa,
(mm) muskularis mukosa, (me) muskularis eksterna, (s) serosa
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI 63
Pada pemeriksaan histologis usus tikus putih jantan maupun betina kelompok
kontrol negatif aquadest tidak terjadi perubahan. Dinding sel usus yang terdiri dari
lapisan mukosa, submukosa, muskularis eksterna, dan serosa dalam keadaan yang
normal. Hal ini menunjukkan tikus putih jantan dan betina yang digunakan dalam
Kelompok perlakuan infusa daun sirsak tikus jantan dan betina dosis 108
submukosa, muskularis eksterna, dan serosa dalam batas normal. Hal ini terlihat
dari gambaran histologis usus yang terlihat tidak terjadi perubahan dan bila
Pada kelompok perlakuan infusa daun sirsak tikus jantan dan betina dosis
180 mg/kg BB tidak terjadi perubahan setelah 30 hari. Lapisan yang menyusun
dinding usus terlihat normal sehingga menunjukkan bahwa pemberian infusa daun
infusa daun sirsak dosis 301 mg/kg BB dapat dilihat pada gambar 14 dan 15. Pada
kelompok perlakuan ini, ditemukan potongan cacing pada lumen usus salah satu
tikus putih jantan (Gambar 15). Cacing termasuk dalam parasit. Parasit adalah
suatu organisme yang hidup di atas atau di dalam organisme lain (Levine, 1990).
Di dalam lamina propria terdapat elemen sistem imun, yaitu nodul limpa, limfosit,
makrofag, sel plasma, dan eosinofil (Ross, 2006). Pada usus yang terdapat
potongan cacing, terdapat eosinofil. Hal ini berarti terjadi mekanisme pertahanan
usus terhadap antigen yaitu cacing. Cacing dapat masuk ke dalam saluran
pencernaan tikus bukan disebabkan oleh infusa daun sirsak yang dikonsumsi
tikus, tetapi karena dipengaruhi oleh lingkungan tempat tinggal tikus yang kurang
bersih.
Gambar 16. Histologis organ usus tikus betina kelompok perlakuan infusa
daun sirsak dosis 503 mg/kg BB dengan pewarnaan hematosiklin-eosin,
perbesaran 100X. Keterangan: (m) mukosa, (sm) submukosa, (mm)
muskularis mukosa, (me) muskularis eksterna, (s) serosa
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI 66
Data histologis organ usus tikus jantan dan betina kelompok perlakuan
infusa daun sirsak dosis 503 mg/kg BB dalam batas normal. Lapisan penyusun
dinding usus seperti lapisan mukosa, submukosa, muskularis eksterna, dan serosa
tidak mengalami perubahan (gambar 16). Hal ini menunjukkan perlakuan infusa
daun sirsak dosis 503 mg/kg BB tidak menimbulkan efek toksik pada organ usus
Kelompok perlakuan infusa daun sirsak dosis 108; 180; 301; dan 503
mg/kg BB menunjukkan tidak adanya perubahan sel dan jaringan pada organ usus
tikus putih jantan maupun betina bila dibandingkan dengan kontrol aquadest.
Hasil ini dapat disimpulkan bahwa perlakuan infusa daun sirsak dosis 108; 180;
301; dan 503 mg/kg BB tidak menimbulkan efek toksik terhadap perubahan
E. Uji Keterbalikan
ditimbulkan oleh infusa daun sirsak. Uji keterbalikan dilakukan dengan cara
menghentikan semua perlakuan infusa daun sirsak pada tikus putih jantan maupun
betina yang masih hidup. Uji keterbalikan ini dilakukan selama 14 hari dan tikus
infusa daun sirsak dosis 108 mg/kg BB (gambar 17); 180; 301; dan 503 mg/kg BB
(Gambar 18), dapat dilihat lapisan yang menyusun dinding lambung normal.
perubahan. Bila dibandingkan dengan tikus putih jantan maupun betina yang
diberi perlakuan infusa daun sirsak, gambaran histologis lambung tikus untuk uji
keterbalikan ini tidak ada perbedaan yang berarti, yaitu semua organ masih dalam
batas normal. Infusa daun sirsak yang diberikan selama 30 hari terbukti tidak
menimbulkan efek toksik pada organ lambung sehingga tidak dapat ditentukan
perlakuan infusa daun sirsak dosis 108; 180; 301; dan 503 mg/kg BB selama 30
hari tidak menimbulkan efek toksik. Setelah diberhentikan dari pejanan sediaan
uji selama 14 hari, didapatkan data histologis usus tikus putih jantan dan betina
kelompok perlakuan daun sirsak dosis 108; 180; 301; dan 503 mg/kg BB (Gambar
submukosa, muskularis eksterna, dan serosa dalam batas normal. Sifat efek toksik
infusa daun sirsak terhadap organ usus tidak dapat ditentukan karena infusa daun
sirsak tidak menimbulkan efek toksik pada usus tikus selama 30 hari dan hasil uji
Gambar 19. Histologis organ usus tikus betina kelompok kontrol aquadest
dosis 8333 mg/kg BB dengan pewarnaan hematosiklin-eosin, perbesaran 400X.
Keterangan: lp (lamina propria) pada mukosa usus normal
pertambahan berat dapat untuk mengetahui kesehatan hewan uji dan merupakan
indeks efek toksik yang sederhana. Selain itu penimbangan berat badan hewan uji
penelitian ini juga didapatkan data perubahan berat badan yang dihitung setiap
minggu yaitu pada hari ke-0, 7, 14, 21, dan 28. Data berat badan hewan uji
penurunan berat badan tikus jantan dan betina. Bila p> 0,05 berarti berbeda tidak
bermakna dan apabila p<0,05 berarti berbeda bermakna. Hasil analisis berat badan
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI 70
tikus jantan dan betina akibat perlakuan infusa daun sirsak dosis 108; 180; 301;
503 mg/kg BB dan kontrol aquadest 8333 mg/kgBB selama 28 hari terlihat pada
tabel 5 dan 6.
Tabel V. Hasil analisis berat badan tikus jantan akibat perlakuan infusa daun sirsak secara
subkronis
Tabel VI. Hasil analisis berat badan tikus betina akibat perlakuan infusa daun sirsak secara
subkronis
signifikansi p > 0,05 yang menunjukkan perbedaan yang tidak bermakna antara
berat badan kelompok perlakuan. Berat badan antara kelompok perlakuan infusa
350.0
300.0
250.0
Berat Badan (g)
Dosis I
200.0
Dosis II
150.0
Dosis III
100.0 Dosis IV
0.0
0 7 14 21 28 35
Hari
Gambar 20. Grafik perubahan berat badan tikus jantan akibat perlakuan infusa
daun sirsak hari ke-0 sampai hari ke-28
Keterangan:
Dosis 1 = Infusa daun sirsak dosis 108 mg/kg BB
Dosis 2 = Infusa daun sirsak dosis 180 mg/kg BB
Dosis 3 = Infusa daun sirsak dosis 301 mg/kg BB
Dosis 4 = Infusa daun sirsak dosis 503 mg/kg BB
badan hewan uji kelompok perlakuan infusa daun sirsak 108; 180; 301; dan 503
mg/kg BB, dan kelompok kontrol aquadest mengalami peningkatan. Purata berat
badan serta kenaikan berat badan tikus putih jantan kelompok perlakuan dan
250
200
Berat badan (g)
150 Dosis I
Dosis II
100 Dosis III
Dosis IV
50 Kontrol Aquadest
0
0 7 14 21 28 35
Hari
Gambar 21. Grafik perubahan berat badan tikus betina akibat perlakuan infusa
daun sirsak hari ke-0 sampai hari ke-28
Keterangan:
Dosis 1 = Infusa daun sirsak dosis 108 mg/kg BB
Dosis 2 = Infusa daun sirsak dosis 180 mg/kg BB
Dosis 3 = Infusa daun sirsak dosis 301 mg/kg BB
Dosis 4 = Infusa daun sirsak dosis 503 mg/kg BB
Pada grafik perubahan berat badan betina akibat perlakuan infusa daun
sirsak dosis 180 mg/kg BB mengalami kenaikan berat badan setiap minggunya.
Tetapi pada tikus perlakuan infusa daun sirsak dosis 108; 180; 301; dan 503
mg/kg BB, dan kontrol aquadest pada hari ke-7 mengalami penurunan berat
badan, setelah itu pada hari ke-14 sampai hari ke-28 mengalami peningkatan berat
badan. Hal ini mungkin dikarenakan proses adaptasi dari tikus betina pada awal
G. Asupan Pakan dan Minum Tikus Putih Jantan dan Betina Akibat
Perlakuan Infusa Daun Sirsak secara Subkronis
makanan yang nyata berkurang dapat menimbulkan efek yang mirip atau
memperberat manifestasi toksik zat uji. Pemberian pakan dan minum dilakukan
setiap hari dengan jumlah yang sama, yaitu jumlah pakan sebanyak 20 g dan
minum sebanyak 120 mL. Pakan yang digunakan adalah AD2 dan minum yang
digunakan adalah air reverse-osmosis. Jumlah pakan dan minum yang dikonsumsi
tikus diukur setiap harinya dengan menghitung selisih jumlah awal dikurangi sisa
dan dirata-rata setiap harinya. Data asupan pakan dan minum hanya dihitung
puratanya karena digunakan untuk melihat pola makan dari hewan uji.
25
Jumlah makan (gram)
20
15
10
0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28
Hari
Gambar 22 . Grafik asupan pakan tikus jantan akibat perlakuan infusa daun sirsak hari
ke 0 sampai hari ke-28
Keterangan:
Dosis 1= Infusa daun sirsak dosis 108 mg/kg BB
Dosis 2= Infusa daun sirsak dosis 180 mg/kg BB
Dosis 3= Infusa daun sirsak dosis 301 mg/kg BB
Dosis 4= Infusa daun sirsak dosis 503 mg/kg BB
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI 74
yang hampir sama dari semua kelompok perlakuan infusa daun sirsak dosis 108;
180; 301; dan 503 mg/kg BB dan kelompok kontrol aqudest. Tikus putih jantan
mengkonsumsi rata-rata 15-20 g per hari, dan terlihat tidak terdapat peningkatan
nafsu makan yang tinggi. Namun pada hari ke 6, terdapat penurunan konsumsi
pakan. Hal ini dikarenakan pakan yang tumpah dari wadah pakan sehingga hanya
20
Jumlah makan (gram)
15
10
0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28
Hari
Gambar 23. Grafik asupan pakan tikus betina akibat perlakuan infusa daun sirsak hari
ke-0 sampai hari ke-28
Keterangan:
Dosis 1 = Infusa daun sirsak dosis 108 mg/kg BB
Dosis 2 = Infusa daun sirsak dosis 180 mg/kg BB
Dosis 3 = Infusa daun sirsak dosis 301 mg/kg BB
Dosis 4 = Infusa daun sirsak dosis 503 mg/kg BB
yang hampir sama dari semua kelompok perlakuan infusa daun sirsak dosis 108;
180; 301; dan 503 mg/kg BB dan kelompok kontrol aquadest. Sehingga dapat
dikatakan bahwa pemberian infusa daun sirsak tidak mempengaruhi pola makan
hewan uji dan perubahan berat badan yang terjadi disebabkan oleh proses
pertumbuhan.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI 75
50
Jumlah minum (ml)
40
30
20
10
0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28
Hari
Gambar 24. Grafik asupan minum tikus jantan akibat perlakuan infusa daun sirsak hari
ke-0 sampai hari ke-28
Keterangan:
Dosis 1 = Infusa daun sirsak dosis 108 mg/kg BB
Dosis 2 = Infusa daun sirsak dosis 180 mg/kg BB
Dosis 3 = Infusa daun sirsak dosis 301 mg/kg BB
Dosis 4 = Infusa daun sirsak dosis 503 mg/kg BB
50
Jumlah minum (ml)
40
30
20
10
0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28
Hari
Gambar 25. Grafik asupan minum tikus betina akibat perlakuan infusadaun sirsak hari
ke-0 sampai hari ke-28
Keterangan:
Dosis 1 = Infusa daun sirsak dosis 108 mg/kg BB
Dosis 2 = Infusa daun sirsak dosis 180 mg/kg BB
Dosis 3 = Infusa daun sirsak dosis 301 mg/kg BB
Dosis 4 = Infusa daun sirsak dosis 503 mg/kg BB
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI 76
Selain data perubahan berat badan dan data asupan pakan, data asupan
minuman juga dijadikan data pendukung dalam penelitian ini. Data asupan minum
didapat dari rata-rata perhari agar terlihat pola asupan minum hewan uji. Dari
gambar 24 dan 25, terlihat pola minum semua kelompok perlakuan normal karena
tidak ada peningkatan atau penurunan pola minum jika dibandingkan dengan
kontrol aquadest. Maka dapat dikatakan bahwa pemberian infusa daun sirsak tidak
daun sirsak jika digunakan dalam jangka panjang. Hasil penelitian toksisitas
subkronis infusa daun sirsak yang diberikan selama 30 hari dengan dosis 108;
180; 301; dan 503 mg/kg terhadap tikus jantan dan betina galur Sprague Dalwey
struktural lambung dan usus tikus serta tidak mempengaruhi pola makan dan
minum tikus.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
BAB V
A. Kesimpulan
1. Perlakuan infusa daun sirsak dosis 108; 180; 301; 503 mg/kg BB secara
2. Tidak ada kekerabatan antara dosis infusa daun sirsak dengan spektrum
3. Tidak terjadi efek toksik dari infusa daun sirsak dan tidak dapat ditentukan
B. Saran
infusa daun sirsak dengan rentang waktu yang lebih lama, misalnya 3 bulan.
77
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
DAFTAR PUSTAKA
Arthur, F.K.N., Woode, E., Terlabi, E.O., and Larbie, C., 2011, Evaluation of
acute and subchonic toxicity of Annona Muricata (Linn.) aqueous extrat in
animals, Pelagia Research Library, 4, 115-124.
Baratawidjaja, K.G., dan Rengganis, I., 2010, Imunologi Dasar, Edisi IX, Balai
Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta, pp. 435-446.
Departemen Kesehatan RI, 1989, Materia Medika Indonesia, jilid VI, Departemen
Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta, pp. 41-45.
Direktorat Obat Asli Indonesia, 2010, Acuan Sediaan Herbal, Badan Pengawas
Obat dan Makanan Republik Indonesia, Jakarta, p. 1.
Fofana, S., Ziyaev, R., Abdusamatov, A., and S. Kh. Zakirov, S.K., 2011,
Alkaloids from Annona muricata leaves, Chemistry of Natural
Compounds, 47, 2-5.
Fox, Stuart, 2011, Human Physiology, 12th ed., McGraw-Hill, New York, p.614.
78
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI 79
Gajalakshmi, S., Vijayalakshmi, S., and Devi, R.V., 2012, Phytochemical and
Pharmacological Properties of Annona muricata: A Review, Int J Pharm
Pharm Sci, 4, 3-6.
Guyton, A.C. and Hall, J.E., 2006, Textbook of medical physiology, 11th ed.,
Elsevier, Philadelphia, pp. 785-786.
Haryati, N., 2003, Menentukan Kadar Air dengan Metode Lemari Pengering,
Destilasi Toluene dan Infra Merah, Skripsi, 5,Institut Pertanian Bogor,
Bogor.
Hodgson, E., 2004, A Textbook of Modern Toxicology, 3rd ed, A John Willey &
Sons, Canada, pp. 364-369.
Johnson, K. E., 1994, Histology & Cell Biology, diterjemahkan oleh Gunawijaya,
A., Binarupa Aksara, Jakarta, p. 463.
Junqueria, L.C., Carneiro, J., and Kelley, R.O., 1997, Basic Histology, 8th ed,
diterjemahkan oleh Tambayong, J., EGC, Jakarta, pp. 291-309.
Kumar, Vinay, 2009, Robbins & Cotran Pathologic Basis of Disease, 7th ed,
diterjemahkan oleh Brahm, U., EGC, Jakarta, pp. 851-852.
Lu, F.C., 1995, Basic Toxicology: fundamentals, target organ, and risk assesment,
Edisi II, diterjemahkan oleh Nugroho, E., UI Press, Jakarta, pp. 47-48.
Martini, F.H., 1997, Human Anatomy, 2nd ed., Prentice Hall, USA, pp. 626-651.
Mills, S.E., 2007, Histology for Pathologist, 3rd ed., Lippincott Williams and
Wilkins, Philadelphia, pp. 592-63.
Ross, M.H. and Pawlina W., 2006, Histology: a text and atlas with correlated cell
and molecular biology, Ed V, Lippincott Williams and Wilkins, Florida,
pp. 519 – 551.
Sherwood, L., 2011, Human physiology: from cells to systems, 6th ed,
diterjemahkan oleh Brahm, U.P., EGC, Jakarta, pp. 654-678.
Sousa, O.V., Vieria, G.D.V., Pinho, J.J.R.G., Yamamoto, C.H., Alves, M.S.,
2010, Antinociceptive and Anti-Inflammatory Activities of the Ethanol
Extract of Annona muricata L. Leaves in Animal Models, Int. J. Mol. Sci.,
11, 2067-2078.
Stine, K.E. and Brown, T.M., 1996, Principles of Toxicolog, CR Press inc, New
York, pp. 1-10.
Telser, A.G., and Young, J.K., 2007, Elsevier’s Integrated Histology, Mosby
Elsevier, Philadelphia, pp. 320-322.
Turana, Y., 2002, Suatu Obat, Tidak Lepas dari Efek Samping, suatu tinjauan
pustaka, MEDIKA, No 9, 596-598.
Wibowo, D.S., dan Widjaya, P., 2009, Anatomi Tubuh Manusia, Graha Ilmu
Publishing, Jakarta, p. 337.
Young, B., 2006, Wheater’s Functional Histology, A text and Colour Atlas, 5th
ed., Elsevier, Philadelphia, p. 263.
Zaman, V. and Mary, N.M., 2008, Atlas of Medical Parasitology, 4th ed, Elsevier,
Singapore, p. xv.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
LAMPIRAN
81
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI 82
% rendemen =
Replikasi I : 4,8 mL
Replikasi II : 4,9 mL
Kadar air
Replikasi I :
Replikasi II :
Replikasi III :
Rata-rata kadar air : 9,7% (memenuhi syarat yaitu kurang dari 10%)
Perlakuan
masyarakat sehari-hari yaitu kurang dari 10 lembar daun sisak. Dosis pada
1. konsentrasi : 6 g/ 100 mL
yaitu 2,5 mL
Faktor pengali = =
= 1,67
dosis pertama dosis 0,18 mg/kgBB dibagi 1,67. Dosis ketiga dosis 0,18 mg/kgBB
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI 88
dikali 1,67 dan dosis keempat dihitung dari dosis ketiga dikali 1,67, sehingga
Dosis untuk manusia = Dosis untuk tikus 200 g x (angka konversi ke manusia)
Lampiran 12. Data Rata-Rata Berat Badan Tikus Jantan Hari ke-0 sampai
ke-28
Hari ke
Kelompok perlakuan
0 7 14 21 28
Infusa Daun Sirsak 108 mg/kgBB 234,9 246,5 267,1 279,1 295,1
Infusa Daun Sirsak 180 mg/kgBB 237,1 252,7 274,4 289,1 303,2
Infusa Daun Sirsak 301 mg/kgBB 227,3 256,6 272,4 281,6 294,9
Infusa Daun Sirsak 503 mg/kgBB 235,8 256 270 283,9 298,2
Kontrol Aquadest 8333 mg/kgBB 239 255,9 276,1 289,4 298,6
Lampiran 13. Data Rata-Rata Berat Badan Tikus Betina Hari ke-0 sampai
ke-28
Hari ke
Kelompok Perlakuan
0 7 14 21 28
Infusa Daun Sirsak 108 mg/kgBB 194,4 191,7 196,2 201,5 206,3
Infusa Daun Sirsak 180 mg/kgBB 202,8 202,7 206 212,2 224
Infusa Daun Sirsak 301 mg/kgBB 192,5 186,8 188,2 192,5 197
Infusa Daun Sirsak 503 mg/kgBB 195,4 194,7 194 194,1 202
Kontrol Aquadest 8333 mg/kgBB 194,8 191,4 193 195,8 199,5
Lampiran 14. Hasil uji General Linear Model (multivariate) Berat Badan
Tikus Jantan Hari ke-0 sampai ke-28 Akibat Perlakuan Infusa Daun Sirsak
Means
Case Processing Summary
Cases
Per
cen
N t N Percent N Percent
Report
Berat Badan Berat Badan Berat Badan Berat Badan Berat Badan
Kelompok Perlakuan hari ke-0 hari ke-7 hari ke-14 hari ke-21 hari ke-28
Infusa Daun Sirsak 108 Mean 234.9400 246.5000 267.1200 279.1400 295.0600
mg/kgBB
N 5 5 5 5 5
Std.
29.30654 18.65449 20.85970 24.63966 19.98695
Deviation
Std. Error
13.10628 8.34254 9.32874 11.01919 8.93843
of Mean
Infusa Daun Sirsak 180 Mean 237.1200 252.7200 274.3800 289.0800 303.1800
mg/kgBB N 5 5 5 5 5
Std.
26.22312 23.58341 26.35663 26.78371 22.22346
Deviation
Std. Error
11.72734 10.54682 11.78704 11.97804 9.93863
of Mean
Infusa Daun Sirsak 301 Mean 227.2800 256.6400 272.4400 281.6400 294.9200
mg/kgBB N 5 5 5 5 5
Std.
33.60658 30.57569 21.75495 20.24483 20.78911
Deviation
Std. Error
15.02932 13.67387 9.72911 9.05376 9.29717
of Mean
Infusa Daun Sirsak 503 Mean 235.8000 256.0200 270.0400 283.8600 298.2200
mg/kgBB N 5 5 5 5 5
Std.
26.71835 24.09672 18.03741 14.87105 14.66959
Deviation
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI 91
Std. Error
11.94881 10.77638 8.06657 6.65053 6.56044
of Mean
Std.
28.46556 25.72058 24.78310 18.87917 16.88659
Deviation
Std. Error
12.73018 11.50259 11.08334 8.44302 7.55191
of Mean
N 25 25 25 25 25
Std.
26.77449 22.98887 20.83797 20.06310 17.71339
Deviation
Std. Error
5.35490 4.59777 4.16759 4.01262 3.54268
of Mean
ANOVA Table
Sum of Mean
Squares df Square F Sig.
Total 17204.958 24
Total 12683.718 24
Total 10421.306 24
Total 9660.674 24
Total 7530.338 24
Measures of Association
Between-Subjects Factors
Value Label N
2 Infusa Daun
Sirsak 180 5
mg/kgBB
3 Infusa Daun
Sirsak 301 5
mg/kgBB
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI 93
4 Infusa Daun
Sirsak 503 5
mg/kgBB
5 Kontrol
Aquadest 8333 5
mg/kgBB
c
Multivariate Tests
Hotelling's a
375.298 1.201E3 5.000 16.000 .000
Trace
Roy's Largest a
375.298 1.201E3 5.000 16.000 .000
Root
Hotelling's
.442 .321 20.000 58.000 .997
Trace
Roy's Largest b
.204 .777 5.000 19.000 .579
Root
a. Exact statistic
b. The statistic is an upper bound on F that yields a lower bound on the significance level.
Lampiran 15. Hasil uji General Linear Model (multivariate) Berat Badan
Tikus Betina Hari ke-0 sampai ke-28 Akibat Perlakuan Infusa Daun Sirsak
Means
Cases
Report
Berat Badan Berat Badan Berat Badan Berat Badan Berat Badan
Kelompok Perlakuan hari ke-0 hari ke-7 hari ke-14 hari ke-21 hari ke-28
Infusa Daun Sirsak 108 Mean 194.4000 191.6600 196.1800 201.4800 206.2600
mg/kgBB
N 5 5 5 5 5
Std.
18.13574 10.71812 6.27989 7.67835 10.47869
Deviation
Std. Error of
8.11055 4.79329 2.80845 3.43386 4.68621
Mean
Infusa Daun Sirsak 180 Mean 198.0600 202.0200 201.3200 205.9800 213.7800
mg/kgBB N 5 5 5 5 5
Std.
21.13748 14.69956 16.86022 18.05580 16.45257
Deviation
Std. Error of
9.45297 6.57384 7.54012 8.07480 7.35781
Mean
Infusa Daun Sirsak 301 Mean 192.5000 186.7800 188.1800 192.5400 196.9800
mg/kgBB N 5 5 5 5 5
Std.
11.49848 12.17280 13.03215 10.02487 13.57892
Deviation
Std. Error of
5.14228 5.44384 5.82816 4.48326 6.07268
Mean
Infusa Daun Sirsak 503 Mean 195.4400 194.7400 194.0400 194.1200 202.0200
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI 97
mg/kgBB N 5 5 5 5 5
Std.
9.41371 13.42378 19.23962 20.05261 18.69176
Deviation
Std. Error of
4.20994 6.00330 8.60422 8.96780 8.35921
Mean
Std.
11.51564 14.69303 13.97183 18.76774 17.51134
Deviation
Std. Error of
5.14995 6.57092 6.24839 8.39319 7.83131
Mean
N 25 25 25 25 25
Std.
13.84070 13.12672 13.98511 15.25590 15.48075
Deviation
Std. Error of
2.76814 2.62534 2.79702 3.05118 3.09615
Mean
ANOVA Table
Sum of Mean
Squares df Square F Sig.
Total 4597.560 24
Total 4135.460 24
Total 4694.002 24
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI 98
Total 5585.818 24
Total 5751.686 24
Measures of Association
Value Label N
2 Infusa Daun
Sirsak 180 5
mg/kgBB
3 Infusa Daun
Sirsak 301 5
mg/kgBB
4 Infusa Daun
Sirsak 503 5
mg/kgBB
5 Kontrol
Aquadest 8333 5
mg/kgBB
c
Multivariate Tests
Wilks' a
.004 9.008E2 5.000 16.000 .000
Lambda
Hotelling's a
281.510 9.008E2 5.000 16.000 .000
Trace
Roy's
a
Largest 281.510 9.008E2 5.000 16.000 .000
Root
Wilks'
.507 .613 20.000 54.016 .886
Lambda
Hotelling's
.801 .580 20.000 58.000 .911
Trace
Roy's
b
Largest .500 1.901 5.000 19.000 .142
Root
a. Exact statistic
b. The statistic is an upper bound on F that yields a lower bound on the significance level.
Berat Badan b
634.600 4 158.650 .906 .479
hari ke-7
Berat Badan c
458.338 4 114.585 .541 .707
hari ke-14
Berat Badan d
626.610 4 156.653 .632 .646
hari ke-21
Berat Badan e
868.062 4 217.016 .889 .489
hari ke-28
Berat Badan
634.600 4 158.650 .906 .479
hari ke-7
Berat Badan
458.338 4 114.585 .541 .707
hari ke-14
Berat Badan
626.610 4 156.653 .632 .646
hari ke-21
Berat Badan
868.062 4 217.016 .889 .489
hari ke-28
Berat Badan
3500.860 20 175.043
hari ke-7
Berat Badan
4235.664 20 211.783
hari ke-14
Berat Badan
4959.208 20 247.960
hari ke-21
Berat Badan
4883.624 20 244.181
hari ke-28
Berat Badan
938451.020 25
hari ke-7
Berat Badan
950917.110 25
hari ke-14
Berat Badan
985606.620 25
hari ke-21
Berat Badan
1043216.160 25
hari ke-28
Berat Badan
4135.460 24
hari ke-7
Berat Badan
4694.002 24
hari ke-14
Berat Badan
5585.818 24
hari ke-21
Berat Badan
5751.686 24
hari ke-28
1 30 26 32 30 27
2 22 26 23 26 21
3 18 30 23 28 31
4 22 21 24 20 26
5 28 28 26 25 30
6 24 24 25 24 22
7 25 23 27 25 26
8 28 35 29 35 32
9 30 29 31 29 28
10 29 30 24 35 37
11 27 25 22 21 24
12 27 29 29 29 34
13 26 25 23 23 22
14 25 33 22 25 26
15 35 32 35 33 33
16 28 22 24 21 28
17 40 35 26 31 33
18 27 28 28 28 26
19 33 37 28 29 34
20 30 31 28 23 24
21 31 30 29 29 27
22 40 37 37 35 34
23 28 25 26 28 31
24 35 31 27 30 28
25 28 35 29 29 27
26 36 35 33 32 31
27 25 23 22 24 28
28 31 28 27 27 30
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI 105
1 21 27 30 26 26
2 17 27 16 22 16
3 29 22 16 23.75 23
4 27 16 28 18 18
5 25 31 28 30 31
6 22 20 16 21 18
7 17 26 18 23 23
8 30 33 29 34 33
9 28 24 24 30 31
10 22 33 25 30 31
11 19 25 16 24 23
12 22 25 22 28 29
13 17 20 22 22 25
14 20 29 19 24 26
15 29 31 26 30 32
16 21 22 19 21 22
17 28 30 28 32 30
18 24 29 22 27 23
19 22 33 24 26 32
20 25 32 21 27 24
21 25 26 23 27 25
22 36 33 34 39 30
23 22 27 16 25 23
24 25 27 27 30 26
25 21 29 23 29 27
26 25 32 26 32 30
27 19 23 22 26 23
28 25 32 23 25 24
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI 106
Lampiran 22. Hasil Diagnosa Uji Toksisitas Subkronis Infusa Daun Sirsak
(Annona muricata L.) terhadap Perubahan Struktur Histologis Lambung dan
Usus Tikus
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI 110
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI 111
BIOGRAFI PENULIS
Hantoro, M. Eng dan Theresia Anik Sri Mulyati dilahirkan di Sleman, Daerah
PPKM I tahun 2011, menjadi Sie Acara dalam Pharmacy Competition 2010,
menjadi Sie Bandzen pada Titrasi 2010, dan menjadi Koordinator Dana dan
Usana pada Pelepasan Wisuda tahun 2010. Beberapa seminar telah diikuti oleh
Biofarmasetika (2013).