Anda di halaman 1dari 132

PLAGIAT

PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

PENGARUH PEMBERIAN INFUSA DAUN SIRSAK (Annona muricata L.)


SECARA SUBKRONIS TERHADAP GAMBARAN HISTOLOGIS
LAMBUNG DAN USUS TIKUS

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat


Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)
Program Studi Farmasi

Diajukan oleh:
E. Raras Pramudita Raharjaningtyas
NIM : 098114040

FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2013

i
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

Persetujuan Pembimbing

PENGARUH PEMBERIAN INFUSA DAUN SIRSAK (Annona muricata L.)


SECARA SUBKRONIS TERHADAP GAMBARAN HISTOLOGIS
LAMBUNG DAN USUS TIKUS

Skripsi yang diajukan oleh :


E. Raras Pramudita Raharjaningtyas
NIM : 098114040

telah disetujui oleh:

Pembimbing Utama

Phebe Hendra Msi, PhD. Apt tanggal …………………………

ii
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

Pengesahan Skripsi
Berjudul

PENGARUH PEMBERIAN INFUSA DAUN SIRSAK (Annona muricata L.)


SECARA SUBKRONIS TERHADAP GAMBARAN HISTOLOGIS
LAMBUNG DAN USUS TIKUS

Oleh:
E. Raras Pramudita Raharjaningtyas
NIM: 098114040

Dipertahankan di hadapan Panitia Penguji Skripsi


Fakultas Farmasi
Universitas Sanata Dharma
Pada tanggal:

Mengetahui
Fakultas Farmasi
Universitas Sanata Dharma
Dekan

Ipang Djunarko, M.Sc.,Apt

Pembimbing Utama:

Phebe Hendra Msi, PhD. Apt ………………………….

Panitia Penguji:
1. Phebe Hendra, M.Si., Ph.D., Apt. ………………………….
2. Ipang Djunarko, M.Sc., Apt. ………………………….
3. Prof. Dr. C. J. Soegihardjo, Apt ………………………….

iii
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

Kupersembahkan karya ini untuk:

Tuhan Yesus Kristus


Papa Gatot, Mama Anik, Adik Lukas
Johanes Putra Wicaksono
Pembimbing yang selalu mendampingi, Ibu Phebe Hendra
Sahabat dan teman seperjuangan
Almamaterku Universitas Sanata Dharma

iv
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH

UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma:
Nama : E. Raras Pramudita Raharjaningtyas
Nomor mahasiswa : 098114040
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan
Universitas Sanata Dharma karya ilmiah yang berjudul:

PENGARUH PEMBERIAN INFUSA DAUN SIRSAK (Annona muricata L.)


SECARA SUBKRONIS TERHADAP GAMBARAN HISTOLOGIS
LAMBUNG DAN USUS TIKUS

Beserta perangkat yang diperlukan (bila ada), dengan demikian saya memberikan
kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan,
mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan
data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikan di internet atau
media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta izin dari saya
maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya
sebagai penulis.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di Yogyakarta
Pada tanggal : 30 Mei 2013
Yang menyatakan

(E. Raras Pramudita Raharjaningtyas)

v
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini

tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan

dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana karya ilmiah.

Apabila di kemudian hari ditemukan indikasi plagiarism dalam naskah

ini, maka saya bersedia menanggung segala sanksi sesuai peraturan perundang-

undangan yang berlaku.

Yogyakarta, 30 Mei 2013

Penulis

E. Raras Pramudita Raharjaningtyas

vi
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

PRAKATA

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat-

Nya sehingga penulis berhasil menyelesaikan karya tulis “Pengaruh pemberian

infusa daun sirsak (Annona muricata L.) secara subkronis terhadap gambaran

histologis lambung dan usus tikus”.

Dalam penulisan skripsi ini penulis banyak mendapatkan bantuan dan

semangat dari berbagai pihak, maka pada kesempatan ini penulis menyampaikan

rasa terima kasih kepada:

1. Dekan Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma.

2. Ibu Phebe Hendra Msi, PhD. Apt selaku Dosen Pembimbing yang selalu

mendampingi dan mengarahkan sehingga penulis dapat menyelesaikan

skripsi dengan baik.

3. Bapak Prof. Dr. C. J. Soegihardjo, Apt. selaku Dosen Penguji yang selalu

memberikan perhatian, arahan, bimbingan dan masukan yang sangat

berguna

4. Bapak Ipang Djunarko, M.Si., Apt. selaku Dosen Penguji yang selalu

membimbing dan memberikan masukan yang berguna.

5. Segenap dosen Fakultas Farmasi Sanata Dharma yang telah membagikan

ilmu kepada penulis.

6. Teman-teman kelompok penelitian, Christiana Lambang Kristanti, Meitha

Eryanti, Sr. Imelda Korbafo, Veronika Dita Ayuningtyas, Niken Ambar

Sayekti, dan Apriliawati Galuh Ajeng, yang saling membantu dan

memberi semangat hingga selesainya penulisan skripsi ini.

vii
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

7. Kepala dan Staff Laboratorium Farmakologi dan Toksikologi serta Staff

Laboratorium Imono Universitas Sanata Dharma, drh. Ari, Mas Heru, Mas

Tedjo, Mas Kayat, Mas Wagiran, Mas Parjiman, Mas Andri, dan Mas

Ratijo, yang selalu membantu peneliti dengan sabar.

8. Kepala dan Staff Laboratorium Patologi Fakultas Kedokteran Hewan

Universitas Gadjah Mada, Ibu Sitarina, Bapak Bambang, Ibu Asih, Bapak

Yon, Bapak Ulik, dan Bapak Dwi, yang telah membantu dalam pembuatan

serta diagnosis preparat histologis.

9. Sahabatku Melantina Maria, Lucia Nino Widiasmoro Dewati, Felicita

Noviani Tyas Utami, Felicita Devi, dan Ignatia Bintang, yang selalu

mendengarkan keluh kesah dan memberikan semangat.

10. Teman-teman angkatan 2009, khususnya kelas FSM A dan FKK A atas

segala kebersamaan selama masa perkuliahan.

11. Semua pihak yang penulis tidak dapat sebutkan satu per satu dalam

memberikan bantuan, baik bantuan secara langsung maupun tidak

langsung dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini jauh dari sempurna. Oleh

karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun.

Semoga skripsi ini dapat berguna dan bermanfaat bagi penulis khususnya dan

pembaca pada umumnya.

Penulis

viii
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL................................................................................................ i

PERSETUJUAN PEMBIMBING ........................................................................... ii

PENGESAHAN SKRIPSI BERJUDUL ................................................................ iii

PERSEMBAHAN .................................................................................................. iv

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH .....................v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ................................................................ vi

PRAKATA ............................................................................................................ vii

DAFTAR ISI .......................................................................................................... ix

DAFTAR TABEL ................................................................................................ xiv

DAFTAR GAMBAR .............................................................................................xv

DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... xviii

INTISARI...............................................................................................................xx

ABSTRACT ........................................................................................................... xxi

BAB I. PENGANTAR .............................................................................................1

A. Latar Belakang ................................................................................................1

1. Permasalahan ...........................................................................................3

2. Keaslian penelitian ..................................................................................3

3. Manfaat penelitian ...................................................................................4

ix
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

a. Manfaat teoritis ...................................................................................4

b. Manfaat praktis....................................................................................4

B. Tujuan Penelitian..........................................................................................4

1. Tujuan umum...........................................................................................4

2. Tujuan khusus ..........................................................................................4

BAB II. PENELAAHAN PUSTAKA......................................................................6

A. Daun Sirsak ..................................................................................................6

1. Sistematika tanaman ................................................................................6

2. Morfologi .................................................................................................6

3. Kandungan kimia .....................................................................................7

4. Khasiat dan kegunaan ..............................................................................7

5. Infusa daun sirsak ....................................................................................7

B. Organ Pencernaan ........................................................................................8

1. Lambung ................................................................................................11

2. Usus halus ..............................................................................................19

3. Usus besar ..............................................................................................26

C. Patofisiologi Penyakit ................................................................................29

1. Patofisiologi penyakit lambung .............................................................29

2. Patofisiologi penyakit usus halus dan usus besar ..................................32

D. Toksikologi.................................................................................................36

x
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

1. Definisi ..................................................................................................36

2. Mekanisme, wujud, dan sifat efek toksik ..............................................37

3. Uji toksisitas subkronis..........................................................................40

E. Keterangan Empiris ....................................................................................41

BAB III. METODE PENELITIAN........................................................................42

A. Jenis dan Rancangan Penelitian .................................................................42

B. Variabel Penelitian .....................................................................................42

C. Definisi Operasional ...................................................................................43

D. Bahan dan Alat Penelitian ..........................................................................43

1. Bahan penelitian ....................................................................................43

2. Alat penelitian .......................................................................................44

E. Tata Cara Penelitian ...................................................................................45

1. Determinasi pohon sirsak ......................................................................45

2. Pengumpulan bahan ...............................................................................45

3. Pembuatan serbuk daun sirsak ...............................................................45

4. Penetapan kadar air dalam daun sirsak ..................................................45

5. Pembuatan infusa daun sirsak................................................................46

6. Penetapan dosis infusa daun sirsak ........................................................46

7. Persiapan kandang .................................................................................47

8. Persiapan hewan uji ...............................................................................47

xi
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

9. Pengelompokan hewan uji .....................................................................47

10. Prosedur pelaksanaan ........................................................................48

11. Pengamatan .......................................................................................48

12. Pembuatan preparat histologis ..........................................................49

13. Pemeriksaan histologis lambung dan usus ........................................49

F. Analisis Hasil .............................................................................................50

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ..............................................................51

A. Determinasi Tanaman ................................................................................51

B. Pembuatan Simplisia Daun Sirsak .............................................................51

C. Penetapan Kadar Air dalam Daun Sirsak ...................................................52

D. Pemeriksaan Histologis Organ Lambung dan Usus Tikus Putih Jantan

dan Betina Akibat Pemberian Infusa Daun Sirsak secara Subkronis ........53

1. Pemeriksaan histologis organ lambung tikus putih jantan dan betina ...54

2. Pemeriksaan histologis organ usus tikus putih jantan dan betina..........59

E. Uji Keterbalikan .........................................................................................66

F. Berat Badan Tikus Putih Jantan dan Betina Akibat Perlakuan Infusa

Daun Sirsak secara Subkronis ....................................................................69

G. Asupan Pakan dan Minum Tikus Putih Jantan dan Betina Akibat

Perlakuan Infusa Daun Sirsak secara Subkronis ........................................73

BAB V....................................................................................................................77

xii
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

A. Kesimpulan.................................................................................................77

B. Saran ...........................................................................................................77

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................78

LAMPIRAN ...........................................................................................................81

BIOGRAFI PENULIS .........................................................................................111

xiii
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel I. Hasil pemeriksaan histologis lambung tikus putih jantan kelompok

perlakuan infusa daun sirsak dan kelompok kontrol negatif selama 30

hari dan 45 hari ..................................................................................... 54

Tabel II. Hasil pemeriksaan histologis lambung tikus putih betina kelompok

perlakuan infusa daun sirsak dan kelompok kontrol negatif selama 30

hari dan 45 hari ..................................................................................... 55

Tabel III. Hasil pemeriksaan histologis usus tikus putih jantan kelompok

perlakuan infusa daun sirsak dan kelompok kontrol negatif selama 30

hari dan 45 hari ..................................................................................... 59

Tabel IV. Hasil pemeriksaan histologis usus tikus putih betina kelompok

perlakuan infusa daun sirsak dan kelompok kontrol negatif selama 30

hari dan 45 hari ..................................................................................... 60

Tabel V. Hasil analisis berat badan tikus jantan akibat perlakuan infusa daun

sirsak secara subkronis ......................................................................... 70

Tabel VI. Hasil analisis berat badan tikus betina akibat perlakuan infusa daun

sirsak secara subkronis ......................................................................... 70

xiv
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1. Histologi saluran pencernaan .............................................................. 10

Gambar 2. Penyusun dinding lambung ................................................................. 12

Gambar 3. Bagian-bagian usus halus .................................................................... 21

Gambar 4. Penyusun dinding usus halus .............................................................. 22

Gambar 5. Histologi dinding usus halus yang menunjukkan mukosa dengan

karakterisasi vili dan muskularis mukosa ........................................... 23

Gambar 6. Penyusun dinding usus besar .............................................................. 28

Gambar 7. Histologis organ lambung tikus jantan kelompok kontrol aquadest

dosis 8333 mg/kg BB dengan pewarnaan hematosiklin-eosin,

perbesaran 100X.................................................................................. 56

Gambar 8. Histologis organ lambung tikus jantan kelompok kontrol aquadest

dosis 8333 mg/kg BB dengan pewarnaan hematosiklin-eosin,

perbesaran 400X.................................................................................. 56

Gambar 9. Histologis organ lambung tikus betina kelompok kontrol aquadest

dosis 8333 mg/kg BB dengan pewarnaan hematosiklin-eosin,

perbesaran 100X............................................................................... 57

Gambar 10.Histologis organ lambung tikus betina kelompok kontrol aquadest

dosis 8333 mg/kg BB dengan pewarnaan hematosiklin-eosin,

perbesaran 400X............................................................................... 57

xv
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

Gambar 11. Histologis organ usus tikus jantan kelompok kontrol aquadest dosis

8333 mg/kg BB dengan pewarnaan hematosiklin-eosin, perbesaran

100X. ................................................................................................ 61

Gambar 12. Histologis organ usus tikus jantan kelompok kontrol aquadest dosis

8333 mg/kg BB dengan pewarnaan hematosiklin-eosin, perbesaran

400X. ................................................................................................ 62

Gambar 13. Histologis organ usus tikus betina kelompok kontrol aquadest dosis

8333 mg/kg BB dengan pewarnaan hematosiklin-eosin, perbesaran

100X ................................................................................................. 62

Gambar 14. Histologis organ usus tikus jantan kelompok perlakuan infusa daun

sirsak dosis 0.301 mg/kg BB dengan pewarnaan hematosiklin-eosin,

perbesaran 100X............................................................................... 64

Gambar 15. Histologis organ usus tikus jantan kelompok perlakuan infusa daun

sirsak dosis 301 mg/kg BB dengan infeksi cacing, pewarnaan

menggunakan hematosiklin-eosin, perbesaran 400X ...................... 64

Gambar 16. Histologis organ usus tikus betina kelompok perlakuan infusa daun

sirsak dosis 503 mg/kg BB dengan pewarnaan hematosiklin-eosin,

perbesaran 100X. ............................................................................ 65

Gambar 17. Histologis organ lambung tikus jantan kelompok perlakuan infusa

daun sirsak dosis 108 mg/kg BB dengan pewarnaan hematosiklin-

eosin, perbesaran 100X. ................................................................... 67

xvi
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

Gambar 18. Histologis organ lambung tikus betina kelompok perlakuan infusa

daun sirsak dosis 503 mg/kg BB dengan pewarnaan hematosiklin-

eosin, perbesaran 100X. ................................................................... 68

Gambar 19. Histologis organ usus tikus betina kelompok kontrol aquadest dosis

8333 mg/kg BB dengan pewarnaan hematosiklin-eosin, perbesaran

400X. ................................................................................................ 69

xvii
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Tanaman Sirsak dan Daun Sirsak (Annona muricata L.) ................. 81

Lampiran 2. Determinasi Daun Sirsak (Annona muricata L.) .............................. 82

Lampiran 3. Pengesahan Determinasi Daun Sirsak (Annona muricata L.) .......... 83

Lampiran 4. Ethics Committee Approval ............................................................. 84

Lampiran 5. Alat untuk Destilasi Toluen .............................................................. 85

Lampiran 6. Perhitungan Rendemen ..................................................................... 85

Lampiran 7. Perhitungan Bobot Tetap .................................................................. 85

Lampiran 8. Perhitungan Kadar Air Daun Sirsak ................................................. 86

Lampiran 9. Infusa Daun Sirsak............................................................................ 86

Lampiran 10. Perhitungan Dosis Infusa Daun Sirsak pada Kelompok Perlakuan 87

Lampiran 11. Konversi Dosis Tikus ke Manusia .................................................. 88

Lampiran 12. Data Rata-Rata Berat Badan Tikus Jantan Hari ke-0 sampai ke-28 89

Lampiran 13. Data Rata-Rata Berat Badan Tikus Betina Hari ke-0 sampai ke-2889

Lampiran 14. Hasil uji General Linear Model (multivariate) Berat Badan Tikus

Jantan Hari ke-0 sampai ke-28 ....................................................... 89

Lampiran 15. Hasil uji General Linear Model (multivariate) Berat Badan Tikus

Betina Hari ke-0 sampai ke-28 ....................................................... 95

Lampiran 16. Data Asupan Pangan Tikus Jantan ............................................... 102

Lampiran 17. Data Asupan Pangan Tikus Betina ............................................... 103

Lampiran 18. Data Asupan Minum Tikus Jantan ............................................... 104

Lampiran 19. Data Asupan Minum Tikus Betina ............................................... 105

xviii
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

Lampiran 20. Gambar Histologis Lambung Tikus ............................................. 106

Lampiran 21. Gambar Histologis Usus Tikus ..................................................... 107

Lampiran 22. Hasil Diagnosa Uji Toksisitas Subkronis Infusa Daun Sirsak

(Annona muricata L.) terhadap Perubahan Struktur Histologis

Lambung dan Usus Tikus ............................................................. 109

xix
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

INTISARI

Penelitian ini mengenai pengaruh perlakuan infusa daun sirsak (Annona


muricata L.) secara subkronis terhadap gambaran histologis lambung dan usus
tikus. Tujuannya untuk mengungkap spektrum efek toksik infusa daun sirsak
terhadap perubahan wujud struktural organ lambung dan usus tikus, kekerabatan
dosis dengan efek toksik yang ditimbulkan dan sifat efek toksik.
Penelitian menggunakan metode eksperimental murni dengan rancangan
acak lengkap pola searah. Lima puluh ekor tikus putih jantan dan betina galur
Sprague-Dawley dibagi secara acak dalam 5 kelompok perlakuan. Kelompok I
merupakan kelompok kontrol aquadest dosis 8,333 mg/kgBB, kelompok II-V
adalah kelompok perlakuan infusa daun sirsak dosis 108; 180; 301; 503 mg/kg BB
tikus dengan pemberian sehari 1 kali selama 30 hari. Pada hari ke-31, 5 tikus dari
tiap kelompok diambil secara acak, dikorbankan untuk diambil lambung dan
ususnya, lalu dibuat preparat histologis dan anggota kelompok yang masih hidup
diuji keterbalikan.
Pemeriksaan histologis menunjukkan perlakuan infusa daun sirsak pada
semua peringkat dosis tidak menimbulkan efek toksik pada perubahan struktural
organ lambung dan usus tikus, serta tidak mempengaruhi absorpsi pakan dan
minum. Tidak ada kekerabatan antara dosis infusa daun sirsak dengan spektrum
efek toksik dan tidak dapat ditentukan keterbalikannya pada histologis lambung
dan usus tikus karena tidak terjadi efek toksik pada perlakuan infusa daun sirsak.

Kata kunci: daun sirsak, toksisitas, subkronis, lambung, usus

xx
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

ABSTRACT

This research is about treatment effect of soursop (Annona muricata L.)


leaves infusa in subchronic against rat’s stomach and intestine histology. It aims
to know the toxic effect spectrum soursop leaves infusa on rat’s stomach and
intestine histology, the relation between dose and toxic effect which occured, and
to evaluate the reversibility of toxic effect.
The research conducted pure experimental with completely randomized
one direction design. Fifty Sparaque-Dawley rat were devided randomly into five
groups. Group I as aquadest control dose 8,333 mg/kgBB, group II-V were given
infusa of soursop leaves doses 108; 180; 301; 503 mg/kgBB once a day for thirty
days, on the 31st, five rats from each group were taken randomly, its stomach and
intestine were taken to be histological preparations. The other members of the
group tested reversibility.
Histological examination showed treatment infusa soursop leaves at all
ranks doses do not cause toxic effects on structural changes of gastric and
intestinal organs of rats, and do not affect the absorption of food and drink. There
is no relationship between dose infusa soursop leaves with spectrum and toxic
effects. It cannot be determined reversibility on gastric and intestinal histologic
rats because toxic effects did not occur at the treatment infusa soursop leaves.

Key Words: soursop leaves, toxicities, subchronic, stomach, intestine

xxi
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

BAB I

PENGANTAR

A. Latar Belakang

Pemanfaatan tanaman untuk pemeliharaan kesehatan dan pengobatan

penyakit telah menjadi budaya di masyarakat Indonesia. Beberapa tanaman obat

telah terbukti secara empiris dengan perjalanan waktu yang lama untuk mengobati

berbagai macam penyakit. Daun sirsak di masyarakat digunakan untuk

menyembuhkan berbagai macam penyakit yaitu anti diare, rematologikal, anti

neuralgik, antispasmodik, astringen, diabetes, hepatoprotektif terhadap

karbontetraklorida dan asetaminofen, serta sebagai antikanker (Arthur, Woode,

Terlabi, Larbie, 2011). Daun sirsak sebagai antikanker sedang populer di

masyarakat saat ini. Dalam penggunaan di masyarakat sebagai antikanker, daun

sirsak banyak dikonsumsi dalam bentuk rebusan dengan frekuensi lebih dari satu

kali dan dalam jangka panjang sehingga perlu dilakukan serangkaian uji

farmakologi dan toksisitas, salah satunya uji toksisitas subkronis.

Uji toksisitas subkronis merupakan uji ketoksikan suatu senyawa yang

diberikan dengan dosis berulang pada hewan uji tertentu, selama kurang dari tiga

bulan. Uji toksisitas subkronis merupakan uji yang penting dalam penilaian

ketoksikan suatu senyawa yang digunakan dalam jangka panjang. Parameter

pengamatan dan pemeriksaan dalam uji toksisitas subkronis meliputi perubahan

berat badan, asupan makanan, gejala-gejala klinis, pemeriksaan hematologi,

pemeriksaan kimia darah, analisis urin, dan pemeriksaan histopatologi. Hasil uji

1
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI 2

toksisitas subkronis ini akan memberikan informasi tentang efek toksik senyawa

uji dan organ-organ yang dipengaruhi (Donatus, 2001).

Pada penelitian ini, daun sirsak yang diberikan dalam perlakuan dibuat

dalam bentuk sediaan infusa. Infusa merupakan sediaan cair yang dibuat dengan

cara mengekstraksi simplisia nabati dengan air pada suhu 900C selama 15 menit

(Direktorat Obat Asli Indonesia, 2010). Bentuk sediaan infusa lebih mendekati

rebusan dan lebih mudah dibuat oleh masyarakat.

Sediaan daun sirsak sebagai antikanker dikonsumsi secara oral dan dalam

jangka panjang di masyarakat. Senyawa yang terkandung di dalam daun sirsak

sebagian besar akan diabsorpsi di saluran pencernaan. Organ lambung dan usus

merupakan bagian dari saluran pencernaan yang berfungsi untuk pencernaan dan

penyerapan suatu senyawa di dalam tubuh. Fungsi lambung dan usus ini sangat

penting bagi hidup suatu spesies sehingga muncul gagasan untuk mengetahui

ketoksikan dan sifat efek toksik infusa daun sirsak yang dikonsumsi dalam jangka

panjang.

Uji toksisitas subkronis pada penelitian ini untuk mengetahui efek toksik

dan sifat efek toksik yang ditimbulkan akibat penggunaan infusa daun sirsak

dalam jangka panjang dimana penekanan ditujukan untuk mengevaluasi spektrum

efek toksik sediaan uji pada organ lambung dan usus yang berperan penting dalam

pencernaan dan penyerapan suatu senyawa. Spektrum efek toksik yang diamati

berupa perubahan wujud struktural karena menilai dari preparat histologis organ

lambung dan usus.


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI 3

1. Permasalahan

a. Apakah pemberian infusa daun sirsak secara subkronis bersifat toksik

terhadap perubahan struktural lambung dan usus yang dinilai dari

histologis lambung dan usus tikus?

b. Adakah hubungan kekerabatan antara dosis infusa daun sirsak dengan

efek toksisitas subkronis pada lambung dan usus?

c. Apakah spektrum efek toksik infusa daun sirsak pada lambung dan usus

tikus bersifat keterbalikan?

2. Keaslian penelitian

Penelitian yang pernah dilakukan dan berkaitan dengan daun sirsak

adalah evaluation of acute and subchronic toxicity of Annona muricata L.

aqueous extract in animals (Arthur et al., 2011) dengan hasil yang menunjukkan

bahwa A. muricata pada dosis lebih rendah menyebabkan hipoglikemik dan

hipolipidemik dan dosis yang lebih tinggi dapat menyebabkan kerusakan ginjal

sampai gagal ginjal. Dosis tinggi juga bisa menyebabkan efek negatif pada fungsi

rahim. Terjadi peningkatan yang signifikan berat organ relatif lambung pada tikus

betina yang diberi ekstrak air daun sirsak dosis 1000 mg/kgBB. Hal ini

menunjukkan kemungkinan adanya efek toksik pada lambung. Penelitian terhadap

usus tidak dilakukan.


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI 4

3. Manfaat penelitian

a. Manfaat teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi

pengembangan ilmu kefarmasian dan pengobatan tradisional khususnya

tentang daun sirsak.

b. Manfaat praktis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada

masyarakat tentang toksisitas subkronis penggunaan infusa daun sirsak

terhadap perubahan struktural lambung dan usus pada penggunaan jangka

panjang.

B. Tujuan Penelitian

1. Tujuan umum

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya efek toksik subkronis

terhadap perubahan wujud struktural lambung dan usus akibat pemakaian infusa

daun sirsak.

2. Tujuan khusus

a. Mengungkapkan spektrum efek toksik sediaan uji terhadap perubahan

wujud struktural organ lambung dan usus yang dilihat dari histologis

lambung dan usus.


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI 5

b. Mengungkapkan kekerabatan antara dosis infusa daun sirsak dengan

spektrum efek toksik yang terjadi.

c. Mengevaluasi keterbalikan spektrum efek toksik infusa daun sirsak pada

lambung dan usus tikus.


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

BAB II

PENELAAHAN PUSTAKA

A. Daun Sirsak

1. Sistematika tanaman

Kingdom : Plantae (Tumbuhan)

Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)

Super Divisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji)

Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)

Kelas : Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)

Sub Kelas : Magnolidae

Ordo : Magnoliales

Famili : Annonaceae

Genus : Annona

Spesies : Annona muricata L.

(Plantamor, 2008).

2. Morfologi

Daun berbau, agak keras, rasa agak kelat. Daun tunggal, warna kehijauan

sampai hijau kecoklatan, helaian daun seperti kulit, bentuk bundar panjang, lanset

atau bundar telur terbalik, panjang helaian daun 6 cm sampai 18 cm, lebar 2 cm

sampai 6 cm. Ujung daun meruncing pendek, pangkal daun runcing, tepi rata,

panjang tangkai daun lebih kurang 0,7 cm. Permukaan licin agak mengkilat,

6
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI 7

tulang daun menyirip, ibu tulang daun menonjol pada permukaan bawah

(Departemen Kesehatan, 1989).

3. Kandungan kimia

Daun sirsak mengandung alkaloid seperti aporphine alkaloids anonaine,

isolaureline, xylopine, dan benzyltetrahydroisoquinoline alkaloid coclaurine

(Fofana, Ziyaev, Abdusamatov, Zakirov, 2011), saponin, flavonoid (Arthur et al.,

2011), tanin, glikosida, dan annonaceous acetogenin (Gajalakshmi,

Vijayalakshmi, Devi, 2012).

4. Khasiat dan kegunaan

Daun sirsak terdapat minyak esensial yang berguna untuk parasitidal, anti

diare, rematologikal, dan anti neuralgik. Infusa daun mempunyai kemampuan

antispasmodik, astringen, merawat diabetes dan lambung, serta penyakit kuning.

Daun sirsak juga merupakan hepatoprotektif terhadap karbontetraklorida dan

asetaminofen yang diinduksi kerusakan hati. Ektrak etanol daun sirsak merupakan

antibakterial terhadap beberapa strain dari E. coli (Arthur et al., 2011), sebagai

antinosiseptik dan anti inflamasi (Sousa, Vieria, Pinho, Yamamoto, Alves, 2010).

Daun dan batang Annona muricata L. mempunyai sitotoksisitas (Amzu, 2011).

5. Infusa daun sirsak

Infus adalah sediaan cair yang dibuat dengan cara mengekstraksi

simplisia nabati dengan air pada suhu 90ºC selama 15 menit. Pembuatan infus

merupakan cara yang paling sederhana untuk membuat sediaan herbal dari bahan

lunak seperti daun dan bunga. Dapat diminum panas atau dingin. Pembuatan

infusa adalah dengan mencampur simplisia dengan derajat halus yang sesuai
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI 8

dalam panci dengan air secukupnya, panaskan di atas tangas air selama 15 menit

terhitung mulai suhu mencapai 90ºC sambil sekali-sekali diaduk-aduk. Saring

melalui kain flanel, tambahkan air secukupnya melalui ampas hingga diperoleh

volume infus yang dikehendaki (Direktorat Obat Asli Indonesia, 2010).

B. Organ Pencernaan

Panjang saluran pencernaan sekitar 9 m dan meluas dari mulut ke anus.

Saluran ini melintasi rongga dada dan rongga perut masuk pada diafragma. Anus

terletak di bagian inferior dari rongga panggul. Organ saluran pencernaan meliputi

rongga mulut, faring, kerongkongan, lambung, usus kecil, dan usus besar (Fox,

2011).

Fungsi dari sistem pencernaan adalah untuk memecah makanan untuk

penyerapan ke dalam tubuh. Proses ini terjadi dalam lima tahap utama: menelan,

fragmentasi, pencernaan, penyerapan dan pembuangan produk pencernaan. Proses

pencernaan dimana makanan secara enzimatis dipecah menjadi molekul yang

cukup kecil untuk diserap ke dalam sirkulasi (Young, 2006).

Lapisan utama saluran pencernaan meliputi mukosa, submukosa,

muskularis eksterna, dan serosa. Lapisan saluran pencernaan sering berupa lipatan

melintang atau membujur (gambar 1). Lipatan ini berfungsi untuk perluasan

lumen setelah makan dan meningkatkan luas permukaan yang tersedia untuk

penyerapan. Saluran membuka ke permukaan epitel yang membawa sekresi sel

kelenjar yang terletak di mukosa dan submukosa (Martini, 1997).


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI 9

Lapisan yang mendasari jaringan ikat longgar disebut lamina propria.

Lamina propria mengandung pembuluh darah, saraf sensorik, pembuluh limfatik,

serabut otot polos, dan daerah yang tersebar jaringan limfatik. Di sebagian besar

saluran pencernaan bagian terluar dari lamina propria adalah ban sempit dari otot

polos dan serat elastis. Ban ini disebut muskularis mukosa. Serabut otot polos

dalam muskularis mukosa disusun dalam dua lapisan tipis konsentris (gambar 1).

Lapisan dalam mengelilingi lumen (yang otot melingkar), dan lapisan luar

mengandung serat otot yang sejajar dengan panjang saluran tersebut (lapisan

membujur). Kontraksi lapisan ini mengubah bentuk lumen dan menggerakkan

epitel dan lipatan (Martini, 1997).

Submukosa adalah lapisan jaringan ikat longgar yang mengelilingi

mukosa muskularis. Pembuluh darah besar dan limfatik ditemukan di lapisan ini,

dan di beberapa daerah submukosa juga mengandung kelenjar eksokrin yang

mengeluarkan buffer dan enzim ke dalam lumen saluran pencernaan. Sepanjang

batas luarnya, submukosa berisi jaringan serat saraf dan sel-sel saraf yang

tersebar. Pleksus submukosa ini mengandung sel saraf sensorik, ganglia

parasimpatis, dan serat posganglionik simpatis (gambar 1) (Martini, 1997).

Pleksus submukosa terletak di sepanjang batas bagian dalam muskularis

eksterna, yang didominasi oleh serat otot polos. Serabut otot polos dari muskularis

eksterna terdiri dari bagian dalam yaitu lapisan melingkar dan luar yaitu lapisan

membujur (gambar 1). Lapisan ini memainkan peran penting dalam pengolahan

mekanik dan pergerakan material di sepanjang saluran pencernaan. Gerakan ini

dikoordinasikan terutama oleh neuron dari pleksus mienterik. Jaringan ganglia


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI 10

parasimpatis dan serat posganglionik simpatis terletak terjepit di antara lapisan

otot melingkar dan longitudinal. Stimulasi parasimpatis meningkatkan aktivitas

otot, dan stimulasi simpatis mempromosikan relaksasi (Martini, 1997).

Sepanjang bagian dari saluran pencernaan dalam rongga peritoneal,

muskularis eksterna ditutupi serosa (gambar 1). Muskularis eksterna dari rongga

mulut, faring, kerongkongan, dan rektum dikelilingi oleh jaringan padat serat

kolagen yang menempel saluran pencernaan ke lapisan yang berdekatan. Jaringan

ikat ini disebut adventitia (Martini, 1997).

Gambar 1. Histologi saluran pencernaan (Martini, 1997)

Makanan masuk dari esofagus, dicernakan oleh sekresi lambung untuk

membentuk kimus. Makanan lewat dari lambung ke dalam usus halus, tempat

terjadinya kebanyakan pencernaan dan absorpsi bahan-bahan makanan. Kimus

dinetralisir dan dicampur dengan enzim cerna pankreas dan bahan pengemulsi hati

yang merangsang pencernaan lemak di duodenum. Pada usus besar, bahan


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI 11

makanan yang tidak dicernakan mengalami dehidrasi dan dicampur dengan lendir.

Feses keluar tubuh melalui rektum dan kanalis analis (Johnson, 1994).

1. Lambung

Lambung adalah rongga seperti kantung berbentuk J yang terletak antara

esofagus dan usus halus. Organ ini dibagi menjadi 3 bagian berdasarkan

perbedaan anatomik, histologis, dan fungsional. Fundus adalah bagian lambung

yang terletak di atas lubang esofagus. Bagian tengah atau utama lambung adalah

korpus. Lapisan otot polos di fundus dan korpus relatif tipis, tetapi bagian bawah

lambung, antrum, memiliki otot yang jauh lebih tebal. Bagian sfingter pilorus,

yang bekerja sebagai sawar antara lambung dan bagian atas usus halus.

(Sherwood, 2011).

Sel epitel kolumnar terdapat seluruh bagian lambung. Epitel adalah

lembaran sekretori yang menghasilkan mukus yang menutupi permukaan interior

perut. Lapisan mukus memberikan perlindungan terhadap asam dan enzim dalam

lumen lambung. Cekungan dangkal, disebut gastric pit, terbuka ke permukaan

lambung (gambar 2) (Martini, 1997).

Dalam fundus dan body lambung, masing-masing gastric pit berhubungan

dengan beberapa kelenjar lambung sampai ke dalam lamina propria

mendasarinya. Kelenjar lambung (gambar 2) merupakan kelenjar tubular

bercabang yang didominasi oleh dua jenis sel sekretori: sel parietal dan sel chief.

Bersama-sama mereka mengeluarkan sekitar 1500 mL jus lambung setiap hari

(Martini, 1997).
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI 12

Gambar 2. Penyusun dinding lambung (Martini, 1997)

a. Mukosa

Mukosa lambung terdiri atas epitel permukaan yang menekuk dengan

kedalaman bervariasi ke dalam lamina propria, membentuk foveola gastrika

(gastric pit). Ke dalam sumur-sumur ini bermuara kelenjar-kelenjar tubular

bercabang (kardia, fundus, dan pilorus) yang khas bagi masing-masing daerah

lambung (Junqueria, 1997). Lamina propria mengandung anyaman halus yang

dibentuk oleh serat-serat kolagen dan retikulin dengan sedikit fibroblas atau sel

retikuler (Leeson, 1996). Selapis otot polos, yaitu muskularis mukosa,

memisahkan mukosa dari submukosa di bawahnya. Lapisan ini terdiri atas

kelompok serat-serat longitudinal luar dan serat-serat sirkular dekat ke lumen

(Junqueria, 1997).
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI 13

Berdasarkan perbedaan-perbedaan pada kelenjar dan sumur, dapat

dibedakan tiga zona:

1) Kelenjar kardia

Kelenjar kardia hanya terdapat pada daerah yang terletak 2 sampai 4 cm

dari muara kardia. Sel-sel yang menyusun kelenjar terutama terdiri atas

sel-sel penghasil mukus dan mirip dengan sel kardia esofagus tetapi juga

terdapat sedikit sel parietal penghasil asam dan beberapa sel

enteroendokrin (Leeson, 1996).

2) Kelenjar fundus

Kelenjar mukosa fundus memiliki foveola yang menempati kurang dari

seperempat dari ketebalan mukosa. Kelenjar ini terbagi menjadi tiga

bagian: basal, leher dan ismus. Bagian basal terdiri dari sel-sel zimogen

(mensekresi pepsinogen). Bagian ismus dari kelenjar mengandung sel

parietal yang dominan (asam dan mensekresi faktor intrinsik). Bagian

leher dari kelenjar fundus mengandung campuran sel zimogen dan parietal

(Mills, 2007).

3) Kelenjar pilorus

Kelenjar pilorus pendek, biasanya berdiameter relatif lebar dan bergelung,

sehingga kelenjar-kelenjar tersebut jarang terpotong memanjang. Terdapat

sel parietal dan sel enteroendokrin yang menghasilkan hormon. Sebagian

besar selnya terdiri atas sel-sel yang menghasilkan mukus (Leeson, 1996).
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI 14

Di lambung terdapat sel epitel lambung, yaitu :

1) Sel epitel permukaan (sel-sel mukus)

Epitel selapis silindris yang melapisi seluruh lambung juga meluas ke

dalam sumur-sumur atau foveola. Epitel selapis silindris ini berawal di

kardia, di sebelah epitel berlapis esofagus, dan pada pilorus melanjutkan

diri menjadi epitel usus (Leeson, 1996).

2) Sel zimogen (Chief cell)

Sel zimogen merupakan sel utama pada bagian bawah kelenjar tubular dan

memiliki semua ciri sel penghasil protein dan sel pengekspor. Granul yang

terdapat dalam sitoplasmanya mengandung enzim pepsinogen yang tidak

aktif. Bila pepsinogen tidak aktif dilepaskan dalam lingkungan asam

lambung, maka proenzim dikonversi menjadi enzim proteolitik pepsin

yang sangat aktif. Sel ini juga menghasilkan enzim lipase pada manusia

(Junqueria, 1997).

3) Sel parietal (oksintik)

Terutama terdapat dalam belahan atas kelenjar lambung, sel-sel parietal

lebih jarang di bagian basal kelenjar. Mereka berbentuk bulat atau piramid.

Ciri yang paling mencolok adalah kanalikuli intraseluler, berupa

invaginasi permukaan yang dalam disertai mikrovili. Sel parietal

menghasilkan HCl, KCl, sedikit elektrolit, dan faktor intrinsik lambung,

yaitu suatu glikoprotein yang terikat dengan vitamin B12 dan membantu

absorpsi vitamin ini dalam usus halus (Junqueria, 1997).


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI 15

4) Sel mukus leher

Sel ini berkelompok atau terdapat satu-satu di antara sel parietal di bagian

leher kelenjar lambung, berbentuk tidak teratur, dengan inti di basal sel.

Sel ini menghasilkan mukus asam, berbeda dengan mukus netral yang

dibentuk oleh sel mukus permukaan (Junqueria, 1997).

5) Sel endokrin

Sel ini berjumlah banyak, terutama di daerah antrum pilori dan umumnya

ditemukan pada dasar kelenjar. Sel-sel enteroendokrin serupa dengan sel

endokrin yang mensekresi peptida (Leeson, 1996).

b. Submukosa

Submukosa terletak antara muskularis mukosa dan muskularis eksterna

dan juga membentuk inti dari rugae lambung. Submukosa terdiri dari jaringan ikat

longgar, di mana serat elastis banyak ditemukan. Submukosa mengandung

pembuluh darah, pembuluh limfa dan saraf perifer dari pleksus submukosa (Mills,

2007).

c. Muskularis Eksterna

Muskularis eksterna dari lambung dibentuk oleh tiga lapisan otot polos,

yaitu lapisan luar longitudinal, lapisan tengah sirkular, dan lapisan serong yang

berbentuk lengkungan otot yang berjalan dari kardia mengitari fundus dan korpus

(Leeson, 1996).

d. Serosa, tipis dan ditutupi oleh mesotel (Junqueria, 1997).


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI 16

Lambung melakukan fungsi utama :

a. Menyimpan makanan yang masuk sampai makanan dapat disalurkan ke

usus halus dengan kecepatan yang sesuai untuk pencernaan dan

penyerapan yang optimal (Sherwood, 2011).

b. Lambung mengeluarkan asam hidroklorida (HCl) dan enzim yang

memulai pencernaan protein (Sherwood, 2011).

Melalui gerakan mencampur lambung, makanan yang tertelan dihaluskan

dan dicampur dengan sekresi lambung untuk menghasilkan campuran cairan

kental yang dikenal sebagai kimus (Sherwood, 2011).

Proses pencernaan yang berkaitan dengan lambung yaitu motilitas,

sekresi, pencernaan dan penyerapan. Motilitas lambung ada empat aspek yaitu

pengisian, penyimpanan, pencampuran, dan pengosongan.

a. Pengisian lambung

Lambung dapat menampung peningkatan volume 20 kali lipat dengan

tidak mengalami perubahan tegangan di dindingnya dan peningkatan tekanan

intralambung (Sherwood, 2011).

b. Makanan disimpan di korpus lambung

Di fundus dan korpus gerakan mencampur berlangsung lemah, maka

makanan yang disalurkan ke lambung dari esofagus disimpan di bagian korpus

yang relatif tenang tanpa mengalami pencampuran. (Sherwood, 2011).


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI 17

c. Pencampuran makanan berlangsung di antrum

Kontraksi peristaltik antrum yang kuat mencampur makanan dengan

sekresi lambung untuk menghasilkan kimus. Setiap gelombang peristaltik antrum

mendorong kimus maju menuju sfingter pilorus. Bila massa kimus antrum sedang,

akan terdorong maju tetapi tidak dapat masuk ke duodenum karena tertahan di

sfingter yang tertutup dan memantul balik ke dalam antrum, hanya untuk didorong

kembali ke sfingter dan memantul balik oleh gelombang peristaltik baru. Gerakan

maju mundur ini mencampur kimus secara merata (Sherwood, 2011).

d. Pengosongan lambung umumnya dikontrol oleh faktor di duodenum

Kontraksi peristaltik antrum juga berfungsi sebagai gaya pendorong

untuk mengosongkan lambung. Faktor utama di lambung yang mempengaruhi

kekuatan kontraksi adalah jumlah kimus di lambung. Jika hal-hal lain setara maka

lambung mengosongkan isinya dengan kecepatan yang sebanding dengan volume

kimus (Sherwood, 2011).

Faktor di lambung yang mendorong pengosongan lambung:

a. Volume makanan

Peregangan dinding lambung akibat makanan dapat meningkatkan

aktivitas pompa pilori dan pada waktu yang sama menghambat pilorus (Guyton,

2006).

b. Hormon gastrin

Gastrin berpotensi menyebabkan sekresi asam lambung yang tinggi oleh

kelenjar lambung. Gastrin juga menstimulasi fungsi motorik pada lambung.


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI 18

Paling penting, hormon ini dapat meningkatkan aktivitas pompa pilori yang

mendorong pengosongan lambung (Guyton, 2006).

Meskipun lambung berpengaruh, namun faktor-faktor di duodenum

sangat penting dalam mengontrol kecepatan pengosongan lambung. Duodenum

harus siap menerima kimus dan dapat menunda pengosongan lambung dengan

mengurangi aktivitas peristaltik di lambung sampai duodenum siap mengolah

kimus (Sherwood, 2011).

Faktor duodenum yang dapat menghambat pengosongan lambung:

a. Efek inhibitor oleh refleks nervus enterogatric.

Ketika makanan masuk ke duodenum, refleks nervus akan terinisiasi dari

dinding duodenum kembali melewati lambung dengan lambat atau menghentikan

pengosongan lambung jika volume kimus di duodenum terlalu banyak (Guyton,

2006).

b. Hormonal Feedback

Lemak yang masuk ke duodenum akan menstimulus pelepasan hormon

inhibitor. Hormon ini akan dibawa oleh darah menuju lambung dan akan

menghambat pompa pilori dan pada saat yang sama mengingkatkan kontraksi

sfingter pilori (Guyton, 2006).

Sekresi asam lambung dilakukan oleh sel parietal pada kelenjar lambung.

Membran sel parietal mengekspresikan H+-K+ATPase yang merupakan

transporter aktif primer sekresi HCl. Pada saat terstimulasi, jaringan

tubulovaskuler yang terdapat H+-K+ATPase mengkarakterisasi sel. Saat diaktivasi,

membran tubulovaskuler dan membran plasma membentuk membran kanalikuler


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI 19

dengan mikrovili. Hasilnya adalah peningkatan pada daerah membran apikal

dengan 50-100 lipatan dan insersi pompa H+-K+ATPase pada membran plasma.

Hal ini menimbulkan sekresi HCl (McPhee, 2006).

H+-K+ATPase merupakan heterodimer dari subunit α dan β. H+-

K+ATPase memompa ion H+ dari sel melewati membran apikal dan bertukaran

dengan ion K+. Tight junction antar sel mencegah masuknya ion H+ ke mukosa.

Ion K+ masuk ke dalam sel dan recycle ke lumen atau masuk cairan interstisial

melalui kanal K+. Untuk mempertahankan elektronetralitas, ion Cl- diekskresikan

secara pasif melewati membran apikal ke lumen melewati kanal Cl-, membentuk

HCl. Sekresi ion H+ diproduksi oleh H2O dan CO2 yang membentuk H2CO3.

Anhidrat karbon menghasilkan ion H+ untuk sekresi dan ion HCO3-. Ion Cl- masuk

melawan gradien elektrokimia, diperantarai oleh efflux HCO3- menuruni gradien

elektrokimia. Sekresi HCO3- di darah membentuk pasangan alkalin yang dapat

menyebabkan alkalosis ketika H+ disekresi terlalu banyak (McPhee, 2006).

2. Usus halus

Usus halus adalah tempat sebagian besar pencernaan dan penyerapan

berlangsung. Usus halus terletak bergelung di dalam rongga abdomen, terbentang

antara lambung dan usus besar (Sherwood, 2011).

Setiap hari sel-sel kelenjar eksokrin di mukosa usus halus mensekresikan

ke dalam lumen sekitar 1,5 liter larutan cair garam dan mukus yang disebut sukus

enterikus. Sekresi meningkat setelah makan sebagai respon terhadap stimulasi

lokal mukosa usus halus oleh adanya kimus. Mukus di dalam sekresi berfungsi
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI 20

untuk melindungi dan melumasi. Selain itu, sekresi cair menyediakan banyak H2O

untuk berperan dalam pencernaan makanan oleh enzim. Tidak ada enzim

pencernaan yang disekresikan ke dalam getah usus ini. Usus halus memang

mensintesis enzim pencernaan, tetapi enzim-enzim ini berfungsi di dalam

membran brush border sel epitel yang melapisi bagian dalam lumen dan tidak

disekresikan langsung ke dalam lumen (Sherwood, 2011).

Pencernaan lemak selesai di dalam lumen usus karena adanya enzim-

enzim pankreas yang mereduksi lemak secara sempurna menjadi unit-unit

monogliserida. Sedangkan pencernaan karbohidrat dan protein belum tuntas. Di

permukaan luminal sel-sel epitel usus halus terdapat tonjolan-tonjolan khusus

seperti rambut yaitu mikrovili, yang membentuk brush border. Membran plasma

brush border mengandung tiga kategori enzim yang melekat ke membran :

a. Enterokinase, yang mengaktifkan enzim pankreas tripsinogen.

b. Disakaridase (maltase, sukrase, dan laktase), yang menuntaskan pencernaan

karbohidrat dengan menghidrolisis disakarida yang tersisa menjadi

monosakarida konstituennya.

c. Aminopeptidase, yang menghidrolisis fragmen-fragmen peptida kecil

menjadi komponen-komponen asam aminonya sehingga pencernaan protein

selesai.

Karena itu, pencernaan karbohidrat dan protein dituntaskan di brush border

(Sherwood, 2011).
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI 21

Usus halus dibagi menjadi tiga segmen, yaitu duodenum, jejunum, dan

ileum :

Gambar 3. Bagian-bagian usus halus (Martini, 1997)

a. Duodenum

Dinding duodenum terdiri dari empat lapisan: mukosa dengan epitel

permukaan, lamina propria, dan muskularis mukosa; submukosa dengan kelenjar

mukosa duodenal; dua lapisan otot polos dari muskularis eksterna; dan serosa

(Eroschenko, 2008).

Duodenum mengandung banyak kelenjar mukus. Selain kriptus usus,

submukosa mengandung kelenjar submukosa, juga dikenal sebagai kelenjar

Brunner, yang menghasilkan banyak mukus (gambar 3). Mukus dihasilkan oleh

kriptus dan kelenjar submukosa melindungi epitel dari asam yang datang dari

lambung. Mukus juga mengandung buffer yang membantu meningkatkan pH

kimus. Kelenjar submukosa paling banyak di bagian proksimal duodenum, dan

jumlahnya menurun mendekati jejunum. pH kimus mulai 1-2 menjadi 7-8

(Martini, 1997).
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI 22

Kira-kira setengah jalan, duodenum menerima buffer dan enzim dari

pankreas dan empedu dari hati. Dalam dinding duodenum, saluran empedu dari

hati dan saluran pankreas dari pankreas bergabung pada otot yang disebut ampula

duodenum. Ruangan ini membuka ke dalam lumen duodenum yaitu papila

duodenum (Martini, 1997).

b. Jejunum

Jejunum memiliki vili yang lebih tinggi dan lebih sempit dan hanya

terdapat sedikit kelenjar Brunner. Hampir seluruh sel yang menutupi vili adalah

sel absorpsi permukaan yang terdapat brush border, dimana brush border tersebut

dibentuk oleh mikrovili yang merupakan organel yang berfungsi untuk

memperluas permukaan sehingga meningkatkan absorpsi molekul (Telser, 2007).

c. Ileum

Karakteristik ileum adalah nodulus agregasi atau bercak Peyer, setiap

bercak terdiri atas agregasi (kelompokan) dari 10 atau lebih nodulus limfatikus.

Kelompokan ini terletak di dalam dinding ileum berhadapan dengan tempat

melekatnya mesenterium (Eroschenko, 2008).

Gambar 4. Penyusun dinding usus halus (Martini, 1997)


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI 23

Lapisan-lapisan usus halus terdiri dari mukosa, submukosa, muskularis

eksterna, dan serosa:

a. Mukosa usus halus

Mukosa usus halus digambarkan seperti jari, vili usus (gambar 4). Vili

usus ditutup oleh epitel kolumnar yang dilapisi dengan mikrovili. Jika usus halus

adalah tabung dengan dinding halus, itu akan memiliki total absorpsi sekitar 0,33

m2. Sebaliknya, epitel mengandung plika. Setiap plika mendukung vili, dan setiap

vili ditutupi oleh sel-sel epitel permukaan yang mengandung mikrovili. Hal ini

akan meningkatkan luas areal untuk penyerapan lebih dari 200 m2 (Martini, 1997).

Inti dari vili merupakan perpanjangan dari lamina propria, yang berisi banyak

fibroblas, sel-sel otot polos, limfosit, sel plasma, eosinofil, makrofag, dan jaringan

kapiler darah yang terletak tepat di bawah dari lamina basal epitel (Ross, 2006).

Gambar 5. Histologi dinding usus halus yang menunjukkan mukosa dengan karakterisasi
vili dan muskularis mukosa (Martini, 1997)
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI 24

Diantara sel-sel epitel kolumnar, sel goblet mengeluarkan mukus ke

permukaan usus. Pada dasar vili ditemukan kriptus usus (gambar 5). Dekat dasar

setiap kriptus, stem cell terus memproduksi generasi baru sel epitel. Proses ini

berlangsung untuk memperbaharui permukaan epitel dan menambahkan enzim

intraseluler ke kimus. Kriptus usus juga mengandung sel enteroendokrin yang

bertanggung jawab untuk produksi beberapa hormon usus, termasuk

kolesistokinin dan sekretin (Martini, 1997).

Pada kelenjar usus halus terdapat stem cell, beberapa sel absorptif dan sel

goblet, sel paneth, dan sel enteroendokrin

1) Sel absorptif adalah sel silindris tinggi, masing-masing dengan inti lonjong

pada setengah bagian basal sel. Pada apeks sel terdapat lapis homogen

disebut brush border. Brush border merupakan lapisan mikrovili yang

berhimpit padat.

2) Sel goblet tersebar di antara sel-sel absorptif. Sel ini menghasilkan

glikoprotein asam yang berfungsi melindungi dan melumasi pelapis usus.

3) Sel paneth di bagian basal kelenjar intestinal adalah sel serosa eksokrin

dengan granul-granul sekresinya di bagian apeks sitoplasma.

4) Sel M (lipatan mikro) adalah sel epitel khusus di atas folikel limfoid dari

plak Peyeri. Sel-sel ini ditandai dengan banyak sekali sumur (pit) pada

permukaan apikalnya dan invaginasi badan sel serta permukaan lateral

oleh limfosit intraepitelial. Sel M dapat memasukkan antigen melalui

endositosis dan memindahkannya ke sel limfoid di bawahnya, tempat

dimulai respon imun terhadap antigen asing. Sel M memegang peranan


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI 25

penting dalam sistem imunologis intestinal. Permukaan mukosa saluran

cerna yang sangat besar terpapar pada banyak mikroorganisme yang secara

potensial invasif. Imunoglobulin sekretorik dari kelas IgA adalah

pertahanan lapis pertama. Selain itu saluran cerna mengandung sel plasma

yang mensekresi antibodi, makrofag, dan banyak sekali limfosit. Bersama-

sama, sel-sel ini disebut sebagai jaringan limfatik usus (Gut-Associated

Lymphatic Tissue/GALT) (Junqueria, 1997).

5) Sel enteroendokrin terdapat dalam kriptus dan vili dan mengeluarkan

peptida pengatur aktif yang berhubungan dengan sekresi lambung,

motilitas intestinal, sekresi pankreas, dan kontraksi kandung empedu

(Leeson, 1996).

Lamina propria merupakan lapisan intermediet dari mukosa, mempunyai

fungsi struktural dan imunologis. Lapisan ini terletak pada muskularis mukosa,

mengelilingi kriptus, dan memanjang ke atas sebagai inti dari vili usus (Mills,

2007). Lamina propria setiap vili berisi jaringan luas kapiler yang membawa

nutrisi yang diserap ke dalam sirkulasi portal hati. Selain kapiler dan ujung saraf,

setiap vili berisi terminal limfatik disebut lakteal (gambar 4). Transportasi bahan

lakteal tidak bisa masuk kapiler lokal. Bahan-bahan ini, seperti kompleks besar

lipid-protein, dapat mencapai sirkulasi vena melalui saluran toraks (Martini,

1997).

Muskularis mukosa adalah lapisan terluar atau batas mukosa, terdiri dari

serat elastis dan otot polos, diatur dalam lapisan outer longitudinal dan inner
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI 26

circular. Muskularis mukosa memberikan landasan struktural penting bagi

mukosa (Mills, 2007).

b. Submukosa

Antara mukosa muskularis dan muskularis eksterna adalah lapisan

submukosa, terdiri dari jaringan longgar, seperti sarang lebah dari serat kolagen

dan elastis dan terkait fibroblas. Submukosa tersebar, banyak terjadi migrasi sel

(contohnya histiosit, limfoid, sel plasma, dan sel mast) dan jaringan adiposa

(Mills, 2007).

c. Muskularis eksterna

Muskularis eksterna atau muskularis propria adalah lapisan otot polos

bagian luar yang tebal dan mengelilingi lapisan submukosa. Lapisan ini ditutupi

oleh jaringan konektif subserosal dan di sebagian besar tempat ditutupi oleh

serosa (Mills, 2007).

d. Serosa

Serosa adalah penutup yang menyelubungi sebagian besar permukaan luar

dari usus halus. Lapisan terluar terdiri dari satu baris sel mesothelial kuboidal, di

mana terletak sebuah band tipis jaringan ikat longgar. Sebuah zona subserosal dari

jaringan ikat antara mesothelial dan muskularis eksterna juga mengandung cabang

pembuluh darah, limfatik dan saraf (Mills, 2007).

3. Usus besar

Usus besar atau kolon merupakan organ yang proksimalnya berasal dari

midgut dan bagian distalnya berasal dari hindgut. Struktur usus besar
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI 27

berhubungan dengan fungsi transportasi, pembentukan, penyerapan dan

pengeluaran feses. Fungsi utama usus besar adalah konservasi cairan dengan

mengubah kimus yang cair menjadi feses yang setengah padat (Wibowo dan

Widjaya, 2009). Histologi yang dapat diamati adalah jaringan mukosa, muskularis

eksterna, submukosa, dan serosa (Ross, 2006).

Meskipun diamater usus besar kira-kira tiga kali lipat dari usus halus,

dindingnya lebih tipis. Karakteristik utama dari usus besar adalah kurangnya vili,

sel goblet yang melimpah, dan adanya kelenjar usus khas (gambar 6). Kriptus dari

usus besar lebih dalam dari usus halus, dan mereka didominasi oleh sel goblet.

Kantong mukus dikenal sebagai kelenjar usus, atau kriptus Lieberkuhn. Sekresi

kelenjar usus terjadi sebagai rangsangan lokal memicu refleks yang melibatkan

pleksus saraf lokal, sehingga produksi jumlah mukus menjadi berlebih. Nodul

limpoid besar tersebar di seluruh lamina propria dan meluas ke submukosa

tersebut. Muskularis eksterna berbeda dari daerah usus lainnya karena lapisan

membujur telah dikurangi menjadi band otot taeniae coli. Namun, kontraksi

pencampuran dan pendorong dari usus besar mirip dengan usus halus (Martini,

1997).
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI 28

Gambar 6. Penyusun dinding usus besar (Martini, 1997)

a. Mukosa

Mukosa kolon adalah bagian untuk metabolisme dan imunologis aktif

usus besar. Permukaan luminal ditutupi oleh glycocalyx, memfasilitasi

pembentukan ekosistem mikroba komensal dan berfungsi sebagai barier integral

(Mills, 2007). Mukosa usus besar mengandung banyak kelenjar usus tubular

(Ross, 2006).

b. Submukosa dan serosa

Usus besar yang berhubungan langsung dengan struktur lainnya (seperti

pada banyak permukaan posterior), luarnya adalah adventitia, di tempat lain, yang

di luar adalah serosa khas (Ross, 2006).

c. Muskularis eksterna

Muskularis eksterna menghasilkan dua jenis kontraksi utama: segmentasi

dan peristaltik. Segmentasi adalah lokal dan tidak mengakibatkan penggerakan isi.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI 29

Peristaltik menghasilkan pergerakan massa distal dari isi usus. Gerakan peristaltik

massa jarang terjadi, pada orang sehat, biasanya terjadi sekali sehari untuk

mengosongkan usus distal (Ross, 2006).

Motilitas usus besar terjadi ketika zat yang tidak diabsorbsi di usus halus

masuk ke usus besar dan membentuk feses. Setelah feses melewati sekum dan

proksimal, sfingter ileosekal berkontraksi, mencegah refluks ke ileum. Dari

sekum, feses bergerak melewati kolon, lalu menuju rektum dan sampai pada kanal

anal (Costanzo, 2002).

C. Patofisiologi Penyakit

1. Patofisiologi penyakit lambung

Penyakit-penyakit yang umum mengenai lambung mencerminkan

pentingnya peran lambung sebagai suatu organ sekretorik, khususnya asam

lambung dan faktor intrinsik. Gangguan sekresi asam lambung menyebabkan

penyakit asam-peptik, sementara hilangnya sekresi faktor intrinsik menyebabkan

ketidakmampuan tubuh menyerap vitamin B12 yang bermanifestasi sebagai

anemia pernisiosa. Gangguan motilitas lambung yang utama adalah gastroparesis

(McPhee, 2006).

a. Penyakit asam-peptik

Pasien dengan penyakit asam-peptik mengalami nyeri dada atau abdomen

yang kronik, ringan, terasa panas atau menggigit akibat erosi dangkal atau dalam

mukosa pencernaan. Timbulnya penyakit asam-peptik disebabkan peningkatan

absolut atau relatif produksi asam atau penurunan pertahanan mukosa. Agen
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI 30

infeksi tertentu, yaitu bakteri Helicobacter pylori berperan dalam predisposisi

sejumlah bentuk penyakit asam-peptik, termasuk tukak lambung, tukak

duodenum, dan gastritis. Bentuk-bentuk penyakit asam-peptik yang ditandai oleh

lesi mukosa superfisial dapat menyebabkan perdarahan saluran cerna akut atau

kronik, yang disertai oleh penurunan bermakna hematokrit dan penyulit terkait

(McPhee, 2006).

1) Tukak lambung

Tukak lambung dibedakan dari gastritis oleh kedalaman lesi, dengan tukak

lambung yang menembus mukosa. Sebagian besar tukak lambung terjadi

di kurvatura minor lambung. Tukak lambung diyakini berkaitan dengan

gangguan pertahanan mukosa karena kapasitas sekretorik asam dan pepsin

pasien normal atau bahkan dibawah normal. Gangguan motilitas

diperkirakan ikut berperan dalam pembentukan tukak lambung melalui

sedikitnya tiga cara. Pertama, gangguan tersebut memberi kontribusi

akibat kecenderungan isi duodenum untuk mengalir balik melalui sfingter

pilorus yang inkompeten. Kedua, gangguan tersebut memberi kontribusi

akibat tertundanya pengosongan isi lambung, termasuk material refluks, ke

dalam duodenum. Ketiga, gangguan tersebut memberi kontribusi akibat

perlambatan pengosongan lambung sehingga terjadi retensi makanan,

peningkatan sekresi gastrin serta asam lambung (McPhee, 2006).

2) Gastritis erosif akut


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI 31

Gastritis erosif akut mencakup peradangan akibat cedera superfisial di

mukosa, erosi mukosa, atau tukak dangkal akibat berbagai gangguan,

terutama alkohol, obat, dan stres. Tidak seperti tukak lambung dan

duodenum, submukosa dan muskularis mukosa tidak tertembus pada

gastritis erosif (McPhee, 2006). Gastritis akut ini sering disebabkan oleh

berbagai hal, yaitu pemakaian obat NSAID secara berlebihan, konsumsi

alkohol, merokok, infeksi bakteri atau virus, stres, dan kemoterapi kanker.

Gastritis akut dapat menyebabkan nyeri epigastrium, mual, dan muntah

dengan derajat yang bervariasi, serta pendarahan hebat (Kumar, 2009).

3) Gastritis atrofik kronik

Penyakit ini ditandai oleh sel radang disertai atrofi mukosa lambung dan

berkurangnya kelenjar. Kemampuan lambung untuk menghasilkan asam

lambung berkurang secara progresif, dan kadar gastrin dalam serum

melonjak (McPhee, 2006). Penyebab gastritis kronik adalah infeksi kronik

H. pylori, autoimun, konsumsi alkohol, merokok, dan penyakit lain seperti

penyakit Crohn. Gastritis kronik hanya menyebabkan sedikit gejala,

Mungkin timbul mual, muntah, dan rasa tidak nyaman di perut bagian atas

(Kumar, 2009).

4) Tukak duodenum

Tukak duodenum diyakini sebagai konsekuensi infeksi H. pylori yang

menyebabkan peradangan mukosa dan gangguan pertahanan (McPhee,

2006).

b. Gastroparesis
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI 32

Gastroparesis adalah penyakit yang umum terjadi pada diabetes melitus

yang tidak terkontrol, dengan konsekuensi berupa neuropati otonom. Manifestasi

dari penyakit ini adalah mual, kembung, muntah, dan konstipasi atau diare.

Gastroparesis disebabkan oleh adanya gangguan motilitas lambung yang terjadi

berkisar dari obstruksi pintu keluar lambung parsial atau total hingga

pengosongan yang terlalu cepat dan biasanya terjadi akibat gangguan pada

mekanisme normal yang mengontrol fungsi-fungsi tersebut. Mekanisme-

mekanisme tersebut mencakup kontraktilitas intrinsik otot polos lambung, sistem

saraf enterik, kontrol sistem saraf otonom atas fungsi sistem saraf enterik, dan

hormon pencernaan (McPhee, 2006).

2. Patofisiologi penyakit usus halus dan usus besar

a. Diare

Diare merupakan buang air besar dengan volume, frekuensi, atau kecairan

yang berlebihan. Setiap proses yang meningkatkan frekuensi defekasi atau volume

tinja menyebabkan tinja menjadi lebih encer karena konsistensi tinja yang lunak

tetapi berbentuk ditentukan oleh penyerapan air yang bergantung pada waktu

(McPhee, 2006).

Diare dapat bersifat akut (durasi kurang dari dua minggu) atau kronik

(lebih dari 4 minggu). Diare juga dapat bersifat sekretorik, osmotik, atau

malabsorptif bergantung pada dasar patofisiologis yang menyebabkan gangguan

homeostatis cairan usus. Diare osmotik disebabkan oleh malabsorpsi nutrien atau

elektrolit yang kurang diserap yang menahan air di lumen. Diare sekretorik terjadi

jika terdapat secretagogues yang mempertahankan transpor cairan keluar sel epitel
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI 33

yang deras menuju lumen saluran cerna. Diare malabsorptif terjadi jika

kemampuan usus mencerna atau menyerap nutrien tertentu terganggu dan dapat

disebabkan oleh gangguan pencampuran makanan (gangguan motilitas),

insufisiensi pankreas (gangguan pencernaan), atau kerusakan enterosit atau zat

pengangkut di permukaannya (gangguan penyerapan). Dalam kapasitas transpor,

usus halus jauh melebihi kolon. Karena itu, infeksi, zat toksik, atau penyebab lain

peningkatan sekresi di usus halus dapat mengalahkan mekanisme absorptif di

kolon sehingga terjadi diare (McPhee, 2006).

b. Inflammatory bowel disease

Terdapat dua bentuk inflammatory bowel disease kronik yaitu penyakit

Chron, yang memiliki karakter transmural dan granulomatosa, yang terjadi di

mana saja di sepanjang saluran cerna, dan kolitis ulseratif, yang bersifat

superfisial dan terbatas di mukosa kolon. Gambaran umum bagi semua bentuk

inflammatory bowel disease adalah ulserasi mukosa dan peradangan saluran

cerna, yang pada kenyataannya tidak dapat dibedakan dari peradangan yang

terjadi secara akut pada diare infeksi dan invasif (McPhee, 2006).

c. Penyakit divertikulum

Hampir 80% pasien dengan penyakit divertikulum tidak mengalami

gejala kecuali konstipasi kronik. Penyakit divertikulum terjadi akibat deformitas

didapat kolon, yaitu mukosa dan submukosa mengalami herniasi yang menembus

tunika muskularis dibawahnya. Kelainan fungsional diyakini berkaitan dengan

konstipasi kronik dan terbentuknya gradien tekanan transmural dari lumen kolon

ke ruang peritoneum akibat kontraksi kuat otot-otot dinding kolon. Peningkatan


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI 34

kontraksi otot ini, yang berperan dalam pembentukan penyakit divertikulum, juga

dipercayai menyebabkan nyeri abdomen (McPhee, 2006).

d. Irritable bowel syndrome

Irritable bowel syndrome ditandai oleh perubahan kebiasaan buang air

besar disertai nyeri abdomen tanpa terdeteksinya proses patologis organik atau

kelainan motilitas atau struktural spesifik. Perubahan kebiasaan buang air besar,

yang biasanya bergantian antara diare dan konstipasi adalah tanda utama irritable

bowel syndrome. Stres juga berpengaruh besar pada gejala irritable bowel

syndrome, biasanya terjadi selama atau setelah kejadian yang menyebabkan stress

(McPhee, 2006).

e. Atresia dan stenosis

Obstruksi usus kongenital adalah kelainan yang jarang tetapi dramatis dan

dapat mengenai semua bagian usus. Atresia duodenum adalah yang tersering,

jejunum dan ileum biasanya juga terkena, tetapi kolon tidak terlibat. Obstruksi

dapat total (atresia) atau inkomplit (stenosis). Atresia dapat berupa diafragma

mukosa imperforata atau berupa segmen usus yang menciut, menjadi seperti tali

yang menghubungkan usus proksimal dan distal yang normal. Stenosis lebih

jarang dijumpai dan disebabkan oleh penyempitan suatu segmen usus atau sebuah

diafragma dengan lubang sempit di tengahnya (Kumar, 2009)

Banyak keadaan, misalnya infeksi, penyakit peradangan, gangguan

molitilas, dan tumor, mengenai usus halus dan usus besar. Salah satu gangguan

yang sering terjadi adalah infeksi parasit, misalnya cacing. Parasit adalah suatu

organisme yang hidup di atas atau di dalam organisme lain, yang dikenal sebagai
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI 35

induk semang. Parasit itu mungkin hewan atau tumbuhan; mereka mungkin

bakteri, protozoa, cacing atau arthropoda. Parasit pada umumnya telah

mengadakan perubahan sifat biokimia dan imunologi demikian rupa, sehingga

mereka dapat hidup di dalam organisme lain dan tidak tercerna atau terbunuh

(Levine, 1990). Parasit bertahan hidup bergantung dengan penularannya dari host

ke host. Pola siklus hidup parasit sederhana, hanya melibatkan sebuah host, atau

lebih kompleks, melibatkan dua atau lebih host intermediet (Zaman, 2008).

Melalui saluran cerna, begitu banyak antigen lingkungan masuk ke tubuh

manusia. Sistem imun harus menyeimbangkan antara toleransi terhadap zat tidak

berbahaya dengan reaksi pertahanan aktif terhadap mikroba yang mungkin

merugikan. Di sepanjang usus halus dan kolon terdapat nodulus-nodulus jaringan

limfoid, terletak di dalam mukosa atau terentang dari mukosa ke sebagian

submukosa. Nodulus limfoid ini menyebabkan distorsi epitel permukaan yang

membentuk kubah lebar dan bukan bentuk seperti vili. Epitel permukaan di atas

nodus limfoid mengandung sel absorptif kolumnar dan sel M (membranosa). Sel

M ini memiliki kemampuan melakukan transitosis makromolekul antigenik utuh

dari lumen ke sel yang mempresentasikan antigen di epitel permukaan. Sel yang

mempresentasikan antigen mencakup makrofag dan sel dendritik (Kumar, 2009).

Di sepanjang usus terdapat limfosit T tersebar di permukaan, biasanya

pada sel basolateral. Sel T ini mencakup sel CD8+ sitotoksik. Lamina propria

mengandung sel T helper (CD4+), sel B aktif, dan sel plasma. Sel plasma lamina

propria mengeluarkan dimer IgA, IgG, dan IgM. IgA disalurkan ke lumen usus
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI 36

dengan transitosis langsung menembus enterosit atau menembus hepatosit untuk

disekresikan ke dalam empedu (Kumar, 2009).

Berbagai protozoa dan cacing berbeda dalam besar, struktur, sifat

biokimiawi, siklus hidup dan patogenesisnya. Hal ini menimbulkan respon imun

spesifik yang berbeda pula. Infeksi cacing biasanya menjadi kronik dan kematian

pejamu akan merugikan parasit sendiri. Infeksi yang kronik itu akan menimbulkan

rangsangan antigen persisten yang meningkatkan kadar imunoglobulin dalam

sirkulasi dan pembentukan kompleks imun (Baratawidjaja, 2010).

Eosinofil lebih efektif dibanding leukosit lain oleh karena eosinofil

mengandung granul yang lebih toksik dibandingkan enzim proteolitik. Cacing

dapat merangsang produksi IgE yang nonspesifik. Reaksi inflamasi yang

ditimbulkannya diduga dapat mencegah menempelnya cacing pada mukosa

saluran cerna (Baratawidjaja, 2010).

D. Toksikologi

1. Definisi

Toksikologi dapat didefinisikan sebagai cabang ilmu yang mempelajari

tentang racun. Sedangkan racun dapat didefinisikan sebagai substansi yang dapat

menimbulkan efek berbahaya terhadap kehidupan organisme (Hodgson, 2004).

Menurut Stine dan Brown (1996) toksikologi adalah ilmu tentang racun yang

mempelajari efek merugikan dari bahan kimia bagi makhluk hidup. Meskipun

hampir semua materi pada kadar tertentu menjadi racun, toksikologi khususnya
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI 37

membahas materi yang bisa menyebabkan efek merugikan saat diaplikasikan pada

kadar relatif rendah.

2. Mekanisme, wujud, dan sifat efek toksik

a. Mekanisme aksi toksik

1) Berdasarkan sifat dan tempat kejadian

Mekanisme luka berdasarkan sifat dan tempat kejadian dibagi menjadi dua

golongan utama, yaitu mekanisme luka intrasel dan ekstrasel. Mekanisme

luka intrasel atau mekanisme primer adalah luka sel yang diawali oleh aksi

racun pada tempat aksinya dalam sel. Mekanisme luka ekstrasel terjadi

secara tidak langsung dan tempat kejadian awalnya berada di lingkungan

ekstrasel (Donatus, 2001).

2) Berdasarkan sifat antaraksi

Mekanisme aksi molekuler dibagi menjadi dua, yaitu aksi toksik

berdasarkan antaraksi yang terbalikkan dan yang tak terbalikkan antara

racun dan tempat aksinya (Donatus, 2001).

3) Berdasarkan risiko penumpukan

Senyawa yang sangat lipofil dan sulit dimetabolisme, di dalam tubuh

cenderung akan disimpan dalam gudang penyimpanan kompartemen

lemak. Penumpukan racun di dalam gudang penyimpanan dapat secara

perlahan terlepas ke sirkulasi dan meningkatkan kadarnya yang ada di

dalam cairan tubuh. Bila kadarnya melebihi KTM, maka menimbulkan

efek toksik yang tidak diinginkan (Donatus, 2001).


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI 38

b. Wujud efek toksik

Respon toksik adalah suatu proses di mana sel, jaringan, atau organ

menanggapi adanya luka dalam diri komponen-komponen tubuh tersebut.

Wujud efek toksik adalah hasil akhir dari aksi dan respon toksik (Donatus,

2001).

1) Respons dan perubahan biokimia

Respons biokimia meliputi peningkatan atau pengurangan aktivitas

transpor elektron pembangkit energi di mitokondria, sintesis protein, dan

pergeseran sistem hormonal. Wujud efek toksiknya bersifat timbal balik.

Artinya bila pemejanan dengan racun pada diri makluk hidup dihentikan,

maka ketoksikkannya juga segera hilang (Donatus, 2001).

2) Respons dan perubahan fisiologi (fungsional)

Respons fisiologi berkaitan dengan fungsi jasmani seperti bernafas,

peredaran darah, kontraksi otot, keseimbangan elektrolit, dan sebagainya.

Perubahan fungsional akibat pemejanan racun biasanya bersifat timbal

balik. Jadi efek yang timbul juga akan hilang bila pemejanan racun

dihentikan (Donatus, 2001).

3) Respons histopatologi dan perubahan struktural

Luka sekuler menyebabkan perubahan morfologi yang akhirnya terwujud

sebagai kekacauan struktural. Tiga respon histopatologi dasar sebagai

tanggapan terhadap adanya luka selular tersebut meliputi degenerasi,

proliferasi,dan inflamasi atau perbaikan. Degenerasi adalah perubahan

yang regresif seperti pengecilan sel atau pengurangan jumlah organel.


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI 39

Proliferasi adalah peningkatan pertumbuhan pada sembarang tingkat

struktural, dari tingkat molekular sampai ke tingkat selular. Sedangkan

inflamasi merupakan respons ekstrasel untuk menahan atau mengambil zat

penyebab luka dan memperbaiki jaringan (Donatus, 2001).

c. Jenis wujud efek toksik

1) Berdasarkan perubahan biokimia

Jenis wujud efek toksik ini berkaitan dengan respons dan perubahan atau

kekacauan biokimia terhadap luka sel, akibat antaraksi antara racun dan

tempat aksi yang terbalikkan (Donatus, 2001).

2) Berdasarkan perubahan fungsional

Jenis wujud efek toksik berkaitan dengan antaraksi racun yang terbalikkan

dengan reseptor atau tempat aktif enzim, sehingga mempengaruhi fungsi

homeostatis tertentu (Donatus, 2001).

3) Berdasarkan perubahan struktural

Termasuk dalam jenis ini adalah perlemakan (degenerasi melemak),

nekrosis, karsinogenesis, mutagenesis, dan teratogenesis (Donatus, 2001).

d. Sifat efek toksik

Efek toksik disebut terbalikkan jika efek itu dapat hilang dengan

sendirinya. Sebaliknya, efek tidak terbalikkan akan menetap atau justru bertambah

parah setelah pajanan toksikan dihentikan. Efek tidak terbalikkan di antarnya

karsinoma, mutasi dan kerusakan saraf. Efek toksikan terbalikkan bila tubuh

terpajan pada kadar rendah atau untuk waktu yang singkat. Sementara, efek tidak
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI 40

terbalikkan dapat dihasilkan pada pajanan dengan kadar yang lebih tinggi atau

waktu yang lama (Lu, 1995).

3. Uji toksisitas subkronis

Uji toksisitas subkronis ialah uji ketoksikan suatu senyawa yang

diberikan dengan dosis berulang pada hewan tertentu, selama kurang dari tiga

bulan. Uji ini ditujukan untuk mengungkapkan spektrum efek toksik senyawa uji,

serta untuk memperlihatkan apakah spektrum efek toksik tersebut berkaitan

dengan takaran dosis (Donatus, 2001).

a. Rancangan percobaan

1) Spesies dan jumlah

Hewan yang digunakan biasanya tikus dan anjing. Pilihan ini didasarkan

pada ukurannya yang sesuai, kemudahan untuk mendapatkannya, dan

banyak informasi toksikologi berbagai zat kimia pada hewan ini. Hewan

jantan dan betina harus sama jumlahnya. Umumnya dipakai 10-30 tikus

dalam setiap kelompok dosis dan dalam kelompok pembanding (Lu,

1995).

2) Cara pemberian

Zat kimia yang diuji harus diberikan lewat jalur yang sama dengan

penggunaan atau pajanannya pada manusia (Lu, 1995).

3) Dosis dan jangka waktu

Dosis yang disarankan adalah tiga dosis: satu dosis yang cukup tinggi

untuk menimbulkan tanda toksisitas yang pasti tetapi tidak cukup tinggi
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI 41

untuk membunuh sebagian besar hewan itu, dosis rendah yang diharapkan

tidak memberikan efek toksik sama sekali, dan dosis menengah. Kadang

ditambahkan satu dosis atau lebih. Dalam penelitian pada tikus, dosis tetap

dinyatakan dalam mg/kgBB hewan. Lama penelitian pada tikus biasanya

90 hari (Lu, 1995).

Pengamatan dan pemeriksaan yang dilakukan dalam uji ketoksikan

subkronis, meliputi perubahan berat badan yang diperiksa paling tidak 7 hari

sekali, masukan makanan untuk masing-masing hewan atau kelompok hewan

yang diukur paling tidak 7 hari sekali, gejala-gejala klinis umum yang diamati

setiap hari, pemeriksaan hematologi paling tidak diperiksa dua kali, pada awal dan

akhir uji coba, pemeriksaan kimia darah, paling tidak sama dengan butir 4,

analisis urin, paling tidak sekali, dan pemeriksaan histopatologi organ pada akhir

uji coba (Donatus, 2001).

E. Keterangan Empiris

Penelitian ini bersifat ekploratif untuk melihat ketoksikan subkronis

penggunaan infusa daun sirsak terhadap perubahan struktural histologis lambung

dan usus tikus.


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Rancangan Penelitian

Uji toksisitas subkronis infusa daun sirsak pada lambung dan usus tikus

putih jantan dan betina termasuk penelitian eksperimental murni dengan

menggunakan rancangan penelitian acak lengkap pola searah.

B. Variabel Penelitian

1. Variabel bebas : dosis infusa daun sirsak.

2. Variabel tergantung : gambaran histologis lambung dan usus tikus.

3. Variabel pengacau

a. Variabel pengacau terkendali

1) Subyek uji berupa tikus putih galur Sprague Dawley (SD), jenis kelamin

jantan dan betina, berumur umur 2 – 3 bulan, berat badan 160 – 280 g,

keadaan fisik berstatus sehat, diperoleh dari Laboratorium Hayati Imono,

Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta

2) Bahan uji berupa daun sirsak

Daun berupa tangkai daun hingga helaiannya, daun sehat atau tidak

terkena penyakit, dan diperoleh dari kebun milik H. Sunarto yang

beralamat di Dusun Jetis, Kelurahan Sardonoharjo, Ngaglik, Sleman,

Yogyakarta pada bulan Mei-Juni 2012.

42
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI 43

b. Variabel pengacau tak terkendali

Kondisi patologi tikus: kondisi fisik berstatus sehat, tetapi belum dapat

menjamin keadaan lambung dan usus juga berstatus sehat.

C. Definisi Operasional

a. Infusa daun sirsak adalah cara penyarian yang dibuat dengan cara menyari

simplisia dengan air pada suhu 90°C selama 15 menit.

b. Dosis infusa daun sirsak adalah sejumlah (g) infusa daun sirsak tiap satuan kg

berat badan subjek uji yang dilakukan.

c. Histologis lambung adalah struktur jaringan lambung secara detail

menggunakan mikroskop pada sediaan jaringan yang dipotong tipis.

d. Histologis usus adalah struktur jaringan usus secara detail menggunakan

mikroskop pada sediaan jaringan yang dipotong tipis.

D. Bahan dan Alat Penelitian

1. Bahan penelitian

a. Subyek uji yang digunakan yaitu tikus putih galur Sprague Dawley (SD)

jantan dan betina; umur 2 – 3 bulan; berat badan 160 – 280 g; diperoleh

dari Laboratorium Imono, Fakultas Farmasi, Universitas Sanata Dharma,

Yogyakarta.

b. Bahan uji yang digunakan yaitu daun sirsak, dan diperoleh dari kebun

milik H. Sunarto yang beralamat di Dusun Jetis, Kelurahan Sardonoharjo,

Ngaglik, Sleman, Yogyakarta.


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI 44

c. Bahan untuk kontrol yaitu aquadest yang diperoleh dari laboratorium

Farmakologi dan Toksikologi, Fakultas Farmasi, Universitas Sanata

Dharma, Yogyakarta.

d. Bahan kimia yang digunakan yaitu larutan formalin p.a 10% untuk

mengawetkan organ lambung dan usus, pereaksi toluen untuk penetapan

kadar air yang diperoleh dari Laboratorium Farmakologi dan Toksikologi,

Fakultas Farmasi, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

e. Asupan pakan tikus yang digunakan adalah pelet AD-2 yang diperoleh

dari Laboratorium Imono, Fakultas Farmasi, Universitas Sanata Dharma,

Yogyakarta.

f. Asupan minum tikus yang digunakan adalah air reverse-osmosis (RO)

yang diperoleh dari Laboratorium Imono, Fakultas Farmasi, Universitas

Sanata Dharma, Yogyakarta.

2. Alat penelitian

a. Alat-alat untuk pembuatan simplisia, yaitu timbangan digital, oven,

blender, ayakan no. 40.

b. Alat-alat untuk penetapan kadar air, yaitu timbangan, destilator, gelas

ukur, stopwatch, labu alas bulat, bekker gelas.

c. Alat-alat untuk pembuatan infusa daun sirsak, yaitu timbangan, panci

infusa, termometer, stopwatch, heater, alat-alat gelas.


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI 45

d. Alat-alat untuk perlakuan dan pemeriksaan histologis, yaitu metabolic

cage, jarum suntik per oral, timbangan, pinset, scalpel, dan pot-pot untuk

menyimpan organ.

E. Tata Cara Penelitian

1. Determinasi pohon sirsak

Determinasi pohon sirsak dilakukan dengan cara mencocokkan ciri-ciri

yang dipunyai pohon sirsak dengan buku acuan Flora: Untuk Sekolah di Indonesia

(Steenis, 1992).

2. Pengumpulan bahan

Bahan uji yang digunakan adalah daun sirsak segar dan diperoleh dari dari

kebun milik H. Sunarto yang beralamat di dusun Jetis, Kelurahan Sardonoharjo,

Ngaglik, Sleman, Yogyakarta pada bulan Mei-Juni 2012.

3. Pembuatan serbuk daun sirsak

Daun sirsak dicuci dengan air bersih kemudian dikeringkan

menggunakan oven dengan suhu ±50ºC selama ±72 jam. Daun yang sudah kering

diserbuk dengan blender, kemudian diayak dengan ayakan nomor 40 dan dicari

persen (%) rendemen yang diperoleh.

4. Penetapan kadar air dalam daun sirsak

Berdasarkan buku Material Medika Indonesia Jilid VI, penetapan kadar

air dalam daun sirsak dilakukan dengan cara destilasi menggunakan pereaksi

toluen. Daun sirsak ditimbang sebanyak 50 g kemudian dimasukkan ke dalam

labu kering. Sebanyak 200 mL toluen dimasukkan ke dalam labu penerima


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI 46

melalui alat pendingin, dan dihubungkan pada alat. Labu dipanaskan selama 15

menit. Setelah toluen mendidih, suling dengan kecepatan lebih kurang dua tetes

per detik hingga sebagian besar air tersuling. Kemudian naikkan kecepatan hingga

empat tetes per detik. Setelah semua air tersuling, bagian dalam pendingin dicuci

dengan toluen. Penyulingan dilanjutkan selama lima menit. Tabung penerima

pendingin dibiarkan hingga suhu kamar. Setelah air dan toluena memisah

sempurna, dibaca volume airnya dan dihitung kadar air dalam %.

5. Pembuatan infusa daun sirsak

Infusa daun sirsak dibuat dengan menimbang 6 g serbuk daun sirsak

kemudian dimasukkan dalam panci infusa, dituangi aquadest sebanyak 100 mL.

Serbuk yang telah ditambah aquadest dipanaskan dan diukur suhunya. Setelah

mencapai 90°C, waktu pemanasan dihitung selama 15 menit. Disaring dengan

kain flanel dan apabila belum mencapai volume 100 mL, maka dapat ditambahkan

air panas melalui ampas rebusan hingga volume yang diinginkan tercapai.

6. Penetapan dosis infusa daun sirsak

Peringkat dosis yang digunakan berdasarkan pada pengobatan masyarakat

sehari-hari yaitu kurang dari 10 lembar daun sisak. Dosis pada perlakuan diambil

dari dosis empirik yaitu 2 g/70kgBB manusia. Konversi manusia (70 kg ke tikus

200 g) adalah 0,018.

Dosis untuk 200 g tikus = 0,018 x 2 g

= 0,036 g/200 gBB tikus

Dosis untuk 1 kg tikus = g/gBB tikus

= 180 mg/kg BB tikus


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI 47

Untuk perhitungan dosis tertinggi yaitu:

D= = 6 g/100 mL x 2,5 mL : 300 g = 0,5 mg/g BB tikus

= 500 mg/kg BB tikus

Faktor pengali = = = 1,67

Kemudian dibuat peringkat dosis berikut ini :

Dosis I = 108 mg/kg BB tikus

Dosis II = 180 mg/kg BB tikus

Dosis III = 301 mg/kg BB tikus

Dosis IV = 503 mg/kg BB tikus

Kontrol aquadest = 8333 mg/kg BB tikus

7. Persiapan kandang

Kandang yang dipersiapkan adalah 50 kandang. Persiapan kandang

meliputi pembersihan kandang, perbaikan kondisi kandang yang kurang baik dan

penataan kandang menurut kelompok perlakuan.

8. Persiapan hewan uji

Hewan uji yang digunakan berjumlah 50 ekor (25 jantan dan 25 betina)

ditempatkan dalam kandang. Satu kandang khusus berisi 1 tikus. Sebelum

penelitian semua subjek uji diadaptasikan terlebih dahulu terhadap kandang dan

lingkungan laboratorium.

9. Pengelompokan hewan uji

Hewan uji dikelompokkan dengan metode random clustering sampling.

Semua hewan uji ditimbang dan dikelompokkan berdasarkan range berat badan.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI 48

Kemudian dikelompokkan kembali menjadi 5 kelompok dosis, yaitu kontrol

aquadest, dosis I, II, III, dan IV.

10. Prosedur pelaksanaan

Lima puluh ekor tikus dibagi secara acak dalam 5 kelompok dosis.

Kelompok I yaitu kelompok kontrol negatif diberi aquadest. Perhitungan dosis

aquadest yaitu

D= = 1 g/ mL x 2,5 mL : 300 g = 8,333 mg/g BB tikus

= 8333 mg/kg BB tikus

dan kelompok II-V diberi infusa daun sirsak secara per oral dengan peringkat

dosis berturut-turut 108; 180; 301; dan 503 mg/kgBB tikus dengan kekerapan

pemberian sehari 1 kali selama 30 hari. Pada hari ke 31, 5 tikus (3 jantan dan 2

betina) dari masing-masing kelompok diambil secara acak, kemudian hewan uji

dikorbankan untuk diambil lambung dan ususnya, diamati penampakan

mikroskopinya, lalu dimasukkan ke dalam formalin 10% untuk dibuat preparat

histologis menurut tatacara pengecatan hematoksilin eosin. Anggota kelompok

yang masih hidup tetap dipelihara tanpa perlakuan pemberian infusa daun sirsak

selama 14 hari untuk uji keterbalikan. Pada hari ke-15, hewan uji dikorbankan,

diambil lambung dan ususnya, diamati penampakan makroskopis yang terjadi,

ditimbang beratnya, dan dibuat preparat histologis.

11. Pengamatan

Pengamatan gejala-gejala fisik diamati setiap hari, asupan makan dan

minum diukur setiap hari, dan berat badan diukur setiap hari lalu dihitung purata

pada hari ke-0, 7, 14, dan 28.


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI 49

12. Pembuatan preparat histologis

Lambung dan usus yang disimpan dalam larutan formalin 10%

dicelupkan ke dalam aquadest. Kemudian dipotong-potong dengan mikrotom

setebal 3 mm – 5 mm. Potongan organ dimasukkan ke dalam wadah yang

direndam dalam formalin 10%. Preparat dimasukkan ke dalam larutan etanol

secara bertingkat berturut-turut etanol 70% selama 20 menit, 80% selama 20

menit, etanol 95% selama 20 menit, etanol mutlak selama 20 menit, masing-

masing dua kali perlakuan. Selajutnya dimasukkan ke dalam larutan propanol

selama 20 menit sebanyak tiga kali perlakuan.

Preparat kemudian dimasukkan dalam xilol parafin, dipanaskan selama 1

jam dan dilakukan sebanyak dua kali perlakuan. Preparat dipindahkan ke dalam

parafin cair selama 30 menit dalam blok preparat, kemudian didinginkan. Setelah

dicetak, preparat dipotong dengan mikrotom setebal 5 mikron, masukkan

inkubator untuk memanaskan preparat. Preparat diletakkan di atas kaca preparat

yang telah diolesi albumin agar preparat dapat menempel dengan baik di kaca.

Cuci preparat dengan air, kemudian masukkan ke dalam hematoksilin-eosin.

Preparat dikeringkan pada suhu kamar dan ditutup dengan objek glass.

13. Pemeriksaan histologis lambung dan usus

Pembuatan dan pemeriksaan preparat histologis dilakukan oleh

Laboratorium Patologi Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Gadjah Mada

Yogyakarta. Pemeriksan sel lambung dan usus tikus putih jantan dan betina hasil

pengecatan hematosilin eosin dilakukan di bawah mikroskop dengan perbesaran


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI 50

100 kali dan 400 kali. Hasil pemeriksaan dibuat fotomikroskopi sebagai data

kualitatif.

F. Analisis Hasil

1. Pemeriksaan preparat histologis dilakukan secara kualitatif deskriptif dengan

membandingkan antara kelompok kontrol dengan kelompok perlakuan untuk

mengetahui spektrum efek toksik sediaan uji terhadap organ usus dan lambung

yang terkena, dan juga untuk mengetahui hubungan kekerabatan antara dosis

dan spektrum efek toksik.

2. Data uji keterbalikan dianalisis secara kualitatif berdasarkan perubahan

morfologi yang terjadi pada kelompok tikus yang diberhentikan dari

pemberian infusa daun sirsak dibandingkan dengan kelompok tanpa berhenti.

3. Data berat badan tikus setiap hari dan dihitung purata kenaikan beratnya pada

hari ke-0, 7, 14, 21, 28 dan dianalisis secara statistik dengan analisis General

Linear Model (multivariate).

4. Data asupan pakan dihitung setiap harinya dari selisih antara pemberian pakan

awal (20 g per hari) dikurangi sisa pakan pada hari sebelumnya. Kemudian

dihitung purata harian tiap kelompok perlakuan tanpa dianalisis statistik

karena hanya ingin melihat pola makan tikus dan dibuat grafik.

5. Data asupan minum dihitung setiap harinya dari selisih antara pemberian

minum awal (150 mL per hari) dikurangi sisa pemberian minum pada hari

sebelumnya. Kemudian dihitung purata harian tiap kelompok perlakuan tanpa

dianalisis statistik dan dibuat grafik.


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Determinasi Tanaman

Dalam penelitian ini dilakukan pemeriksaan terhadap tanaman sirsak

(Annona muricata L.) melalui determinasi yang mengacu pada buku acuan

(Steenis, 1992). Determinasi ini bertujuan untuk memastikan bahwa tanaman yang

digunakan telah sesuai dan tidak terjadi kesalahan dalam pengambilan sampel.

Kebenaran tanaman dalam penelitian merupakan syarat mutlak yang harus

dipenuhi. Pemeriksaan dilakukan dengan cara mencocokkan ciri-ciri tanaman

sirsak dengan buku acuan. Hasil determinasi:

1b – 2b – 3b – 4b – 6b – 7b -9b – 10b – 11b – 12b – 13b – 14a – 15a – 109b –

119b – 120b – 128b – 129b – 135b – 136b – 139b – 140b – 142b – 142b – 143b –

146b – 154b – 155b – 156b – 162b – 164b – 165b – 166a 50. Annonaceae

1b 2. Annona

1a Annona muricata L.

Hasil determinasi menunjukkan bahwa tanaman yang digunakan dalam penelitian

ini adalah tanaman sirsak (Annona muricata L.).

B. Pembuatan Simplisia Daun Sirsak

Simplisia adalah bahan alamiah berupa tanaman utuh, bagian tanaman

atau eksudat tanaman yang digunakan sebagai obat dan belum mengalami

pengolahan atau mengalami pengolahan secara sederhana serta belum merupakan

51
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI 52

zat murni kecuali dinyatakan lain, berupa bahan yang telah dikeringkan

(Direktorat Obat Asli Indonesia, 2010). Daun sirsak sebanyak 184,0 g dicuci

dengan air bersih kemudian dikeringkan menggunakan oven pada suhu ± 50ºC

selama 72 jam. Daun yang sudah kering diserbuk dengan blender, diayak dengan

ayakan nomor 40 lalu dicari bobot tetap dan rendemennya. Pengayakan bertujuan

untuk menyeragamkan ukuran serbuk. Bobot tetap adalah berat pada

penimbangan setelah zat dikeringkan selama satu jam tidak berbeda lebih dari 0,5

mg dari berat zat pada penimbangan sebelumnya (Departemen Kesehatan RI,

1979). Serbuk daun sirsak diayak dan ditimbang sampai diperoleh bobot tetap.

Bobot serbuk pada ayakan pertama didapatkan 39,3 g dan pada ayakan kedua

sebanyak 39,3 g. Maka didapatkan bobot tetap serbuk daun sirsak adalah 39,3 g.

Rendemen simplisia dihitung dalam persen dengan membagi bobot daun kering

dengan daun sirsak yang masih basah dikali 100%. Perhitungan rendemen ini

bertujuan untuk mengetahui banyaknya serbuk kering yang dihasilkan dari

sejumlah daun sirsak basah yang telah mengalami pengolahan. Hasil rendemen

yang didapatkan adalah 22,5%.

C. Penetapan Kadar Air dalam Daun Sirsak

Penetapan kadar air dalam daun sirsak bertujuan untuk mengetahui

batasan maksimal atau rentang tentang besarnya kandungan air di dalam daun

sirsak. Hal ini terkait dengan adanya kontaminan dalam simplisia tersebut. Bila

kadar air tinggi, maka pertumbuhan kontaminan, misalnya bakteri, akan semakin

banyak sehingga akan mempengaruhi daya tahan bahan. Jadi, penghilangan kadar
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI 53

air hingga jumlah tertentu berguna untuk memperpanjang daya tahan bahan

selama penyimpanan. Pada penelitian penetapan kadar air dalam daun sirsak

dengan cara destilasi toluen. Prinsip penentuan kadar air dengan destilasi adalah

menguapkan air dengan “pembawa” cairan kimia yang mempunyai titik didih

lebih tinggi daripada air dan tidak dapat bercampur dengan air serta mempunyai

berat jenis lebih rendah daripada air. Air dikumpulkan dalam penerima dan

volume air yang terkumpul dapat diketahui karena berat jenis pelarut lebih kecil

dari berat jenis air, sehingga air selalu berada dibawah pelarut dan pelarut akan

kembali ke labu didih (Haryati, 2003). Metode ini efektif karena terjadi

penyulingan berulang kali di dalam labu dan menggunakan pendingin balik untuk

mencegah adanya penguapan berlebih. Sistem yang digunakan tertutup dan tidak

dipengaruhi oleh kelembaban (Departemen Kesehatan RI, 1995). Penetapan kadar

air dalam daun sirsak direplikasi tiga kali lalu dirata-rata dan diperloleh kadar air

9,7%. Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia (1994), kadar

air yang diperbolehkan dalam suatu serbuk adalah tidak lebih dari 10%. Hal ini

berarti kadar air dalam daun sirsak untuk penelitian ini memenuhi kadar air yang

diperbolehkan.

D. Pemeriksaan Histologis Organ Lambung dan Usus Tikus Putih


Jantan dan Betina Akibat Pemberian Infusa Daun Sirsak secara
Subkronis

Pembuatan preparat histologis organ lambung dan usus dilakukan dengan

pewarnaan hematosiklin-eosin, diamati di bawah mkroskop dengan perbesaran


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI 54

100X dan 400X, kemudian dibuat fotomikroskopi yang digunakan sebagai data

kualitatif.

1. Pemeriksaan Histologis Organ Lambung Tikus Putih Jantan dan Betina

Tabel I. Perbandingan hasil pemeriksaan histologis lambung tikus putih jantan kelompok
perlakuan infusa daun sirsak dan kelompok kontrol negatif selama 30 hari dengan hasil uji
keterbalikan

Kelompok Pengamatan histologis


No
perlakuan Perlakuan selama 30 hari Hasil uji keterbalikan
1 Kontrol Lapisan mukosa normal Lapisan mukosa normal
Aquadest dosis Lapisan submukosa normal Lapisan submukosa normal
8333 mg/kg Muskularis eksterna normal Muskularis eksterna normal
BB Lapisan serosa normal Lapisan serosa normal
2 Infusa Daun Lapisan mukosa normal Lapisan mukosa normal
Sirsak dosis Lapisan submukosa normal Lapisan submukosa normal
108 mg/kg BB Muskularis eksterna normal Muskularis eksterna normal
Lapisan serosa normal Lapisan serosa normal
3 Infusa Daun Lapisan mukosa normal Lapisan mukosa normal
Sirsak dosis Lapisan submukosa normal Lapisan submukosa normal
180 mg/kg BB Muskularis eksterna normal Muskularis eksterna normal
Lapisan serosa normal Lapisan serosa normal
4 Infusa Daun Lapisan mukosa normal Lapisan mukosa normal
Sirsak dosis Lapisan submukosa normal Lapisan submukosa normal
301 mg/kg BB Muskularis eksterna normal Muskularis eksterna normal
Lapisan serosa normal Lapisan serosa normal
5 Infusa Daun Lapisan mukosa normal Lapisan mukosa normal
Sirsak dosis Lapisan submukosa normal Lapisan submukosa normal
503 mg/kg BB Muskularis eksterna normal Muskularis eksterna normal
Lapisan serosa normal Lapisan serosa normal
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI 55

Tabel II. Perbandingan hasil pemeriksaan histologis lambung tikus putih betina kelompok
perlakuan infusa daun sirsak dan kelompok kontrol negatif selama 30 hari dengan hasil uji
keterbalikan

Kelompok Pengamatan histologis


No
perlakuan Perlakuan selama 30 hari Hasil uji keterbalikan
1 Kontrol Lapisan mukosa normal Lapisan mukosa normal
Aquadest dosis Lapisan submukosa normal Lapisan submukosa normal
8333 mg/kg Muskularis eksterna normal Muskularis eksterna normal
BB Lapisan serosa normal Lapisan serosa normal
2 Infusa Daun Lapisan mukosa normal Lapisan mukosa normal
Sirsak dosis Lapisan submukosa normal Lapisan submukosa normal
108 mg/kg BB Muskularis eksterna normal Muskularis eksterna normal
Lapisan serosa normal Lapisan serosa normal
3 Infusa Daun Lapisan mukosa normal Lapisan mukosa normal
Sirsak dosis Lapisan submukosa normal Lapisan submukosa normal
180 mg/kg BB Muskularis eksterna normal Muskularis eksterna normal
Lapisan serosa normal Lapisan serosa normal
4 Infusa Daun Lapisan mukosa normal Lapisan mukosa normal
Sirsak dosis Lapisan submukosa normal Lapisan submukosa normal
301 mg/kg BB Muskularis eksterna normal Muskularis eksterna normal
Lapisan serosa normal Lapisan serosa normal
5 Infusa Daun Lapisan mukosa normal Lapisan mukosa normal
Sirsak dosis Lapisan submukosa normal Lapisan submukosa normal
503 mg/kg BB Muskularis eksterna normal Muskularis eksterna normal
Lapisan serosa normal Lapisan serosa normal

Kelompok kontrol aquadest merupakan pembanding yang bertujuan

untuk melihat gambaran normal organ lambung tanpa dipejani zat uji. Kelompok

ini diberi aquadest dengan dosis 8333 mg/kgBB. Pada pemeriksaan histologis

lambung tikus putih jantan maupun betina kelompok kontrol negatif aquadest
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI 56

tidak terjadi perubahan (gambar 7). Sel dan jaringan yang menyusun lambung

seperti lapisan mukosa, submukosa, muskularis eksterna, dan serosa dalam

keadaan normal.

Gambar 7. Histologis organ lambung tikus jantan kelompok kontrol


aquadest dosis 8333 mg/kg BB dengan pewarnaan hematosiklin-eosin,
perbesaran 100X. Keterangan: (m) mukosa, (sm) submukosa

Gambar 8. Histologis organ lambung tikus jantan kelompok kontrol


aquadest dosis 8333 mg/kg BB dengan pewarnaan hematosiklin-eosin,
perbesaran 400X. Keterangan: (mm) muskularis mukosa, (lp) lamina
propria, (sm) submukosa
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI 57

Gambar 9. Histologis organ lambung tikus betina kelompok kontrol aquadest


dosis 8333 mg/kg BB dengan pewarnaan hematosiklin-eosin, perbesaran 100X.
Keterangan: (m) mukosa, (sm) submukosa, (mm) muskularis mukosa, (me)
muskularis eksterna

Gambar 10. Histologis organ lambung tikus betina kelompok kontrol aquadest
dosis 8333 mg/kg BB dengan pewarnaan hematosiklin-eosin, perbesaran 400X.
Keterangan: (m) mukosa, (sm) submukosa, (mm) muskularis mukosa, (me)
muskularis eksterna
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI 58

Dari pemeriksaan histologis, kelompok perlakuan infusa daun sirsak

dosis 108; 180; 301; dan 503 mg/kg BB menunjukkan tidak adanya perubahan sel

dan jaringan pada organ lambung tikus putih jantan maupun betina. Bila

dibandingkan dengan kontrol aquadest, semua kelompok perlakuan tidak

menunjukkan adanya perbedaan yang berarti. Lapisan mukosa yang terdiri dari

epitel permukaan, kelenjar lambung (kelenjar kardia, pilori, dan fundus), lamina

propria, dan muskularis mukosa yang membatasi mukosa dan submukosa dalam

keadaan normal. Submukosa lambung yang terdiri dari jaringan ikat longgar tidak

terdapat kerusakan, begitu pula muskularis eksterna lambung yang terdapat

diantara submukosa dan serosa tidak terdapat perubahan. Dari data dapat

disimpulkan bahwa perlakuan infusa daun sirsak dosis 108; 180; 301; dan 503

mg/kg BB tidak menimbulkan efek toksik terhadap perubahan struktural organ

lambung tikus putih jantan dan betina


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI 59

2. Pemeriksaan Histologis Organ Usus Tikus Putih Jantan dan Betina

Tabel III. Perbandingan hasil pemeriksaan histologis usus tikus putih jantan kelompok
perlakuan infusa daun sirsak dan kelompok kontrol negatif selama 30 hari dengan hasil uji
keterbalikan

Kelompok Pengamatan histologis


No
perlakuan Perlakuan selama 30 hari Hasil uji keterbalikan
1 Kontrol Lapisan mukosa normal Lapisan mukosa normal
Aquadest dosis Lapisan submukosa normal Lapisan submukosa normal
8333 mg/kg Muskularis eksterna normal Muskularis eksterna normal
BB Lapisan serosa normal Lapisan serosa normal
2 Infusa Daun Lapisan mukosa normal Lapisan mukosa normal
Sirsak dosis Lapisan submukosa normal Lapisan submukosa normal
108 mg/kg BB Muskularis eksterna normal Muskularis eksterna normal
Lapisan serosa normal Lapisan serosa normal
3 Infusa Daun Lapisan mukosa normal Lapisan mukosa normal
Sirsak dosis Lapisan submukosa normal Lapisan submukosa normal
180 mg/kg BB Muskularis eksterna normal Muskularis eksterna normal
Lapisan serosa normal Lapisan serosa normal
4 Infusa Daun Lapisan mukosa normal Lapisan mukosa normal
Sirsak dosis Lapisan submukosa normal Lapisan submukosa normal
301 mg/kg BB Muskularis eksterna normal Muskularis eksterna normal
Lapisan serosa normal Lapisan serosa normal
Terdapat potongan cacing di
lumen usus
5 Infusa Daun Lapisan mukosa normal Lapisan mukosa normal
Sirsak dosis Lapisan submukosa normal Lapisan submukosa normal
503 mg/kg BB Muskularis eksterna normal Muskularis eksterna normal
Lapisan serosa normal Lapisan serosa normal
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI 60

Tabel IV. Perbandingan hasil pemeriksaan histologis usus tikus putih betina kelompok
perlakuan infusa daun sirsak dan kelompok kontrol negatif selama 30 hari dengan hasil uji
keterbalikan

Kelompok Pengamatan histologis


No
perlakuan Perlakuan selama 30 hari Hasil uji keterbalikan
1 Kontrol Lapisan mukosa normal Lapisan mukosa normal
Aquadest dosis Lapisan submukosa normal Lapisan submukosa normal
8333 mg/kg Muskularis eksterna normal Muskularis eksterna normal
BB Lapisan serosa normal Lapisan serosa normal
2 Infusa Daun Lapisan mukosa normal Lapisan mukosa normal
Sirsak dosis Lapisan submukosa normal Lapisan submukosa normal
108 mg/kg BB Muskularis eksterna normal Muskularis eksterna normal
Lapisan serosa normal Lapisan serosa normal
3 Infusa Daun Lapisan mukosa normal Lapisan mukosa normal
Sirsak dosis Lapisan submukosa normal Lapisan submukosa normal
180 mg/kg BB Muskularis eksterna normal Muskularis eksterna normal
Lapisan serosa normal Lapisan serosa normal
4 Infusa Daun Lapisan mukosa normal Lapisan mukosa normal
Sirsak dosis Lapisan submukosa normal Lapisan submukosa normal
301 mg/kg BB Muskularis eksterna normal Muskularis eksterna normal
Lapisan serosa normal Lapisan serosa normal
5 Infusa Daun Lapisan mukosa normal Lapisan mukosa normal
Sirsak dosis Lapisan submukosa normal Lapisan submukosa normal
503 mg/kg BB Muskularis eksterna normal Muskularis eksterna normal
Lapisan serosa normal Lapisan serosa normal

Gambaran histologis organ usus tikus jantan dan betina kelompok kontrol

aquadest dosis 8333 mg/kg BB terlihat pada gambar 11, 12, dan 13. Usus terdiri

dari jaringan mukosa, submukosa, muskularis eksterna, dan jaringan serosa.

Mukosa usus terdiri dari vili, lamina propria merupakan lapisan intermediet dari
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI 61

mukosa, dan muskularis mukosa yang merupakan lapisan terluar mukosa.

Epitelium mukosa (Gambar 12) terdiri dari berbagai sel kelenjar yaitu sel

absorptif atau sel enterosit, sel goblet, sel paneth, sel enteroendokrin, dan sel M.

Submukosa berada di antara muskularis mukosa dan muskularis eksterna

yang terdiri dari jaringan ikat longgar. Sedangkan muskularis eksterna merupakan

lapisan yang mengelilingi lapisan submukosa yang tersusun dari otot polos tebal.

Serosa merupakan penutup yang menyelubungi permukaan luar dari usus halus.

Gambar 11. Histologis organ usus tikus jantan kelompok kontrol


aquadest dosis 8333 mg/kg BB dengan pewarnaan hematosiklin-eosin,
perbesaran 100X. Keterangan: (m) mukosa, (sm) submukosa, (mm)
muskularis mukosa, (me) muskularis eksterna, (s) serosa
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI 62

Gambar 12. Histologis organ usus tikus jantan kelompok kontrol aquadest
dosis 8333 mg/kg BB dengan pewarnaan hematosiklin-eosin, perbesaran
400X. Keterangan: (bb) brush border, (gc) goblet cell, (e) enterosit

Gambar 13. Histologis organ usus tikus betina kelompok kontrol aquadest
dosis 8333 mg/kg BB dengan pewarnaan hematosiklin-eosin, perbesaran 100X.
Keterangan: (se) surface ephitelium, (lp) lamina propria (sm) submukosa,
(mm) muskularis mukosa, (me) muskularis eksterna, (s) serosa
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI 63

Kelompok kontrol aquadest diberi aquadest dengan dosis 8333 mg/kgBB.

Pada pemeriksaan histologis usus tikus putih jantan maupun betina kelompok

kontrol negatif aquadest tidak terjadi perubahan. Dinding sel usus yang terdiri dari

lapisan mukosa, submukosa, muskularis eksterna, dan serosa dalam keadaan yang

normal. Hal ini menunjukkan tikus putih jantan dan betina yang digunakan dalam

penelitian ini merupakan hewan uji yang sehat.

Kelompok perlakuan infusa daun sirsak tikus jantan dan betina dosis 108

mg/kg BB menunjukkan bahwa lapisan dinding usus, yaitu lapisan mukosa,

submukosa, muskularis eksterna, dan serosa dalam batas normal. Hal ini terlihat

dari gambaran histologis usus yang terlihat tidak terjadi perubahan dan bila

dibandingkan dengan kelompok kontrol aquadest, hasil gambaran histologis tidak

menunjukkan adanya perbedaan. Data ini menunjukkan bahwa pemberian infusa

daun sirsak dosis 108 mg/kg BB tidak menimbulkan efek toksik.

Pada kelompok perlakuan infusa daun sirsak tikus jantan dan betina dosis

180 mg/kg BB tidak terjadi perubahan setelah 30 hari. Lapisan yang menyusun

dinding usus terlihat normal sehingga menunjukkan bahwa pemberian infusa daun

sirsak dosis 180 mg/kg BB tidak menimbulkan efek toksik.


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI 64

Gambar 14. Histologis organ usus tikus jantan kelompok perlakuan


infusa daun sirsak dosis 301 mg/kg BB dengan pewarnaan hematosiklin-
eosin, perbesaran 100X. Keterangan: (m) mukosa, (sm) submukosa, (mm)
muskularis mukosa, (me) muskularis eksterna, (s) serosa

Gambar 15. Histologis organ usus tikus jantan kelompok perlakuan


infusa daun sirsak dosis 301 mg/kg BB dengan infeksi cacing, pewarnaan
menggunakan hematosiklin-eosin, perbesaran 400X. Keterangan: (m)
mukosa, (sm) submukosa, (mm) muskularis mukosa, (me) muskularis
eksterna, (s) serosa, cacing pada lumen usus dan dikelilingi eosinofil
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI 65

Gambaran histologis organ usus tikus putih jantan kelompok perlakuan

infusa daun sirsak dosis 301 mg/kg BB dapat dilihat pada gambar 14 dan 15. Pada

kelompok perlakuan ini, ditemukan potongan cacing pada lumen usus salah satu

tikus putih jantan (Gambar 15). Cacing termasuk dalam parasit. Parasit adalah

suatu organisme yang hidup di atas atau di dalam organisme lain (Levine, 1990).

Di dalam lamina propria terdapat elemen sistem imun, yaitu nodul limpa, limfosit,

makrofag, sel plasma, dan eosinofil (Ross, 2006). Pada usus yang terdapat

potongan cacing, terdapat eosinofil. Hal ini berarti terjadi mekanisme pertahanan

usus terhadap antigen yaitu cacing. Cacing dapat masuk ke dalam saluran

pencernaan tikus bukan disebabkan oleh infusa daun sirsak yang dikonsumsi

tikus, tetapi karena dipengaruhi oleh lingkungan tempat tinggal tikus yang kurang

bersih.

Gambar 16. Histologis organ usus tikus betina kelompok perlakuan infusa
daun sirsak dosis 503 mg/kg BB dengan pewarnaan hematosiklin-eosin,
perbesaran 100X. Keterangan: (m) mukosa, (sm) submukosa, (mm)
muskularis mukosa, (me) muskularis eksterna, (s) serosa
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI 66

Data histologis organ usus tikus jantan dan betina kelompok perlakuan

infusa daun sirsak dosis 503 mg/kg BB dalam batas normal. Lapisan penyusun

dinding usus seperti lapisan mukosa, submukosa, muskularis eksterna, dan serosa

tidak mengalami perubahan (gambar 16). Hal ini menunjukkan perlakuan infusa

daun sirsak dosis 503 mg/kg BB tidak menimbulkan efek toksik pada organ usus

tikus putih jantan dan betina.

Kelompok perlakuan infusa daun sirsak dosis 108; 180; 301; dan 503

mg/kg BB menunjukkan tidak adanya perubahan sel dan jaringan pada organ usus

tikus putih jantan maupun betina bila dibandingkan dengan kontrol aquadest.

Hasil ini dapat disimpulkan bahwa perlakuan infusa daun sirsak dosis 108; 180;

301; dan 503 mg/kg BB tidak menimbulkan efek toksik terhadap perubahan

struktural organ usus tikus putih jantan dan betina.

E. Uji Keterbalikan

Uji keterbalikan dilakukan untuk mengetahui sifak efek toksik yang

ditimbulkan oleh infusa daun sirsak. Uji keterbalikan dilakukan dengan cara

menghentikan semua perlakuan infusa daun sirsak pada tikus putih jantan maupun

betina yang masih hidup. Uji keterbalikan ini dilakukan selama 14 hari dan tikus

dibedah pada hari ke 15 untuk dibuat preparat histologis.

Dari data histologis lambung yang telah diberhentikan dari perlakuan

infusa daun sirsak dosis 108 mg/kg BB (gambar 17); 180; 301; dan 503 mg/kg BB

(Gambar 18), dapat dilihat lapisan yang menyusun dinding lambung normal.

Lapisan mukosa, submukosa, muskularis eksterna, dan serosa tidak mengalami


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI 67

perubahan. Bila dibandingkan dengan tikus putih jantan maupun betina yang

diberi perlakuan infusa daun sirsak, gambaran histologis lambung tikus untuk uji

keterbalikan ini tidak ada perbedaan yang berarti, yaitu semua organ masih dalam

batas normal. Infusa daun sirsak yang diberikan selama 30 hari terbukti tidak

menimbulkan efek toksik pada organ lambung sehingga tidak dapat ditentukan

sifat efek toksik dari infusa dari daun sirsak tersebut.

Gambar 17. Histologis organ lambung tikus jantan kelompok perlakuan


infusa daun sirsak dosis 108 mg/kg BB dengan pewarnaan hematosiklin-
eosin, perbesaran 100X. Keterangan: (m) mukosa, (sm) submukosa, (mm)
muskularis mukosa, (me) muskularis eksterna, (s) serosa
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI 68

Gambar 18. Histologis organ lambung tikus betina kelompok


perlakuan infusa daun sirsak dosis 503 mg/kg BB dengan pewarnaan
hematosiklin-eosin, perbesaran 100X. Keterangan: (m) mukosa, (sm)
submukosa, (mm) muskularis mukosa, (me) muskularis eksterna, (s)
serosa

Gambaran histologis usus tikus putih jantan dan betina kelompok

perlakuan infusa daun sirsak dosis 108; 180; 301; dan 503 mg/kg BB selama 30

hari tidak menimbulkan efek toksik. Setelah diberhentikan dari pejanan sediaan

uji selama 14 hari, didapatkan data histologis usus tikus putih jantan dan betina

kelompok perlakuan daun sirsak dosis 108; 180; 301; dan 503 mg/kg BB (Gambar

19) tidak mengalami perubahan. Lapisan penyusun usus seperti mukosa,

submukosa, muskularis eksterna, dan serosa dalam batas normal. Sifat efek toksik

infusa daun sirsak terhadap organ usus tidak dapat ditentukan karena infusa daun

sirsak tidak menimbulkan efek toksik pada usus tikus selama 30 hari dan hasil uji

keterbalikan menunjukkan bahwa organ usus masih dalam batas normal.


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI 69

Gambar 19. Histologis organ usus tikus betina kelompok kontrol aquadest
dosis 8333 mg/kg BB dengan pewarnaan hematosiklin-eosin, perbesaran 400X.
Keterangan: lp (lamina propria) pada mukosa usus normal

F. Berat Badan Tikus Putih Jantan dan Betina Akibat Perlakuan


Infusa Daun Sirsak secara Subkronis

Pengukuran berat badan penting untuk dilakukan. Berkurangnya

pertambahan berat dapat untuk mengetahui kesehatan hewan uji dan merupakan

indeks efek toksik yang sederhana. Selain itu penimbangan berat badan hewan uji

digunakan untuk menyesuaikan volume pemberian infusa daun sirsak. Pada

penelitian ini juga didapatkan data perubahan berat badan yang dihitung setiap

minggu yaitu pada hari ke-0, 7, 14, 21, dan 28. Data berat badan hewan uji

dianalisis statistik dengan menggunakan metode General Linear Model yang

bertujuan untuk mengetahui apakah perlakuan infusa daun sirsak dapat

mempengaruhi berat badan secara signifikan dan mengetahui kenaikan maupun

penurunan berat badan tikus jantan dan betina. Bila p> 0,05 berarti berbeda tidak

bermakna dan apabila p<0,05 berarti berbeda bermakna. Hasil analisis berat badan
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI 70

tikus jantan dan betina akibat perlakuan infusa daun sirsak dosis 108; 180; 301;

503 mg/kg BB dan kontrol aquadest 8333 mg/kgBB selama 28 hari terlihat pada

tabel 5 dan 6.

Tabel V. Hasil analisis berat badan tikus jantan akibat perlakuan infusa daun sirsak secara
subkronis

Kelompok Purata berat badan (gram) ± SEM hari ke


perlakuan 0 7 14 21 28
Kontrol Aquadest 239 ± 255,9±1 276,1±1 289,4 ± 298,6 ±
8333 mg/kgBB 12,73 1,50 1,08 8,44 7,55
Infusa Daun Sirsak 234,9± 246,5± 267,1± 279,1± 295,1±
108 mg/kgBB 13,11tb 8,34tb 9,33tb 11,02tb 8,94tb
Infusa Daun Sirsak 237,1 ± 252,7 ± 274,4 ± 289,1 ± 303,2 ±
180 mg/kgBB 11,73tb 10,55tb 11,79tb 11,98tb 9,94tb
Infusa Daun Sirsak 227,3 ± 256,6 ± 272,4 ± 281,6 ± 294,9 ±
301 mg/kgBB 15,03tb 13,67tb 9,73tb 9,05tb 9,30tb
Infusa Daun Sirsak 235,8 ± 256 ± 270 ± 283,9 ± 298,2 ±
tb tb tb
503 mg/kgBB 11,95 10,78 8,07 6,65tb 6,56tb

Tabel VI. Hasil analisis berat badan tikus betina akibat perlakuan infusa daun sirsak secara
subkronis

Kelompok Purata berat badan (gram) ± SEM hari ke


perlakuan 0 7 14 21 28
Kontrol Aquadest 194,8 ± 191,4 ± 193 ± 195 ± 199,5 ±
8333 mg/kgBB 5,15 6,57 6,25 8,39 7,83
Infusa Daun Sirsak 194,4 ± 191,7 ± 196,2± 201,5 ± 206,3 ±
108 mg/kgBB 8,11tb 4,79tb 2,81tb 3,43tb 4,69tb
Infusa Daun Sirsak 202,8 ± 202,7 ± 206 ± 212,2 ± 224 ±
tb tb tb tb
180 mg/kgBB 9,45 6,57 7,54 8,07 7,36tb
Infusa Daun Sirsak 192,5 ± 186,8 ± 188,2± 192,5 ± 202 ±
tb tb tb tb
301 mg/kgBB 5,14 5,44 5,83 4,48 8,36tb
Infusa Daun Sirsak 195,4 ± 194,7 ± 194 ± 194,1 ± 202 ±
tb tb tb tb
503 mg/kgBB 4,21 6,00 8,60 8,97 8,36tb

Analisis statistik General Linear Model berat badan didapatkan nilai

signifikansi p > 0,05 yang menunjukkan perbedaan yang tidak bermakna antara

berat badan kelompok perlakuan. Berat badan antara kelompok perlakuan infusa

daun sirsak berbeda tidak bermakna dibandingkan dengan kelompok kontrol


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI 71

aquadest, sehingga disimpulkan bahwa perlakuan infusa daun sirsak tidak

mempengaruhi berat badan hewan uji.

350.0

300.0

250.0
Berat Badan (g)

Dosis I
200.0
Dosis II
150.0
Dosis III
100.0 Dosis IV

50.0 Kontrol Aquadest

0.0
0 7 14 21 28 35
Hari

Gambar 20. Grafik perubahan berat badan tikus jantan akibat perlakuan infusa
daun sirsak hari ke-0 sampai hari ke-28

Keterangan:
Dosis 1 = Infusa daun sirsak dosis 108 mg/kg BB
Dosis 2 = Infusa daun sirsak dosis 180 mg/kg BB
Dosis 3 = Infusa daun sirsak dosis 301 mg/kg BB
Dosis 4 = Infusa daun sirsak dosis 503 mg/kg BB

Grafik perubahan berat badan tikus putih jantan menunjukkan berat

badan hewan uji kelompok perlakuan infusa daun sirsak 108; 180; 301; dan 503

mg/kg BB, dan kelompok kontrol aquadest mengalami peningkatan. Purata berat

badan serta kenaikan berat badan tikus putih jantan kelompok perlakuan dan

kontrol aquadest hampir sama tiap minggunya.


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI 72

250

200
Berat badan (g)

150 Dosis I
Dosis II
100 Dosis III
Dosis IV
50 Kontrol Aquadest

0
0 7 14 21 28 35
Hari

Gambar 21. Grafik perubahan berat badan tikus betina akibat perlakuan infusa
daun sirsak hari ke-0 sampai hari ke-28

Keterangan:
Dosis 1 = Infusa daun sirsak dosis 108 mg/kg BB
Dosis 2 = Infusa daun sirsak dosis 180 mg/kg BB
Dosis 3 = Infusa daun sirsak dosis 301 mg/kg BB
Dosis 4 = Infusa daun sirsak dosis 503 mg/kg BB

Pada grafik perubahan berat badan betina akibat perlakuan infusa daun

sirsak dosis 180 mg/kg BB mengalami kenaikan berat badan setiap minggunya.

Tetapi pada tikus perlakuan infusa daun sirsak dosis 108; 180; 301; dan 503

mg/kg BB, dan kontrol aquadest pada hari ke-7 mengalami penurunan berat

badan, setelah itu pada hari ke-14 sampai hari ke-28 mengalami peningkatan berat

badan. Hal ini mungkin dikarenakan proses adaptasi dari tikus betina pada awal

percobaan sehingga menyebabkan penurunan nafsu makan.


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI 73

G. Asupan Pakan dan Minum Tikus Putih Jantan dan Betina Akibat
Perlakuan Infusa Daun Sirsak secara Subkronis

Konsumsi makanan merupakan indikator yang berguna. Konsumsi

makanan yang nyata berkurang dapat menimbulkan efek yang mirip atau

memperberat manifestasi toksik zat uji. Pemberian pakan dan minum dilakukan

setiap hari dengan jumlah yang sama, yaitu jumlah pakan sebanyak 20 g dan

minum sebanyak 120 mL. Pakan yang digunakan adalah AD2 dan minum yang

digunakan adalah air reverse-osmosis. Jumlah pakan dan minum yang dikonsumsi

tikus diukur setiap harinya dengan menghitung selisih jumlah awal dikurangi sisa

dan dirata-rata setiap harinya. Data asupan pakan dan minum hanya dihitung

puratanya karena digunakan untuk melihat pola makan dari hewan uji.

25
Jumlah makan (gram)

20

15

10

0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28
Hari

DOSIS 1 DOSIS 2 DOSIS 3 DOSIS 4 KONTROL AQUADEST

Gambar 22 . Grafik asupan pakan tikus jantan akibat perlakuan infusa daun sirsak hari
ke 0 sampai hari ke-28

Keterangan:
Dosis 1= Infusa daun sirsak dosis 108 mg/kg BB
Dosis 2= Infusa daun sirsak dosis 180 mg/kg BB
Dosis 3= Infusa daun sirsak dosis 301 mg/kg BB
Dosis 4= Infusa daun sirsak dosis 503 mg/kg BB
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI 74

Grafik asupan pakan tikus jantan menunjukkan rata-rata konsumsi pakan

yang hampir sama dari semua kelompok perlakuan infusa daun sirsak dosis 108;

180; 301; dan 503 mg/kg BB dan kelompok kontrol aqudest. Tikus putih jantan

mengkonsumsi rata-rata 15-20 g per hari, dan terlihat tidak terdapat peningkatan

nafsu makan yang tinggi. Namun pada hari ke 6, terdapat penurunan konsumsi

pakan. Hal ini dikarenakan pakan yang tumpah dari wadah pakan sehingga hanya

sedikit yang dapat dikonsumsi hewan uji.

20
Jumlah makan (gram)

15

10

0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28
Hari

DOSIS 1 DOSIS 2 DOSIS 3 DOSIS 4 KONTROL AQUADEST

Gambar 23. Grafik asupan pakan tikus betina akibat perlakuan infusa daun sirsak hari
ke-0 sampai hari ke-28

Keterangan:
Dosis 1 = Infusa daun sirsak dosis 108 mg/kg BB
Dosis 2 = Infusa daun sirsak dosis 180 mg/kg BB
Dosis 3 = Infusa daun sirsak dosis 301 mg/kg BB
Dosis 4 = Infusa daun sirsak dosis 503 mg/kg BB

Grafik asupan pakan tikus betina menunjukkan rata-rata konsumsi pakan

yang hampir sama dari semua kelompok perlakuan infusa daun sirsak dosis 108;

180; 301; dan 503 mg/kg BB dan kelompok kontrol aquadest. Sehingga dapat

dikatakan bahwa pemberian infusa daun sirsak tidak mempengaruhi pola makan

hewan uji dan perubahan berat badan yang terjadi disebabkan oleh proses

pertumbuhan.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI 75

50
Jumlah minum (ml)
40

30

20

10

0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28
Hari

DOSIS 1 DOSIS 2 DOSIS 3 DOSIS 4 KONTROL AQUADEST

Gambar 24. Grafik asupan minum tikus jantan akibat perlakuan infusa daun sirsak hari
ke-0 sampai hari ke-28

Keterangan:
Dosis 1 = Infusa daun sirsak dosis 108 mg/kg BB
Dosis 2 = Infusa daun sirsak dosis 180 mg/kg BB
Dosis 3 = Infusa daun sirsak dosis 301 mg/kg BB
Dosis 4 = Infusa daun sirsak dosis 503 mg/kg BB

50
Jumlah minum (ml)

40
30
20
10
0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28
Hari

DOSIS 1 DOSIS 2 DOSIS 3 DOSIS 4 KONTROL AQUADEST

Gambar 25. Grafik asupan minum tikus betina akibat perlakuan infusadaun sirsak hari
ke-0 sampai hari ke-28

Keterangan:
Dosis 1 = Infusa daun sirsak dosis 108 mg/kg BB
Dosis 2 = Infusa daun sirsak dosis 180 mg/kg BB
Dosis 3 = Infusa daun sirsak dosis 301 mg/kg BB
Dosis 4 = Infusa daun sirsak dosis 503 mg/kg BB
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI 76

Selain data perubahan berat badan dan data asupan pakan, data asupan

minuman juga dijadikan data pendukung dalam penelitian ini. Data asupan minum

didapat dari rata-rata perhari agar terlihat pola asupan minum hewan uji. Dari

gambar 24 dan 25, terlihat pola minum semua kelompok perlakuan normal karena

tidak ada peningkatan atau penurunan pola minum jika dibandingkan dengan

kontrol aquadest. Maka dapat dikatakan bahwa pemberian infusa daun sirsak tidak

mempengaruhi pola minum hewan uji.

Penelitian ini penting dilakukan untuk mengetahui pengaruh penggunaan

daun sirsak jika digunakan dalam jangka panjang. Hasil penelitian toksisitas

subkronis infusa daun sirsak yang diberikan selama 30 hari dengan dosis 108;

180; 301; dan 503 mg/kg terhadap tikus jantan dan betina galur Sprague Dalwey

menunjukkan tidak adanya efek toksik yang ditimbulkan terhadap perubahan

struktural lambung dan usus tikus serta tidak mempengaruhi pola makan dan

minum tikus.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

1. Perlakuan infusa daun sirsak dosis 108; 180; 301; 503 mg/kg BB secara

subkronis tidak mengakibatkan efek toksik pada perubahan struktural

organ lambung dan usus tikus putih jantan maupun betina.

2. Tidak ada kekerabatan antara dosis infusa daun sirsak dengan spektrum

efek toksik pada lambung dan usus tikus.

3. Tidak terjadi efek toksik dari infusa daun sirsak dan tidak dapat ditentukan

keterbalikannya pada histologis lambung dan usus tikus.

B. Saran

Perlu dilakukan penelitian mengenai toksisitas subkronis penggunaan

infusa daun sirsak dengan rentang waktu yang lebih lama, misalnya 3 bulan.

77
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

DAFTAR PUSTAKA

Amzu, 2001, Kanker lenyap berkat sirsak, AgroMedia Pustaka, Jakarta, p. 4.

Arthur, F.K.N., Woode, E., Terlabi, E.O., and Larbie, C., 2011, Evaluation of
acute and subchonic toxicity of Annona Muricata (Linn.) aqueous extrat in
animals, Pelagia Research Library, 4, 115-124.

Baratawidjaja, K.G., dan Rengganis, I., 2010, Imunologi Dasar, Edisi IX, Balai
Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta, pp. 435-446.

Constanzo, L.S., 2002, Physiology, 2nd ed.,Elsevier, Philadelphia, p. 313.

Dale, M.M., Foreman, J.C., and Fan, T.P.D., 1994, Textbook of


Immunopharmacology, 3rd ed., Blackwell Scientific Publications, Oxford,
pp. 61-62.

Departemen Kesehatan RI, 1979, Farmakope Indonesia, edisi III, Departemen


Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta.

Departemen Kesehatan RI, 1989, Materia Medika Indonesia, jilid VI, Departemen
Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta, pp. 41-45.

Departemen Kesehatan RI, 1995, Farmakope Indonesia edisi IV, Departemen


Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta.

Direktorat Obat Asli Indonesia, 2010, Acuan Sediaan Herbal, Badan Pengawas
Obat dan Makanan Republik Indonesia, Jakarta, p. 1.

Donatus, I.A., 2001, Toksikologi Dasar, Laboratorium Farmakologi dan


Toksikologi, Fakultas Farmasi, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, pp.
7, 201, 202.

Eroschenko, V.P., 2008, Di Fiores’s atlas of histology with functional


correlations, 11th ed, Lippincott Williams&Wilkins, Philadelphia, pp. 292-
298.

Fofana, S., Ziyaev, R., Abdusamatov, A., and S. Kh. Zakirov, S.K., 2011,
Alkaloids from Annona muricata leaves, Chemistry of Natural
Compounds, 47, 2-5.

Fox, Stuart, 2011, Human Physiology, 12th ed., McGraw-Hill, New York, p.614.

78
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI 79

Gajalakshmi, S., Vijayalakshmi, S., and Devi, R.V., 2012, Phytochemical and
Pharmacological Properties of Annona muricata: A Review, Int J Pharm
Pharm Sci, 4, 3-6.

McPhee, S. J. and Ganong, W. F., 2006, Pathophysiology of Disease, An


Introduction to Clinical Medicine, 5th ed., McGraw-Hill, United State of
America, pp. 352-353.

Guyton, A.C. and Hall, J.E., 2006, Textbook of medical physiology, 11th ed.,
Elsevier, Philadelphia, pp. 785-786.

Haryati, N., 2003, Menentukan Kadar Air dengan Metode Lemari Pengering,
Destilasi Toluene dan Infra Merah, Skripsi, 5,Institut Pertanian Bogor,
Bogor.

Hodgson, E., 2004, A Textbook of Modern Toxicology, 3rd ed, A John Willey &
Sons, Canada, pp. 364-369.

Johnson, K. E., 1994, Histology & Cell Biology, diterjemahkan oleh Gunawijaya,
A., Binarupa Aksara, Jakarta, p. 463.

Junqueria, L.C., Carneiro, J., and Kelley, R.O., 1997, Basic Histology, 8th ed,
diterjemahkan oleh Tambayong, J., EGC, Jakarta, pp. 291-309.

Kumar, Vinay, 2009, Robbins & Cotran Pathologic Basis of Disease, 7th ed,
diterjemahkan oleh Brahm, U., EGC, Jakarta, pp. 851-852.

Leeson, C. R., 1996, Textbook of histology, 5th ed, diterjemahkan oleh


Tambayong, Y., EGC, Jakarta, pp. 350-359.

Levine, N. D., 1990, Textbook of Veterinary Parasitology, diterjemahkan oleh


Ashadi, G., Gadjah Mada University Press, Yogyakarta, p. 3.

Lu, F.C., 1995, Basic Toxicology: fundamentals, target organ, and risk assesment,
Edisi II, diterjemahkan oleh Nugroho, E., UI Press, Jakarta, pp. 47-48.

Martini, F.H., 1997, Human Anatomy, 2nd ed., Prentice Hall, USA, pp. 626-651.

Mills, S.E., 2007, Histology for Pathologist, 3rd ed., Lippincott Williams and
Wilkins, Philadelphia, pp. 592-63.

Plantamor, 2008, Annona muricata L.,


http://www.plantamor.com/index.php?plant=106, diakses tanggal 17
Maret 2012.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI 80

Ross, M.H. and Pawlina W., 2006, Histology: a text and atlas with correlated cell
and molecular biology, Ed V, Lippincott Williams and Wilkins, Florida,
pp. 519 – 551.

Sherwood, L., 2011, Human physiology: from cells to systems, 6th ed,
diterjemahkan oleh Brahm, U.P., EGC, Jakarta, pp. 654-678.

Sousa, O.V., Vieria, G.D.V., Pinho, J.J.R.G., Yamamoto, C.H., Alves, M.S.,
2010, Antinociceptive and Anti-Inflammatory Activities of the Ethanol
Extract of Annona muricata L. Leaves in Animal Models, Int. J. Mol. Sci.,
11, 2067-2078.

Steenis, C.G.G.J.C., 1992, Flora: Untuk Sekolah di Indonesia, Pradnya Paramita,


Jakarta.

Stine, K.E. and Brown, T.M., 1996, Principles of Toxicolog, CR Press inc, New
York, pp. 1-10.

Telser, A.G., and Young, J.K., 2007, Elsevier’s Integrated Histology, Mosby
Elsevier, Philadelphia, pp. 320-322.

Turana, Y., 2002, Suatu Obat, Tidak Lepas dari Efek Samping, suatu tinjauan
pustaka, MEDIKA, No 9, 596-598.

Wibowo, D.S., dan Widjaya, P., 2009, Anatomi Tubuh Manusia, Graha Ilmu
Publishing, Jakarta, p. 337.

Young, B., 2006, Wheater’s Functional Histology, A text and Colour Atlas, 5th
ed., Elsevier, Philadelphia, p. 263.

Zaman, V. and Mary, N.M., 2008, Atlas of Medical Parasitology, 4th ed, Elsevier,
Singapore, p. xv.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

LAMPIRAN

Lampiran 1. Tanaman Sirsak dan Daun Sirsak (Annona muricata L.)

Foto tanaman sirsak (Annona muricata L.)

Foto Daun Sirsak (Annona muricata L.)

81
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI 82

Serbuk daun sirsak

Lampiran 2. Determinasi Daun Sirsak (Annona muricata L.)


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI 83

Lampiran 3. Pengesahan Determinasi Daun Sirsak (Annona muricata L.)


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI 84

Lampiran 4. Ethics Committee Approval


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI 85

Lampiran 5. Alat untuk Destilasi Toluen

Lampiran 6. Perhitungan Rendemen

Bobot daun basah : 184,0 g

Bobot daun kering : 53,9 g

Bobot serbuk : 41,4 g

% rendemen =

Lampiran 7. Perhitungan Bobot Tetap

Bobot tetap serbuk I : 39,3 g

Bobot tetap serbuk II : 39,3 g


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI 86

Lampiran 8. Perhitungan Kadar Air Daun Sirsak

Bobot sebelum pemanasan : 50 g

Volume dalam penampung :

Replikasi I : 4,8 mL

Replikasi II : 4,9 mL

Replikasi III : 4,8 mL

Kadar air

Replikasi I :

Replikasi II :

Replikasi III :

Rata-rata kadar air : 9,7% (memenuhi syarat yaitu kurang dari 10%)

Lampiran 9. Infusa Daun Sirsak


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI 87

Lampiran 10. Perhitungan Dosis Infusa Daun Sirsak pada Kelompok

Perlakuan

Peringkat dosis yang digunakan berdasarkan pada pengobatan

masyarakat sehari-hari yaitu kurang dari 10 lembar daun sisak. Dosis pada

perlakuan diambil dari dosis empirik yaitu 2 g/70kgBB manusia. Konversi

manusia (70 kg ke tikus 200 g) adalah 0,018.

Dosis untuk 200 g tikus = 0,018 x 2 g

= 0,036 g/200 gBB tikus

Dosis untuk 1 kg tikus = g/kgBB tikus

= 180 mg/kg BB tikus

Untuk perhitungan dosis tertinggi berdasarkan:

1. konsentrasi : 6 g/ 100 mL

2. pemberian infusa menggunakan ½ volume maksimal pemberian peroral

yaitu 2,5 mL

3. bobot tertinggi tikus : 300 g

D= = 6 g/100 mL x 2,5 mL : 300 g = 0,5 mg/g BB tikus

= 500 mg/kg BB tikus

Kemudian dihitung faktor pengali untuk peringkat dosis perlakuan.

Faktor pengali = =

= 1,67

Dosis terapi dijadikan sebagai peringkat dosis kedua, untuk peringkat

dosis pertama dosis 0,18 mg/kgBB dibagi 1,67. Dosis ketiga dosis 0,18 mg/kgBB
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI 88

dikali 1,67 dan dosis keempat dihitung dari dosis ketiga dikali 1,67, sehingga

diperoleh 4 peringkat dosis yaitu:

Dosis I = 108 mg/kg BB tikus

Dosis II = 180 mg/kg BB tikus

Dosis III = 301 mg/kg BB tikus

Dosis IV = 503 mg/kg BB tikus

Lampiran 11. Konversi Dosis Tikus ke Manusia

Konversi Tikus 200 g ke manusia 70 kg = 56,0

Dosis untuk manusia = Dosis untuk tikus 200 g x (angka konversi ke manusia)

Dosis infusa daun sirsak untuk manusia :

1. Infusa daun sirsak 108 mg/kgBB tikus :

108mg/kg x 200 g = 21,6 mg/ 200g = 0,0216g/ 200gBB

0,0216g/ 200gBB x 56,0 = 1,2096g/ 70 kgBB manusia

2. Infusa daun sirsak 180 mg/kgBB tikus

180mg/kg x 200 g = 36,0 mg/ 200g = 0,036g/ 200 gBB

0,036g/ 200g x 56,0 = 2,016g/ 70 kgBB manusia

3. Infusa daun sirsak 301 mg/kgBB tikus

301 mg/kg x 200 g = 60,2 mg/ 200g = 0,0602g/ 200 gBB

0,0602g/ 200gBB x 56,0 = 3,3712g/ 70 kgBB manusia

4. Infusa daun sirsak 503 mg/kgBB tikus

503 mg/kg x 200 g = 100,6 mg/ 200g = 0,1006g/ 200 gBB

0,1006g/ 200gBB x 56,0 = 5,6336g/ 70 kgBB manusia


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI 89

Lampiran 12. Data Rata-Rata Berat Badan Tikus Jantan Hari ke-0 sampai
ke-28
Hari ke
Kelompok perlakuan
0 7 14 21 28
Infusa Daun Sirsak 108 mg/kgBB 234,9 246,5 267,1 279,1 295,1
Infusa Daun Sirsak 180 mg/kgBB 237,1 252,7 274,4 289,1 303,2
Infusa Daun Sirsak 301 mg/kgBB 227,3 256,6 272,4 281,6 294,9
Infusa Daun Sirsak 503 mg/kgBB 235,8 256 270 283,9 298,2
Kontrol Aquadest 8333 mg/kgBB 239 255,9 276,1 289,4 298,6

Lampiran 13. Data Rata-Rata Berat Badan Tikus Betina Hari ke-0 sampai
ke-28
Hari ke
Kelompok Perlakuan
0 7 14 21 28
Infusa Daun Sirsak 108 mg/kgBB 194,4 191,7 196,2 201,5 206,3
Infusa Daun Sirsak 180 mg/kgBB 202,8 202,7 206 212,2 224
Infusa Daun Sirsak 301 mg/kgBB 192,5 186,8 188,2 192,5 197
Infusa Daun Sirsak 503 mg/kgBB 195,4 194,7 194 194,1 202
Kontrol Aquadest 8333 mg/kgBB 194,8 191,4 193 195,8 199,5

Lampiran 14. Hasil uji General Linear Model (multivariate) Berat Badan
Tikus Jantan Hari ke-0 sampai ke-28 Akibat Perlakuan Infusa Daun Sirsak
Means
Case Processing Summary

Cases

Included Excluded Total

Per
cen
N t N Percent N Percent

Berat Badan hari ke-0 * 100


25 0 .0% 25 100.0%
Kelompok Perlakuan .0%

Berat Badan hari ke-7 * 100


25 0 .0% 25 100.0%
Kelompok Perlakuan .0%
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI 90

Berat Badan hari ke-14 * 100


25 0 .0% 25 100.0%
Kelompok Perlakuan .0%

Berat Badan hari ke-21 * 100


25 0 .0% 25 100.0%
Kelompok Perlakuan .0%

Berat Badan hari ke-28 * 100


25 0 .0% 25 100.0%
Kelompok Perlakuan .0%

Report

Berat Badan Berat Badan Berat Badan Berat Badan Berat Badan
Kelompok Perlakuan hari ke-0 hari ke-7 hari ke-14 hari ke-21 hari ke-28

Infusa Daun Sirsak 108 Mean 234.9400 246.5000 267.1200 279.1400 295.0600
mg/kgBB
N 5 5 5 5 5

Std.
29.30654 18.65449 20.85970 24.63966 19.98695
Deviation

Std. Error
13.10628 8.34254 9.32874 11.01919 8.93843
of Mean

Infusa Daun Sirsak 180 Mean 237.1200 252.7200 274.3800 289.0800 303.1800
mg/kgBB N 5 5 5 5 5

Std.
26.22312 23.58341 26.35663 26.78371 22.22346
Deviation

Std. Error
11.72734 10.54682 11.78704 11.97804 9.93863
of Mean

Infusa Daun Sirsak 301 Mean 227.2800 256.6400 272.4400 281.6400 294.9200
mg/kgBB N 5 5 5 5 5

Std.
33.60658 30.57569 21.75495 20.24483 20.78911
Deviation

Std. Error
15.02932 13.67387 9.72911 9.05376 9.29717
of Mean

Infusa Daun Sirsak 503 Mean 235.8000 256.0200 270.0400 283.8600 298.2200
mg/kgBB N 5 5 5 5 5

Std.
26.71835 24.09672 18.03741 14.87105 14.66959
Deviation
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI 91

Std. Error
11.94881 10.77638 8.06657 6.65053 6.56044
of Mean

Kontrol Aquadest 8333 Mean 239.0400 255.9400 276.0800 289.4400 298.5800


mg/kgBB N 5 5 5 5 5

Std.
28.46556 25.72058 24.78310 18.87917 16.88659
Deviation

Std. Error
12.73018 11.50259 11.08334 8.44302 7.55191
of Mean

Total Mean 234.8360 253.5640 272.0120 284.6320 297.9920

N 25 25 25 25 25

Std.
26.77449 22.98887 20.83797 20.06310 17.71339
Deviation

Std. Error
5.35490 4.59777 4.16759 4.01262 3.54268
of Mean

ANOVA Table

Sum of Mean
Squares df Square F Sig.

Berat Badan hari ke-0 * Between Groups (Combi


404.618 4 101.154 .120 .974
Kelompok Perlakuan ned)

Within Groups 16800.340 20 840.017

Total 17204.958 24

Berat Badan hari ke-7 * Between Groups (Combi


358.758 4 89.689 .146 .963
Kelompok Perlakuan ned)

Within Groups 12324.960 20 616.248

Total 12683.718 24

Berat Badan hari ke-14 * Between Groups (Combi


250.798 4 62.700 .123 .972
Kelompok Perlakuan ned)

Within Groups 10170.508 20 508.525

Total 10421.306 24

Berat Badan hari ke-21 * Between Groups (Combi


413.058 4 103.265 .223 .922
Kelompok Perlakuan ned)

Within Groups 9247.616 20 462.381


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI 92

Total 9660.674 24

Berat Badan hari ke-28 * Between Groups (Combi


226.734 4 56.684 .155 .958
Kelompok Perlakuan ned)

Within Groups 7303.604 20 365.180

Total 7530.338 24

Measures of Association

Eta Eta Squared

Berat Badan hari ke-0 *


.153 .024
Kelompok Perlakuan

Berat Badan hari ke-7 *


.168 .028
Kelompok Perlakuan

Berat Badan hari ke-14 *


.155 .024
Kelompok Perlakuan

Berat Badan hari ke-21 *


.207 .043
Kelompok Perlakuan

Berat Badan hari ke-28 *


.174 .030
Kelompok Perlakuan

General Linear Model

Between-Subjects Factors

Value Label N

Kelompok Perlakuan 1 Infusa Daun


Sirsak 108 5
mg/kgBB

2 Infusa Daun
Sirsak 180 5
mg/kgBB

3 Infusa Daun
Sirsak 301 5
mg/kgBB
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI 93

4 Infusa Daun
Sirsak 503 5
mg/kgBB

5 Kontrol
Aquadest 8333 5
mg/kgBB

c
Multivariate Tests

Effect Value F Hypothesis df Error df Sig.


a
Intercept Pillai's Trace .997 1.201E3 5.000 16.000 .000
a
Wilks' Lambda .003 1.201E3 5.000 16.000 .000

Hotelling's a
375.298 1.201E3 5.000 16.000 .000
Trace

Roy's Largest a
375.298 1.201E3 5.000 16.000 .000
Root

Kelompok_perlakuan Pillai's Trace .385 .405 20.000 76.000 .987

Wilks' Lambda .662 .357 20.000 54.016 .993

Hotelling's
.442 .321 20.000 58.000 .997
Trace

Roy's Largest b
.204 .777 5.000 19.000 .579
Root

a. Exact statistic

b. The statistic is an upper bound on F that yields a lower bound on the significance level.

c. Design: Intercept + Kelompok_perlakuan

Tests of Between-Subjects Effects

Dependent Type III Sum Mean


Source Variable of Squares df Square F Sig.

Corrected Model Berat Badan hari a


404.618 4 101.154 .120 .974
ke-0

Berat Badan hari b


358.758 4 89.689 .146 .963
ke-7
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI 94

Berat Badan hari c


250.798 4 62.700 .123 .972
ke-14

Berat Badan hari d


413.058 4 103.265 .223 .922
ke-21

Berat Badan hari e


226.734 4 56.684 .155 .958
ke-28

Intercept Berat Badan hari 1378698.67 1.641E


1378698.672 1 .000
ke-0 2 3

Berat Badan hari 1607367.55 2.608E


1607367.552 1 .000
ke-7 2 3

Berat Badan hari 1849763.20 3.638E


1849763.204 1 .000
ke-14 4 3

Berat Badan hari 2025384.38 4.380E


2025384.386 1 .000
ke-21 6 3

Berat Badan hari 2219980.80 6.079E


2219980.802 1 .000
ke-28 2 3

Kelompok_perlakuan Berat Badan hari


404.618 4 101.154 .120 .974
ke-0

Berat Badan hari


358.758 4 89.689 .146 .963
ke-7

Berat Badan hari


250.798 4 62.700 .123 .972
ke-14

Berat Badan hari


413.058 4 103.265 .223 .922
ke-21

Berat Badan hari


226.734 4 56.684 .155 .958
ke-28

Error Berat Badan hari


16800.340 20 840.017
ke-0

Berat Badan hari


12324.960 20 616.248
ke-7

Berat Badan hari


10170.508 20 508.525
ke-14

Berat Badan hari


9247.616 20 462.381
ke-21
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI 95

Berat Badan hari


7303.604 20 365.180
ke-28

Total Berat Badan hari


1395903.630 25
ke-0

Berat Badan hari


1620051.270 25
ke-7

Berat Badan hari


1860184.510 25
ke-14

Berat Badan hari


2035045.060 25
ke-21

Berat Badan hari


2227511.140 25
ke-28

Corrected Total Berat Badan hari


17204.958 24
ke-0

Berat Badan hari


12683.718 24
ke-7

Berat Badan hari


10421.306 24
ke-14

Berat Badan hari


9660.674 24
ke-21

Berat Badan hari


7530.338 24
ke-28

a. R Squared = .024 (Adjusted R Squared = -.172)

b. R Squared = .028 (Adjusted R Squared = -.166)

c. R Squared = .024 (Adjusted R Squared = -.171)

d. R Squared = .043 (Adjusted R Squared = -.149)

e. R Squared = .030 (Adjusted R Squared = -.164)

Lampiran 15. Hasil uji General Linear Model (multivariate) Berat Badan
Tikus Betina Hari ke-0 sampai ke-28 Akibat Perlakuan Infusa Daun Sirsak
Means

Case Processing Summary

Cases

Included Excluded Total


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI 96

N Percent N Percent N Percent

Berat Badan hari ke-0 *


25 100.0% 0 .0% 25 100.0%
Kelompok Perlakuan

Berat Badan hari ke-7 *


25 100.0% 0 .0% 25 100.0%
Kelompok Perlakuan

Berat Badan hari ke-14 *


25 100.0% 0 .0% 25 100.0%
Kelompok Perlakuan

Berat Badan hari ke-21 *


25 100.0% 0 .0% 25 100.0%
Kelompok Perlakuan

Berat Badan hari ke-28 *


25 100.0% 0 .0% 25 100.0%
Kelompok Perlakuan

Report

Berat Badan Berat Badan Berat Badan Berat Badan Berat Badan
Kelompok Perlakuan hari ke-0 hari ke-7 hari ke-14 hari ke-21 hari ke-28

Infusa Daun Sirsak 108 Mean 194.4000 191.6600 196.1800 201.4800 206.2600
mg/kgBB
N 5 5 5 5 5

Std.
18.13574 10.71812 6.27989 7.67835 10.47869
Deviation

Std. Error of
8.11055 4.79329 2.80845 3.43386 4.68621
Mean

Infusa Daun Sirsak 180 Mean 198.0600 202.0200 201.3200 205.9800 213.7800
mg/kgBB N 5 5 5 5 5

Std.
21.13748 14.69956 16.86022 18.05580 16.45257
Deviation

Std. Error of
9.45297 6.57384 7.54012 8.07480 7.35781
Mean

Infusa Daun Sirsak 301 Mean 192.5000 186.7800 188.1800 192.5400 196.9800
mg/kgBB N 5 5 5 5 5

Std.
11.49848 12.17280 13.03215 10.02487 13.57892
Deviation

Std. Error of
5.14228 5.44384 5.82816 4.48326 6.07268
Mean

Infusa Daun Sirsak 503 Mean 195.4400 194.7400 194.0400 194.1200 202.0200
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI 97

mg/kgBB N 5 5 5 5 5

Std.
9.41371 13.42378 19.23962 20.05261 18.69176
Deviation

Std. Error of
4.20994 6.00330 8.60422 8.96780 8.35921
Mean

Kontrol Aquadest 8333 Mean 194.8000 191.4000 193.0200 195.8400 199.5200


mg/kgBB N 5 5 5 5 5

Std.
11.51564 14.69303 13.97183 18.76774 17.51134
Deviation

Std. Error of
5.14995 6.57092 6.24839 8.39319 7.83131
Mean

Total Mean 195.0400 193.3200 194.5480 197.9920 203.7120

N 25 25 25 25 25

Std.
13.84070 13.12672 13.98511 15.25590 15.48075
Deviation

Std. Error of
2.76814 2.62534 2.79702 3.05118 3.09615
Mean

ANOVA Table

Sum of Mean
Squares df Square F Sig.

Berat Badan hari ke-0 * Between Groups (Comb


80.996 4 20.249 .090 .985
Kelompok Perlakuan ined)

Within Groups 4516.564 20 225.828

Total 4597.560 24

Berat Badan hari ke-7 * Between Groups (Comb


634.600 4 158.650 .906 .479
Kelompok Perlakuan ined)

Within Groups 3500.860 20 175.043

Total 4135.460 24

Berat Badan hari ke-14 * Between Groups (Comb


458.338 4 114.585 .541 .707
Kelompok Perlakuan ined)

Within Groups 4235.664 20 211.783

Total 4694.002 24
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI 98

Berat Badan hari ke-21 * Between Groups (Comb


626.610 4 156.653 .632 .646
Kelompok Perlakuan ined)

Within Groups 4959.208 20 247.960

Total 5585.818 24

Berat Badan hari ke-28 * Between Groups (Comb


868.062 4 217.016 .889 .489
Kelompok Perlakuan ined)

Within Groups 4883.624 20 244.181

Total 5751.686 24

Measures of Association

Eta Eta Squared

Berat Badan hari ke-0 *


.133 .018
Kelompok Perlakuan

Berat Badan hari ke-7 *


.392 .153
Kelompok Perlakuan

Berat Badan hari ke-14 *


.312 .098
Kelompok Perlakuan

Berat Badan hari ke-21 *


.335 .112
Kelompok Perlakuan

Berat Badan hari ke-28 *


.388 .151
Kelompok Perlakuan

General Linear Model


Between-Subjects Factors

Value Label N

Kelompok Perlakuan 1 Infusa Daun


Sirsak 108 5
mg/kgBB
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI 99

2 Infusa Daun
Sirsak 180 5
mg/kgBB

3 Infusa Daun
Sirsak 301 5
mg/kgBB

4 Infusa Daun
Sirsak 503 5
mg/kgBB

5 Kontrol
Aquadest 8333 5
mg/kgBB
c
Multivariate Tests

Effect Value F Hypothesis df Error df Sig.


a
Intercept Pillai's Trace .996 9.008E2 5.000 16.000 .000

Wilks' a
.004 9.008E2 5.000 16.000 .000
Lambda

Hotelling's a
281.510 9.008E2 5.000 16.000 .000
Trace

Roy's
a
Largest 281.510 9.008E2 5.000 16.000 .000
Root

Kelompok_perlakuan Pillai's Trace .583 .648 20.000 76.000 .863

Wilks'
.507 .613 20.000 54.016 .886
Lambda

Hotelling's
.801 .580 20.000 58.000 .911
Trace

Roy's
b
Largest .500 1.901 5.000 19.000 .142
Root

a. Exact statistic

b. The statistic is an upper bound on F that yields a lower bound on the significance level.

c. Design: Intercept + Kelompok_perlakuan


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI 100

Tests of Between-Subjects Effects

Dependent Type III Sum of Mean


Source Variable Squares df Square F Sig.

Corrected Model Berat Badan a


80.996 4 20.249 .090 .985
hari ke-0

Berat Badan b
634.600 4 158.650 .906 .479
hari ke-7

Berat Badan c
458.338 4 114.585 .541 .707
hari ke-14

Berat Badan d
626.610 4 156.653 .632 .646
hari ke-21

Berat Badan e
868.062 4 217.016 .889 .489
hari ke-28

Intercept Berat Badan 951015. 4.211E


951015.040 1 .000
hari ke-0 040 3

Berat Badan 934315. 5.338E


934315.560 1 .000
hari ke-7 560 3

Berat Badan 946223. 4.468E


946223.108 1 .000
hari ke-14 108 3

Berat Badan 980020. 3.952E


980020.802 1 .000
hari ke-21 802 3

Berat Badan 1037464 4.249E


1037464.474 1 .000
hari ke-28 .474 3

Kelompok_perlakuan Berat Badan


80.996 4 20.249 .090 .985
hari ke-0

Berat Badan
634.600 4 158.650 .906 .479
hari ke-7

Berat Badan
458.338 4 114.585 .541 .707
hari ke-14

Berat Badan
626.610 4 156.653 .632 .646
hari ke-21

Berat Badan
868.062 4 217.016 .889 .489
hari ke-28

Error Berat Badan


4516.564 20 225.828
hari ke-0
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI 101

Berat Badan
3500.860 20 175.043
hari ke-7

Berat Badan
4235.664 20 211.783
hari ke-14

Berat Badan
4959.208 20 247.960
hari ke-21

Berat Badan
4883.624 20 244.181
hari ke-28

Total Berat Badan


955612.600 25
hari ke-0

Berat Badan
938451.020 25
hari ke-7

Berat Badan
950917.110 25
hari ke-14

Berat Badan
985606.620 25
hari ke-21

Berat Badan
1043216.160 25
hari ke-28

Corrected Total Berat Badan


4597.560 24
hari ke-0

Berat Badan
4135.460 24
hari ke-7

Berat Badan
4694.002 24
hari ke-14

Berat Badan
5585.818 24
hari ke-21

Berat Badan
5751.686 24
hari ke-28

a. R Squared = .018 (Adjusted R Squared = -.179)

b. R Squared = .153 (Adjusted R Squared = -.016)

c. R Squared = .098 (Adjusted R Squared = -.083)

d. R Squared = .112 (Adjusted R Squared = -.065)

e. R Squared = .151 (Adjusted R Squared = -.019)


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI 102

Lampiran 16. Data Asupan Pangan Tikus Jantan


Perlakuan
Kontrol
Infusa Daun Infusa Daun Infusa Daun Infusa Daun
Hari Aquadest
Sirsak 108 Sirsak 180 Sirsak 301 Sirsak 503
8333
mg/kgBB mg/kgBB mg/kgBB mg/kgBB
mg/kgBB
1 15.7 16.8 17.7 18 17.3
2 16.3 18.4 18.6 18.7 18.3
3 18 18.4 19 18.9 18
4 18 19.3 17 18.8 18.3
5 17.2 17.3 17.3 18.4 17.9
6 15.7 18.6 17.7 12.2 17
7 16.2 15.3 18.4 19.1 18.4
8 17.3 18.8 17.6 18.7 16.9
9 18.1 18.2 19.1 18.1 17.6
10 17.8 17.8 17.8 17.4 17.6
11 17.6 18.1 18.5 16.6 18.1
12 18.3 18.4 18.5 16.7 18.6
13 16.7 18 13.9 17.4 17.9
14 17.3 18.5 16.6 15.7 17.9
15 17.7 19.1 17.1 16.8 19.1
16 18.4 18.6 18.1 17.4 19.4
17 18 19 16.2 16.7 17.7
18 18.9 19.1 17.4 17.8 19.8
19 18.4 19.2 16 17.3 19.4
20 18.6 19.9 15.8 17.5 19.1
21 16.9 19.2 17.2 17.3 17.9
22 19.5 19.5 17.5 18.2 17
23 19.6 19.9 17.5 18.8 16.2
24 19.9 19.8 18.8 19.3 19
25 19.6 19.9 17.6 19.5 18.7
26 19.8 19.7 18 19.5 18.3
27 20 19.5 17.9 19.9 18.9
28 19.5 19 18.2 19.6 18.6
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI 103

Lampiran 17. Data Asupan Pangan Tikus Betina


Perlakuan
Kontrol
Infusa Daun Infusa Daun Infusa Daun Infusa Daun
Hari Aquadest
Sirsak 108 Sirsak 180 Sirsak 301 Sirsak 503
8333
mg/kgBB mg/kgBB mg/kgBB mg/kgBB
mg/kgBB
1 9.16 10.9 11 9 7.4
2 10.8 10.5 10.1 10.4 10.7
3 10.6 12.4 11.2 12.7 14.7
4 10.7 9.9 10.5 10.9 12.1
5 12.2 12.6 13.2 12.7 12.1
6 12.2 13.5 9.7 18.8 11.1
7 12 12.8 8.5 12.4 11.1
8 12.1 15.3 11.3 12.7 12.1
9 13 11.3 11.4 13.3 12.5
10 12.6 14 11.4 12.3 14
11 14.1 15.1 12.5 11.8 12.9
12 12.7 15.7 10.6 11.6 14.1
13 12.7 10.7 12.7 11.2 13.4
14 12.7 14.6 12.4 11.9 12.9
15 14.1 16.4 12 11.3 13.7
16 13.8 15.5 13.5 11.7 12.6
17 14.8 12.6 14.3 10.9 13.3
18 14.7 17.5 13.8 12.7 14.8
19 14.3 14.5 11.9 10.9 12.1
20 14.1 15.7 13.9 10.9 11.4
21 13.6 11.9 13.6 12.4 13.1
22 16.1 14.5 14.8 13.7 13.3
23 16.2 14.8 10.6 13.5 12
24 14.7 17 14.6 14.7 14.4
25 15 15.2 12.8 14.2 14.6
26 14.7 15.4 12.6 14.5 14.5
27 13.5 16.4 13.2 13.8 14
28 13.6 16.3 13.8 14.2 14.2
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI 104

Lampiran 18. Data Asupan Minum Tikus Jantan


Perlakuan

Infusa Infusa Infusa Infusa Kontrol


Hari Daun Daun Daun Daun Aquadest
Sirsak 108 Sirsak 180 Sirsak 301 Sirsak 503 8333
mg/kgBB mg/kgBB mg/kgBB mg/kgBB mg/kgBB

1 30 26 32 30 27
2 22 26 23 26 21
3 18 30 23 28 31
4 22 21 24 20 26
5 28 28 26 25 30
6 24 24 25 24 22
7 25 23 27 25 26
8 28 35 29 35 32
9 30 29 31 29 28
10 29 30 24 35 37
11 27 25 22 21 24
12 27 29 29 29 34
13 26 25 23 23 22
14 25 33 22 25 26
15 35 32 35 33 33
16 28 22 24 21 28
17 40 35 26 31 33
18 27 28 28 28 26
19 33 37 28 29 34
20 30 31 28 23 24
21 31 30 29 29 27
22 40 37 37 35 34
23 28 25 26 28 31
24 35 31 27 30 28
25 28 35 29 29 27
26 36 35 33 32 31
27 25 23 22 24 28
28 31 28 27 27 30
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI 105

Lampiran 19. Data Asupan Minum Tikus Betina


Perlakuan

Infusa Infusa Infusa Kontrol


Hari Infusa Daun
Daun Daun Daun Aquadest
Sirsak 503
Sirsak 108 Sirsak 180 Sirsak 301 8333
mg/kgBB
mg/kgBB mg/kgBB mg/kgBB mg/kgBB

1 21 27 30 26 26
2 17 27 16 22 16
3 29 22 16 23.75 23
4 27 16 28 18 18
5 25 31 28 30 31
6 22 20 16 21 18
7 17 26 18 23 23
8 30 33 29 34 33
9 28 24 24 30 31
10 22 33 25 30 31
11 19 25 16 24 23
12 22 25 22 28 29
13 17 20 22 22 25
14 20 29 19 24 26
15 29 31 26 30 32
16 21 22 19 21 22
17 28 30 28 32 30
18 24 29 22 27 23
19 22 33 24 26 32
20 25 32 21 27 24
21 25 26 23 27 25
22 36 33 34 39 30
23 22 27 16 25 23
24 25 27 27 30 26
25 21 29 23 29 27
26 25 32 26 32 30
27 19 23 22 26 23
28 25 32 23 25 24
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI 106

Lampiran 20. Gambar Histologis Lambung Tikus

J14 perbesaran 100x JI4 perbesaran 400x


tidak ada perubahan tidak ada perubahan

B41 perbesaran 400x B41 perbesaran 100x


tidak ada perubahan tidak ada perubahan

BK4 perbesaran 400x BK4 perbesaran 100x


tidak ada perubahan tidak ada perubahan
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI 107

K2 perbesaran 100x K2 perbesaran 400x


tidak ada perubahan tidak ada perubahan

Lampiran 21. Gambar Histologis Usus Tikus

J34 perbesaran 100x J34 perbesaran 400x


Tidak ada perubahan Tidak ada perubahan

K2 perbesaran 100x K2 perbesaran 400x


Tidak ada perubahan Tidak ada perubahan
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI 108

B45 perbesaran 400x B45 perbesaran 100x


Tidak ada perubahan Tidak ada perubahan

BK3 perbesaran 100x BK3 perbesaran 400x


Tidak ada perubahan
Tidak ada perubahan

J32 perbesaran 100x


Enteritis
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI 109

Lampiran 22. Hasil Diagnosa Uji Toksisitas Subkronis Infusa Daun Sirsak
(Annona muricata L.) terhadap Perubahan Struktur Histologis Lambung dan
Usus Tikus
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI 110
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI 111

BIOGRAFI PENULIS

Penulis skripsi yang berjudul “Pengaruh Pemberian

Infusa Daun Sirsak (Annona muricata L.) secara

Subkronis terhadap Gambaran Histologis Lambung

dan Usus Tikus” mempunyai nama Elisabeth Raras

Pramudita Raharjaningtyas, merupakan anak pertama dari

dua bersaudara pasangan Drs. Gatot Supriyo Dwi

Hantoro, M. Eng dan Theresia Anik Sri Mulyati dilahirkan di Sleman, Daerah

Istimewa Yogyakarta pada 10 April 1991. Pendidikan formal yang telah

ditempuh, yaitu pendidikan prasekolah dasar di TK Tri Pusara Rini (1996-1997),

pendidikan dasar di SD Kanisius Demangan Baru (1997-2003), pendidikan

menengah di SMP Negeri 8 Yogyakarta (2003-2006), dan pendidikan lanjutan di

SMA Negeri 9 Yogyakarta (2006-2009). Penulis mulai menempuh pendidikan

sarjana di Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta pada tahun

2009. Selama kuliah, penulis aktif mengikuti berbagai kegiatan kemahasiswaan

dalam bidang organisasi dan kepanitiaan, diantaranya menjadi Co-Fasilitator pada

PPKM I tahun 2011, menjadi Sie Acara dalam Pharmacy Competition 2010,

menjadi Sie Bandzen pada Titrasi 2010, dan menjadi Koordinator Dana dan

Usana pada Pelepasan Wisuda tahun 2010. Beberapa seminar telah diikuti oleh

penulis diantaranya penulis juga pernah menjadi Asisten Praktikum

Biofarmasetika (2013).

Anda mungkin juga menyukai