RINGKASAN
Ringkasan penelitian tidak lebih dari 500 kata yang berisi latar belakang penelitian, tujuan dan
tahapan metode penelitian, luaran yang ditargetkan, serta uraian TKT penelitian yang diusulkan.
Suku Anak Dalam Jambi (selanjutnya disingkat SAD) merupakan salah satu suku yang
ada di Indonesia yang hidupnya berpindah-pindah, minoritas, dan keberadaannya sudah sangat
terancam punah akibat kemajuan era yang semakin tidak terbendung lagi. Selain itu, terdapat
laporan yang mengatakan bahwa bahasa dan budaya SAD masih relatif belum banyak diteliti.
Berdasarkan hal tersebut penelitian ini sangat penting dilakukan karena sebagai salah satu cara
mendokumentasikan bahasa dan budaya suku minoritas agar terdokumentasi jika suatu waktu
terjadi kepunahan.
Penelitian ini mendukung gerakan Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Republik
Indonesia tentang pemetaan dan registrasi bahasa dan budaya suku minoritas. Tahun pertama,
penelitian ini akan berfokus pada ekoleksikon yang berhubungan dengan kuliner, metafora, dan
flora maupun fauna yang keberadaanya sudah sulit ditemukan. Berdasarkan informasi dan data
yang terkumpul, penelitian ini juga akan mendeskripsikan tentang kearifan lokal SAD yang
kiranya dapat dijadikan pariwisata yang berbasis lingkungan atau ekopariwisata. Tahun kedua,
pengembangan materi ajar berbasis ekolinguistik untuk pembelajaran di sekolah menegah
pertama. Selain itu, mengembangkan bahan ajar untuk keterampilan menulis berbasis
ekopariwisata.
Kualitatif dipilih sebagai metode penelitian pada tahun pertama (studi awal). Hal tersebut
bertujuan untuk mendeskripsikan fenomena bahasa dan budaya sehingga pada tahun kedua dapat
dijadikan sumber data dan pedoman dalam mengembangkan materi dan bahan ajar berbasis
ekolinguitik. Orientasi dari penelitian ini yakni menggunakan teori ekolinguistik dari Steffensen
& Fill (2014) tentang bahasa yang ada pada lingkungan tertentu maupun lingkungan
sosiokuktural pada komunitas masyarakat. peneltiian ini juga menggunakan teknik probing
untuk mendapatkan data yang valid. Setelah itu, dilakukan FGD dengan penutur asli bahasa dan
budaya SAD yang berasal dari empat kecamatan yang ada di wilayah Kabupaten Sarolangun.
Penelitian ini menciptakan peluang untuk memberikan kontribusi ilmiah dalam berbagai
jurnal dan konferensi internasional. Setiap subpenelitian diharapakan dapat terbit di jurnal
internasional yang terindeks Scopus, seperti Journal of Pragmatic (Q1), Language and
Communication (Q1), dan Language Sciences (Q1). Selain itu, penelitian ini diharapkan juga
dapat menghasilkan prosiding seminar internasional terindeks, seperti Atlantis Press maupun
KnE Publishing. Keluaran lainnya, satu buku ber-ISBN. Manfaat lainnya diharapkan dari
penelitian ini dapat menambah wawasan mengenai kajian ekolinguistik di suku-suku pedalaman
yang ada di Indonesia.
Target akhir TKT penelitian ini adalah TKT tahap 3 yaitu rancangan dan metodologi
penelitian tersusun komplit. Rancangan metodologi, sampling, pengumpulan data yang
digunakan untuk menjawab pertanyaan telah disusun. Kecukupan dan kelengkapan data telah
ditetapkan, evaluasi teknis dan prediksi hasil telah dilakukan, skenario dan alternatif untuk
kelengkapan data telah disusun, serta desai litbang telah komplit.
KATA KUNCI
Kata kunci maksimal 5 kata
Ekolinguistik, kearifan lokal, suku minoritas, ekopariwisata
LATAR BELAKANG
Latar belakang penelitian tidak lebih dari 500 kata yang berisi latar belakang dan permasalahan
yang akan diteliti, tujuan khusus dan studi kelayakannya. Pada bagian ini perlu dijelaskan
uraian tentang spesifikasi keterkaitan skema dengan bidang fokus atau renstra penelitian PT.
Keberadaan SAD saat ini perlu diperhatikan secara khusus. SAD merupakan suku
minoritas yang terisolasi dan keberadaannya mulai sulit ditemukan [29]; [35]. Biasanya, mereka
bermukim di hutan maupun dipinggiran yang jauh dari penduduk, hidup berpindah-pindah dari
suatu tempat ke tempat yang lainnya, dan mengandalkan hasil alam untuk bertahan hidup [3];
[1]; [4]. SAD memiliki ragam bahasa dan budaya yang khas yang sangat perlu diteliti dan
dipelajari sehingga menambah pengetahuan mengenai keragaman bahasa maupun budaya yang
dimiliki oleh bangsa Indonesia.
Selain itu, penelitian bahasa SAD juga belum terlalu banyak diteliti. Menurut [17],
penelitian mengenai bahasa SAD masih relatif sedikit dibandingkan dengan bahasa lainnya yang
ada di Indonesia. Hal lain yang dapat dijadikan pertimbangan yakni kondisi lingkungan mereka
perlu mendapatkan perhatian khusus yang disebabkan banyaknya tambang emas ilegal yang
beroperasi dan dibukanya perkebunan sawit dan semacamnya. Kasus-kasus seperti itu akan
mengancam budaya, bahasa, dan kearifan lokal yang dimiliki oleh SAD [27].
Penelitian bahasa dan budaya SAD merupakan bagian dari kearifan lokal. Masalah besar
di era globalisasi pada kehidupan SAD saat ini, salah satunya mereka mulai melupakan kearifan
lokal dan terpengaruh dengan kehidupan yang moderen akibat dibukanya pemukiman dan
wilayah transmigrasi [27]. Padahal, memahami dan melestarikan kearifan lokal memiliki banyak
manfaat bagi kemanusiaan. Hal tersebut karena setiap kearifan lokal memiliki nilai-nilai yang
dapat mengajarkan bagaimana berinteraksi dengan masyarakat dalam menjalani kehidupan
sehari-hari [19]; [36]. Selain itu, kearifan lokal biasanya memberikan pengetahuan bagaimana
suatu komunitas masyarakat berprilaku terhadap satu sama lain dan lingkungan [23].
Kajian kearifan lokal yang berhubungan dengan lingkungan dapat dideskripsikan melalui
ekoleksikon dan ekopariwisata yang terdapat dalam bahasa dan budaya. Mengkaji ekoleksikon
merupakan bagian dari kajian ekolinguistik [26]; [37]. Ekoleksikon merupakan fondasi awal
dalam memahami makna dari kata di sekeliling lingkungan. Ekoleksikon bergantung dengan
pelindungan dan pelestarian lingkungan [22]. Berdasarkan hal tersebut, hilangnya ekoleksikon
tertentu pada akhirnya akan mengakibatkan punahnya suatu bahasa.
Selanjutnya, ekopariwisata merupakan salah satu cara menyadarkan masyarakat untuk
peduli terhadap lingkungan sekitar. Ekopariwisata dalam rangka pengembangan pariwisata
berwawasan lingkungan mengemban misi untuk mengembangkan wisata alternatif yang tidak
banyak menimbulkan dampak merugikan terhadap lingkungan, sosial budaya, dan daya tarik
wisata lainnya [33]; [15]. Tentu hal tersebut, dapat dijadikan landasan untuk mendeskripsikan
kegiatan-kegiatan yang kiranya dapat meningkatkan kesadaran dan upaya pengenalan
lingkungan SAD ke masyarakat luas dengan memperhatikan keseimbangan alam.
Berdasarkan penjelasan sebelumnya, adapun tujuan penelitian yang akan peneliti lakukan
sebagai berikut. Tahun pertama, mendeskripsikan (1) ekoleksikon kuliner, (2) ekoleksikon
dalam metafora, (3) ekoleksikon flora dan fauna yang terancam punah, (4) pariwisata berbasis
lingkungan yang dapat dikembangkan di lingkungan Suku Anak Dalam Jambi. Tahun kedua,
menghasilkan (1) materi ajar berbasis ekolinguistik dalam pembelajaran Bahasa Indonesia untuk
tingkat Sekolah Menengah Pertama, dan (2) menghasilkan bahan ajar untuk keterampilan
menulis berbasis ekopariwisata pembelajaran Bahasa Indonesia untuk tingkat Sekolah
Menengah Pertama.
Urgensi Penelitian
Kehidupan SAD sudah mengalami perubahan sosial yang mengakibatkan terjadinya
pemudaran kearifan lokal yang mereka miliki. Lingkungan SAD juga telah banyak berubah
akibat dari lahan perkebunan yang semakin tersebar di wilayah Provinsi Jambi dan pembukaan
lahan pertanian oleh masyarakat Melayu Jambi yang bermukim di wilayah yang berbatasan
langsung dengan SAD. Beberapa penelitian sebelumnya melaporkan kehidupan SAD sudah
mengalami perubahan yang sangat signifikan dengan beberapa dekade sebelumnya, mulai
memiliki agama, kehidupan yang menggunakan teknologi, serta beberapa kelompok
meninggalkan kebiasaan berburu makanan di hutan [27], beberapa konflik sosial seperti
perebutan wilayah dengan warga [34], populasi yang semakin berkurang dan memilih hidup
menetap di suatu wilayah atau tidak berpindah-pindah seperti beberapa dekade lalu [12]. Kasus-
kasus seperti itu dikhawatirkan akan punahnya bahasa dan budaya SAD sehingga perlu diteliti
dan dicarikan solusinya melalui kajian ekolinguistik. ekolinguistik merupakan cabang ilmu yang
dapat menjadi solusi dalam mengkaji bahasa yang terancam punah akibat adanya perubahan
lingkungan [22].
TINJAUAN PUSTAKA
Tinjauan pustaka tidak lebih dari 1000 kata dengan mengemukakan state of the art dalam bidang
yang diteliti/teknologi yang dikembangkan. Penyajian dalam bagan dapat dibuat dalam bentuk
JPG/PNG yang kemudian disisipkan dalam isian ini. Sumber pustaka/referensi primer yang
relevan dan dengan mengutamakan hasil penelitian pada jurnal ilmiah dan/atau paten yang
terkini. Disarankan penggunaan sumber pustaka 10 tahun terakhir.
Suku Anak Dalam: Lingkungan dan Bahasa
Salah satu suku minoritas yang ada di Indonesia ialah SAD atau yang biasa juga di sebut
Orang Rimba maupun Kubu. SAD adalah panggilan untuk sekelompok suku yang bermukim di
sekitar hutan yang ada di Provinsi Jambi [25]. SAD Jambi hidup tersebar di beberapa kabupaten
yang ada di Provinsi Jambi mayoritas mereka tinggal di sekitar Kabupaten Sarolangun yakni di
daerah Bukit 12 dan Air Hitam, kabupaten Sarolangun, Kabupaten Batang Hari, dan Kabupaten
Merangin. Penelitian ini dilaksanakan di wilayah Kabupaten Sarolangun.
Berdasarkan pengamatan peneliti sampai saat ini, kajian ekoleksikon dengan
menggunakan teori ekolinguistik dalam kehidupan SAD yang bermukim di wilayah Kabupaten
Sarolangun masih perlu diteliti. Beberapa alasanya sebagai berikut. Pertama, Peneliti hanya baru
menemukan dua penelitian sebelumnya yang mengkaji bahasa dan budaya yang ada di wilayah
Provinsi Jambi dengan menggunakan teori ekolinguistik. Kedua, kajian ekopariwisata di
kehidupan SAD sampai saat ini masih belum peneliti temukan. Ketiga, pengembangan materi
ajar maupun bahan ajar berbasis ekolinguistik untuk pembelajaran di tingkat Sekolah Menengah
Pertama.
Beberapa penelitian ekolinguistik terdahulu yang pernah dilakukan di Provinsi Jambi
sebagai berikut. Pertama, penelitian yang bukan pada konteks bahasa dan budaya SAD,
dilakukan oleh [1] dengan fokus pada Leksikon Verba dan Nomina Bahasa Tanjung Pucuk Jambi
Kabupaten Tebo Provinsi Jambi dalam Lingkungan Perladangan. Penelitian kedua, dilakukan
dalam konteks SAD yang dilakukan oleh [18] dengan fokus pada Kearifan Ekologis dalam
Leksikon Bahasa Rimba di Hutan Bukit Duabelas Jambi. sementara itu, penelitian yang akan
dilakukan berada di wilayah Kecamatan Air Hitam. Kedua penelitian yang pernah dilakukan
jelas berbeda dengan yang peneliti usulkan baik dari lokasi penelitian maupun tujuan penelitian.
Ekolinguistik
Ekolinguistik merupakan cabang ilmu bahasa yang memperhatikan hubungan bahasa
dengan alam [9]; [22]; [14]; [26]. Sementara itu, [2] mendefenisikan ekolinguistik merupakan
disiplin ilmu yang membahas mengenai sifat dan fungsi bahasa yang dipengaruhi oleh
lingkungan. Ekolinguistik sebenarnya merupakan ilmu interdisipliner baru yang hadir sekitar
tahun 1990an. Sebelum masa itu bidang studi ini sering juga disebut ekologi bahasa, ekologi
linguistik, dan linguistik hijau. Istilah-istilah tersebut dikarenakan peran dari Haugen (1972)
melalui bukunya yang berjudul “the ecology of language”. Selain itu banyak literature yang
mengklaim bahwa beliau merupakan pencetus teori mengenai ekolinguistik. [22]
mengkategorikan kajian ekolinguistik dapat digunakan untuk menganalisis sembilan hal.
Beberapa diantaranya. Pertama, kata yang mencerminkan interaksi sosial masyarakat dengan
lingkungan tempat tinggalnya. Kedua, kata yang mencerminkan masyarakat dengan bentuk
kehidupannya. Ketiga, leksikon tertentu dan tata bahasa. Keempat, masyarakat dengan
lingkungan sosial serta fisik dan konseptualnya. Berdasarkan penjelasan tersebut, penelitian
bahasa dan lingkungan SAD sangat relevan dengan teori ekolinguistik.
Ekoleksikon dan Ekopariwisata dalam Persfektif Ekolinguistik
Menurut [30]; [37], leksikon merujuk pada aspek-aspek bahasa yang berhubungan
dengan kata-kata. Selain itu, [7] mendefenisikan leksikon ialah aspek tertentu yang memiliki
informasi dari karakteristik kata-kata di dalam suatu bahasa tertentu, seperti penjelasan mengenai
fonologis, sintaksis, dan semantik. [5] menyatakan leksikon berasal dari bahasa Yunani kuno,
memiliki arti kata/ucapan. Dari pernyataan tersebut leksikon memberikan penjelasan mengenai
kata-kata yang memberikan makna serta informasi linguistik, dengan istilah lain hal ini dapat
disebut dengan kamus. Sementara itu dalam kajian ekolinguistik, leksikon yang didiskusikan
yakni ekoleksikon yang memiliki hubungan dengan lingkungan, sehingga hadir istilah
ekoleksikon [10]. Dengan demkian, ekoleksikon yang dimaksud dalam kajian ekolinguistik
yakni kosakata bahasa dan budaya yang memiliki hubungan dengan lingkungan sekitar, seperti
penamaan sesuatu dan unsur flora maupun fauna yang terdapat dalam bahasa.
Selanjutnya, ekopariwisata didefinisikan sebagai kegiatan pariwisata yang ramah
lingkungan dengan mengutamakan aspek pelestarian alam dan budaya serta pemberdayaan
ekonomi masyarakat setempat. Ekopariwisata adalah suatu model pengelolaan pariwisata yang
berbasis pada sumber daya alam atau pada suatu kawasan yang dikelola sesuai dengan prinsip
alam [15]; [16]. Tujuannya tidak hanya untuk menikmati keindahan, tetapi juga melibatkan unsur
pendidikan, dan mendukung pelestarian sumber daya alam, serta meningkatkan pendapatan
masyarakat setempat. Kegiatan ini berorientasi pada pemanfaatan sumber daya alam yang masih
asli dan belum tercemar.
Hubungan antara ekolinguistik dan pariwisata terletak pada istilah kunci yang dicakup
oleh ekolinguistik: pertumbuhan ekonomi, kemajuan teknologi, alam sebagai artefak untuk
digunakan atau ditaklukkan, perolehan dan pencapaian, yang memiliki implikasi mendalam
untuk bagaimana kita menangani sistem yang bergantung pada kehidupan [32]. Dengan
demikian, alam sebagai objek wisata berada dalam pembahasan ekolinguistik. Dari sudut
pandang linguistik, bahasa memiliki kekuatan untuk membentuk, mempengaruhi, dan
membingkai pikiran orang tentang bagaimana memperlakukan alam [27]; [28].
Tahap pengembangan: merealisasis rancangan materi ajar dan bahan ajar berbasis
ekolinguistik, serta merancang instrumen validasi ahli dan lapangan
Tahap uji produk: melakukan tahapan uji coba lapangan awal, penyempurnaan
produk, uji coba lapangan, penyempurnaan dari hasil uji coba lapangan, dan uji
lapangan
Pada tahun 2022 melakukan penelitian kualitatif sebagai landasan dalam mengembangkan pengembangan materi
ajar dan bahan ajar berbasis ekolinguistik yang akan diaksankan pada tahun 2023. Selanjutnya, pada tahun 2024
melakukan publikasi produk yang berbasis teknologi untuk mengembangkan perangkat pembelajaran dan materi
belajar yang berbasis web, maupun merancang desain pembelajaran bahasa dan budaya dengan memperhatikan
perubahan lingkungan dan sosial yang menggunakan teori ekolinguistik. sehingga, pada tahun 2030 ke depan
SDM (generasi muda) berkarakter serta peduli terhadap lingkungan.
JADWAL PENELITIAN
Jadwal penelitian disusun dengan mengisi langsung tabel berikut dengan memperbolehkan
penambahan baris sesuai banyaknya kegiatan.
Tahun ke-1
Bulan
No Nama Kegiatan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Pendalaman teori ekolinguistik dan
1 √
metodologi penelitian
2 Diskusi dengan anggota penelitian √
3 Brainstorming & FGD √
Pemakalah dalam Seminar internasional
4 dengan format makalah Literatur √
Review
Pelaksanaan penelitian di lingkungan
5 √ √ √ √
SAD Jambi
6 Melakukan transkrip data √ √ √ √
7 Mengindentifikasi data √ √ √
8 Mengkode data √ √
Melakukan penelitian kembali apabila
9 terdapat kekurangan data atau kesalahan √
dalam penelitian (optional)
Melakukan analisis data pada setiap
10 √ √
rumusan masalah
Mempublikasi artikel internasional
11 √
terindeks (1)
12 mengevaluasi proses penelitian √
Pemakalah dalam Seminar internasional
13 √
dengan luaran prosiding terindeks (2)
Mengunggah artikel internasional
14 √
terindeks (2)
15 Penulisan laporan penelitian √ √
16 Penulisan laporan keuangan √ √
Tahun ke-2
Bulan
No Nama Kegiatan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1 Menyusun rancangan produk √ √
Mendiskusikan rancangan produk
2 dengan tim dan ahli pembelajaran √
berbasis lingkungan
3 Mengembangkan produk √ √
Mempresentasikan makalah pada
4 seminar internasional dengan keluaran √
prosiding terindeks
5 Uji validitas instrumen √ √ √
6 Analisis data dan revisi √ √ √
7 Uji reliabitas instrumen √ √ √
8 Uji keterbacaan √ √ √
9 Submit artikel internasional terindeks √
Pembuatan dan penerbitan buku
10 √ √ √
monograf
11 Pengurusan HKI buku monograf √ √ √
12 Penulisan laporan penelitian √ √
13 Penulisan laporan keuangan √ √
DAFTAR PUSTAKA
Daftar pustaka disusun dan ditulis berdasarkan sistem nomor sesuai dengan urutan pengutipan.
Hanya pustaka yang disitasi pada usulan penelitian yang dicantumkan dalam Daftar Pustaka.
1. Adliza, Oktavianus, & Usman, F. (2021). Leksikon Verba dan Nomina Bahasa Tanjung
Pucuk Jambi Kabupaten Tebo Provinsi Jambi dalam Lingkungan Perladangan: Kajian
Ekolinguistik. Lingua, 18(1), 48–61. https://doi.org/10.30957/lingua.v18i1.671.Leksikon
2. Ain, Q., Ahmed, F., & Nawaz, M. (2021). An Ecolinguistic Analysis of Linguistic
Discourses in Advertisements Frame Stories To Enhance Their Importance To Replace
Natural Products. Humanities & Social Sciences Reviews, 9(2), 150–159.
https://doi.org/10.18510/hssr.2021.9215
3. Andherson, T., & Gusril. (2019). Motor Ability and Play Activity of Suku Anak Dalam
(Kubu) in Jambi. 1st International Conference of Physical Education (ICPE 2019),
460(Icpe 2019), 62–63. https://doi.org/10.31227/osf.io/ktrxj
4. Ayuningtyas, D., Utami, R. R. M., & Maulidya, A. N. (2020). The Readiness of Batang Hari
District as A District of Human Rights Care: Case Study of the Anak Dalam tribe.
International Journal of Human Rights in Healthcare, 13(3), 209–217.
https://doi.org/10.1108/IJHRH-04-2019-0027
5. Chaer, A. (2009). Pengantar semantik Bahasa Indonesia. Bandung: Rineka Cipta.
6. Creswell, J. W. (2014). Design: Research Qualitative, quantitative, and mixed method Ed.).,
approaches (4th). SAGE Publications Ltd.
7. Crystal, D. (2008). A Dictionary of Linguistics and Phonetic. London and New York:
Blackwell Publishing.
8. Curdt-Christiansen, X. L. (2020). Environmental literacy: raising awareness through
Chinese primary education textbooks. Language, Culture and Curriculum, 0(0), 1–16.
https://doi.org/10.1080/07908318.2020.1797078
9. Feng, R., & Fan, A. (2012). A Brief Analysis on the Lettered Words in Chinese--From the
Perspective of Ecolinguistics. IERI Procedia, 2, 194–199.
https://doi.org/10.1016/j.ieri.2012.06.074
10. Fill, A., & Muhlhausler, P. (2001). Ecolinguistics Reader: Language, Ecology and
Environment. In Language, Ecology and Environment. London and New York: Continuum
Press. http://books.google.be/books?id=cXnt7se75tMC
11. Gay, L. R., Mills, G. E., & Airasian, P. (2006). Educational Research: Competencies for
Analysis and Applications. Columbus, OH: Pearson Education.
12. Hambali, I., Sholahuddin, A., & Roziqin, Z. (2019). Social Behavior of Kubu ( Anak Dalam
Tribe ) in Social Culture and Religious Life in Distric of Sarolangun Jambi. 24(4), 64–68.
https://doi.org/10.9790/0837-2404076468
13. Haugen, E. (1972). The Ecology of Language. Standfor, CA: Standfor University Press.
14. Ino, L., Nirmalasari, & Sidu, L. O. (2019). Metaphorical Expression on Kaghati in Muna
language : Ecolinguistic Perspective. International Journal of Linguistics , Literature and
Translation ( IJLLT ), 2(1), 65–70. https://doi.org/10.32996/ijllt.2019.2.1.9
15. Isti’anah, A. (2020). (Re) Evaluating Language Attitudes on Indonesian Tourism Website :
A Study on Ecolinguistics. Studies in English Language and Education, 7(2), 622–641.
16. Isti’anah, A. (2021). Attitudinal Language of Flora and Fauna Discourse on an Indonesian
Tourism Website : Appraisal in Ecolinguistics. PAROLE: Journal of Linguistics and
Education, 11(2), 163–174.
17. Kamarudin. (2018). Rancangan Morfologi Bahasa Suku Anak Dalam Jambi Sebagai Buku
Ajar Muatan Lokal. Pena, 8(1), 53–66.
18. Kurniawan, M. A., Usman, M., & Iswary, E. (2019). Kearifan Ekologis dalam Leksikon
Bahasa Rimba Di Hutan Bukit Duabelas Jambi : Kajian Ekolinguistik. Jurnal Ilmu Budaya,
7(2), 30–42.
19. Le, T. N. (2011). Life Satisfaction, Openness Value, Self-Transcendence, and Wisdom.
Journal of Happiness Studies Volume, 12, 171–182. https://doi.org/10.1007/s10902-010-
9182-1
20. Luardini, A. (2018). Introducing Ecolinguistics in EFL Classroom. 4th International
Conference on Teacher Training and Education (ICTTE 2018), 262(Ictte), 375–382.
21. Moerman, G. (2014). Probing Behaviour in Open Interviews A Field Experiment on the
Effects of Probing Tactics (Issue November). VU University: Amsterdam.
22. Nash, J., & Mühlhäusler, P. (2014). Linking language and the environment: The case of
Norf’k and Norfolk Island. Language Sciences, 41, 26–33.
https://doi.org/10.1016/j.langsci.2013.08.004
23. Natsir, M., Saragih, B., Nst, R. D., & Annisa, P. S. M. (2020). The Ecolinguistics of Malay
Langkat Mantra. Asian Social Science and Humanities Research Journal (ASHREJ), 2(1),
1–8. https://doi.org/10.37698/ashrej.v2i1.18
24. Norton, C., & Hulme, M. (2019). Telling one story, or many? An ecolinguistic analysis of
climate change stories in UK national newspaper editorials. Geoforum, 104(February), 114–
136. https://doi.org/10.1016/j.geoforum.2019.01.017
25. Prasetijo, A. (2017). Livelihood Transformations of the Orang Rimba as Tacit Resistance in
the Context of Deforestation. Endogami, 1–13.
26. Prastio, B., & Nurzafira, I. (2021). Social Changes and Maintaining Effort of Suku Anak
Dalam Jambi-Indonesia. Gramatika : Jurnal Penelitian Pendidikan Bahasa Dan Sastra
Indonesia, 7(1), 69–84. https://doi.org/10.22202/JG.2021.V7i1.4320
27. Prastio, B., Nurzafira, I., Ibrahim, A. S., & Susanto, G. (2021). Lexicon in Batik and Tapis
Cloth of Lampung, Indonesia: Ecolinguistics Study. International Seminar on Language,
Education and Culture (ISoLEC), 2021, 72–88. https://doi.org/10.18502/kss.v5i3.8529
28. Pratiwi, Y., Andayani, K., Roekhan, & Prastio, B. (2021). Environmental Themes in BIPA
Textbook : Ecolinguistics Perspective. Proceedings of the International Seminar on
Language, Education, and Culture (ISoLEC 2021), 612(ISoLEC), 323–333.
https://doi.org/10.2991/assehr.k.211212.061
29. Sager, S. (2008). The Sky is our Roof , the Earth our Floor Orang Rimba Customs and
Religion in the Bukit Duabelas Region of Jambi, Sumatra. Thesis, May.
30. Singleton, D. (2000). Language and the Lexicon. London: Arnold Publisher.
31. Steffensen, S. V., & Fill, A. (2014). Ecolinguistics: The State of the Art and Future
Horizons. Language Sciences, 41, 6–25. https://doi.org/10.1016/j.langsci.2013.08.003
32. Stibbe, A. (2015). Ecolinguistics: Language, Ecology and the Stories We Live. Routledge.
33. Supatmiwati, D., Suktiningsih, W., Sutarman, Abdussamad, Z., & Muhid, A. (2021). An
ecolinguistic study on ecospiritual tourism of Rebo Buntung Commoddification. Lingua
Cultura, 15(December), 183–189. https://doi.org/10.21512/lc.v15i2.7497
34. Wandi, W. (2019). Konflik Sosial Suku Anak Dalam (Orang Rimba) di Provinsi Jambi.
Simulacra, 2(2), 195–207. https://doi.org/10.21107/sml.v2i2.6034
35. Wardani, A. K., & Muslimahayati. (2019). Implementasi Etnomatematika Masyarakat Suku
Anak Dalam ( SAD) Kabupaten Batanghari Provinsi Jambi pada Pembelajaran Matematika.
Elemen, 5(2), 108–124. https://doi.org/10.29408/jel.v5i2.957
36. Yang, S. ying. (2016). Exploring Wisdom in the Confucian Tradition: Wisdom as
Manifested by Fan Zhongyan. New Ideas in Psychology, 41, 1–7.
https://doi.org/10.1016/j.newideapsych.2015.11.001
37. Yuniawan, T., Rokhman, F., & Zulaeha, I. (2020). Eco-linguistic Analysis on Flora and
Fauna Lexicons on the Motifs of Batik Pekalongan, Indonesia. International Journal of
Advanced Science and Technology, 29(5), 6549–6566.
38. …………………………………………………………………..……………………… dst.