Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH K3 PERKANTORAN

Di susun oleh:

Roby Luqmanul Hakim (19010135)

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN dr. SOEBANDI JEMBER

TAHUN 2019/2020

Jl. dr. Soebandi No. 99 Jember, Telp/Fax (0331) 483536

www.stikesdrsoebandi.ac.id / email : info@stikesdrsoebandi.ac.id


 

KATA PENGANTAR
 
Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah
melimpahkan rahmat-Nya, sehingga dapat menyelesaikan Makalah K3 (Keselamatan dan
Kesehatan Kerja)Makalah ini berisikan tentang penerapan K3 dalam lingkup perkantoran.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan. Oleh sebab itu saya sangat
mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun demi penyempurnaan makalah
ini.Harapan penulis semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan serta wawasan bagi para
pembaca, sehingga penulis dapat memperbaiki bentuk ataupun isi makalah yangtelah ia
buat.Akhir kata, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi banyak orang khususnya pembaca
dan semoga tuhan senantiasa meridhai segala urusan.

Situbondo 10 oktober 2020

Roby luqmanul hakim


BABI PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Keselamatan dan kesehatan kerja adalah suatu pemikiran dan upaya untuk menjamin
keutuhan dan kesempurnaan baik jasmaniah maupun rohaniah tenaga kerja pada khususnya,
dan manusia pada umumnya, hasil karya dan budaya untuk menuju masyarakat adil dan
makmur.
Keselamatan dan keamanan kerja mempunyai banyak pengeruh terhadap faktor
kecelakaan, karyawan harus mematuhi standart (K3) agar tidak menjadikan hal-hal yang
negative bagi diri karyawan. Terjadinya kecelakaan banyak dikarenakan oleh penyakit yang
diderita karyawan tanpa sepengetahuan pengawas (K3), seharusnya pengawasan terhadap
kondisi fisik di terapkan saat memasuki ruang kerja agar mendeteksi sacera dini kesehatan
pekerja saat akan memulai pekerjaanya.
Keselamatan dan kesehatan kerja perlu diperhatikan dalam lingkungan kerja, karena
kesehatan merupakan keadaan atau situasi sehat seseorang baik jasmani maupun rohani
sedangkan keselamatan kerja suatu keadaan dimana para pekerja terjamin keselamatan pada
saat bekerja baik itu dalam menggunakan mesin, pesawat, alat kerja, proses pengolahan juga
tempat kerja dan lingkungannya juga terjamin.
Apabila para pekerja dalam kondisi sehat jasmani maupun rohani dan didukung oleh
sarana dan prasarana yang terjamin keselamatannya maka produktivitas kerja akan dapat
ditingkatkan. Masalah kesehatan adalah suatu masalah yang kompleks, yang saling berkaitan
dengan masalah-masalah lain di luar kesehatan itu sendiri. Banyak faktor yang
mempengaruhi kesehatan, baik kesehatan individu maupun kesehatan masyarakat, antara
lain: keturunan, lingkungan, perilaku, dan pelayanan kesehatan.

Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 48 Tahun 2016


Tentang Standar Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Perkantoran, Keselamatan kerja
perkantoran adalah upaya mencegah terjadi cidera yang banyak terjadi pada karyawan dalam
melakukan pekerjaan sehari-hari. Cidera yang banyak terjadi disebabkan oleh terpeleset,
tersandung, dan jatuh (slip, trip and fall).
Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja Perkantoran yang selanjutnya
disingkat SMK3 Perkantoran adalah bagian dari sistem manajemen gedung perkantoran
secara keseluruhan dalam rangka pengendalian risiko yang berkaitan dengan kegiatan kerja
guna terciptanya tempat kerja yang aman, efisien dan produktif. Bahwa dalam rangka
mendukung terwujudnya upaya keselamatan dan kesehatan kerja di gedung perkantoran
diperlukan standar penyelenggaraan keselamatan, kesehatan kerja, lingkungan kerja, sanitasi
dan ergonomi perkantoran.
1.1.1 Persyaratan Keselamatan Kerja Perkantoran

Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 48 Tahun 2016 Tentang
Standar Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Perkantoran, Keselamatan kerja perkantoran adalah
upaya mencegah terjadi cidera yang banyak terjadi pada karyawan dalam melakukan pekerjaan
sehari-hari. Cidera yang banyak terjadi disebabkan oleh terpeleset, tersandung, dan jatuh (slip,
trip and fall). Persyaratan Keselamatan Kerja Perkantoran terdiri atas:

1. Pelaksanaan Pemeliharaan dan Perawatan Ruang Perkantoran Lantai bebas dari bahan
licin, cekungan, miring, dan berlubang yang menyebabkan kecelakan dan cidera pada
karyawan.
2. Desain Alat dan Tempat Kerja
 Penyusunan dan penempatan lemari cabinet tidak mengganggu aktifitas lalu lalang
pergerakan karyawan,
 Penyusunan dan pengisian failing cabinet yang berat berada di bagian bawah.
3. Penempatan dan Penggunaan Alat Perkantoran Dalam pengelolaan benda tajam, sedapat
mungkin bebas dari benda tajam, serta siku-siku lemari meja maupun benda lainnya yang
menyebabkan karyawan cidera.
4. Pengelolaan listrik dan sumber api Dalam pengelolaan listrik dan sumber api, terbebas
dari penyebab elektrikal syok.
Prosedur kerja yang aman di kantor dalam rangka melaksanakan persyaratan keselamatan
kerja perkantoran:

1. Berlari di kantor harus dilarang Permukaan lantai harus yang tidak licin atau yang
menyebabkan pekerja terpleset/tergelincir.
2. Semua yang berjalan di lorong kantor dan di tangga diatur berada sebelah kiri
3. Karyawan yang membawa tumpukan barang yang cukup tinggi atau berat harus
menggunakan troli dan tidak boleh naik melalui tangga tapi menggunakan lift barang bila
tersedia
4. Tangga tidak boleh menjadi area untuk menyimpan barang, berkumpul, dan segala
aktivitas yang dapat menghambat lalu lalang.
5. Bahaya jatuh dapat dicegah melalui kerumahtanggaan kantor yang baik, cairan tumpah
harus segera dibersihkan dan potongan benda yang terlepas dan pecahan kaca harus
segera diambil.
6. Bahaya tersandung dapat diminimalkan dengan segera mengganti ubin rusak dan karpet
usang.
7. Lemari arsip bisa menjadi penyebab utama kecelakaan dan harus digunakan dengan
benar.
8. Kenakan pelindung jari untuk menghindar pemotongan kertas
9. Hindarkan kebiasaan yang tidak aman termasuk:
 menyimpan pensil dengan ujung runcingnya ke atas;
 menempatkan gunting atau pisau dengan ujung runcing kearah pengguna;
 menggunakan pemotong kertas tanpa penjaga yang tepat, dan
 menempatkan objek kaca di meja atau tepi meja.
10. Menggunakan listrik dengan aman.

1.1..2 Faktor-Faktor Keselahan Dalam Pekerjaan Kantor Tidak Adanya Prosedur


a. Merupakan salah satu penyebab kesalahan atau kecelakaan dalam pekerjaan kantor.
Karena, prosedur sangat penting bagi pegawai. Mereka menjadikan prosedur sebagai
pedoman ketika mereka bekerja. Dan apabila tidak ada prosedur kerja dalam sebuah
perusahaan, maka para pegawai berinisiatif melakukan improvisasi sendiri untuk
memciptakan prosedur.namun,karena pengetahuan mereka mengenai hal ini
kurang ,maka sebuah prosedur yang mereka susun atau rencanakan tidak sesuai
dengan prosedur yang seharusnya digunakan.
b. Tidak Mengikuti Prosedur Yang Ditetapkan Pada poin ini yang salah adalah
pegawainya sendiri. Karena tidak semua pegawai itu baik. Artinya adaa pegawai yang
tidak patuh atau menetang terhadap atasan mereka sendiri.
c. Kurangnya Pemahaman Prosedur Dalam hal ini yang salah adalah seorang atasan atau
seorang yang bertugas menyampaikan prosedur. Mungkin saja ketika menyampaikan
prosedur terlalu cepat atau dengan bahasa yang tidak baku, atau juga dengan kata-kata
yang sulit dimengerti oleh pegawai.
d. Kurangnya Kesadaran Akan Bahaya Seringkali pegawai melupakan akan pentingnya
keselamatan bagi dirinya. Mereka kurang menyadari bahwasanya pekerjaan yang
dilakukan itu sangat berbahaya yang pada akhirnya bisa menjadi sebuah kecelakaan
dalam pekerjaan kantor.
e. Kurangnya Alat/Peralatan Yang Sesuai Hal ini berkaitan dengan memadai atau
tidaknya sarana dan prasarana yang dimiliki oleh sebuah perusahaan. Alat/peralatan
mempunyai fungsi masing-masing sesuai dengan apa yang dibutuhkan ketika
seseorang bekerja. F
f. Terhambatnya Aktivitas Karena Terlalu Banyak Yang Campur Tangan Ketika sebuah
aktivitas kerja di suatu tempat pada waktu yang sama dicampur tangani oleh terlalu
banyak pegawai, maka akan dapat menimbulkan kesalahan dalam pekerjaan kantor.
Sebaiknya, satu jenis pekerjaan dipegang oleh beberapa orang saja yang saling bekerja
sama.
g. Peralatan Yang Rusak Akan menimbulkan kesalahan bahkan kecelakaan dalam
pekerjaan kantor. Perusahaan harus mempunyai seorang teknisi yang selalu
memeriksa perlatan dan sekaligus memperbaiki peralatan yang rusak.
h. Penerangan Yang Tidak Baik Yang menyilaukan atau kondisi gelap yang dapat
membuat para pegawai tidak nyaman ketika bekerja. Penerangan yang tidak baik
dapat menimbulkan kesalahan.
i. Ventilasi Yang Tidak Baik Sebuah perusahaan harus mempunyai ventilasi yang baik,
yang mampu membuat para pegawai merasa nyaman dalam rungan itu dan aktivitas
kerja tidak terganggu.
1.1..3 Pencegahan Kecelakaan Kerja Di Perkantoran

a. Kerapian dan kebersihan Kerapian ruangan dan kerapian alat-alat kerja


mempermudah para pekerja dalam menjalankan aktivitas kerja. Kerapian ruangan
membuat para pekerja nyaman oleh pemandangan yang rapi sehingga membuat
para pekerja mudah memahami prosedur yang harus dimengerti dalam ruangan
tersebut. Alat-alat kerja yang memenuhi standart juga alat-alat kerja yang tidak
dapat merusak kesehatan para pekerja. Kerapian ini selanjutnya dapat menciptakan
lingkungan yangbersih diperusahaan.
b. Penerangan yang cukup Salah satu fakor yang sangat penting. Pekerjaan bisa
terlaksana sesuai yang di inginkan. Ruangan dengan penerangan yang cukup
membuat pekerja dapat menjalankan mesin-mesin sesuai prosedur yang berlaku
dan pekerja merasa nyaman.
c. Kesehatan Jika kondisi para pekerja sehat pekerjaan akan berjalan lancar dan
kecelakaan kerja dapat diminimalisasi. Perusahaan memberikan istirahat yang
cukup bagi para pekerjanya dan perhitungan jam kerja harus sesuai dengan
standart yang sudah ditentukan oleh undang-yndang yang berlaku.
d. Seleksi dan penempatan Dengan seleksi kita dapat menyaring para pekerja yang
cenderung mengalami kecelakaan kerja sebelum mereka dipekerjakan. Seleksi
dilakukan perusahaan agar tercipta lingkungan yang sesuai dengan yang
diinginkan perusahaan.
e. Training Training adalah masa-masa kita belajar banyak hal baru dalam pekerjaan
baru. Training bisa dikatakan sebagai pengganti pengalaman. Pengalaman tentang
banayak hal dapat mengurangi tingkat kecelakaan kerja secara signifikan.
1.1.4 Tata Ruang Kantor

Dalam suatu kantor terdapat factor penting yang digunakan untuk menentukan
kelancaran dalam melaksanakan kegiatan kantor. Factor penting tersebut adalah
penataan ruang kantor dan fasilitas yang disusun dengan baik dan rapi agar dapat
dapat tercipta kepuasaan bagi pekerja. Pengertian tata ruang kantor adalah sebaş baik
berupa peralatan, perabot, dan perlengkapan kantor yang letaknya di 8/14 pekerjaan
dan kebutuhan guna memperlancar kegiatan pekerjaan dalam kantor.
a Tujuan Tata Ruang Kantor Agar kejadian tersebut tidak terulang kembali maka
penataan ruang kantor memilikitujuan sebagai berikut :
1. Memberikan kemudahan arus komunikasi dan arus kerja.
2. Semua ruang digunakan secara efisiensi untuk keperluan pekerjaan.
3. Memberikan kondisi kerja yang baik, sehingga timbul kepuasaan kerja.
4. Memudahkan pengawasan terhadap pekerjaan.
5. Membuat kesan yang baik bagi pengunjung yang datang ke organisasi
tersebut.
6. Pelaksaan pekerjaan dapat menempuh jarak terpendek.
7. Susunan tempat kerja dapat digunakan nerbagai pekerjaan dan diubah
sewaktu-waktu
b Asas-Asas Mengenai Tata Ruang Kantor
1. Asas Mengenai jarak terpendek Suatu kantor harus diatas sedemikian
rupa sehingga flow of work atau asas arus pekerjaan dapat berjalan
dengan lancar menurut suatu garis lurus atau dapat menempuh jarak
terpendek. Misalnya, bagian penjualan dibagi menjadi 2 unit kerja yang
bekerja dilantai 1 dan 2, hal ini sangat menyulitkan para pegawai untuk
saling berkomunikasi karena haris rela mondar-mandir dan bolak-balik
naik turun tangga untuk dapat berkoordinasi satu sama lain. Hal ini
sangat tidak efektif karena membuang banyak waktu dan tenaga para
pegawai dan mengenai arus rangkaian kerja pun tidak akan berjalan
dengan lancar. Maka suatu kantor perlu membuat tata ruang yang baik
untuk mencegah hal tersebut terjadi.
2. Asas Mengenai Rangkaian Kerja Suatu pekerjaan harus disusun
menurut urut-urutan kerja yang sesuai dengan kebijakan kerja
perusahaan, rangkaian kerja itu harus sejalan dengan penyelesaian
pekerjaan. Asas ini melengkapi asas mengenai jarak terpendek tadi.
Dan, tentunya dengan adanya urut-urutan rangkaian kerja yang baik
maka pengawasan yang dilakukan oleh pimpinan akan lebih mudah.
Satuan- satuan pekerjaan yang berhubungan erat satu sama lain
hendaknya dikelompokkan pada satu tempat. Contoh bagian tata usaha
pengelolah berada di bagian ruangan yang dekat pintu, sedangkan
bagian arsip berada di bagian paling belakang jauh dari pintu. Hal ini
sangat tidak efektif karena kasusnya hampir sama dengan yang ada di
atas tadi yaitu para pegawai menghamburkan tenaga dan waktu untuk
mondar-mandir karena penempatan urutan-urutan kerja yang salah
sehingga akibatnya pross pekerjaan pun tidak akan berjalan dengan
lancar. Jika hal ini terjadi maka pimpinan sulit melakukan pengawasan
karena pekerjaan tercecer kemana- mana. Kemudian hal ini juga dapat
menimbulkan kesan yang burut bagi para tamu ataupun relasi yang
datang ke kantor. Suasana kerja seperti sangat mengganggu sekali,
alhasil kecepatan bekerja pun semakin berkurang.
3. Asas Mengenai Penggunaan Segenap Ruang Suatu tata ruang kantor
harus menggunakan sepenuhnya ruangan yang ada. Ruangan yang
dimaksud tidak hanya luas santai saja, penjualan dibagi menjadi 2 unit
kerja yang bekerja dilantai 1 dan 2, hal ini sangat menyulitkan para
pegawai untuk saling berkomunikasi karena haris rela mondar-mandir
dan bolak-balik naik turun tangga untuk dapat hoekoordinnni cntu
coma lain Ual ini nanant tidale ofolktifkorana momhuone
UCIAUUIUllası satu sama laii, 1iai in saugai uuan CICAII KAICiua
ituivuaig banyak waktu dan tenaga para pegawai dan mengenai arus
rangkaian kerja pun tidak akan berjalan dengan lançar. Maka suatu
kantor perlu membuat fata ruang yang baik untuk mencegah hal
tersebut terjadi.
4. Asas Mengenai Perubahan Susunan Tempat Kerja Perubahan susunan
tempat kerja disebabkan karena penambahan pengurangan pegawai,
penambahan/penggantian alat dan perabot kantor, perubahan proses
penyelesaian pekerjaan, dan penambahan/pengurangan/perubahan tugas
pekerjaan. Tata tuang yang baik adalah yang dapat dirubah sesuai
dengan kebutuhan perusahaan, dan perubahan tata ruang ini tidak
memerlukan biaya yang cukup besar. Contoh dalam suatu bagian
gudang/penyimpanan diisi 9 pegawai lalu perusahaan membuat
kebijakan dengan menambah satu personil pegawai untuk bekerja
dibagian tersebut. Jadi susunan tempat kerja yang harus dirubah untuk
ditempati 10 orang pegawai. Perubahan ini tidak memakan biaya cukup
besar karna hanya perlu menambahkan 1 meja dan 1 kursi saja.
c Model Tata Ruang Kantor
1. Tata Ruang Terpisah-pisah Dalam tata ruang terpisah, penyusunan
ruang kerjanya adalah dipisah menjadi beberapa satuan menggunakan
sekat-sekat seperti kayu/kaca/triplek.ruangan terbagi menjadi beberapa
kamar. Biasanya suatu kantor jarang menggunakan tata ruang ini
dikarenakan banyak memiliki kelemahan yaitu pengawasan terhadap
pegawai kurang karena dibatasi oleh sekat-sekat, udara dan cahaya
pastinya sulit untuk menyebar ke seluruh ruangan, dan kelemahan yang
lain adalah jika ada penambahan pegawai sulit untuk mengubah
susunan tata ruangnya dan jikalau memang bisa diubah memerlukan
biaya yang relative besar karena mengubah semuanya atau merubah
sekat-sekatnya.
2. Tata Ruang Terbuka Jadi dalam tata ruangan terbuka ini , satu ruangan
besar digunakan oleh banyak pegawai. Dan dalam satu ruangan ini
tidak ada sekat-sekat atau batasan sama sekali. Jadi, pegawai dengan
mudah dapat berhubungan dengan pegawai lainnya, pengawasannya
pun akan lebih mudah karena berada dalam satu ruangan besar,
sehingga pimpinan dapat melihat langsung apa yang sedang dikerjakan
para pegawainya, cahaya dan udara pun sangat mudah menyebar ke
seluruh ruangan karena tidak terhambat oleh sekat- sekat, dan
keuntungan selanjutnya yaitu jika ada penambahan pegawai baru baru
susunan tata ruang kantor dapat diubah sesuai kebutuhan tanpa
memerlukan biaya yang cukup besar. Sehingga membuat para pegawai
betah dan semangat untuk bekerja dan dapat menimbulkn kesan yang
baik bagi para tamu atau mitra kerja yang datang ke kantor.
3. Tata Ruang Perkantoran (office layout) Di Indonesia tata ruang
perkantoran masih kurang mendapat perhatian dalam instansi-instansi
pemerintah dan perusahaan-perusahaan swasta. Misalnya sering terlihat
bahwa suatu instansi atau pejabat yang banyak malayani public ditaruh
belakang, sehingga orang-orang harus bertanya kian- kemari sebelum
dapat menjumpainya. Ini menghamburkan waktu dan mengganggu
pegawai-pegawai lain yang setiap kali hanus memberi petunjuk itu.
Tidak jarang dijumpai pula perusahaan yang dalam menyelesaikan
suatu pekerjaan, pegawai-pegawainya, berjalan mondar-mandir ke satu
meja ke meja yang lain sehingga mengurangi kecepatan bekerja. Ini
terjadi karena tata ruang yang buruk. Tujuan dari perlunya penataan
kantor yang baik adalan agar kegiatan pekerjaan dikantor tersebut dapat
berjalan dengan waktu yang sesingkat mungkin (efisien) dan dapat
berjalan secara lancar agar tujuan dari pekerjaan itu cepat tercapai.
Selain itu, penataan ruang kantor juga bertujuan untuk meminimalkan
para pekerja kantor utuk berjalan kesana kemari karena ada suatu yang
perlu disampaikan atau diserahkan kepada pekerja kantor lain karena
letak meja kerja yang berjauhan. Maka dari itu, penataan ruang kerja
kantor perlu memperhatikan tingkat komunikasi antara hubungan
pekerja 1 dengan pekerja lain yang memiliki keterikatan tinggi.
Misalnya pekerja si A berhubungan kuat dengan pekerjaan si B, maka
meja kerja si A dan si B seharusnya berdekatan satu sama lain agar
mudah dalam mengkoordinasikan dan menghemat waktu dalam
bekerja. Aua pun uaiaim perancangan tata ruang kanor periu
memepernaukan asas-asas seperti jarak terpendek, rangkaian kerja,
penggunaan segenap ruangan, dan perubahan sususnan tempat kerja.

1.2 Tujuan

 Tujuan Umum
Tujuan Umum Untuk mendeskripsikan pengetahuan dan sikap karyawan tentang
Kesehatan Kerja dalam Perkantoran.

 Tujuan Khusus
1. Mengetahui pengertian keselamatan kerja perkantoran
2. Mengetahui apa saja persyaratan keselamatan perkantoran
3. Mengetahui apa saja faktor keselahan di perkantoran
4. Mengetahui cara pencegahan kecelakaan kerja di perkantoran
5. Mengatahui tata ruang kantor

1.3 Manfaat
Memahami secara komprehensif akan pentingnya mengimplemasikan aspek safety
secara automatically atas dasar sebuah kesadaran, dan setiap karyawan akan tersentuh untuk
memiliki high awareness terhadap segala potensi bahaya di lingkungan kerjanya, baik
bahaya terhadap dirinya, orang lain, atau lingkungannya. Akhirnya diharapkan terminology
zero accident akan menjadi perhatian utama seluruh entitas perusahaan, termasuk share
holdernya.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)

Malayu S.P. Hasibuan( 2003 : 188 ), mengatakan bahwa Keselamatan dan Kesehatan
Kerja (K3) akan dapat menciptakan terwujudnya pemeliharaan karyawan yang lebih baik.
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) ini harus ditanamkan pada diri masing-masing individu
karyawan, yang hal ini dapat dilakukan dengan penyuluhan dan pembinaan yang baik agar
mereka menyadari pentingnya keselamatan kerja bagi dirinya maupun untuk perusahaan.

Chris Rowley & Keith Jackson ( 2012 : 177 ), mengatakan bahwa :“ Kesehatan dan
keselamatan atau dengan lebih tepatnya, kesehatan dan keselamatan kerja ( K3 ) –
memperhatikan mengenai masalah manajemen risiko di tempat kerja yang mana risiko tersebut
dapat berakhir dengan sebuah kecelakaan, luka-luka, atau kesehatan yang buruk “. Keselamatan
dan kesehatan kerja merupakan proses perlindungan pekerja dalam kegiatan yang dilakukan
pekerja pada suatu perusahaan atau tempat kerja yang menyangkut risiko baik jasmani dan
rohani para pekerja. Perlindungan bagi pekerja merupakan kewajiban perusahaan demi menjaga
lingkungan dan mencegah terjadinya kecelakaan kerja.

2.2 Pengertian Keselamatan Kerja

Undang-undang yang telah mengatur tentang Keselamatan Kerja yaitu Undang-undang


Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 1970 Tentang Keselamatan Kerja. Undang-Undang tersebut
selanjutnya diperbaharui menjadi Pasal 86 ayat 1 Undang-Undang No. 13 Tahun 2003 yang
menyebutkan bahwa setiap pekerja/buruh berhak untuk memperoleh perlindungan atas: 1.
Keselamatan dan kesehatan kerja 2. Moral dan kesusilaan 9 Keselamatan kerja menunjuk pada
perlindungan kesejahteraan fisik dengan tujuan mencegah terjadinya kecelakaan atau cedera
terkait dengan pekerjaan (Malthis dan Jackson, 2002). Sedangkan menurut Ridley (2004),

keselamatan kerja adalah keselamatan yang berkaitan dengan mesin, pesawat, alat kerja,
bahan dan proses pengolahannya, landasan tempat kerja dan lingkungannya serta caracara
melakukan pekerjaan. Keselamatan kerja juga menunjuk pada suatu kondisi kerja yang aman dan
selamat dari penderitaan, kerusakan atau kerugian di tempat kerja.
Keselamatan kerja adalah pengawasan terhadap orang, mesin, material dan metode yang
mencakup lingkungan kerja agar supaya pekerja tidak mengalamai cedera menurut
Mangkunegara dalam Sayuti (2013:195).

2.3 Pengertian Kesehatan Kerja

Menurut Lidya dalam Sayuti (2013:196) pengertian kesehatan kerja adalah hal yang
menyangkut kemungkinan ancaman terhadap kesehatan seseorang yang bekerja pada sesuatu
tempat atau perusahaan selama waktu kerja yang normal. Sedangkan menurut Santoso dalam
Sayuti (2013:196) pengertian kesehatan kerja adalah kesehatan jasmani dan rohani. Kesehatan
kerja adalah bagian dari ilmu kesehatan yang bertujuan agar tenaga kerja memperoleh keadaan
kesehatan yang sempurna baik fisik, mental maupun sosial (Lalu Husni,2005).

Menurut peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia,


Kesehatan Kerja bertujuan untuk memberi bantuan kepada tenaga kerja, melindungi tenaga kerja
dari gangguan kesehatan yang timbul dari pekerjaan dan lingkungan kerja, meningkatkan
kesehatan, memberi pengobatan dan perawatan serta rehabilitas dalam Paradita dan Wijayanto
(2012).

Menurut Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia Nomor
PER.08/MEN/VII/2010 Tentang Alat Pelindung Diri pada Pasal 1 menjelaskan bahwa Alat
Pelindung Diri selanjutnya disingkat APD adalah suatu alat yang mempunyai kemampuan untuk
melindungi seseorang yang fungsinya mengisolasi sebagian atau seluruh tubuh dari potensi
bahaya di tempat kerja.

Selanjutnya Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia


Nomor PER.08/MEN/VII/2010 Tentang Alat Pelindung Diri pada Pasal 2 menjelaskan sebagai
berikut: 1. Pengusaha wajib menyediakan APD bagi pekerja/buruh di tempat kerja. 10 2. APD
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus sesuai dengan Standar Nasional Indonesia (SNI) atau
standar yang berlaku. 3. APD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib diberikan oleh
pengusaha secara cuma-cuma.

2.4 Pengertian Kecelakaan Kerja

Menurut Sayuti (2013: 196) Kecelakaan kerja adalah kejadian yang tak terduga dan tidak
diharapkan terjadi dalam pelaksanaan hubungan kerja. Adapun yang termasuk kecelakaan kerja
adalah:

1. Celaka akibat langsung pekerjaan, saat atu waktu kerja, perjalanan (dari rumah ke tempat
kerja, melalaui jalan atau sarana yang wajar), dan penyakit akibat kerja. Menurut Suryadi
dalam Sayuti (2013:196) pengertian kesehatan dan keselamatan kerja adalah menciptakan
suasana dan lingkungan kerja yang menjamin kesehatan dan keselamatan keryawan agar
tugas pekerjaan di wilayah kerja perusahaan dapat berjalan lancar. Nasution dalam Sayuti
(2013:196) mengemukakan bahwa kesehatan dan keselamatan kerja adalah segala yang
menyangkut hal-hal berikut ini:
a. Pembuatan, percobaan, segala jenis produk yang mempergunakan mesin-mesin
atau perlatan,
b. Segala perawatan, perbaikan perlatan produksi,
c. Segala pembersihan pembangunan limbah dalam produksi.

2.5Strategi Keselamatan Kerja


Strategi keselamatan kerja sangat berhubungan erat dengan pengenalan dan
pengendalian bahaya-bahaya yang ditimbulkan oleh kelelahan, tekanan batin (stres),
kebisingan, radiasi maupun zat-zat beracun lainnya, terhadap kondisi fisik manusia,
pikiran dan sikap tingkah laku para pegawai. Menurut Fathoni (2006:156) pendekatan
yang perlu dilakukan dalam strategis kesehatan mencakup langkah-langkah:
1. Mengenal zat-zat, keadaan atau proses yang benar-benar atau mempunyai potensi
yang membahayakan para pekerja,
2. Mengadakan evaluasi bagaimana bahaya itu bisa timbul dengan mempelajari sifat
sesuatu zat atau kondisi dan keadaan di mana bahaya tersebut terjadi. Hal tersebut
juga memperhitungkan kondisi lingkungan dalam keadaan yang bisa berbahaya
bentuk intensitas dan lamanya pengaruh terhadap pekerjaan
3. Mengadakan pengembangan teknik dan metode kerja untuk memperkecil risiko
dengan melakukan pengendalian pengawasan atas 12 penggunaan bahan-bahan yang
berbahaya atau pada lingkungn – lingkungan di mana bahaya bisa terjadi. Upaya
yang harus dilakukan sebagai solusi untuk mencapai pengawasan keselamatan dan
kesehatan kerja pegawai mencakup kegiatan di antaranya:
a. Mempersiapkan dan menyesuaikan sarana dan prasarana yang dapat
melindungi, tetapi tidak mengubah bentuk, proses atau spesifikasi.
Perubahan-perubahan tersebut tidak sepenuhnya menghilangkan bahaya yang
bisa terjadi di luar kemampuan,
b. Menghilangkan pusat utama yang mengakibatkan bahaya, melalui rancangan
dan rekayasa pengelolaan degna memastikan bahwa, misalnya zat beracun
yang berbahaya tersebut tidak mencemari para pekerja,
c. Membuat isolasi kegiatan atau unsur-unsur yang berbahaya sehingga para
pekerja tidak berhubungan dan harus menggunakan alat tertentu sebagai
pencegahan,
d. Mengubah proses dan metode kerj atau mengganti bahan-bahan untuk
mendapatkan pelindung yang lebih baik atau dapat menghilangkan risiko dari
bahaya yang kemungkinan bisa berpengaruh,
e. Mengadakan pelatihan para pekerja untuk mencegah risiko dengan
membatasi bahaya atau risiko dengan mamakai alat keselamatan kerja yang
tersedia,
f. Adakan pengawaasan secara teratur untuk dapat memastikan bahwa faktor-
faktor yang dapat membahayakan keselamatan dan kesehatan kerja dapat
terdeteksi setiap saat,
g. Memelihara kantor dan peralatannya sedemikian rupa untuk mencegah
kemungkinan timbulnya bahaya bagi lingkungn kerja maupun para pekerja,
h. Mengadakan cek sehatan secara teratur bagi pekerja sebagai pencegahan.

BAB III

3.1 Uraian kasus

Dalam jurnal yang diangkat membahas bagaimana ke efektifan program K3 dalam suatu
perkantoran dalam hal ini adalah politeknik madiun. Dalam jurnal ini pun diketahui banyak hal
yang terjadi jika menurunya pelaksanaan program k3 dalam suatu perkantoran,jika pada saat
bekerja tidak menerapkan ataupun mengaplikasikan kesehatan dan keselamatan kerja dalam
pekerjaannya maka adanya suatu impact yang sangat berpengaruh bagi hasil pekerjaan yang
dilakukan oleh orang tersebut. Berikut merupakan paparan dari objek yang diteiti penulis
berdasarkan jurnal:

Objek Penelitian
Dalam penelitian ini penulis menjadikan Politeknik negri madiun sebagai objek
penelitian. Penulis memilih kantor ini karena menurut penulis dalam sebuah perkantoran perlu
adanya Kesehatan dan Keselamatan Kerja untuk meningkatkan Kinerja Pegawai.

Ruang Lingkup Penelitian


Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif yang menguji hipotesis tentang pengaruh
penerapan K3 Perkantoran terhadap kinerja karyawan. Dalam penelitian ini fokus unit analisis
adalah karyawan di Politeknik Negeri Madiun. Setting penelitian dalam penelitian ini adalah
lapangan. Dimensi waktu data bersifat cross section yaitu pengambilan data pada waktu tertentu
dengan banyak sampel.

Jenis dan Sumber Data Jenis data


Jenis penelitian ini menggunakan metode kuantitatif. Menurut Sugiyono (2011:7)
analisis dalam penelitian dapat dikelompokkan menjadi 2 yaitu:

a. Analisis kuantatif adalah analisis data yang sifatnya konkrit yang skala ukurannya jelas
seperti bentuk angka-angka (numeric).
b. Analisis kualitatif adalah analisis dengan menggunakan data dengan menggunakan data
yang berbentuk kata, kalimat, skema dan gambar. Dalam penelitin ini penulis menggunakan
metode kualitatif yang dikuantitatifkan, dimana data yang diperoleh berupa angka atau data
kuantitatif yang digunakan.

Sumber Data
Data diperoleh dengan menggunakan kuesioner dan dokumentasi.

Teknik pengumpulan data

Kuesioner
Kuesioner adalah suatu daftar yang berisi pertanyaan-pertanyaan yang harus dijawab atau
dikerjakan oleh responden (Bimo Walgito, 2010 : 72). Dalam penelitian ini kuesioner dibagikan
kepada Pegawai PT. Pertamina EP Asset 2 bagian Safety Kabupaten Prabumulih Kuesioner
secara garis besar berisi pertanyaan atau pernyataan tentang semua variabel dan indikator
penelitian.

Dalam penelitian ini skala pengukuran digunakan adalah skala likert. Skala likert
digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok orang.

Dokumentasi

Dokumentasi adalah salah satu metode pengumpulan data kualitatif dengan melihat atau
menganalisis dokumen-dokumen yang dibuat oleh subjek sendiri atau oleh orang lain tentang
subjek.

Deskripsi Variabel Penelitian


Tabel 1.
Hasil Uji Statistik Deskriptif
Std.
Mea
N Min Max Deviati
n
on

K3 45 14 21 184,8 17,950
Perkantoran
Kinerja 45 9 1 2 3,081
Karyawan 18 30 23,78

Sumber: diolah penulis, 2019

Berdasarkan tabel 4.1 menunjukkan bahwa :


Dari 45 responden, variabel K3 Perkantoran memiliki nilai minimum sebesar 149, nilai
maksimal sebesar 211, rata-rata sebesar 184,82 dan standart deviation sebesar 17,950. Variabel
K3 Perkantoran menggunakan 47 item pernyataan sehingga rata-rata item adalah 184,82 dibagi
47 item sama dengan 3.932 dari skala likert 1 sampai 5. Rata-rata tersebut menunjukkan bahwa
variabel K3 Perkantoran tergolong cukup artinya karyawan yang melakukan pekerjaan dengan
menerapkan prinsip K3 Perkantoran adalah cukup.

Sampel
Sampel adalah bagian populasi yang diambil melalui cara-cara tertentu yang juga
memiliki karakteristik tertentu, jelas dan lengkap yang dianggap bisa mewakili populasi
(Sugiyono, 2012) Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagian karyawan di
Politeknik Negeri Madiun yang berjumlah 45 orang. Teknik pengambilan sampel menggunakan
metode probability sampling dan simple random sampling.

3.2 ANALISA PENGKAJIAN

Hasil penelitian menunjukkan keselamatan dan kesehatan kerja memiliki pengaruh yang
signifikan terhadap kinerja Karyawan politeknik negri madiun. Hal ini menunjukkan bahwa K3
berperan penting dalam meningkatkan Kinerjakaryawan karena K3 yang memberikan rasa
nyaman dalam bekerja dan kepercayaan yang tinggi akan mendorong peningkatan perilaku kerja
melalui jaminan kesehatan dan adanya komunikasi antara pekerja dengan pihak manajer dan
sesama pekerja.
Hasil uji reliabilitas variabel k3 perkantoran dan kinerja karyawan menunjukkan
bahwaCronbach’s Alpha > 0,6. Dengan demikian variabel-variabel penelitian dinyatakan reliabel
dan selanjutnya dapat digunakan dalam penelitian.
Tabel 4.Hasil Uji Autokorelasi
Sumber: diolah penulis, 2019

Berdasarkan tabel 4 menunjukkan nilai Durbin-Watson pada model regresi adalah sebesar
1,373 dengan level signifikan 0,05 (5%) dengan jumlah sampel penelitian sebanyak (N) 45 dan
jumlah variabel independen 1 (K=1) diperoleh nilai dL sebesar 1,4754 dan dU sebesar 1,5660.
Maka diperoleh nilai DW lebih besar dari batas Du dan kurang dari (4-Du) = 4 – 1,5660 = 2,434
atau (1,373 < 1,5560 < 2,434), sehingga dapat disimpulkan dalam persamaan tidak ada
autokorelasi positif atau negatif.
Koefisien determinasi (R2) digunakan untuk mengukur seberapa besar kemampuan model
dalam menerangkan variasi variabel terikat. Berdasarkan dari tabel 4.10 menunjukkan bahwa R
Square (R2) sebesar 0,895 artinya perubahan kinerja karyawan (Y) mampu diterangkan oleh
perubahan variabel K3 Perkantoran (X) sebesar 89,5%, sementara sisanya yaitu sebesar 10,5%
dipengaruhi oleh variabel lain di luar variabel yang diteliti
Dari data kuesioner yang telah ditabulasikan dan dilakukan analisis menggunakan regresi
berganda dengan bantuan program SPSS versi 22.0. berikut ini akan dijelaskan pengaruh k3
perkantoran terhadap kinerja karyawan melalui pengujian regresi berganda sebagai berikut :

Tabel 5.
Hasil Uji Regresi Linier Sederhana

Sumber: diolah penulis, 2019

Dari tabel 5 dapat diketahui nilai constant (α) sebesar -6,237, sedang nilai k3 perkantoran
(β / koefisien regresi) sebesar 0,162, sehingga persamaan regresi dapat ditulis:
Y=α+βX
Y = -6,237 + 0,162 X
Konstanta = -6,237; artinya apabila variabel k3 perkantoran bernilai nol, maka nilai
kinerja karyawan di Politeknik Negeri Madiun adalah -6,237.Koefisien regresi (β) sebesar 0,162
arah positif; artinya apabila terjadi peningkatan variabel k3 perkantoran sebesar satu satuan,
maka kinerja karyawan juga naik sebesar 0,162 satu satuan.
Uji t bertujuan untuk menguji signifikasi hasil dari uji regresi linier berganda. Pembuktian
hipotesis ini yaitu dengan memperhatikan nilai signifikan. Untuk hasil uji t dapat dilihat pada
tabel 5.Berdasarkan uji hipotesis dengan uji t diketahui bahwa variabel k3 perkantoran memiliki
nilai thitung sebesar 19,135 dengan tingkat signifikan sebesar 0,000 (sig. = 0,000 < 0,05), hal ini
berarti bahwa variabel k3 perkantoran memiliki pengaruh positif terhadap kinerja karyawan.
Berdasarkan kasus diatas dapat diambil kesimpulan bahwa penerapan program K3 adalah
sangatlah berpengaruh besar bagi perkantoran terutama terhadap kerja karyawan politeknik negri
madiun.

3.2.1 FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KECELAKAAN KERJA

Secara umum kecelakaan kerja disebabkan oleh 2 faktor uatama yaitu kecelakan yang
murni disebabkan pekerjaan dan kecelakaan yang disebabkan pada saat SDM tersebut bekerja,
selain itu Kecelakaan Kerja disebabkan oleh dua faktor. Faktor tersebut dikelompokan
berdasarkan cara perlakuannya. Kedua faktor tersebut yaitu:

1. Unsafe Condition (Kondisi Tidak Aman)

     Dengan kondisi kerja yang tidak aman dapat menyebabkan kecelakaan kerja. Biasanya
penyebab kondisi tidak aman ini dapat berasal dari keadaan mesin, perlatan, dan/atau bahan baku
yang tidak sesuai semestinya, lingkungan kerja yang tidak diperhatikan oleh pekerja, proses kerja
yang tidak sesuai dengan aturan, dan/atau sifat kerja yang tidak bertanggung jawab dan disiplin.

2. Unsafe Action (Perlakuan yang Tidak Aman)

     Kecelakaan kerja juga dapat terjadi karena perlakuan yang tidak aman oleh para pekerja dan
orang lain disekitar lingkungan kerja. Perlakuan tidak aman ini biasanya bersumber dari
kurangnya pengetahuan dan keterampilan dari para pekerja dalam melakukan pekerjaannya,
karakteristik fisik dari para pekerja yang kurang sesuai, karakteristik mental dan psikologis dari
para pekerja, sikap dan/atau tingkah laku yang kurang sesuai dan tidak aman. Selain itu Secara
detail, faktor-faktor penyebab kecelakaan akibat kerja Faktor tersebut berupa sistem manajemen,
faktor manusia, faktor lingkungan, faktor teknologi, faktor sosial, dan faktor ekonomi.

Selain yang sudah dipaparkan diatas perusahaan wajib menerapkan k3 agar tidak
mengalami kerugian karena dampak dari kecelakaan tersebut karena jika kecelakaan pada saat
bekerja terjadi maka perusahaan perlu menangung biaya pegobatan tindakan preventif dalam
kasus ini adalah memberikan asuransi pekerja agar dapat meminimalisir dampak dari kecelakaan
tersebut. Adapun beberapa dampak dari kecelakaan antara lain:

3.2.2 DAMPAK DARI KECELAKAAN KERJA

secara umum pengertian dari dampak kecelakaan kerja adalah sesuatu yang terjadi pada
saat bekerja baik disebabkan oleh faktor SDM maupun beberapa faktor penunjang. Dampak dari
kecelakaan kerja ternyata tidak hanya dirasakan oleh karyawan saja melainkan pengaruh ini
dapat dirasakan oleh orang sekitar dari karyawan tersebut seperti:

1. Bagi Karyawan

 Kematian bila memang kecelakaan yang terjadi masuk kelompok super berat
 Cacat bila secara fisik
 Cedera bila type kecelakaan kerja yang terjadi masuk ketegori tengah atau enteng.
 Menyebabkan stres, trauma, kejiwaan dapat terganggu
 Produktivitas karyawan pun jadi menurun dalam artian karyawan tersebut tidak dapat
lagi bekerja dengan cara normal seperti sebelumnya.

2. Bagi Keluarga Karyawan

 Rasa sedih yang mendalam karena kecelakaan yang memakan korban jiwa menimpa
anggota keluarga
 Berkurangnya pendapatan yang didapat keluarga
 Turunnya standard hidup keluarga
 Punya potensi menyebabkan terjadinya keretakan rumah tangga

3. Bagi perkantoran

 Kantor harus keluarkan biaya penyembuhan untuk karyawan yang terkena kecelakaan
kerja
 Bila kecelakaan kerja termasuk berat, dapat menyebabkan rusaknya perlengkapan atau
bangunan yang disebut aset kantor.
 Kecelakaan kerja itu juga dapat membuat rusaknya product dan bahan-bahan

4. Bagi Masyarakat

 Karena produktivitas karyawan yang menurun maka akan berpengaruh terhadap


keterlambatan pendistribusian barang maka keperluan orang-orang akan product dari
perusahaan itu juga turut terhalang.

3.3 RASIONAL

Dari uraian kasus yang ada dapat dirasionalkan apabila kantor menerapkan program
kesehatan dan keselamatan kerja (K3) maka akan menimbulkan sebuah impact yang sangat
berpengaruh bagi kelangsungan kerja karyawan maupun kantor yang menanungi karyawan itu
tersebut sehingga dapat mengurangi value dari sebuah kantor itu juga.

Dalam hal ini penulis menyarankan agar benar benar mengaplikasikan K3 dalam
perkantoran agar kinerja karyawan atupun pegawai yang ada dlam kantor tersebut lebih
maksimal,yang akan berdampak baik bagi perkantoran itu tersebut:
BAB IV

4.1 Kesimpulan

Keselamatan kerja perkantoran adalah upaya mencegah terjadi cidera yang banyak terjadi
pada karyawan dalam melakukan pekerjaan sehari-hari. Cidera yang banyak terjadi
disebabkan oleh terpeleset, tersandung, dan jatuh (slip, trip and fall). Perkantoran
mempunyai risiko K3 yang spesifik sehingga perlu dikelola dengan baik agar dapat menjadi
tempat kerja yang sehat, aman dan nyaman. Hal ini dapat tercapai bila semua pihak yang
berkepentingan yaitu Pimpinan Kantor dan Pengelola Gedung, manajemen perusahaan dan
karyawan mempunyai komitmen dalam menjalankan perannya masing-masing dengan
sungguh-sungguh.
Dalam pelaksanaan K3 perkantoran perlu memperhatikan 2(dua) hal penting yakni indoor
dan outdoor. Baik perhatian terhadap konstruksi gedung beserta perlengkapannya dan
operasionalisasinya terhadap bahaya kebakaran serta kode pelaksanannya maupun terhadap
jaringan elektrik dan komunikasi, kualitas udara, kualitas pencahayaan, kebisingan, display
unit (tata ruang dan alat), hygiene dan sanitasi, psikososial, pemeliharaan maupun aspek lain
mengenai penggunaan komputer.
Hal diatas tidak hanya meningkatkan dari sisi kesehatan maupun sisi keselamatan
karyawan/pekerja dalam melakukan pekerjaan di tempat kerjanya. Harapannya rekomendasi
ini dapat dijadikan sebagai acuan ataupun perbandingan dalam rangka meningkatkan
pelaksanaan K3 khususnya di perkantoran
DAFTAR PUSTAKA

Kuswantoro, Agung. 2017. Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja Perkantoran.


Bandung : Alfabeta. Republik Indonesia. 2016. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 48 Tahun 2016 Tentang Standar Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Perkantoran,
Keselamatan kerja perkantoran. Jakarta

Anda mungkin juga menyukai