Anda di halaman 1dari 12

Resume MSDM

Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Dosen Pengampu: Drs. H. Sarifudin Serip, MM.

Kelompok 3

1. Seha Shahab A1B021210


2. Shafira Alivia A1B021211
3. Sharla Marsanda A1B021212
4. Silvia Novitasari A1B021213
5. Siti Adhwa Neysa B. A1B021215
6. Erlinda A1B422010

PROGRAM STUDI MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS MATARAM

2021/2022
A. Pegertian Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Keselamatan kerja sendiri merupakan aktivitas perlindungan karyawan secara menyeluruh.
Artinya perusahaan berusaha untuk menjaga jangan sampai karyawan mendapat suatu
kecelakaan pada saat menjalankan aktivitasnya. Sedangkan kesehatan kerja adalah upaya
untuk menjaga agar karyawan tetap sehat selama bekerja. Artinya jangan sampai kondisi
lingkungan kerja akan membuat karyawan tidak sehat atau sakit
Untuk menjaga agar keselamatan kerja karyawan terjaga dan terjamin ada beberapa
komponen yang perlu dilakukan yaitu:
1. Tersedianya peralatan kerja yang memadai
Perusahaan harus menyediakan peralatan kerja yang disesuaikan dengan jenis
pekerjaan.
2. Perawatan peralatan secara terus menerus
Peralatan kerja harus selalu digunakan pada saatnya bekerja atau berada di ruangan
tertentu. Peralatan kerja ini harus selalu dipelihara agar dapat digunakan setiap saat.
Jangan sampai pada saat hendak digunakan terjadi kemacetan, sehingga membahayakan
karyawan.
3. Kepatuhan karyawan
Setiap karyawan atau yang terlibat baik langsung maupun tidak langsung dengan
pekerjaan atau di sekitar lokasi kerja wajib mematuhi aturan tentang keselamatan kerja
yang telah ditetapkan.
4. Prosedur kerja
Karyawan harus mengikuti prosedur kerja yang telah ditetapkan. Pelanggaran
terhadap prosedur kerja akan berakibat kepada kemungkinan terjadi kecelakaan kerja.
5. Petunjuk kerja di setiap lokasi kerja
Perusahaan harus membuat petunjuk atau rambu-rambu kerja di setiap lokasi
tertentu. Penepatan petunjuk atau rambu kerja harus di tempat atau lokasi yang strategis,
serta mudah dilihat.

Sedangkan dalam hal kesehatan kerja, komponen yang perlu dilakukan adalah:

1. Kondisi udara di ruangan


Kondisi udara di dalam ruangan haruslah disesuaikan dengan kondisi yang
seharusnya. Hal ini penting guna menjaga kesehatan karyawan, baik suhu badan, hidung,
mata ataupun lainnya. Kondisi udara ruangan yang tidak sesuai akan mengakibatkan
karyawan jatuh sakit.
2. Ventilasi ruangan
Adanya alat untuk menjaga sirkulasi udara dalam suatu ruangan. Ruangan yang tidak
memiliki ventilasi udara akan menyebabkan sumpek dan menimbulkan berbagai penyakit.
3. Kebisingan
Untuk ruangan tertentu yang menggunakan mesin yang memiliki suara yang keras dan
menyebabkan kebisingan maka diperlukan alat peredam suara yang mengatasinya.
Kebisingan akan mengakibatkan telinga atau pendengaran karyawan menjadi terganggu.
4. Penerangan atau cahaya
Setiap ruangan harus memiliki penerangan yang cukup sehingga tidak mengganggu
pekerjaan. Kekurangan penerangan atau cahaya akan mengganggu kesehatan karyawan.
5. Tersedianya pembuangan kotoran limbah
Perusahaan harus menyediakan pembuangan baik air, atau udara sehingga tidak
mengganggu kesehatan karyawan, termasuk kesehatan warga. Dalam hal ini perusahaan
harus menyediakan peralatan pengolahan limbah, terutama limbah yang berbahaya bagi
kesehatan.
B. Tujuan dari Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Dalam praktiknya berikut ini tujuan dari program keselamatan dan kesehatan kerja yaitu:
1. Membuat karyawan merasa nyaman
Dengan dimilikinya prosedur kerja dan adanya peralatan kerja yang memadai maka akan
membuat karyawan merasa lebih aman dan nyaman dalam bekerja. Membuat karyawan
merasa nyaman akan dapat meningkatkan produktivitas kerja karyawan.
2. Memperlancar proses kerja
Dengan adanya program keselamatan dan kesehatan kerja, maka kecelakaan kerja dapat
diminimalkan. Kemudian dengan kesehatan kerja karyawan yang terjamin baik secara fisik
maupun mental, maka karyawan dapat beraktivitas secara normal.
3. Agar karyawan berhati-hati dalam bekerja
Karyawan dalam hal ini setiap melakukan pekerjaannya sudah dengan paham dan mengerti
akan aturan kerja yang telah ditetapkan, sehingga karyawan akan lebih waspada dan
berhati-hati dalam melakukan aktivitasnya.
4. Mematuhi aturan dan rambu-rambu kerja
Perusahaan akan memasang ramubu-rambu kerja yang telah ada dan di pasang di berbagai
tempat sebagai tanda dan peringatan. Penempatan rambu-rambu kerja harus mudah dilihat
dan jelas tanpa ada hambatan atau halangan.
5. Tidak mengganggu proses kerja
Dengan adanya program keselamatan dan kesehatan kerja diharapkan tindakan karyawan
tidak akan mengganggu aktivitas karyawannya.
6. Menekan biaya
Dengan adanya program keselamatan dan kesehatan kerja, maka kecelakaan kerja dapat
diminimalkan. Oleh karena itu, karyawan harus menggunakan peralatan dan keamanan
kerja. Imbasnya biaya kecelakaan kerja, menjadi relatif kecil dan dapat diminimalkan,
sehingga karyawan mengurangi biaya pengobatan dan kesempatan kerja karyawan yang
hilang.
7. Menghindari kecelakaan kerja
Kepatuhan karyawan kepada aturan kerja termasuk memerhatikan rambu-rambu kerja
yang telah dipasang. Kemudian karyawan harus menggunakan peralatan kerja dengan
sebaik-baiknya sesuai aturan yang telah ditetapkan, sehingga kecelakaan kerja dapat
diminimalkan.
8. Menghindari tuntutan pihak-pihak tertentu
Dengan adanya program keselamatan dan kesehatan kerja ini maka tuntutan karyawan akan
keselamatan dan kesehatan kerja dapat diminimalkan, karena karyawan sudah menyetujui
terhadap aturan yang berlaku di perusahaan tersebut, sehingga sudah tahu resiko yang akan
dihadapinya.
C. Risiko yang Dihadapi
Dalam praktiknya risiko yang dihadapi pekerja beraneka ragam. Dalam praktiknya paling tidak
terdapat dua hal penyebab risiko kecelakaan kerja yaitu:
1. Unsur sengaja
Artinya karyawan sengaja melakukan kesalahan pada saat bekerja. Unsur sengaja ini
memang agak sulit untuk dibuktikan, akan tetapi perusahaan perlu mencegah dengan cara
melihat gejala-gejala yang ada di setiap perusahaan sedini mungkin, sehingga dapat
dicegah.
2. Unsur tidak sengaja
Kerjadian yang menimpa karyawan pada saat bekerja dilakukan secara tidak sengaja.
Akibat dari kecelakaan kerja baik yang disengaja maupun tidak disengaja, maka akan
menimbulkan berbagai risiko. Secara umum risiko-risiko yang terjadi seperti:
a. Cacat fisik
Karyawan mengalami kerusakan atau cacat pada bagian atau seluruh anggota tubuhnya,
seperti patah tangan, patah kaki, pendengaran rusak atau mata rusak, kelumpuhan atau
cacat fisik lainnya.
b. Cacat mental
Karyawan tersebut mentalnya atau jiwanya yang rusak seperti, stres atau gila akibat
tekanan dari pekerjaan.
c. Cacat seumur hidup
Akibat dari pekerjaan menyebabkan karyawan cacat seumur hidup, sehingga tidak
dapat lagi melakukan aktivitas kerja.
d. Meninggal dunia
Akibat dari kecelakaan yang parah, baik disengaja ataupun tidak disengaja. Untuk
karyawan yang meninggal dunia juga mendapat santunan dan uang pension atau uang
penghargaan atas jasa-jasanya
D. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keselamatan Kerja
Berikut ini akan diuraikan faktor-faktor yang memengaruhi keselamatan kerja karyawan, yaitu:
1. Kelengkapan peralatan kerja
Peralatan keselamatan kerja yang lengkap sangat diperlukan. Artinya makin
lengkap peralatan keselamatan kerja yang dimiliki, maka keselamatan kerja makin baik.
2. Kualitas peralatan kerja
Di samping lengkap peralatan kerja yang dimiliki juga harus diperhatikan kualitas
dari perlengkapan keselamatan kerja. Kualitas dari peralatan keselamatan kerja akan
memengaruhi keselamatan kerja itu sendiri. Guna meningkatkan kualitas perlengkapan
kerja, maka diperlukan pemeliharaan perlengkapan secara terus-menerus.
3. Kedisiplinan karyawan
Hal yang berkaitan dengan perilaku karyawan dalam menggunakan peralatan
keselamatan kerja. Karyawan yang kurang disiplin dalam menggunakan perlengkapan
keselematan kerja, maka keselamatan kerjanya makin tak terjamin. Penggunaan
perlengkapan kerja sebaiknya dilakukan pengawasan untuk menghindari, lupa dan
kelalaian karyawan.
4. Ketegasan pemimpin
Dalam hal ini ketegasan pimpinan dalam menerapkan aturan penggunaan peralatan
keselamatan kerja. Di mana pimpinan yang tegas akan memengaruhi karyawan untuk
menggunakan perlengkapan keselamatan kerja, demikian pula sebaliknya jika
pimpinannya tidak tegas, maka karyawan banyak yang bertindak masa bodoh, akibatnya
keselamatan kerjanya menjadi tidak terjamin.
5. Semangat kerja
Dengan peralatan keselamatan kerja yang lengkap, baik dan sempurna maka akan
memberikan semangat kerja yang tinggi. Demikian pula sebaliknya jika peralatan
keselamatan kerja tidak lengkap, tidak baik dan tidak sempurna maka semangat kerja
karyawan juga akan turun.
6. Motivasi kerja
Motivasi karyawan untuk bekerja juga akan kuat jika peralatan keselamatan kerja
yang lengkap, baik dan sempurna.
7. Pengawasan
Setiap karyawan harus diawasi dalam menggunakan peralatan keselamatan kerja.
Pengawasan dapat dilakukan oleh pimpinan atau menggunakan peralatan seperti CCTV di
tempat-tempat tertentu.
8. Umur alat kerja
Umur dari peralatan kerja juga akan memengaruhi keselamatan kerja karyawan.
Peralatan kerja yang sudah melewati umur ekonomisnya maka akan membahayakan
keselamatan kerja karyawan, demikian pula sebaliknya.
E. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kesehatan Kerja
Karyawan yang selalu sehat merupakan idaman seluruh karyawan. Demikian juga
perusahaan akan merasa senang jika perusahaannya sehat semua, karena akan memberikan
banyak manfaat bagi perusahaan seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya. Kesehatan kerja
karyawan dapat dipengaruhi berbagai faktor. Perusahaan juga harus mengelola faktor-faktor
penyebab tersebut, sehingga kesehatan karyawan tetap terjaga. Berikut ini faktor-faktor yang
sering mempengaruhi kesehatan kerja karyawan, yaitu:
1. Udara
Maksudnya adalah kondisi udara di ruangan tempat bekerja harus membuat
karyawan tenang dan nyaman. Misalnya didalam ruangan tertutup tentu perlu diberikan
pendingin ruangan yang cukup. Demikian pula di ruangan yang terbuka seperti pabrik juga
kualitas udara harus dikelola secara baik. Kualitas udara di ruangan sangat memengaruhi
kesehatan karyawan seperti panas atau berdebu. Solusiyang perlu diberikan kepada
karyawan adalah misalnya penutup mulut untuk kondisi udara yang berdebu. Demikian
pula untuk udara yang terlalu panas harus diberikan pendingin yang cukup. Dengan
kualitas udara yang baik maka karyawan akan selalu sehat, demikian pula sebaliknya jika
kualitas udara kurang baik akan mengakibatkan kesehatan karyawan menjadi terganggu.
2. Cahaya
Kualitas cahaya di ruangan juga akan sangat memengaruhi kesehatan karyawan.
Pada ruangan yang terlalu gelap atau cahayanya kurang tentu akan merusak kesehatan
karyawan, terutama kesehatan mata. Demikian pula jika terlalu banyak cahaya (membuat
silau) yang membahayakan kesehatan harus segera diatasi. Oleh karena faktor pencahayaan
perlu diperhatikan agar kesehatan karyawan juga terjamin, terutama mata.
3. Kebisingan
Artinya suara yang ada didalam suatu ruangan atau lokasi bekerja. Ruangan yang
terlalu berisik atau bising tentu akan memengaruhi kualitas pendengaran. Untuk itu perlu
dibuatkan ruangan yang kedap suara, atau disediakan penutup telinga sehingga
pendengaran karyawan tidak terganggu.
4. Aroma berbau
Maksudnya untuk ruangan yang memiliki aroma yang kurang sedap maka
kesehatan akan sangat terganggu. Aroma yang dikeluarkan dari zat-zat tertentu yang
membahayakan, misalnya zat kimia, akan memengaruhi kesehatan karyawan. Oleh karena
itu, perlu dipersiapkan masker agar terhindar dari bau yang kurang sedap atau
membahayakan tersebut.
5. Layout ruangan
Tata letak ruangan sangat memengaruhi kesehatan karyawan, misalnya tata letak
kursi, meja serta peralatan lainnya. Oleh karena itu, agar karyawan tetap sehat faktor layout
ruangan perlu diperhatikan, misalnya penempatan tempat pembuangan limbah atau
sampah.
F. Larangan dan Kewajiban untuk Bekerja
Demi menjalankan keselamatan kerja secara bersamaan, dalam praktiknya terdapat
beberapa jenis tipe karyawan dan kondisi-kondisi kerja yang mendapat larangan atau perlakuan
khusus untuk bekerja. Kalaupun tetap dipekerjakan, maka ada kewajiban untuk
melindunginya. Misalnya anak-anak dibawah umur, penyandang cacat, perempuan dengan
kondisi tertentu misalnya hamil, haid, dan waktu bekerja. Untuk menjaga keselamatan dan
kesehatan kerja karyawan, maka menurut undang-undang, siapa pun dilarang memperkerjakan
dan melibatkan anak pada pekerjaan-pekerjaan yang terburuk. Adapun pekerjaan-pekerjaan
yang terburuk yang dimaksud meliputi:
1. Segala pekerjaan dalam bentuk perbudakan atau sejenisnya.
2. Segala pekerjaan yang memanfaatkan, menyediakan, atau menawarkan anak untuk
pelacuran, produksi pornografi, pertunjukkan porno, atau perjudian.
3. Segala pekerjaan yang memanfaatkan, menyediakan, atau melibatkan anak untuk produksi
dan perdagangan minuman keras, narkotika, psikotropika, dan zat adiktif lainnya, dan atau;
4. Semua pekerjaan yang membahayakan kesehatan, keselamatan, atau moral anak.
Disamping larangan diatas, ada larangan lainnya yang tidak boleh dilanggar menurut
undang-undang, yaitu:
a. Pekerja/buruh perempuan yang berumur kurang dari 18 (delapan belas) tahun dilarang
dipekerjakan antara pukul 23.00 sampai dengan pukul 07.00.
b. Pengusaha dilarang mempekerjakan pekerja/buruh perempuan hamil yang menurut
keterangan dokter berbahaya bagi kesehatan dan keselamatan kandungannya maupun
dirinya apabila bekerja antara pukul 23.00 sampai dengan pukul 07.00. Kemudian bagi
pengusaha yang memperkerjakan pekerja/ buruh perempuan antara pukul 23.00
sampai dengan pukul 07.00 wajib untuk :
• Memberikan makanan untuk dan minuman bergizi.
• Menjaga kesusilaan dan keamanan selama di tempat kerja.

Selanjutnya menurut undang-undang pengusaha harus melindungi karyawan dalam


kategori sebagai berikut:

1. Pengusaha yang memperkerjakan tenaga kerja penyandang cacat wajib memberikan


perlindungan sesuai dengan jenis dan derajat kecacatannya.
2. Pengusaha wajib menyediakan angkutan umum antar jemput bagi pekerja/ buruh
perempuan yang berangkat dan pulang bekerja antara pukul 23.00 sampai dengan pukul
05.00.
3. Setiap pengusaha wajib melaksanakan ketentuan waktu kerja yang meliputi:
a. Tujuh (7) jam 1 (satu) hari dan 40 (empat puluh) jam 1 (satu) minggu untuk 6
(enam) hari kerja dalam 1 (satu) minggu, atau;
b. 8 (delapan) jam 1 (satu) hari dan 40 (empat puluh) jam 1 (satu) minggu untuk 5
(lima) hari kerja dalam 1 (satu) minggu.

Begitu pula bagi pengusaha yang mempekerjakan pekerja/ buruh melebihi waktu kerja
harus memenuhi syarat:

1. Ada persetujuan pekerja/buruh yang bersangkutan dan;


2. Waktu kerja lembur hanya dapat dilakukan paling banyak 3 (tiga) jam dalam satu minggu.
3. Pengusaha yang mempekerjakan pekerja/buruh melebihi waktu kerja wajib membayar
upah kerja lembur.

Disamping itu, pengusaha wajib memberi waktu istirahat dan cuti kepada pekerja/buruh.
Adapun waktu istirahat dan cuti meliputi:

1. Istirahat antara jam kerja, sekurang-kurangnya setengah jam setelah bekerja selama 4
(empat) jam terus-menerus dan waktu istirahat tersebut tidak termasuk jam kerja.
2. Istirahat mingguan 1 (satu) hari untuk 6 (enam) hari kerja dalam 1 (satu) minggu atau 2
(dua) hari untuk 5 (lima) hari kerja dalam 1 (satu) minggu.
3. Cuti tahunan, sekurang-kurangnya 12 (dua belas) hari kerja setelah pekerja/buruh yang
bersangkutan bekerja selama 12 (dua belas) bulan secara terus-menerus, dan
4. Istirahat panjang sekurang-kurangnya 2 (dua) bulan dan dilaksanakan pada tahun ketujuh
dan kedelapan masing-masing 1 (satu) bulan bagi pekerja/buruh yang telah bekerja selama
6 (enam) tahun secara terusmenerus pada perusahaan yang sama dengan ketentuan
pekerja/buruh tersebut tidak berhak lagi atas istirahat tahunannya dalam 2 (dua) tahun
berjalan dan selanjutnya berlaku untuk setiap kelipatan masa kerja 6 (enam) tahun.

Masalah lainnya yang diatur dalam undang-undang ketenagakerjaan adalah:

1. Pengusaha wajib memberikan kesempatan yang secukupnya kepada pekerja/buruh untuk


melaksanakan ibadah yang diwajibkan oleh agamanya.
2. Pekerja/buruh perempuan yang dalam masa haid merasakan sakit dan memberitahu kepada
pengusaha, tidak wajib bekerja pada hari pertama dan kedua pada waktu haid.
3. Pekerja/buruh perempuan berhak memperoleh istirahat selama 1,5 (satu setengah) bulan
sebelumnya saatnya melahirkan anak dan 1,5 (satu setengah) bulan sesudah melahirkan
menurut perhitungan dokter kandungan atau bidan.
4. Pekerja/buruh perempuan yang mengalami keguguran kandunganberhak memperoleh
istirahat 1,5 (satu setengah) bulan atau dengan sesuai surat keterangan dokter kandungan
atau bidan.
5. Pekerja/buruh perempuan yang anaknya masih menyusu harus diberi kesempatan
sepatutnya menyusui anaknya jika hal itu harus dilakukan selama waktu bekerja.
6. Setiap buruh/pekerja yang menggunakan hak waktu istirahat berhak mendapat upah penuh.
7. Pekerja/buruh tidak wajib bekerja pada hari-hari libur resmi.
8. Pengusaha dapat mempekerjakan pekerja/buruh untuk bekerja pada hari-hari libur resmi
apabila jenis dan sifat pekerjaan tersebut harus dilaksanakan atau dijalankan secara terus
menerus atau pada keadaan lain berdasarkan kesepakatan antara pekerja/buruh dengan
pengusaha.
9. Pengusaha yang mempekerjakan pekerja/buruh yang melakukan pekerjaan pada hari libur
resmi wajib membayar upah kerja lembur.

Semua aturan atau kewajiban yang tertera dalam undnag-undang tersebut harus dipenuhi
sepenuhnya oleh perusahaan. Artinya wajib bagi perusahaan untuk mematuhi dan
melaksanakan, sehingga akan memberikan keuntungan bagi perusahaan. Bagi karyawan yang
terkena sesuai dengan bunyi undang-undang tersebut adalah merupakan hak mereka untuk
menerima dan harus diambil serta dan dilaksanakan dengan sebaik-baiknya. Dengan
melaksanakan bunyi undang-undang tentang larangan tersebut berarti perusahaan sudah
memenuhi kewajibannya dan memenuhi hak karyawan, sehingga terlepas dari sanksi.
Sebaliknya bagi perusahaan yang melanggar tentu akan diberikan sanksi sesuai dengan
peraturan yang berlaku

G. Cara Mengurangi Kecelakaan Kerja


Kecelakaan sering kali terjadi sekalipun telah disediakan program kerja yang baik.
Penyebabnya seperti telah dijelaskan sebelumnya adalah adanya unsur sengaja dan tidak
sengaja. Oleh karena itu, kecelakaan kerja harus dapat diminimalkan dengan cara mengurangi
kecelakaan kerja itu sendiri. Banyak cara yang dilakukan agar kecelakaan kerja dapat
dikurangi. Berikut ini cara-cara untuk mengurangi kecelakaan kerja dapat dilakukan melalui
langkah-langkah sebagai berikut:
1. Buat aturan tentang keselamatan
Artinya perusahaan harus membuat suatu peraturan tentang keselamatan kerja. Biasanya
dalam bentuk buku uang diberi judul pedoman keselamatan kerja, baik kondisi untuk
didarat, air, maupun di udara. Pedoman ini disosialisasikan dan dibagikan kepada seluruh
karyawan untuk dilaksanakan.
2. Buatkan rambu-rambu yang mudah dibaca
Artinya setelah adanya pedoman keselamatan kerja, pihak perusahaan juga harus
memasang rambu-rambu disetiap sudut yang dianggap penting. Tujuannya agar karyawan
dapat mengetahui, sekaligus mengingatkan mereka akan keselamatan kerja. Letak rambu-
rambu tersebut selain strategis juga harus mencolok, sehingga mudah dilihat dan dibaca.
3. Sediakan alat pengaman kerja
Artinya dalam bekerja sudah disediakan berbagai alat pengamanan tergantung dimana
lokasi bekerja. Misalnya penutup kepala berupa helm, atau masker untuk penutup mulut,
penutup telinga, kacamata, sepatu khusus kerja atau baju kerja. Peralatan keselamatan kerja
ini harus digunakan pada tempat dimana karyawan bekerja sesuai dengan fungsinya
masing-masing.
4. Selalu melakukan pemeliharaan alat secara terus-menerus
Artinya peralatan keselamatan kerja harus suatu waktu secara terus-menerus harus dijaga
dan dipelihara. Tujuan agar fungsi dari peralatan tersebut tetap terjaga kualitasnya. Apabila
fungsi alat-alat peralatan kecelakaan kerja sudah dianggap tidak layak, maka sebaliknya
jangan digunakan lagi dan digantikan dengan peralatan yang baru.
5. Melakukan pengawasan secara ketat
Artinya karyawan yang menggunakan peralatan keselamatan kerja harus diawasi secara
ketat. Mengapa demikian? Karena kebanyakan karyawan lupa atau lalai tidak
menggunakan peralatan kerja atau tidak menggunakan secara benar. Bahkan terkadang ada
unsur kesengajaan untuk tidak menggunakan dengan berbagai alasan, misalnya dengan
alasan merepotkan.
6. Memberikan sanksi bagi yang melanggar
Artinya ada semacam sanksi atau tindakan bagi mereka yang tidak menggunakan peralatan
bekerja selama bekerja. Sanksi ini bertujuan agar yang bersangkutan selalu ingat untuk
menggunakan peralatan kerja. Lebih dari itu sanksi juga dapat memberikan efek pelajaran
bagi karyawan bila melakukan hal yang sama.

Anda mungkin juga menyukai