id
MENIMBANG : a. Bahwa perbekalan farmasi adalah terdiri dari obat, alat kesehatan,
reagen, gas medis ataupun film.
MENETAPKAN :
KEDUA : Aturan dan Tata Cara Penyimpanan elektrolit konsentrat di Rumah sakit
terlampir dalam Surat Keputusan ini.
KEEMPAT : Kebijakan ini berlaku selama 3 tahun dan akan dilakukan evaluasi
minimal 1 tahun sekali.
TENTANG
MEMUTUSKAN
MENETAPKAN :
KESATU : Produk nutrisi yang dimaksud adalah produk parenteral yang telah melalui
proses pencampuran atau pengemasan ulang.
KEDUA : Produk nutrisi disimpan dalam wadah dan suhu penyimpanan yang dapat
menjamin stabilitas produk.
Tanggal : 2018
Pembina TkI/IVb
TEMBUSAN Yth:
TENTANG
3. Bahwa dalam pengelolaan terapi obat pasien saat awal masuk rumah sakit
diperlukan kolaborasi antara Dokter Penanggung Jawab (DPJP) dan
Apoteker agar terapi obat yang akan diberikan berlandaskan terapi obat
yang telah digunakan pasien sebelumnya yang disebut dengan
rekonsiliasi obat sehingga terapi obat yang diberikan dapat mencapai
efek terapi yang diinginkan dan menghindari permasalahan terkait obat
atau Drug Related Problems (DPR’s).
MENETAPKAN :
KESATU : Perlu adanya proses rekonsiliasi obat untuk pasien baru di ruang keperawatan
yang dilakukan oleh apoteker dibantu oleh perawat.
KEDUA : Terapi obat pada pasien terkait jenis obat ataupun dosis sebelum masuk ruang
dan harus diketahui oleh DPJP agar terapi berikutnya yang diberikan
diruangan berdasarkan pada terapi sebelumnya yang didapatkan sehingga
tidak terjadi medication error terkait salaah dosis, duplikasi, salah
pemberian obat, dsb.
KEEMPAT : Kebijakan ini berlaku selama 3 tahun dan akan dilakukan evaluasi minimal 1
tahun sekali.
KELIMA : Apabila hasil evaluasi mensyaratkan adanya perubahan, maka akan dilakukan
perubahan dan perbaikan sebagaimana mestinya.
TEMBUSAN Yth:
1. Kepala Bidang Pelayanan Medis
2. Komite Medis
3. Seluruh Dokter Rumah Sakit
4. Kepala Bagian Keperawatan
5. Seluruh Kepala Ruang Keperawatan
6. Instalasi Farmasi
7. Arsip
PANDUAN
A. LATAR BELAKANG
Pengelolaan obat di Rumah Sakit sangat penting karena ketidak efisienan akan
memberikan dampak negatif terhadap rumah sakit, baik secara medis maupun ekonomis.
Pengelolaan obat tidak hanya mencakup aspek logistik saja, tetapi juga mencakup aspek
informasi obat, supervisi dan pengendalian menuju penggunaan obat yang rasional.
Dalam pengelolaan perbekalan farmasi di rumah sakit tahapan yang penting
adalah proses penyimpanan. Penyimpanan merupakan kegiatan pengaturan perbekalan
farmasi menurut persyaratan yang telah ditetapkan disertai dengan sistem informasi yang
selalu menjamin ketersediaan perbekalan farmasi sesuai kebutuhan. Tujuan dari
manajemen penyimpanan obat adalah untuk melindungi obat-obat yang disimpan dari
kehilangan, kerusakan, kecurian, terbuang sia-sia, dan untuk mengatur aliran barang dari
tempat penyimpanan ke pengguna melalui suatu sistem yang terjangkau.
Defenisi penyimpanan perbekalan farmasi secara umum adalah suatu kegiatan
menyimpan dan memelihara dengan cara menempatkan perbekalan farmasi yang diterima
pada tempata yang dinilai aman dari pencurian serta gangguan fisik yang dapat merusak
mutu obat. Penyimpanan perbekalan farmasi dimaksudkan juga untuk pengaturan tempat
penyimpanan perbekalan farmasi sesuai dengan peraturan yang berlaku dan memudahkan
dalam pengontrolan ketersediaan perbekalan farmasi sesuai kebutuhan
Dalam upaya terciptanya sistem penyimpanan perbekalan farmasi yang baik,
Rumah Sakit secara kolaboratif mengembangkan suatu kebijakan dan/atau prosedur untuk
mengatur tempat penyimpanan menurut bentuk sediaan dan jenisnya, suhu, dan kestabilan,
sifat bahan, tahan tidaknya terhadap cahaya, tingkat kewaspadaan.
B. DEFENISI
1. Perbekalan farmasi adalah sediaan farmasi yang terdiri dari obat, bahan obat, alat
kesehatan, reagensia, radiofarmasi dan gas medis.
2. Penyimpanan perbekalan farmasi adalah suatu kegiatan menyimpan dan memelihara
dengan cara menempatkan perbekalan farmasi yang diterima pada tempat yang dinilai
aman dari pencurian serta gangguan fisik yang dapat merusak mutu obat.
3. Bahan Beracun berbahaya adalah zat, bahan kimia dan biologi, baik dalam bentuk
tunggal maupun campuran yang dapat membahayakan kesehatan dan lingkungan
secara langsung maupun tidak langsung yang mempunyai sifat racun, memancarkan
radiasi (radioaktif), mudah terbakar, mudah meledak, karsinogenik, mutagenik,
teratogenik, korosif, dan iritasi.
C. TUJUAN
Tujuan Umum:
Terwujudnya sistem penyimpanan yang baik, memudahkan dalam pengelolaan dan
pencarian sesuai dengan peraturan yang berlaku.
Tujuan Khusus :
1. Memelihara mutu sediaan farmasi
2. Menghindari penggunaan yang tidak bertanggung jawab
3. Menjaga ketersediaan.
4. Memudahkan dalam pencarian dan pengawasan.
BAB II
RUANG LINGKUP
Beberapa sistem penataan obat yang digunakan juga memiliki peran penting terhadap
efisiensi pengelolaan dan penyimpanan obat. Sistem penataan obat yang dapat digunakan
antara lain adalah:
D. Pengawasan Penyimpanan
Seluruh tempat penyimpanan obat diinspeksi secara berkala sesuai kebijakan rumah
sakit untuk memastikan obat disimpan secara benar oleh apoteker supervisi.
Kriteria Penilaian:
1. Penataan penyimpanan perbekalan farmasi di ruanagan adalah:
a. Bentuk sediaan obat
b. Alfabetis
2. Stabilitas penyimpanan obat dengan ketentuan:
a. Suhu:
1). Ruangan: 22-25◦C
2). Lemari Pendingin: 2-8◦C
b. Kelembaban :≤ 60 mmHg
5. Pencatatan pengobatan pasien: formulir terisi dengan lengkap tentang obat yang
diterima oleh pasien meliputi nama obat, bentuk sediaan, rute pemberian, aturan
pakai, efek samping dan interaksi obat yang diterima oleh pasien.
6. Pengisian kartu stok obat: kesesuaian jumlah obat yang ada dan yang tercatat di stok
setiap hari.
a. Kesesuaian jenis dan jumlah antara fisik dan label kotak emergensi.
c. Tanggal kadaluarsa
1). Dua kali (saat masuk dan pulang kerja) di depo obat dan gudang farmasi.
2). Tiga kali (tiap shift jaga) di unit pelayanan dan depo obat dengan jam kerja
tiga shift .
n. Ruangan dan ventilasi diinspeksi secara berkala oleh Instalasi Pemeliharaan Sarana
dan Sanitasi.
Penyimpanan Obat termolabil pada suhu dingin ditempatkan pada lemari pendingin
yang sudah dikalibrasi dan memiliki pengatur suhu.
1. Siapkan lemari pendingin khusus obat yang didalamnya dilengkapi dengan alat
pengukur suhu, suhu diatur pada 2-8◦C.
2. Periksa obat yang akan disimpan sesuai dengan spesifikasi penyimpanan obat
pada suhu dingin (2-8◦C).
3. Buka lemari pendingin.
4. Simpan obat pada tempat yang telah disediakan di dalam lemari pendingin.
5. Susun mengikuti prinsip FIFO dan FEFO.
6. Tutup pintu lemari pendingin dengan rapat.
7. Isi kartu stok
8. Suhu pada lemari pendingin dipantau dan dicatat pada form pemantauan suhu
setiap pergantian shift jaga.
9. Laporkan jika suhu lemari pendingin di atas 8◦C pada instalasi Pemeliharaan
Sarana rumah sakit.
Setiap lemari pendingin terinstalasi dengan generator listrik. Jika lemari
pendingin rusak, maka dilaporkan ke instalasi Pemeliharaan Sarana dan Isi
lemari pendingin dipindah ke lemari pendingin lain yang masih baik.
Narkotika dan Psikotropika yang berada dalam penguasaan rumah sakit wajib
disimpan secara khusus dengan ketentuan sebagai berikut (Permenkes No. 28
Tahun 1978):
- Harus dibuat seluruhnya dari kayu atau bahan lain yang kuat.
- Lemari khusus tersebut berupa lemari dengan ukuran lebih kurang 40x80x100
cm3, lemari tersebut harus dibuat pada tembok atau lantai.
- Anak kunci lemari khusus harus dipegang oleh pegawai yang diberi kuasa.
- Lemari khusus harus diletakkan di tempat yang aman dan tidak diketahui oleh
umum.
1). Terima dan pisahkan sediaan farmasi yang termasuk dalam obat narkotika dan
Psikotropika.
2). Ijin pada petugas yang diberi tanggung jawab pemegang kunci Lemari
Narkotika dan Psikotropika.
6). Catat jumlah, nomor batch dan tanggal kadaluarsa obat di dalam kartu stok.
Penyimpanan B3 harus disertai dengan Material Safety Data Sheet( MSDS) atau
Lembar Data Pengaman (LDP) yang memuat identitas bahan, bahaya yang
ditimbulkan, cara penanggulangan bila terjadi tumpahan/ kebocoran serta cara
penanggulangan kedaruratan. Di tempat penyimpanan B3 harus dilengkapi dengan
Alat pelindung Diri (APD) bagi petugas.
Prosedur penyimpanan B3
1). Sediakan tempat penyimpanan khusus untuk masing-masing bahan kimia dan
kembalikan bahan kimia ketempat semula setelah digunakan.
2). Simpan bahan dan peralatan di lemari dan rak khusus penyimpanan B3.
3). Pastikan rak memiliki bibir pembatas di bagian depan agar wadah tidak jatuh.
Idealnya, tempatkan wadah cairan pada baki logam atau plastik yang bisa
menampung cairan jika wadah rusak. Tindakan pencegahan ini utamanya penting
dikawasan yang rawan gempa bumi atau kondisi cuaca ekstrem lainnya.
4). Hindari penyimpanan bahan kimia di atas bangku, kecuali bahan kimia yang
sedang digunakan. Hindari juga menyimpan bahan dan peralatan di atas lemari.
Jika terdapat sprinkler, jaga jarak bebas minimal 18 inchi dari kepala sprinkler.,
5). Jangan menyimpan bahan pada rak yang tingginya lebih dari 5 kaki (-1,5 m)
7). Jaga agar pintu keluar, koridor, area di bawah meja atau bangku, serta area
peralatan keadaan tidak dijadikan tempat penyimpanan peralatan dan bahan.
9). Penggunaan dan tanggal penerimaan pada semua bahan yang dibeli untuk
membantu kontrol inventaris.
10). Simpan racun asiri (mudah menguap) atau bahan kimia pewangi pada lemari
berventilasi. Jika bahan kimia tidak memerlukan lemari berventilasi, simpan di
dalam lemari yang bisa ditutup atau rak yang memiliki bibir pembatas di bagian
depan.
11). Simpan cairan yang mudah terbakar di lemari penyimpanan cairan yang mudah
terbakar yang disetujui.
12). Memaparkan bahan kimia yang disimpan ke panas atau sinar matahari
langsung.
13). Simpan bahan kimia dalam kelompok-kelompok bahan yang sesuai secara
terpisah yang disortir berdasarkan abjad.
14). Ikuti semua tindakan pencegahan terkait penyimpanan bahan kimia yang tidak
sesuai.
15). Berikan tanggung jawab untuk fasilitas penyimpanan dan tanggung jawab
lainnya di atas kepada satu penanggung jawab utama dan satu orang cadangan.
Kaji tanggung jawab ini minimal setiap tahun.
Obat High Alert disimpan terpisah dari obat-obat yang lain sesuai dengan daftar
Obat High alert yang dikeluarkan instalasi farmasi. Pada setiap obat High Alert
yang akan dipergunakan untuk kebutuhan klinis harus diberi stiker berwarna
merah yang bertuliskan high alert. Tempat penyimpanan obat High Alert harus di
tempat khusus yang bertanda SELOTIP MERAH disekeliling tempat
penyimpanan dan terpisah dari obat obat yang lain.
1). Terima dan pisahkan sediaan farmasi yang termasuk dalam obat high alert.
3). Siapkan tempat khusus penyimpanan obat HIGH ALERT terpisah dari
penyimpanan sediaaan farmasi lainnya.
8). Catat jumlah, nomor batch dan tanggal kadaluarsa sediaan farmasi dalam kartu
stok.
Obat LASA (Look Alike Sound Alike) adalah obat-obat yang mempunyai tampilan
kemasan yang mirip baik dari segi bentuk, warna, konsentrasi obat yang berbeda
dan obat yang kedengaran di telinga berbunyi mirip. Penyimpanan obat LASA,
tidak ditempatkab berdekatan dipisahkan oleh satu boks obat sebelumnya yang
tidak LASA dan harus diberi penandaan khusus untuk mencegah terjadinya
kesalahan pengambilan obat.
2. Pemisahan lokasi obat-obatan dengan nama dan pelafalan yang mirip pada seksi
atau rak terpisah.
3. Penandaan Stiker obat LASA pada tempat penyimpanan atau label yang eye
catching.
4. Pemberian informasi kepada pasien agar tetap waspada terhadap adanya
kemungkinan salah ambil obat untuk obat-obat LASA
5. Perlu dilakukannya pengecekan ulang oabt LASA sebelum diberikan kepada
pasien
6. Hindari pemesanan obat-obat dengan pelafalan yang mirip (sound alike) melalui
verbal atau telpon. Pastikan lagi dengan mencatat nama obat yang dimaksud dan
lakukan konfirmasi ulang dengan membaca kembali.
7. Menghimbau para dokter untuk:
a. Mengikuti kebijakan/aturan KFT yang telah disepakati tentang penulisan
resep (order harus lengkap).
b. Menulis resep dengan tulisan yang jelas terbaca (huruf tegak kapital)
c. Perhatian lebih jika melakukan order obat secara verbal atau melalui telepon
d. Menghindari singkatan (misal: q.d bisa salah interpretasi:o.d atau q.i.d
e. Menuliskan aturan pakai yang jelas, dan hindari penulisan aturan “gunakan
sesuai petunjuk”
f. Menghindari singkatan yang tidak baku: AZT Aztreonam atau Azathioprine;
PCT untuk Parasetamol atau PZT untuk Pirazinamid.
g. Selalu menuliskan angka 0 di depan desimal :0,5g, bukan: ,5 g, atau lebih
baik langsung dengan menuliskan 500 mg dibandingkan 0,5 g.
Cefotaxime Inj
Ceftriaxone Inj
Glimepiride 2 mg Glimepiride 3 mg
Methylprednisolone 4 Methylpredsolone 8 mg
mg
DimenHYDRINATE DiphenHYDRAMINE
Dopamine Dobutamine
EPINEPrine
EPHEDrine
LANSOprazole OMEprazole
MICOnazole KETOCOnazole
Penyimpanan perbekalan farmasi di rumah sakit di kendalikan oleh Kepala Instalasi
farmasi. Penyimpanan di Instalasi farmasi dan Gudang farmasi dibedakan menurut:
a. Setiap tempat dan atau ruang penyimpanan perbekalan farmasi harus dipasang
termometer ruangan.
b. Suhu ruangan dan suhu kulkas dicek dan di catat pada blangko suhu yang
ditempatkan di dekat termometer suhu.
c. Pemantauan suhu di dalam ruang dan suhu di kulkas penyimpanan obat
dilakukan setiap hari oleh asisten apoteker atau staf terlatih yang ditunjuk
secara langsung.
d. Pemantauan suhu di dalam ruang dan suhu di kulkas penyimpanan obat
dilakukan dengan cara melihat dan membaca suhu yang tertera pada termometer
dan kulkas. Suhu dicatat pada log temperatur pada jam 08.00 pagi, jam 15.00
siang dan jam 22.00 malam untuk unit pelayanan 24 jam
e. Khusus pada hari libur, untuk depo dan unit yang tutup, pemantauan dilakukan
setelah petugas masuk kerja.
f. Pada kondisi suhu ruang atau suhu kulkas penyimpanan perbekalan farmasi di
luar rentang suhu yang seharusnya, maka petugas harus segera menghubungi
unit pemeliharaan alat rumah sakit.
a. Penyimpanan produk nutrisi enteral yang belum diolah dilakukan dibagian gizi dan
instalasi farmasi terpisah dengan bahan lain.
b. Penyimpanan produk nutrisi enteral yang sudah diolah penyimpanannya sesuai
dengan kebijakan dari instalasi gizi.
c. Penyimpanan produk nutrisi parenteral yang masih utuh diinstalasi farmasi dan
ruang keperawatan disimpan terpisah dari perbekalan farmasi lain.
d. Penyimpanan produk nutrisi parenteral yang direkonstitusi diruang perawatan
disimpan pada suhu 2 – 6 ◦C (dalam kulkas).
2. Penyimpanan Kontras
Penyimpanan kontras dilakukan dengan mengikuti standar MSDS dan terpisah
dari obat dan alat kesehatan lainnya. Penyimpanan dilakukan dibagian radiologi.
3. Penyimpanan Reagen
Penyimpanan reagen dilakukan dengan mengikuti standar MSDS dan terpisah
dari obat dan alat kesehatan lainnya. Penyimpanan dilakukan di bagian laboratorium.
1. Pengecekan tanggal kadaluarsa obat dan alkes di setiap di setiap area penyimpanan
dilakukan setiap sebulan sekali. Dilakukan oleh petugas logistik farmasi, petugas
instalasi farmasi, dan keperawatan.
2. Enam bulan sebelum tanggal kadaluarsa, semua perbekalan farmasi harus sudah
dikembalikan ke Logistik Farmasi.
BAB III
PENUTUP
Pengelolaan perbekalan farmasi di rumah sakit sangat penting fungsinya bagi
terwujudnya pelayanan perbekalan farmasi yang baik. Pengelolaan perbekalan farmasi yang
baik didukung juga dengan sistem penyimpanan yang baik untuk perbekalan farmasi di
seluruh unit pelayanan di rumah sakit. Untuk membangun sistem penyimpanan yang baik dan
menerapkannya diperlukan kerja sama dari semua unit pelayanan, mulai dari farmasi,
perawat, radiologi, laboratorium, dokter, bagian manajemen dan direksi rumah sakit untuk
mendukung sistem penyimpanan perbekalan farmasi yang sudah dibuat.
PENYIMPANAN LARUTAN ELEKTROLIT DAN
KONSENTRAT
Tanggal Terbit
STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL
Dr. Nanda Satria
RSUD SULTAN
………………… ……………………. …………………...
SULAIMAN
STANDAR
PROSEDUR
Dr. Nanda Satria
OPERASIONAL
Asisten Apoteker
STANDAR
PROSEDUR
Dr. Nanda Satria
OPERASIONAL
I. Pengertian Bahan Beracun Berbahaya adalah bahan yang karena sifat dan
atau konsentrasinya dan atau jumlahnya, baik secara langsung
maupun tidak langsung dapat mencemarkan dan atau merusak
lingkungan hidup, kesehatan, kelangsungan hidup manusia serta
makhluk hidup lainnya
Prosedur penyimpanan B3
5). Jangan menyimpan bahan pada rak yang tingginya lebih dari
5 kaki (-1,5 m)
7). Jaga agar pintu keluar, koridor, area di bawah meja atau
bangku, serta area peralatan keadaan tidak dijadikan tempat
penyimpanan peralatan dan bahan.
11). Simpan cairan yang mudah terbakar rak yang memiliki bibir
pembatas di bagian depan. di lemari penyimpanan cairan
yang mudah terbakar yang disetujui.
STANDAR
PROSEDUR Dr. Nanda Satria
OPERASIONAL
I. Pengertian Obat High Alert adalah obat yang sering menyebabkan terjadi
kesalahan kesalahan serius (sentinel event), Obat yang beresiko
tinggi menyebabkan dampak yang tidak diinginkan (adverse
outcome), Nama Obat Rupa dan Ucapan Mirip/NORUM (Look
Alike Sound Alike/ LASA)
RSUD SULTAN
SULAIMAN Tanggal Terbit
STANDAR
PROSEDUR Dr. Nanda Satria
OPERASIONAL
STANDAR
PROSEDUR
Dr. Nanda Satria
OPERASIONAL