Anda di halaman 1dari 20

PANDUAN

PERESEPAN OBAT DAN INSTRUKSI PENGOBATAN


RUMAH SAKIT UMMI BOGOR

RSUMMI
Ti/c ^<vie & ^u%c (Mitk ^eant

Jl. Empang II No 2 Bogor


Telepon : (0251) 8341600, Fax (0251) 8341606
Homepage : http://www.rsummi.com
Emai: rsummi@rsummi.com

Jl. EmpaMg II No. 2 Bogor Tip. 0251 - 8341600 (Hunting) Fax. 0251 - 8341606
Website : www.rsummi.com Email: rsummi@rsummi.com
RSUMMI
TiJc ^ane & (^uxc

SURAT KEPUTUSAN
NOMOR: 283-G/SK-DIR/X/2018

TENTANG

PANDUAN PERESEPAN OBAT DAN INSTRUKSI PENGOBATAN

DIREKTUR UTAMA RS IIMMI BOGOR

Menimbang a. Bahwa Pelayanan kefarmasian adalah suatu pelayanan


langsung dan bertanggung jawab kepada pasien yang berkaitan dengan sediaan farmasi dengan
maksud mencapai hasil yang pasti untuk meningkatkan mutu kehidupan pasien.
b. Bahwa untuk mewujudkan pelayanan kefarmasian yang bermutu di rumah sakit perlu dibuat
Panduan Peresepan Obat dan Instruksi pengobatan di Rumah Sakit UMMI.
c. Bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana yang dimaksud pada butir-butir dialas, maka
perlu menetapkan Keputusan Direktur Utama RS UMMI Bogor tentang Panduan Peresepan
Obat dan Instruksi Pengobatan.

Menging 1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan.


at 2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit.
3. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 72 Tahun 1998 tentang Pengamanan Sediaan Farmasi dan
Alai Kesehatan.
4. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 3 Tahun 2015 tentang Peredaran, Penyimpanan,
Pemusnahan dan Pelaporan Narkotika, Psikotropika dan Prekursor Farmasi.
5. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 72 tahun 2016 tentang Standar Pelayanan Farmasi di
Rumah Sakit.
6. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 11 tahun 2017 tentang Keselamatan Pasien Rumah Sakit.
7. Peraturan Pemerintah Nomor 51 tahun 2009 tentang Pekerjaan Kefarmasian.
8. Surat Keputusan Direktur PT. Dutagraha Afiah No. 022/SK-DIR/DGA/X/2018 tentang
Pengangkatan Direktur Utama kepada dr. Rifki Yusup, MARS tertanggal 1 Oktober 2018.

Jl. EmpaMg II No. 2 Bogor Tip. 0251 - 8341600 (Hunting) Fax. 0251 - 8341606
Website : www.rsummi.com Email: rsummi@rsummi.com
RSUMMI
C<vie & (^uic coitA ^M.nt

MEMUTUSKA
N
Menetapkan KEPUTUSAN DIREKTUR UTAMA RS UMMI BOGOR
TENTANG PANDUAN PERESEPAN OBAT DAN
INSTRUKSI PENGOBATAN.
PERTAM Memberlakukan Panduan Peresepan Obat dan Instruksi
A Pengobatan di RS UMMI sebagaimana tercantum dal am
Lampiran Keputusan ini.

KEDII Menjadi acuan penyelenggaraan peresepan obat dan


A Instruksi pengobatan berkesinambangan berfokus kepada
pasien, dengan mengutamakan keselamatan pasien dan
kepuasan pasien terhadap pelayanan/perawatan kesehatan
yang aman dan berkualitas tinggi untuk keseluruhan sistem
sesuai standar atau prosedur tetap yang berlaku di Rumah
Sakit UMMI.
KETIG
A Keputusan ini berlaku sejak langgal ditetapkan dan apabila
di kemudian hari temyata terdapat kekeliruan dalam
keputusan ini, maka akan diadakan perbaikan sebagaimana
mestinya

Ditetapkan di : Bogor
Pada tanggal : 10 Oktober 2018
Rumah Sakit UMMI

•:RS U M M I

dr. Rifki Yusup, MARS


Direktur {llama

Jl. EmpaMg II No. 2 Bogor Tip. 0251 - 8341600 (Hunting) Fax. 0251 - 8341606
Website : www.rsummi.com Email: rsummi@rsummi.com
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas berkat, rahmat dan ridho-Nya telah tersusun Pedom
Peresepan/permintaan obat dan instruksi pengobatan Rumah Sakit Ummi Bogor
Peresepan/Permintaan obat dan instruksi pengobatan secara benar, lengkap, dan terbaca
dapat meminimalkan kesalahan dalam pemberian obat sehingga memudahkan pasien untuk
mendapatkan perbekalan farmasi sesuai dengan kebutuhannya. Melalui penulisan resep pula,
peran dan tanggung jawab dokter dalam pengavvasan distribusi obat kepada masyarakat dapat
ditingkatkan karena tidak semua golongan obat dapat diserahkan kepada pasien.
Tujuan penyusunan Pedoman PeresepaaPermintaan obat dan instruksi pengobatan ini adalah
untuk meningkatkan mutu dan memperluas cakupan pelayanan farmasi di rumah sakit serta
memberikan pelayanan farmasi yang dapat menjamin efektifitas, keamanan dan efisiensi
penggunaan obat.
Disadari bahwa masih banyak hal-hal yang mungkin belum tertampung dalam pedoman ini.
Kritikan yang membangun dan saran-saran dari berbagai pihak guna perbaikan dimasa
mendatang.

Bogor, 10 Oktober 2018

Tim Penyusun
DAFTARISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................................i
DAFTAR ISI.......................................................................................................................ii
BAB I DEF1NISI................................................................................................................1
BAB II RUANG LINGKUP................................................................................................2
BAB III TATA LAKSANA................................................................................................3
A. Peresepan................................................................................................................3
B. Instruksi Pengobatan..............................................................................................8
BAB [VDOKUMENTASI............................................................................................... JO
REFERENSI......................................................................................................................11
LAMPIRAN 1 ................................................................................................................. 12
BAB I
DEFINISl

1. Obat adalah bah an atau paduan bahan, tennasuk produk biologi yang di gunakan
untuk mempengaruhi atau menyelidiki sisitem fisiologi atau keadaan patologi da
lam rangka penetapan diagnosis, pencegahan ,penyembuhan, pemulihan,
peningkatan kesehatan dan kontrasepsi untuk manusia.
2. Resep adalah permintaan dari dokter atau dokter gigi, kepada apoteker baik daiam
bentuk paper maupun elektronik untuk menyedikan dan menyerahkan obat bagi
pasien sesuai peraturan yang berlaku
3. Peinberian obat adalah proses penggunaan obat sesuai dengan instruksi dokter
dengan memperhatikan karakter fisika kimia dari obat tersebut, berupa stabilitas dan
interaksi obat.
4. Kaidah 5 (Lima) Benar adalah kaidah daiam pemberian obat dengan
mempertimbangkan ketepatan daiam 5 (Lima) Benar yaitu Benar Pasien, Benar
Obat, Benar Dosis, Benar Waktu, Benar Cara atau Rute Pemberian.
BAB II
RUANG LINGKUP

Secara umum seluruli ruangan bagian klinis yaitu bagian keperawatan, penunjang
medis dan unit khusus.
Ruang lingkup penulisan resep yaitu :
Dokter yang mempunyai Surat Izin Praktek (SIP) yang terdiri dari:
1. Dokter umum
2. Dokter spesialis
3. Dokter gigi

2
BAB III
TATA LAKSANA

A. PERESEPAN

Resep adalah permintaan tertulis dari dokter atau dokter gigi yang ditujukan kepada apoteker
berisi satu atau lebih sediaan obat serta regimennya untuk diserahkan pada penderita yang
namanya tertera pada resep tersebut untuk digunakan pada waktu yang ditetapkan.
Resep biasaiiya ditulis pada format yang dicetak, mengandung ruang kosong tempat
penulisan infonnasi yang diperlukan yang disebut blanko resep. Instruksi didalam resep obat ini
harus dapat dibaca dengan jelas.
Peresepan/permintaan obat dilakukan sebagai sarana komunikasi antara dokter dengan
petugas fannasi yang ditetapkan, yang berisi instruksi penyiapan dan penyerahan obat.
Oleh karena itu, demi meningkatkan keselamatan pasien, maka RS Ummi Bogor menetapkan
kebijakan Yang berhak dan benvenang melakukan peresepan/permintaan obat dan instruksi
pengobatan yang diakui oleh RS Ummi Bogor dan akan dilayani oleh unit Farmasi adalah:

1. Dokter yang telah memenulii persyaratan adalah dokter yang terdin dari Dokter umum,
Dokter spesialis dan Dokter gigi, yang memiliki SIP yang sah dikeluarkan oleh Dinas
Kesehatan Kota Bogor. Farmasi menerima update terkini setiap saat daftar dokter baru
bergabung maupun dokter yang tidak lagi bergabung dengan RS Ummi Bogor.

2.Peresepan/permintaan obat berdasarkan blanko resep RS Ummi Bogor dengan


kelengkapan sebagai berikut :
a. Nama dan Nomor SIP dokter penulis resep
b. Pada bagian atas blanko kertas resep dibubuhi stempel dokter penulis resep.
c. Tulisan jelas dan dapat terbaca.
d. Obat ditulis dalam nama generik atau nama dagang pada kolom yang tersedia dan sesuai
dengan formularium RS Ummi Bogor yang berlaku.
e. Ruangan/ Poli diisi sesuai dengan ruangan raw at inap/rawat jalan
f. Alergi obat diisi jika ada ditulis nama obat, dan jika tidak ada maka di tulis (-)
g. Tanggal diisi sesuai dengan tanggal penulisan resep
h. Tanda R/ pada setiap sediaan atau cam pur an sediaan

i. Nama pasien
j. Nomor Rekam Medik
k. Tanggal lahir/umur pasien (Jika tidak dapat mengingat lahir)
i. Berat badan pasien (untuk pasien anak)
m. Untuk obat jadi ditulis:
1) Nama obat (contoh : amoxicillin, ampicillin)
2) Bentuk sediaan (contoh : Tablet, injeksi)
3) Kekuatan (contoh : 500 mg, 1 mg)
4) Jumlah sediaan (contoh : X, XV)
5) Aturan pemakaian obat
6) Aturan tambahan obat (jika perlu, sekaligus, sesukanya. setelah makan' sebelum
makan, bersama makan dan sebagainya)
n. Untuk obat racikan ditulis :
1) Nama setiap jenis / bahan obat
2) Jumlah bahan obat (mikrogram milligram, gram, untuk cairan tetes, mililiter, liter)

3) Aturan cara pembuatan (capsul, puyer, salep)


4) Jumlah yang dibuat (contoh : X. XV)
5) Aturan pemakaian obat
6) Aturan tambahan obat (jika perlu, sekaligus, sesukanya, setelah makan, sebelum
makan, bersama makan dan sebagainya)
o. Tandatangan dokter setelah menulis resep
Setiap obat yang diresepkan harus sesuai dengan yang tercantum dalam Formulanum
RS Ummi Bogor. Apabila resep yang diterima tidak jelas atau sulit dibaca maka
petugas farmasi inelakukan konfirmasi kepada penulis resep sesuai prosedur yang
berlaku
Untuk resep yang bersifat emergensi harus didahulukan pelayanannya dan diberikan
tanda CITO pada resep
Resep untuk pasien anak-anak atau bayi sebaiknya dosis dituliskan berdasarkan berat
badan pasien untuk menghindari kesalahan pemberian dosis obat Peresepan obat yang
tennasuk NO RUM (Nama Obat Rupa dan Ucapan Mirip) harus sesuai dengan
kebijakan penulisan obat NORUM atau LASA {Look Alike Sound Alike)
Instruksi lisan harus diminimalkan dan apabila terjadi maka harus diulang kembali
pengejaannya oleh penerima pesan (Apoteker / Asisten Apoteker/ Perawat) serta
ditulis saat pengulangan tersebut dan dilakukan rekonfirmasi, sesuai prosedur yang
berlaku

Aturan pakai seperti frekuensi, dosis, rute pemberian dan aturan pakai “Jika perlu”
atau pro re n a f a (pm) harus dituliskan indikasi untuk penggunaan dan dosis
maksimal dalam sehari.
Contoh : Parasetamol 500mg. pm (bila demam / suhu di atas 38°C)” Guna
meningkatkan keamanan dan keselamataii dalam pemberian obat, menghindarkan
ambiguitas, maupun menghindarkan komunikasi yang berlebihan antar dokter dengan
petugas Famiasi maupun perawat, maka beberapa istilah dan singkatan yang
berhubungan dengan peresepan/permintaan resep maupun instruksi pengobatan
9.Tidak diperbolehkan menggunakan singkatan yang kemungkinan akan
menimbulkan kesalahan interpretasi.
Terjadinya kesalahan pada pemberian obat kepada pasien dapat dimulai dari kesalahan
peresepan/permintaan obat yang tidak jelas sehingga mengakibatkan medication error

Kategori Peresepan dibagi menjadi beberapa kelompok yakni :

1. Peresepan Rawat Jalan

a. Obat wajib diresepkan mengiuiakan kertas resep ataupun elektronik


b. Prinsip umum di dalam peresepan obat untuk rawat jalan:
- N a m a dokter, SIP dan tanda tangan dokter
- T a n g g a l peresepan obat - N a m a lengkap pasien,
-Tanggal
Lahir/umur -Nomor
rekam medik - B e r a t
Badan
- N a m a merk obat paten/generik - D o s i s dalam satuan
metric - F r e k u e n s i per hari./minggu - J u m l a h yang
didispense
- P e r h i t u n g a n dosis berdasarkan berat badan (Pediatrik)
- I n s t r u k s i lain (pm=pro re nata)

2. Peresepan Rawat Inap

a. Staf medis/dokter memiliki tanggung jawab untuk memastikan bahwa sejarah alergi
obat dan sensitifltas terhadap obat tercatat dalam catatan obat dan catatan medis tertulis.
b. Staf medis/dokter hams mengkonfmnasi pasien atau keluarga pasien tentaiig obat yang
diminum saat ini. Hal ini harus didokumentasikan dalam catatan pasien.
c. Staf medis / dokter harus menulis seluruh resep dalam bagan pengobatan /medication
char! dalam kertas resep
d. Perawat tidak boleh melakukan penyalinan/ transkripsi medication chart. Apabila
diperlukan untuk menulis ulang atau jika dokter lalai untuk menuliskan obat dalam

5
medication chart, maka hal ini adalah tanggung jawab dari dokter tersebut
e. Staf medis/dokter harus meresepkan obat dalam catatan obat yang tepat:
-Medication chart
-Intravenous fluids chart (catatan obat intravena)
f. Prinsip umum untuk melakukan peresepan/pennintaan obat:
1. Seluruh pennintaan obat ditulis dengan jelas dan mudah dibaca dalam tinta hitam.
2. Apabila permintaan obat/resep tidak dapat dibaca, hal inilah yang harus dilakukan -
Menghubungi dokter yang, meresepkan obat untuk mengklarifikasi resepnya.
Dokumentasikan resep yang diklarifikasi dalam bagian ''telephone order" pada
medication chart. Merujuk pada bagian verbal/telephone order yang terdapat pada
catatan obat, dokter harus menulis kembali resep pada medication chart - A p a b i l a
dokter tidak dapat dihubungi, maka obat tidak dapat diberikan hingga klariflkasi
berhasil dilakukan.
g. Seluruh order obat hanya berlaku bila dokter mengisi seluruh detail yang diperlukan
dengan lengkap. Merujuk pada Instruksi dalam mengisi Medication chart
h. Hanya singkatan yang tel ah disetujui yang dapat digunakan. Singkatan yang berbahaya
harus dihindari.
i. Tip-ex tidak boleh digunakan. Order obat HARUS ditulis kembali apabila terjadi
pembahan,terutama bila terjadi pergantian dosis atau pergantian frekuensi pemberian
obat
j. Dokter pertama harus menulis nama pasien. Hal ini untuk mengurangi resiko kesalahan
letak label identifikasi pada medication chart.
k. Tanggal dimana order dilakukan, harus ditulis dalam medication chart.
l. Merek dagang obat dapat digunakan, tetapi perlu diganti bila tnerek tersebut tidak
tersedia.
m. Dosis dan obat harus ditulis dalam satuan metrik. Jumlah yang kiirang dari 1 gram
harus ditulis dalam milligram. Penggunaan angka desimal harus dihindari seperti
contoh, 500 mg tidak boleh 0.5 g, untuk mencegah kerancuan. Namun demikian, bila
angka desimal diperlukan, maka dokter dan perawat harus berhati - hati dalam
menggunakamiya.
n. Dosis yang digunakan tidak boleh ditulis dalam bentuk sediaannya (untuk obat dengan
satu jenis bahan aktif). Sebagai contoh, penulisan "Panadol 2 tablet” tidak dapat
digunakan. Harus ditulis "Panadol ]g"

6
0
.
Rute pemberian obat harus didokumentasikan dengan menggunakan singkatan yang telah disetujui.
Apabila tidak ada singkatannya, maka rute pemberian harus ditulis lengkap.
p. Indikasi obat harus ditulis, misalkan, antibiotik diberikan dengan indikasi ISPA.
q. Untuk obat obatan yang digunakan "jika perlu" atau "pm", maka frekuensi pemberian
dan indikasi yang jelas harus ditulis oleh dokter. Dosis maksimum dalam 24 jam juga
harus dicantumkan. Obat-obat "pm" harus dikaji oleh dokter untuk menentukan secara
klinis kebutuhan atas obat "pm" tersebut. Dianjurkan bahwa apabila obat "pm"
digunakan lebih dan 4 dosis, maka hal ini harus dikaji oleh dokter. Berhati hati terhadap
penggunaan obat ganda untuk mencegah overdosis. Sebagai contoh: parasetainol.
r. Seluruh item yang ada pada medication chart atau kertas resep harus ditanda tangani
oleh dokter. Dokter juga harus menulis nama lengkap dan jelas pada bagian pertama
pada resep.
s. Apabila dokter menglientikan obat pada medication chart, maka diberi garis tunggal
diagonal pada resep dan coret dengan dua garis pada bagian pemberian obat sehingga
tidak ada obat yang dapat diberikan. Harus ditulis inisial dan ditanda tangani oleh staf
medis yang menghentikan obat.
t. Seluruh obat yang diberikan ke pasien harus ditulis dalam medication chart.
u. Untuk obat yang diperlukan "Cito", maka dokter menulis pada bagian "Once only/Cito".
Obat ini harus disiapkan/dispense dan diberikan dalam waktu 15 menit.
v. Dokter harus mendokumentasikan waktu pemberian obat, menggunakan panduan pada
medication chart. Pedoman waktu pemberian obat digunakan untuk memastikan bahwa
tidak ada obat yang terlewat.

3. Peresepan Obat Pulang

a. Setiap resep pulang, harus diantar ke fannasi setidaknya 24 jam sebelum pasien pulang.
Hal ini mempercepat dalam proses pasien pulang yang dilakukan antara jam 11
sampaijam 1 siang di hari berikutnya.
b. Resep pulang pasien harus ditulis dan ditandatangani oleh dokter yang merawat pasien.
Staf keperawatan tidak boleh menulis resep pulang.
c. Obat obatan yang dibawa pulang oleh pasien diberikan label dan instruksi penggunaan
yang jelas untuk diikuti pasien. Sebagai contoh " Minum 1 tablet 2 kali sehari"
d. Jika memungkinkan, setiap obat yang diberikan disertai dengan lembar informasi obat
untuk diberikan pada pasien.

7
B. INSTRUKSI PENGOBATAN

Yang dimaksud dengan instruksi adalah perintah pemberian obat baik yang dituliskan di blanko
resep,elektronik,berkas rekam medik maupun berupa instruksi verbal. Untuk menindaklanjuti
instruksi verbal hams dilakukan komunikasi efektif dari yang memberi instruksi kepada yang
menerima instruksi dengan urutan cara sebagai berikut:
1. Setiap menerima instruksi verbal maka penerima instruksi hams:
a. Menulis apa yang diinstmksikan
b. Membaca ulang instruksi yang diberikan.
c. Ronfimiasi
2. Pada keadaan emergency : penerima instruksi hams mengulang kembali nama obat dan
dosis dengan speling, misalnya 16, dibaca “satu-enam”
3. Penerima pesan harus selalu mencatat tanggal. jam dan tanda tangan, kemudian sesegera
mungkin pengirim pesan juga membubuhi tanda tangan sebagai bentuk persetujuan /
konfirmasi pesan yang diterima
4. Tidak boleh menerima voice mail order.
5. Apabila menerima instruksi/order tidak langsung .penerima instruksi dokter/perawat /
farmasis harus konfirmasi /telepon ke pemberi instruksi / dokter secara langsiing.
6. Instruksi harus lengkap terdiri dari komponen berikut:
a. Nama obat
b. Bentuk dan kekuatan sediaan
c. Dosis dan jumlah obat
d. Signatura yang berisi Aturan, cara dan teknik penggunaan termasuk rute, frekuensi, dan
kondisi-kondisi lain terkait pemberian obat
Untuk obat-obat yang pemberiannya harus disesuaikan dengan berat badan {weight-based
medication) seperti obat-obatan untuk pasien anak atau obat-obatan lainya, maka pemberi
intruksi harus menuliskan berat badan pasien dan ketentuan dosisnya misalnya “5
mikrogram/kgBerat Badan44.

1. Automatic Stop Order adalah penghentian secara otomatis pemberian obat-obatan


tertentu, kecuali dokter telah menuliskan secara spesifik jangka waktu lamanya
pemberian obat-obatan tersebut. Ketentuan lebih lanjut tentaiig obat-obatan yang
termasuk automatic stop order dan time limitnya akan diatur dalam SOP khusus. Sub
Komite Fannasi dan Terapi meninjau ulang SOP Automatic Stop Order setiap 3 tahun
atau lebih cepat bila diperlukan.
2. Standing Order adalah instruksi dari dokter yang mengautorisasi perawat untuk
memberikan obat-obatan tertentu kepada pasien, dimana dokter tidak menuliskan lagi
secara lengkap komponen kelengkapan instruksi pengobatan (bentuk dan kekuatan
sediaan, dosis dan jurnlah obat, signature, aturan pemakaian). Perawat yang telab

8
melakukan standing order harus mendokumentasikan pemberian obat tersebut ke dalarn
“Lembar Intruksi” dan dimasukkan dalam rekam medis pasien. Lembar instruksi harus
mencantumkan nama lengkap dan tanda tangan perawat dan harus ditandatangani oleh
dokter yang merawat / DPJP (Dokter Penanggung Jawab Pasien). Ketentuan lebih lanjut
tentang standing order akan diatur dalam SOP-SOP tersendiri. Perawat penerima
instruksi akan memberikan obat-obatan kepada pasien sesuai dengan ketentuan dalam
SOP Standing Order terkait, kecuali ada petunjuk khusus dan dokter pemberi instruksi.
Sub Komite Farmasi dan Tempi meninjau ulang setiap SOP Standing Order setiap 3
tahun atau lebih cepat bila diperlukan.
3. Emergency Order adalah instruksi pengobatan dari dokter agar perawat memberikan
obat dosis tunggal secepatnya/ segera (dalam waktu kurang dari 1 jam) dengan
mencantumkan kata “C1TO” pada instruksi tersebut. Instruksi seperti ini biasanya
dilakukan pada kondisi kedaruratan.

Untuk menindaklanjuti instruksi tertulis yang ditulis di rekam medik, maka kebijakan
yang diberlakukan adalah:
1. Sebelum melaksanakan instruksi, penerima instruksi harus inembaca ulang instruksi
yang diberikan dari rekam medik.
2. Bila ada instruksi yang tidak jelas atau tidak lengkap harus segera konfirmasi ulang
kepada pemberi instrusksi dan mendokumentasikan hasil konfimiasi di rekam medik
pasien.
3. Tidak diperkenankan menerima instruksi/order tertulis tidak langsung, apabila hal
tersebut terjadi maka penerima instruksi hams melakukan konfirmasi kepada dokter
pemberi instruksi secara langsung.
4. Dokter penanggung jawab pasien menulis instruksi/ resep obat pada form order obat
yang telah ditentukan, lengkap dengan bentuk dan kekuatan sediaan, dosis, mte
pemberian, aturan pemakaian, jumlah obat. dan tanda tangan dokter.
5. Perawat ruangan dan dokter jaga memantau pemberian obat melalui form order obat.
6. Petugas Farmasi yang telah ditentukan melakukan verifikasi dan mereview instruksi
obat pada fonn order obat sebelum obat disiapkan dan diberikan kepada pasien.
BAB IV
DOKUMENTASI

1. Semua resep disimpan dalam wadah perlanggal dan disimpan selama 3 tahun
2. Resep yang sudah melebihi waktu yang telah ditentukan dapat dilakukan pemusnahan sesuai
dengan peraturan yang berlaku.

9
REFERENSI

1. Anonim, 2011, Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesi Nomor


1691 /MENKES/PF.R/VII/2011 tentang Keselamatan Pasien Rumah Sakit,
Kementrian Kesehatan Indonesia.

2. Anonim, 2009, Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tentang


Kesehatan.

3. Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2009. Peraturan Pemerintah Republik


Indonesia No. 51 tahun 2009 tentang Pekerjaan Kefarmasian. Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta.

4. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Kepmenkes No.72/Menkes/SK/2016


Tentang Standar Pelayanan farmasi di Rumah Sakit Kementerian Kesehatan
Republik Indonesia. Jakarta.

5. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Kepmenkes No.73/Menkes/SK/2016


Tentang Standar Pelayanan farmasi di Apotek. Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia. Jakarta.

6. Joint commission International (2010) Accreditation Standards for Hospitals. Joint


commission Resources: USA

7. University Of Kentucky Hospital 2008: Prescribing guidelines

1
!
LAMPIRAN 1
DAFTAR SINGKATAN PENULIS RESEP

Daftar singkatan yang paling umum dipakai dan boleh dipakai, terbagi atas:
Daftar Singkatan Berdasarkan Bentuk Sediaan
Tabel 1. Daftar Singkatan Berdasarkan Bentuk Sediaan
N Nama — -------------------
Arti
o Singkatan Kepanjangan
1
i Emuls emulsum Emulsi
!
2 Inj injectio Obat suntik
!
3 Sol solutio Lanitan
4 Susp suspensio Suspensi
:5 Syr synipus Sirup

,6 Garg gargarisma Obat kumur


7 Gtt auric Guttae auriculares Obat tetes telinga
.

8 Gtt nasal Guttae nasales Obat tetes hidung


9 Gtt opthl Guttae ophthalmicae Obat tetes mata
i

1 Amp ampule Ampul


0
j 11 FI tlacon Botol kecil
1 Sup suppositorum Suppositoria
2
:13 Cr cream Krim
1 Cap/caps capsule Kapsul
4
! 15 Tab tabulae Tablet
i

1 Pulv Pulvis/pulveres Serbuk / serbuk terbagi


6
'17 nebul nebula Obat semprot

Daftar Singkatan Berdasarkan Frekuensi


Tabel 2. Daftar Singkatan Berdasarkan Frekuensi

1
2
No Nama Kepanjangan Arti
Singkatan
! 1 dd / sdd Seme! de die Satu kali sehari

2 2 dd / bdd Bis de die Dua kali sehari


3 3 dd / tdd Ter de die Tiga kali seliari
4 4 dd / qdd Quarter de die Empat kali sehari

5 Oh Omni hora Setiap jam


.

3. Daftar Singkatan Berdasarkan Waktu pemberian


Tabel 3. Daftar Singkatan Berdasarkan Waktu Pemberian
No Nama Kepanjangan Arti
Singkatan
1 ac Ante coenam Sebelum makan
2 dc Durante coenam Saat sedang makan
3 pc Post coenam Setelah makan
4 hs Hora somni Sebelum tidur
5 an Ante noctum Sebelum tidur

6 m et v Mane et vespere Pagi dan sore


7 pm Pro renata Bila perlu

4. Daftar Singkatan Berdasarkan Penggunaan


Tabel 4. Daftar Singkatan Berdasarkan Penggunaan

No Nama Kepanjangan Arti


Singkatan
1 ue Usus externum Obat luar

2 up Usus propius Untuk dipakai sendiri


3 imm Im mane medicine Diberikan ke tangan
dokter
4 Pro Inj Pro Injectio Untuk disuntikkan

5. La in-lain

1
3
Tabel 5. Daftar Singkatan Lainnya
No Nama Kepanjangan Arti
Singkatan
1 dext dextra Kanan

2 sin sinister Kiri


3 R/ recpe Ambillah
4 S signa Tandailah
5 ad ad Sampai dengan

6 mf Misce fac Cainpur dan buatlah


7 iter iter Di ulang

Daftar singkatan yang tidak boleh dipakai, terbagi atas:

1
4
Tabel 6. Daftar Singkatan yang Tidak Boleh Dipakai
N Singkatan Kesalahan Penulisan yang
yang Arti
o dilarang interpretasi benar

1 U Unit 0 dan 4 Unit


r
2 IU International I V dan IO International Unit
Unit
,3 cc Centimeter Unit ITIL
Cubik
4 Mg Microgram Mg Meg
i

IJ Injeksi IV Injeksi
!6 IN Intranasal Im atau Iv Intranasal
7 SC, SQ, Subq Subcutaneus SI (Sub Subcut atau
i
Lingual) subcutan
X.O mg X mg XO mg Jangan menulis
8 angka “0” di
i
belakang koma
decimal (mg)
.X mg i.X mg Xmg
Hams
menggunakan “O ’,

sebelum koma
decimal (0, X mg)
1 MS Morfin Sulfat Magnesium Morfin Sulfat
0
li MSO4 Morfin Sulfat Sulfat
l 12 MgS04 Magnesium Morfin Magnesium
Sulfate Sulfat Sulfate
:13
i
AZT Zidovudine Azatropine Zidovudine
i
(retrovir) atau (retrovir)
Aztreduran
1 CPZ Compazine Chlorproma Camparazine
4 zin (Prochlorperazin)
i 15 HCT Hideocortisone Hydrochlor Hidrocortison
! othiazide
1 OD, OS, OU Mata kanan, Telinga Mata kanan, mata
6 mata kiri, tiap kanan, kiri, tiap mata
i
i
mata telinga kiri,
tiap telinga
'17 od Once daily / 1 x Mata kanan Sekali sehari
sehari

1
5

Anda mungkin juga menyukai