Anda di halaman 1dari 20

A.

Sedimentasi

Sedimentasi adalah proses pengendapan material yang terbawa oleh air,


angin, maupun gletser. Pengendapan ini bisa terjadi di darat, laut, maupun sungai.
Material yang terbawa merupakan material yang berasal dari pengikisan atau
pelapukan. Pelapukan ini bisa berasal dari pelapukan kimia, fisika, dan mekanik.
Pengendapan  yang berlangsung lama, akan membentuk batuan sedimen. Batuan
sedimen adalah batuan yang terbentuk dari proses sedimentasi. Sebagian besar
batu di bumi adalah batuan sedimentasi (baca: Batuan Sedimen : Pengertian,
Proses, dan Jenisnya).

Sedimentasi yang dilakukan oleh air, angin, maupun gletser memiliki hasil
yang berbeda. Tergantung dari lokasi materi itu berada. Selain batuan sedimen,
sedimentasi juga salah satu penyebab terbentuknya permukaan bumi. Permukaan
bumi yang memiliki banyak bentuk, akibat adanya pengendapan yang
berlangsung lama. Hal ini menyebabkan setiap sedimentasi membentuk sesuatu
yang unik, dan mempercantik bentuk permukaan bumi (Baca: Jenis Tenaga
Eksogen Pengubah Muka Bumi).

Sedimentasi sendiri dibagi menjadi 2, yaitu berdasarkan tenaga


pengangkutnya, yaitu air, angin, dan gletser. Serta berdasarkan tempat terjadinya
sedimentasi itu sendiri. Yaitu sedimentasi fluvial, marine, glasial dan teristis.
Berikut kita bahas proses sedimentasi berdasarkan tenaga pengangkutnya.

1. Sedimentasi Aquatis
a. Proses Sedimentasi Aquaris

Sedimentasi Aquatis adalah sedimentasi yang dilakukan oleh air.


Sedimentasi oleh air ini, membawa materi melalui aliran air. Proses ini
mengandalkan kekuatan aliran air. Disaat aliran air kuat, maka materi akan
terbawa, disaat aliran air melemah, maka materi akan mengendap didasar.

Hal ini bisa kita umpamakan saat sedang meminum kopi atau teh.
Saat kita mengaduk gelas, terjadi putaran pada air, yang menyebabkan
ampas kopi dan teh naik ke atas. Saat kita diamkan, dan pusaran air mulai
melemah, maka ampas kopi dan teh perlahan akan mengendap ke bawah.
Hal inilah yang terjadi pada proses sedimentasi oleh air. Sedimentasi
aquatis dibagi menjadi dua, yaitu fluvial dan marine.

1. Sedimentasi Fluvial

Sedimentasi fluvial adalah proses sedimentasi yang dilakukan olah


air sungai dan berlokasi di sungai. Sedimentasi oleh air sungai, biasanya
terjadi di dataran rendah, akibat dari sifat air yang mengalir dari tempat
yang tinggi ke tempat yang rendah. Sedimentasi ini, biasanya juga
menghasilkan pendangkalan di muara sungai. Oleh karena itu, daerah
muara sungai lebih berpotensi.

Sedimentasi fluvial, memiliki peran besar dalam memberi bentuk


kepada sungai- sungai. Sedimentasi fluvial dibagai ke dalam 5 kelompok.
Pembagian ini terjadi karena perbedaan lokasi pengendapan. Ke 6 bentuk
sedimen ini adalah:

a. Alluvial

Alluvial atau alluvial fan adalah sebuah sungai yang mengalami


perubahan kekuatan arus secara cepat. Akibatnya, materi yang terbawa,
terendap secara tiba- tiba di dasar. Endapan ini biasanya berbentuk
kerucut, akibat perubahan arus yang cepat. Alluvial biasanya terjadi di
sekitar lereng pegunungan maupun dasar lembah.
b. Meander

Meander adalah sungai yang berkelok- kelok. Kelokan- kelokan ini


terjadi akibat pengendapan yang terjadi di tikungan- tikungan sungai.
Aliran sungai di sekitar tikungan sungai memiliki arus yang lebih lemah
dari pada aliran yang berada di luar tikungan. Akibatnya, pengendapan
terjadi di dalam tikungan, dan erosi terjadi di luar tikungan, sehingga
membentuk lekukan- lekukan sungai yang cantik (Baca: Abrasi dan Erosi
– Pengertian – Perbedaan – Jenis dan Macamnya).

c. Dataran Banjir

Dataran banjir atau disebut floodplain adalah dataran yang berada di


sebelah kanan dan kiri sungai. Dataran ini terus mendapat pengendapat
materi yang dibawa oleh air secara terus menerus. Akibatnya, sekitar
bagian kanan dan kiri sungan lebih tinggi dari daerah sekitarnya. Dataran
ini disebut dataran banjir, karena saat volume air sedang tinggi, dataran
ini akan mengalami kebanjiran, dengan menyisakan sedikit sisa dataran
yang lebih tinggi. Tapi saat air mulai surut, dataran ini akan muncul
kembali. Saat air surut itulah, materi menjadi terendap di kanan dan kiri
sungai (baca: Proses Terjadinya Banjir dengan Menggunakan Prinsip
Geografi).

d. Danau Tapal Kuda

Danau tapal kuda atau oxbow adalah sungai yang terputus, akibat adanya
pengendapan terus menerus. Sungai ini, biasanya berbentuk seperti tapal
kuda. Pengendapan ini, menyebabkan salah satu dari tikungan yang ada
di sungai terputus, dan menyebabkan sungai baru yang tersendiri.

e. Delta

Delta adalah tanah luas yang berada disekitar muara. Delta terbentuk dari
hasil endapan material yang berlangsung secara terus menerus.
Terjadinya delta, akibat dari terendapnya pasir di dasar sungai,
sedangkan lumpur dan batuan tetap terbawa hingga ke laut. Untuk
menjadi delta, dibutuhkan banyak materi sedimen yang dibawa oleh air,
muara memiliki arus yang tidak kencang dan dangkal.

2. Sedimentasi Marine

Sedimentasi marine adalah sedimentasi yang terjadi oleh air laut dan
terjadi di laut. Sedimentasi ini, terjadi akibat dari perubahan arus laut, yang
mengendapkan materi kedalam dasar laut. Sedimentasi ini juga terjadi
akibat adanya air pasang dan air surut. Air pasang membawa material, lalu
saat surut, material itu mengendap. Pengendapan yang terus bertumpuk,
menyebabkan endapan ini naik ke permukaan laut. Sehingga membentuk
pulau- pulau atau dataran kecil yang indah. Ada 4 bentuk yang terjadi
akibat dari sedimentasi marine.

a. Spit – Spit adalah dataran panjang yang berada di sekitar pantai.


Dataran ini terjadi akibat arus pantai yang membawa materi endapan
ke laut, dan mengendap di dasar laut. Materi ini, berasal dari pasir di
sekitar pesisir pantai. Spit dapat terus semakin panjang, jika terus
terjadi arus laut yang membawa materi endapan ke laut.
b. Tombolo – Tombolo adalah jembatan alami yang menghubungkan
pulau besar dengan pulau kecil di dekatnya. Proses terjadinya tombolo
sama dengan spit. Tombolo biasa dijadikan sebagai jembatan untuk
menuju pulau di tengah laut oleh masyarakat.
c. Penghalang Pantai – Penghalang pantai adalah, tanggul alami yang
terbentuk akibat sedimentasi. Penghalang pantai, pada dasarnya
adalah spit yang terus memanjang, dan mengitari bibir pantai.
Sehingga seperti tanggul.
d. Gosong – Gosong adalah dataran kecil yang terbentuk di tengah-
tengah laut. Gosong terjadi akibat perubahan arus laut yang terjadi
secara tiba- tiba. Berbeda dengan alluvial  yang biasanya berbentuk
seperti kerucut, gosong berbentuk datar, rata, dan lebar. Biasanya
gosong memiliki bentuk- bentuk yang unik, dan beberapa kali menjadi
lokasi untuk iklan rokok.
e. Nehrung – Nehrung adalah bukit pasir yang berada di sekitar pantai.
Air laut yang menuju pantai, membawa materi, yang kemudian
mengendapkannnya di pantai.

2. Sedimentasi Aeris

Proses Sedimentasi Aeris

Sedimentasi Aeris adalah sedimentasi yang dilakukan oleh angin. Angin


membawa materi- materi endapan, dan menjatuhkannya ke darat saat kekuatan
dari angin itu melemah. Materi yang dibawa oleh angin biasanya adalah tanah
pasir. Endapan pasir yang terus bertumpuk, makin lama akan menjadi
gundukan.

Gundukan ini disebut sebagai bukit pasir. Gundukan ini juga bisa disebut
sebagai Sand Dune atau gumuk pasir. Gundukan pasir ini, mudah kita jumpai
disekitar gurun maupun disekitar pantai (Baca: Ekosistem Gurun : Pengertian,
Ciri-ciri, Proses dan Komponennya). Dilihat dari tempat, sedimentasi oleh
angin ini termasuk dalam sedimentasi teristris. Sedimentasi teristris adalah
sedimentasi yang terjadi di darat.
3. Sedimentasi Gletser

Proses Sedimentasi Glasial

Sedimentasi glasial adalah sedimentasi yang dilakukan oleh es atau


gletser. Sedimentasi ini terjadi karena adanya moraine. Moraine adalah batu
kerikil, pasir, dan materi lainnya yang terbawa oleh es, dan mengendap.
Sedimentasi oleh gletser juga mengelir dari tempat yang tinggi ke tempat yang
rendah.

hal ini menyebabkan pengendapan terjadi di ujung gletser, yang


menyebabkan perubahan bentuk gletser dari V menjadi U. Sedimentasi oleh
gletser, termasuk dalam sedimentasi glasial. sedimentasi glasila adalah
sedimentasi yang terjadi di gletser. Terdapat 4 bentuk sedimentasi yang
dilakukan oleh es, yaitu:

1. Oscar : Sedimen yang berbentuk punggung sempit dan panjang


2. Kame : Sedimen yang berbentuk dataran tinggi.
3. Drumlin : Sedimen yang berbentuk bukit kecil
4. Till Plain : Sedimen yang berbentuk dataran.
B. Filtrasi

     Filtrasi adalah pemisahan bahan secara mekanis berdasarkan ukuran


partikelnya yang berbeda-beda. Filtrasi diterapkan untuk memisahkan bahan padat
dari cairan atau gas, misalnya untuk mendapatkan suatu fraksi padat  yang
diinginkan atau untuk membuang fraksi padat yang tidak dikehendaki.

1. Dasar Teori Filtrasi

Daya filtrasi (jumlah cairan atau gas yang menerobos per satuan waktu)
dipengaruhi oleh:

a. Luas Permukaan Filter Jumlah filtrat per satuan waktu berbanding


langsung dengan luas permukaan media filter. Semakin besar luas media
tersebut, semakin besar pula daya filtrasinya.
b. Beda Tekanan Antara Kedua Sisi Media Filter
Beda tekanan adalah gaya pendorong setiap proses filtrasi. Secara teoritis,
daya filtrasi sebanding dengan beda tekanan. Gaya pendorong dapat
ditimbulkan oleh:

1) tekanan hidrostatik
2) tekanan lebih (filtrasi tekanan)
3) tekanan rendah (filtrasi vakum)
4) gaya sentrifugal
5) Tahanan Media Filter
Media filter yang berpori memiliki banyak saluran (kapiler, pori-pori).
Tahanan media terhadap aliran yang menembusnya semakin kecil jika
diameter kapiler semakin besar, yang berarti jumlah kapiler per satuan
luas semakin sedikit. Tahanan media juga semakin kecil jika kapiler
semakin pendek. Ini berarti bahwa semakin tipis dan kasar media filter
itu, semakin besar daya filtrasinya.
6) Viskositas Cairan, Semakin kecil viskositas cairan, semakin besar
daya filtrasinya. Viskositas dapat dikurangi dengan meningkatkan
suhu, namun sering mengakibatkan penggembungan (swelling) media
filter, terjadinya proses korosi yang lebih cepat atau pelarutan kembali
kristal-kristal.

2. Alat-alat Filtrasi

a) Kriteria Pemilihan Alat

Kriteria Pemilihan alat di pengaruhi oleh :

1. Jenis Campuran, Campuran gas-padat  memerlukan ruang filtrasi dan


luas permukaan filter yang lebih besar daripada campuran cair-padat.
Hal ini disebabkan volume gas lebih besar dari pada cairan.
Disamping itu pada campuran gas-padat hanya mungkin digunakan
beda tekanan yang kecil.
2. Jumlah Bahan Yang Lolos Dan Tertahan, Semakin besar jumlah
campuran yang harus difiltrasi, semakin besar daya filtrasi yang
diperlukan dan dengan demikian juga semakin besar luas permukaan
total filter.
Ukuran pemanfaatan yang optimal dapat berupa luas permukaan filter
yang sebesar mungkin dengan ruang filter yang sekecil mungkin.
3. Tekanan Filtrasi (Beda Tekanan), Tekanan filtrasi mempengaruhi
jenis konstruksi dan ukuran alat filtrasi
4. Jenis Operasi,  Konstruksi alat pada dasarnya berbeda untuk operasi
yang kontinu atau yang tidak kontinu.
5. Pencucian,  Bila kue filter harus dicuci , diperlukan tambahan
perlengkapan untuk mencuci. Tergantung pada jenis cairan pencuci
yang digunakan, yaitu apakah mengandung air, mudah terbakar atau
beracun, maka alat filtrasi harus dikonstruksi dengan cara yang
berbeda-beda (misalnya terbuka, tertutup, dengan perangkat
penghisap, dengan ruang-ruang terpisah)
6. Sifat Bahan yang di filtrasi,  Baik konstruksi maupun bahan yang
dipakai untuk membuat alat filtrasi tergantung pada bahan yang
difiltrasi, apakah bersifat asam, basa, netral, mengandung air, mudah
terbakar, tahan api, peka terhadap oksidasi, steril, panas atau dingin.
Konstruksi dapat terbuka, tertutup atau dalam lingkungan gas inert.
7. Sifat Filtrasi,  apakah kue filter yang terbentuk dapat ditekan atau
tidak dapat ditekan, tergantung pada ukuran dan bentuk partikel bahan
padat. Sifat kue filter itu selanjutnya mempengaruhi luas permukaan
filter, tebal kue, beda tekanan, dan juga ukuran pori dari media filter.

b) Alat Filtrasi

1. Filter Pasir

Prinsip kerja : Cairan yang akan disaring mengalir dari atas ke


bawah menembus lapisan pasir karena gaya filtrasi. Partikel padat
yang akan dipisahkan tertahan dalam pasir. Media filter ini dapat
dibersihkan dengan cara menyemprotnya dengan air dan udara
bertekanan secara periodik.
Fungsi : Filter pasir digunakan untuk filtrasi jernih (clarifying
filtration) terutama untuk penanganan awal air minum atau untuk
pembuatan air keperluan pabrik.
2. Filter Kelongsong
Filter ini berupa silinder berongga yang terbuat dari bahan berpori.
Silinder ini dapat secara tunggal dipasang di dalam saluran pipa ,
atau beberapa buah secara bersamaan di dalam bejana yang tahan
tekanan. Cairan ditekan dari dalam dan menerobos keluar melalui
dinding silinder.Filter kelongsong terutama digunakan untuk
filtrasi jernih, khususnya sebagai penangkap kotoran di dalam
saluran-saluran pipa cairan dan gas. Pembersihan dilakukan dengan
cara melepaskannya
kemudian mencucinya, atau
dengan menggunakan
perlengkapan penyiram atau
pembilas yang dipasang di
dalamnya.

3. Filter Spiral

Filter spiral dapat dibuat sebagai alat yang


terpasang tetap atau yang dapat dipindah-
pindah, tanpa atau dengan mantel ganda
untuk pemanasan. Filter ini digunakan
untuk filtrasi jernih pada cairan dengan
kandungan bahan padat yang rendah. Luas
permukaan filter dapat mencapai 20 m2
dan tekanan hingga  6 bar.

4. Filter Pelat

Filter pelat di satu pihak


digunakan untuk filtrasi jernih
dan di lain pihak untuk filtrasi
bahan tersisa (residu filtration).
Luas permukaan filter mulai
dari 2 hingga kira-kira 80 m2
dan tekanan hingga 6 bar.
Filter pelat, karena digunakan
secara tertutup dan bertekanan,
sesuai juga untuk filtrasi suspensi yang mengandung cairan panas
atau mudah terbakar.
5. Filter Hisap

Jenis konstruksi yang paling sederhana dari sebuah filter hisap


adalah tangki segi empat atau bundar yang terbuka dengan media
filter dipasang mendatar di dalamnya. Di atas sebuah kisi yang
terbuat dari pelat keramik yang berlubang-lubang (sebagai
landasan) ditempatkan batu-batu filter berpori. Batu filter ini
direkat dengan dempul yang tahan terhadap pengaruh kimia.
Suspensi yang akan difiltrasi dimasukkan dari atas. Bahan padat
akan mengumpul pada batu-batu filter sebagai kue filter, 
sedangkan filtrat mengalir keluar melalui batu-batu filter.
Landasannya, serta pipa pembuangan yang terletak di bagian
tengah. Dengan membuat vakum, perbedaan tekanan diperbesar
sehingga daya filtrasi ditingkatkan. Filter seperti ini disebut filter
hisap.

6. Pres Filter

Pres filter terdiri atas elemen-elemen filter (hingga mencapai 100


buah) yang berdiri tegak atau terletak mendatar, disusun secara
berdampingan atau satu di atas yang lain. Elemen-elemen ini
terbuat dari pelat-pelat beralur yang dilapisi kain filter dan disusun
pada balok-balok luncur
sehingga dapat digeser-
geser. Dengan suatu sumbu
giling atau perlengkapan
hidraulik, pelat-pelat itu
dipres menjadi satu diantara
bagian alat yang diam
(bagian kepala) dan bagian yang bergerak. Saluran masuk dan
saluran keluar terdapat dibagian kepala (untuk sistem tertutup) atau
saluran keluarnya di samping pelat-pelat (untuk sistem terbuka).
7. Filter Putar

Filter putar terdiri atas sebuah tromol ayak yang berputar lambat
dan terbagi dalam sel-sel. Kain filter direntangkan pada permukaan
tromol dan bagian bawah tromol tercelup di dalam bak berisi
suspensi yang harus dipisahkan. Putaran dikontrol oleh bagian
pengendali  yang tidak bergerak di pusat. Dalam satu kali putaran,
pada setiap sel berlangsung berturut-turut:-       penghisapan
suspensi dan pembentukan kue filter
a. pencucian kue filter
b. penghilangan kelembaban dari kue filter
c. pelepasan dan penyapuan bersih kue filter
d. pembilasan kue filter

 
8. Sentrifugasi Filtrasi

Alat-alat sentrifugasi filtrasi yang paling sederhana dan bekerja


secara tidak  kontinu, terdiri atas sebuah keranjang ayak yang
berputar cepat di dalam sebuah rumah. Keranjang tersebut dapat
terpasang vertikal (alat sentrifugasi ayun) atau horizontal (alat
sentrifugasi kupas) dan sisi dalamnya dilapis dengan media filter.
Keranjang dapat digerakkan dengan listrik atau secara hidraulik,
secara langsung atau melalui sebuah kopling penggerak awal.
C. Aerasi

Aerasi adalah proses pengelolahan air dengan cara menggontakannya


dengan udara.

1. Tujuan Aerasi
Adapun tujuan dari aerasi adalah

a. Penambahan jumlah oksigen


b. Penurunan jumlah karbon dioxide (CO2)dan
c. Menghilangkan hydrogen sulfide (H2S),methan (CH4) dan berbagai
senyawa senyawa organi yang bersifat volatile (menguap) yang
berkaitan untuk rasa dan bau.       

Hasil pengolahan air dengan metoda aerasi bermanfaat untuk menghasilkan


air minum yang baik. Penurunan jumlah karbon dalam air sehingga bisa
berbentuk dengan calcium karbonat (CaCO3) yang dapat menimbulkan
masalah.

Areasi secara luas telah digunakan untuk pengolahan air yang mempunyai
kandungan jumlah besi dan mangan terlalu tinggi zat tersebut memberikan
rasa pahit pada air, menghitamkan pemasakan beras dan memberikan noda
hitam kecoklat-coklatan pada pakaian yang dicuci.

2.  Proses Aerasi
Oksigen yang berada di udara, melalui proses aerasi ini akan selanjutnya akan
bereaksi dengan senyawa ferus dan  manganous terlarut merubah menjadi
ferric  (Fe) dan maganic oxide hydrates yang tidak bisa larut. Setelah itu
dilanjutkan dengan pengendapan (sendimentasi) atau penyaringan (filtrasi).
Perlu dicatat bahwa oksidasi terhadap senyawa besi dan mangan di dalam air
yang kecil (waterfall) aerators/aerator air terjun). Atau dengan mencampur
air dengan gelembung-gelembung udara (  bubble aerator). Dengan kedua
cara tersebut jumblah oxigen pada air bisa dinaikan 60 – 80% (dari jumlah
oksigen yang tertinggi, yaitu air yang mengandung oksigen  sampai jenuh)
pada aerator air terjen ( waterfall aerator ) cukup besar bisa menghilangan
gas-gas yang terdapat dalam air.

Penurunan carbon dioxide (CO2) oleh waterfall aerators cukup berarti, tetapi
tidak memadai apabila dari yang sangat corrosive. Pengelolahan selanjutnya
seperti pembubuhan kapur atau dengan sarigan marmar atau dolomite yang
dibakar masih dibutuhkan.

3. Macam-macam Metoda Aerasi


a. Waterfall aerator ( aerator air terjun).

Pengolahan air  aerasi dengan metoda Waterfall/Multiple aerator


seperti pada gambar, susunannya sangat sederhana dan tidak mahal  serta
memerlukan ruang yang kecil.

Jenis aerator   terdiri atas 4-8 tray dengan dasarnya penuh lobang-
lobang pada jarak 30-50 cm. Melalui pipa berlobang air dibagi rata melalui
atas tray, dari sini percikan-percikan kecil turun kebawah dengan
kecepatan kira-kira 0,02 m /detik per m2 permukaan tray. Tetesan yang
kecil menyebar dan dikumpulkan kembali pada setiap tray berikutnya.
Tray-tray ini bisa dibuat dengan bahan yang cocok seperti lempengan-
lempengan absetos cement berlobang-lobang, pipa  plastik yang
berdiamter kecil atau lempengan yang terbuat dari kayu secara paralel.

b. Cascade Aerator

Pada dasarnya aerator ini terdiri atas 4-6 step/tangga, setiap step
kira-kira ketingian 30 cm dengan kapasitas kira-kira ketebalan 0,01 m3
/det permeter2. Untuk menghilangkan gerak  putaran (turbulence) guna
menaikan effesien aerasi,  hambatan sering ditepi peralatan pada setiap
step. Dibanding dengan tray aerators, ruang ( tempat ) yang diperlukan
bagi casade aerators agak lebih besar tetapi total kehilangan tekanan lebuh
rendah. Keuntungan lain adalah tidak diperlukan pemiliharaan.

Keterangan

A  =  Air baku

B  =  Air sudah diaerasi

C  =  Inlet

      D  =  Lubang pembersih

          E  =  Out let.


Cascade Aerator tampak atas

Aerasi tangga aerator seperti pada gambar di bawah ini peangkapan


udaranya terjadi pada  saat air terjun dari lempengan-lempengan trap yang
membawanya. Oksigen kemudian dipindahkan dari gelembung-gelembung
udara kedalam air . Total ketinggian jatuh kira-kira 1,5 m dibagi dalam 3-5
step. Kapisitas bervariasi antara 0,005 dan 05 m3 /det per meter luas.

c. Sumberged Cascade Aerator

                                        

d. Multiple Plat Form Aerator

Memakai prinsip yang sama, lempengan-lempengan untuk


menjatuhkan air guna mendapatkan kontak secara penuh  udara terhadap
air.

                               
e. Spray Aerator

Terdiri atas nosel penyemprot yang tidak bergerak  (Stationary


nozzles) dihubungkan dengan kisi lempengan yang mana air disemprotkan
ke udara disekeliling pada kecepatan 5-7 m /detik. Spray aerator sederhana
dierlihatkan pada gambar, dengan pengeluaran air kearah bawah melalui
batang-batang pendek dari pipa yang panjangnya 25 cm dan diameter 15 -
20 mm. piringan melingkar ditempatkan beberapa centimeter di
bawahsetiap ujung pipa, sehingga bisa  berbentuk  selaput air tipis
melingkar yang selanjutnya menyebar menjadi tetesan-tetesan yang halus.

Nosel untuk spray aerator bentuknya bermacam-macam, ada juga


nosel yang dapat berputar-putar
f. Aerator Gelembung Udara  ( Bubble aerator)

Jumlah udara yang diperlukan untuk aerasi bublle  (aerasi


gelembung udara) tidak banyak, tidak lebih dari 0,3 – 0,5 m3 udara/m3 air
dan volume ini dengan mudah bisa dinaikan melalui suatu penyedotan
udara. Udara disemprotkan melalui dasar dari bak air yang akan diaerasi.

A  =  Out Let

 B  =  Gelembung udara

 C  =  Pipa berlubang buat


udara

 D  =  Inlet air baku

E  =  Bak air

Anda mungkin juga menyukai