Anda di halaman 1dari 2

Aturan pembangunan Tower BTS

Secara umum, ada beberapa perizinan yang disyaratkan oleh pemerintah daerah untuk pendirian
menara telekomunikasi, yaitu ;

a. Izin Prinsip (Bupati / Wali Kota)


b. Izin Peruntukan Lahan dari BPN
c. Rekomendasi Dinas Komunikasi dan Informatika
d. Tanda Daftar Perusahaan (TDP) dan Surat Izin Tempat Usaha (SITU)
e. Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP)
f. Rekomendasi KKOP dari Otoritas Bandara/Dan Lanud (Kawasan Khusus)
g. Izin Gangguan Tempat Usaha (HO)
h. Rekomendasi Lingkungan Hidup atas UKL/UPL atau SPPL
i. Izin Mendirikan Bangunan (IMB)

Berikut pengaturan mengenai perizinan pembangunan Tower BT, sebagai berikut:

Pertama, Permenkominfo No. 2 Tahun 2008 tentang Pedoman Pembangunan dan Penggunaan
Menara Bersama Telekomunikasi Pasal 1 angka 10 berbunyi :
“Izin Mendirikan Menara adalah izin mendirikan bangunan sesuai dengan peraturan perundang-
undangan yang berlaku.”

Pada Pasal 3 ayat (2) berbunyi : “Pembangunan Menara harus memiliki Izin Mendirikan Menara dari
instansi yang berwenang sesuai ketentuan perundang-undangan yang berlaku”

Kemudian ayat (3) bebunyi : “Pemberian Izin Mendirikan Menara sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
wajib memperhatikan ketentuan tentang penataan ruang sesuai ketentuan perundang-undangan yang
berlaku”

Selanjutnya pada Pasal 8 :”Izin Mendirikan Menara di Kawasan tertentu harus memenuhi ketentuan
perundang-undangan yang berlaku”

Pasal 9 : “Kawasan tertentu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 merupakan kawasan yang sifat dan
peruntukannya memiliki karakteristik tertentu, antara lain:
a. kawasan bandar udara/pelabuhan;
b. kawasan pengawasan militer;
c. kawasan cagar budaya;
d. kawasan pariwisata; atau
e. kawasan hutan lindung

Kedua, Peraturan Bersama Menteri Dalam Negeri, Menteri Pekerjaan Umum, Menteri Komunikasi dan
Informatika dan Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal, Nomor : 18 Tahun 2009 ; 07/PRT/M/2009
; 19/PER/M.KOMINFO/03/2009 ; 3/P/2009 Tentang Pedoman Pembangunan dan Penggunaan Bersama
Menara Telekomunikasi.
Pada Pasal 4 ayat (1) berbunyi : “Pembangunan menara wajib memiliki Izin Mendirikan Bangunan
Menara dari Bupati/Wlikota, kecuali untuk Propinsi DKI Jakarta wajib memiliki Izin Mendirikan Bangunan
Menara dari Gubernur.”

Ayat (2) : “Pemberian Izin Mendirikan Bangunan Menara sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib
memperhatikan ketentuan perundang-undangan tentang penataan ruang”

Ayat (3) : “Pemberian Izin Mendirikan Bangunan Menara sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat
(2) dilaksanakan melalui pelayanan terpadu”

Lebih lanjut pada Pasal 11 ayat (2)  : “Persyaratan Administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf a, terdiri dari :
 huruf (g) “Persetujuan dari warga sekitar dalam radius sesuai dengan ketinggian menara ;”
 huruf (h) “Dalam hal menggunakan genset sebagai catu daya dipersyaratkan izin gangguan dan izin
genset”

Kemudian Pasal 13 ayat (1) :”Penyelenggara telekomunikasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat
(2) huruf a dapat menempatkan :
 huruf (a) : “Antena di atas bangunan gedung, dengan ketinggian sampai dengan 6 meter dari
permukaan atap bangunan gedung sepanjang tidak melampaui ketinggian maksimum selubung
bangunan yang diizinkan, dan konstruksi bangunan gedung mampu mendukung beban antena;
dan/atau”

 huruf (b) : “Antena yang melekat pada bangunan lainnya seperti papan reklame, tiang lampu
penerangan jalan dan sebagainya, sepanjang konstruksi bangunannya mampu mendukung antena.”

Ayat (2) : ”Penempatan antena sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a dan huruf b tidak
memerlukan izin”

Selanjutnya dipertegas dengan Pasal 15 ayat (3) :”Pemerintah kabupaten/kota dan pemerintah provinsi DKI
Jakarta serta aparatnya dilarang memungut restribusi dan atau pungutan lainnya di luar restribusi Izin
Mendirikan Bangunan Menara.”

Anda mungkin juga menyukai