“OKSIGENASI”
Disusun Oleh :
Riska Wati
(14201.10.18032)
PROFESI NERS
PAJARAKAN – PROBOLINGGO
2022-2023
LEMBAR PENGESAHAN LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN
KEPERAWATAN KEBUTUHAN DASAR MANUSIA OKSIGENASI
Hari :
Tanggal :
Mahasiswa
Riska Wati
Kepala Ruangan
Widyawati.,S.kep.,Ns
LAPORAN PENDAHULUAN
I. ANATOMI
III. DEFINISI
Oksigenasi merupakan proses penambahan O2 kedalam sistem
(kimia atai fisika). Oksigen berupa gas tidak berwarna atau tidak
berbau, yang mutlak dibutuhkan dalam proses metabolisme sel. Akibat
oksigenasi terbentuklah CO2, energi dan air. Walaupun begitu, akan
memberikan dampak yang cukup bermakna terhadap aktivitas sel.
(Susanto dan Fitriana 2017).
Tubuh manusia membutuhkan asupan oksigen yang konstan untuk
menyokong pernapasan. Sistem pernapasan atau respirasi membawa
oksigen melalui jalan napas paru ke alveoli, yang kemudian oksigen
akan mengalami difusi ke darah untuk ditransportasikan ke seluruh
tubuh. Proses ini sangat penting sehingga kesulitan dalam bernapas
dirasakan sebagai kondisi yang mengancam jiwa. (Robert G. Carroll,
210: unit, ed: 8)
Kebutuhan oksigen merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia
yang digunakan untuk kelangsungan metabolisme tubuh dalam
mempertahankan kelangsungan hidup dan berbagai aktivitas sel tubuh
dalam kehidupan sehari – hari.
IV. ETIOLOGI
Faktor – faktor yang mempengaruhi oksigenasi :
1. Posisi tubuh
Berdiri atau duduk tegak menyebabkan ekspansi (pelebaran) paru
paling besar. Diafragma dapat naik turun secara leluasa karena
organ abdominal tidak menekan/ mendorong diafragma.
Pernapasan lebih kuat saat berbaring karena isi abdomen
mendorong diafragma,
2. Status Kesehatan
Pada orang yang sehat, sistem pernapasan dapat menyediakan
kadar oksigen yang cukup untuk memenuhi kebutuhan tubuh.
Akan tetapi, pada kondisi sakit tertentu, proses oksigenasi tersebut
dapat terhamba sehingga dapat mengganggu pemenuhan kebutuhan
oksigen tubuh. Kondisi tersebut antara lain gangguan pada sistem
pernapasan dan kardiovaskular, penyakit kronis, penyakit obstruksi
pernapasan atas, dll.
3. Lingkungan
a. Ketinggian tempat
Tempat yang lebih tinggi mempunyai tekanan O2 lebih rendah,
sehingga darah arteri mempunyai tekanan O2 yang rendah.
Akibatnya orang dataran tinggi mempunyai pernapasan dan
denyut nadi yang meningkat.
b. Polusi udara
Polutan bercampur dengan O2 membahayakan paru – paru. CO
menghambat ikaran O2 dalam Hb. Polutan menyebabkan
peningkatan produksi mukus, bronkhitis dan asma.
c. Alergen
Alergen (pollen, debu, dan makanan) menyebabkan halan
napas sempit akibat oedema, produksi lendir meningkat, dan
bronkospasme. Hal ini menyebabkan kesulitan bernapas
sehingga meningkatkan kebutuhan oksigen.
d. Suhu
Panas menyebabkan dilatasi pembuluh darah perifer yang
mengakibatkan aliran darah kekulit dan meningkatkan
sejumlah panas yang hilang dari permukaan tubuh.
Vasodilatasi kapiler menurunkan resistensi atau hambatan
aliran darah. Respon jantung meningkatkan output untuk
mempertahankan tekanan darah. Peningkatan cardiac output
membutuhkan tambahan oksigen sehingga kedalaman napas
meningkat. Lingkungan dingin menyebabkan kapiler perifer
kontriksi, sehingga meningkatkan tekanan darah yang
menurunkan kerja jantung dan menurunkan kebutuhan oksigen.
4. Gaya dan kebiasaan
a. Merokok
Perokok lebih banyak mengalami emfisema, bronkhitis kronis,
Ca paru, Ca mulut dan penyakit kardiovaskuler dari pada yang
bukan perokok.
b. Obat – obatan dan alkohol
Barbiturat, narkotik, beberapa sedative, dan alkohol dosis
tinggi dapat menekan sistem syaraf pusat dan menyebabkan
penurunan pernapasan.
c. Nutrisi
Kalori dan protein diperlukan untuk kekuatan otot pernapasan
dan memelihara sistem imun. Cairan diperlukan untuk
mengencerkan dan mengeluarkan sekresi sehingga kepatenan
jalan napas terjaga.
d. Aktivitas
Aktivitas meningkatkan pernapasan dan kebutuhan oksigen
dalam tubuh.
e. Emosi
Takut, cemas dan marah menyebabkan impuls ke hipotalamus
otak yang menstimulasi pusat kardiak untuk membawa impuls
ke saraf simpatis dan parasimpatis kemusian mengirim ke
jantung. Kerja jantung meningkat dengan jalan meningkatkan
frekuensi nadi, sehingga pernapasan dan kebutuhan oksigen
meningkat untuk membantu kerja jantung.
V. MANIFESTASI KLINIS
a. Perubahan pola pernafasan
Udara di atmosfer
Bersihan jalan
PCO2 meningkat/menurun
nafas tidak efektif
PO2 menurun
b. Fisioterapi dada
Fisioterapi dada merupakan tindakan keperawatan yang dilakukan
dengan cara posturnal drainase, clapping, dan vibrating, pada
pasien dengan gangguan sistem pernapasan. Tindakan ini
dilakukan dengan tujuan meningkatkan efisiensi pola pernapasan
dan membersihkan jalan napas.
1. Perkusi
Perkusi dilakukan bergantian dengan tujuan melepaskan sekret
pada dinding bronkus sehingga pernapasan menjadi lancar.
2. Vibrasi
Merupakan tindakan keperawatan dengan cara memberikan
getaran yang kuat dengan menggunakan kedua tangan yang
diletakkan pada dada pasien secara mendatar, tindakan ini
bertujuan untuk meningkatkan turbelensi udara yang
dihembuskan sehingga sputum yang ada dalam bronkus
terlepas.
3. Posturnal drainase
Merupakan tindakan keperawatan untuk pengeluaran sekret
dari berbagai segmen paru dengan memanfaatkan gaya
gravitasi bumi dan dalam pengeluaran sekret tersebut
dibutuhkan posisi berbeda pada setiap segmen paru.
4. Napas dalam dan batuk efektif
Latihan napas dalam merupakan cara bernapas untuk
memperbaiki ventilasi alveolus atau memelihara pertukaran
gas, meningkatkan efisiensi batuk, dan mengurangi stres.
Latihan batuk efektif merupakan cara yang dilakukan untuk
melatih pasien untuk memiliki kemampuan batuk secara efektif
dengan tujuan membersihkan laring, trakea dan brongkiolus
dari sekret atau benda asing dijalan napas (Hidayat, 2009)
5. Penghisapan lendir
Penghisapan lendir (suction) merupakan tindakan keperawatan
yang dilakukan pada pasien yang tidak mampu mengeluarkan
sekret atau lendir sendiri. Tindakan ini memiliki tujuan
membersihkan jalan napas dan memenuhi kebutuhan oksigen
(Hidayat,2009)
X. KOMPLIKASI
Komplikasi yang mungkin terjadi dari gangguan pemenuhan
oksigen adalah :
1. Penurunan Kesadaran
Keadaan dimana penderita tidak sadar dalam arti tidak terjaga/
tidak terbangun secara utuh sehingga tidak mampu memberikan
respon normal.
2. Hipoksia
Kondisi kurangnya pasokan O2 di sel dan jaringan tubuh untuk
menjalankan fungsi normalnya. Hipoksia merupakan kondisi
berbahaya karena dapat mengganggu fungsi otak, hati, dan organ
lainnya dengan cepat.
3. Depresi napas
Dapat terjadi pada pasien yang menderita penyakit paru obstruktif
kronis (PPOK) dengan hipoksia dan hiperkarbia kronis. Pada
penderita penyakit paru obstruktif kronis (PPOK), kendali pusat
napas bukan oleh karena kondisi hiperkarbia seperti pada keadaan
normal, tetapi oleh kondisi hipoksia sehingga apabila kadar
oksigen (O2) dalam darah meningkat maka akan dapat
menimbulkan depresi napas. Pada penderita penyakit paru
obstruktif kronis (PPOK), terapi oksigen (O2) dianjurkan
dilakukan dengan sistem aliran rendah dan diberikan secara
intermiten.
4. Disorientasi
Disorientasi adalah ketika pasien tidak mampu mengenali kondisi
atau suasana yang ada (Nurjannah, 2014). Meliputi disorientasi
waktu, tempat, dan orang.
XI. ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian Keperawatan
A. Anamnesa
a. Biodata pasien (umur, jenis kelamin, pekerjaan, pendidikan)
Umur pasien bisa menunjukkan tahap perkembangan pasien baik secara
fisik maupun psikologis, jenis kelamin dan pekerjaan perlu dikaji untuk
mengetahui hubungan dan pengaruhnya terhadap terjadinya
masalah/penyakit, dan tingkat pendidikan dapat berpengaruh terhadap
pengetahuan klien tentang masalahnya'penyakitnya.
b. Keluhan utama dan riwayat keluhan utama (PQRST)
Keluhan utama adalah keluhan yang paling dirasakan mengganggu oleh
klien pada saat perawat mengkaji, dan pengkajian tentang riwayat
keluhan utama seharusnya mengandung unsur PQRST (Paliatif
Provokatif, Quality, Regio, Skala, dan Time)
c. Riwayat perkembangan
Rata – rata pernapasan/
Kelompok usia
menit
Bayi baru lahir 30 – 60
1-5 tahun 20 – 30
6-10 tahun 18 – 26
10 th – dewasa 12 – 20
Dewasa tua 16 - 25
Tabel pola pernafasan normal tergantung pada usia
d. Riwayat kesehatan keluarga
Dalam hal ini perlu dikaji apakah ada anggota keluarga yang
mengalami masalah / penyakit yang sama.
e. Riwayat sosial
Perlu dikaji kebiasaan-kebiasaan klien dan keluarganya, misalnya :
merokok, pekerjaan, rekreasi, keadan lingkungan, faktor-faktor alergen
dll.
f. Riwayat Keperawatan
Ada atau tidaknya riwayat gangguan pernapasan.
g. Pola batuk dan Produksi sputum
h. Sakit Dada
i. Pengkajian Fisik
B. Pemeriksaan fisik
a. Keadaan umum
Klien tampak sesak napas, lemas, pucat.
b. Tanda-tanda vital (TTV) pada orang gangguan respirasi
1. Tekanan darah biasanya hipertensi
2. Nadi biasanya takikardia/bradikardia
3. Suhu biasanya hipotermia/hipertermia
4. Respirasi rate biasanya takipneu/bradipnea
c. Pemeriksaan fisik head to toe
Pemeriksaan yang dilakukan dari kepala sampai kaki dengan
menggunakan 4 teknik yaitu inspeksi, palpasi, perkusi, dan auskultasi.
1. Mata
a. Lesi kuning pada kelopak mata (hiperlipidemia)
b. Konjungtiva pucat (anemia)
c. Konjungtiva sianosis (hipoksemia)
2. Mulut dan bibir
a. Bibir sianosis
b. Bernafas dengan mengerutkan mulut (dikaitkan dengan penyakit paru
kronik)
3. Hidung
a. Pernafasan cuping hidung
b. Membrane mukosa sianosis (penurunan oksigen)
4. Kulit
a. Sianosis perifer (vasokontriksi)
b. Sianosis secara umum (hipoksemia)
c. Penurunan turgor(dehidrasi)
5. Jari dan kuku
a. Sianosis perifer (kurangnya suplai O2 ke perifer)
b. Clubbing finger (hipoksemia kronik)
6. Dada dan thoraks
a. Inspeksi
Dada diinspeksi terutama mengenai postur, bentuk, dan kesimetrisan
ekspansi serta keadaan kulit. Inspeksi pada dada bisa dikerjakan pada
saat bergerak pada saat diam. Amati juga pergerakan pernapasan klien.
Sedangkan untuk mengamati adanya kelainan tulang punggung baik
kifosis, skoliosis, maupun lordosis. Untuk mengetahui frekuensi
(eupnea, bradipnea, dan takipnea), sifat (pernapasan dada, diafragma,
stoke, kussmaul, dan lain-lain). Pada pasien Tuberkulosis biasanya
terlihat tanda-tanda adanya infiltrate luas atau konsolidasi, pada
ekspansi pernapasan gerakan dada asimetris, dan biasanya bentuk
dinding dada funnel cest
b. Palpasi
Palpasi dilakukan untuk mengkaji kesimetrisan pergerakan dada,
mengobservasi abnormalitas, mengidentifikasi keadaan kulit, dan
mengetahui taktil fermitus. Kaji abnormalitas saat inspeksi seperti:
masa, lesi, dan bengkak. Kaji juga kelembutan kulit, terutama jika klien
mengeluh nyeri. Taktil fremitus (getaran pada dinding dada yang
dihasilkan ketika berbicara). Pada pasien Tuberkulosis ditemukan
fremitus mengeras.
c. Perkusi
Perawat melakukan perkusi untuk mengkaji resonansi pulmoner dan
organ yang ada di sekitarnya serta pengembangan (ekskursi) diafragma.
Biasanya pada pasien Tuberkulosis ditemukan suara hipersonor atau
timpani bila terdapat kavitas yang cukup.
d. Auskultasi
Auskultasi menggunakan diafragma stetoskop dan menekannya diatas
dinding dada. Suara napas tambahan yang sering terdengar pada
auskultasi antara lain:
1) Stridor : merupakan suara yang terdengar kontinyu, bernada tinggi dan
terjadi saat respirasi maupun ekspirasi. Bunyi ini dapat ditemukan pada
laring atau trakea karena adanya penyempitan pada saluran pernapasan
tersebut.
2) Ronchi : merupakan suara napas tambahan yang bersifat kontinyu,
bernada rendah yang terdengar pada saluran pernapasan besar seperti
trakea bagian bawah dan bronkus utama yang dapat terdengar saat
inspirasi maupun ekspirasi.
3) Wheezing : merupakan saura bernada tinggi dan bersifatmusical karena
adanya penyempitan saluran pernapasankecil pada bronkiolus berupa
sekresi berlebihan, konstriksi otot polos, edema mukosa, atau benda
asing.
4) Rales : merupakan bunyi yang diskontinyu (terputusputus) yang
ditimbulkan karena cairan di dalam napasdan kolaps saluran udara
bagian distal dan alveoli.
5) Pleura friction rub : merupakan bunyi gesekan antarapermukaan pleura
perietalis dan visceralis yang terjadikarena kedua permukaan pleura
yang kasar, biasanya karena eksudat fibrin. Bunyi ini terdengar saat
bernapasdalam.
7. Pola pernafasan
a. Pernafasan apneu yaitu berhenti nafas.
b. Pernafasan dispneu yaitu sesak nafas.
c. Pernafasan cepat/takipneu yaitu >20 kali/menit.
d. Pernafasan lambat/bradipneu <16 kali/menit.
C. Pola-pola kesehatan
1. Pola fungsi kesehatan persepsi
Bagaimana perilaku individu tersebut mengatasi masalah kesehatan,
adanya faktor resiko sehubungan dengan kesehatan yang berkaitan
dengan oksigen.
2. Pola metabolic nutrisi
Kebiasaan buruk seperti obesitas akan mempengaruhi oksigenasi karena
ekspansi paru menjadi pendek, klien yang kurang gizi mengalami
kelincahan otot pernafasan.
3. Pola eliminasi
Perubahan pola defikasi (darah warna, jumlah, frekuensi)
4. Aktivitas latihan
Adanya kelemahan atau keletihan aktivitas yang mempengaruhi
kebutuhan oksigenasi seseorang. Aktivitas berlebih dibutuhkan
oksigenasi yang banyak. Orang yang biasa olahraga memiliki
peningkatan aktivitas metabolisme tubuh dan kebutuhan oksigen.
5. Pola persepsi kognitif
Rasa kecup lidah berfungsi atau tidak, gambaran cederan pasien
terganggu atau tidak, penggunaan alat bantu dalam pengindraan pasien.
6. Pola konsep diri persepsi diri
Keadaan sosial yang mempengaruhi oksigenasi seseorang.
7. Pola hubungan dan peran
Kebiasaan berkumpul dengan orang-orang terdekat yang memiliki
kebiasaan merokok sehingga mengganggu oksigenasi seseorang.
8. Pola reproduksi seksual
Perilaku setelah terjadi gangguan oksigenasi dikaji.
9. Pola toleransi koping stress
Adanya stress yang mempengaruhi ke oksigenasi
10. Keyakinan dan nilai
Status ekonomi dan budaya yang mempengaruhi oksigenasi adanya
pantangan atau larangan minuman tertentu dalam agama pasien.
C. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang dapat dilakukan dengan memantau analisa gas
darah arteri dan pemeriksaan oksigenasi foto thoraks, dan EKG
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan utama yang bisa muncul pada pasien dengan
gangguan kebutuhan oksigen adalah: (SDKI, 2016)
a. Bersihan jalan napas tidak efektif b.d spasme jalan napas d.d batuk
tidak efektif atau tidak mampu batuk.
b. Gangguan pertukaran gas b.d ketidak seimbangan ventilasi perfusi d.d
PCO2 meningkat/menurun.
c. Pola napas tidak efektif b.d depresi pusat pernapasan d.d pola napas
abnormal
3. Intervensi Keperawatan
Beberapa intervensi utama yang dapat diambil berdasarkan
diagnosa keperawatan adalah : (SIKI, 2018)
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif b/d spasme jalan napas d.d batuk tidak
efektif tidak mampu batuk
Tujuan : bersihan jalan nafas efektif
Kriteria hasil (SLKI)
NO Kriteria Hasil SA ST
1. Batuk efektif 2 5
(cukup menurun) (meningkat)
2. Produksi sputum 2 5
(cukup meningkat (menurun)
3. Frekuensi nafas 2 5
(cukup memburuk) (membaik)
Intervensi (SIKI)
a. Latihan batuk efektif
b. Manajemen jalan nafas
c. Pemantauan respirasi
d. Pengaturan posisi
e. Edukasi pengukuran respirasi
2. Gangguan pertukaran gas b.d ketidak seimbangan ventilasi perfusi d.d
PCO2 meningkat/menurun.
Tujuan : tidak ada gangguan pertukaran gas
Kriteria hasil (SLKI)
NO Kriteria Hasil SA ST
1. Tingkat kesadaran 1 5
(menurun) (meningkat)
2. Dispnea 1 5
(meningkat) (menurun)
3. Bunyi napas 1 5
tambahan (meningkat) (menurun)
4. PCO2 1 5
(memburuk) (membaik)
Intervensi (SIKI)
a. Pemantauan respirasi
b. Terapi oksigen
3. Pola napas tidak efektif b.d depresi pusat pernapasan d.d pola napas
abnormal
Tujuan : pola nafas efektif
Kriteria hasil (SLKI)
NO Kriteria Hasil SA ST
1. Dispnea 2 5
(cukup meningkat) (menurun)
2. Penggunaan otot 2 5
Bantu pernapasan (cukup meningkat) (menurun)
3. Ortopnea 2 5
(cukup meningkat) (menurun)
4. Frekuensi napas 2 5
(cukup memburuk) (membaik)
Pearce, Evelyn C. (2011). Anatomi dan Fisiologi Untuk Paramedis alih bahasa
Karang :repository.poltekkes-tjk.ac.id.