Anda di halaman 1dari 28

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN

KEBUTUHAN DASAR MANUSIA

“OKSIGENASI”

Disusun Oleh :

Riska Wati

(14201.10.18032)

PROFESI NERS

STIKES HAFSHAWATY PESANTREN ZAINUL HASAN

PAJARAKAN – PROBOLINGGO

2022-2023
LEMBAR PENGESAHAN LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN
KEPERAWATAN KEBUTUHAN DASAR MANUSIA OKSIGENASI

Telah di sah kan pada

Hari :

Tanggal :

Bangil , Oktober 2022

Mahasiswa

Riska Wati

Pembimbing Klinik Pembimbing Akademik

Galeh Catur Y.,S.Kep.,Ns Rizka Yunita.,S.Kep.Ns.,M.Kep

Kepala Ruangan

Widyawati.,S.kep.,Ns
LAPORAN PENDAHULUAN

KEBUTUHAN DASAR MANUSIA “OKSIGENASI”

I. ANATOMI

Pernafasan merupakan proses ganda, yaitu terjadinya pertukaran


gas didalam jaringan (pernafasan dalam) dan di dalam paru – paru
(pernafasan luar). Udara ditarik kedalam paru – paru pada waktu
menarik nafas dan didorong keluar paru – paru pada waktu
mengeluarkan nafas.
Dengan bernafas setiap sel dalam tubuh menerima persediaan
oksigennya dan pada saat yang sama melepaskan produk oksidasinya.
Oksigen yang bersenyawa dengan carbon dan hidrogen dari jaringan
memungkinkan setiap sel melangsungkan sendiri proses
metabolismenya yag berarti pekerjaan selesai dan hasil buangan dalam
bentuk carbon dioksida (CO2) dan air (H2O) dihilangkan.
a. Nares Anterior
Lapisan nares anterior memuat sejumlah kelenjar sebaseus yang
ditutupi bulu kasar. Kelenjar – kelenjar itu bermuara ke dalam
rongga hidung.
b. Rongga hidung
Rongga hidung dilapisi selaput lendir yang sangat kaya akan
pembuluh darah, bersambung dengan lapisan faring dan selaput
lendir semua sinus yang mempunyai lubang masuk kedalam
rongga hidung. Tiga tulang kerang (konka) yang diseliputi
epitelium pernafasan, yang menjorok dari dinding lateral hidung
kedalam rongga, sangat memperbesar permukaan selaput lendir
tersebut. Udara disaring oleh bulu – bulu yang terdapat di dalam
vestibulum. Karena kontak dengan permukaan lendir yang
dilaluinya, udara menjadi hangat, dan karena penguapan air dari
permukaan selaput lendir, udara menjadi lembab.
c. Faring
Faring adalah pipa berotot yag berjalan dari dasar tenggorokan
sampai bersambungan dengan usofagus pada ketinggian tulang
rawan krikoid. Maka letaknya dibelakang hidung (naso faring),
dibelakang mulut (oro faring) dan dibelakang laring ( faring
laringeal). Nares posterior adalah muara rongga – rongga hidung
ke naso faring.
d. Laring
Laring dilapisi jenis selaput lendir yang sama dengan yang di
trakea, kecuali pita suara dan bagian epiglotis yang dilapisi sel
epitelium berlapis. Pita suara terletak disebelah dalam laring,
berjalan dari tulang rawan tiroid disebelah depan sampai dikedua
tulang rawan aritenoid. Suara dihasilkan karena getaran pita yang
disebabkan udara melalui glotis. Berbagai otot yang terkait pada
laring mengendalikan suara, dan juga menutup lubang atas laring
sewaktu menelan.
e. Trakea
Trakea ( batang tenggorokan) kira – kira 9 cm panjangnya. Trakea
berjalan dari laring sampai kira – kira ketinggian vetebra torakalis
ke – 5 dan ditempat ini bercabang menjadi dua brongkus (bronki).
Trakea tersusun atas 16 – 20 lingkaran tidak lengkap berupa cincin
tulang rawan yang diikat bersama oleh jaringan vibrosa yang
melengkapi lingkaran disebelah belakang trakea ; selain itu juga
memuat beberapa jaringan otot. Trakea dilapisi selaput lendir yang
terdiri atas epitelium bersilia dan sel cangkir. Silia ini bergerak
menuju ke atas kearah laring, maka dengan gerakan ini debu dan
butiran halus lainnya yang turit masuk bersama dengan pernafasan
dapat dikeluarkan.
f. Paru – paru
Terletak dalam rongga dada bagian atas. Paru – paru terdiri dari
dua bagian yaitu, paru – paru kanan dan paru – paru kiri. Paru –
paru kanan terdiri dari tiga gelambir ( lobus) dan paru – paru kiri
terdiri dari dua gelambir ( lobus) masing – masing dibungkus
cavum plura kanan dan kiri. Basis merupakan bagian inferior paru
yang berhubungan dnegan diaphragma. Lobus bagian paru yang
dipisahkan oleh fisura.
g. Bronkus
Terbentuk dari belahan dua trakea pada ketinggian kira – kira
vetebra torakalis ke 5 mempunyai struktur serupa dengan trakea
dan dilapisi oleh jenis sel yang sama. Bronkus – bronkus itu
berjalan kebawah dan kesamping kearah tampak paru – paru.
Bronkus kanan lebih pendek dan lebih lebar dari pada yang kiri ;
sedikit lebih tinggi dari arteri pulmonalis dan mengeluarkan cabang
yang disebut bronkus lobus atas; cabang kedua timbuk setelah
cabang utama lewat di bawah arteri, disebut bronkus lobus bawah.
Bronkus lobus tengah keluar dari bronnkus lobus bawah. Bronkus
kiri lebih panjang dan lebih langsing dari yang kanan, dan berjalan
dibawah arteri pulmonalis sebelum dibelah menjadi beberapa
cabang yang berjalan kelobut atas dan bawah.
h. Bronkiolus
Bronkiolus adalah saluran tipis dan kecil dengan dinding sangat
halus. Berbeda dari trachea maupun bronkus, bronkiolus tidak
memiliki silia atau tersusun dari tulang rawan. Jumlah bronkiolus
sendiri sesuai dengan jumlah gelambir yang ada di paru – paru.
Sebagai penyalur udara dari bronkus ke alveoli, mengontrol jumlah
udara yang didistribusikan melalui paru – paru.
i. Alveolus
Bagian terakhir dari perjalanan udara yaitu di alveoli. Disini terjadi
pertukaran oksigen dan karbon dioksida dari pembuluh darah
kapiler dengan udara. Terdapat sekitar 300 juta alveoli di kedua
paru dengan diameter masing – masing 0,2 mm. Dinding alveolus
sangat tipis dan elastis. Bagian ini dibuat oleh jaring yang
terbentuk dari selaput darah lembab dan dekat sengan kapiler atau
pembuluh darah.
j. Pleura
Setiap paru – paru dilapisi membran serosa rangkap dua, yaitu
pleura. Pleura viseralis erat melapisi paru – paru, masuk kedalam
fisura, dan dengan demikian memisahkan lobus satu dari yang lain.
Membran ini kemudian dilipat kembali disebelah tampuk paru –
paru dan membentuk pleura parietalis, dan melapisi bagian dalam
dinding dada.
Diantara kedua lapisan pleura itu terdapat sedikit eksudat untuk
meminyaki permukaannya dan menghindarkan gesekan antara paru
– paru dan dinding dada yang sewaktu bernafas bergerak, dalam
keadaan sehat kedua lapisan itu satu dengan yang lain erat
bersentuhan. Ruang atau rongga pleura itu hanyalah ruang yang
tidak nyata, tetapi dalam keadaan tidak normal udara atau cairan
memisahkan kedua pleura itu dan ruang diantaranya menjadi jelas.
i. Pembuluh darah dalam paru – paru
Arteri pulmonalis membawa darah yang sudah tidak mengandung
O2 dari ventrikel kanan jantung ke paru – paru, cabang –
cabangnya menyentuh saluran – saluran bronkial, bercabang dan
bercabang lagi sampai menjadi arteriol halus kemudian membelah
dan membentuk jaringan kapiler menyentuh dinding alveoli
(gelembung udara).
Kapiler paru bersatu dan bersatu lagi sampai menjadi pembuluh
darah yang lebih besar dan akhirnya dua vena pulmonalis
meninggalkan setiap paru – paru membawa darah berisi oksigen ke
atrium kiri jantung untuk didistribusikan keseluruh tubuh melalui
aorta.
II. FISIOLOGI

Bernafas adalah pergerakan udara dari atmosfir ke sel tubuh dan


pengeluaran CO2 dari sel tubuh. Proses pernafasan mencakup
ventilasi, difusi, transportasi dan perfusi.
1. Ventilasi
Ventilasi adalah proses masuk dan keluarnya udara diparu
sehingga pertukaran gas terjadi. Ventilasi mencakup kegiatan
bernafas atau inspirasi dan ekspirasi.
Selama inspirasi, diafragma dan otot intercostal eksternal
berkontraksi, sehingga memperbesar volume thorak dan
menurunkan tekanan intrathorak. Pelebaran dinding dada
mendorong paru ekspansi, menyebabkan tekanan jalan napas turun
di bawah tekanan atmosfir dan udara masuk paru.
Pada saat ekspirasi, diafragma dan otot intercostal relaksasi,
menyebabkan thorak kembali bergerak keatas ke ukuran lebih
kecil. Tekanan dada meningkat menuebabkan udara mengalir
keluar dari paru.
2. Difusi Gas
Difusi adalah proses dimana molekul (gas/partikel lain) bergerak
dari daerah yang bertekanan tingg ke daerah yang bertekanan
rendah. O2 dan CO2 berdifusi diantara alveoli dan darah.
Bernapas secara kontinu menambah supply oksigen paru, sehingga
tekanan partial O2 di alveoli relatif tinggi. Sebaliknya bernapas
mengeluarkan CO2 dari paru, sehingga tekanan partial CO2
dialveoli rendah. O2 berdifusi dari alveoli ke darah karena PO2
lebih tinggi di alveoli dari pada di darah kapiler. CO2 berdifusi dari
darah ke alveoli.
3. Transportasi dan Perfusi Gas
O2 ditransportasikan dari membrane kapiler alveoli paru ke darah
kemudian ke jaringan dan CO2 ditransportasikan dari jaringan ke
paru kembali. O2 mengakibatkan peningkatan kebutuhan O2.
Jumlah O2 yang disampaikan ke sel disebut perfusi gas.

Respirasi Eksternal : Merupakan seluruh proses yang mencakup


pergantian antara tubuh kita dengan udara bebas. Meliputi : Inhalasi
dan ekshalasi. Fungsinya : memenuhi respirasi dari sel. Disebut juga
pulmonari ventilation(Ventilasi pulmonar)

Respirasi Internal : Mencakup difusi gas antara cairan intersisiel


dengan sitoplasma dimana oksigen masuk kedalam sel dan
carbondioksida keluar dari sel. Pertukaran gas antara didalam sel
dengan diluar sel (Seluler Respiration)

III. DEFINISI
Oksigenasi merupakan proses penambahan O2 kedalam sistem
(kimia atai fisika). Oksigen berupa gas tidak berwarna atau tidak
berbau, yang mutlak dibutuhkan dalam proses metabolisme sel. Akibat
oksigenasi terbentuklah CO2, energi dan air. Walaupun begitu, akan
memberikan dampak yang cukup bermakna terhadap aktivitas sel.
(Susanto dan Fitriana 2017).
Tubuh manusia membutuhkan asupan oksigen yang konstan untuk
menyokong pernapasan. Sistem pernapasan atau respirasi membawa
oksigen melalui jalan napas paru ke alveoli, yang kemudian oksigen
akan mengalami difusi ke darah untuk ditransportasikan ke seluruh
tubuh. Proses ini sangat penting sehingga kesulitan dalam bernapas
dirasakan sebagai kondisi yang mengancam jiwa. (Robert G. Carroll,
210: unit, ed: 8)
Kebutuhan oksigen merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia
yang digunakan untuk kelangsungan metabolisme tubuh dalam
mempertahankan kelangsungan hidup dan berbagai aktivitas sel tubuh
dalam kehidupan sehari – hari.

IV. ETIOLOGI
Faktor – faktor yang mempengaruhi oksigenasi :
1. Posisi tubuh
Berdiri atau duduk tegak menyebabkan ekspansi (pelebaran) paru
paling besar. Diafragma dapat naik turun secara leluasa karena
organ abdominal tidak menekan/ mendorong diafragma.
Pernapasan lebih kuat saat berbaring karena isi abdomen
mendorong diafragma,
2. Status Kesehatan
Pada orang yang sehat, sistem pernapasan dapat menyediakan
kadar oksigen yang cukup untuk memenuhi kebutuhan tubuh.
Akan tetapi, pada kondisi sakit tertentu, proses oksigenasi tersebut
dapat terhamba sehingga dapat mengganggu pemenuhan kebutuhan
oksigen tubuh. Kondisi tersebut antara lain gangguan pada sistem
pernapasan dan kardiovaskular, penyakit kronis, penyakit obstruksi
pernapasan atas, dll.
3. Lingkungan
a. Ketinggian tempat
Tempat yang lebih tinggi mempunyai tekanan O2 lebih rendah,
sehingga darah arteri mempunyai tekanan O2 yang rendah.
Akibatnya orang dataran tinggi mempunyai pernapasan dan
denyut nadi yang meningkat.
b. Polusi udara
Polutan bercampur dengan O2 membahayakan paru – paru. CO
menghambat ikaran O2 dalam Hb. Polutan menyebabkan
peningkatan produksi mukus, bronkhitis dan asma.
c. Alergen
Alergen (pollen, debu, dan makanan) menyebabkan halan
napas sempit akibat oedema, produksi lendir meningkat, dan
bronkospasme. Hal ini menyebabkan kesulitan bernapas
sehingga meningkatkan kebutuhan oksigen.
d. Suhu
Panas menyebabkan dilatasi pembuluh darah perifer yang
mengakibatkan aliran darah kekulit dan meningkatkan
sejumlah panas yang hilang dari permukaan tubuh.
Vasodilatasi kapiler menurunkan resistensi atau hambatan
aliran darah. Respon jantung meningkatkan output untuk
mempertahankan tekanan darah. Peningkatan cardiac output
membutuhkan tambahan oksigen sehingga kedalaman napas
meningkat. Lingkungan dingin menyebabkan kapiler perifer
kontriksi, sehingga meningkatkan tekanan darah yang
menurunkan kerja jantung dan menurunkan kebutuhan oksigen.
4. Gaya dan kebiasaan
a. Merokok
Perokok lebih banyak mengalami emfisema, bronkhitis kronis,
Ca paru, Ca mulut dan penyakit kardiovaskuler dari pada yang
bukan perokok.
b. Obat – obatan dan alkohol
Barbiturat, narkotik, beberapa sedative, dan alkohol dosis
tinggi dapat menekan sistem syaraf pusat dan menyebabkan
penurunan pernapasan.
c. Nutrisi
Kalori dan protein diperlukan untuk kekuatan otot pernapasan
dan memelihara sistem imun. Cairan diperlukan untuk
mengencerkan dan mengeluarkan sekresi sehingga kepatenan
jalan napas terjaga.
d. Aktivitas
Aktivitas meningkatkan pernapasan dan kebutuhan oksigen
dalam tubuh.
e. Emosi
Takut, cemas dan marah menyebabkan impuls ke hipotalamus
otak yang menstimulasi pusat kardiak untuk membawa impuls
ke saraf simpatis dan parasimpatis kemusian mengirim ke
jantung. Kerja jantung meningkat dengan jalan meningkatkan
frekuensi nadi, sehingga pernapasan dan kebutuhan oksigen
meningkat untuk membantu kerja jantung.
V. MANIFESTASI KLINIS
a. Perubahan pola pernafasan

Kelompok usia Rata – rata pernapasan/ menit


Bayi baru lahir 30 – 60
1-5 tahun 20 – 30
6-10 tahun 18 – 26
10 th – dewasa 12 – 20
Dewasa tua 16 - 25
Tabel pola pernafasan normal tergantung pada usia
Perubahan pola napas dapat berupa hal – hal sebagai berikut :
1. Dyspnea adalah kesulitan bernafas contoh : klien dengan asma
2. Apnea adalah tidak bernapas atau henti napas
3. Takipnea adalah pernapasan lebih cepat dari normal
4. Bradipnea yaitu pernapasan lebih lambat dari normal
5. Kusmaul, yaitu pernapasan dengan ekspirasi dan inspirasi sama.
Misalnya pada pasien koma dengan penyakit DM dan uremia.
6. Cheyne stroke yaitu pernapasan cepar dan dalam kemudian
berangsur - angsur dangkal dalam diikuti periode apnea yang
berulang. Misalnya pada keracunan obat bius, penyakit jantung
dan penyakit ginjal
7. Biot yaitu pernapasan dalam dan dangkal disertai masa apnea
dengan periode yang tidak teratur. Misalnya. Pada meningitis.
b. Adanya bunyi nafas tambahan
1. Mengi ( wheezing)
Ditandai dengan bunyi bernada tinggi, akibat gerakan udara
berkecepatan tinggi melalui jalan napas yang sempit.
2. Pleura friction rub
Nada rendah, nyaring, superfisial menerus, seperti bunyi
potongan kertas pasir yang saling bergesekan, didengar saat
inspirasi dan ekspirasi
3. Ronchi
Bunyi pernapasan yang berderak kasar, biasanya disebabkan
oleh sekresi di saluran udara bronkial. Bunyinya menyerupai
mendengkur.
4. Stidor
Nada tinggi, bunyi seperti dengkuran yang monofonik,
terutama terdengar saat inspirasi, lebih keras dileher dari pada
di dinding dada.
c. Penggunaan otot bantu pernapasan
d. Keletihan (fatigue)
e. Adanya sianosis pada bibir dan kuku
f. Sulit berbicara
g. Batuk tidak efektif
VI. PATOFISIOLOGI
Ventilasi adalah proses masuk dan ke luarnya udara di paru
sehingga pertukaran gas terjadi. Ventilasi mencakup kegiatan bernafas
atau inspirasi dan ekspirasi. Difusi adalah proses dimana molekul
(gas/partikel lain) bergerak dari daerah yang bertekanan tinggi ke
daerah yang bertekanan rendah. Oksigen dan karbon dioksida berdifusi
diantara alveoli dan darah. Oksigen ditransportasikan dari membrane
kapiler alveoli paru ke darah kemudian ke jaringan dan karbondioksida
ditransportasikan dari jaringan ke paru kembali. Oksigen diangkut
dalam darah melalui hemoglobin. Metabolisme meningkat maka akan
mengakibatkan peningkatan kebutuhan oksigen. Jumlah oksigen yang
disampaikan ke sel disebut perfusi gas.
Proses pertukaran gas dipengaruhi oleh ventilasi, difusi dan
transportasi. Proses ventilasi (proses penghantaran jumlah O2 yang
masuk dan keluar dari dan ke paru), apabila pada proses ini terdapat
obstruksi maka O2 tidak dapat tersalur dengan baik dan sumbatan
tersebut akan direspon jalan napas sebagai benda asing yang
menimbulkan pengeluaran mukus. Proses difusi (penyaluran O2 dari
alveoli ke jaringan) yang terganggu akan menyebabkan ketidak
efektifan pertukaran gas. Selain kerusakan pada proses ventilasi,
difusi, maka kerusakan pada transportasi seperti perubahan volume
sekuncup, afterload, preload, dan kontraktilitas miocard juga dapat
mempengaruhi pertukaran gas (brunner & suddrarth,2002).
VII. PHATWAY

Udara di atmosfer

Posisi tubuh status fungsi kes lingkungan gaya/kebiasan

(berbaring) (gg.sist cardiovasculer (ketinggian tempat (merokok,alkohol)

Obstruksi pernapasan) alergi) obat-obatan)

Fungsi pernapasan terganggu

Obstruksi Depresi pst pernapasan

Benda asing, Gg. Penerimaan O2 dan ventilasi adekuat

Sekresi mukus Meningkat Pengeluaran CO2

Pola napas abnormal

Batuk tidak efektif ketidak seimbangan


Pola nafas tidak
Mengi, wheezing. Ventilasi – perfusi efektif

Bersihan jalan
PCO2 meningkat/menurun
nafas tidak efektif
PO2 menurun

Gangguan pertukaran gas


VIII. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
pemeriksaan diagnostik dilakukan untuk mengukur keadekuatan
ventilasi dan oksigenasi :
1. Pemeriksaan fungsi paru dengan spirometer.
Klien bernapas melalui masker yang dihubungkan dengan
spirometer. Pengukuran yang dilakkukan mencakup volume tidal,
volume residual, kapasitas residual fungsional, kapasitas vital,
kapasitas paru total.
2. Pemeriksaan gas darah arteri
Pengukuran gas darah untuk menentukan konsentrasi hodrogen,
tekanan parsial oksigen (PaO2) dan karbon dioksida (PaCO2), dan
saturasi oksihemoglobin, pH, HCO3-
3. Oksimetri
Digunakan untuk mengukur saturasi oksigen kapiler (SaO2), yaitu
presentase hemoglobin yang disaturasi oksigen.
4. Pemeriksaan sinar – x dada
Untuk mengobservasi lapang paru untuk mendeteksi adanya cairan
(pneumonia), massa (kanker paru), fraktur (klavikula dan contae),
proses abnormal (TBC).
5. Bronkoskopi
Dilkakukan untuk memperoleh sampel biopsi dan cairan atau
sampel sputum dan untuk mengangkat plek lendir atau benda asing
yang menghambat jalan napas.
6. CT- Scan
Dilakukan untuk mengidentifikasi massa abnormal melalui ukuran
dan lokasi, tetapi tidak dapat mengidentifikasi tipe jaringan.
7. Kultur tenggorok
Diambil untuk menentukan adanya mikrorganisme patogenik, dan
sensitivitas terhadap antibiotik.
8. Spesimen sputum
Spesimen sputum diambil untuk mengidentifikasi tipe organisme
yang berkembang dalam sputum, resistensi, dan sensitivitas
terhadap obat.
9. Skin tes
Pemeriksaan kulit untuk menentukan adanya bakteri, jamur,
penyakit paru viral, dan TB.
10.Torasentesis
Merupakan perforasi bedah dinding dada dan ruang pleura dengan
jarum untuk mengaspirasi cairan untuk tujuan diagnostik atau
tujuan terapeutik atau untuk mengangkat spesimen untuk biopsi.
IX. PENATALAKSANAAN
Kebutuhan oksigen dapat dipenuhi dengan menggunakan beberapa
metode, diantaranya adalah : (Abdullah, 2014)
a. Inhalasi oksigen
Pemberian oksigen merupakan tindakan keperawatan dengan cara
memberikan oksigen kedalam paru – paru melalui saluran
pernapasan dengan menggunakan alat bantu oksigen.
1. Nasal kanula/ binasal kanula

Merupakan alat yang sederhana dapat memberikan oksigen


dengan aliran 1 -6 l/menit dan konsentrasi oksigen sebesar 20 –
40%.
2. Sungkup muka sederhana

Diberikan secara selang – seling atau dengan aliran 5 – 10


l/menit dengan konsentrasi oksigen 40 -60%.
3. Sungkup muka dengan kantong rebreathing

Memiliki kantong yang terus menerus mengembang baik saat


inspirasi san ekspirasi. Aliran oksigen 8 – 10l/menit, dengan
konsentrasi 60 – 80%.
4. Sungkup muka dengan kantong non rebreathing.
Sungkup muka yang mempunyai dua katup, satu katup
terbuka pada saat inspirasi dan tertutup pada saat ekspirasi dan satu
katub yang fungsinya mencegah udara masuk pada saat inspirasi
dan akan membuka pada saat ekspirasi. Aliran oksigen 10 – 12
l/menit dengan konsentrasi 80 – 100%.

b. Fisioterapi dada
Fisioterapi dada merupakan tindakan keperawatan yang dilakukan
dengan cara posturnal drainase, clapping, dan vibrating, pada
pasien dengan gangguan sistem pernapasan. Tindakan ini
dilakukan dengan tujuan meningkatkan efisiensi pola pernapasan
dan membersihkan jalan napas.
1. Perkusi
Perkusi dilakukan bergantian dengan tujuan melepaskan sekret
pada dinding bronkus sehingga pernapasan menjadi lancar.
2. Vibrasi
Merupakan tindakan keperawatan dengan cara memberikan
getaran yang kuat dengan menggunakan kedua tangan yang
diletakkan pada dada pasien secara mendatar, tindakan ini
bertujuan untuk meningkatkan turbelensi udara yang
dihembuskan sehingga sputum yang ada dalam bronkus
terlepas.
3. Posturnal drainase
Merupakan tindakan keperawatan untuk pengeluaran sekret
dari berbagai segmen paru dengan memanfaatkan gaya
gravitasi bumi dan dalam pengeluaran sekret tersebut
dibutuhkan posisi berbeda pada setiap segmen paru.
4. Napas dalam dan batuk efektif
Latihan napas dalam merupakan cara bernapas untuk
memperbaiki ventilasi alveolus atau memelihara pertukaran
gas, meningkatkan efisiensi batuk, dan mengurangi stres.
Latihan batuk efektif merupakan cara yang dilakukan untuk
melatih pasien untuk memiliki kemampuan batuk secara efektif
dengan tujuan membersihkan laring, trakea dan brongkiolus
dari sekret atau benda asing dijalan napas (Hidayat, 2009)
5. Penghisapan lendir
Penghisapan lendir (suction) merupakan tindakan keperawatan
yang dilakukan pada pasien yang tidak mampu mengeluarkan
sekret atau lendir sendiri. Tindakan ini memiliki tujuan
membersihkan jalan napas dan memenuhi kebutuhan oksigen
(Hidayat,2009)
X. KOMPLIKASI
Komplikasi yang mungkin terjadi dari gangguan pemenuhan
oksigen adalah :
1. Penurunan Kesadaran
Keadaan dimana penderita tidak sadar dalam arti tidak terjaga/
tidak terbangun secara utuh sehingga tidak mampu memberikan
respon normal.
2. Hipoksia
Kondisi kurangnya pasokan O2 di sel dan jaringan tubuh untuk
menjalankan fungsi normalnya. Hipoksia merupakan kondisi
berbahaya karena dapat mengganggu fungsi otak, hati, dan organ
lainnya dengan cepat.
3. Depresi napas
Dapat terjadi pada pasien yang menderita penyakit paru obstruktif
kronis (PPOK) dengan hipoksia dan hiperkarbia kronis. Pada
penderita penyakit paru obstruktif kronis (PPOK), kendali pusat
napas bukan oleh karena kondisi hiperkarbia seperti pada keadaan
normal, tetapi oleh kondisi hipoksia sehingga apabila kadar
oksigen (O2) dalam darah meningkat maka akan dapat
menimbulkan depresi napas. Pada penderita penyakit paru
obstruktif kronis (PPOK), terapi oksigen (O2) dianjurkan
dilakukan dengan sistem aliran rendah dan diberikan secara
intermiten.
4. Disorientasi
Disorientasi adalah ketika pasien tidak mampu mengenali kondisi
atau suasana yang ada (Nurjannah, 2014). Meliputi disorientasi
waktu, tempat, dan orang.
XI. ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian Keperawatan
A. Anamnesa
a. Biodata pasien (umur, jenis kelamin, pekerjaan, pendidikan)
Umur pasien bisa menunjukkan tahap perkembangan pasien baik secara
fisik maupun psikologis, jenis kelamin dan pekerjaan perlu dikaji untuk
mengetahui hubungan dan pengaruhnya terhadap terjadinya
masalah/penyakit, dan tingkat pendidikan dapat berpengaruh terhadap
pengetahuan klien tentang masalahnya'penyakitnya.
b. Keluhan utama dan riwayat keluhan utama (PQRST)
Keluhan utama adalah keluhan yang paling dirasakan mengganggu oleh
klien pada saat perawat mengkaji, dan pengkajian tentang riwayat
keluhan utama seharusnya mengandung unsur PQRST (Paliatif
Provokatif, Quality, Regio, Skala, dan Time)
c. Riwayat perkembangan
Rata – rata pernapasan/
Kelompok usia
menit
Bayi baru lahir 30 – 60
1-5 tahun 20 – 30
6-10 tahun 18 – 26
10 th – dewasa 12 – 20
Dewasa tua 16 - 25
Tabel pola pernafasan normal tergantung pada usia
d. Riwayat kesehatan keluarga
Dalam hal ini perlu dikaji apakah ada anggota keluarga yang
mengalami masalah / penyakit yang sama.
e. Riwayat sosial
Perlu dikaji kebiasaan-kebiasaan klien dan keluarganya, misalnya :
merokok, pekerjaan, rekreasi, keadan lingkungan, faktor-faktor alergen
dll.
f. Riwayat Keperawatan
Ada atau tidaknya riwayat gangguan pernapasan.
g. Pola batuk dan Produksi sputum
h. Sakit Dada
i. Pengkajian Fisik
B. Pemeriksaan fisik
a. Keadaan umum
Klien tampak sesak napas, lemas, pucat.
b. Tanda-tanda vital (TTV) pada orang gangguan respirasi
1. Tekanan darah biasanya hipertensi
2. Nadi biasanya takikardia/bradikardia
3. Suhu biasanya hipotermia/hipertermia
4. Respirasi rate biasanya takipneu/bradipnea
c. Pemeriksaan fisik head to toe
Pemeriksaan yang dilakukan dari kepala sampai kaki dengan
menggunakan 4 teknik yaitu inspeksi, palpasi, perkusi, dan auskultasi.
1. Mata
a. Lesi kuning pada kelopak mata (hiperlipidemia)
b. Konjungtiva pucat (anemia)
c. Konjungtiva sianosis (hipoksemia)
2. Mulut dan bibir
a. Bibir sianosis
b. Bernafas dengan mengerutkan mulut (dikaitkan dengan penyakit paru
kronik)
3. Hidung
a. Pernafasan cuping hidung
b. Membrane mukosa sianosis (penurunan oksigen)
4. Kulit
a. Sianosis perifer (vasokontriksi)
b. Sianosis secara umum (hipoksemia)
c. Penurunan turgor(dehidrasi)
5. Jari dan kuku
a. Sianosis perifer (kurangnya suplai O2 ke perifer)
b. Clubbing finger (hipoksemia kronik)
6. Dada dan thoraks
a. Inspeksi
Dada diinspeksi terutama mengenai postur, bentuk, dan kesimetrisan
ekspansi serta keadaan kulit. Inspeksi pada dada bisa dikerjakan pada
saat bergerak pada saat diam. Amati juga pergerakan pernapasan klien.
Sedangkan untuk mengamati adanya kelainan tulang punggung baik
kifosis, skoliosis, maupun lordosis. Untuk mengetahui frekuensi
(eupnea, bradipnea, dan takipnea), sifat (pernapasan dada, diafragma,
stoke, kussmaul, dan lain-lain). Pada pasien Tuberkulosis biasanya
terlihat tanda-tanda adanya infiltrate luas atau konsolidasi, pada
ekspansi pernapasan gerakan dada asimetris, dan biasanya bentuk
dinding dada funnel cest
b. Palpasi
Palpasi dilakukan untuk mengkaji kesimetrisan pergerakan dada,
mengobservasi abnormalitas, mengidentifikasi keadaan kulit, dan
mengetahui taktil fermitus. Kaji abnormalitas saat inspeksi seperti:
masa, lesi, dan bengkak. Kaji juga kelembutan kulit, terutama jika klien
mengeluh nyeri. Taktil fremitus (getaran pada dinding dada yang
dihasilkan ketika berbicara). Pada pasien Tuberkulosis ditemukan
fremitus mengeras.
c. Perkusi
Perawat melakukan perkusi untuk mengkaji resonansi pulmoner dan
organ yang ada di sekitarnya serta pengembangan (ekskursi) diafragma.
Biasanya pada pasien Tuberkulosis ditemukan suara hipersonor atau
timpani bila terdapat kavitas yang cukup.
d. Auskultasi
Auskultasi menggunakan diafragma stetoskop dan menekannya diatas
dinding dada. Suara napas tambahan yang sering terdengar pada
auskultasi antara lain:
1) Stridor : merupakan suara yang terdengar kontinyu, bernada tinggi dan
terjadi saat respirasi maupun ekspirasi. Bunyi ini dapat ditemukan pada
laring atau trakea karena adanya penyempitan pada saluran pernapasan
tersebut.
2) Ronchi : merupakan suara napas tambahan yang bersifat kontinyu,
bernada rendah yang terdengar pada saluran pernapasan besar seperti
trakea bagian bawah dan bronkus utama yang dapat terdengar saat
inspirasi maupun ekspirasi.
3) Wheezing : merupakan saura bernada tinggi dan bersifatmusical karena
adanya penyempitan saluran pernapasankecil pada bronkiolus berupa
sekresi berlebihan, konstriksi otot polos, edema mukosa, atau benda
asing.
4) Rales : merupakan bunyi yang diskontinyu (terputusputus) yang
ditimbulkan karena cairan di dalam napasdan kolaps saluran udara
bagian distal dan alveoli.
5) Pleura friction rub : merupakan bunyi gesekan antarapermukaan pleura
perietalis dan visceralis yang terjadikarena kedua permukaan pleura
yang kasar, biasanya karena eksudat fibrin. Bunyi ini terdengar saat
bernapasdalam.
7. Pola pernafasan
a. Pernafasan apneu yaitu berhenti nafas.
b. Pernafasan dispneu yaitu sesak nafas.
c. Pernafasan cepat/takipneu yaitu >20 kali/menit.
d. Pernafasan lambat/bradipneu <16 kali/menit.
C. Pola-pola kesehatan
1. Pola fungsi kesehatan persepsi
Bagaimana perilaku individu tersebut mengatasi masalah kesehatan,
adanya faktor resiko sehubungan dengan kesehatan yang berkaitan
dengan oksigen.
2. Pola metabolic nutrisi
Kebiasaan buruk seperti obesitas akan mempengaruhi oksigenasi karena
ekspansi paru menjadi pendek, klien yang kurang gizi mengalami
kelincahan otot pernafasan.
3. Pola eliminasi
Perubahan pola defikasi (darah warna, jumlah, frekuensi)
4. Aktivitas latihan
Adanya kelemahan atau keletihan aktivitas yang mempengaruhi
kebutuhan oksigenasi seseorang. Aktivitas berlebih dibutuhkan
oksigenasi yang banyak. Orang yang biasa olahraga memiliki
peningkatan aktivitas metabolisme tubuh dan kebutuhan oksigen.
5. Pola persepsi kognitif
Rasa kecup lidah berfungsi atau tidak, gambaran cederan pasien
terganggu atau tidak, penggunaan alat bantu dalam pengindraan pasien.
6. Pola konsep diri persepsi diri
Keadaan sosial yang mempengaruhi oksigenasi seseorang.
7. Pola hubungan dan peran
Kebiasaan berkumpul dengan orang-orang terdekat yang memiliki
kebiasaan merokok sehingga mengganggu oksigenasi seseorang.
8. Pola reproduksi seksual
Perilaku setelah terjadi gangguan oksigenasi dikaji.
9. Pola toleransi koping stress
Adanya stress yang mempengaruhi ke oksigenasi
10. Keyakinan dan nilai
Status ekonomi dan budaya yang mempengaruhi oksigenasi adanya
pantangan atau larangan minuman tertentu dalam agama pasien.
C. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang dapat dilakukan dengan memantau analisa gas
darah arteri dan pemeriksaan oksigenasi foto thoraks, dan EKG
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan utama yang bisa muncul pada pasien dengan
gangguan kebutuhan oksigen adalah: (SDKI, 2016)
a. Bersihan jalan napas tidak efektif b.d spasme jalan napas d.d batuk
tidak efektif atau tidak mampu batuk.
b. Gangguan pertukaran gas b.d ketidak seimbangan ventilasi perfusi d.d
PCO2 meningkat/menurun.
c. Pola napas tidak efektif b.d depresi pusat pernapasan d.d pola napas
abnormal
3. Intervensi Keperawatan
Beberapa intervensi utama yang dapat diambil berdasarkan
diagnosa keperawatan adalah : (SIKI, 2018)
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif b/d spasme jalan napas d.d batuk tidak
efektif tidak mampu batuk
Tujuan : bersihan jalan nafas efektif
 Kriteria hasil (SLKI)

NO Kriteria Hasil SA ST

1. Batuk efektif 2 5
(cukup menurun) (meningkat)
2. Produksi sputum 2 5
(cukup meningkat (menurun)
3. Frekuensi nafas 2 5
(cukup memburuk) (membaik)
 Intervensi (SIKI)
a. Latihan batuk efektif
b. Manajemen jalan nafas
c. Pemantauan respirasi
d. Pengaturan posisi
e. Edukasi pengukuran respirasi
2. Gangguan pertukaran gas b.d ketidak seimbangan ventilasi perfusi d.d
PCO2 meningkat/menurun.
Tujuan : tidak ada gangguan pertukaran gas
 Kriteria hasil (SLKI)

NO Kriteria Hasil SA ST

1. Tingkat kesadaran 1 5
(menurun) (meningkat)
2. Dispnea 1 5
(meningkat) (menurun)
3. Bunyi napas 1 5
tambahan (meningkat) (menurun)
4. PCO2 1 5
(memburuk) (membaik)

 Intervensi (SIKI)
a. Pemantauan respirasi
b. Terapi oksigen
3. Pola napas tidak efektif b.d depresi pusat pernapasan d.d pola napas
abnormal
Tujuan : pola nafas efektif
 Kriteria hasil (SLKI)

NO Kriteria Hasil SA ST

1. Dispnea 2 5
(cukup meningkat) (menurun)
2. Penggunaan otot 2 5
Bantu pernapasan (cukup meningkat) (menurun)
3. Ortopnea 2 5
(cukup meningkat) (menurun)
4. Frekuensi napas 2 5
(cukup memburuk) (membaik)

a. Manajemen jalan napas


b. Pemantauan respirasi
c. Edukasi pengukuran respirasi
4. Implementasi Keperawatan
Melaksanakan intervensi keperawatan yang sudah direncanakan
sebelumnya sesuai dengan standart keperawatan.
5. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi jalan napas efektif, , pertukaran gas efektif, dan pola napas
efektif
DAFTAR PUSTAKA

Pearce, Evelyn C. (2011). Anatomi dan Fisiologi Untuk Paramedis alih bahasa

Sri Yuliani Handoyo cetakan ke 35. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama.

Masnuni Safitri. (2020). Asuhan Keperawatan Gangguan Kebutuhan

Oksigenasi dengan Masalah Pola Napas Tidak Efektif. Poltekes Tanjung

Karang :repository.poltekkes-tjk.ac.id.

Tiea Tamtam. (2015). Laboratorium pemeriksaan dan penunjang sistem

pernapasan Surabaya :Universitas Airlangga hal.3-11 academia.edu

Eki .(2017). Asuhan keperawatan gangguan pemenuhan oksigen pada pasien

CHF. Karya Tulis Ilmiah. Padang: Poltekes kemenkes padang

PPNI.(2016). Standart Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI): Definisi dan

Indikator Diagnostik, Edisi 1. Jakarta : DPP PPNI.

PPNI.(2018). Standart Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI): Definisi dan

Tindakan Keperawatan, Edisi 1. Jakarta : DPP PPNI.

Anda mungkin juga menyukai