Anda di halaman 1dari 3

Akhlak menurut agama Kristen

Pendahuluan

Agama Nasrani atau Kristen pertama kali muncul setelah kematian nabi Isa A.S, dan
Nasrani itu adalah nama atau julukan orang-orang yang mengikuti ajaran nabi Isa A.S, nabi Isa
A.S pun tidak membawa ajaran yang baru tapi membawa ajaran-ajaran dari nabi sebelumnya,
yaitu ajaran tauhid yang menyerukan untuk meng-esakan Allah S.W.T.
Sebagaimana semestinya agama, setiap agama pasti mengajarkan nilai-nilai kebajikan
didalam setiap ajarannya, meskipun dengan berbagai macam konsep atau penerapan yang
berbeda. Didalam bible pun telah dituliskan bagaimana nilai-nilai kebajikan itu dapat dijalankan
dan dijaga nilai-nilainya.
Nilai-nilai kebajikan dapat diterapkan oleh orang yang melakukan kebaikan-kebaikan itu,
bukan hanya sebatas berbuatan tapi juga dari perkatanya dan pikirannya. Yaitu orang yang
beradab, beretika atau berakhlak. Ini adalah sikap atau perbuatan yang dilakukan oleh seseorang,
yang menjadi ukuran penilaian baik-buruknya adab, etika atau akhlaknya.
Untuk melakukan kebaikan ini pun telah tertera didalam bible, yaitu 10 perintah tuhan.
1. “Jangan ada padamu Allah lain di hadapan-Ku” (Keluaran 20:3).
2. “Jangan membuat bagimu patung“ (Keluaran 20:4).
3. “Jangan menyebut nama Tuhan, Allahmu, dengan sembarangan” (Keluaran 20:7).
4. “Ingatlah dan kuduskanlah hari Sabat” (Keluaran 20:8).
5. “Hormatilah ayahmu dan ibumu” (Keluaran 20:12).
6. “Jangan membunuh” (Keluaran 20:13).
7. “Jangan berzina” (Keluaran 20:14).
8. “Jangan mencuri” (Keluaran 20:15).
9. “Jangan mengucapkan saksi dusta tentang sesamamu” (Keluaran 20:16).
10. “Jangan mengingini rumah sesamamu” (Keluaran 20:17).
Dari ayat-ayat diatas menjelaskan bahwa setiap personal umat manusia memiliki dua
hubungan dalam bersikap dan berbuat, yaitu antara manusia dengan tuhannya dan manusia
dengan menusia.
Perilaku kita sebagai agama Kristen terhadap sesama Di Dunia banyak sekali bermacam-
macam agama di dunia ini. Banyak juga yang saling beragrumen antar saling agama dan saling
tidak menghargai satu sama lain.Sikap yang di pelajari bukan hanya tentang sikap kita yang beda
seiman tetapi juga di lihat bagaimana sikap kita terhadap saudara seiman. Tuhan selalu
mengajarkan kita tentang saling mengasihi terhadap sesama seperti yang Di hari-hari terakhir
pelayanan fana-Nya, Yesus memberikan kepada para murid-Nya apa yang Dia sebut “perintah
baru” (Yohanes 13:34). Diulangi tiga kali, perintah itu sederhana namun sulit: “Saling
mengasihi, seperti Aku telah mengasihi kamu” (Yohanes 15:12; lihat juga ayat 17). Ajaran untuk
saling mengasihi telah menjadi ajaran sentral dari pelayanan Juruselamat. Perintah besar kedua
adalah “Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri” (Matius 22:39). Yesus bahkan
mengajarkan, “Kasihilah musuhmu” (Matius 5:44). Tetapi perintah untuk mengasihi orang lain
sebagaimana Dia telah mengasihi kawanan domba-Nya adalah bagi para murid-Nya. Mengasihi
sesama sudah di ajarkan di dalam Alkitab agar kita saling menghargai dan saling hidup damai
satu sama lain.Di dalam Alkitab bukan hanya di ajarkan untuk mengasihi sesama yang beda
seiman, tetapi seiman pun kita harus saling mengasihi satu sama lain.
Seperti dalam Alkitab Matius 7:1-12  Sikap terhadap Saudara Seiman (ayat 1-5,12) a.
Jangan menghakimi (1-5) Yesus secara khusus mengangkat hal ini karena sikap ini sering kali
kita lakukan dan sering kali pula kita tidak sadar bahwa kita sudah melakukannya. Seringkali
kita lebih melihat kesalahan atau kekurangan saudara kita yang cuma sedikit namun tidak
menyadari kesalahan/kekurangan kita yang banyak. Pelarangan Yesus untuk menghakimi tidak
berarti menutup mata terhadap kesalahan dan kekurangan saudara-saudara kita. Yesus tidak
sedang bermaksud menghilangkan sikap kritis kita untuk menyatakan kesalahan orang lain.
Pelarangan ini jangan membuat kita menjadi takut untuk menyatakan kesalahan atau
memberikan kritikan kepada orang lain jika memang itu perlu untuk dilakukan. Sebaliknya, arti
menghakimi adalah: Berusaha mencari-cari kesalahan orang lain untuk menjatuhkannya.
Memberikan cap atau label atau julukan pada seseorang padahal orang itu tidaklah seperti itu.
Mungkin memang orang itu pernah melakukan suatu kesalahan, namun tidak menjadi
kebiasaannya. Menyalahkan atau menuduh seseorang sebelum tahu persoalan yang sebenarnya,
lalu memberi hukuman terhadap orang tersebut. Menganggap diri selalu benar sedangkan orang
lain selalu salah. Sikap-sikap seperti itulah yang dikatakan oleh Yesus sebagai sikap
menghakimi.
Perlakukan orang lain seperti kita mau diperlakukan (ayat 12) Pada ayat 1-5, Yesus
melarang kita untuk menghakimi dengan mencari-cari kesalahan, menuduh, memberi cap pada
orang lain karena kita tidak lebih baik dari orang lain. Kita masih manusia yang masih bisa
bersalah karena itu Yesus menasihatkan supaya kita menghargai dan menjaga perasaan sesama
kita. Kita tentu mau diperlakukan dengan baik, maka kita harus lebih dahulu bersikap baik dan
memperlakukan orang lain dengan baik. Jika kita mau dihargai, kita harus menghargai orang
lain. Jika kita mau orang tersenyum kepada kita, tersenyumlah lebih dulu. Jika kita tidak mau
dibenci, janganlah membenci orang lain. Yesus mengatakan bahwa ayat ini merupakan inti dari
hukum Taurat. Jika kita sudah melakukan dan mempraktekkannya maka kita sudah melakukan
hukum Taurat. Jadi marilah kita memperlakukan saudara-saudara kira sebagaimana kita mau
diperlakukan.

Anda mungkin juga menyukai