TESIS
OLEH
BERLIN ANGGIAT TAMPUBOLON
127016005/TS
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2014
ANALISIS PERBANDINGAN DAYA DUKUNG DAN
PENURUNAN PONDASI BORED PILE DIAMETER 600 MM
DENGAN METODE EMPIRIS, UJI BEBAN STATIS DAN
ELEMEN HINGGA PADA PROYEK MEDAN FOCAL POINT
TESIS
OLEH
BERLIN ANGGIAT TAMPUBOLON
127016005/TS
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2014
Judul Tesis : ANALISIS PERHITUNGAN DAYA DUKUNG DAN
PENURUNAN PONDASI BORED PILE DIAMETER
600 MILI METER DENGAN METODE EMPIRIS, UJI
BEBAN STATIS DAN ELEMEN HINGGA PADA
PROYEK MEDAN FOCAL POINT
Nama Mahasiswa : Berlin Anggiat Tampubolon
Nomor Pokok : 127016005
Program Studi : Teknik sipil
Menyetujui
Komisi Pembimbing,
(Prof. Dr. Ir. Roesyanto, MSCE) (Prof. Dr. Ir. Bustami Syam, MSME)
Setiap bangunan memerlukan pondasi sebagai dasar bangunan yang kuat dan
kokoh, karena pondasi sebagai dasar bangunan harus mampu memikul seluruh beban
bangunan dan beban lainnya untuk diteruskan sampai kelapisan tanah di bawahnya.
Kemampuan pondasi memikul beban tersebut disebut daya dukung pondasi.Besarnya
daya dukung dan penurunan pondasi dapat diketahui dengan analisis metode empiris,
pemodelan metode elemen hingga dan uji beban statis (loading test). Pondasi dalam
(deep foundation) secara umum memiliki permasalahan yang lebih rumit daripada
pondasi dangkal (shallow foundation). Karena adanya parameter-parameter tanah yang
sangat perlu diperhatikan dalam menganalisis besar daya dukung pondasi dalam.
Tesis ini menganalisis kapasitas daya dukung dan penurunan (settlement) pada
pondasi tiang bored pile diameter 600 mm secara tiang tunggal maupun kelompok
tiang, dengan metode empiris, program AllPile, program Plaxis, program SAP2000
dan membandingan hasilnya dengan interpretasi uji beban statis (loading test) pada
pondasi proyek Medan Focal Point. Analisis menggunakan data penyelidikan tanah
lapangan (soil investigation) dan laboratorium serta membandingkan terhadap model
tanah Mohr Coulomb.
Hasil analisis daya dukung ultimate pondasi bored pile dengan metode empiris
memberikan nilai terbesar yaitu dengan mempergunakan data N-SPT yaitu 697,83 ton
dengan metode Reese and Wright serta nilai terkecil 387,67 ton dengan metode Touma
and Reese, serta sebesar 26,60 ton untuk daya dukung lateral ultimate, 13,30 ton untuk
daya dukung lateral yang diizinkan. Dimana hasil daya dukung lateral ultimate dari
program SAP2000 adalah 25,20 ton. Hasil loading test diperoleh daya dukung ultimate
300,00 ton. Maka berdasarkan hasil daya dukung pondasi tersebut aman. Penurunan
yang terjadi hasil analisis pemodelan elemen hingga hingga dengan program Plaxis
adalah 5,462 mm, hasil program AllPile adalah 9,99 mm, dan hasil loading test di
lapangan penurunan pada beban terbesar yang terjadi sebesar 5,443 mm. Berdasarkan
ASTM D1143/81, penurunan yang diizinkan adalah sebesar 25,40 mm. Maka
berdasarkan penurunan bahwa tiang pondasi aman dalam konstruksi.
The result of the analysis on the ultimate supporting capacity of bored pile
foundation, using empirical method, showed that the highest value in N-SPT data was
697.83 tons by using Reese and Wright method and lowest value was 387.67 tons by
using Touma and Reese method, 26.60 tons for ultimate lateral supporting capacity,
13.30 tons for permitted lateral supporting capacity, in which the result of ultimate
lateral supporting capacity of SAP2000 was 25.20 tons. The result of loading test
showed that ultimate supporting capacity was 300 tons which indicated that the
supporting capacity of the foundation was safe. The settlement of the result of finite
element modeling analysis with Plaxis program was 5.462 tons, the result of All Pile
program was 9.99 mm, and the result of loading test in the field showed that the
biggest load settlement was 5.443 mm. Based on ASTM D1143/81, it was found that
the permitted settlement was 25.40 mm which indicated that bored pile foundation was
safe in construction.
Puji dan Syukur dipanjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas segala
rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat meyelesaikan Penelitian tesis ini
dengan baik.Tesis ini ditulis adalah sebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan
perkuliahan pada Program Magister Program Pascasarjana Teknk Sipil Universitas
Sumatera Utara (USU) untuk memperoleh gelar Magister Teknik (MT) dalam
pengutamaan (kekhususan) bidang Struktur Geoteknik.
Penulis menyadari, penyusunan tesis ini tidak terlepas dari bimbingan dan
bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu pada kesempatan ini, penulis ingin
menyampaikan hormat dan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada Bapak Prof. Dr.
Ir. Roesyanto, MSCE Selaku Ketua Program Studi Magister Teknik Sipil dan Dosen
Pengajar serta Ketua Komisi Pembimbing Tesis. Bapak Ir. Rudi Iskandar, MT Selaku
Sekretaris Program Studi Magister Teknik Sipil dan Dosen Pengajar serta Anggota
Komisi Pembimbing Tesis dan Bapak Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu. DTM & H. M.Sc
(CTM), Sp.A(K) selaku Rektor Universitas Sumatera Utara.
Penulis juga menyampaikan hormat dan terimakasih kepada Bapak Prof. Dr.
Ing. Johannes Tarigan, Bapak Dr. Ir. Ahmad Perwira Mulia Tarigan, M.Sc sebagai
pembanding maupun penguji dalam memperbaiki penelitian ini dengan saran-saran
yang sangat bermanfaat dan seluruh Bapak Staf Pengajar Program Studi Magister
Teknik Sipil Universitas Sumatera Utara yang telah membekali penulis dengan ilmu
pengetahuan selama menjalani masa perkuliahan dan Adinda Yun Ardi yang telah
banyak membantu kelancaran administrasi selama penulis menempuh perkuliahan
hingga selesai.
Isteri yang tercinta Yetty Riris Rotua Saragi, ST. MT serta kedua anak yang
sangatku sayangi serta ku banggakan, Gabriel Bert Harry Tampubolon dan Gabriella
Sandra Ivana Tampubolon yang telah memberikan dorongan moral dan berkat doa
mereka juga kepada penulis hingga dapat menyelesaikan pendidikan pada Program
Studi Magister Teknik Sipil Universitas Sumatera Utara.
Bapak Ir. Sarjono, MM sebagai General Manager PT. Hutama Karya (Persero)
Wilayah I yang telah memberikan dorongan dan semangat untuk studi lanjut kepada
penulis pada Program Studi Magister Teknik Sipil Pascasarjana Universitas Sumatera
Utara.
Penulis menyadari bahwa penulisan tesis ini masih jauh dari sempurna karena
keterbatasan pengetahuan dan pengalaman, serta referensi yang penulis miliki. Untuk
itu penulis mengharapkan saran dan kriktik membangun demi perbaikan dan
penyempurnaan dari tesis ini di masa yang akan datang. Akhir kata, Semogasegala
kebaikan yang selama ini telah penulis terima dari berbagai pihak mendapat balasan
yang mulia dari Tuhan Yang Maha Esa. Dan nantinya tesis ini dapat memberikan
manfaat bagi kita semua.
127016005/TS
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang
Sepanjang pengetahuan saya juga, tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah
ditulis atau diterbitkan oleh orang lain kecuali yang secara tertulis diakui dalam
127016005
RIWAYAT HIDUP
A. DATA PRIBADI
Email : berlin_at_hk@yahoo.com
B. RIWAYAT PENDIDIKAN
C. RIWAYAT PEKERJAAN
Halaman
ABSTRAK……………………………………………………………… i
ABSTRACT ............................................................................................. ii
PERNYATAAN ....................................................................................... v
RIWAYAT HIDUP.................................................................................. vi
BABI
PENDAHULUAN 1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA…………………………………………. 7
2.1 Umum ....................................................................................... 7
41
(Compressive Loading)………………………………...
44
1143 (2007)........................................................................ 50
Cell Test………………………………………………... 80
.......................................................................................................... 3.1
.......................................................................................................... 3.2
.......................................................................................................... 3.3
.......................................................................................................... 3.4
.......................................................................................................... 3.5
Pendahuluan ........................................................................................................ 92
.......................................................................................................... 5.1
Analisis Perencanaan Struktur Gedung Proyek Medan
..........................................................................................................
.......................................................................................................... 5.2
Analisis Kapasitas Daya Dukung Tiang degan Metode
..........................................................................................................
................................................................................................... 5.2.2
.......................................................................................................... 5.3
Kurva Hubungan Beban vs Penurunan antara Metode
................................................................................................... 5.3.2
Komparasi Kurva Beban vs Penurunan dengan
................................................................................................
................................................................................................
................................................................................................... 5.3.4
Komparasi Kurva Beban vs Penurunan dengan
................................................................................................
................................................................................................... 5.3.5
Komparasi Antara Pemodelan Metode Elemen
................................................................................................
................................................................................................... 5.3.6
.......................................................................................................... 6.1
2.3 Hubungan jenis, konsistensi dengan poison’s ratio (v), (Das,1999) ... 76
2.4 Korelasi macam tanah dan koefisien rembesan (K), (Wesly, 1977)..... 76
4.1 Hubungan Nrata-rata SPT, berat isi kering, berat isi basah dan sudut
geser dalam yang didapat dari program All Pile dan korelasi
4.2 Hubungan Nrata-rata SPT, jenis tanah dan permeabilitas tanah pada
lokasi BH-02......................................................................................... 96
BH-02............................................................................... .................... 97
4.10 Parameter Tanah yang digunakan untuk program software Allpile...... 117
4.11 Hasil Pembacaan Uji Beban Statis Pada BP. 108 ................................ 121
4.12 Hasil Perhitungan Penurunan dari Uji Beban Statis pada BP. 108...... 123
5.7 Besar penurunan yang diperoleh dengan beban siklik 50%................ 159
5.8 Besar penurunan yang diperoleh dengan beban siklik 100%............... 161
5.9 Besar penurunan yang diperoleh dengan beban siklik 150%............... 163
5.10 Besar penurunan yang diperoleh dengan beban siklik 200%............... 164
6.2 Hasil analisis daya dukung ultimit pondasi tiang bor........................... 170
6.3 Hasil analisis penurunan pondasi bored pile tiang tunggal.................. 170
6.4 Hasil analisis daya dukung pondasi kelompok tiang ………………... 171
DAFTAR GAMBAR
2.3 Tiang ditinjau dari cara mendukung bebannya (Hardiyatmo, 2010) .... 15
2.15 Daya dukung ujung bored pile pasiran (Reese and Wright, 1977) ....... 32
2.16 Tahanan geser selimut bored pile pasiran (Reese dan Wright, 1977).. 33
2.20 Susunan main beam dan sub mean beam dari platform........................ 43
2.30 Koreksi kekakuan lapisan pendukung Rb, (Poulus and Davis,1968) ... 59
2.31 Pola keruntuhan tiang pendek kepala tiang bebas ................................ 62
2.32 Reaksi tanah dan momen lentur tiang pendek kepala tiang bebas
2.33 Reaksi tanah dan momen lentur tiang pendek kepala tiang bebas
2.34 Kapasitas lateral ultimit untuk tiang pendek pada tanah pasir .............. 63
2.35 Kapasitas lateral ultimit untuk tiang pendek pada tanah lempung ....... 63
2.36.b Reaksi tanah dan momen lentur tiang pendek kepala tiang bebas
2.37 Reaksi tanah dan momen lentur tiang pendek kepala tiang bebas
2.39.a Kapasitas lateral ultimit untuk tiang panjang pada tanah pasir............. 67
2.39.b Kapasitas lateral ultimit untuk tiang panjang pada tanah lempung ...... 67
4.1 Hubungan modulud elastisitas dengan N-SPT pada tanah pasir .......... 96
4.2 Hubungan modulud elastisitas dengan N-SPT pada tanah lempung .... 96
4.15 Grafik hubungan beban vs penurunan dari uji beban statis pada
4.17 Kurva hubungan antara penurunan vs waktu Pada BP. 108 ................. 120
4.20 Grafik Metode Mazurkiewicz hubungan antara beban vs penurunan ... 126
5.4 Gaya horizontal dan momen perletakan titik tinjau P 108 .................... 145
5.5 Pemodelan lapisan tanah dan tiang pada lokasi BP-108 ....................... 153
5.10 Grafik hubungan antara beban dengan penurunan pada BP-108 .......... 156
5.11 Grafik hubungan antara beban vs penurunan beban 50% (cycle I) ...... 159
5.12 Grafik hubungan antara beban vs penurunan beban 100% (cycle II) ... 160
5.13 Grafik hubungan antara beban vs penurunan beban 150% (cycle III).. 162
5.14 Grafik hubungan antara beban vs penurunan beban 200% (cycle IV) . 164
φ = Sudut geser.
Es = Modulus Elastisitas.
c = kohesi tanah.
ψ = Sudut dilatasi.
p = keliling tiang.
Nq = Faktor kapasitas daya dukung yang tergantung pada harga L/B>1 dan
Rh = Faktor koreksi untuk ketebalan lapisan yang terletak pada tanah keras.
Setiap bangunan memerlukan pondasi sebagai dasar bangunan yang kuat dan
kokoh, karena pondasi sebagai dasar bangunan harus mampu memikul seluruh beban
bangunan dan beban lainnya untuk diteruskan sampai kelapisan tanah di bawahnya.
Kemampuan pondasi memikul beban tersebut disebut daya dukung pondasi.Besarnya
daya dukung dan penurunan pondasi dapat diketahui dengan analisis metode empiris,
pemodelan metode elemen hingga dan uji beban statis (loading test). Pondasi dalam
(deep foundation) secara umum memiliki permasalahan yang lebih rumit daripada
pondasi dangkal (shallow foundation). Karena adanya parameter-parameter tanah yang
sangat perlu diperhatikan dalam menganalisis besar daya dukung pondasi dalam.
Tesis ini menganalisis kapasitas daya dukung dan penurunan (settlement) pada
pondasi tiang bored pile diameter 600 mm secara tiang tunggal maupun kelompok
tiang, dengan metode empiris, program AllPile, program Plaxis, program SAP2000
dan membandingan hasilnya dengan interpretasi uji beban statis (loading test) pada
pondasi proyek Medan Focal Point. Analisis menggunakan data penyelidikan tanah
lapangan (soil investigation) dan laboratorium serta membandingkan terhadap model
tanah Mohr Coulomb.
Hasil analisis daya dukung ultimate pondasi bored pile dengan metode empiris
memberikan nilai terbesar yaitu dengan mempergunakan data N-SPT yaitu 697,83 ton
dengan metode Reese and Wright serta nilai terkecil 387,67 ton dengan metode Touma
and Reese, serta sebesar 26,60 ton untuk daya dukung lateral ultimate, 13,30 ton untuk
daya dukung lateral yang diizinkan. Dimana hasil daya dukung lateral ultimate dari
program SAP2000 adalah 25,20 ton. Hasil loading test diperoleh daya dukung ultimate
300,00 ton. Maka berdasarkan hasil daya dukung pondasi tersebut aman. Penurunan
yang terjadi hasil analisis pemodelan elemen hingga hingga dengan program Plaxis
adalah 5,462 mm, hasil program AllPile adalah 9,99 mm, dan hasil loading test di
lapangan penurunan pada beban terbesar yang terjadi sebesar 5,443 mm. Berdasarkan
ASTM D1143/81, penurunan yang diizinkan adalah sebesar 25,40 mm. Maka
berdasarkan penurunan bahwa tiang pondasi aman dalam konstruksi.
The result of the analysis on the ultimate supporting capacity of bored pile
foundation, using empirical method, showed that the highest value in N-SPT data was
697.83 tons by using Reese and Wright method and lowest value was 387.67 tons by
using Touma and Reese method, 26.60 tons for ultimate lateral supporting capacity,
13.30 tons for permitted lateral supporting capacity, in which the result of ultimate
lateral supporting capacity of SAP2000 was 25.20 tons. The result of loading test
showed that ultimate supporting capacity was 300 tons which indicated that the
supporting capacity of the foundation was safe. The settlement of the result of finite
element modeling analysis with Plaxis program was 5.462 tons, the result of All Pile
program was 9.99 mm, and the result of loading test in the field showed that the
biggest load settlement was 5.443 mm. Based on ASTM D1143/81, it was found that
the permitted settlement was 25.40 mm which indicated that bored pile foundation was
safe in construction.
alternatif ruas jalan dengan melakukan pembukaan jalan lingkar luar (outer ring road).
Dan dengan dibukanya ruas jalan baru maka secara otomatis akan memberikan
kesempatan yang terbuka bagi investor luar maupun dalam negeri untuk
bangunan-bangunan gedung existing yang berada pada lokasi sekitarnya telah terdapat
beberapa bangunan baik pemukiman maupun gedung lainnya, pemilihan pondasi yang
tepat akan sangat menentukan keberhasilan pelaksanaan dengan tetap menjaga kondisi
Pembangunan suatu konstruksi sipil yang terdiri dari struktur bawah (sub
structure) dan struktur atas (upper structure). Struktur bawah akan memikul atau
meneruskan beban struktur atas sampai ke dalam lapisan tanah yang disebut pondasi.
Pekerjaan pondasi merupakan pekerjaan yang sangat penting dalam setiap pekerjaan
konstruksi sipil.
Pondasi dapat dibagi atas 2 (dua) jenis, yaitu pondasi dangkal (shallow
foundations) dan pondasi dalam (deep foundations). Pemilihan jenis pondasi sangat
tergantung kepada jenis tanah serta beban yang diterima dari struktur. Untuk struktur
bangunan dengan beban ringan dan kondisi tanah yang cukup baik, akan dipakai
pondasi dangkal sehingga lebih ekonomis, tetapi untuk struktur bangunan dengan
beban berat biasanya jenis pondasi dalam (deep foundations) adalah pemilihan yang
Pondasi dalam secara umum memiliki permasalahan yang lebih rumit dari pada
diperhatikan untuk menghitung besar daya dukung pondasi dalam tersebut. Oleh sebab
itu, penulis memandang perlu menitik beratkan penulisan tesis ini pada analisis
tanah (soil investigation) yang ada dengan data dari proyek Medan Focal Point, yaitu
Pondasi bored pile adalah salah satu jenis pondasi dalam (deep foundations)
dengan cara melakukan pengeboran tanah yang ada sampai kedalaman tertentu (sesuai
dengan pengisian besi tulangan yang telah dirakit dan dilanjutkan dengan pelaksanaan
pengecoran beton.
Pondasi bored pile dipilih sebagai pondasi suatu bangunan apabila tanah dasar
dari hasil penyelidikan tanah memiliki daya dukung yang sesuai pada kedalaman ± 15
m dari permukaan tanah existing, serta pada sekeliling lokasi pekerjaan bangunan
lainnya. Pelaksanaan pondasi bored pile dapat mencegah kekwatiran akan terjadinya
retak-retak dan polusi suara yang ditimbulkan dari pelaksanaan pondasi dalam
pondasi pada proyek Medan Focal Point yang menjadi objek penelitian tesis ini.
Daya dukung total pondasi bored pile dapat diperoleh dari kombinasi daya
dukung ujung (end bearing capacity) yang diperoleh pada tekanan ujung tiang bored
pile serta daya dukung geser atau selimut (friction bearing capacity) yang diperoleh
dari daya dukung gesek atau gaya adhesi antara tiang bored pile dengan tanah di
sekelilingnya.
Besar daya dukung total diperoleh dari data-data penyelidikan tanah (soil
investigation) yang benar dan akurat. Pelaksanaan metode penyelidikan tanah dapat
terbagi atas 2 (dua) metode yaitu metode statis dan metode dinamis. Pada proyek
Medan Focal Point menggunakan penyelidikan tanah dengan metode statis yaitu
gambaran lapisan tanah berdasarkan jenis dan warna melalui pengamatan secara
visual, sifat-sifat tanah dan karakteristik tanah dan akan sangat mendukung untuk
pelaksanaan pekerjaan pondasi bored pile, dan daya dukung ujung dan daya gesek
dukung dan penurunan tiang bored pile berdasarkan dari data pengujian beban
statis (loading test) yang telah dilakukan. Data tanah yang digunakan untuk
b. Menganalisis kapasitas daya dukung lateral yang terjadi pada pondasi bored pile
SAP2000 untuk memperoleh besar gaya-gaya yang terjadi pada struktur atas dan
penurunan yang terjadi pada pondasi bored pile diameter 600 mm.
dengan grafik hasil analisis penurunan pada masing-masing siklik beban yang
diberikan pada uji beban statis (loading test) pondasi bored pile diameter 600
mm.
Pondasi bored pile yang digunakan proyek Medan Focal Point, pada dasarnya
perubahan prilaku tanah dibawah pembebanan sehingga masalah yang terjadi sangat
dan SAP2000.
d. Data primer yang digunakan adalah data N-SPT hasil penyelidikan tanah,
parameter tanah hanya merupakan data sekunder dari srudi parameter tanah.
e. Pemodelan tanah yang digunakan pada program Plaxis adalah model Mohr
Bab II, Tinjauan Pustaka, menjelaskan tentang teori dari beberapa sumber yang
Bab III, Metodologi Penelitian, membahas tentang deskripsi proyek, data teknis
tiang bored pile, data loading test (uji beban statis) dan tahapan penelitian.
Bab IV, Hasil Interpretasi Loading Test, Analisis Empiris dan Program AllPile,
untuk mendapatkan daya dukung dan penurunan pondasi bored pile berdasarkan data
penyelidikan tanah (soil investigation) yang ditinjau secara tiang tunggal dan
kelompok tiang dan uji pembebanan statis (loading test) yang ditinjau secara tiang
tunggal, serta membahas tentang parameter tanah yang dipergunakan dan kapasitas
daya dukung lateral tiang tunggal dan kelompok tiang dengan bantuan program
Bab V, Pemodelan Uji Beban Statis dengan Metode Elemen Hingga, dengan
pemodelan elemen hingga pada program Plaxis versi 8.2, yang membahas tentang
model tanah dan pondasi tiang yang dipergunakan, uraian pembebanan, hasil gambar
kurva hubungan beban dengan penurunan dan gambar kurva hubungan beban dengan
waktu serta dengan didukung dengan program SAP2000 untuk memperoleh gaya-gaya
struktur yang terjadi dengan peraturan beban sesuai ASCE code. Dan dari hasil semua
analisis, kemudian melakukan perbandingan serta pembahasan hasil daya dukung dan
Bab VI, Kesimpulan dan Saran, menyajikan tentang kesimpulan dan saran dari
hasil analisis empiris dengan interpretasi hasil uji beban statis (loading test), analisis
2.1 Umum
alternatif ruas jalan dengan melakukan pembukaan jalan lingkar jalur luar (outer ring
road). Sehingga dengan dibukanya ruas jalan baru maka secara otomatis akan
memberikan kesempatan yang terbuka bagi investor luar maupun dalam negeri untuk
membuka usaha baik dibidang perniagaan maupun kawasan perkantoran serta juga
vertikal, maka permintaan untuk penggunaan pondasi yang mampu memikul beban
bangunan. Pondasi yang tepat untuk bangunan tinggi adalah tiang pancang, yang
merupakan salah satu dari jenis pondasi dalam (deep foundations) dan pondasi dengan
tiang bored pile adalah salah satu jenis pondasi dalam yang digunakan pada proyek
Medan Focal Point. Adanya bangunan yang sudah ada terlebih dahulu, merupakan
pondasi bored pile. Hal ini dilakukan untuk mengurangai getaran yang terjadi pada
bangunan gedung disekitar proyek bila mempergunakan pondasi jenis tiang pancang
akibat alat diesel hammer atau mesin lain yang digunakan untuk pemancangan pada
structure) kelapisan tanah dibawahnya. Pondasi tiang memiliki daya dukung akibat
perlawanan ujung dan tahanan selimut yang diakibatkan gesekan tanah dengan pondasi
tiang. Kapasitas daya dukung pondasi bored pile akibat perlawanan ujung
kemungkinan besar akan sama dibandingkan dengan pondasi tiang pancang. Tahanan
selimut yang diakibatkan gesekan tanah di sekitar dinding tiang pada pondasi tiang
pancang langsung bekerja dibandingkan pada pondasi tiang bored pile. Fungsi pondasi
tiang bored pile pada umumnya dipengarui oleh besar/bobot bangunan yang akan
dipikul, fungsi bangunan, jenis lapisan tanah sebagai pendukung konstruksi, seperti:
a. Transfer beban kontruksi bangunan atas ke dalam tanah baik melalui selimut
b. Menahan gaya desak keatas dan gaya guling, misal pada telapak pada
bangunan bawah tanah dan kaki bangunan menara untuk menahan guling.
c. Untuk dapat memanfaatkan lapisan tanah pada tanah lepas (non cohesif).
kedalaman dengan lebar lebih besar dari empat (D/B > 4), umumnya dipakai pada
bangunan dengan beban yanbesar dan kondisi tanah keras jauh dari permukaan tanah.
2.2.1 Tipe dan Jenis Pondasi Dalam
Pondasi dalam sering juga disebut dengan pondasi tiang, dari segi
pile).
b. Pondasi tiang cor di tempat (cast in place), sering disebut dengan tiang
bored pile.
Tiang perpindahan besar yaitu tiang pejal atau berlubang dengan ujung
tanah yang relatif besar. Termasuk dalam tiang perpindahan besar adalah
tiang kayu, tiang beton pejal, tiang beton prategang, tiang baja bulat,
prategang berlubang dengan ujung terbuka, tiang baja H, tiang baja bulat
Tiang tanpa perpindahan, terdiri dari tiang yang dipasang ke dalam tanah
dengan cara menggali atau mengebor tanah. Termasuk dalam tiang tanpa
perpindahan adalah bored pile, yaitu tiang beton yang pengecorannya
Pondasi bored pile adalah merupakan salah satu jenis pondasi tiang yang biasa
digunakan pada konstruksi bangunan tinggi. Pemakaian pondasi bored pile adalah
suatu lokasi yang sangat sulit atau beresiko tinggi apabila mempergunakan pondasi
tiang pancang. Dari sisi teknologi, pemakaian pondasi bored pile ini memiliki
beberapa keunggulan, antara lain mobilisasi yang mudah, karena pondasi dicetak di
tempat dan hanya membutuhkan alat boring serta perakitan tulangan, tidak
getaran yang dapat merusak bangunan lain di sekitarnya. Hal ini merupakan salah satu
pertimbangan penggunaan pondasi bored pile pada proyek Medan Focal Point yang
Gambar 2.1 Pelaksanaan pondasi bore pile dengan terdapat bangunan gedung
lainnya
di sekitar lokasi pekerjaan (proyek Medan Focal Point., 2011)
2.2.3 Jenis Pondasi Tiang Bor (Bored pile)
Pondasi tiang bor (bored pile) diklasifikasikan sesuai dengan rancangan untuk
meneruskan beban struktur ke lapisan tanah keras. Jenis-jenis pondasi bored pile
mempergunakan pondasi bored pile dengan kondisi seperti terlihat pada Gambar 2.2.
2. Tiang bor ini tidak perlu diangkat, jadi tidak ada resiko rusak dalam
transpot.
3. Panjang tiang bor dapat disesuaikan dengan keadaan di lapangan.
4. Pada saat pelaksanaan tidak menimbulkan getaran dan suara yang dapat
6. Karena dasar teori pondasi bored pile dapat diperbesar, hal ini
lateral.
11.Bored pile tunggal dapat digunakan pada tiang kelompok atau pile cap.
kotor akibat tanah yang diangkut dari hasil pengeboran tanah tersebut.
penahan longsor.
5. Pengecoran beton sulit bila dipengaruhi air tanah karena mutu beton
tidak dapat dikontrol dengan baik maka diatasi dengan cara ujung pipa
maka air yang mengalir langsung dihisap dan dibuang kembali ke dalam
kolam air.
7. Akan terjadi tanah runtuh (ground loss) jika tindakan pencegahan tidak
dipasang pipa paralon pada tulangan bored pile untuk pekerjaan base
grouting.
2.2.4 Pentransferan Beban
Tiang ini akan meneruskan beban melalui tahanan ujung tiang ke lapisan
tanah pendukung. Umumnya tiang dukung ujung berada dalam zone tanah yang
lunak yang berada diatas tanah keras. Tiang-tiang dipancang sampai mencapai
batuan dasar atau lapisan keras lain yang dapat mendukung beban yang
sepenuhnya ditentukan dari tahanan dukung lapisan keras yang berada dibawah
Jenis tiang ini akan meneruskan beban ke tanah melalui gesekan antara
tiang dengan tanah di sekelilingnya. Bila butiran tanah sangat halus tidak
tanah kasar maka tanah di antara tiang akan semakin padat, seperti terlihat pada
Gambar 2.3.b.
Bila tiang ini pada dasar tanah pondasi yang memiliki nilai kohesi tinggi,
maka beban yang diterima oleh tiang akan ditahan oleh lekatan antara tanah
Dalam daya dukung pondasi tiang, pentransferan beban juga terjadi pada
pondasi tiang, dimana terjadi pentransferan beban friction (gesekan) dan pentransferan
beban end bearing (tahanan ujung) dapat dilihat pada Gambar 2.3.
(a) (b)
(c)
Gambar 2.3 Tiang ditinjau dari cara mendukung bebannya (Hardiyatmo, 2010)
Suatu tiang yang dibebani oleh suatu beban maka akan tejadi adanya
gaya gesekan (friction), gaya gesekan ini akan bekerja bila displacement yang
terjadi masih dalam ambang batas 0,4 % dari diameter pile. Seperti yang
Suatu tiang yang dibebani oleh suatu beban maka akan terjadi adanya
gaya tahanan ujung (end bearing), gaya tahanan ujung ini akan bekerja bila
displacement yang terjadi masih diatas 0,4 % diameter pile dan dalam ambang
batas 6 % dari diameter pile. Dan bila displacement yang terjadi pada suatu
tiang masih berada dalam 0,4% dari diameter pile, maka end bearing belum
terjadi atau belum tercapai. Seperti yang terlihat pada Gambar 2.5.
End Bearing
6 %
Displace
Jarak antara tiang bor di dalam kelompok tiang akan mempengaruhi kapasitas
daya dukung kelompok tiang. Bila beberapa tiang dikelompokkan dengan jarak yang
saling berdekatan maka tegangan tanah akibat gesekan tiang dengan tanah
mempengaruhi daya dukung tiang yang lain. Jarak minimum antara dua tiang adalah: S
> 2 D, dimana S = jarak antara tiang dan D = diameter tiang, dilihat pada Gambar 2.6.
pengawasan akan mutu pekerjaan. Dari beberapa metode kerja pelaksanaan bored pile,
metode kerja dari bored piling work (wet hole method) ini lebih sering dipergunakan,
a. Urutan Pelaksanaan:
4. Jika Lubang bor tidak stabil, boring harus dilakukan dengan bentonite.
b. Metodologi
1. Setting Out
Kontraktor pelaksana harus menyediakan license surveyor
dalam membuat setting out poin/titik bored pile yang akan dibor. Kemudian 4
poin sebagai referensi yang dipasang (offset) tidak kurang dari 1 m dari titik
2. Temporary Casing
Cara pemasangan casing sementara yaitu dengan menggunakan
dengan menggunakan 2 plum yang diletakkan secara ortogonal atau spirit level
3. Boring
Soil auger dan soil bucket dipakai untuk pengeboran tanah yang halus
(soft), pasir (sand) sampai tanah keras (hard layer). Apabila dalam pengeboran
ditemukan batu (rock) bisa dipakai rock auger atau core barrel. Chisel tidak
diijinkan dalam pengeboran jika tidak disetujui oleh pengawas lapangan.
2 benang yang diposisikan sebagai plum line secara tegak lurus sebelum
pengeboran di mulai. Verticality dari lubang bor dapat dicheck dengan melihat
posisi dari kelly bar terhadap casing. Lubang bor dalam posisi vertikal jika
dipakai adukan bentonite untuk menjaga agar lubang bor tidak runtuh
dengan memastikan tekanan di dalam bore hole lebih besar daripada tekanan
horizontal dari tanah dan air tanah. Parameter dari bentonite akan dicheck dan
mengambil sampel dari pile. Properti dari cairan bentonite akan dicheck
sebelum proses casting dimulai. Sampel tanah diambil setiap 5 m dan akan
measuring tape di pasang plum dengan berat yang cukup agar memastikan
4. Bentonite loss
Jika terjadi kehilangan bentonite secara tiba-tiba, langkah yang perlu diambil:
di ketinggian level yang cukup. Jika hanya minor loss proses boring tetap
chisel.
dan masalah ini lebih baik didiskusikan dan direview dengan konsultan dan
kontraktor.
ini sudah ditentukan di dalam logistic plan kontraktor. Helical link akan
dilas pada tulangan utama (main reinforcement), demikian juga laping akan
dilas secukupnya jika steel lebih dari 12 m sehingga memungkinkan steel cage
akan dibagi menjadi 2 section. Hal ini untuk menjaga agar main reinforcement
yang sudah selesai dibor sampai disain toe level seperti terlihat pada Gambar
2.11 di atas. Steel cage akan ditopang sementara dengan 2 (dua) besi
hook sampai proses casting selesai. Kapasitas besi hook harus dihitung apakah
mencukupi atau tidak. Pengangkatan (lifting) harus diusahakan agar
6. Casting
dituang melalui bucket yang berbentuk pipa corong. Panjang pipa tremi 2m,
3m, dan 1m yang disambung. Sebelum ready mix dituang terlebih dahulu
sterofom dituang ke dalam corong untuk melancarkan aliran ready mix dalam
pipa tremi. Casting akan dihentikan jika concrete sudah mencapai minimum
300 mm diatas cut off level. Over cast dilakukan untuk menghindari concrete
Pipa tremi akan dibuka secara continu, tetapi tetap dijaga agar pipa tremi
minimal 2 m tertanam di bawah concrete level. Selama casting, bored log dan
concrete record harus dipersiapkan yang berisi data delivery time, volume
concrete, concrete level (diukur tiap satu lori concrete selesai dituang). Satu
sampel kubus atau silinder diambil setiap 30 m3 atau sesuai dengan spesifikasi
Casting harus dicabut 2 jam setelah proses casting selesai. Jika ada
plunge column (I-beam) yang akan dipasang ke dalam bored pile, setelah
casting selesai dilakukan, casting terlebih dahulu dicabut sampai toe level
casting sedikit diatas concrete level. Dan casting dicabut seutuhnya setelah 24
jam. Setelah casting selesai, lubang juga harus ditutup (backfill) kembali
dalam silo pada bentonite plant lihat Gambar 2.12 dengan total kapasitas 2,5 x
volume total bored hole yang ukurannya terbesar. Adukan (slurry) didaur
Pada dasarnya, adukan tediri dari campuran yang seragam dalam air.
dan pengujian bentonite slurry dilakukan bila proses casting bored pile akan
Pengujian bentonite slurry seperti pada Gambar 2.13 yang terdiri dari:
(c) (d)
Gambar 2.13 Peralatan pengujian bentonite slurry
oleh pengawas lapangan. Hasil pengujian harus ditanda tangani dan diapprove oleh
pengawas lapangan.
Kapasitas daya dukung tiang suatu pondasi dalam pada umumnya terdiri atas
dua bagian yaitu daya dukung akibat gesekan sepanjang tiang dan daya dukung ujung
Qult = Qp + Qs (2.1)
Berdasarkan sumber data yang digunakan pada dasarnya terdapat dua cara
untuk memperkirakan kapasitas daya dukung tiang. Cara pertama adalah dengan
menggunakan data uji lapangan, antara lain dengan menggunakan uji SPT (standard
penentration test) dan Sondir (cone penetration test atau CPT). Cara kedua yaitu
dengan menggunakan parameter-parameter kuat geser tanah, yaitu yang didapat dari
hasil pengujian di laboratorium yaitu nilai kohesi (c) dan sudut geser dalam (φ).
daya dukung tiang tunggal akibat beban aksial yang berdasarkan data hasil uji
Qult = Qs + Qp (2.3)
Qs = fs . As (2.4)
Qp = qmax . Ab (2.5)
yang ditinjau.
2. Tahanan Selimut
fs = α . Cu (2.6)
dimana :
fs = beban ultimit selimut tiang bor pada kedalaman z.
(2.7a)
. (2.7b)
dimana :
3. Tahanan Ujung
(2.8)
Nilai Nc* diperoleh dari hubungan antara nilai kohesi dan kekakuan tanah,
cu Ir Nc*
24 kPa (500 psf) 50 6.55
48 kPa (1000 psf) 150 8.01
96 kPa (2000 psf) 250 8.69
192 kPa (4000 psf) 300 8.94
(2.10)
dimana: fsz = Unit resistensi sisi paling dalam pasir pada kedalaman z.
faktor korelasi.
kedalaman penetrasi.
) (2.11)
(2.12)
(2.13a)
; (2.13b)
dimana z = kedalaman di bawah permukaan tanah, dalam satuan kaki atau
meter, seperti yang ditunjukkan. Jika perlawanan SPT tidak dikoreksi, N60 lebih kecil
(2.13c)
(2.13d)
Dari hasil data Sondir dapat juga mengklasifikasi lapisan tanah dan dapat
tiang, data tanah sangat diperlukan dalam merencanakan kapasitas daya dukung
(bearing capacity) dari bored pile sebelum pembangunan dimulai, guna menentukan
kapasitas daya dukung ultimit dari pondasi tiang. Dari hasil pengujian sondir dapat
mempergunakan metode Meyerhoffs (1956) untuk menghitung daya dukung tiang bor
yaitu tahanan selimut tiang dapat diambil langsung dari gesekan total (Jumlah
Hambatan Lekat = JHL) yang dikalikan dengan keliling tiang sehingga dapat di
(2.15)
Dimana:
K = Keliling = πd (m).
Kapasitas daya dukung tiang pada lapisan tanah dihitung dengan menggunakan
data dari nilai N-SPT. Dimana Nilai N-SPT untuk perhitungan qp diambil 4D di bawah
tiang dan 10D di atas tiang. Untuk perhitungan qs nilai N-SPT diambil di kedalaman
segmen (L) tiang yang ditinjau. Perkiraan kapasitas daya dukung pondasi tiang pada
tanah pasir dan silt didasarkan pada data uji lapangan SPT (standard penetration test)
Qp = qp x Ap (2.16)
Qp(tsf) = Ap * qp (2.17)
Dimana:
Nc = faktor daya dukung ( untuk Φ = 0, Nc = 9).
Cu = undrained cohesion.
2* N *D (2.19)
qp = cor b ≤ 4 / 3* N
(tsf ) 150 * D cor
p
Dimana Ncor diambil nilai rata antara 4D diatas dan 10 D di bawah ujung
tiang.
Daya dukung selimut tiang (tahanan geser selimut tiang) pada tanah dapat
P = π*D (2.21)
Dimana:
Qs = kapasitas daya dukung selimut pondasi tiang (kN).
fs = α * Cu (2.22)
fs = N/100 (2.23)
Qp = qp x Ap (2.24)
qp = 9 Cu (2.25)
Gambar 2.15 Daya dukung ujung bored pile pasiran (Reese and Wright,
1977)
Qs = fs. L. P (2.26)
fs = α x Cu (2.27)
untuk 53 < N < 100 maka f diperoleh dari korelasi langsung dengan
Untuk 53 < N < 100 maka f diperoleh dari korelasi langsung dengan N-SPT
(Reese dan Wright, 1977) mengenai tahanan geser seperti pada Gambar
2.16.
Gambar 2.16 Tahanan geser selimut bored pile pasiran (Reese dan Wright, 1977)
f = K0 . σv .tan φ (2.28)
σv ’ = γ . L’.
L’ = 15 D.
D = diameter (m).
δ = 0,8 . φ.
beberapa percobaan akan didapatkan nilai berat isi tanah (γ), nilai kohesif tanah (c)
serta nilai sudut geser tanah (φ). Perkiraan kapasitas daya dukung pondasi bored pile
pada tanah pasir dan silt didasarkan pada data parameter kuat geser tanah, ditentukan
Qp = Ap x Cu x Nc* (2.29)
Nc* = faktor daya dukung tanah, untuk pondasi bore pile nilai
Qp = Ap x q’ x (Nq* - 1) (2.30)
Qs = fi . Li. p (2.31)
fi = α x Cu (2.32)
(2.33)
Selain berdasarkan hasil pengujian tanah (soil investigation) yang telah dibahas
sebelumnya, maka kapasitas daya dukung dapat juga diketahui berdasarkan kekuatan
dari bahan tiang yang dipergunakan. Adapun kapasitas daya dukung berdasarkan
Dimana:
Loading test biasa disebut juga dengan uji pembebanan statik. Cara yang paling
dapat diandalkan untuk menguji daya dukung pondasi tiang adalah dengan uji
pembebanan statik. Interpretasi dari hasil benda uji pembebanan statik merupakan
bagian yang cukup penting untuk mengetahui respon tiang pada selimut dan ujungnya
serta besarnya daya dukung ultimitnya. Berbagai metode interpretasi perlu mendapat
perhatian dalam hal nilai daya dukung ultimit yang diperoleh karena setiap metode
Hal terpenting adalah agar dari hasil nilai uji pembebanan statik, seorang
praktisi dalam rekayasa pondasi (ahli geoteknik) dapat menentukan mekanisme yang
hingga 200% dari beban kerja sering dilakukan pada tahap verifikasi daya dukung,
tetapi untuk alasan lain misalnya untuk keperluan optimasi dan untuk kontrol beban
ultimit pada gempa kuat, seringkali diperlukan pengujian sebesar 250% hingga 300%
dari beban kerja. Pengujian beban statik melibatkan pemberian beban statik dan
penurunan tiang diamati. Umumnya definisi keruntuhan yang diterima dan dicatat
untuk interpretasi lebih lanjut adalah bila di bawah suatu beban yang konstan, tiang
terus–menerus mengalami penurunan. Pada umumnya beban runtuh tidak dicapai pada
saat pengujian. Oleh karena itu daya dukung ultimit dari tiang hanya merupakan suatu
estimasi.
Sesudah tiang uji dipersiapkan (dipancang atau dicor), perlu ditunggu terlebih
dahulu selama 28 hari sebelum tiang dapat diuji. Hal ini penting untuk memungkinkan
tanah yang telah terganggu kembali keadaan semula, dan tekanan air pori akses yang
terjadi akibat pemancangan tiang telah terdisipasi. Pada proyek Medan Focal Point
yang digunakan pada penelitian tesis ini, jumlah titik tiang bor yang digunakan di
lapangan sejumlah 319 tiang namun tiang yang melakukan loading test hanya 2 tiang,
yaitu 0,94% dari jumlah titik yang di loading test dari jumlah titik tiang bor yang
dilakukan di lapangan. Kriteria umum lain yang harus dipenuhi dari hasil load test ini
Tiang yang telah diuji dipilih di lokasi yang terdekat dengan penyelidikan
beban rencana.
maupun dinamis.
- Untuk mengetahui kemampuan elastisitas dari tanah, mutu beton dan mutu
a. Berapa lama setelah dipancang atau dibuat tiang itu dapat dilakukan
percobaan untuk mengetahui hal ini belum ada peraturan yang tegas kapan
tiang sudah dapat dites.
persyaratan lainnya.
d. Hal lain yang perlu diperhatikan adalah berapa panjang tiang menonjol
dilakukan didarat, maka sebanyak tinggi bagian yang menonjol ini tidak
sungai, dimana air cukup dalam, maka tiang dapat saja menonjol beberapa
meter diatas dasar sungai (muka tanah) tetapi dengan catatan harus ada
maka jack harus ditempatkan pada tempat yang terlindung dari sinar
matahari, karena jika jack ini diletakkan pada tempat yang panas, maka
atas pondasi tiang yang disusun sedemikian rupa dengan total berat yang lebih besar
dari beban tes yang direncanakan. Dan pergerakan tiang dapat diukur dengan
menggunakan satu set dial gauges yang terpasang pada kepala tiang dapat dilihat pada
Gambar 2.18.
6
Toleransi pembacaan antara satu dial gauge lainnya adalah 1 mm. Skematis
beban adalah balok beton ukuran 60 cm x 60 cm x 120 cm sebanyak 850 buah dengan
880,6 ton. Bentuk susunan balok yang terdapat di proyek Medan Focal Point dapat
Gambar 2.19 Susunan balok beton (Data Proyek Medan Focal Point,
2010)
Balok beton disusun diatas sebuah platform yang terbuat dari susunan profil
Total berat main beam ini = 4 btg x 6 m’ x 0,2168 Ton/m’ = 5,2032 Ton.
Beban test diberikan dari hydraulick jack, dimana besar beban ini dapat
dikontrol pada manometer (pressure gauge) yang dipasang pada pompa (hydraulic
pump). Pompa ini berfungsi memberikan tekanan (press) kepada hydraulic jack.
Gambar 2.20 Susunan main beam dan sub beam dari platform
(Data Proyek Medan Focal Point, 2010)
Hydraulic Jack ditumpukan pada 2 buah pelat tebal-tebal 10 cm, yang diatas
kepala pondasi tiang (dibawah hydraulic jack) dan di kepala hydraulic jack (dibawah
main beam). Pelat tebal 10 cm ini berguna untuk menghindari terjadinya konsentrasi
tegangan yang akan terjadi akibat beban yang diberikan oleh hydraulic jack dapat
dilihat pada Gambar 2.20. Penurunan (settelement) pondasi tiang yang diuji dikur
dengan 4 dial gauge yang dipasang secara diagonal dan jarum dial gauge dihubungkan
dengan magnetic stand dimana magnetic stand diletakkan diatas plat 50 mm atau 100
mm dari kepala tiang. Jarum dial gaugae ditumpukan pada reference beam yang dibuat
dari profil baja L 50 “x” 50 “x” 50 mm yang dipasang/disupport ke tanah secara kaku
Para praktisi dan peneliti sudah menggunakan banyak metode pengujian beban
tiang seperti dilaporkan dalam berbagai publikasi. Pengujian beban yang umum
1. Beban tiang dalam delapan tahapan yang sama (yaitu: 25%, 50%, 75%,
5. Setelah beban diberikan dan dilepas keatas, bebani tiang kembali untuk
Beban runtuh (ultimate) suatu tiang didefenisikan sebagai beban pada saat tiang
tersebut amblas atau penurunan terjadi dengan cepat dibawah tekanan beban. Defenisi
pada saat tiang dianggap sudah runtuh ketika bergerak 10 % dari diameter ujung atau
penurunan kotor 1,5 inch (38 mm) dan penurunan bersih atau batasan penurunan yang
diijinkan oleh ASTM dalam seluruh tahapan pembebanan yaitu sebesar 1 inch (25,4
mm) terjadi dibawah beban rencana. (American Standart Test Method, 2010).
Amerika Serikat, Pengelola Jalan Raya dan ASTM D1143-81 terdiri dari beberapa
1. Bebani tiang dalam penambahan 20 kali hingga 300 % dari beban desain
2. Pertahankan setiap beban selama 5 menit dengan bacaan diambil setiap 2,5
menit.
4. Setelah interval 5 menit, lepaskan atau hilangkan beban penuh dari tiang
Metode ini lebih cepat dan ekonomis. Waktu uji dengan metode ini adalah
3-5 jam. Metode ini lebih mendekati suatu kondisi, namun metode ini tidak
Keuntungan utama dari metode ini adalah lebih cepat (2-3) jam dan
sebagai berikut:
1. Beban tiang dalam delapan tahapan yang sama (yaitu (25%, 50%, 75%,
lebih besar dari 0,01 in/hour atau 0,25 mm/jam tetapi tidak lebih lama dari
2 jam.
3. Jika tidak terjadi keruntuhan maka total beban yang telah diberikan dapat
diangkat kembali (unloading) setelah 12 jam didiamkan jika penurunan
yang terjadi pada 1 jam terakhir tidak lebih besar daripada 0,01 inchi (0,25
mm). Jika penurunan yang terjadi masih lebih besar daripada 0,01 inchi
4. Jika waktu yang dimaksudkan di atas telah tercapai, maka kurangi beban
dilanjutkan hingga penurunan yang terjadi adalah sama dengan 15% dari
diameter.
sebagai berikut:
Cycle III : 0% -50% - 75% - 100% - 125% - 150% -125% - 100% -50% - 0%.
tambahan dan catat hasil pembacaan pada interval tidak lebih 10 menit
3. Sesudah beban penuh sesuai rencana, pastikan tiang belum runtuh lakukan
pembacaan pada interval tidak lebih 20 menit pada 2 jam pertama, tidak
lebih 1 jam untuk 10 jam berikutnya dan tidak lebih 2 jam untuk 12 jam
berikutnya.
6. Besar beban (ton), lama pembebanan dan besar penurunan dimuat dalam
diterima oleh tiang bor, seperti yang ditunjukkan pada Gambar 2.21 dibawah ini.
Gambar 2.21 Hydraulic Jack (Data Proyek Medan Focal Point, 2010)
- Merek : Enerpac.
- Unit : 1 (satu).
pada manometer (pressure gauge) yang dipasang pada pompa (Hydraulic Pump).
c. Hand Pump
1. Merek : Enerpac.
4. Unit : 1 (satu).
1. Merek : Mitutoyo.
4. Unit : 1 (satu).
bor, dipasang secara diagonal. Jarum Dial Gaugae ditumpukan pada Reference Beam
yang dibuat dari profil baja L 50 “x” 50 “x” 50 mm yang dipasang/disupport ke tanah
secara kaku dan bebas getaran-getaran. Dial Gage harus memiliki graduasi
minimum kurang dari atau sama dengan 1% dari beban maksimum yang diberikan dan
e. Magnetic Stand
1. Merek : Mitutoyo.
3. Unit : 1 (satu).
Magnetic Stand berfungsi sebagai penghubung yang dihubungkan dengan
jarum dial gauge dimana magnetic stand diletakkan di atas plat 50 mm atau 100 mm
Tabel 2.2 Perbandingan Standart Operation Prosedur ASTM D-1143 (1981) dengan
ASTM D-1143 (2007)
Jika Kurva beban penurunan telah diperoleh dari uji beban tiang, dengan
metode Davisson dapat diestimasi besarnya beban ultimit tiang. Pada jenis tanah
lempung lunak, beban yang menyebabkan keruntuhan tiang terjadi pada beban yang
konstan dengan penurunan yang berlebihan. Akan tetapi, bila tiang pada pasir tanah
tanah campuran atau lempung kaku, penentuan titik keruntuhan tiang pada kurva
Davisson (1973) mengusulkan cara yang telah banyak dipakai saat ini. Cara ini
(2.35)
penurunan adalah hyperbola. Meskipun uji beban belum dilakukan sampai batas beban
penurunan digambarkan dengan bentuk S/Qva sebagai sumbu tegak dan Δ sebagai
sumbu datar. Beban ultimit yang diperoleh dari metode ini harus dibagi dengan faktor
1. Gambar kurva S/Qva terhadap S, dimana S adalah besar penurunan dan Qva
S (2.36)
= c .A + c
Q 1 2
va
1 (2.37)
Q =
ult c
1
2.5.3 Dengan Metode Mazurkiewicz (1972)
akan didapatkan dari beban yang berpotongan, diantaranya beban yang searah sumbu
tiang untuk dihubungkan beban dengan titik-titik dari posisi garis terhadap sudut 45°
pada beban sumbu yang berbatasan dengan beban (Prakash and Sharma, 1990).
sebagai berikut:
kurva. Kemudian gambar garis horizontal dari titik perpotongan ini pada
4. Perpotongan ini jatuh kira-kira pada garis lurus. Titik yang didapat oleh
Nilai beban keruntuhan yang didapat dari metoda ini seharusnya mendekati 80% dari
pancang akan berdiri sendiri (single pile) pada suatu pondasi konstruksi, tetapi pondasi
dalam berfungsi meneruskan beban konstruksi di atasnya akan tetapi selalu dalam
bentuk beberapa tiang atau kelompok tiang (pile group), dan untuk mempersatukan
beberapa tiang tersebut dalam kelompok tiang akan diberi poer (footing). Dimana
2. Gaya yang bekerja pada tiang berbanding lurus dengan penurunan tiang-
tiang.
3. Pada proyek Medan Focal Point, detail kelompok tiang bor (poer) P-3A
yang menjadi titik peninjauan tesis ini dapat dilihat sesuai Gambar 2.25.
5000
500
C 3000 2000 C
500
1200
Section C
Skala 1 : 100
Kapasitas daya dukung kelompok tiang bukan dari penjumlahan dari masing-
masing tiang tunggal dikalikan dengan jumlah tiang dalam suatu kelompok tiang
tersebut. Akan tetapi besar kapasitas ultimit kelompok tiang merupakan perkalian dari
beban maksimun tiang tunggal dikalikan dengan adanya faktor effisiensi tiang dalam
suatu kelompok tiang. Dan besar kapasitas ultimet kelompok tiang dinyatakan dengan
Q g = E g . n . Qa .............................................................................. (2.38)
dalam menghitung besar kapasitas kelompok tiang, namun semuanya hanya bersifat
dengan mengabaikan panjang tiang, variasi bentuk tiang, variasi sifat tanah pada
effisiensi tiang yang dipergunakan sesuai dengan yang disarankan oleh Converse-
Eg = 1 -θ
(n'−1).m + (m − 1).n' ..................................................... (2.39)
90.m.n'
Pada sub bab ini, akan dibahas tentang analisis perhitungan penurunan tiang,
tiang tunggal tidak perlu ditinjau karena penurunan tiang akibat konsolidasi dari tanah
relatif kecil. Hal ini disebabkan karena pondasi tiang direncanakan terhadap kuat
dukung ujung dan kuat dukung friksinya atau penjumlahan dari keduanya
(Hardiyatmo, 2010).
.............................................................................. (2.40)
.................................................................... (2.41)
.............................................................................. (2.42)
.................................................................... (2.43)
Pada Gambar 2.26, 2.27, 2.28, 2.29, dan 2.30, nilai K adalah suatu ukuran
kompresibilitas relatif dari tiang dan tanah yang dinyatakan oleh persamaan:
(2.44)
(2.45)
pentingnya perlu dibahas adalah penurunan pada kelompok tiang. Dimana penurunan
pada kelompok tiang umumnya relatif lebih besar daripada penurunan tiang tunggal,
dimana ini dipengaruhi oleh tegangan pada daerah tersebut lebih luas dan lebih dalam.
Gambar 2.28 Koreksi kedalaman, Rh Gambar 2.29 Koreksi angka poison, Rµ
(Poulus and Davis, 1968) (Poulus and Davis, 1968)
dimuat dalam literatur-literatur yang ada akan memiliki hasil yang sangat
beragam. Sehingga untuk memberikan hasil hubungan yang paling sederhana
sebagai berikut:
Bg
Sg = S (2.46)
D
Dimana :
Sg = penurunan kelompok tiang (m).
S = penurunan tiang tunggal (m).
Bg = lebar kelompok tiang (m).
D = diameter tiang (m).
berdasarkan nilai SPT atau CPT. Menurut Meyerhoff’s adalah bahwa hasil yang
nilai masing-masing di atas besar penurunan yang didapat tidak lebih dari 0.3
in (8mm).
Bg
0.17 . Br . q e . I
Br
Sg = (2.47)
σr .N
zi
I =1- ≥ 0.5 (2.48)
8 . Bg
Dimana : Sg = penurunan kelompok tiang (m)
Br = lebar yang disyaratkan = 1 ft = 0.3 m
qe = tekanan pada dasar pondasi = P/Lg.Bg (kg/m2)
σr = tegangan tanah = 2000 lb/ft2 = 100 kPa = 10000 kg/m2
Bg = lebar kelompok tiang (m)
N = N-SPT pada kedalaman zi sampai zi + Bg
Zi = kedalaman 2/3 L di bawah tiang
Dari hasil perhitungan besar penurunan total (Stotal) di atas, baik terhadap tiang
tunggal dan kelompok tiang yang diperoleh maka akan dibandingkan terhadap besar
penurunan tiang yang diizinkan (Sizin). Dimana harus diperoleh bahwa penurunan total
tiang (Stotal) tidak boleh melebihi dari besar penurunan tiang yang diizinkan (Sizin).
(Stotal) ≤ (Sizin)
Beban lateral pada pondasi tiang dapat disebabkan antara lain oleh; tekanan
tanah lateral, beban angin, beban gempa, dan gaya akibat gelombang pada struktur
daya dukung akibat beban lateral pada pondasi tiang. Metoda perhitungan ini
sepanjang kedalaman tiang, tanah mencapai nilai ultimit dengan membedakan antara
tiang pendek dan panjang serta membedakan posisi kepala tiang bebas dan terjepit.
Tiang pendek (short pile) jika D/B < 20, dan tiang panjang (long pile) jika D/B ≥
a. Hanya berlaku untuk lapisan tanah yang homogen, yaitu tanah lempung
tiang pendek dan panjang serta membedakan posisi kepala tiang bebas dan
terjepit.
2.8.1 Daya Dukung Tiang Pendek Kepala Tiang Bebas (Free Head)
Untuk tiang pendek, pola keruntuhan yang mungkin terjadi dan distribusi dari
Gambar. 2.31 Pola keruntuhan tiang pendek kepala tiang bebas (Broms, 1964)
Pada tanah butir kasar atau pasiran, titik rotasi diasumsikan berada di dekat
ujung tiang, sehingga tegangan yang cukup besar yang bekerja di dekat ujung (Gambar
2.32 dan 2.33) dapat diganti dengan sebuah gaya terpusat. Dengan mengambil momen
0.5 ⋅ γ ' ⋅ L3 ⋅ B ⋅ K p
Hu =
(e + L)
(2.50)
Hu
x 0 = 0.82 ⋅
γ '⋅B ⋅ K
p
M max = H u (e + 15x o )
(2.51)
Gambar. 2.32 Reaksi tanah dan momen Gambar. 2.33 Reaksi tanah dan momen
lentur tiang pendek kepala tiang bebas lentur tiang kepala tiang bebas pada
pada tanah pasir (Broms, 1964) tanah lempung (Broms, 1964)
Hubungan di atas dapat dinyatakan dengan gambar yang menggunakan suku tak
berdimensi L/D terhadap seperti terlihat pada Gambar 2.33 dan 2.34.
Gambar. 2.34 Kapasitas lateral ultimit Gambar. 2.35 Kapasitas lateral ultimit
untuk tiang pendek pada tanah pasir untuk tiang pendek pada tanah
(Broms,1964) lempung (Broms,1964)
Pada tanah lempung, momen maksimum diberikan untuk dua rentang
kedalaman, yaitu:
Hu
x0 =
9 ⋅ cu ⋅ B
(2.54)
Solusi perhitungan diberikan pada Gambar. 2.34 dan Gambar 2.35 dimana
dengan mengetahui rasio L/B dan e/B maka akan diperoleh nilai Hu/ (cu.B2), sehingga
Hu dapat dihitung.
2.8.2 Daya Dukung Tiang Pendek Kepala Tiang Terjepit (Fixed Head)
Mekanisme keruntuhan yang mungkin terjadi dan distribusi dari tahanan tanah
Pada tanah pasir maka kapasitas lateral dan momen maksimum dinyatakan
sebagai berikut:
Hu = 1.5x γ1 x L2 x B x Kp (2.55)
Mmax = γ1 x L3 x B x Kp
(2.56)
Gambar 2.37 Reaksi tanah dan momen lentur tiang pendek – kepala tiang
terjepit pada tanah lempung (Broms, 1964)
Untuk tanah lempung, kapasitas lateral dan momen maksimum adalah sebagai
berikut:
Hu = 9 “x” cu “x” B “x” (L-15D) (2.57)
Seperti halnya pada kondisi kepala tiang bebas, maka untuk kondisi kepala tiang
terjepit, solusi grafis juga diberikan berupa gambar dengan suku tak berdimensi. L/B
2.8.3 Daya Dukung Tiang Panjang Kepala Tiang Bebas (Free Head)
Mekanisme keruntuhan yang mungkin terjadi dan distribusi dari tahanan tanah
Pada tanah pasir, karena momen maksimum terletak pada titik dengan gaya geser
sama dengan nol, maka momen maksimum dan gaya ultimit lateral dapat dihitung
sebagai berikut :
H
dengan xo = 0.82 1 u .................................................... (2.60)
γ ⋅D⋅K
p
Mu
Hu = ........................................................... (2.61)
H
e + 0.54 1 u
γ ⋅D⋅K
p
Hu
dapat dihitung dengan menggunakan chart hubungan antara nilai
K p ⋅ γ1 ⋅ B 3
Hu
terhadap nilai seperti pada Gambar 2.38 (a dan b).
K p ⋅ γ1 ⋅ B 4
Untuk tanah lempung maka digunakan persamaan seperti pada tiang pendek
yaitu :
Hu
dimana xo = ................................................................... (2.63)
9 ⋅ cu ⋅ D
Mu Hu
Dengan mengetahui nilai maka nilai dapat ditentukan dari
cu ⋅ D 3
cu ⋅ D2
2.8.4 Daya Dukung Tiang Panjang Kepala Tiang Terjepit (Fixed Head)
Mekanisme keruntuhan yang mungkin terjadi dan distribusi dari tahanan tanah
persamaan :
2M u
Hu =
(e + 0.67x o )
0.5
H
x o = 0.82 1 u
γ ⋅D⋅K
p ……………………………………… (2.65)
Hu
xo =
9 ⋅ c u ⋅ D ................................................................................. (2.67)
Untuk perhitungan kapasitas lateral ultimit, maka untuk kondisi kepala tiang
terjepit, Gambar 2.40.a dapat digunakan untuk tanah pasir, sedangkan untuk tanah
dan Richard Courant (1942). Pendekatan yang dilakukan oleh para pioner ini benar-
benar berbeda, namun mereka mempopulerkan satu nilai yang esensial, yaitu:
Diskritisasi Jaringan/ pembagian jaringan pada sebuah bidang pengaruh (domain) yang
Pada kelanjutannya FEM digunakan pula pada bidang aplikasi matematika untuk
bidang modeling numerik pada sistem fisik (physical system) untuk berbagai
membagi-bagi benda atas bagian yang kecil yang dinamakan elemen-elemen hingga,
dilakukan analisis untuk masing-masing elemen yang kecil tersebut sehingga akan
lebih mudah peninjauannya dibandingkan dengan secara keseluruhan. Sifat distribusi
akibat yang ditimbulkan (deformasi) dalam suatu benda tergantung pada karakteristik
FEM untuk geoteknik berbeda dengan yang lainnya pada program tertentu jenis
elemennya dipisahkan antara elemen linier untuk respon tekanan air pori dan
kwadratik untuk respon tegangan-regangan pada butiran tanah dan ada juga yang
material yang berbeda jauh kekakuannya, seperti pondasi tiang pancang, material yang
dianalisa terdiri dari tiang yang terbuat dari beton dan tanah.
Pada tembok penahan tanah terdiri dari tembok (pasangan batu ataupun beton)
dan tanah. Pada pondasi dangkal terdiri dari beton dan tanah. Pada kasus timbunan
yang menggunakan geotextile terdiri dari geotextile dan tanah. Kasus penimbunan
gorong-gorong, sheet pile juga terdiri dari dua material yang berbeda. Pada kondisi
seperti ini dibutuhkan elemen interface (elemen antara). Kalau tidak menggunakan
elemen antara maka akan terjadi slip antara struktur (elemen dengan kekakuan yang
besar) dengan tanah (elemen dengan kekakuan yang kecil) yang menghasilkan bentuk
pemodelan tanah terhadap besar penurunan tiang bor dengan diameter 60 cm yang
memodelkan jenis tanah dari parameter hasil pengujian lapangan (soil investigation).
2.11 Program (software) Plaxis yang merupakan Metode Elemen Hingga
digunakan untuk mensimulasikan prilaku tanah dari hasil interpretasi pengujian tanah.
Sebelum melakukan perhitungan dengan program elemen hingga ini terlebih dahulu
harus dipahami teori tentang pemodelan tanah yang akan dipilih, kesalahan dalam
yang diperoleh.
Program Plaxis memiliki 7 model tanah, yaitu : model linier elastic, mohr-
coulomb, advanced mohr-coulomb, soft soil (Cap), jointed rock, soft soil creep use-
terjadi pada suatu tiang bor beton dengan metode elemen hingga model tanah yang
digunakan adalah model Mohr Coulomb dengan analisis secara Axisymetric. Hasil
dengan menetapkan suatu nilai tegangan batas dimana pada titik tersebut tegangan
tidak lagi dipengarui oleh regangan. Untuk input parameter tanah pada model Mohr
Coulomb meliputi 5 buah parameter yaitu : modulus young (Es), poison rasio (ν),
kohesi (c), sudut geser dalam (Ø), dan sudut dilatansi (Ψ).
(program Plaxis) harus dipahami. Kesalahan dalam penentuan parameter tanah akan
memberikan hasil yang keliru, sehingga hasil yang didapat tidak mencerminkan respon
yang sesungguhnya. Parameter tanah yang diperlukan disesuaikan dengan model yang
dipilih, model linier elastic, mohr-coulomb, advanced mohr-coulomb, soft soil (Cap),
jointed rock, soft soil creep use-difined soil, dan modified cam-clay. Masing-masing
model memerlukan parameter tanah tersendiri, meskipun ada beberapa data tanah yang
bersesuaian. Parameter tanah ini didapat dari hasil interpretasi pengujian di lapangan
berupa data N-SPT dan sebagian parameter diasumsikan berdasarkan buku referensi.
Pada penelitian ini pemodelan pada program Plaxis model tanah adalah.
sedangkan E50 didefinisikan sebagai Secant Modulus pada kekuatan 50%. Untuk
tanah lempung over konsolidasi dan beberapa jenis batuan dengan rentang linier
elastis yang besar, digunakan E0. Sedangkan untuk material pasir dan lempung
normal konsolidasi lebih tepat menggunakan E50. Untuk lebih jelasnya dapat
dilihat pada Gambar 2.41. Pada penelitian ini modulus elastisitas (E) didapatkan
dari korelasi hasil standard penetration test (SPT), undrained cohesion (Cu)
dengan modulus geser (G) dengan persamaan E = 2(l-υ)G. Nilai possion’s ratio
berkisar 0,3 sampai dengan 0,5 dan pada program Plaxis disarankan ≤ 0,35.
Sudut geser dalam (Ø) disebutkan dengan derajat. Sudut geser dalam
yang tinggi kadang-kadang diperoleh untuk pasir padat, tetapi secara umum
makin halus butiran dan makin padat, tetapi secara umum makin halus butiran
dan makin padat susunan butirannya akan meningkatkan sudut geser dalam.
Kohesi memiliki dimensi yang sama dengan tegangan. Kohesi akan cenderung
meningkat sesuai dengan kedalaman penijauan. Sudut geser dalam dan nilai
kohesi diperoleh dari beberapa jenis pengujian antara lain adalah pengujian
triaxial dan unconfined test. Untuk jelasnya dapat dilihat Gambar 2.42.
d. Sudut Dilantancy (Ψ)
Sudut dilatancy (ψ) adalah sudut yang dibentuk bidang horizontal dengan
Gambar 2.42 Lingkaran tegangan Mohr pada saat leleh (yield) (Plaxis versi
8.2)
Tanah lempung normal konsodilasi tidak memiliki sudut dilantasi. Tetapi
pada tanah pasir, besar sudut ini tergantung pada kepadatan relatif (Dr) dan
korelasi-korelasi data lapangan seperti N-SPT dengan Kohesi, N-SPT tekanan efectif
vertikal dengan sudut geser dalam (Ø), Jenis tanah dengan daya rembesan (Kx, Ky),
konsistensi tanah dengan angka poison, N-SPT dengan Modulus Elastisitas (Es) dan
drained.
kohesif (cohesive soil) dan tanah-tanah yang mengandung kohesi dan tidak berkohesi
(mengandung C dan Ø), misalnya pasir kelempungan yaitu bahan yang hampir
seluruhnya terdiri dari pasir, tetapi ada mengandung sejumlah lempung. Pada
penelitian ini jenis tanah dikelompokkan menjadi kohesif dan tidak kohesif, yaitu:
nilai Es = (1- 3)qc, kemudian Niali Es direduksikan sebesar 0.6 dari nilai Es
yang diperoleh.
Untuk memperoleh nilai poison’s ratio (v) yang lebih akurat yang
digunakan pada program metode elemen hingga dalam bentuk hubungan yaitu
hubungan range nilai Poison’s Ratio Efective (v). Konsistensi Tanah dan N-
Untuk nilai rembesan (K) yaitu untuk Kx dan Ky yang digunakan pada
dan koefisien rembesan, seperti dapat dilihat pada masukan Tabel 2.4.
kapasitas beban secara langsung (beban bekerja) setelah tiang pancang selesai
20 tahun terakhir ini. Antara lain pengujian beban tiang yang telah dilaksanakan pada
masa saat ini adalah : pengujian beban statis (static loading test), pengujian beban
Tabel 2.3 Hubungan jenis, konsistensi dengan poison’s ratio (v) (Das, 2008)
Soil Deskri
N-SPT (v’)
Type psi
2–4 Soft 0.35 – 0.40
Mediu
Clay
4–8 m 0.30 – 0.35
8 – 15 Stiff 0.20 – 0.30
0 – 10 Loose 0.15 – 0.25
Mediu
Sand
10 – 30 m 0.25 – 0.30
30 - 50 Dense 0.25 – 0.35
Tabel 2.4 Korelasi macam tanah dan koefisien rembesan (K) (Wesley, 1977)
Koefiesien Rembesan
Macam Tanah
( m/day )
Pasir yang mengandung 10-2 - 5 x 10-3
lempung atau lanau
Pasir halus 5 x 10-2 – 5 x 10-3
Pasir kelanauan 2 x 10-3 – 2 x 10-4
Lanau 5 x 10-4 – 5 x 10-5
Lempung 10-6 – 10-9
Pada penelitian tesis ini selain pembahasan pengujian beban statis (static loading
test) yang telah dibahas pada sub-sub bab di atas, maka selain itu peneliti juga menulis
tentang perkembangan metode pengujian beban statis yang sering dipergunakan pada
masa-masa saat ini terutama pada konstruksi dengan beban-beban rencana yang besar
serta kondisi tanah clay-shale serta soft clay yaitu dengan metode pengujian beban
statis Osterberg Cell (O-cell). Serta pada lokasi kerja yang sangat tidak
lokasi pembangunan lepas pantai (laut lepas) dan dermaga di tepi pantai.
disiapkan pada lokasi pekerjaan adalah peralatan utama pengujian O-cell tersebut yaitu
terdiri dari : load cell, tell tale, displacement tranducers, dan strain gauge.
Load cell yang berfungsi untuk menghasilkan beban, kemudian tell tale dengan
(penurunan) yang terjadi pada load cell, dan strain gauge akan berfungsi untuk
mengukur distribusi regangan dan gaya aksial pada sepanjang tiang. Selain peralatan
utama di atas, pada pelaksanaan O-cell test ini dilengkapi juga dengan pipa untuk
Pada pelaksanaan Osterberg Cell Test (O-cell) ini penggunaan jumlah load cell
dapat dengan jumlah satu buah yang letaknya pada posisi bawah tiang disebut load cell
bawah dan dapat juga dengan jumlah dua buah yang letaknya pada posisi bawah (load
cell bawah) serta pada sisi atas tiang disebut load cell atas. Dengan fungsi pemakaian
load cell bawah adalah untuk mengukur tahanan ujung tiang sedangkan fungsi
pemakaian load cell atas adalah untuk mengukur tahanan selimut tiang.
Untuk pengujian tiang yang memakai jumlah O-cell test dengan 2 (dua) buah
load cell yaitu load cell atas dan load cell bawah, maka pengujian dilakukan dengan
memberi beban secara berurutan dimulai dari load cell bawah lalu kemudian
dilanjutkan dengan pada load cell atas secara bertahap. Pada setiap tahapan
pembebanan yang dilakukan, besarnya gaya aksial dan displacement yang terjadi
dicatat. Pembebanan maksimum akan tercapai bila displacement yang terjadi pada
nilai yang sudah jauh lebih besar daripada pada tahap sebelumnya atau tingkat
(b)
(d) (c)
Gambar 2.43 (a), (b), (c) dan (d) Pelaksanaan Osterberg Cell Test
(Sumber www.loadtest.com)
Dari hasil pencatatan pelaksanaan pengujian Osterberg Cell (O-cell) yang telah
dilakukan, diperoleh pencatatan load-displacement pada load cell dan distribusi gaya
aksial sepanjang tiang dari strain-gauge. Dimana dari setiap load cell yang dipasang
akan menghasilkan dua buah grafik dan hal ini dikarenakan load cell bekerja secara bi-
directional atau dua arah yaitu ke arah atas dan ke arah bawah sekaligus. Dan dari
grafik yang dihasilkan tersebut dapat diketahui nilai daya dukung aksial tiang, namun
untuk mengetahui hasil pada setiap lapisan tanah maka diperlukan hasil interpretasi
didapatkan distribusi nilai tahanan selimut tiap lapisan tanah serta tahanan ujung
Dari hasil interpretasi O-cell test ini dapat diketahui nilai end bearing (Qp) dari
setiap tiang uji (Gambar 2.44). Dan dari hasil pencatatan strain-gauge akan
menghasilkan nilai distribusi skin friction pada setiap kedalaman tanah (Gambar 2.45).
Pada tahun 1984, Dr. Jorj Osterberg, seorang Professor Emeritus pada
keberhasilan tersebut, Dr. Osterberg bekerjasama dengan Mr. Charles Guild dari
American Equipment and Fabrication Corp. (AEFC) yang bekerja secara tertutup
Kemudian pada tahun 1987, para insinyur Haley and Aldrich, Inc. (H&A) yang
pertama sekali mempergunakan O-cell tersebut dalam aplikasi pekerjaan mereka. Pada
diameter 457 mm di bawah pada tiang pancang pipa baja berdiameter 457 mm. Dari
hasil pemancangan dengan alat pancang Diesel Hammer Delmag D62-22 diperoleh
bacaan kalendering pada 10 kali pukulan adalah 13 mm. Dan hasil pengujian O-cell ini
memberikan nilai tegangan geser sebesar 1,26 MN. Kemudian pada tahun yang sama,
pada tiang pancang pipa baja berdiameter 610 mm di Rochester-NY, H&A memasang
O-cell yang lain dengan diameter 457 mm yang dipasang plat 560 mm pada bagian
atas dan bawah yang menghasilkan nilai tegangan geser sebesar 4,0 MN. Kemudian
H&A melepaskan O-cell tersebut dan memasang pada tiang pancang pipa baja yang
Massachusetts.
besar lainnya terus mempergunakan O-cell pada pengujian beban statis baik pada tiang
pancang dengan alat pemancangan diesel hammer dan juga pada tiang pancang bore
pile dengan kapasitas daya dukung yang besar. Hinga pada tahun 1994, pengujian
Osterberg Load Cell memperoleh penghargaan NOVA award. Dengan kategori dapat
memberikan implimentasi yang aktual pada rencana para ahli Geoteknik. Dan pada
bulan Februari tahun 1997, perusahaan LOADTEST Inc. telah berhasil melakukan
percobaan uji beban tingkat dunia dengan hasil beban 15.000,00 ton pada pengeboran
lain yaitu pengujian beban pada tiang bore The Miller Park Stadium Complex in
Milwaukee dan pengujian beban pada pondasi barrette untuk the Alfaro’s Peak project
Manila, Philipina.
Sejak tahun 1996 pada bulan September, metode pengujian O-cell sudah sangat
populer dan telah sekitar 200 pengujiaan telah berhasil pada tiang bore di seantaro
Amerika Serikat dan Asia Timur. LOADTEST Inc. (LTI), Gainesville-Florida telah
sebagai distributor O-cell test dan mendirikan badan pemasangan dan pelayanan untuk
O-cell tesebut. Serta Dr. Osterberg melanjutkan melakukan pemasaran dan mendirikan
- Lebih ekonomis,
konvensional, O-cell test memiliki kerugian secara garis besar antara lain :
- Tidak dapat dipergunakan secara umum karena lisensi produk telah dimiliki oleh
LOADTEST, Inc.
- Pekerjaan pengujian tidak ekonomis pada pengujian tiang dengan beban rencana
yang kecil.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Proyek Medan Focal Point terletak di jalan Gagak Hitam – Ring road,
Lingkungan X Kelurahan Asam Kumbang, 20133 Medan yang dapat dilihat pada
Gambar 3.1.
(perbelanjaan) yang berlantai 5 (lima) yang terdiri dari 3 (tiga) lantai bangunan dan 2
(dua) lantai basement dan dengan pondasi tiang bore pile diameter 60 cm. Dan pada
Gambar 3.2 (a dan b) terlihat design bangunan dari Proyek Medan Focal Point.
(a) (b)
Gambar 3.2 Tampak Gedung Medan Focal Point
Di daerah sekitar lokasi proyek Medan Focal Point yang berada di jalan Gagak
Hitam – Ring Road, Lingkungan X Kelurahan Asam Kumbang 20133 Medan terdapat
beberapa bangunan penting seperti Gedung Bank Danamon, KFC Ring Road, SPBU
Pertamina dan bangunan lain milik pemerintah maupun milik masyarakat. Untuk
Dalam Perencanaan proyek Medan Focal Point, sesuai hasil interpretasi data-
data penyelidikan tanah (soil investigation) pondasi dipergunakan bored pile yang
dapat dilihat sesuai Gambar 3.3. Data-data pondasi bored pile yang dipergunakan
Tul.Pokok
Tul.spiral D13-100 16D22
Borepile Ø600
Type
Gambar 3.4 Shop drawing type pile cap (Data Proyek Medan Focal Point, 2011)
maksud dan tujuan dari penelitian. Sesuai dalam Bab I, tujuan penelitian adalah: Untuk
membandingkan hasil analisis perhitungan daya dukung dan penurunan tiang bored
pile yang diperoleh dari perhitungan dengan beberapa metode empirik, metode elemen
hingga (Plaxis) dengan pemodelan Mohr Coulomb terhadap uji beban statis, lalu dapat
diperoleh suatu kesimpulan. Untuk mencapai tujuan tersebut maka dilakukan tahapan-
tahapan yaitu:
a. Tahap Pertama
Studi literatur dan review kondisi daerah penelitian dan lokasi merupakan
judul yang akan dibahas, dan melakukan peninjauan ke lokasi yang menjadi
b. Tahap kedua
Data parameter tanah asli dan data loading test adalah melakukan
pada daerah tersebut yaitu hasil penyelidikan dan juga data hasil loading test
yang telah dilakukan oleh PT. Acset Indonusa pada tahun 2011 pada Proyek
c. Tahap ketiga
Perhitungan daya dukung tiang bored pile dengan metode empiris pada
tahap ini dilakukan analisis antara data lapangan dengan buku yang sesuai
serta pendekatan yang akan digunakan untuk memperoleh daya dukung tiang
Tunggal dan Grup serta besarnya penurunan yang terjadi dengan data dari hasil
d. Tahap keempat
Perhitungan daya dukung tiang bored pile dengan metode elemen hingga,
dengan analisis perhitungan daya dukung pondasi tiang bored pile secara
metode elemen hingga sesuai dengan teori dan formula (metode) yang telah
dibahas pada tinjauan pustaka dengan data-data yang diperoleh dari laporan
data pengujian tanah di lapangan maupun data dari hasil interpretasi pengujian
di lapangan serta pemodelan tanah dengan model Mohr Coulomb pada program
Plaxis versi 8,2 untuk mendapatkan daya dukung pondasi tiang bored pile dan
e. Tahap kelima
pada tahap ini dilakukan evaluasi terhadap hasil perhitungan yang dilakukan
dan membandingkan hasil analisis dengan hasil out put program Plaxis versi
8.2 serta hasil uji beban statis. Gambar 3.5 Shop drawing type pile cap bored
pile 60 cm.
f. Tahap keenam
Kesimpulan dan Saran pada tahap ini merupakan tahap terakhir dengan
memberikan kesimpulan dan saran atas hasil penelitian tesis yang dilakukan.
Dari tahap – tahap dalam melakukan penelitian tesis di atas dapat dilihat dalam
MUL
AI
STUDI LITERATUR
DATA DATA
PARAMETER LOADING
TANAH ASLI
PERHITUNGAN DAYA
DUKUNG TIANG BORE PILE
DENGAN SECARA EMPIRIK
EVALUASI HASIL
PERHITUNGAN
KOMPARASI ANALISA
HASIL PERHITUNGAN
KESIMPULAN DAN
SARAN
SELESAI
Dari 4 titik data boring yang dilakukan uji beban statik ada sebanyak 2 titik
yaitu tiang bored pile pada BP-108 dan BP-91 (data-data terlampir). Dan yang menjadi
Penyelidikan tanah yang dilaksanakan pada Proyek Medan Focal Point ini
terdiri dari 4 (empat) titik boring dan dari titik boring tersebut yang dilakukan
pengujian beban statik (loading test) adalah sebanyak 2 (dua) titik yaitu titik BP-108
(BH-02) dan titik BP-91 (BH-03). Dan yang menjadi bahan penelitian tesis adalah
Titik
B B
P 109 P 91
4.1 Pendahuluan
Pada bab ini membahas hasil perhitungan (analisis) dan pembahasan dengan
Adapun data yang diperoleh pada proyek Medan Focal Point sebagai
dasar analisis ini adalah, antara lain: data bored log dan data SPT; data parameter
Analisis parameter tanah merupakan faktor yang sangat penting sebagai input
perencanaan. Data yang lengkap memudahkan perhitungan dan analisis, selain itu
kelengkapan data membuat akurasi perhitungan dan analisis semakin baik dan sesuai
dengan kondisi sebenarnya. Untuk lokasi yang luas kelengkapan data tidak selalu
tersedia, hal tersebut disebabkan faktor teknis dan nonteknis yang mempengaruhinya
seperti jangkauan alat, biaya dan operasional. Ketersediaan data yang terbatas disiasati
dengan melakukan korelasi empiris berdasarkan ketentuan dan studi literatur, untuk itu
ruang lingkup lokasi yang cukup luas, walaupun titik bor (N-SPT) tersebar di lokasi
penyelidikan tanah dilihat pada Gambar 3.7, namun data laboratorium yang
menyajikan nilai parameter tanah sangat terbatas sehingga untuk melengkapi analisis
parameter tanah diperlukan korelasi empiris dari nilai N-SPT. Penelitian tesis ini
menggunakan nilai korelasi empiris dari nilai data N-SPT dan bantuan program AllPile
hasil pengeboran dan interpretasi hasil N-SPT. Tujuan dilakukan stratigrafi yaitu untuk
mengetahui perkiraan lapisan tanah yang berguna untuk keperluan desain, selain itu
dapat diketahui lokasi yang memiliki nilai kekuatan terendah dan digunakan sebagai
berdasarkan kesamaan data pada lapisan tertentu yang mengacu pada data N-SPT.
Berdasarkan data tanah, terdapat 4 titik bor pada lokasi proyek. Stratigrafi dilakukan
pada lokasi yang akan dibuat pondasi tiang bor dan bertujuan untuk menentukan
maka analisis pelapisan tanah dilakukan di lokasi dimana pengujian beban statis
(loading test) dilaksanakan. Lokasi tersebut diwakili oleh potongan melintang 1 – 1’, 2
- 2’, 3 – 3’ dan 4 – 4’ pada Gambar 3.7 pada BAB III metodologi penelitian dari tesis
ini. Berdasarkan gambar potongan tersebut, hasil yang dianalisis adalah potongan 2 –
2’. Hal ini disebabkan kondisi tanah pada potongan melintang 2 – 2’ adalah yang
paling memungkinkan yang dapat dilihat dari nilai N-SPT. Keputusan ini diambil
untuk meminimalisir kondisi yang tidak diinginkan dan berguna untuk meningkatkan
bor yang mewakili adalah titik bor BH-2 dilihat dari Gambar 3.7.
Dari analisis stratigrafi tanah yang mewakili, maka untuk perhitungan dengan
menggunakan metode keseimbangan batas dan metode elemen hingga, digunakan data
bor pada titik 2. Berdasarkan data lapangan yang didapat, maka data bor dapat dilihat
Deskripsi dan parameter tanah hasil SPT diambil dari hasil penyelidikan yang
mewakili lokasi proyek Medan Focal Point, untuk melengkapi data-data yang
dibutuhkan untuk analisis empirik dan juga untuk input data program Plaxis yang
a. Untuk koefisien rembesan (kx, ky) diambil dari korelasi jenis tanah dan koefisien
rembesan.
b. Sudut geser dalam (φ) diambil dari korelasi N-SPT dan sudut geser dalam, dapat
c. Modulus Elastisitas (E) diambil dari korelasi N-SPT dengan modulus elastisitas
e. Kepadatan tanah (γwet), diambil dari data korelasi N-SPT, sudut geser dalam,
angka/derajat kepadatan dan kepadatan basah pada tanah kohesif dan tanah
tidak sama yang diperoleh dari hasil penyelidikan tanah yang tersedia, maka dilakukan
studi parameter tanah. Studi parameter tanah ini dilakukan dengan menggunakan
program lain yaitu program All Pile. Adapun hasil dari studi parameter tersebut dapat
dilihat pada Tabel 4.1 yang berisikan hubungan antara N rata-rata SPT, berat isi kering
Tabel 4.1 Hubungan Nrata-rata SPT, berat isi kering, berat isi basah, sudut geser dalam
didapat dari program AllPile dan korelasi parameter tanah pada BP-108
N1(6 γw
Kedal γdry
0) et c Ø
aman Jenis Tanah (kN
(rat (k (kN/m2) (deg)
(m) /m3)
a-rata) N/m3)
16, 19 2 2
0,00 –
87 ,68 9,90 ,00
5,80 9,90 Lempung
Pasir uk. 15, 19 2 2
5,80 – 16,8 Sedang, medium
22 ,20 9,90 ,00
10,70 0 dense
16, 19 2 2
10,70 Pasir
87 ,68 9,90 ,00
– 13,00 9,90 Berlempung, loose
16, 17 0 3
13,00 24,6 Pasir Uk.
86 ,95 ,00 2,20
– 22,80 0 Sedang
Pasir 19, 22 0 3
22,80 47,6 Campur batu
49 ,45 ,00 9,70
– 27,50 0 Apung, dense
16, 19 0 3
27,50 24,0 Pasir Halus,
74 ,80 ,00 7,20
– 30,00 0 medium dense
Tabel 4.2 Hubungan Nrata-rata SPT, jenis tanah dan permeabilitas tanah lokasi BH-02
N1(
Kedala Eleva kx ky
60)
man Jenis Tanah si Muka air ( (
(rat
(m) (m) m/day) m/day)
a-rata)
0,00 - 0, 0,
9,90 Lempung -1,50
5,80 000864 000864
5,80 - 16,8 Pasir uk. Sedang, 0, 0,
0,00
10,70 0 medium dense 00864 00864
10,70 – Pasir Berlempung, 0, 0,
9,90 0,00
13,00 loose 00864 00864
13,00 - 24,6 1, 1,
Pasir Uk. Sedang 0,00
22,80 0 728 728
22,80 – 47,6 Pasir Campur batu 4, 4,
0,00
27,50 0 Apung, dense 320 320
27,50 – 24,0 Pasir Halus, 1, 1,
0,00
30,00 0 medium dense 728 728
Very Very
Loose Medium Dense
loose Dense
0 4 1 3 5 1
Gambar 4.1 Hubungan modulus elastistas dengan N-SPT pada tanah pasir
Interpolasi linier dapat dilakukan dengan bantuan Gambar 4.2 yang disesuaikan
5 6 8 1 1 1 1
Medi
Very Sof Stiff Very Har
um Stiff
soft clay t clay Clay Stiff Clay d Clay
clay
0 2 4 8 1 3 1
Gambar 4.2 hubungan modulus elastistas dengan N-SPT pada tanah lempung
Adapun hasil dari studi parameter tersebut dapat dilihat pada Tabel 4.3.
Tabel 4.3 Hubungan Nrata-rata SPT dengan modulus elastisitas pada lokasi BH -02
N1(6
Kedala Es Es’
0) Elevasi
man Jenis Tanah (kN/ (kN/
(rat Muka air (m)
(m) m2) m2)
a-rata)
12,24 8,20
0,00 - 5,80 9,90 Lempung -1,50
4.050 3.514
Pasir uk.
16,8 50,50 33,8
5,80 - 10,70 Sedang, medium 0,00
0 9.234 41.187
dense
Pasir 12,24 8,20
10,70 - 13,00 9,90 0,00
Berlempung, loose 4.050 3.514
24,6 Pasir Uk. 58,93 39,4
13,00 - 22,80 0,00
0 Sedang 3.072 85.158
Pasir
47,6 71,81 48,1
22,80 - 27,50 Campur batu 0,00
0 9.465 19.042
Apung, dense
24,0 Pasir Halus, 58,35 39,0
27,50 - 30,00 0,00
0 medium dense 6.850 99.089
E s (1 + ν )
Es’ = (4.1)
1,5
dibutuhkan besaran angka Poisson’s dari masing-masing lapisan tanah ang akan
dimodelkan. Pada lokasi bore hole-02 diperoleh data hubungan antara N - SPT dengan
Tabel 4.4 Hubungan Nrata-rata SPT dengan poisson’s ratio pada lokasi BH-02
N1(6
Kedalam
Elevasi
an 0)
Jenis Tanah ν
(rat Muka air (m)
(m)
a-rata)
0,00 - 0,27
9,90 Lempung 1,50
5,80 3
5,80 – 16,8 0,26
Pasir uk. Sedang, -
10,70 0 medium dense 7
10,70 - 0,26
9,90 Pasir Berlempung, -
13,00 loose 7
13,00 - 24,6 0,28
Pasir Uk. Sedang -
22,80 0 7
22,80 - 47,6 0,34
Pasir Campur batu -
27,50 0 Apung, dense 4
27,50 – 24,0 0,28
Pasir Halus, -
30,00 0 medium dense 5
Sehingga untuk parameter tanah yang digunakan dalam analisis ini dapat
4.3.1 Analisis Kapasitas Daya Dukung Tiang Tunggal dengan Metode Empiris
Perhitungan kapasitas daya dukung tiang tunggal dari data SPT memakai
metode Meyerhoff, Reese and Wright dan Touma and Resse dengan data diambil pada
Perhitungan kapasitas daya dukung ultimit (Qult) pada pondasi bored pile
= 0,283 m2.
Untuk menghitung daya dukung ultimit (Qult) pondasi bored pile pada tanah
a. Menghitung Qp:
Dari persamaan (2.16) daya dukung pada ujung tiang bor tanah kohesif
Qp = qp . Ap
Qp = qp * Ap = 12,802 Ton.
b. Menghitung Qs:
Dari Persamaan 2.20, daya dukung selimut pada tanah kohesif dapat
Qs = f . L . p = 122,63 Ton.
a. Menghitung Qult :
Qult = Qp + Qs
Dari Tabel 4.6 Tahanan ujung tiang (Qp) diperoleh Qp = 422,02 Ton.
Tahanan friksi (Qs) diperhitungkan dari ujung tiang sampai top (ke atas
Dari Tabel 4.6 diperoleh tahanan friksi total (QStotal) dari permukaan tanah
Sehingga dari hasil Qp dan Qs pada Tabel 4.6 dapat dihitung daya dukung
= 329,91 Ton.
4.3.1.2 Analisis Kapasitas Daya Dukung Tiang Berdasarkan Reese and Wright
Perhitungan kapasitas daya dukung ultimate (Qult) pada pondasi bored pile
berdasarkan Reese and Wright, diperoleh dengan data tiang bor (p dan Ap) yang sama
pada Meyerhoffs, diperoleh untuk Menghitung Qp dari Persamaan 2.16 daya dukung
pada ujung tiang bor pada tanah non kohesif dengan Persamaan 2.24 dinyatakan
sebagai berikut: Qp = Ap . qp
- Lapisan ujung (pasir): N = 24,00.
qp = 7.N
Menghitung Qs:
Dari Persamaan 2.26 daya dukung tahanan selimut tiang bor pada tanah
α = 0,55.
Cu = 50,33 Ton/m2.
Qs = 122,63 Ton.
- Untuk kedalaman dan titik bor selanjutnya analisis dari Tabel 4.7.
Tahanan friksi (Qs) diperhitungkan dari ujung tiang sampai top (ke atas
Tahanan friksi total dari permukaan tanah adalah: Qstotal = 650,35 Ton
Touma and Reese, diperoleh dengan data tiang bor (p dan Ap) yang sama pada
Meyerhoffs, diperoleh dari Persamaan 2.16 daya dukung ultimit pada ujung tiang bor
a. Menghitung Qp
Qp = Ap. qp
qp = 16/ k k =
1,182
= 135,30 Ton/m2
Maka: Qp = Ap. qp
= 38,25 Ton.
b. Menghitung Qs
Qs = 122,63 Ton
- Untuk kedalaman dan titik bor selanjutnya, analisis dari Tabel 4.8.
c. Menghitung Qult
Qult = Qp + Qs
Tahanan friksi (Qs) diperhitungkan dari ujung tiang sampai Top (ke atas
Qult = Qp + Qs
= 193,83 Ton
Tabel 4.6 Perhitungan kapasitas daya dukung tiang berdasarkan Metode Meyerhoff
0,15 0,15 0 Top Soil 0,00 0,2826 0,60 23 0,00 0,00 1,885 0,00 0,00 0,00 0,00
2,35 2,50 1 15,10 0,2826 0,60 23 0,55 50,33 1,885 45,30 27,683 12,802 122,63
Lempung, loose
2,00 4,50 2 14,74 0,2826 0,60 23 0,55 49,13 1,885 44,22 27,023 12,497 101,88
2,00 6,50 3 20,40 0,2826 0,60 23 0,00 0,00 1,885 1.042,67 0,204 294,658 0,77
Pasir uk. Sedang,
2,00 8,50 4 medium dense 24,61 0,2826 0,60 23 0,00 0,00 1,885 1.257,84 0,2461 355,467 0,930
2,00 10,50 5 5,50 0,2826 0,60 23 0,00 0,00 1,885 281,11 0,055 79,442 0,207
2,00 12,50 6 Pasir Berlempung, loose 9,92 0,2826 0,60 23 0,00 0,00 1,885 507,02 0,0992 143,2845 0,374
2,00 14,50 7 16,92 0,2826 0,60 23 0,00 0,00 1,885 864,80 0,1692 244,3925 0,638
2,00 16,50 8 31,35 0,2826 0,60 23 0,00 0,00 1,885 1.602,33 0,3135 452,819 1,182
Pasir uk. Sedang,
2,00 18,50 9 medium dense 28,90 0,2826 0,60 23 0,00 0,00 1,885 1.477,11 0,289 417,431 1,089
2,00 20,50 10 28,90 0,2826 0,60 23 0,00 0,00 1,885 1.477,11 0,289 417,431 1,089
2,00 22,50 11 45,90 0,2826 0,60 23 0,00 0,00 1,885 2.346,00 0,459 662,979 1,730
2,00 24,50 12 Pasir Campur batu 49,30 0,2826 0,60 23 0,00 0,00 1,885 2.519,78 0,493 712,089 1,859
Apung, dense
2,00 26,50 13 49,30 0,2826 0,60 23 0,00 0,00 1,885 2.519,78 0,493 712,089 1,859
2,00 28,50 14 Pasir Halus, medium 24,00 0,2826 0,60 23 0,00 0,00 1,885 1.226,67 0,240 346,656 0,905
dense
1,50 30,00 15 24,00 0,2826 0,60 23 0,00 0,00 1,885 1.226,67 0,240 346,656 0,679
104
Tabel 4.7 Perhitungan kapasitas daya dukung tiang berdasarkan Metode Reese and Wright
0,15 0,15 0 Top Soil 0,00 0,2826 0,60 0,00 0,00 1,885 0,00 0,00 0,00 0,00
2,35 2,50 1 15,10 0,2826 0,60 0,55 50,33 1,885 453,00 27,683 128,02 122,63
Lempung, loose
2,00 4,50 2 14,74 0,2826 0,60 0,55 49,13 1,885 442,20 27,023 124,97 101,88
2,00 6,50 3 20,40 0,2826 0,60 0,00 0,00 1,885 142,80 6,528 40,36 24,61
Pasir uk. Sedang,
2,00 8,50 4 24,61 0,2826 0,60 0,00 0,00 1,885 172,27 7,875 48,68 29,69
medium dense
2,00 10,50 5 5,50 0,2826 0,60 0,00 0,00 1,885 38,50 1,760 10,88 6,64
2,00 12,50 6 Pasir Berlempung, loose 9,92 0,2826 0,60 0,00 0,00 1,885 69,44 3,174 19,62 11,97
2,00 14,50 7 16,92 0,2826 0,60 0,00 0,00 1,885 118,44 5,414 33,47 20,41
2,00 16,50 8 31,35 0,2826 0,60 0,00 0,00 1,885 219,45 10,032 62,02 37,82
Pasir uk. Sedang,
2,00 18,50 9 28,90 0,2826 0,60 0,00 0,00 1,885 202,30 9,248 57,17 34,86
medium dense
2,00 20,50 10 28,90 0,2826 0,60 0,00 0,00 1,885 202,30 9,248 57,17 34,86
2,00 22,50 11 45,90 0,2826 0,60 0,00 0,00 1,885 321,30 14,688 90,80 55,37
2,00 24,50 12 Pasir Campur batu 49,30 0,2826 0,60 0,00 0,00 1,885 345,10 15,776 97,53 59,47
Apung, dense 345,10 15,776 97,53 59,47
2,00 26,50 13 49,30 0,2826 0,60 0,00 0,00 1,885
2,00 28,50 14 Pasir Halus, medium 24,00 0,2826 0,60 0,00 0,00 1,885 168,00 7,680 47,48 28,95
dense 168,00 7,680 47,48 21,71
1,50 30,00 15 24,00 0,2826 0,60 0,00 0,00 1,885
105
Tabel 4.8 Perhitungan kapasitas daya dukung tiang berdasarkan Metode Touma and Reese
0,15 0,15 0 Top Soil 0,00 0,2826 0,60 85,00 0,00 0,00 0,00 1,885 0,00 0,087 135,363 0,00 0,00 0,00
2,35 2,50 1 15,10 0,2826 0,60 85,00 0,55 0,00 50.33 1,885 4,00 0,087 135,363 27,683 38,254 122,627
Lempung, loose
2,00 4,50 2 14,74 0,2826 0,60 85,00 0,55 0,00 49.13 1,885 4,26 0,087 135,363 27,023 38,254 101,876
2,00 6,50 3 20,40 0,2826 0,60 15,60 0,00 0,50 0,00 1,885 5,50 0,403 135,363 1,107 38,254 4,174
Pasir uk. Sedang,
2,00 8,50 4 medium dense 24,61 0,2826 0,60 15,60 0,00 0,50 0,00 1,885 6,74 0,377 135,363 1,271 38,254 4,793
2,00 10,50 5 5,50 0,2826 0,60 15,60 0,00 0,50 0,00 1,885 7,98 0,377 135,363 1,505 38,254 5,675
2,00 12,50 6 Pasir Berlempung, loose 9,92 0,2826 0,60 85,00 0,00 0,50 0,00 1,885 9,22 0,377 135,363 1,739 38,254 6,557
2,00 14,50 7 16,92 0,2826 0,60 21,90 0,00 0,50 0,00 1,885 10,46 0,377 135,363 1,973 38,254 7,439
2,00 16,50 8 31,35 0,2826 0,60 21,90 0,00 0,50 0,00 1,885 11,70 0,377 135,363 2,207 38,254 8,320
Pasir uk. Sedang,
2,00 18,50 9 medium dense 28,90 0,2826 0,60 21,90 0,00 0,50 0,00 1,885 12,94 0,377 135,363 2,441 38,254 9,202
2,00 20,50 10 28,90 0,2826 0,60 21,90 0,00 0,50 0,00 1,885 14,18 0,377 135,363 2,675 38,254 10,084
2,00 22,50 11 45,90 0,2826 0,60 21,90 0,00 0,50 0,00 1,885 15,42 0,377 135,363 2,909 38,254 10,966
2,00 24,50 12 Pasir Campur batu 49,30 0,2826 0,60 39,80 0,00 0,50 0,00 1,885 16,66 0,445 135,363 3,709 38,254 13,982
Apung, dense
2,00 26,50 13 49,30 0,2826 0,60 39,80 0,00 0,50 0,00 1,885 17,90 0,445 135,363 3,985 38,254 15,022
2,00 28,50 14 Pasir Halus, medium 24,00 0,2826 0,60 21,40 0,00 0,50 0,00 1,885 19,14 0,445 135,363 4,261 38,254 16,063
dense
1,50 30,00 15 24,00 0,2826 0,60 21,40 0,00 0,50 0,00 1,885 20,07 0,445 135,363 4,468 38,254 12,633
106
4.3.2 Analisis Kapasitas Daya Dukung Tiang Berdasarkan Parameter Tanah
Hasil Pengujian Laboratorium
Dari hasil penyelidikan tanah dari lokasi proyek maka diperoleh suatu nilai
rata–rata N-SPT dan parameter tanah per lapisan dilihat pada Gambar 4.3.
Clay
γ = 16 kN/m3
Sand
Ñ = 13 ϕ’ =
31°
3
Sand
Ñ = 18 ϕ’ =
34°
3
1 k /
Sand
Ñ=8 ϕ’ =
30°
Sand
Ñ = 15 ϕ’ =
32°
γ = 17,5 kN/m3 E =
Sand
Ñ = 30 ϕ’ =
38°
γ = 18,0 kN/m3
Perhitungan kapasitas daya dukung tiang bor perlapisan dari data laboratorium
a. Menghitung Qp
Dari Persamaan 2.30 daya dukung ujung tiang bor pada tanah non kohesif pada
Qp = Ap . q’ (Nq* - 1).
q’ = γ . Li = 3,50 T/m2
Dari Gambar 2.17 (Vesic, 1967), dengan korelasi nilai φ = 370 maka
berdasarkan grafik korelasi antara φ dan Nq* diperoleh nilai Nq* = 24,50, sehingga
= 23,2556 Ton.
b. Menghitung Qs
Dan dari Persamaan 2.31 daya dukung selimut tiang bor pada tanah non
dengan nilai tahanan satuan skin friction pada tanah non kohesif:
f = Ko . v’ . tan δ
Ko = 1 – sin ϕ
v’ = γ . L’
L’ = 15 D = 9,00 m.
v’ = 15,75 T/m2
Δ = 0,8 . ϕ = 29,60.
= 3,563 T/m2
Qs = fi . Li . p
= 15,783 Ton
Perhitungan kapasitas daya dukung tiang bor berdasarkan parameter kuat geser
tanah pada lapisan tanah lainnya dapat dilihat pada Table 4.9 .
c. Menghitung Qult
Qult = Qp + Qs
Dari hasil Qp dan Qs pada Tabel 4.9, maka diperoleh Qult = 524,185 Ton.
Qult
Maka Qall =
SF
Qult 524,185
Qall = = = 262,093 Ton.
SF 2
4.3.3 Analisis Kapasitas Daya Dukung Tiang Bore Pile Berdasarkan Kekuatan
Bahan
PTiang = σb * ATiang
= 0,2827 m2
σb = 0,33 . f’c
= 326,52 Ton.
4.3.4 Analisis Kapasitas Daya Dukung Tiang Bore Pile Berdasarkan Program
AllPile
perhitungan dengan metode empirik namun telah diproses dengan bantuan software
komputer. Data – data yang dimasukkan ke dalam program AllPile antara lain:
- Jenis tiang yang digunakan adalah drilled pile <= 24 in. atau ± 60 cm.
kemiringan tanah.
- Pada Pile Data Input pilih jenis tiang yang digunakan kemudian tentukan
- Masukkan gaya vertikal yang bekerja yaitu beban rencana sebesar 150 T.
rata–rata N-SPT dan parameter tanah perlapisan, dari data berikut akan digunakan
Tabel 4.10 Parameter Tanah yang digunakan untuk program software Allpile
Kedalaman (m) Jenis N-SPT γ ϕ
Tanah (kN/m3)
2,00 Lempu 0,00 16,00 0
ng
6,00 Pasir 13,00 17,00 31
12,00 Pasir 18,00 17,50 34
16,00 Pasir 8,00 17,00 30
24,00 Pasir 15,00 17,50 32
35,00 Pasir 30,00 18,00 38
menganalisis kapasitas daya dukung tiang seperti di bawah ini, antara lain:
Gambar 4.4.
dimana dalam tesis ini digunakan Drilled Pile, dimana diameter bor pile
tiang, kemiringan tanah, kemiringan tiang dan posisi lapisan atas tiang dari
permukaan tanah.
Dalam tesis ini ditinjau tiang di lokasi pile test BP-108 dengan panjang tiang
adalah 28 m, posisi lapisan atas tiang = 0,00 m, seperti pada Gambar 4.6.
Tabel 4.9 Hasil Perhitungan Daya Dukung Tiang Bor berdasarkan Parameter Kuat Geser Tanah
115
116
Luasan, momen inersia, keliling, modulus elastis tiang dan tanah, dan berat
dari tiang, seperti terlihat pada Gambar 4.7 dan 4.8.
- Langkah kedelapan adalah melihat hasil input data yang sudah kita
Efisiensi
Dari gambar kerja (shop drawing) proyek Medan Focal Point, diperoleh
bahwa tiang BP-108 berada pada kelompok tiang (poer) P-3A seperti yang terlihat
Sesuai Persamaan 2.38, untuk efisiensi kelompok tiang (Eg) diperoleh dari:
Eg = 1 – θ
Eg = 1 – 16,7
= 1 – 0,216.
= 0,784.
= 78,40%.
n =2
` m =3
d = 60 cm
s = 200 cm
Dari Persamaan 2.38 telah diperoleh hasil nilai effisiensi kelompok tiang
adalah 78.40% sehingga dapat diperoleh bahwa kapasitas kelompok tiang sesuai
Qg = Eg . n . Qa
= 0,784 * 6 * 244,545.
= 1.150,34 Ton.
Qg = Eg . n . Qa
= 0,784 * 6 * 262,09
= 1.232,87 Ton
Qg = Eg . n . Qa
= 0,784 * 6 * 267,857.
= 1.260,00 Ton.
Dari Gambar Kerja (shop drawing) proyek Medan Focal Point seperti pada
sama dengan analisis tiang tunggal. Namun ada perbedaan dalam input beban, pada
analisis secara kelompok ini beban yang diinput adalah secara kelompok dan dapat
Sehingga dari analisis daya dukung tiang group (kelompok tiang) dengan
4.5.1 Hasil Lapangan Uji Beban Statis pada Proyek Medan Focal Point
interpretasi hasil uji beban statis (loading test) untuk mendapatkan nilai daya dukung
terukur (measured). Dalam melakukan interpretasi terhadap data uji beban statis,
dilakukan 3 macam metoda antara lain adalah Metoda Davisson (1973), Metode Chin
Pada penelitian ini juga diperoleh gambar kurva beban versus penurunan yang
terjadi dan grafik pembacaan loading test bored pile (BP.108), dan gambar kurva
beban versus waktu serta gambar kurva penurunan versus waktu. Dan pada Gambar
Gambar 4.15 Grafik hubungan beban vs penurunan dari uji beban statis pada BP-108
123
Gambar 4.16 dapat dilihat kurva hubungan beban versus waktu, yaitu:
pada Tabel 4.11 dapat diketahui hasil pembacaan uji beban statis pada BP-108.
(4.3)
Dimana:
Tabel 4.12 Hasil Perhitungan Penurunan dari Uji Beban Statis pada BP-108.
Beba
n Penurunan
(ton) (mm)
0 0
50 0.2357851
100 0.4715702
150 0.7073553
200 0.9431404
250 1.1789255
300 1.4147106
Dari data Tabel 4.12 di atas, dapat diplotkan sehingga diperoleh gambar seperti
Dari Gambar 4.18 yaitu grafik hubungan beban versus penurunan dengan
metode Davisson (1973) di atas yaitu menunjukkan perpotongan garis lurus antara
grafik beban dengan garis opset, diperoleh nilai beban ultimit (Qult) yaitu 300 Ton.
4.5.3 Interpretasi Analisis Daya Dukung Tiang dengan Metode Chin (1970)
Chin F.K (1970), untuk menentukan daya dukung ultimit dari data uji
pembebanan statik didasarkan pada nilai failure load dengan model persamaan
(4.4)
(4.5)
Dimana:
S = Penurunan tiang (inci)
Q = Beban yang diberikan (ton)
a, b = Konstanta
penurunan.
Dengan data hasil perhitungan analisis regresi dapat diperoleh pada Tabel
4.13.
Y X.
n X Y ^2 Y
0, 0, 0, 0,
1 000 000 00 000
0, 0, 0, 0,
2 012 000 00 000
0, 0, 0, 0,
3 029 000 00 000
0, 0, 0, 0,
4 046 000 00 000
0, 0, 0, 0,
5 066 000 00 000
0, 0, 0, 0,
6 089 000 01 000
0, 0, 0, 0,
7 110 000 01 000
0, 0, 0, 0,
8 132 001 02 000
0, 0, 0, 0,
9 214 001 05 000
0, 0, 0, 0,
∑ 698 004 091 000
X = S/Q Y = S
a = 0,00023.
b = 0,00242.
129
0.0008
0.0007
0.0006
y = 0.0023x + 0.002
0.0005
S/Q
0.0004
0.0003
0.0002
0.0001
0.0000
0.000 0.050 0.100 0.150 0.200 0.250
Penurunan, (inci)
Gambar 4.19 Grafik metode Chin (1970) hubungan antara beban vs penurunan
Dari Gambar 4.19 di atas, grafik dengan metode Chin (1970) di atas,
Qult = 1 / 0.0023
= 434.78 Ton
c. Gambarkan garis dengan sudut 450, mulai dari perpotongan garis dengan
Gambar 4.20.
Dari grafik dengan metode Mazurkiewicz (1973) di atas, diperoleh nilai beban
persamaan ini. Modulus elastisitas di sekitar tiang (Es) dapat dihitung dengan:
Es = 3 . qc
= 3 * 65,60 kg/cm2
Eb = 10. Es
Ep = 4700 .
= 4700.
= 27,805 Mpa.
RA =
= 1,00.
K =
= 1,412.856
L 3000 =
Untuk 1, diameter ujung dan atas sama Untuk =
d 600
5,00.
I = Io . Rk .. Rh . R
= 0,024.
S = 0,061 cm.
I = 0,022.
S = 0,056 cm.
Hasil Perhitungan di atas maka penurunan tiang tunggal dilihat Tabel 4.14.
D1143/81 adalah:
133
Dari Persamaan 2.45 sesuai Metode Vesic (1977) bahwa besarnya penurunan
Bg
Sg = S
D
(4.6)
Dimana:
Bg = 300 cm
D = 60 cm 300
Maka:
300
Sg = 0,117 x
60
Maka penurunan kelompok tiang memenuhi syarat aman karena lebih kecil
Sesuai dari Metode Broms, 1964 yang telah memberikan analisa daya dukung
tiang panjang (D/B > 20 persyaratan tiang panjang), dan dari Persamaan 2.61
diperoleh:
2M u
Hu =
Hu
e + 0.54.
γ '.D ' Kp
berdasarkan data yang ada, diperoleh nilai Hu adalah 266,00 kN (26,60 Ton).
Dan untuk daya dukung izin lateral tiang, sesuai dengan persamaan berikut
diperoleh adalah:
135
Hu
H izin =
SF
(4.7)
Maka diperoleh kapasitas daya dukung lateral ultimit tiang (Hu) adalah
sebesar 266,00 kN (26,60 Ton) dan daya dukung lateral izin tiang (Hizin) adalah
Dan dari hasil analisis struktur bangunan dengan program SAP2000 bahwa
diperoleh gaya horizontal yang akan terjadi pada struktur adalah sebesar 252,00 kN
(25,20 Ton), dimana lebih kecil dari kemampuan kapasitas daya dukung lateral
ultimit tiang pondasi hasil analisis yaitu sebesar 266,00 kN (26,60 Ton), sehingga
secara struktur bahwa tiang pondasi masih aman terhadap gaya lateral.
136
BAB V
PEMODELAN UJI BEBAN STATIS DENGAN
METODE ELEMEN HINGGA
Pada bab ini membahas hasil perhitungan (analisis) dan pembahasan dengan
elemen hingga yang telah disampaikan pada BAB II, dengan pemodelan tanah dari
struktur gedung proyek Medan Focal Point untuk mendapatkan perkiraan beban
rencana yang ada sesuai SNI-03-2847-2002 tentang Tata Cara Perhitungan Struktur
I Umum
Secara umum bangunan gedung Medan Focal Point, terdiri dari 2 lantai
basement dan 3 lantai atas. Adapun bangunan ini berfungsi sebagai bangunan
perbelanjaan dengan tinggi tipikal floor to floor untuk lantai atas adalah 4,5 meter.
Kondisi topografi lokasi tempat gedung akan di bangun adalah relatif datar.
a. Peraturan
2847-2002.
1727-2847-1992.
1727-1989.
1726-2002.
1729-2002.
b. Standar
1986.
1989.
c Spesifikasi Bahan
No Mut
Member Material
u
Beton K 350
1. Kolom dan shear wall
Baja Tulangan BJTD 40
Beton K 350
2. Balok
Baja Tulangan BJTD 40
Beton K 350
3. Plat lantai
Baja Tulangan BJTD 40
Struktur sekunder Beton K 350
4.
(tangga, ramp dll) Baja Tulangan BJTD 40
5. Rangka Atap Baja Baja Struktur BJ 37
Sistem struktur atas adalah open frame beton bertulang terdiri dari kolom,
Dengan melihat data tanah yang ada, maka jenis pondasi yang digunakan
Untuk mengetahui gaya dalam yang dialami oleh pelat, digunakan program
SAP2000. Sedangkan untuk desain tulangan lentur menggunakan program yang sama
dimodelkan sebagai open frame dimana kekuatan semua struktur di dalam proyek ini
berdasarkan sistem rangka pemikul momen penahan beban gravitasi, beban lateral
139
Dalam analisis terdapat satu model struktur yang dianalisa secara utuh. Model
dianalisis dengan perletakan jepit pada lantai dasar. Perbedaan penurunan diatasi oleh
tie beam.
2. Partisipasi massa.
Pada analisis ini dimasukan reduksi momen inersia dan peningkatan modulus
c. Pola ragam getar dominan translasi (tidak terjadi torsi mode 1 dan 2).
Analisis statik ekivalen 3 dimensi dihitung dengan beban yang terdiri dari:
a. Beban mati.
b. Beban hidup.
Dari analisis ini diperoleh gaya geser tingkat untuk menghitung faktor reduksi
a. Tentukan reaksi setiap kolom dan shear wall untuk arah x dan y dari
b. Hitung reaksi total kolom (Vkol) dan reaksi total shear wall (Vsw).
R=
∑ (V kol + Vsw)
∑ (Vkol / Rkol + Vsw / Rsw)
Dari diagram atau kurva gaya geser tingkat nominal hasil analisis respon
spectrum dibuat gaya geser tingkat rencana yang diambil dari nilai terbesar dari 0.8
V1 (dimana V1 adalah gaya geser dasar dengan jumlah ragam 1 dan R=1).
Dengan metoda multiplayer faktor maka diperoleh faktor pengali gaya gempa
0.8 V1
dinamis pada setiap arah. Faktor skala = V 1= ≥1
Vt
Dimana:
141
a. Uraian
geser dan pelat lantai sebagai diaphragm untuk penahan gaya lateral (gempa)
sedangkan balok dan kolom digunakan untuk menahan beban akibat gaya gravitasi.
Struktur atas dan bawah dianalisis terhadap pengaruh gempa secara terpisah,
dimana struktur atas dianggap struktur 3D yang terjepit pada taraf lantai dasar dan
struktur bawah dianggap sebagai struktur 3D tersendiri seperti Gambar 5.2 ini.
b Pembebanan Struktur
1 Beban Mati
Beban mati merupakan berat sendiri seluruh bangunan, struktur maupun non
Beban mati tersebut sangat tergantung dari dimensi serta berat jenis struktur
yang digunakan. Sesuai peraturan yang berlaku di Indonesia, berat jenis dari elemen-
Beban mati ini harus diperhitungkan 100 % dalam setiap analisa struktur.
2 Beban Hidup
Beban hidup adalah berat tambahan diluar beban mati yang bekerja pada
waktu-waktu tertentu, baik secara terus menerus maupun sementara. Besarnya beban
hidup ditentukan oleh peruntukan bangunan, dengan harga minimum sesuai dengan
perbandingannya dengan nilai minimum yang tercantum pada peraturan, dapat dilihat
Mengingat beban hidup tidak bekerja secara bersamaan, maka untuk analisa
portal maupun gempa ada suatu faktor reduksi, yang bergantung pada jenis
143
Peraturan Beban
No Jenis Peruntukan
Kg/m2 Kg/m2
A Lantai dan tangga rumah tinggal, kecuali yang disebut 200 kg/m2
dalam b.
B Lantai dan tangga rumah sederhana dan gudang-gudang 125 kg/m2
tidak penting yang bukan untuk toko, pabrik atau
bengkel.
C Lantai sekolah, ruang kuliah, kantor, toko, toserba, 250 kg/m2
restoran, hotel, asrama dan rumah sakit.
D Lantai ruang olah raga. 400 kg/m2
analisis portal, beban hidup direduksi dengan koefisien 0,75, dan untuk analisis
3 Beban Gempa
Perencanaan beban gempa dilakukan dengan analisa beban statis ekivalen dan
analisis dinamis.
Ci I
V = Wt
R
Dimana:
C1 = Factor respons spectrum dari grafik respons spectrum klasifikasi
kondisi tanah sesuai dengan table 4 hal 15 SNI 03-1726-2002.
c Perhitungan Nilai C
Waktu getar sistem struktur diambil dari hasil analisis dinamis 3 dimensi
dengan analisa respons spectrum sebesar 0,6406 detik. (analisis SAP2000). Waktu
Diambil taraf kinerja struktur daktilitas penuh dengan R = 8,5 (Tabel 9 hal 35 SNI
03-1726-2002).
Beban geser akibat gempa harus dibagikan sepanjang tinggi gedung menjadi
Wi hi
Fi = V
∑ Wi hi
e Analisis Dinamis
Sebagai spektrum percepatan respons gempa dipakai diagram koefisien gempa dasar
Selanjutnya beban geser tingkat rencana akibat beban gempa statik ekuivalen
yang ditinjau dalam analisis perencanaan, diplot bersama-sama dengan beban geser
tingkat analisis respon dinamik sedemikian rupa sehingga menghasilkan beban geser
tingkat dasar sebesar 0,8 V (V adalah beban geser dasar statik rencana). Dalam hal
ini, grafik beban geser tingkat respons dinamik struktur bangunan terhadap gempa
rencana harus berada disebelah dalam dari pada grafik beban geser tingkat rencana.
Apabila kedua grafik ini saling berpotongan, maka pembagian beban gempa statik
2 Kombinasi Pembebanan
dan Tata Cara Perencanaan Gempa Untuk Bangunan Gedung (SNI 03-1726-2002).
3 Executive Summary
1. Pembebanan basement
Gaya geser dasar horizontal total akibat gempa dan distribusinya ke sepanjang
tinggi gedung.
Vx = Vy = C*I*K*Wt
= 0,07 * 1,0 * 1,0 * 2879194,5
Wi . hi
.Vx , y
Fi,xy =
∑ Wi . hi
4
18.45 590,233.95 10,889,816.38 74,937.36 12,489.56
2
9.45 2,254,648.25 21,306,425.98 146,618.38 24,436.40
1
4.95 2,254,648.25 11,160,508.85 76,800.11 12,800.02
149
Dari hasil análisis diperoleh reaksi perletakan yang sesuai dengan Gambar
5.16 untuk titik tinjau P-108 = 1.130,10 ton yang merupakan hasil dari kelompok
tiang dalam pile cap (poer) yang terdiri dari 6 (enam) buah tiang bored pile. Untuk1
buah tiang bored pile diperoleh sebesar = 1.130,1 ton / 6 = 188,35 ton.
Tit Ti
dengan titik tinjau pada P-108 dilihat Gambar 5.17 diperoleh reaksi perletakan seperti
Maka dari hasil analisis perhitungan struktur pada gedung Medan Focal Point
Gambar 5.4 Gaya horizontal dan momen perletakan titik tinjau P 108
5.2 Analisis Kapasitas Daya Dukung Tiang dengan Metode Elemen Hingga
dengan Plaxis
Dalam tesis ini penulis menganalisis Kapasitas Daya Dukung Tiang dengan
Pada data masukan (input data) yang diperlukan untuk analisis perhitungan,
selain data pemodelan tanah yang telah diuraikan pada BAB IV sebelumnya terlebih
dahulu disajikan data-data masukan yang diperlukan program Plaxis pada proses
pengujian beban statis (loading test), yaitu data: siklus pembebanan loading test,
tiang pancang dan deskripsi serta parameter tanah hasil pengujian laboratorium dan
parameter tanah hasi pengujian laboratorium setiap lapisan pada lokasi BH-02,
sebagai berikut:
151
1 Siklus Pembebanan
Untuk mencari kapasitas daya dukung tiang bor dari data loading test,
Besar beban dan lamanya konsolidasi dapat kita lihat sebagai berikut:
a. Cycle 1
b. Cycle 2
c. Cycle 3
d. Cycle 4
Sebelum melakukan pemodelan pondasi bored pile, ada baiknya kita terlebih
dahulu mengetahui data-data teknis dari bored pile tersebut. Data-data tersebut
berhubungan dengan data yang dibutuhkan pada analisis daya dukung maupun
penurunan pondasi tiang bored pile, baik secara manual maupun program Plaxis.
Adapun data-data untuk input data bored pile pada Plaxis adalah yang tertera
No Keterangan Nilai
2
5. Modulus Elastisitas (kn/m ) 2531027,459
4 -3
6. Momen Inersia (I) (m ) 6,359 x 10
7. AE (kn/m)
2861073,440
2
8. EI (knm /m) 16093,538
Pengujian daya dukung tiang bor dengan uji beban statik adalah uji standar
untuk setiap bangunan, yaitu pembebanan langsung tiang pondasi dengan besar beban
200% atau 300% daya dukung ijin (working load) tiang. Uji beban sebesar 200%
lebih ditujukan untuk proof-test saat konstruksi, sedangkan uji beban sebesar 300%
ditujukan untuk mencari daya dukung batas tiang, untuk keperluan design yang perlu
diperhatikan pada uji tiang bor adalah pengujian boleh dilakukan setelah 14 - 30 hari,
agar beton mencapai kekuatan yang diinginkan dan keadaan tanah yang terganggu
dapat kembali seperti keadaan semula. Rencana pondasi bangunan ini adalah bored
pile dengan diameter 600 mm pada kedalaman 28 m dari cut of level (col). Percobaan
154
pembebanan dilakukan pada pile terpakai (use pile) dengan beban maksimum
memakai sistim kentledge, yaitu dengan menumpuk blok-blok beton atau material
lain sesuai yang dibutuhkan. Cara lainnya dengan menggunakan reaction pile
(anchor system) yaitu menggunakan tiang bor lain atau ground anchor yang akan
berfungsi sebagai tiang tarik. Pembebanan pada kepala tiang dilakukan dengan
tempat yang luas serta biaya besar. Selama pembebanan semua kegiatan di sekitar
area tesebut harus berhenti karena dapat mengganggu ketelitian hasil pengujian. Data
penting dari pengujian ini adalah diperolehnya grafik hubungan antara penurunan
tiang (settlement) vs beban (load). Dari grafik ini, dengan menggunakan berbagai
metoda, seperti metoda Chin, metoda Davission, dan metoda Mazurkiewich dapat
b Prosedur pengujian
adalah 200% design load, dimana step pembebanan adalah 25% design load.
Kentledge system digunakan untuk memberikan reaksi pada hidrolik jack. Untuk
mengukur penurunan tiang digunakan 4 (empat) buah dial guage, yang terletak
diseputar tiang dan bertumpu pada reference beam yang bebas dari pengaruh
penurunan tanah akibat beban pada tiang. Prosedur pengujian uji pembebanan antara
persiapan tiang yang akan diuji yakni dengan pengetesan kepala tiang
pengujian kepala tiang tidak pecah. Area yang digunakan pada pengujian
harus diratakan disekitar area tiang yang akan diuji dengan ukuran 10 x 12 m.
kaki test pile. Elevasi as pembabanan ditentukan pada tiang yang akan diuji
untuk meletakkan jack hidrolic, dial gauges dan perlengkapan test lainnya.
pengujian. Penerapan beban pada tiang yang diuji diukur oleh pressure gauge.
Pembacaan dial gauge dan scale rule yang terbaca selama pergerakan
3 Rencana pembebanan
Cycle I : 0%-25%-50%-25%-0%.
Cycle II : 0%-50%-75%-100%-75%-50%-0%.
Cycle IV : 0%-50%-100%-150%-175%-200%-175%-150%-100%-50%-0%.
156
4 Pengajuan laporan
30 menit.
tes. Semua system reaksi harus direncanakan dan dibuat untuk menahan
k. Hasil test factual untuk test aksial kompressi (tekan) berupa besarnya
157
settlement tiang untuk beban 100% design load, 200% design load, dan
residual settlement dirangkum dalam Tabel 5.5. Dari data-data faktual ini
2. Untuk idealisasi dari air tanah yang keluar diasumsikan dengan material
liquid dengan nilai γ yang lebih besar dari γair. Dalam hal ini dianggap 10
kN/m3.
dalam lubang bor, mulai dari bawah higga penuh. Oleh karena itu liquid
dengan sendirinya akan terdesak keluar oleh karena berat jenis air lebih
Setelah gambar geometri selesai dibuat lapis demi lapis pada kerja monitor,
input data-data tanah maupun data-data bore pile juga segera dilakukan, setelah data
yang dibutuhkan program Plaxis telah terpenuhi lalu diakhiri dengan mengklik apply
lalu OK pada dialog soil interface sepert terlihat pada Gambar 5.5.
Gambar 5.5 Pemodelan lapisan tanah dan tiang pada lokasi BP-108
159
Dengan masuknya data-data input, yaitu parameter tanah dan bore pile, maka
langkah selanjutnya adalah generate mesh dan akan muncul warning di monitor,
water pressure lalu klik OK, akan muncul active pore pressure seperti Gambar 5.7.
Setelah proses perhitungan selesai seperti pada Gambar 5.9, maka langkah
berikutnya adalah masuk pada kategori kurva. Dari proses ini akan muncul dialog
pada curve generation yang menghasilkan gambar yang seperti pada Gambar 5.23 ini.
161
Dari Gambar 5.10 di bawah ini diperoleh hasil pemodelan program Plaxis
Data Pembebanan dan penurunan dari hasil Plaxis dapat dilihat pada Tabel 5.6.
Gambar 5.10 Grafik hubungan antara beban dengan penurunan pada BP. 108
162
Dari hasil analisis yang telah diperoleh dari output hasil program Plaxis dapat
dikomparasi terhadap beban vs penurunan dengan dari hasil uji beban statis (loading
test) yang telah diinterpretasikan pada Tabel 5.6. Adapun komparasi tersebut
terhadap beban yang diberikan secara siklik yaitu 50%, 100%, 150% dan 200%.
Step Sum-MloadA mm
1,000 0,000
0
1 1,000 0,100
2 1,000 0,100
3 1,000 0,100
4 1,000 0,100
5 1,000 0,100
6 328,843 0,375
7 375,000 0,411
8 663,961 0,723
9 755,000 0,870
10 375,000 0,627
11 0,000 0,388
12 750,000 0,866
13 959,969 1,123
14 1125,000 1,351
15 1412,548 1,809
16 1500,000 1,963
163
17 1125,000 1,724
18 750,000 1,485
19 0,000 1,006
20 750,000 1,485
21 1500,000 1,972
22 1579,328 2,102
23 1719,537 2,363
24 1875,000 2,669
25 1969,829 2,857
26 2150,177 3,235
27 2474,113 3,994
28 2550,000 4,192
29 1875,000 3,762
30 1500,000 3,523
31 750,000 3,045
32 114,046 2,556
33 0,000 2,453
34 750,000 2,931
35 1500,000 3,409
36 2250,000 3,939
37 2542,497 4,185
38 2626,473 4,392
39 2677,092 4,528
40 2772,436 4,799
41 2959,324 5,342
42 3000,000 5,462
43 2250,000 4,984
44 1500,000 4,505
45 750,000 3,978
164
46 183,538 3,482
47 0,000 3,312
Untuk komparasi hasil kurva beban vs penurunan dengan beban 50%, yang
diperoleh dari analisi program Plaxis terhadap interpretasi uji beban statis (loading
0 20 40 60 80
0.00
0.50
[Plaxis] - cycle I
[loading] - cycle I
1.00
Gambar 5.11 Grafik hubungan beban vs penurunan pada beban 50% (cycle I)
Dari gambar grafik di atas akan dapat dirincikan terhadap besar beban yang
diberikan dan berapa besar penurunan tiang yang dihasilkan, dimana hal ini akan
Tabel 5.7 Besar penurunan yang diperoleh dengan beban siklik 50%
Penurunan
Beban 50 %
Awal Maximum Rebound
( 75.00 Ton) ( mm ) ( mm ) ( mm )
Dimana dari Gambar 5.11 dan Tabel 5.7 terlihat hubungan antara beban yang
diberikan secara siklik sebesar 50% akan menghasilkan besar penurunan pada tiang
dari hasil out put program Plaxis dengan hasil interpretasi uji beban statis, sehingga
1 Besar penurunan maximum yang diberikan pada saat beban secara siklik
50% yaitu sebesar 75 ton, dari hasil output program Plaxis adalah 0,870
mm, sedangkan dari interpretasi uji beban statis diperoleh sebesar 0,743
mm. Dimana terdapat selisih 0,127 mm yang lebih besar hasil out put
sebesar 0,388 mm sedangakan pada uji beban statis sebesar 0,177 mm.
Pada saat ini juga hasil output program Plaxis mengalami lebih besar
Dari hasil diatas dapat disimpulkan pada kondisi beban diberikan sebesar 50%
maka hasil interpretasi uji beban statis terhadap pemodelan pada program Plaxis
menggambarkan bahwa kondisi tanah yang lebih baik, dimana hal ini dapat dilihat
Untuk komparasi hasil kurva beban vs penurunan dengan beban 100%, yang
diperoleh dari analisi program Plaxis terhadap interpretasi uji beban statis (loading
[loading] - cycle II
0.50
1.00
1.50
2.00
2.50
Gambar 5.12 Grafik Hubungan beban vs penurunan pada beban 100% (cycle II)
Gambar grafik di atas akan dapat dirincikan terhadap besar beban yang
diberikan dan berapa besar penuruan tiang yang dihasilkan, dimana hal ini akan dapat
Tabel 5.8 Besar penurunan yang diperoleh dengan beban siklik 100%
Penurunan
Beban 100 %
Awal Maximum Rebound
( 150.00 Ton) ( mm ) ( mm ) ( mm )
Dimana dari Gambar 5.12 dan Tabel 5.8 terlihat hubungan antara beban
yang diberikan secara siklik sebesar 100% akan menghasilkan besar penurunan pada
167
tiang dari hasil out put program Plaxis dengan hasil interpretasi uji beban statis,
1 Besar penurunan maximum yang diberikan pada saat beban secara siklik
100% yaitu sebesar 150 ton, dari hasil output program Plaxis adalah
1,963 mm, sedangkan dari interpretasi uji beban statis diperoleh sebesar
1,655 mm. Dimana terdapat selisih 0,308 mm yang lebih besar hasil
sebesar 1,006 mm sedangakan pada uji beban statis sebesar 0,368 mm.
Pada saat ini juga hasil output program Plaxis mengalami lebih besar
Dari hasil diatas dapat disimpulkan pada kondisi beban diberikan sebesar
100% maka hasil interpretasi uji beban statis terhadap pemodelan pada program
Plaxis menggambarkan bahwa kondisi tanah yang lebih baik, dimana hal ini dapat
dilihat dari besar penurunan yang terjadi sebesar 0,638 mm lebih kecil dari hasil
Untuk komparasi hasil kurva beban vs penurunan dengan beban 150%, yang
diperoleh dari analisi program Plaxis terhadap interpretasi uji beban statis (loading
Beban, (Ton)
0 50 100 150 200 250
0.00
[Plaxis] - cycle III
0.50 [loading] - cycle III
1.00
1.50
2.00
2.50
3.00
3.50
4.00
4.50
Gambar 5.13 Grafik hubungan beban vs penurunan pada beban 150% (cycle III)
Dan gambar grafik di atas akan dapat dirincikan terhadap besar beban yang
diberikan dan berapa besar penuruan tiang yang dihasilkan, dimana hal ini akan dapat
Tabel 5.9 Besar penurunan yang diperoleh dengan beban siklik 150%
Penurunan
Beban 150 %
Awal Maximum Rebound
( 225.00 Ton) ( mm ) ( mm ) ( mm )
Dimana dari Gambar 5.13 dan Tabel 5.9 terlihat hubungan antara beban yang
diberikan secara siklik sebesar 150% akan menghasilkan besar penurunan pada tiang
dari hasil output pemodelan program Plaxis dengan hasil interpretasi uji beban statis,
1 Besar penurunan maximum yang diberikan pada saat beban secara siklik
150% yaitu sebesar 225 ton, dari hasil output program Plaxis adalah
169
4,192 mm, sedangkan dari interpretasi uji beban statis diperoleh sebesar
2,803 mm. Dimana terdapat selisih 1,389 mm yang lebih besar hasil
sebesar 2,453 mm sedangakan pada uji beban statis sebesar 0,420 mm.
Pada saat ini juga hasil output program Plaxis mengalami lebih besar
Dari hasil diatas dapat disimpulkan pada kondisi beban diberikan sebesar
150% maka hasil interpretasi uji beban statis terhadap pemodelan pada program
Plaxis menggambarkan bahwa kondisi tanah yang lebih baik, dimana hal ini dapat
dilihat dari besar penurunan yang terjadi sebesar 2,033 mm lebih kecil dari hasil
Untuk komparasi hasil kurva beban vs penurunan dengan beban 200%, yang
diperoleh dari analisi program Plaxis terhadap interpretasi uji beban statis (loading
1.50
2.00
2.50
3.00
3.50
4.00
4.50
5.00
5.50
6.00
Gambar 5.14 Grafik hubungan beban vs penurunan pada beban 200% (cycle VI)
Dari gambar grafik di atas akan dapat dirincikan terhadap besar beban yang
diberikan dan berapa besar penuruan tiang yang dihasilkan, dimana hal ini akan dapat
Tabel 5.10 Besar penurunan yang diperoleh dengan beban siklik 200%
Penurunan
Beban 200 %
Awal Maximum Rebound
( 300.00 Ton) ( mm ) ( mm ) ( mm )
Dimana dari Gambar 5.14 dan Tabel 5.10 terlihat hubungan antara beban
yang diberikan secara siklik sebesar 200% akan menghasilkan besar penurunan pada
tiang dari hasil output program Plaxis dengan hasil interpretasi uji beban statis,
1 Besar penurunan maximum yang diberikan pada saat beban secara siklik
200% yaitu sebesar 300 ton, dari hasil output program Plaxis adalah
5,462 mm, sedangkan dari interpretasi uji beban statis diperoleh sebesar
5,443 mm. Dimana terdapat selisih 0,019 mm yang lebih besar hasil
dikurangi kembali maka diperoleh pada hasil out put program Plaxis
sebesar 3,312 mm sedangakan pada uji beban statis sebesar 1,965 mm.
Pada saat ini juga hasil output program Plaxis mengalami lebih besar
Dari hasil diatas dapat disimpulkan pada kondisi beban diberikan sebesar
200% maka hasil interpretasi uji beban statis terhadap pemodelan pada program
Plaxis menggambarkan bahwa kondisi tanah yang lebih baik, dimana hal ini dapat
Pada komparasi antara beban versus penurunan untuk hasil keseluruhan hasil
analisis out put pemodelan Plaxis terhadap hasil interpretasi uji beban statis (loading
0.50
[loading]
1.00
[Plaxis]
1.50
2.00
2.50
3.00
3.50
4.00
4.50
5.00
5.50
6.00
Dari Gambar 5.15 yaitu hubungan beban vs penurunan yang terjadi antara
hasil analisis output program Plaxis terhadap hasil interpretasi uji beban statis,
2 Semakin lama waktu yang diberikan, maka penurunan yang terjadi juga
semakin besar dan ini terjadi pada juga pada hasil analisis output dengan
4 Dari hasil yang diperoleh, terlihat bahwa dari hasil pembebanan yang
diberikan secara siklik baik pada pemodelan program Plaxis maupun dari
uji beban statis menghasilkan penurunan yang masih dalam batas izin,
dimana dari batas izin yang ada sebesar 25,40 mm (ASTM D-1143-81).
5.3.6 Pembahasan
Dari gambar kurva hubungan beban dengan penurunan pada Gambar 5.11
hingga Gambar 5.15 yaitu merupakan komparasi hasil analisis dari output
pemodelan program Plaxis terhadap interpretasi uji beban statis (loading test)
terdapat perbedaan besaran yang dihasilkan yaitu 0,019 mm, dimana perbedaan hasil
Sesuai dengan tujuan dari penelitian tesis yang tercantum dalam bab
terdahulu, yaitu membandingkan hasil analisis daya dukung dan penurunan dengan
metode empiris, interpretasi uji beban statis dan metode elemen hingga, maka daya
dukung dan penurunan pondasi bored pile terlihat pada Gambar 5.16, Gambar 5.17
dan Gambar 5.18, baik secara tiang tunggal serta kelompok tiang.
600 524.18
413.22 477.01
500 380.00
387.66
300.00 300.00
400
300
200
100
30.00
25.00
20.00
15.00
10.00
5.00
-
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
1. Dari hasil uji beban statis (loading test), dalam kasus penelitian tesis ini
menghasilkan nilai yang aman, sedangkan untuk tahap awal uji beban
pendahuluan (preliminary test) dengan loading test dilihat Tabel 6.1 maka
dari data SPT, Parameter Tanah, Software Allpile dan loading test dapat
dilihat pada Tabel 6.2. Hasil analisis kapasitas daya dukung tiang pada
176
Tabel 6.2 Hasil analisis daya dukung ultimit pondasi tiang bor
yang telah dilakukan, penurunan yang terjadi lebih kecil dari penurunan
yang diizinkan (< 25,40 mm) sesuai ASTM D-1143-81 sehingga tiang
bored pile BP-108 memenuhi persyaratan dan aman, dilihat Tabel 6.3.
Tabel 6.3 Hasil analisis penurunan pondasi bored pile tiang tunggal
2. Empiris mm 0,117
3. Plaxis mm 5,462
4. AllPile mm 9,999
5. ASTM mm 25,400
177
4. Berdasarkan hasil analisis daya dukung pondasi bored pile dengan hasil
interpretasi uji beban statis (loading test) serta analisis pemodelan tanah
penurunan yang terjadi dari uji beban statis pada beban ultimit 300 ton
sebesar 5,462 mm. Sehingga perbedaan yang ada tidak terlalu signifikan,
yaitu sebesar 0,019 mm, dan penurunan yang terjadi hasil uji beban statis
(loading test) atau pun dari hasil out put pemodelan program Plaxis masih
adalah tiang panjang, maka diperoleh besar daya dukung lateral ultimit
178
adalah sebesar 26,60 ton yang lebih besar dari gaya horizontal rencana
dari hasil analisis struktur dengan program SAP2000 yaitu sebesar 25,20
ton. Sehingga pondasi bored pile diameter 600 mm aman terhadap gaya
lateral.
6.2 Saran
Dari hasil analisis penelitian tesis ini, penulis memberi beberapa saran, antara
3. Dalam mendesain tiang bored pile, parameter tanah sangat penting untuk
Daftar Pustaka
Anonim, ASTM D1143/07 dan ASTM D1143/81, 1994, Annual Book of ASTM
Standart, Section Four Construction, Barr Harbor.
Arief, D. T., 1988, Keandalan Pondasi Tiang Tunggal Terhadap Beban Lateral,
Tesis, Program Teknik Sipil – Struktur, Fakultas Pasca Sarjana, Institut
Teknologi Bandung, Bandung.
Arifin, Z., 2007, Komparasi Daya Dukung Aksial Tiang Tunggal Dihitung Dengan
Beberapa Metode Analisis, Tesis, Program Pascasarjana Teknik Sipil,
Universitas Diponegoro, Semarang.
Acset Indonusa, PT., 2011, Laporan Static Axial Compressive Load Test, Proyek
Medan Focal Point, Medan
Broms, B., 1964, The Lateral Resistance Of Piles In Cohesionless Soils, Journal of
The Soil Mechanic Division, American Society of Civil Engineering, Vol.90,
May 1964.
Bowlesh, J. E., 1991, Analisa dan Desain Pondasi, Edisi keempat Jilid 1, Erlangga,
Jakarta.
Das, B. M., 1941, Principles of Foundation Engineering Fourth Edition, Library of
Congress Cataloging in Publication Data.
Das, B. M., 2008, Principles of Foundation Engineering 7th Edition, PWS Publising,
Pasific Grove.
Dongyuan, W., Yuming, Z., Jianjun, Z., Yabin Y., Ju Liu, EJGE Vol.16, 2011,
Comparisons of Interpreting Ultimate Capacity of Piles Based on Axial Static
Load Testing Data between Chinese and Western Methods, EJGE Vol. 16,
China
Hardiyatmo, H. C., 2002, Teknik Pondasi 1, Edisi Kedua, Beta Offset, Yogyakarta.
Hardiyatmo, H. C., 2010, Teknik Pondasi 2, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Harahap, D. D., 2012, Analisis Perbandingan Daya Dukung antara Hasil Loading
Test Bore Pile Diameter Satu Meter Tunggal dari Jembatan Fly Over Amplas
dengan Metode Elemen Hingga, Tesis, Sekolah Pascasarjana Universitas
Sumatera Utara, Medan.
Irsyam, M., 1997, SI-3221 Rekayasa Pondasi, Penerbit ITB, Bandung.
Iskandar, R., 2002, Beberapa Kendala Teori Perhitungan Daya Dukung Aksial
Pondasi Dalam, USU, Sumatra Utara.
180
Lambe, W. T., Whitman, R. V., 1969, Soil Mechanics, Jhon Willey & Sons, Inc.,
New York.
LOADTEST Inc., www.loadtest.com, 2012
Napitu, E., 2007, Kajian Daya Dukung Dan Penurunan Tiang Pancang Beton
Berdasarkan Data Lapangan, Laborotorium Dan Menggunakan Program
Plaxis di Sepanjang Sungai Percut Sematera, Tesis, Pascasarjana Universitas
Sumatera Utara, Medan.
Poulus, H. G. and Davis, E. H., 1968, The Settlement Behaviour of Single Axially
Loaded Incompressible Piles and Pierss, Geothechnique,
Prakash, S. H., & Sharma, D., 1990, Pile Foundations In Engineering Practice, John
Willey dan Sons, Inc. Canada.
Raharjo, P. P., 2005, Manual Pondasi Tiang Edisi 3, GEC-Geotechnical Engineering
Centre, Bandung.
Sardjono, H. S., 1988, Pondasi tiang pancang, jilid 1, penerbit Sinar Jaya Wijaya,
Surabaya.
Sardjono, H. S., 1988, Pondasi tiang pancang, jilid 2, penerbit Sinar Jaya Wijaya,
Surabaya.
Schmertmann, John, H. and Hayes, John, A., 1997, The Osterberg Cell and Bored
Pile Testing – A Symbiosis, The Third International Geotechnical Engineering
Conference, Cairo University – Egypt.
Silaen, M. K., 2009, Analisa Daya Dukung Dan Penurunan Bore Pile Dengan Model
Tanah Hardening Soil Pada Proyek City Hall Town Square Medan, Tesis,
Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara, Medan.
Sinaga, S., 2009, Analisa Daya Dukung Dan Penurunan Bore Pile Tunggal Dengan
Menggunakan Model Tanah Mohr Coulomb Pada Proyek City Hall Town
Square, Tesis, Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara, Medan.
Suhairiani, 2012, Analisis Perbandingan Daya Dukung Hasil Loading Test Pada
Bore Pile Diameter Satu Meter Tunggal Dengan Metode Elemen Hingga
Memakai Model Tanah Mohr Coulomb Pada Proyek Crystal Square Medan,
Tesis, Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara, Medan.
Wesley, L. D., 1977, Mekanika Tanah, Penerbit Pekerjaan Umum, Jakarta.
Wahyu P. D., 2008, Studi Perbandingan Kapasitas Daya Dukung Statik Tiang
Pancang Tunggal Berdasarkan Rumus-Rumus Daya Dukung, Analisa Dinamik
dan Uji Beban Statik, Tugas Akhir, Program Studi Teknik Sipil, ITB.