Anda di halaman 1dari 217

ANALISIS PERBANDINGAN DAYA DUKUNG DAN

PENURUNAN PONDASI BORED PILE DIAMETER 600 MM


DENGAN METODE EMPIRIS, UJI BEBAN STATIS DAN
ELEMEN HINGGA PADA PROYEK MEDAN FOCAL POINT

TESIS

OLEH
BERLIN ANGGIAT TAMPUBOLON
127016005/TS

FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2014
ANALISIS PERBANDINGAN DAYA DUKUNG DAN
PENURUNAN PONDASI BORED PILE DIAMETER 600 MM
DENGAN METODE EMPIRIS, UJI BEBAN STATIS DAN
ELEMEN HINGGA PADA PROYEK MEDAN FOCAL POINT

TESIS

Untuk memperoleh Gelar Magister Teknik Dalam Program Studi


Magister Teknik Sipil Pada Program Pascasarjana
Universitas Sumatera Utara

OLEH
BERLIN ANGGIAT TAMPUBOLON
127016005/TS

FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2014
Judul Tesis : ANALISIS PERHITUNGAN DAYA DUKUNG DAN
PENURUNAN PONDASI BORED PILE DIAMETER
600 MILI METER DENGAN METODE EMPIRIS, UJI
BEBAN STATIS DAN ELEMEN HINGGA PADA
PROYEK MEDAN FOCAL POINT
Nama Mahasiswa : Berlin Anggiat Tampubolon
Nomor Pokok : 127016005
Program Studi : Teknik sipil

Menyetujui
Komisi Pembimbing,

(Prof. Dr. Ir. Roesyanto, MSCE) (Ir. Rudi Iskandar, MT)


Ketua Anggota

Ketua Program Studi, Dekan,

(Prof. Dr. Ir. Roesyanto, MSCE) (Prof. Dr. Ir. Bustami Syam, MSME)

Tanggal Lulus : 1 12 Agustus 2014


Telah Diuji Pada
Tanggal : 12 Agustus 2014

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Prof. Dr. Ir. Roesyanto, MSCE

Anggota : Ir. Rudi Iskandar, MT

Prof. Dr. Ing. Johannes Tarigan

Dr. Ir. Ahmad Perwira Mulia Tarigan, M.Sc


ABSTRAK

Setiap bangunan memerlukan pondasi sebagai dasar bangunan yang kuat dan
kokoh, karena pondasi sebagai dasar bangunan harus mampu memikul seluruh beban
bangunan dan beban lainnya untuk diteruskan sampai kelapisan tanah di bawahnya.
Kemampuan pondasi memikul beban tersebut disebut daya dukung pondasi.Besarnya
daya dukung dan penurunan pondasi dapat diketahui dengan analisis metode empiris,
pemodelan metode elemen hingga dan uji beban statis (loading test). Pondasi dalam
(deep foundation) secara umum memiliki permasalahan yang lebih rumit daripada
pondasi dangkal (shallow foundation). Karena adanya parameter-parameter tanah yang
sangat perlu diperhatikan dalam menganalisis besar daya dukung pondasi dalam.

Tesis ini menganalisis kapasitas daya dukung dan penurunan (settlement) pada
pondasi tiang bored pile diameter 600 mm secara tiang tunggal maupun kelompok
tiang, dengan metode empiris, program AllPile, program Plaxis, program SAP2000
dan membandingan hasilnya dengan interpretasi uji beban statis (loading test) pada
pondasi proyek Medan Focal Point. Analisis menggunakan data penyelidikan tanah
lapangan (soil investigation) dan laboratorium serta membandingkan terhadap model
tanah Mohr Coulomb.

Hasil analisis daya dukung ultimate pondasi bored pile dengan metode empiris
memberikan nilai terbesar yaitu dengan mempergunakan data N-SPT yaitu 697,83 ton
dengan metode Reese and Wright serta nilai terkecil 387,67 ton dengan metode Touma
and Reese, serta sebesar 26,60 ton untuk daya dukung lateral ultimate, 13,30 ton untuk
daya dukung lateral yang diizinkan. Dimana hasil daya dukung lateral ultimate dari
program SAP2000 adalah 25,20 ton. Hasil loading test diperoleh daya dukung ultimate
300,00 ton. Maka berdasarkan hasil daya dukung pondasi tersebut aman. Penurunan
yang terjadi hasil analisis pemodelan elemen hingga hingga dengan program Plaxis
adalah 5,462 mm, hasil program AllPile adalah 9,99 mm, dan hasil loading test di
lapangan penurunan pada beban terbesar yang terjadi sebesar 5,443 mm. Berdasarkan
ASTM D1143/81, penurunan yang diizinkan adalah sebesar 25,40 mm. Maka
berdasarkan penurunan bahwa tiang pondasi aman dalam konstruksi.

Kata Kunci: loading test, Metode Elemen Hingga, Bore Pile,


ABSTRACT

Every construction needs foundation as a strong construction basis because


foundation must be capable of carrying the whole building load and other loads for
planting into the ground under it. The capacity of foundation to carry the load is
called foundation supporting capacity. The amount of supporting capacity and
foundation settlement can be known by conducting empirical method, element
modeling, and loading test. Deep foundation generally has more complex problems
than shallow foundation. Therefore, the parameters of soil need to be heeded in
analyzing supporting capacity of deep foundation.

This Thesis analyzed supporting capacity and settlement in bored pile


foundation of 600 mm in diameter, using single of group piles, empirical method, All
Pile program, Plaxis program, and SAP2000 program, and compared the result with
the interpretation of loading test in the project foundation of Medan Focal Point. The
data were analyzed by conducting soil investigation and laboratory and compared
them with Mohr Coulomb soil model.

The result of the analysis on the ultimate supporting capacity of bored pile
foundation, using empirical method, showed that the highest value in N-SPT data was
697.83 tons by using Reese and Wright method and lowest value was 387.67 tons by
using Touma and Reese method, 26.60 tons for ultimate lateral supporting capacity,
13.30 tons for permitted lateral supporting capacity, in which the result of ultimate
lateral supporting capacity of SAP2000 was 25.20 tons. The result of loading test
showed that ultimate supporting capacity was 300 tons which indicated that the
supporting capacity of the foundation was safe. The settlement of the result of finite
element modeling analysis with Plaxis program was 5.462 tons, the result of All Pile
program was 9.99 mm, and the result of loading test in the field showed that the
biggest load settlement was 5.443 mm. Based on ASTM D1143/81, it was found that
the permitted settlement was 25.40 mm which indicated that bored pile foundation was
safe in construction.

Keywords: Loading Test, Finite Element Method, Bored Pile


KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur dipanjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas segala
rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat meyelesaikan Penelitian tesis ini
dengan baik.Tesis ini ditulis adalah sebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan
perkuliahan pada Program Magister Program Pascasarjana Teknk Sipil Universitas
Sumatera Utara (USU) untuk memperoleh gelar Magister Teknik (MT) dalam
pengutamaan (kekhususan) bidang Struktur Geoteknik.

Judul Tesis “Analisis Perbandingan Daya Dukung dan Penurunan Pondasi


Bored Pile Diameter 600 mm dengan Metode Empiris, Uji Beban Statis dan Metode
Elemen Hingga pada Proyek Medan Focal Point” dan merupakan sebuah studi
literatur yang menggunakan data-data penyelidikan tanah (soil investigation), dan uji
pembebanan statis (loading test) serta berisi tentang konsep dan metodologi analisis
kapasitas daya dukung dan penurunan pondasi tiang yang dibandingkan (komparasi)
dengan analisis pemodelan tanah secara metode elemen hingga.

Penulis menyadari, penyusunan tesis ini tidak terlepas dari bimbingan dan
bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu pada kesempatan ini, penulis ingin
menyampaikan hormat dan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada Bapak Prof. Dr.
Ir. Roesyanto, MSCE Selaku Ketua Program Studi Magister Teknik Sipil dan Dosen
Pengajar serta Ketua Komisi Pembimbing Tesis. Bapak Ir. Rudi Iskandar, MT Selaku
Sekretaris Program Studi Magister Teknik Sipil dan Dosen Pengajar serta Anggota
Komisi Pembimbing Tesis dan Bapak Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu. DTM & H. M.Sc
(CTM), Sp.A(K) selaku Rektor Universitas Sumatera Utara.

Penulis juga menyampaikan hormat dan terimakasih kepada Bapak Prof. Dr.
Ing. Johannes Tarigan, Bapak Dr. Ir. Ahmad Perwira Mulia Tarigan, M.Sc sebagai
pembanding maupun penguji dalam memperbaiki penelitian ini dengan saran-saran
yang sangat bermanfaat dan seluruh Bapak Staf Pengajar Program Studi Magister
Teknik Sipil Universitas Sumatera Utara yang telah membekali penulis dengan ilmu
pengetahuan selama menjalani masa perkuliahan dan Adinda Yun Ardi yang telah
banyak membantu kelancaran administrasi selama penulis menempuh perkuliahan
hingga selesai.

Isteri yang tercinta Yetty Riris Rotua Saragi, ST. MT serta kedua anak yang
sangatku sayangi serta ku banggakan, Gabriel Bert Harry Tampubolon dan Gabriella
Sandra Ivana Tampubolon yang telah memberikan dorongan moral dan berkat doa
mereka juga kepada penulis hingga dapat menyelesaikan pendidikan pada Program
Studi Magister Teknik Sipil Universitas Sumatera Utara.

Bapak Ir. Sarjono, MM sebagai General Manager PT. Hutama Karya (Persero)
Wilayah I yang telah memberikan dorongan dan semangat untuk studi lanjut kepada
penulis pada Program Studi Magister Teknik Sipil Pascasarjana Universitas Sumatera
Utara.

PT. Acset Indonusa, adinda Rajinda Sajali Bintang, ST yang membantu


untuk memperoleh data-data yang diperlukan. Bapak Ir. M. Husin Gultom, MT yang
telah membantu memberi masukan kepada penulis.

Saudara Simon Petrus Simorangkir, ST dan Saudari Rini, ST sebagai teman


dalam pengutamaan (kekhususan) bidang Struktur Geoteknik, serta Rekan-rekan
Mahasiswa Magister Jurusan Teknik Sipil USU khususnya angkatan 2012 yang telah
memberikan bantuan dan dukungan kepada penulis dalam penyusunan penelitian tesis
ini baik secara langsung maupun tidak langsung.

Penulis menyadari bahwa penulisan tesis ini masih jauh dari sempurna karena
keterbatasan pengetahuan dan pengalaman, serta referensi yang penulis miliki. Untuk
itu penulis mengharapkan saran dan kriktik membangun demi perbaikan dan
penyempurnaan dari tesis ini di masa yang akan datang. Akhir kata, Semogasegala
kebaikan yang selama ini telah penulis terima dari berbagai pihak mendapat balasan
yang mulia dari Tuhan Yang Maha Esa. Dan nantinya tesis ini dapat memberikan
manfaat bagi kita semua.

Medan, Mei 2014

BERLIN ANGGIAT TAMPUBOLON

127016005/TS
PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang

pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan Tinggi.

Sepanjang pengetahuan saya juga, tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah

ditulis atau diterbitkan oleh orang lain kecuali yang secara tertulis diakui dalam

naskah ini disebutkan dalam daftar pustaka.

Medan, Mei 2014

BERLIN ANGGIAT TAMPUBOLON

127016005
RIWAYAT HIDUP

A. DATA PRIBADI

Nama : Berlin Anggiat Tampubolon

Tempat / Tanggal Lahir : Medan / 05 Oktober 1972

Alamat : Jl. Jaya No. 46 Medan Kel. Sudirejo II

Kec. Medan Kota, Sumatera Utara.

Agama : Kristen Protestan

Email : berlin_at_hk@yahoo.com

B. RIWAYAT PENDIDIKAN

SD Negeri Inpres No. 064029 Medan 1979 - 1985


SMP Negeri 13 Medan 1985 - 1988
SMA Negeri 5 Medan 1988 – 1991
Fakultas Teknik Jurusan Teknik Sipil Universitas
HKBP Nommensen 1991 - 1992
Fakultas Teknik Jurusan Teknik Sipil USU 1992 - 1998
Magister Teknik Sipil Konsentrasi Struktur Geoteknik 2012 - 2014

C. RIWAYAT PEKERJAAN

PT. Hutama Karya (Persero) 1999 - sekarang


DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK……………………………………………………………… i

ABSTRACT ............................................................................................. ii

KATA PENGANTAR ............................................................................. iii

PERNYATAAN ....................................................................................... v

RIWAYAT HIDUP.................................................................................. vi

DAFTAR ISI ............................................................................................ vii

DAFTAR TABEL .................................................................................... xiii

DAFTAR GAMBAR ............................................................................... xv

DAFTAR NOTASI .................................................................................. xx

BABI

PENDAHULUAN 1

1.1 Latar Belakang ......................................................................... 1

1.2 Tujuan Penulisan ...................................................................... 3

1.3 Pembatasan Masalah ................................................................ 4

1.4 Sistematika Penulisan............................................................... 5

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA…………………………………………. 7
2.1 Umum ....................................................................................... 7

2.2 Pondasi Dalam (deep foundations) .......................................... 8

2.2.1 Tipe dan Jenis Pondasi Dalam ....................................... 9

2.2.2 Penggunaan Pondasi Bored Pile .................................... 10

2.2.3 Jenis Pondasi Tiang Bor (Bored Pile) ............................ 11

2.2.4 Pentransferan Beban....................................................... 14

2.2.5 Jarak dan Susunan Tiang................................................ 16

2.2.6 Metode Pelaksanaan Bored Pile..................................... 17

2.3 Kapasitas Daya dukung Aksial Pondasi Tiang ........................ 24

2.3.1 Berdasarkan Data Hasil Uji Lapangan ........................... 25

2.3.2 Berdasarkan Data Sondir................................................ 28

2.3.3 Berdasarkan Data SPT ................................................... 29

2.3.4 Berdasarkan Data Hasil Uji Laborotorium .................... 34

2.3.5 Berdasarkan Kekuatan Bahan………………………… 36

2.4 Uji Baban Statik (Loading Test) .............................................. 36

2.4.1 Pengertian Loading Test................................................. 36

2.4.2 Jenis Loading Test .......................................................... 38


2.4.3 Tujuan Compresive Loading Test .................................. 38

2.4.4 Hal-hal yang harus diperhatikan dalam percobaan

pembebanan Vertical (Compressive Loading Test)….... 39

2.4.5 Metode Percobaan Pembebanan Vertikal (Compressive

Loading Test) dengan Pembebanan Langsung….……..

41

2.4.6 Prosedure dan Schedule Pembebanan Vertikal

(Compressive Loading)………………………………...

44

2.4.7 Prosedur Pengukuran Penurunan Tiang……………..... .. 47

2.4.8 Peralatan Pengujian……………………………………. 48

2.4.9 Perbandingan SOP ASTM D-1143(1981) dan ASTMD-

1143 (2007)........................................................................ 50

2.5 Interpretation Method…………………………………………….... 51

2.5.1 Dengan Metoda Davisson (1973)……………………… 51

2.5.2 Dengan Metode Chin (1970).......................................... .. 52

2.5.2 Dengan Metode Mazurkiewicz (1972) ........................... . 53

2.6 Kapasitas Daya Dukung dan Effisiensi Kelompok Tiang…….. 54

2.6.1 Kelompok Tiang………………………………………... 54


2.6.2 Kapasitas Daya Dukung Kelompok Tiang……………... 55

2.6.3 Effisiensi Kelompok Tiang…………………………….. 56

2.7 Penurunan Tiang (pile settlement)…………………………….. 57

2.7.1 Penurunan pada Tiang Tunggal………………………… 57

2.7.2 Penurunan pada Kelompok Tiang……………………… 58

2.7.3 Penurunan Tiang yang Diizinkan (Sizin)……………….. . 61

2.8 Daya Dukung Tiang Akibat Beban Lateral………………….. 61

2.8.1 Tiang Pendek Kepala Tiang Bebas…………………….. 62

2.8.2 Tiang Pendek Kepala Tiang Terjepit…………………… 64

2.8.3 Tiang Panjang Kepala Tiang Bebas ............................... . 65

2.8.4 Tiang Panjang Kepala Tiang Terjepit………………….. 67

2.9 Metode Elemen Hingga (FEM)……………………………….. 69

2.9.1 Program Plaxis yang merupakan MEH………………… 70

2.9.2 Model Morh Coulomb………………………………………. 71

2.9.3 Studi Parameter………………………………………… 74

2.10 Perkembangan Metode Pengujian Beban Tiang ...................... . 75

2.10.1 Jenis-jenis Pengujian Beban……………………………. 75


2.10.2 Pelaksanaan Pengujian O-cell test ................................. . 77

2.10.3 Hasil Pelaksanaan Pengujian O-cell test…………………. 79

2.10.4 Proyek yang Menggunakan Pengujian Osterberg

Cell Test………………………………………………... 80

2.10.5 Keuntungan dengan Menggunakan Pengujian

Osterberg Cell Test ..................................................... 82

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ........................................... 83

.......................................................................................................... 3.1

Deskripsi Proyek ................................................................................................. 83

.......................................................................................................... 3.2

Data Teknis Tiang Bore Pile ............................................................................... 85

.......................................................................................................... 3.3

Tahapan Penelitian .............................................................................................. 86

.......................................................................................................... 3.4

Kondisi Umum Lokasi Penelitian ....................................................................... 90

.......................................................................................................... 3.5

Lokasi Titik Bore Hole dan Loading Test ........................................................... 90

BAB IV HASIL INTERPRETASI UJI BEBAN STATIS, ANALISIS

EMPIRIS DAN PROGRAM AllPile ......................................................... 94


.......................................................................................................... 4.1

Pendahuluan ........................................................................................................ 92

4.2 Deskripsi Lapisan Tanah dari Hasil Penyelidikan Tanah 92

4.2.1 Analisis Data .................................................................. 92

4.2.2 Stratigrafi Tanah............................................................. 93

4.2.3 Data Lapangan ............................................................... 94

4.2.4 Deskripsi dan Parameter Tanah ..................................... 94

4.3 Analisis Kapasitas Daya Dukung Tiang Tunggal ........... 99

4.3.1 Analisis Kapasitas Daya Dukung Tiang Tunggal

dengan Metode Empiris ................................................. 99

4.3.2 Analisis Kapasitas Daya Dukung Tiang Berdasarkan

Parameter Tanah Hasil Pengujian Laboratorium .......... 107

4.3.3 Menghitung Kapasitas Daya Dukung Tiang Bored Pile

Berdasarkan Kekuatan Bahan ........................................ 109

4.3.4 Menghitung Kapasitas Daya Dukung Tiang Bored Pile

Berdasarkan Program AllPile ......................................... 110

4.4 Analisis Kapasitas Daya Dukung Kelompok Tiang ....... 116

4.4.1 Analisis Perhitungan Daya Dukung Kelompok

Tiang berdasarkan Effisiensi .......................................... 116


4.4.2 Analisis Perhitungan Daya Dukung Kelompok

Tiang berdasarkan Program AllPile ............................... 118

4.5 Analisis Kapasitas Daya Dukung Tiang Tunggal dengan

Interpretasi Hasil Uji Beban Statis .......................................... 119

4.5.1 Hasil Lapangan Uji Beban Statis ................................... 119

4.5.2 Interpretasi Perhitungan Daya Dukung Tiang dengan

Metode Davisson (1973) ............................................... 122

4.5.3 Interpretasi Perhitungan Daya Dukung Tiang

dengan Metode Chin (1970) ......................................... 124

4.5.4 Interpretasi Perhitungan Daya Dukung Tiang

dengan Metode Mazurkiewicz (1973) ............................ 126

4.6 Analisis Penurunan Tiang Tunggal (Single Pile) ..................... 127

4.6.1 Analisis Penurunan Tiang Tunggal berdasarkan

Metode Empiris .............................................................. 127

4.6.2 Penurunan Tiang Tunggal yang Diizinkan (Sizin) ........... 129

4.7 Analisis Penurunan Kelompok Tiang (Pile Group) ................. 129

4.7.1 Analisis Daya Dukung Lateral Tiang Tunggal .............. 130

BAB V PEMODELAN UJI BEBAN STATIS DENGAN METODE


ELEMEN HINGGA .................................................................................... 132

.......................................................................................................... 5.1
Analisis Perencanaan Struktur Gedung Proyek Medan

..........................................................................................................

Focal Point .......................................................................................................... 132

.......................................................................................................... 5.2
Analisis Kapasitas Daya Dukung Tiang degan Metode

..........................................................................................................

Elemen Hingga dengan Plaxis ............................................................................ 145

5.2.1 Input Data Analisis dengan Program Plaxis ......... 146

................................................................................................... 5.2.2

Output Data Analisis dengan Program Plaxis..................................................... 153

.......................................................................................................... 5.3
Kurva Hubungan Beban vs Penurunan antara Metode

Elemen Hingga dengan Plaxis dan Loading Test ........... 156

5.3.1 Komparasi Kurva Beban vs Penurunan dengan

Beban 50% ........................................................... 158

................................................................................................... 5.3.2
Komparasi Kurva Beban vs Penurunan dengan

................................................................................................

Beban 100% ................................................................................................ 160


................................................................................................... 5.3.3
Komparasi Kurva Beban vs Penurunan dengan

................................................................................................

Beban 150% ................................................................................................ 162

................................................................................................... 5.3.4
Komparasi Kurva Beban vs Penurunan dengan

................................................................................................

Beban 200% ................................................................................................ 164

................................................................................................... 5.3.5
Komparasi Antara Pemodelan Metode Elemen

................................................................................................

Hingga (Plaxis) dengan Interpretasi Loading Test ............................................. 165

................................................................................................... 5.3.6

Pembahasan ................................................................................................... 167

BABVI KESIMPULAN DAN SARAN ............................................. 169

.......................................................................................................... 6.1

Kesimpulan ......................................................................................................... 169

6.2 Saran ................................................................................ 172

DAFTAR PUSTAKA .............................................................................. 173


DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

2.1 Ir and Nc* values for cohesive soil ...................................................... 27

2.2 Perbandingan Standart Operation Prosedure ASTMD-1143

(1981) dengan ASTM D-1143 (2007)………………………….......... 51

2.3 Hubungan jenis, konsistensi dengan poison’s ratio (v), (Das,1999) ... 76

2.4 Korelasi macam tanah dan koefisien rembesan (K), (Wesly, 1977)..... 76

4.1 Hubungan Nrata-rata SPT, berat isi kering, berat isi basah dan sudut

geser dalam yang didapat dari program All Pile dan korelasi

parameter tanah pada BP-108…………………………....................... 95

4.2 Hubungan Nrata-rata SPT, jenis tanah dan permeabilitas tanah pada

lokasi BH-02......................................................................................... 96

4.3 Hubungan Nrata-rata SPT dengan modulus elastisitas pada Lokasi

BH-02............................................................................... .................... 97

4.4 Hubungan Nrata-rata SPT dengan poisson’s ratio Lokasi BH-02............ 98

4.5 Input parametertanah untuk bored pile pada BP-108.......................... 98

4.6 Perhitungan Kapasitas Daya Dukung Tiang Berdasarkan Metode


Meyerhoff............................................................................................... 104

4.7 Perhitungan Kapasitas Daya Dukung Tiang Berdasarkan Metode

Reese and Wright..................................................................... ............ 105

4.8 Perhitungan Kapasitas Daya Dukung Tiang Berdasarkan Metode

Touma and Reese................................................................................... 106

4.9 Hasil perhitungan daya dukung tiang bor berdasarkan Parameter

kuat geser tanah..................................................................... ............... 116

4.10 Parameter Tanah yang digunakan untuk program software Allpile...... 117

4.11 Hasil Pembacaan Uji Beban Statis Pada BP. 108 ................................ 121

4.12 Hasil Perhitungan Penurunan dari Uji Beban Statis pada BP. 108...... 123

4.13 Hasil Perhitungan Analisa Regresi pada BP. 108.................................. 125

4.14 Perkiraan penurunan tiang tunggal........................................................ 129

5.1 Spesifikasi Bahan........................................................................ ......... 134

5.2 Daftar Beban Hidup sesuai Peraturan................................................... 139

5.3 Perhitungan Fi........................................................................ .............. 144

5.4 Data Bored Pile pada lokasi BP 108..................................................... 148

5.5 Rangkuman data factual hasil tes........................................................ 152

5.6 Hubungan pembebanan dengan penurunan berdasarkan hasil


Program Plaxis............................................................................ ......... 157

5.7 Besar penurunan yang diperoleh dengan beban siklik 50%................ 159

5.8 Besar penurunan yang diperoleh dengan beban siklik 100%............... 161

5.9 Besar penurunan yang diperoleh dengan beban siklik 150%............... 163

5.10 Besar penurunan yang diperoleh dengan beban siklik 200%............... 164

6.1 Hasil interpretasi uji beban statis (loading test).................................... 166

6.2 Hasil analisis daya dukung ultimit pondasi tiang bor........................... 170

6.3 Hasil analisis penurunan pondasi bored pile tiang tunggal.................. 170

6.4 Hasil analisis daya dukung pondasi kelompok tiang ………………... 171
DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

2.1 Pelaksanaan pondasi bored pile dengan terdapat bangunan gedung

lainnya di sekitar lokasi pekerjaan ........................................................ 10

2.2 Jenis-jenis bored pile (Das, 1941) ........................................................ 11

2.3 Tiang ditinjau dari cara mendukung bebannya (Hardiyatmo, 2010) .... 15

2.4 Skema kurva transfer beban friction ..................................................... 15

2.5 Skema kurva transfer beban end bearing.............................................. 16

2.6 Susunan dan jarak tiang ........................................................................ 16

2.7 Peg Pile point ........................................................................................ 18

2.8 Install casing sementara dengan vibro hammer.................................... 18

2.9 Proses pengeboran (boring) .................................................................. 19

2.10 Mengukur bored length dengan measuring tape .................................. 20

2.11 Proses memasukkan steel cage kebored hole ...................................... 21

2.12 Bentonite plant ...................................................................................... 23

2.13 Peralatan pengujian bentonite slurryt ................................................... 24


2.14 Skema metode Meyerhoff (1956) ......................................................... 29

2.15 Daya dukung ujung bored pile pasiran (Reese and Wright, 1977) ....... 32

2.16 Tahanan geser selimut bored pile pasiran (Reese dan Wright, 1977).. 33

2.17 Faktor Nq* (Vesic,1967) ........................................................................ 35

2.18 Metode pembebanan langsung (kentledge system) ............................... 41

2.19 Sususnan balok beton............................................................................ 42

2.20 Susunan main beam dan sub mean beam dari platform........................ 43

2.21 Hydraulic Jack ...................................................................................... 48

2.22 Dial gauge ............................................................................................. 50

2.23 Penentuan Qu dengan metode Davisson (Hardiyatmo, 2010) ............... 52

2.24 Grafik hubungan beban dengan penurunan metode Mazurkiewicz

(Prakash dan Sharma, 1990) ................................................................ 54

2.25 Detail pondasi kelompok tiang (pier) BP-108 ...................................... 55

2.26 Faktor penuruan Io (Poulus and Davis, 1968) ...................................... 58

2.27 Koreksi kompresi Rk (Poulus and Davis,1968) .................................... 58

2.28 Koreksi kedalaman Rh (Poulus and Davis, 1968) ................................ 59

2.29 Koreksi angka poisson Rμ (Poulus and Davis,1968) ............................ 59

2.30 Koreksi kekakuan lapisan pendukung Rb, (Poulus and Davis,1968) ... 59
2.31 Pola keruntuhan tiang pendek kepala tiang bebas ................................ 62

2.32 Reaksi tanah dan momen lentur tiang pendek kepala tiang bebas

Pada tanah pasir .................................................................................... 63

2.33 Reaksi tanah dan momen lentur tiang pendek kepala tiang bebas

Pada tanah lempung .............................................................................. 63

2.34 Kapasitas lateral ultimit untuk tiang pendek pada tanah pasir .............. 63

2.35 Kapasitas lateral ultimit untuk tiang pendek pada tanah lempung ....... 63

2.36.a Pola keruntuhan tiang pendek – kepala tiang terjepit ........................... 64

2.36.b Reaksi tanah dan momen lentur tiang pendek kepala tiang bebas

Pada tanah pasir .................................................................................... 64

2.37 Reaksi tanah dan momen lentur tiang pendek kepala tiang bebas

Pada tanah lempung .............................................................................. 65

2.38 Perlawanan tanah dan momen lentur tiang panjang – kepala

Tiang bebas ........................................................................................... 66

2.39.a Kapasitas lateral ultimit untuk tiang panjang pada tanah pasir............. 67

2.39.b Kapasitas lateral ultimit untuk tiang panjang pada tanah lempung ...... 67

2.40 Perlawanan tanah dan momen lentur tiang panjang – kepala

Tiang terjepit ......................................................................................... 68

2.41 Definisi Eo dan E50 (Plaxis verse8.2) .................................................. 72


2.42 Lingkaran Tegangan Mohr pada saat leleh (yield) ............................... 73

2.43 Pelaksanaan Osterberg cell test ............................................................ 78

2.44 Contoh grafik load-displacement pada P45-12..................................... 79

2.45 Contoh grafik perbandingan distribusi skin friction ............................. 80

3.1 Situasi lokasi penelitian ........................................................................ 83

3.2 Tampak Gedung Medan Focal Point .................................................... 84

3.3 Ukuran tiang bored pile diameter 60 cm .............................................. 85

3.4 Shop drawing Type Pile Cap ................................................................ 86

3.5 Shop drawing tiang bored pile diameter 600mm .................................. 88

3.6 Bagan alir (flow chart) penelitian ......................................................... 89

3.7 Lokasi penilitiantitik bore hol ............................................................... 90

3.8 Lokasi penelitiantitik loading test ......................................................... 91

4.1 Hubungan modulud elastisitas dengan N-SPT pada tanah pasir .......... 96

4.2 Hubungan modulud elastisitas dengan N-SPT pada tanah lempung .... 96

4.3 Nilai rata-rata N-SPT dan parameter tanah ........................................... 97

4.4 Menu membuka program AllPile .......................................................... 98

4.5 Menu memasukkan data informasi proyek ........................................... 98


4.6 Menu memasukkan data properties tiang ............................................. 112

4.7 Data parameter tiang ............................................................................. 114

4.8 Data parameter tanah ............................................................................ 114

4.9 Data gaya horizontal dan momen perletakan ........................................ 115

4.10 Memasukkan data profil tanah .............................................................. 115

4.11 Input Data Faktor Keamanan dan load factor....................................... 115

4.12 Hasil out putAllPile ............................................................................... 116

4.13 Susunan tiang pada pondasi BP-108 ..................................................... 117

4.14 Output gaya-gaya pada kelompok tiang ............................................... 118

4.15 Grafik hubungan beban vs penurunan dari uji beban statis pada

BP-108 .................................................................................................. 120

4.16 Kurva hubungan beban vs waktu pada BP-108 .................................... 120

4.17 Kurva hubungan antara penurunan vs waktu Pada BP. 108 ................. 120

4.18 Grafik metode Davisson hubungan beban vs penurunan ...................... 123

4.19 Grafik Metode Chin hubungan antara beban vs penurunan.................. 125

4.20 Grafik Metode Mazurkiewicz hubungan antara beban vs penurunan ... 126

5.1 Diagram spectrum ................................................................................. 135


5.2 Pemodelan 3D struktur ......................................................................... 137

5.3 Reaksi perletakan titik tinjau BP 108.................................................... 144

5.4 Gaya horizontal dan momen perletakan titik tinjau P 108 .................... 145

5.5 Pemodelan lapisan tanah dan tiang pada lokasi BP-108 ....................... 153

5.6 Generate mesh pada lokasi BP-108 ...................................................... 154

5.7 Active pore pressure pada lokasi BP-108 ............................................. 154

5.8 Effective stresses pada lokasi BP-108 ................................................... 155

5.9 Step akhir perhitungan dari proses calculate ........................................ 155

5.10 Grafik hubungan antara beban dengan penurunan pada BP-108 .......... 156

5.11 Grafik hubungan antara beban vs penurunan beban 50% (cycle I) ...... 159

5.12 Grafik hubungan antara beban vs penurunan beban 100% (cycle II) ... 160

5.13 Grafik hubungan antara beban vs penurunan beban 150% (cycle III).. 162

5.14 Grafik hubungan antara beban vs penurunan beban 200% (cycle IV) . 164

5.15 Grafik komparasi hubungan beban vs penurunan antara pemodelan

Program Plaxis dengan interpretasi uji beban statis ............................. 166

5.16 Perbandingan daya dukung pondasi tiang tunggal................................ 167

5.17 Perbandingan penurunan pondasi tiang tunggal ................................... 158


5.18 Perbandingan penurunan pondasi kelompok tiang ............................... 158
DAFTAR NOTASI

γ = Berat volume atau berat isi.


γw = Berat isi air.

φ = Sudut geser.

N-SPT= Harga SPT lapangan.

Es = Modulus Elastisitas.

Es’ = Modulus Elastisitas efektif.

υ = Angka Poisson’s (Poisson’s Ratio).

c = kohesi tanah.

ψ = Sudut dilatasi.

τ = Tegangan geser saar terjadinya keruntuhan atau kegagalan.


σ = Tegangan normal.
u = Tekanan air pori.

Qp = Daya dukung ujung tiang.

Qs = Daya dukung selimut tiang.

Qult = Daya dukung ultimate tiang.

qp = Tahanan ujung persatuan luas.

Ap = Luas penampang tiang bor.

F = Tahanan satuan skin friction.

p = keliling tiang.

σ’ = Tengangan vertical efektif tanah.


cu = Kohesi tanah.

JHP = Jumlah hambatan lekat.

JP = Jumlah perlawanan (kg/cm2).

Ko = Koefisien tanah dalam keadaan diam.

ΔL = Pertambahan panjang yang tertanam untuk setiap lapisan tanah.

Nb = Nilai N dari uji SPT pada tanah disekitar dasar tiang.

Nc = Faktor kapasitas daya dukung, tergantung pada sudut geser tanah.

Nq = Faktor kapasitas daya dukung yang tergantung pada harga L/B>1 dan

tergantung pada sudut geser tanah (θ).

Rk = Faktor koreksi kemudah mampatan tiang untuk μ = 0,5.

Rh = Faktor koreksi untuk ketebalan lapisan yang terletak pada tanah keras.

Rμ = Faktor koreksi untuk angka poisson.

Sf = Penurunan pada kondisi kegagalan.


ABSTRAK

Setiap bangunan memerlukan pondasi sebagai dasar bangunan yang kuat dan
kokoh, karena pondasi sebagai dasar bangunan harus mampu memikul seluruh beban
bangunan dan beban lainnya untuk diteruskan sampai kelapisan tanah di bawahnya.
Kemampuan pondasi memikul beban tersebut disebut daya dukung pondasi.Besarnya
daya dukung dan penurunan pondasi dapat diketahui dengan analisis metode empiris,
pemodelan metode elemen hingga dan uji beban statis (loading test). Pondasi dalam
(deep foundation) secara umum memiliki permasalahan yang lebih rumit daripada
pondasi dangkal (shallow foundation). Karena adanya parameter-parameter tanah yang
sangat perlu diperhatikan dalam menganalisis besar daya dukung pondasi dalam.

Tesis ini menganalisis kapasitas daya dukung dan penurunan (settlement) pada
pondasi tiang bored pile diameter 600 mm secara tiang tunggal maupun kelompok
tiang, dengan metode empiris, program AllPile, program Plaxis, program SAP2000
dan membandingan hasilnya dengan interpretasi uji beban statis (loading test) pada
pondasi proyek Medan Focal Point. Analisis menggunakan data penyelidikan tanah
lapangan (soil investigation) dan laboratorium serta membandingkan terhadap model
tanah Mohr Coulomb.

Hasil analisis daya dukung ultimate pondasi bored pile dengan metode empiris
memberikan nilai terbesar yaitu dengan mempergunakan data N-SPT yaitu 697,83 ton
dengan metode Reese and Wright serta nilai terkecil 387,67 ton dengan metode Touma
and Reese, serta sebesar 26,60 ton untuk daya dukung lateral ultimate, 13,30 ton untuk
daya dukung lateral yang diizinkan. Dimana hasil daya dukung lateral ultimate dari
program SAP2000 adalah 25,20 ton. Hasil loading test diperoleh daya dukung ultimate
300,00 ton. Maka berdasarkan hasil daya dukung pondasi tersebut aman. Penurunan
yang terjadi hasil analisis pemodelan elemen hingga hingga dengan program Plaxis
adalah 5,462 mm, hasil program AllPile adalah 9,99 mm, dan hasil loading test di
lapangan penurunan pada beban terbesar yang terjadi sebesar 5,443 mm. Berdasarkan
ASTM D1143/81, penurunan yang diizinkan adalah sebesar 25,40 mm. Maka
berdasarkan penurunan bahwa tiang pondasi aman dalam konstruksi.

Kata Kunci: loading test, Metode Elemen Hingga, Bore Pile,


ABSTRACT

Every construction needs foundation as a strong construction basis because


foundation must be capable of carrying the whole building load and other loads for
planting into the ground under it. The capacity of foundation to carry the load is
called foundation supporting capacity. The amount of supporting capacity and
foundation settlement can be known by conducting empirical method, element
modeling, and loading test. Deep foundation generally has more complex problems
than shallow foundation. Therefore, the parameters of soil need to be heeded in
analyzing supporting capacity of deep foundation.

This Thesis analyzed supporting capacity and settlement in bored pile


foundation of 600 mm in diameter, using single of group piles, empirical method, All
Pile program, Plaxis program, and SAP2000 program, and compared the result with
the interpretation of loading test in the project foundation of Medan Focal Point. The
data were analyzed by conducting soil investigation and laboratory and compared
them with Mohr Coulomb soil model.

The result of the analysis on the ultimate supporting capacity of bored pile
foundation, using empirical method, showed that the highest value in N-SPT data was
697.83 tons by using Reese and Wright method and lowest value was 387.67 tons by
using Touma and Reese method, 26.60 tons for ultimate lateral supporting capacity,
13.30 tons for permitted lateral supporting capacity, in which the result of ultimate
lateral supporting capacity of SAP2000 was 25.20 tons. The result of loading test
showed that ultimate supporting capacity was 300 tons which indicated that the
supporting capacity of the foundation was safe. The settlement of the result of finite
element modeling analysis with Plaxis program was 5.462 tons, the result of All Pile
program was 9.99 mm, and the result of loading test in the field showed that the
biggest load settlement was 5.443 mm. Based on ASTM D1143/81, it was found that
the permitted settlement was 25.40 mm which indicated that bored pile foundation was
safe in construction.

Keywords: Loading Test, Finite Element Method, Bored Pile


BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sesuai Program Pemerintah untuk meluaskan suatu daerah serta memberikan

alternatif ruas jalan dengan melakukan pembukaan jalan lingkar luar (outer ring road).

Dan dengan dibukanya ruas jalan baru maka secara otomatis akan memberikan

kesempatan yang terbuka bagi investor luar maupun dalam negeri untuk

mengembangkan usaha baik dibidang perniagaan maupun kawasan perkantoran serta

juga lokasi pemukiman yang baru.

Dalam membangun gedung untuk menunjang tempat usaha, dimana kondisi

bangunan-bangunan gedung existing yang berada pada lokasi sekitarnya telah terdapat

beberapa bangunan baik pemukiman maupun gedung lainnya, pemilihan pondasi yang

tepat akan sangat menentukan keberhasilan pelaksanaan dengan tetap menjaga kondisi

bangunan yang telah berdiri tidak mengalami kerusakan.

Pembangunan suatu konstruksi sipil yang terdiri dari struktur bawah (sub

structure) dan struktur atas (upper structure). Struktur bawah akan memikul atau

meneruskan beban struktur atas sampai ke dalam lapisan tanah yang disebut pondasi.

Pekerjaan pondasi merupakan pekerjaan yang sangat penting dalam setiap pekerjaan

konstruksi sipil.

Pondasi dapat dibagi atas 2 (dua) jenis, yaitu pondasi dangkal (shallow

foundations) dan pondasi dalam (deep foundations). Pemilihan jenis pondasi sangat

tergantung kepada jenis tanah serta beban yang diterima dari struktur. Untuk struktur
bangunan dengan beban ringan dan kondisi tanah yang cukup baik, akan dipakai

pondasi dangkal sehingga lebih ekonomis, tetapi untuk struktur bangunan dengan

beban berat biasanya jenis pondasi dalam (deep foundations) adalah pemilihan yang

tepat dan lebih aman.

Pondasi dalam secara umum memiliki permasalahan yang lebih rumit dari pada

pondasi dangkal karena adanya parameter-parameter tanah yang sangat perlu

diperhatikan untuk menghitung besar daya dukung pondasi dalam tersebut. Oleh sebab

itu, penulis memandang perlu menitik beratkan penulisan tesis ini pada analisis

perencanaan pondasi dalam (deep foundation) dengan data-data hasil penyelidikan

tanah (soil investigation) yang ada dengan data dari proyek Medan Focal Point, yaitu

dengan mempergunakan pondasi bored pile diameter 600 mm.

Pondasi bored pile adalah salah satu jenis pondasi dalam (deep foundations)

dengan cara melakukan pengeboran tanah yang ada sampai kedalaman tertentu (sesuai

kedalaman design), kemudian tanah hasil pengeboran dibersihkan serta dilanjutkan

dengan pengisian besi tulangan yang telah dirakit dan dilanjutkan dengan pelaksanaan

pengecoran beton.

Pondasi bored pile dipilih sebagai pondasi suatu bangunan apabila tanah dasar

dari hasil penyelidikan tanah memiliki daya dukung yang sesuai pada kedalaman ± 15

m dari permukaan tanah existing, serta pada sekeliling lokasi pekerjaan bangunan

kontruksi telah banyak terdapat pemukiman penduduk dan bangunan-bangunan vital

lainnya. Pelaksanaan pondasi bored pile dapat mencegah kekwatiran akan terjadinya

retak-retak dan polusi suara yang ditimbulkan dari pelaksanaan pondasi dalam

(khususnya pada tiang pancang dengan mempergunakan alat pemancangan diesel


hammer). Hal ini merupakan pertimbangan yang dipergunakan untuk perencanaan

pondasi pada proyek Medan Focal Point yang menjadi objek penelitian tesis ini.

Daya dukung total pondasi bored pile dapat diperoleh dari kombinasi daya

dukung ujung (end bearing capacity) yang diperoleh pada tekanan ujung tiang bored

pile serta daya dukung geser atau selimut (friction bearing capacity) yang diperoleh

dari daya dukung gesek atau gaya adhesi antara tiang bored pile dengan tanah di

sekelilingnya.

Besar daya dukung total diperoleh dari data-data penyelidikan tanah (soil

investigation) yang benar dan akurat. Pelaksanaan metode penyelidikan tanah dapat

terbagi atas 2 (dua) metode yaitu metode statis dan metode dinamis. Pada proyek

Medan Focal Point menggunakan penyelidikan tanah dengan metode statis yaitu

penyelidikan standard penetration test (SPT).

Dengan penyelidikan tanah dengan standard penetration test (SPT) diperoleh

gambaran lapisan tanah berdasarkan jenis dan warna melalui pengamatan secara

visual, sifat-sifat tanah dan karakteristik tanah dan akan sangat mendukung untuk

pelaksanaan pekerjaan pondasi bored pile, dan daya dukung ujung dan daya gesek

friksi setiap lapisan.

1.2 Tujuan Penulisan


Dalam penelitian tesis ini, bertujuan antara lain adalah :

a. Menganalisis dan membandingkan daya dukung pondasi bored pile secara

tunggal dan secara grup/kelompok (pile group) dengan mempergunakan rumus

beberapa metode empiris (konvensional) dan melakukan interpretasi daya

dukung dan penurunan tiang bored pile berdasarkan dari data pengujian beban
statis (loading test) yang telah dilakukan. Data tanah yang digunakan untuk

metode empiris diperoleh dari hasil penyelidikan tanah di lapangan, laboratorium

dan interpretasi data SPT.

b. Menganalisis kapasitas daya dukung lateral yang terjadi pada pondasi bored pile

diameter 600 mm.

c. Menganalisis perhitungan struktur proyek Medan Focal Point dengan program

SAP2000 untuk memperoleh besar gaya-gaya yang terjadi pada struktur atas dan

penurunan yang terjadi pada pondasi bored pile diameter 600 mm.

d. Menggunakan model tanah Mohr Coulomb untuk menganalisis penurunan

(settlement) pondasi bored pile diameter 600 mm dengan menggunakan metode

elemen hingga, program Plaxis. Kemudian membandingkannya (komparasi)

dengan grafik hasil analisis penurunan pada masing-masing siklik beban yang

diberikan pada uji beban statis (loading test) pondasi bored pile diameter 600

mm.

1.3 Pembatasan Masalah

Pondasi bored pile yang digunakan proyek Medan Focal Point, pada dasarnya

mempunyai beberapa permasalahan dalam pelaksanaannya yang dapat mengakibatkan

perubahan prilaku tanah dibawah pembebanan sehingga masalah yang terjadi sangat

kompleks. Pada penulisan tesis ini diperlukan pembatasan masalah, yaitu :

a. Analisa daya dukung aksial dengan membandingkan hasil metode empiris

dengan hasil loading test (uji beban statis).

b. Analisa daya dukung lateral dengan membandingkan hasil metode empiris

dengan hasil perhitungan struktur SAP2000.


c. Analisa penurunan tiang membanding hasil metode empiris dengan hasil Plaxis

dan SAP2000.

d. Data primer yang digunakan adalah data N-SPT hasil penyelidikan tanah,

parameter tanah hanya merupakan data sekunder dari srudi parameter tanah.

e. Pemodelan tanah yang digunakan pada program Plaxis adalah model Mohr

Coulomb dengan analisis axisysmetric.

1.4 Sistematika Penulisan

Dalam penulisan tesis ini, penulis membuat sistematika sebagai berikut :

Bab I, Pendahuluan, menjelaskan tentang latar belakang masalah, tujuan

penulisan, pembatasan masalah, dan sistematika penulisan.

Bab II, Tinjauan Pustaka, menjelaskan tentang teori dari beberapa sumber yang

berhubungan dengan permasalahan dan sebagai pedoman dalam analisis.

Bab III, Metodologi Penelitian, membahas tentang deskripsi proyek, data teknis

tiang bored pile, data loading test (uji beban statis) dan tahapan penelitian.

Bab IV, Hasil Interpretasi Loading Test, Analisis Empiris dan Program AllPile,

untuk mendapatkan daya dukung dan penurunan pondasi bored pile berdasarkan data

penyelidikan tanah (soil investigation) yang ditinjau secara tiang tunggal dan

kelompok tiang dan uji pembebanan statis (loading test) yang ditinjau secara tiang

tunggal, serta membahas tentang parameter tanah yang dipergunakan dan kapasitas

daya dukung lateral tiang tunggal dan kelompok tiang dengan bantuan program

software AllPile dan SAP2000.

Bab V, Pemodelan Uji Beban Statis dengan Metode Elemen Hingga, dengan

pemodelan elemen hingga pada program Plaxis versi 8.2, yang membahas tentang
model tanah dan pondasi tiang yang dipergunakan, uraian pembebanan, hasil gambar

kurva hubungan beban dengan penurunan dan gambar kurva hubungan beban dengan

waktu serta dengan didukung dengan program SAP2000 untuk memperoleh gaya-gaya

struktur yang terjadi dengan peraturan beban sesuai ASCE code. Dan dari hasil semua

analisis, kemudian melakukan perbandingan serta pembahasan hasil daya dukung dan

penurunan tiang baik secara tunggal maupun kelompok tiang.

Bab VI, Kesimpulan dan Saran, menyajikan tentang kesimpulan dan saran dari

hasil analisis empiris dengan interpretasi hasil uji beban statis (loading test), analisis

secara numerik dengan pemodelan dari metode elemen hingga.


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Umum

Sesuai program pemerintah untuk meluaskan suatu daerah serta memberikan

alternatif ruas jalan dengan melakukan pembukaan jalan lingkar jalur luar (outer ring

road). Sehingga dengan dibukanya ruas jalan baru maka secara otomatis akan

memberikan kesempatan yang terbuka bagi investor luar maupun dalam negeri untuk

membuka usaha baik dibidang perniagaan maupun kawasan perkantoran serta juga

lokasi pemukiman yang baru. Keterbatasan lahan yang tersedia, menyebabkan

pemilihan perkembangan bangunan biasanya dilakukan kearah vertikal. Sehingga

dijumpai banyak bangunan yang tinggi untuk memenuhi permintaan/kebutuhan yang

terjadi di sekitar loakasi tersebut. Seiring perkembangan struktur bangunan secara

vertikal, maka permintaan untuk penggunaan pondasi yang mampu memikul beban

bangunan. Pondasi yang tepat untuk bangunan tinggi adalah tiang pancang, yang

merupakan salah satu dari jenis pondasi dalam (deep foundations) dan pondasi dengan

tiang bored pile adalah salah satu jenis pondasi dalam yang digunakan pada proyek

Medan Focal Point. Adanya bangunan yang sudah ada terlebih dahulu, merupakan

pertimbangan diputuskan pemilihan jenis pondasi dalam dengan mempergunakan

pondasi bored pile. Hal ini dilakukan untuk mengurangai getaran yang terjadi pada

bangunan gedung disekitar proyek bila mempergunakan pondasi jenis tiang pancang

akibat alat diesel hammer atau mesin lain yang digunakan untuk pemancangan pada

proses pekerjaan pondasi proyek tersebut.


Fungsi pondasi adalah untuk mentransfer beban dari bangunan atas (upper

structure) kelapisan tanah dibawahnya. Pondasi tiang memiliki daya dukung akibat

perlawanan ujung dan tahanan selimut yang diakibatkan gesekan tanah dengan pondasi

tiang. Kapasitas daya dukung pondasi bored pile akibat perlawanan ujung

kemungkinan besar akan sama dibandingkan dengan pondasi tiang pancang. Tahanan

selimut yang diakibatkan gesekan tanah di sekitar dinding tiang pada pondasi tiang

pancang langsung bekerja dibandingkan pada pondasi tiang bored pile. Fungsi pondasi

tiang bored pile pada umumnya dipengarui oleh besar/bobot bangunan yang akan

dipikul, fungsi bangunan, jenis lapisan tanah sebagai pendukung konstruksi, seperti:

a. Transfer beban kontruksi bangunan atas ke dalam tanah baik melalui selimut

tiang maupun melalui ujung tiang.

b. Menahan gaya desak keatas dan gaya guling, misal pada telapak pada

bangunan bawah tanah dan kaki bangunan menara untuk menahan guling.

c. Untuk dapat memanfaatkan lapisan tanah pada tanah lepas (non cohesif).

d. Mengontrol penurunan terhadap bangunan yang berada pada tanah yang

mempunyai penurunan yang besar. (Sinaga, 2009).

e. Menahan gaya lateral, misal pada telapak bangunan jembatan, dermaga

untuk menahan gaya horizontal yang terjadi akibat beban horizontal.

2.2 Pondasi Dalam (deep foundations)

Pondasi dalam (deep foundation) adalah pondasi yang memiliki perbandingan

kedalaman dengan lebar lebih besar dari empat (D/B > 4), umumnya dipakai pada

bangunan dengan beban yanbesar dan kondisi tanah keras jauh dari permukaan tanah.
2.2.1 Tipe dan Jenis Pondasi Dalam

Pondasi dalam sering juga disebut dengan pondasi tiang, dari segi

pelaksanaannya dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu:

a. Pondasi tiang pancang beton bertulang pracetak (precast reinforced concrete

pile).

b. Pondasi tiang cor di tempat (cast in place), sering disebut dengan tiang

bored pile.

Pondasi tiang dapat dibagi menjadi tiga kategori antara lain:

a. Tiang perpindahan besar (large displacement)

Tiang perpindahan besar yaitu tiang pejal atau berlubang dengan ujung

tertutup yang dipancang ke dalam tanah sehingga terjadi perubahan volume

tanah yang relatif besar. Termasuk dalam tiang perpindahan besar adalah

tiang kayu, tiang beton pejal, tiang beton prategang, tiang baja bulat,

(tertutup pada ujungnya).

b. Tiang perpindahan kecil (small displacement)

Tiang perpindahan kecil adalah sama seperti tiang kategori pertama

hanya volume tanah yang dipindahkan saat pemancangan relatif kecil,

contohnya tiang beton berlubang dengan ujung terbuka, tiang beton

prategang berlubang dengan ujung terbuka, tiang baja H, tiang baja bulat

ujung terbuka, tiang ulir.

c. Tiang tanpa perpindahan (non displacement)

Tiang tanpa perpindahan, terdiri dari tiang yang dipasang ke dalam tanah

dengan cara menggali atau mengebor tanah. Termasuk dalam tiang tanpa
perpindahan adalah bored pile, yaitu tiang beton yang pengecorannya

langsung di dalam lubang hasil pengeboran tanah (pipa baja diletakkan di

dalam lubang dan dicor beton) (Hardiyatmo, 2002).

2.2.2 Penggunaan Pondasi Bored Pile

Pondasi bored pile adalah merupakan salah satu jenis pondasi tiang yang biasa

digunakan pada konstruksi bangunan tinggi. Pemakaian pondasi bored pile adalah

merupakan alternatif lain, bilamana dalam pelaksanaan pembangunan berada pada

suatu lokasi yang sangat sulit atau beresiko tinggi apabila mempergunakan pondasi

tiang pancang. Dari sisi teknologi, pemakaian pondasi bored pile ini memiliki

beberapa keunggulan, antara lain mobilisasi yang mudah, karena pondasi dicetak di

tempat dan hanya membutuhkan alat boring serta perakitan tulangan, tidak

mengganggu lingkungan atau bangunan di sekitarnya karena tidak menghasilkan

getaran yang dapat merusak bangunan lain di sekitarnya. Hal ini merupakan salah satu

pertimbangan penggunaan pondasi bored pile pada proyek Medan Focal Point yang

dibangun di pinggir jalan dan di sekitar proyek telah terdapat bangunan-bangunan

pertokoan maupun perumahan masyarakat, seperti terlihat pada Gambar 2.1.

Gambar 2.1 Pelaksanaan pondasi bore pile dengan terdapat bangunan gedung
lainnya
di sekitar lokasi pekerjaan (proyek Medan Focal Point., 2011)
2.2.3 Jenis Pondasi Tiang Bor (Bored pile)

Pondasi tiang bor (bored pile) diklasifikasikan sesuai dengan rancangan untuk

meneruskan beban struktur ke lapisan tanah keras. Jenis-jenis pondasi bored pile

dilihat Gambar 2.2 ini.

a. Bored pile lurus untuk tanah keras.

b. Bored pile yang ujungnya diperbesar berbentuk bel.

c. Bored pile yang ujungnya diperbesar berbentuk trapezium.

d. Bored pile lurus untuk tanah berbatu-batuan.

Gambar 2.2 Jenis-jenis bored pile (Das, 1941)

Pada proyek Medan Focal Point yang menjadi lokasi penelitian

mempergunakan pondasi bored pile dengan kondisi seperti terlihat pada Gambar 2.2.

Beberapa pertimbangan dalam menggunakan pondasi bored pile memiliki keuntungan

dan kerugian yaitu antara lain:

a. Keuntungan pemakaian pondasi bored pile adalah:

1. Pembuatan tiang bor langsung di lokasi pekerjan.

2. Tiang bor ini tidak perlu diangkat, jadi tidak ada resiko rusak dalam

transpot.
3. Panjang tiang bor dapat disesuaikan dengan keadaan di lapangan.

4. Pada saat pelaksanaan tidak menimbulkan getaran dan suara yang dapat

mengganggu lingkungan sekitar.

5. Jika diinginkan dasar tiang bor dapat diperbesar.

6. Karena dasar teori pondasi bored pile dapat diperbesar, hal ini

memberikan ketahanan yang besar untuk gaya keatas.

7. Permukaan diatas dimana dasar pondasi bored pile didirikan dapat

diperiksa secara langsung.

8. Pondasi bored pile mempunyai ketahanan yang tinggi terhadap beban

lateral.

9. Kedalaman tiang dapat divariasikan.

10.Pada pondasi tiang pancang, proses pemancangan pada tanah lempung

akan memuat tanah bergelombang dan menyebabkan tiang pancang

sebelumnya bergerak ke samping, hal ini tidak terjadi pada konstruksi

pondasi bored pile.

11.Bored pile tunggal dapat digunakan pada tiang kelompok atau pile cap.

12.Selama pelaksanaan pondasi bored pile tidak ada suara yang

ditimbulkan oleh alat pancang seperti yang terjadi pada pelaksanaan

pondasi tiang pancang.

b. Kerugian pemakaian pondasi bored pile adalah:

1. Pada saat penggalian lubang, membuat keadaan sekelilingnya menjadi

kotor akibat tanah yang diangkut dari hasil pengeboran tanah tersebut.

2. Pelaksanaannya memerlukan peralatan yang khusus.


3. Beton yang dikerjakan secara cast in place tidak dapat dikontrol pada

keadaan cuaca yang buruk dan akan mempersulit pengeboran dan

pengecoran, dapat diatasi dengan cara menunda pengeboran sampai

keadaan cuaca memungkinkan atau memasang tenda sebagai penutup.

4. Pengeboran dapat mengakibatkan gangguan kepadatan, bila tanah

berupa pasir atau tanah berkerikil maka menggunakan bentonite sebagai

penahan longsor.

5. Pengecoran beton sulit bila dipengaruhi air tanah karena mutu beton

tidak dapat dikontrol dengan baik maka diatasi dengan cara ujung pipa

tremie berjarak 25 - 50 cm dari dasar lubang pondasi.

6. Air yang mengalir ke dalam lubang bor dapat mengakibatkan gangguan

tanah, sehingga mengurangi kapasitas dukung tanah terhadap tiang,

maka air yang mengalir langsung dihisap dan dibuang kembali ke dalam

kolam air.

7. Akan terjadi tanah runtuh (ground loss) jika tindakan pencegahan tidak

dilakukan, maka dipasang casing untuk mencegah kelongsoran.

8. Walaupun penetrasi sampai ke tanah pendukung pondasi dianggap telah

terpenuhi, kadang-kadang terjadi bahwa tiang pendukung kurang

sempurna karena adanya lumpur yang tertimbun di dasar, maka

dipasang pipa paralon pada tulangan bored pile untuk pekerjaan base

grouting.
2.2.4 Pentransferan Beban

Berdasarkan cara penyaluran bebannya ke tanah, pondasi tiang dibedakan

menjadi tiga jenis macam, yaitu:

a. Pondasi tiang dengan tahanan ujung (end bearing pile)

Tiang ini akan meneruskan beban melalui tahanan ujung tiang ke lapisan

tanah pendukung. Umumnya tiang dukung ujung berada dalam zone tanah yang

lunak yang berada diatas tanah keras. Tiang-tiang dipancang sampai mencapai

batuan dasar atau lapisan keras lain yang dapat mendukung beban yang

diperkirakan tidak mengakibatkan penurunan berlebihan. Kapasitas tiang

sepenuhnya ditentukan dari tahanan dukung lapisan keras yang berada dibawah

ujung tiang, seperti terlihat pada Gambar 2.3.a.

b. Pondasi tiang dengan tahanan gesek (friction pile)

Jenis tiang ini akan meneruskan beban ke tanah melalui gesekan antara

tiang dengan tanah di sekelilingnya. Bila butiran tanah sangat halus tidak

menyebabkan tanah di antara tiang-tiang menjadi padat, sedangkan bila butiran

tanah kasar maka tanah di antara tiang akan semakin padat, seperti terlihat pada

Gambar 2.3.b.

c. Pondasi tiang dengan tahanan lekatan (adhesive pile)

Bila tiang ini pada dasar tanah pondasi yang memiliki nilai kohesi tinggi,

maka beban yang diterima oleh tiang akan ditahan oleh lekatan antara tanah

disekitar dan permukaan tiang, seperti terlihat pada Gambar 2.3.c.

Dalam daya dukung pondasi tiang, pentransferan beban juga terjadi pada

pondasi tiang, dimana terjadi pentransferan beban friction (gesekan) dan pentransferan
beban end bearing (tahanan ujung) dapat dilihat pada Gambar 2.3.

(a) (b)

(c)
Gambar 2.3 Tiang ditinjau dari cara mendukung bebannya (Hardiyatmo, 2010)

a. Pentransferan Beban Friksi

Suatu tiang yang dibebani oleh suatu beban maka akan tejadi adanya

gaya gesekan (friction), gaya gesekan ini akan bekerja bila displacement yang

terjadi masih dalam ambang batas 0,4 % dari diameter pile. Seperti yang

terlihat pada skema Gambar 2.4.

0.4 % diameter pile


Displac

Gambar 2.4 Skema kurva transfer beban friction


b. Pentransferan Beban Tahanan Ujung

Suatu tiang yang dibebani oleh suatu beban maka akan terjadi adanya

gaya tahanan ujung (end bearing), gaya tahanan ujung ini akan bekerja bila

displacement yang terjadi masih diatas 0,4 % diameter pile dan dalam ambang

batas 6 % dari diameter pile. Dan bila displacement yang terjadi pada suatu

tiang masih berada dalam 0,4% dari diameter pile, maka end bearing belum

terjadi atau belum tercapai. Seperti yang terlihat pada Gambar 2.5.
End Bearing

6 %
Displace

Gambar 2.5 Skema kurva transfer beban end bearing

2.2.5 Jarak dan Susunan Tiang

Jarak antara tiang bor di dalam kelompok tiang akan mempengaruhi kapasitas

daya dukung kelompok tiang. Bila beberapa tiang dikelompokkan dengan jarak yang

saling berdekatan maka tegangan tanah akibat gesekan tiang dengan tanah

mempengaruhi daya dukung tiang yang lain. Jarak minimum antara dua tiang adalah: S

> 2 D, dimana S = jarak antara tiang dan D = diameter tiang, dilihat pada Gambar 2.6.

Gambar 2.6 Susunan dan jarak tiang


2.2.6 Metode Pelaksanaan Bored Pile

Dalam pelaksanaan pekerjaan bored pile sangat diperlukan ketelitian dan

pengawasan akan mutu pekerjaan. Dari beberapa metode kerja pelaksanaan bored pile,

metode kerja dari bored piling work (wet hole method) ini lebih sering dipergunakan,

berikut ini metode pelaksanaan bored pile yaitu:

a. Urutan Pelaksanaan:

Prosedur urutan pekerjaan bored pile adalah sebagai berikut:

1. Marking posisi pile oleh surveyor.

2. Instal casing sementara (temporary casing).

3. Mulai melakukan pengeboran (boring).

4. Jika Lubang bor tidak stabil, boring harus dilakukan dengan bentonite.

5. Setelah pengeboran sudah mencapai toe level, lakukan inspeksi lapangan

untuk konfirmasi toe level.

6. Lowering steel cage ke dalam lubang bor.

7. Casting bore pile dengan pipa tremi.

8. Cabut (extract) casing.

b. Metodologi

1. Setting Out
Kontraktor pelaksana harus menyediakan license surveyor

dalam membuat setting out poin/titik bored pile yang akan dibor. Kemudian 4

poin sebagai referensi yang dipasang (offset) tidak kurang dari 1 m dari titik

posisi pile, dilihat pada Gambar 2.7.


Gambar 2.7 Peg-pile point

2. Temporary Casing
Cara pemasangan casing sementara yaitu dengan menggunakan

Vibrator (Vibro-hammer) yang di pukul ke dalam tanah. Verticality dicheck

dengan menggunakan 2 plum yang diletakkan secara ortogonal atau spirit level

jika casing kurang dari 4 m dapat dilihat Gambar 2.8.

Gambar 2.8 Install casing sementara dengan vibro hammer

3. Boring

Soil auger dan soil bucket dipakai untuk pengeboran tanah yang halus

(soft), pasir (sand) sampai tanah keras (hard layer). Apabila dalam pengeboran

ditemukan batu (rock) bisa dipakai rock auger atau core barrel. Chisel tidak
diijinkan dalam pengeboran jika tidak disetujui oleh pengawas lapangan.

Proses pengeboran dilihat pada Gambar 2.9.

Gambar 2.9 Proses pengeboran (boring)

Verticality kelly bar mesin bor dapat dicheck dengan menggunakan

2 benang yang diposisikan sebagai plum line secara tegak lurus sebelum

pengeboran di mulai. Verticality dari lubang bor dapat dicheck dengan melihat

posisi dari kelly bar terhadap casing. Lubang bor dalam posisi vertikal jika

kelly bar di tengah (centre) casing. Selama proses pengeboran, akan

dipakai adukan bentonite untuk menjaga agar lubang bor tidak runtuh

(collpase). Di sini bentonite berperan untuk menstabilkan lubang bor

dengan memastikan tekanan di dalam bore hole lebih besar daripada tekanan

horizontal dari tanah dan air tanah. Parameter dari bentonite akan dicheck dan

ditest setiap pile setelah proses de-sanding selesai dilakukan dengan

mengambil sampel dari pile. Properti dari cairan bentonite akan dicheck

sebelum proses casting dimulai. Sampel tanah diambil setiap 5 m dan akan

disimpan di dalam plastik dan ditulis (marking) untuk referensi


jika dibutuhkan. Setelah mencapai design level alat bor akan diganti dengan

dasar yang flat cleaning bucket). Cleaning bucket berfungsi untuk

membersikan dasar lubang bor. Pengukuran kedalaman lubang bor dilakukan

dengan menurukan measuring tape sampai ke dasar lubang bor. Di ujung

measuring tape di pasang plum dengan berat yang cukup agar memastikan

measuring tape sampai ke dasar bore hole dilihat Gambar 2.10.

Gambar 2.10 Mengukur bored length dengan measuring tape

4. Bentonite loss

Jika terjadi kehilangan bentonite secara tiba-tiba, langkah yang perlu diambil:

a. Adukan bentonite ditambah ke lubang bor untuk menjaga bentonite tetap

di ketinggian level yang cukup. Jika hanya minor loss proses boring tetap

dilanjutkan dengan memperhatikan bentonite level apakah masih

mengalami penurunan atau tidak.

b. Lubang bor akan diurug (backfill) dengan tanah untuk

mencegah kehilangan bentonite, kemudian dipadatkan (compact) dengan

chisel.

c. Setelah kehilangan bentonite (bentonite loss) dapat dikontrol, baru boring

dapat dilanjutkan. Dalam kasus kehilangan bentonite ini apabila tidak


dapat diatasi dengan usaha diatas maka bore hole dapat dibackfill kembali

dan masalah ini lebih baik didiskusikan dan direview dengan konsultan dan

kontraktor.

5. Reinforcement (steel cage)

Steel cage akan dipabrikasi di tempat fabrication yard. Lokasi pabrikasi

ini sudah ditentukan di dalam logistic plan kontraktor. Helical link akan

dilas pada tulangan utama (main reinforcement), demikian juga laping akan

dilas secukupnya jika steel lebih dari 12 m sehingga memungkinkan steel cage

akan dibagi menjadi 2 section. Hal ini untuk menjaga agar main reinforcement

tetap tersambung bila steel cage akan dipindahkan.

Gambar 2.11 Proses memasukkan steel cage ke bored hole

Steel cage yang sudah dipabrikasi kemudian diturunkan ke lubang bor

yang sudah selesai dibor sampai disain toe level seperti terlihat pada Gambar

2.11 di atas. Steel cage akan ditopang sementara dengan 2 (dua) besi

hook sampai proses casting selesai. Kapasitas besi hook harus dihitung apakah
mencukupi atau tidak. Pengangkatan (lifting) harus diusahakan agar

tidak terjadi buckling pada steel cage.

6. Casting

Metode casting adalah dengan menggunakan pipa tremi. Ready mix

dituang melalui bucket yang berbentuk pipa corong. Panjang pipa tremi 2m,

3m, dan 1m yang disambung. Sebelum ready mix dituang terlebih dahulu

sterofom dituang ke dalam corong untuk melancarkan aliran ready mix dalam

pipa tremi. Casting akan dihentikan jika concrete sudah mencapai minimum

300 mm diatas cut off level. Over cast dilakukan untuk menghindari concrete

yang bercampur dengan tanah (unsound concrete) sewaktu pencabutan casing.

Pipa tremi akan dibuka secara continu, tetapi tetap dijaga agar pipa tremi

minimal 2 m tertanam di bawah concrete level. Selama casting, bored log dan

concrete record harus dipersiapkan yang berisi data delivery time, volume

concrete, concrete level (diukur tiap satu lori concrete selesai dituang). Satu

sampel kubus atau silinder diambil setiap 30 m3 atau sesuai dengan spesifikasi

teknis dari konsultan.

Casting harus dicabut 2 jam setelah proses casting selesai. Jika ada

plunge column (I-beam) yang akan dipasang ke dalam bored pile, setelah

casting selesai dilakukan, casting terlebih dahulu dicabut sampai toe level

casting sedikit diatas concrete level. Dan casting dicabut seutuhnya setelah 24

jam. Setelah casting selesai, lubang juga harus ditutup (backfill) kembali

dengan pasir atau tanah setidaknya 4 jam setelah casting.


7. Bentonite

Bubuk bentonite dicampur dengan air dalam digestor dengan kapasitas

2 m per satu kali batching. Adukan bentonite (bentonite slurry) disimpan di

dalam silo pada bentonite plant lihat Gambar 2.12 dengan total kapasitas 2,5 x

volume total bored hole yang ukurannya terbesar. Adukan (slurry) didaur

ulang dengan menggunkan mesin desanding.

Gambar 2.12 Bentonite plant

8. Properti Bentonite Slurry

Pada dasarnya, adukan tediri dari campuran yang seragam dalam air.

Tempat pengujian bentonite slurry (laboratorium) harus disediakan di lapangan

dan pengujian bentonite slurry dilakukan bila proses casting bored pile akan

dimulai. Proses pencatatan laporan lab hasil pengujian bentonite

slurry disimpan dan kemudian dilampirkan dengan bored log. Peralatan

Pengujian bentonite slurry seperti pada Gambar 2.13 yang terdiri dari:

a. 1 mud balance (density test).


b. 1 march cone (viscocity test).
c. 1 sand screen set (sand content test).
d. PH paper (mengukur PH).
(a) (b)

(c) (d)
Gambar 2.13 Peralatan pengujian bentonite slurry

Semua pengujian wajib dilakukan sesuai dengan spesifikasi dengan disaksikan

oleh pengawas lapangan. Hasil pengujian harus ditanda tangani dan diapprove oleh

pengawas lapangan.

2.3 Kapasitas Daya Dukung Pondasi Tiang

Kapasitas daya dukung tiang suatu pondasi dalam pada umumnya terdiri atas

dua bagian yaitu daya dukung akibat gesekan sepanjang tiang dan daya dukung ujung

(dasar) tiang sebagaimana diformulasikan dalam bentuk persamaan sebagai berikut:

Qult = Qp + Qs (2.1)

Qall = Qult / SF (2.2)


Dimana Qu = daya dukung ultimit (Ton).
Qall = daya dukung izin tiang (Ton).
Qp = daya dukung ujung tiang (Ton).
Qs = daya dukung gesekan sepanjang tiang (Ton).
SF = faktor keamanan.

Berdasarkan sumber data yang digunakan pada dasarnya terdapat dua cara

untuk memperkirakan kapasitas daya dukung tiang. Cara pertama adalah dengan

menggunakan data uji lapangan, antara lain dengan menggunakan uji SPT (standard

penentration test) dan Sondir (cone penetration test atau CPT). Cara kedua yaitu

dengan menggunakan parameter-parameter kuat geser tanah, yaitu yang didapat dari

hasil pengujian di laboratorium yaitu nilai kohesi (c) dan sudut geser dalam (φ).

2.3.1 Berdasarkan Hasil Uji Lapangan

O’Neil and Reese (1999), menurunkan persamaan untuk menghitung kapasitas

daya dukung tiang tunggal akibat beban aksial yang berdasarkan data hasil uji

lapangan adalah sebagai berikut:

1. Perencanaan kapasitas daya dukung tiang pada tanah Kohesif

Qult = Qs + Qp (2.3)

Qs = fs . As (2.4)

Qp = qmax . Ab (2.5)

Dimana Qult = kapasitas ultimit daya dukung tiang.

Qs = hambatan lekat daya dukung tiang.

Qp = kapasitas daya dukung ujung tiang.


fs = hambatan lekat rata-rata selimut tiang.

As = luas selimut tiang yang bersentuhan tanah sepanjang tiang

yang ditinjau.

qmax = unit tahanan ujung tiang.

Ab = luas dasar tiang yang bersentuhan dengan tanah.

2. Tahanan Selimut

fs = α . Cu (2.6)

dimana :
fs = beban ultimit selimut tiang bor pada kedalaman z.

Cu = kekuatan geser pada kedalaman z kondisi tak teraliri.

α = faktor empiris,yang bervariasi dengan kedalaman z.

(2.7a)

. (2.7b)

dimana :

Pu = tekanan atmosfir = 101,3 KPa = 2116 Psf.

3. Tahanan Ujung

(2.8)

Nilai Nc* diperoleh dari hubungan antara nilai kohesi dan kekakuan tanah,

seperti dilihat pada Tabel 2.1.


Tabel 2.1 Ir and Nc* Values for Cohesive Soil

cu Ir Nc*
24 kPa (500 psf) 50 6.55
48 kPa (1000 psf) 150 8.01
96 kPa (2000 psf) 250 8.69
192 kPa (4000 psf) 300 8.94

4. Perencanaan kapasitas daya dukung tiang pada tanah Non Kohesif

fsz = Kσ’z tan øc (2.9)

(2.10)

dimana: fsz = Unit resistensi sisi paling dalam pasir pada kedalaman z.

K = parameter yang menggabungkan koefisien tekanan lateral dan

faktor korelasi.

σ'z = Teganga efektif vertikal dalam tanah pada kedalaman z.

∅c = gesekan sudut di antarmuka dari beton dan tanah.

L = kedalaman embedment dari poros dibor.

dA = diferensial area perimeter sepanjang sisi atas tiang sampai

kedalaman penetrasi.

) (2.11)

(2.12)

(2.13a)

; (2.13b)
dimana z = kedalaman di bawah permukaan tanah, dalam satuan kaki atau

meter, seperti yang ditunjukkan. Jika perlawanan SPT tidak dikoreksi, N60 lebih kecil

atau sama dengan 15 pukulan/ft, maka β dapat dihitung dengan persamaan:

(2.13c)

(2.13d)

2.3.2 Berdasarkan data Sondir

Dari hasil data Sondir dapat juga mengklasifikasi lapisan tanah dan dapat

memperkirakan kekuatan dan karakteristik dari tanah, didalam perencanaan pondasi

tiang, data tanah sangat diperlukan dalam merencanakan kapasitas daya dukung

(bearing capacity) dari bored pile sebelum pembangunan dimulai, guna menentukan

kapasitas daya dukung ultimit dari pondasi tiang. Dari hasil pengujian sondir dapat

mempergunakan metode Meyerhoffs (1956) untuk menghitung daya dukung tiang bor

yaitu tahanan selimut tiang dapat diambil langsung dari gesekan total (Jumlah

Hambatan Lekat = JHL) yang dikalikan dengan keliling tiang sehingga dapat di

skemakan pada Gambar 2.14.

Qult = (qc x Ap) + (JHL x K) (2.14)

(2.15)

Dimana:

Qult = Daya dukung ultimit (Ton).

qc = Tahanan ujung sondir (qc1 + qc2).

qc1 (rata-rata perlawanan penetrasi konus (qc di atas titik 8D).


qc2 (rata-rata perlawanan penetrasi konus (qc di bawah titik 4D).

Ap = Luas penampang tiang = πD2/4 (m2).

D = diameter tiang (m).

K = Keliling = πd (m).

JHL = Jumlah hambatan lekat.

3 = Faktor keamanan untuk tahanan ujung.

5 = Faktor keamanan untuk tahanan gesekan.

2.3.3 Berdasarkan data SPT

Kapasitas daya dukung tiang pada lapisan tanah dihitung dengan menggunakan

data dari nilai N-SPT. Dimana Nilai N-SPT untuk perhitungan qp diambil 4D di bawah

tiang dan 10D di atas tiang. Untuk perhitungan qs nilai N-SPT diambil di kedalaman

segmen (L) tiang yang ditinjau. Perkiraan kapasitas daya dukung pondasi tiang pada

tanah pasir dan silt didasarkan pada data uji lapangan SPT (standard penetration test)

dihitung berdasarkan beberapa metode empirik, sebagai berikut:

1. Metode Meyerhoff (1976), Skema metode Meyerhoff lihat Gambar 2.14.

Gambar 2.14 Skema metode Meyerhoff (1956)


a. Daya dukung ujung pondasi tiang (end bearing)

Qp = qp x Ap (2.16)

Untuk tanah Kohesif:

Qp(tsf) = Ap * qp (2.17)

qp = Nc*Cu ≤ 40 tsf (2.18)

Dimana:
Nc = faktor daya dukung ( untuk Φ = 0, Nc = 9).

Cu = undrained cohesion.

qp = tekanan vertikal efektif di ujung tiang.

Ap = luas penampang tiang.

Untuk tanah non Kohesif:

2* N *D (2.19)
qp = cor b ≤ 4 / 3* N
(tsf ) 150 * D cor
p

Dimana Ncor diambil nilai rata antara 4D diatas dan 10 D di bawah ujung

tiang.

Ncor = Daya dukung ultimit ujung tiang (Ton).

Db = Tebal kedalaman pondasi tiang bor (m2).

Dp = Tebal penampang pondasi tiang bor (m2).

qp = Tahanan ujung per satuan luas (Ton/m2).

b. Daya dukung selimut tiang (skin friction)

Daya dukung selimut tiang (tahanan geser selimut tiang) pada tanah dapat

dinyatakan dengan persamaan:


n (2.20)
Qs = ∑ f * ∆Li * p
si
i =1

P = π*D (2.21)

Dimana:
Qs = kapasitas daya dukung selimut pondasi tiang (kN).

fsi = unit tahanan selimut masing-masing lapisan (kN/m2).

A = luas permukaan ujung pondasi tiang.

p = keliling pondasi tiang (m).

π = konstanta phi (3,14).

D = diameter tiang bor (m).

Li = panjang pondasi tiang tiap lapisan (m).

Untuk tanah Kohesif:

fs = α * Cu (2.22)

Dimana: Cu = kohesi tanah, (Ton/m2).

α = faktor adhesi empiris.

Untuk tanah non Kohesif:

fs = N/100 (2.23)

2. Metode Reese and Wright (1977)

a. Daya dukung ujung pondasi bored pile (end bearing)

Qp = qp x Ap (2.24)

Dimana Qp = Daya dukung ultimit ujung tiang (Ton).

Ap = Luas penampang pondasi tiang bor (m2).


qp = Tahanan ujung per satuan luas (Ton/m2).

Untuk tanah Kohesif:

qp = 9 Cu (2.25)

Dimana Cu = Kohesi tanah, (Ton/m2).

Untuk tanah non Kohesif:

Reese and Wright (1977) mengusulkan korelasi antara qp dan N-SPT

seperti terlihat pada Gambar 2.15.

Gambar 2.15 Daya dukung ujung bored pile pasiran (Reese and Wright,

1977)

Dimana untuk N < 60 maka qp = 7 N (Ton/m2) < 400 (Ton/m2).

untuk N > 60 maka qp = 400 (Ton/m2).

N = Nilai rata-rata SPT.

b. Daya dukung selimut bored pile (skin friction)

Qs = fs. L. P (2.26)

Dimana Qs = Daya dukung ultimit selimut tiang (Ton).


fs = Gesekan selimut tiang per satuan luas (α x Cu). (Ton/m2).
L = Panjang tiang (m).
P = Keliling penampang tiang (m).

Untuk tanah Kohesif:

fs = α x Cu (2.27)

Dimana α = Faktor adhesi.

Berdasarkan penelitian Reese and Wright (1977) α = 0,55.

Untuk tanah non Kohesif:

Dimana untuk N < 53 maka f = 0,32 N (ton/m2)

untuk 53 < N < 100 maka f diperoleh dari korelasi langsung dengan

NSPT (Resse and Wright).

Menurut Metode Kulhaway (1984) yaitu: Berdasarkan Grafik Undrained

Shearing Resistance vs Adhesion Factor. Cu = Kohesi tanah, (Ton/m2).

Untuk Tanah non Kohesif:

Dimana untuk N < 53 maka f = 0,32 N-SPT (Ton/m2).

Untuk 53 < N < 100 maka f diperoleh dari korelasi langsung dengan N-SPT

(Reese dan Wright, 1977) mengenai tahanan geser seperti pada Gambar

2.16.
Gambar 2.16 Tahanan geser selimut bored pile pasiran (Reese dan Wright, 1977)

Nilai f juga dapat dihitung dengan formula:

f = K0 . σv .tan φ (2.28)

Dimana K0 = koefisien tekanan tanah (K0 = 1 – sin φ ).

σv ’ = tegangan vertikal efektif tanah (Ton/m2).

σv ’ = γ . L’.

L’ = 15 D.

D = diameter (m).

δ = 0,8 . φ.

2.3.4 Berdasarkan data hasil Uji Laboratorium

Berdasarkan hasil pemeriksaan tanah melaui hasil uji laboratorium melalui

beberapa percobaan akan didapatkan nilai berat isi tanah (γ), nilai kohesif tanah (c)

serta nilai sudut geser tanah (φ). Perkiraan kapasitas daya dukung pondasi bored pile

pada tanah pasir dan silt didasarkan pada data parameter kuat geser tanah, ditentukan

dengan perumusan sebagai berikut:

a. Daya dukung ujung pondasi bored pile (end bearing)

Untuk tanah Kohesif:

Qp = Ap x Cu x Nc* (2.29)

Dimana Qp = daya dukung ultimit ujung tiang (Ton).


Ap = luas penampang pondasi tiang bor (m2).

Cu = kohesi tanah, (Ton/m2).

Nc* = faktor daya dukung tanah, untuk pondasi bore pile nilai

Nc* = 9 (Whitaker and Cooke, 1966).

Untuk tanah non Kohesif:

Qp = Ap x q’ x (Nq* - 1) (2.30)

Dimana Qp = tahanan ujung per satuan luas (Ton).


Ap = luas penampang bore pile (m2).
q' = tekanan vertikal efektif (Ton/m2).
Nq* = faktor daya dukung tanah. Vesic (1967) mengusulkan pada
korelasi antara φ dan Nq* seperti pada Gambar 2.17 ini.

Gambar 2.17 Faktor Nq* (Vesic, 1967)

b. Daya dukung selimut bored pile (skin friction)

Qs = fi . Li. p (2.31)

Dimana Qs = daya dukung ultimit selimut tiang (ton).


fi = tahanan suatu skin friction (Ton/m2).
Li = panjang lapisan tanah (m).
p = keliling penampang tiang (m).
Untuk tanah Kohesif:

fi = α x Cu (2.32)

Dimana α = faktor adhesi 0,55 (Reese & Wright, 1977).


Cu = kohesi tanah (Ton/m2).

Untuk tanah non Kohesif:

(2.33)

Dimana K0 = koefisien tekanan tanah (K0 = 1 – sin φ ).


σv ’ = tegangan vertikal efektif tanah (Ton/m2).
σv ’ = γ . L’.
L’ = 15 D.
D = diameter.
δ = 0,8 . φ.

2.3.5 Berdasarkan Kekuatan Bahan

Selain berdasarkan hasil pengujian tanah (soil investigation) yang telah dibahas

sebelumnya, maka kapasitas daya dukung dapat juga diketahui berdasarkan kekuatan

dari bahan tiang yang dipergunakan. Adapun kapasitas daya dukung berdasarkan

kekuatan bahan tiang dapat diperoleh dari persamaan berikut ini:

PTiang = σb * ATiang (2.34)

Dimana:

PTiang = Daya dukung tiang yang diijinkan (kN).


σb = Tegangan tekan beton yang diijinkan
(kN/m2).
ATiang = Luas penampang bored pile (m2).
2.4 Uji Beban Statik (Loading Test)

2.5.1 Pengertian Loading Test

Loading test biasa disebut juga dengan uji pembebanan statik. Cara yang paling

dapat diandalkan untuk menguji daya dukung pondasi tiang adalah dengan uji

pembebanan statik. Interpretasi dari hasil benda uji pembebanan statik merupakan

bagian yang cukup penting untuk mengetahui respon tiang pada selimut dan ujungnya

serta besarnya daya dukung ultimitnya. Berbagai metode interpretasi perlu mendapat

perhatian dalam hal nilai daya dukung ultimit yang diperoleh karena setiap metode

dapat memberikan hasil yang berbeda.

Hal terpenting adalah agar dari hasil nilai uji pembebanan statik, seorang

praktisi dalam rekayasa pondasi (ahli geoteknik) dapat menentukan mekanisme yang

terjadi, misalnya dengan melihat kurva beban–penurunan, besarnya deformasi plastis

tiang, kemungkinan terjadinya kegagalan bahan tiang, dan sebagainya. Pengujian

hingga 200% dari beban kerja sering dilakukan pada tahap verifikasi daya dukung,

tetapi untuk alasan lain misalnya untuk keperluan optimasi dan untuk kontrol beban

ultimit pada gempa kuat, seringkali diperlukan pengujian sebesar 250% hingga 300%

dari beban kerja. Pengujian beban statik melibatkan pemberian beban statik dan

pengukuran pergerakan tiang. Beban umumnya diberikan secara bertahap dan

penurunan tiang diamati. Umumnya definisi keruntuhan yang diterima dan dicatat

untuk interpretasi lebih lanjut adalah bila di bawah suatu beban yang konstan, tiang

terus–menerus mengalami penurunan. Pada umumnya beban runtuh tidak dicapai pada

saat pengujian. Oleh karena itu daya dukung ultimit dari tiang hanya merupakan suatu

estimasi.
Sesudah tiang uji dipersiapkan (dipancang atau dicor), perlu ditunggu terlebih

dahulu selama 28 hari sebelum tiang dapat diuji. Hal ini penting untuk memungkinkan

tanah yang telah terganggu kembali keadaan semula, dan tekanan air pori akses yang

terjadi akibat pemancangan tiang telah terdisipasi. Pada proyek Medan Focal Point

yang digunakan pada penelitian tesis ini, jumlah titik tiang bor yang digunakan di

lapangan sejumlah 319 tiang namun tiang yang melakukan loading test hanya 2 tiang,

yaitu 0,94% dari jumlah titik yang di loading test dari jumlah titik tiang bor yang

dilakukan di lapangan. Kriteria umum lain yang harus dipenuhi dari hasil load test ini

adalah struktur tidak boleh memperlihatkan tanda-tanda keruntuhan seperti

terbentuknya retak-retak yang berlebihan atau menjadi lendutan yang melebihi

persyaratan keamanan yang telah ditetapkan dalam peraturan-peraturan bangunan.

2.4.2 Jenis Loading Test

Ada dua jenis loading test, yaitu:

a. Static load test: compression, tension dan lateral.

b. Dynamic load test: Pile Driving Analysis.

Pile load test biasanya dilakukan dengan dua alternatif yaitu:

a. Test/unused pile, failure test (dilakukan hingga mengalami keruntuhan).

b. Test on a working pile (used pile), 200% design capacity.

Tiang yang telah diuji dipilih di lokasi yang terdekat dengan penyelidikan

tanah, hasil dari pengujian beban ini berupa:

- Indikasi dari daya dukung batas yang terjadi.

- Indikasi dari penurunan yang terjadi.


Pada proyek Medan Focal Point menggunakan static load test Compression.

2.4.3 Tujuan Compressive Loading Test

Tujuan dilakukan percobaan pembebanan vertikal (compressive loading test)

terhadap pondasi tiang adalah sebagai berikut:

- Untuk mengetahui hubungan antara beban dan penurunan pondasi akibat

beban rencana.

- Untuk menguji bawah pondasi bored pile yang dilaksanakan mampu

mendukung beban rencana dan membuktikan bahwa dalam pelaksanaan

tidak terjadi kegagalan.

- Untuk menentukan daya dukung ultimate nyata (real ultimate bearing

capacity) sebagai kontrol dari hasil perhitungan berdasarkan formula statis

maupun dinamis.

- Untuk mengetahui kemampuan elastisitas dari tanah, mutu beton dan mutu

besi beton (Hardyatmo,2010).

- Untuk meninjau tanah ada atau tidak kepipihan tanah di lapangan.

2.4.4 Hal yang harus diperhatikan dalam percobaan Pembebanan Vertikal


(Compressive Loading Test)

Beberapa hal yang harus diperhatikan pada waktu pelaksanaan percobaan

pembebanan vertikal (compressive loading test) adalah sebagai berikut:

a. Berapa lama setelah dipancang atau dibuat tiang itu dapat dilakukan

percobaan untuk mengetahui hal ini belum ada peraturan yang tegas kapan
tiang sudah dapat dites.

b. Untuk tiang-tiang beton “cast in place” tentu saja percobaan dapat

dilakukan setelah beton mengeras (28 hari) disamping mungkin ada

persyaratan lainnya.

c. Untuk tiang-tiang yang dipancang (pre cast) ada beberapa pendapat

mengenai kapan tiang dapat dites. Menurut Terzaghi, tiang-tiang yang

diletakkan diatas lapisan yang permeable (misal: pasir), maka percobaan

sudah dapat dilakukan 3 (tiga) hari adalah pemancangan, pada tiang-tiang

yang dimasukkan dalam lapisan lempung, maka percobaan ini hendaknya

dilakukan setelah pemancangan berumur 1 (satu) bulan.

d. Hal lain yang perlu diperhatikan adalah berapa panjang tiang menonjol

diatas tanah, pada prinsipnya penonjolan ini harus sependek mungkin

untuk menghindari kemungkinan terjadinya tekuk, untuk loading test yang

dilakukan didarat, maka sebanyak tinggi bagian yang menonjol ini tidak

boleh lebih dari 1 m, sedangkan loading test yang dilakukan ditengah

sungai, dimana air cukup dalam, maka tiang dapat saja menonjol beberapa

meter diatas dasar sungai (muka tanah) tetapi dengan catatan harus ada

kontrol terhadap kemudian terjadinya tekuk.

e. Untuk loading test yang dilakukan dengan menggunakan tiang-tiang anker

tertentu, untuk menjaga kemungkinan tercabutnya tiang angker tersebut

terutama tiang-tiang lekat.

f. Percobaan pembebanan (loading test) yang menggunakan hidrolik jack,

maka jack harus ditempatkan pada tempat yang terlindung dari sinar
matahari, karena jika jack ini diletakkan pada tempat yang panas, maka

plie jack tersebut memuai yang mana akan mengakibatkan tidak

konstannya atau bertambah besar beban.

2.4.5 Metode Percobaan Pembebanan Vertikal (Compressive Loading Test)


dengan Pembebanan Langsung

Percobaan pembebanan pondasi tiang dilaksanakan berdasarkan standar

pembebanan (loading) American Standard for Testing Material (ASTM D. 1143-81),

metode pelaksanaan percobaan pembebanan vertikal yang akan dilaksanakan adalah

metode pembebanan langsung (kentledge system) yaitu dengan menggunakan beban di

atas pondasi tiang yang disusun sedemikian rupa dengan total berat yang lebih besar

dari beban tes yang direncanakan. Dan pergerakan tiang dapat diukur dengan

menggunakan satu set dial gauges yang terpasang pada kepala tiang dapat dilihat pada

Gambar 2.18.
6

Volume balok beton = 0,4232 m3.

Berat 1 bh balok beton = 1,036 Kg.

Total berat balok beton = 1,036 Kg x 850 bh = 880,60 Ton.


Gambar 2.18 Metode pembebanan langsung (Kentledge System)

Toleransi pembacaan antara satu dial gauge lainnya adalah 1 mm. Skematis

metode pembebanan langsung (kentledge system). Beban yang digunakan sebagai

beban adalah balok beton ukuran 60 cm x 60 cm x 120 cm sebanyak 850 buah dengan

880,6 ton. Bentuk susunan balok yang terdapat di proyek Medan Focal Point dapat

dilihat pada Gambar 2.19.

Gambar 2.19 Susunan balok beton (Data Proyek Medan Focal Point,
2010)
Balok beton disusun diatas sebuah platform yang terbuat dari susunan profil

baja yang terdiri dari:

1. Main Beam: WF 800 x 300 x 18 x 50 panjang 6 m sebanyak 2 batang yang

disatukan dengan pengelasan.

Total berat main beam ini = 4 btg x 6 m’ x 0,2168 Ton/m’ = 5,2032 Ton.

2. Sub Beam: WF 700 x 300 x 18 x 34 panjang 8 m sebanyak 11 batang =

254 x 11 x 8 = 22,352 Ton.

Total berat beam = 5,2032 + 22,352 = 27,5552 Ton.

Beban test diberikan dari hydraulick jack, dimana besar beban ini dapat

dikontrol pada manometer (pressure gauge) yang dipasang pada pompa (hydraulic

pump). Pompa ini berfungsi memberikan tekanan (press) kepada hydraulic jack.

Gambar 2.20 Susunan main beam dan sub beam dari platform
(Data Proyek Medan Focal Point, 2010)

Hydraulic Jack ditumpukan pada 2 buah pelat tebal-tebal 10 cm, yang diatas

kepala pondasi tiang (dibawah hydraulic jack) dan di kepala hydraulic jack (dibawah

main beam). Pelat tebal 10 cm ini berguna untuk menghindari terjadinya konsentrasi
tegangan yang akan terjadi akibat beban yang diberikan oleh hydraulic jack dapat

dilihat pada Gambar 2.20. Penurunan (settelement) pondasi tiang yang diuji dikur

dengan 4 dial gauge yang dipasang secara diagonal dan jarum dial gauge dihubungkan

dengan magnetic stand dimana magnetic stand diletakkan diatas plat 50 mm atau 100

mm dari kepala tiang. Jarum dial gaugae ditumpukan pada reference beam yang dibuat

dari profil baja L 50 “x” 50 “x” 50 mm yang dipasang/disupport ke tanah secara kaku

dan bebas getaran-getaran. (Data Proyek Medan Focal Point, 2010).

2.4.6 Prosedure dan Schedule Pembebanan Vertikal (Compressive Loading)

Para praktisi dan peneliti sudah menggunakan banyak metode pengujian beban

tiang seperti dilaporkan dalam berbagai publikasi. Pengujian beban yang umum

dilakukan ada 4 (empat) metode pengujian yang diidentifikasi sebagai metode

pengujian beban yaitu:

a. Slow Maintened Test Load Method (SM Test)

Metode ini sebagaimana direkomendasikan oleh ASTM D1143-81 terdiri dari

beberapa langkah sebagai berikut:

1. Beban tiang dalam delapan tahapan yang sama (yaitu: 25%, 50%, 75%,

100%, 125%, 150% 175% dan 200%).

2. Setiap penambahan beban harus mempertahankan laju penurunan harus

lebih kecil 0,01 in/jam (0,25 mm/jam).

3. Mempertahankan 200% beban selama 24 jam.

4. Setelah waktu yang dibutuhkan didapat, lepaskan beban dengan

pengurangan sebesar 25% dengan jarak waktu 1 jam diantara waktu


pengurangan.

5. Setelah beban diberikan dan dilepas keatas, bebani tiang kembali untuk

pengujian beban dengan penambahan 50% dari beban desain, menyediakan

waktu 20 menit untuk penambahan beban.

6. Kemudian tambahkan beban dengan penambahan 10% beban desain,

hingga tiang mengalami keruntuhan. Jarak pada pertambahan beban ini

adalah sebesar 20 menit.

Beban runtuh (ultimate) suatu tiang didefenisikan sebagai beban pada saat tiang

tersebut amblas atau penurunan terjadi dengan cepat dibawah tekanan beban. Defenisi

keruntuhan lain menganggap bahwa batas penurunan dapat berubah-ubah, misalnya

pada saat tiang dianggap sudah runtuh ketika bergerak 10 % dari diameter ujung atau

penurunan kotor 1,5 inch (38 mm) dan penurunan bersih atau batasan penurunan yang

diijinkan oleh ASTM dalam seluruh tahapan pembebanan yaitu sebesar 1 inch (25,4

mm) terjadi dibawah beban rencana. (American Standart Test Method, 2010).

b. Quick Maintened Load Test Method (QM Test)

Metode ini sebagaimana direkomendasikan oleh Departemen Perhubungan

Amerika Serikat, Pengelola Jalan Raya dan ASTM D1143-81 terdiri dari beberapa

langkah sebagai berikut:

1. Bebani tiang dalam penambahan 20 kali hingga 300 % dari beban desain

(masing masing tambahan adalah 15 % dari beban desain).

2. Pertahankan setiap beban selama 5 menit dengan bacaan diambil setiap 2,5

menit.

3. Tambahkan peningkatan beban hingga jacking continue dibutuhkan untuk


mempertahankan beban uji atau uji telah dicapai.

4. Setelah interval 5 menit, lepaskan atau hilangkan beban penuh dari tiang

dalam empat pengurangan dengan jarak diantara pengurangan 5 menit.

Metode ini lebih cepat dan ekonomis. Waktu uji dengan metode ini adalah

3-5 jam. Metode ini lebih mendekati suatu kondisi, namun metode ini tidak

dapat digunakan untuk estimasi penurunan karena metode cepat.

(American Standart Test Method, 2010).

c. Constant Rate of Penetration Test Method (CRP Test)

Metode ini terdiri dari beberapa langkah utama yaitu:

1. Kepala tiang didorong unutuk penurunan 0,05 in/menit (1,25 mm/menit).

2. Gaya yang dibutuhkan untuk mencapai penetrasi akan dicatat.

3. Uji dilakukan dengan total penetrasi 2-3 in ( 50-75 mm).

Keuntungan utama dari metode ini adalah lebih cepat (2-3) jam dan

ekonomis (American Standart Test Method, 2010).

d. Prosedur Pembebanan Standar ( SML ) Siklik

Prosedur pembebanan standar (SML) terdiri dari beberapa langkah

sebagai berikut:

1. Beban tiang dalam delapan tahapan yang sama (yaitu (25%, 50%, 75%,

100%, 125%, 150% 175% dan 200%).

2. Pertambahan beban dilakukan jika kecepatan penurunan yang terjadi tidak

lebih besar dari 0,01 in/hour atau 0,25 mm/jam tetapi tidak lebih lama dari

2 jam.

3. Jika tidak terjadi keruntuhan maka total beban yang telah diberikan dapat
diangkat kembali (unloading) setelah 12 jam didiamkan jika penurunan

yang terjadi pada 1 jam terakhir tidak lebih besar daripada 0,01 inchi (0,25

mm). Jika penurunan yang terjadi masih lebih besar daripada 0,01 inchi

(0,25 mm) maka biarkan beban selama 24 jam.

4. Jika waktu yang dimaksudkan di atas telah tercapai, maka kurangi beban

dengan tahapan pengurangan sebesar 50% dari beban perencanaan atau

25% dari beban total pengujian untuk setiap 1 jam.

5. Jika tiang mengalami keruntuhan maka pemompaan hydraulic jack

dilanjutkan hingga penurunan yang terjadi adalah sama dengan 15% dari

diameter.

6. Prosedur pembeban pondasi tiang dengan standar pembebanan (loading) di

dasarkan pada American Standard for Testing Material, “Standard Method

Of Testing piles Under Axial Compressive Load”.

Percobaan pembebanan vertikal (compressive loading test) dengan 4 cycle

sebagai berikut:

Cycle I : 0% - 25% - 50% - 25% - 0%.

Cycle II : 0% - 50% - 75% - 100% - 75% - 50% - 0%.

Cycle III : 0% -50% - 75% - 100% - 125% - 150% -125% - 100% -50% - 0%.

Cycle IV : 0% - 50% - 75% - 100% - 150% - 175% - 200% - 175% - 150% -

100% - 75% - 50% - 0%.

2.4.7 Prosedur Pengukuran Penurunan Tiang

Untuk pergeseran aksial, pembacaan penurunan pada tiap pengujian berbeda


pada posisi kepala tiang. Pembacaan dapat dilakukan pada lempeng pengujian berikut:

1. Lakukan pembacaan sesuai dengan interval waktu terhadap beban dan

penurunan yang terjadi.

2. Selama pembacaan pastikan tiang tidak runtuh, lakukan pembacaan

tambahan dan catat hasil pembacaan pada interval tidak lebih 10 menit

selama setengah jam atau 20 menit sesudah tiap penambahan beban.

3. Sesudah beban penuh sesuai rencana, pastikan tiang belum runtuh lakukan

pembacaan pada interval tidak lebih 20 menit pada 2 jam pertama, tidak

lebih 1 jam untuk 10 jam berikutnya dan tidak lebih 2 jam untuk 12 jam

berikutnya.

4. Jika tidak terjadi keruntuhan tiang, segera lakukan pembacaan sebelum

beban pertama dikurangi. Selama pengurangan beban dilakukan,

pembacaan dilaksanakan dan catat dengan interval tidak lebih 20 menit.

5. Lakukan pembacaan akhir 12 sesudah beban dipindahkan.

6. Besar beban (ton), lama pembebanan dan besar penurunan dimuat dalam

tabel jadwal loading test. (American Standart Test Method, 2010).

2.4.8 Peralatan Pengujian

a. Dongkrak (hydraulic jack)


- Merek : Enerpac
- Model : CLR - 2006
- Kapasitas : 200 Ton
- Diameter Ram : 7 ¼ inchi
- Berat : 201 Lb
- Unit : 1 (satu)
Hydraulic Jack berfungsi memberikan tekanan pada beban yang akan

diterima oleh tiang bor, seperti yang ditunjukkan pada Gambar 2.21 dibawah ini.
Gambar 2.21 Hydraulic Jack (Data Proyek Medan Focal Point, 2010)

b. Pressure Gauge (Manometer)

- Merek : Enerpac.

- Type/No. Seri : GP – 105.

- Kapasitas/div : 10000/100 Psi.

- Unit : 1 (satu).

Pressure Gauge/Manometer berfungsi pengontrol besar beban yang dikontrol

pada manometer (pressure gauge) yang dipasang pada pompa (Hydraulic Pump).

c. Hand Pump

1. Merek : Enerpac.

2. Type/No. Seri : P – 464.

3. Kapasitas /div : 10000 Psi.

4. Unit : 1 (satu).

Hand Pump berfungsi memberikan tekanan (press) kepada Hydraulic Jack.

d. Dial Gaug/Dial Indicator

1. Merek : Mitutoyo.

2. Type/No. Seri : 3058 E.


3. Kapasitas/div : 0.01 mm-50 mm.

4. Unit : 1 (satu).

5. Ketelitian : 0.001 mm.

Dial Gauge/Dial Indicator berfungsi sebagai pembacaan hasil penurunan tiang

bor, dipasang secara diagonal. Jarum Dial Gaugae ditumpukan pada Reference Beam

yang dibuat dari profil baja L 50 “x” 50 “x” 50 mm yang dipasang/disupport ke tanah

secara kaku dan bebas getaran-getaran. Dial Gage harus memiliki graduasi

minimum kurang dari atau sama dengan 1% dari beban maksimum yang diberikan dan

harus sesuai dengan Standar, seperti pada Gambar 2.22.

Gambar 2.22 Dial Gauge (Proyek Medan Focal Point, 2010)

e. Magnetic Stand

1. Merek : Mitutoyo.

2. Type /No. Seri : 7010 SB.

3. Unit : 1 (satu).
Magnetic Stand berfungsi sebagai penghubung yang dihubungkan dengan

jarum dial gauge dimana magnetic stand diletakkan di atas plat 50 mm atau 100 mm

dari kepala tiang.

2.4.9 Perbandingan Standart Operation Prosedure ASTM D-1143 (1981) dengan


ASTM D-1143 (2007)

Di dalam kedua ASTM ini terdapat perbedaan-perbedaan yang sangat mencolok,

yang dapat dilihat pada Tabel 2.2.

Tabel 2.2 Perbandingan Standart Operation Prosedur ASTM D-1143 (1981) dengan
ASTM D-1143 (2007)

ASTM D-1143 (1981) ASTM D-1143 (2007)

1. Prosedur Loading Test 1. Prosedur Loading Test


a. Standart loading procedur a. Slow maintained test
- Loading in excess of standart test load • Loading in excess of standart
settlement equals 15% of the pile test load settlement
diameter equals
b. Quick load test method for individual 10% of the pile
piles diameter
• Tahapan pembebanannya (10%- b. Quick load test method for
15%) individual piles
• Interval waktu pembebanan (2,5 • Tahapan pembebanannya 5%
menit-5 menit) • Interval waktu pembebanan (4
c. Constanta settlement increment loading menit-15 menit)
method for individual piles c. Constanta movement increment
Total penurunan 10% dari test
diameter tiang • Total penurunan 15% dari
2. Peralatan diameter tiang
a. Dial Indicator 2. Peralatan
• Dial Gauges travel 50 mm (2 inchi). a. Dial Indicator
• Ketelitian alat 0,3 mm. - Dial gauges travel 100 mm (4
b. Kawat harus tidak lebih dari 1 inchi inchi).
(25 mm) dari muka skala. • Ketelitian alat 0,1 mm.
c. Pemasangan plat baja sampai 2 b. Kawat harus tidak lebih dari 1
inchi (50 mm). inchi (25 mm) dari muka skala.
d. Reference beam 2,5 inchi (8 ft). c. Pemasangan plat baja sampai 2
inchi (50 mm).
d. Reference beam 2,5 inchi (8 ft).
2.5 Interpretation Method

2.5.1 Dengan Metoda Davisson (1973)

Jika Kurva beban penurunan telah diperoleh dari uji beban tiang, dengan

metode Davisson dapat diestimasi besarnya beban ultimit tiang. Pada jenis tanah

lempung lunak, beban yang menyebabkan keruntuhan tiang terjadi pada beban yang

konstan dengan penurunan yang berlebihan. Akan tetapi, bila tiang pada pasir tanah

tanah campuran atau lempung kaku, penentuan titik keruntuhan tiang pada kurva

beban–penurunan menjadi agak sulit (Hardiyatmo, 2010). Penentuan Qu dengan

metode Davisson dapat dilihat pada Gambar 2.23.

Davisson (1973) mengusulkan cara yang telah banyak dipakai saat ini. Cara ini

didefinisikan kapasitas dukung utimit tiang pada penurunan tiang sebesar:

Gambar 2.23 Penentuan Qu dengan metode Davisson, (Hardiyatmo, 2010)

(2.35)

Dimana, d = Diameter/lebar tiang (mm).


dr = 1 ft = 300 mm.
Q = Beban yang bekerja pada tiang.
D = Kedalaman tiang (mm).
A = Luas penampang tiang (mm2).
E = Modulus elastis tiang (Mpa).
= 200000 Mpa, untuk baja.
= 15200 σr ( f’c/σr )0,5.
σr = 0,1 Mpa = 100 Kpa.

2.5.2 Dengan Metode Chin (1970)

Metoda Chin didasari anggapan bahwa bentuk grafik hubungan beban vs

penurunan adalah hyperbola. Meskipun uji beban belum dilakukan sampai batas beban

kegagalan, namum kegagalan dapat diperkirakan. Grafik hubungan pembebanan vs

penurunan digambarkan dengan bentuk S/Qva sebagai sumbu tegak dan Δ sebagai

sumbu datar. Beban ultimit yang diperoleh dari metode ini harus dibagi dengan faktor

koreksi yang besarnya berkisar antara 1.0 - 1.4.

Adapun prosedur untuk menghitung metoda Davisson adalah sebagai berikut:

1. Gambar kurva S/Qva terhadap S, dimana S adalah besar penurunan dan Qva

adalah besar beban yang dipasang.

2. Langkah selanjutnya cari persamaan garis lurus yang merupakan regresi

dari kurva tersebut.

3. Persamaan umum dari regresi kurva tersebut adalah:

S (2.36)
= c .A + c
Q 1 2
va

4. Nilai dari Qult menurut Chin adalah:

1 (2.37)
Q =
ult c
1
2.5.3 Dengan Metode Mazurkiewicz (1972)

Metode ini diasumsikan bahwa dengan kapasitas tahanan terbesar (ultimate)

akan didapatkan dari beban yang berpotongan, diantaranya beban yang searah sumbu

tiang untuk dihubungkan beban dengan titik-titik dari posisi garis terhadap sudut 45°

pada beban sumbu yang berbatasan dengan beban (Prakash and Sharma, 1990).

Prosedur untuk menentukan beban ultimate menggunakan metode ini adalah

sebagai berikut:

1. Plot kurva beban–penurunan.

2. Pilih sejumlah penurunan dan gambarkan garis verikal yang memotong

kurva. Kemudian gambar garis horizontal dari titik perpotongan ini pada

kurva sampai memotong sumbu beban.

3. Dari perpotongan masing-masing kurva, gambar garis 45° sampai

memotong garis beban selanjutnya.

4. Perpotongan ini jatuh kira-kira pada garis lurus. Titik yang didapat oleh

perpotongan dari perpanjangan garis ini pada sumbu vertikal (beban)

adalah beban ultimate.

Metoda ini mengasumsikan bahwa kurva beban-penurunan berupa parabolic.

Nilai beban keruntuhan yang didapat dari metoda ini seharusnya mendekati 80% dari

kenyataan. Hal ini dapat diperlihatkan pada Gambar 2.24.


Gambar 2.24 Grafik hubungan beban dengan penurunan metode Mazurkiewicz
(Prakash. and Sharma, 1990)

2.6 Kapasitas Daya Dukung dan Effisiensi Kelompok Tiang

2.6.1 Kelompok Tiang

Dalam kondisi sebenarnya pondasi tidak pernah didapatkan bahwa tiang

pancang akan berdiri sendiri (single pile) pada suatu pondasi konstruksi, tetapi pondasi

dalam berfungsi meneruskan beban konstruksi di atasnya akan tetapi selalu dalam

bentuk beberapa tiang atau kelompok tiang (pile group), dan untuk mempersatukan

beberapa tiang tersebut dalam kelompok tiang akan diberi poer (footing). Dimana

dalam perhitungannya poer dianggap (dibuat) kaku sempurna, sehingga:

1. Beban-beban yang bekerja pada kelompok tiang tersebut menimbulkan

penurunan maka penurunan yang terjadi akan merata dan setelah

penurunan tersebut bidang poer akan tetap merupakan bidang datar.

2. Gaya yang bekerja pada tiang berbanding lurus dengan penurunan tiang-

tiang.
3. Pada proyek Medan Focal Point, detail kelompok tiang bor (poer) P-3A

yang menjadi titik peninjauan tesis ini dapat dilihat sesuai Gambar 2.25.

5000

500 2000 2000 500

500

C 3000 2000 C

500

DETAIL PONDASI P3A


Skala 1 : 100

1200

Section C
Skala 1 : 100

Gambar 2.25 Detail pondasi kelompok tiang (pier) BP-108

2.6.2 Kapasitas Daya Dukung Kelompok Tiang

Kapasitas daya dukung kelompok tiang bukan dari penjumlahan dari masing-

masing tiang tunggal dikalikan dengan jumlah tiang dalam suatu kelompok tiang

tersebut. Akan tetapi besar kapasitas ultimit kelompok tiang merupakan perkalian dari

beban maksimun tiang tunggal dikalikan dengan adanya faktor effisiensi tiang dalam

suatu kelompok tiang. Dan besar kapasitas ultimet kelompok tiang dinyatakan dengan

rumus sebagai berikut:

Q g = E g . n . Qa .............................................................................. (2.38)

Dimana : Qg = Beban maksimun kelompok tiang


Eg = Effisiensi kelompok tiang
n = Jumlah tiang dalam kelompok
Qa = Beban maksimun tiang tunggal

2.6.3 Effisiensi Kelompok Tiang

Beberapa persamaan untuk memperoleh nilai effisiensi tiang telah diusulkan

dalam menghitung besar kapasitas kelompok tiang, namun semuanya hanya bersifat

pendekatan. Persamaan-persamaan yang diusulkan berdasarkan dari susunan tiang,

dengan mengabaikan panjang tiang, variasi bentuk tiang, variasi sifat tanah pada

kedalaman dan pengaruh muka air tanah.

Dalam penulisan penelitian ini, adapun persamaan untuk memperoleh nilai

effisiensi tiang yang dipergunakan sesuai dengan yang disarankan oleh Converse-

Labare, yaitu sebagai berikut :

Eg = 1 -θ
(n'−1).m + (m − 1).n' ..................................................... (2.39)
90.m.n'

Dimana : Eg = Effisiensi kelompok tiang


m = Jumlah baris tiang
n = Jumlah tiang dalam satu baris
Θ = Arc tg D/S, dalam derajat
s = Jarak pusat ke pusat antara tiang
D = Diameter tiang

2.7 Penurunan Tiang (pile settlement)

Pada sub bab ini, akan dibahas tentang analisis perhitungan penurunan tiang,

baik penurunan pada tiang tunggal serta pada kelompok tiang.

2.7.1 Penurunan pada Tiang Tunggal


Menurut Poulus and Davis, (1968), penurunan jangka panjang untuk pondasi

tiang tunggal tidak perlu ditinjau karena penurunan tiang akibat konsolidasi dari tanah
relatif kecil. Hal ini disebabkan karena pondasi tiang direncanakan terhadap kuat

dukung ujung dan kuat dukung friksinya atau penjumlahan dari keduanya

(Hardiyatmo, 2010).

Perkiraan penurunan tiang tunggal dapat dihitung berdasarkan:

a. Untuk tiang apung atau tiang friksi :

.............................................................................. (2.40)

.................................................................... (2.41)

b. Untuk tiang dukung ujung :

.............................................................................. (2.42)

.................................................................... (2.43)

Dimana, S = Penurunan untuk tiang tunggal (mm)


Q = Beban yang bekerja (ton)
Io = Faktor pengaruh penurunan untuk tiang yang tidak
mudah mampat (Gambar 2.26)
Rk = Faktor koreksi kemudah mampatan tiang (Gambar 2.27)
Rh = Faktor koreksi untuk ketebalan lapisan yang
terletak pada tanah keras (Gambar 2.28)
Rμ = Faktor koreksi angka Poisson μ (Gambar 2.29)
Rb = Faktor koreksi untuk kekakuan lapisan pendukung (Gambar 2.30).
h = Kedalaman total lapisan tanah ujung tiang ke muka tanah.
D = Diameter tiang (mm).

Pada Gambar 2.26, 2.27, 2.28, 2.29, dan 2.30, nilai K adalah suatu ukuran

kompresibilitas relatif dari tiang dan tanah yang dinyatakan oleh persamaan:
(2.44)

(2.45)

Dimana, K = Faktor kekakuan tiang.


Ep = Modulus elastisitas dari bahan tiang (Mpa).
Es = Modulus elastisitas tanah disekitar tiang (Mpa).

Gambar 2.26 Faktor penurunan Io Gambar 2.27 Koreksi kompresi,


Rk
(Poulus and Davis,1968) (Poulus and Davis,1968)

2.7.2 Penurunan pada Kelompok Tiang

Setelah pembahasan tentang penurunan pada tiang tunggal, tidak kala

pentingnya perlu dibahas adalah penurunan pada kelompok tiang. Dimana penurunan

pada kelompok tiang umumnya relatif lebih besar daripada penurunan tiang tunggal,

dimana ini dipengaruhi oleh tegangan pada daerah tersebut lebih luas dan lebih dalam.
Gambar 2.28 Koreksi kedalaman, Rh Gambar 2.29 Koreksi angka poison, Rµ
(Poulus and Davis, 1968) (Poulus and Davis, 1968)

Gambar 2.30 Koreksi kekakuan lapisan pendukung, Rb (Poulus and Davis,


1968)

Beberapa metode yang dapat dipergunakan untuk menghitung penurunan

kelompok tiang adalah:

a. Metode Vesic (1977)

Dari beberapa penyelidikan tentang penurunan kelompok tiang yang telah

dimuat dalam literatur-literatur yang ada akan memiliki hasil yang sangat
beragam. Sehingga untuk memberikan hasil hubungan yang paling sederhana

untuk memperoleh besar penurunan kelompok tiang, Vesic memberikan

sebagai berikut:

Bg
Sg = S (2.46)
D

Dimana :
Sg = penurunan kelompok tiang (m).
S = penurunan tiang tunggal (m).
Bg = lebar kelompok tiang (m).
D = diameter tiang (m).

b. Metode Berdasarkan hasil N-SPT

Selain metode di atas, Meyerhoff’s mengembangkan beberapa metode

empiris untuk menentukan penurunan pada kelompok tiang yaitu dengan

berdasarkan nilai SPT atau CPT. Menurut Meyerhoff’s adalah bahwa hasil yang

diperoleh berdasarkan observasi yang dilakukan dari kedua metode dengan

nilai masing-masing di atas besar penurunan yang didapat tidak lebih dari 0.3

in (8mm).

Dimana berdasarkan nilai SPT, rumus untuk menentukan penurunan dari

kelompok tiang adalah :

Bg
0.17 . Br . q e . I
Br
Sg = (2.47)
σr .N

zi
I =1- ≥ 0.5 (2.48)
8 . Bg
Dimana : Sg = penurunan kelompok tiang (m)
Br = lebar yang disyaratkan = 1 ft = 0.3 m
qe = tekanan pada dasar pondasi = P/Lg.Bg (kg/m2)
σr = tegangan tanah = 2000 lb/ft2 = 100 kPa = 10000 kg/m2
Bg = lebar kelompok tiang (m)
N = N-SPT pada kedalaman zi sampai zi + Bg
Zi = kedalaman 2/3 L di bawah tiang

2.7.3 Penurunan Tiang yang Diizinkan (Sizin)

Dari hasil perhitungan besar penurunan total (Stotal) di atas, baik terhadap tiang

tunggal dan kelompok tiang yang diperoleh maka akan dibandingkan terhadap besar

penurunan tiang yang diizinkan (Sizin). Dimana harus diperoleh bahwa penurunan total

tiang (Stotal) tidak boleh melebihi dari besar penurunan tiang yang diizinkan (Sizin).

(Stotal) ≤ (Sizin)

Dengan besar penurunan izin (Sizin) berdasarkan ASTM D1143/81 adalah :

(Sizin) = 25.40 mm ………………………………………………….......... (2.49)

2.8 Daya Dukung Pondasi Tiang akibat Beban Lateral

Beban lateral pada pondasi tiang dapat disebabkan antara lain oleh; tekanan

tanah lateral, beban angin, beban gempa, dan gaya akibat gelombang pada struktur

lepas pantai. Broms, (1964) mengembangkan analisis sederhana untuk menghitung

daya dukung akibat beban lateral pada pondasi tiang. Metoda perhitungan ini

menggunakan teori tekanan tanah yang disederhanakan dengan menganggap bahwa

sepanjang kedalaman tiang, tanah mencapai nilai ultimit dengan membedakan antara

tiang pendek dan panjang serta membedakan posisi kepala tiang bebas dan terjepit.
Tiang pendek (short pile) jika D/B < 20, dan tiang panjang (long pile) jika D/B ≥

20, D = kedalaman, B = diameter tiang.

Keuntungan metoda Broms adalah:

a. Dapat digunakan pada tiang panjang maupun tiang pendek.

b. Dapat digunakan pada kondisi kepala tiang terjepit maupun bebas.

Kerugian metoda Broms adalah:

a. Hanya berlaku untuk lapisan tanah yang homogen, yaitu tanah lempung

saja atau tanah pasir saja.

b. Tidak dapat digunakan pada tanah berlapis. Broms membedakan antara

tiang pendek dan panjang serta membedakan posisi kepala tiang bebas dan

terjepit.

2.8.1 Daya Dukung Tiang Pendek Kepala Tiang Bebas (Free Head)

Untuk tiang pendek, pola keruntuhan yang mungkin terjadi dan distribusi dari

tahanan ultimit tanah ditunjukkan oleh Gambar 2.31.

Gambar. 2.31 Pola keruntuhan tiang pendek kepala tiang bebas (Broms, 1964)
Pada tanah butir kasar atau pasiran, titik rotasi diasumsikan berada di dekat

ujung tiang, sehingga tegangan yang cukup besar yang bekerja di dekat ujung (Gambar

2.32 dan 2.33) dapat diganti dengan sebuah gaya terpusat. Dengan mengambil momen

terhadap kaki tiang diperoleh:

0.5 ⋅ γ ' ⋅ L3 ⋅ B ⋅ K p
Hu =
(e + L)

(2.50)

Momen maksimum diperoleh pada kedalaman xo, dimana:

 Hu 
x 0 = 0.82 ⋅  
 γ '⋅B ⋅ K 
 p 

M max = H u (e + 15x o )

(2.51)

Gambar. 2.32 Reaksi tanah dan momen Gambar. 2.33 Reaksi tanah dan momen
lentur tiang pendek kepala tiang bebas lentur tiang kepala tiang bebas pada
pada tanah pasir (Broms, 1964) tanah lempung (Broms, 1964)

Hubungan di atas dapat dinyatakan dengan gambar yang menggunakan suku tak

berdimensi L/D terhadap seperti terlihat pada Gambar 2.33 dan 2.34.
Gambar. 2.34 Kapasitas lateral ultimit Gambar. 2.35 Kapasitas lateral ultimit
untuk tiang pendek pada tanah pasir untuk tiang pendek pada tanah
(Broms,1964) lempung (Broms,1964)
Pada tanah lempung, momen maksimum diberikan untuk dua rentang

kedalaman, yaitu:

Mmax = Hu (e + 1.5B + 0.5xo) untuk 1.5B + xo (2.52)

Mmax = 2.25 . B . cu . (L – xo)2 untuk L – xo (2.53)

Harga xo dinyatakan sebagai berikut:

Hu
x0 =
9 ⋅ cu ⋅ B

(2.54)

Solusi perhitungan diberikan pada Gambar. 2.34 dan Gambar 2.35 dimana

dengan mengetahui rasio L/B dan e/B maka akan diperoleh nilai Hu/ (cu.B2), sehingga

Hu dapat dihitung.

2.8.2 Daya Dukung Tiang Pendek Kepala Tiang Terjepit (Fixed Head)

Mekanisme keruntuhan yang mungkin terjadi dan distribusi dari tahanan tanah

dapat dilihat pada Gambar 2.36 (a dan b).


Gambar 2.36.a Pola keruntuhan Gambar 2.36.b Reaksi tanah dan momen
tiang pendek – kepala tiang terjepit lentur tiang pendek – kepala tiang terjepit pada
(Broms, 1964) tanah pasir (Broms, 1964)

Pada tanah pasir maka kapasitas lateral dan momen maksimum dinyatakan

sebagai berikut:

Hu = 1.5x γ1 x L2 x B x Kp (2.55)

Mmax = γ1 x L3 x B x Kp

(2.56)

Gambar 2.37 Reaksi tanah dan momen lentur tiang pendek – kepala tiang
terjepit pada tanah lempung (Broms, 1964)

Untuk tanah lempung, kapasitas lateral dan momen maksimum adalah sebagai

berikut:
Hu = 9 “x” cu “x” B “x” (L-15D) (2.57)

Mmax = 4.5 “x” cu “x” B “x” (L2 – 2.25 D2) (2.58)

Seperti halnya pada kondisi kepala tiang bebas, maka untuk kondisi kepala tiang

terjepit, solusi grafis juga diberikan berupa gambar dengan suku tak berdimensi. L/B

sebagaimana terlihat pada Gambar 2.37.

2.8.3 Daya Dukung Tiang Panjang Kepala Tiang Bebas (Free Head)

Mekanisme keruntuhan yang mungkin terjadi dan distribusi dari tahanan tanah

dapat dilihat pada Gambar 2.38.

(a) pada tanah pasir (b) pada tanah lempung


Gambar. 2.38 Perlawanan tanah dan momen lentur tiang panjang – kepala tiang bebas
(Broms, 1964)

Pada tanah pasir, karena momen maksimum terletak pada titik dengan gaya geser

sama dengan nol, maka momen maksimum dan gaya ultimit lateral dapat dihitung

sebagai berikut :

Mmax = Hmax (e + 0.67 xo) ........................................................... (2.59)

 H 
dengan xo = 0.82 1 u  .................................................... (2.60)
 γ ⋅D⋅K 
 p 
Mu
Hu = ........................................................... (2.61)
 H 
e + 0.54 1 u 
 γ ⋅D⋅K 
 p 

Dimana Mu adalah momen kapasitas ultimit dari penampang tiang. Nilai Hu

Hu
dapat dihitung dengan menggunakan chart hubungan antara nilai
K p ⋅ γ1 ⋅ B 3

Hu
terhadap nilai seperti pada Gambar 2.38 (a dan b).
K p ⋅ γ1 ⋅ B 4

Untuk tanah lempung maka digunakan persamaan seperti pada tiang pendek

yaitu :

Mmax = Hu (e + 1.5 D + 0.5 xo) ..................................................... (2.62)

Hu
dimana xo = ................................................................... (2.63)
9 ⋅ cu ⋅ D

Mu Hu
Dengan mengetahui nilai maka nilai dapat ditentukan dari
cu ⋅ D 3
cu ⋅ D2

Gambar. 2.38.b maka harga Hu dapat diperoleh.

2.8.4 Daya Dukung Tiang Panjang Kepala Tiang Terjepit (Fixed Head)

Mekanisme keruntuhan yang mungkin terjadi dan distribusi dari tahanan tanah

dapat dilihat pada Gambar 2.39.

Momen maksimum dan gaya ultimit lateral dapat dihitung menggunakan

persamaan :

Mmax = Hmax (e + 0.67 x0) ........................................................ (2.64)


Gambar. 2.39.a Kapasitas lateral ultimit Gambar. 2.39.b Kapasitas lateral ultimit
untuk tiang panjang pada tanah pasir untuk tiang panjang pada tanah lempung
(Broms, 1964) (Broms, 1964)

(a) pada tanah pasir (b) pada tanah lempung


Gambar. 2.40 Perlawanan tanah dan momen lentur tiang panjang – kepala tiang terjepit
(Broms, 1964)

Dimana untuk tanah pasir dapat digunakan persamaan :

2M u
Hu =
(e + 0.67x o )
0.5
 H 
x o = 0.82 1 u 
 γ ⋅D⋅K 
 p  ……………………………………… (2.65)

Sedangkan untuk tanah lempung dapat digunakan persamaan :


2M u
Hu = ............................................................................ (2.66)
1.5D + 0.5x o

Hu
xo =
9 ⋅ c u ⋅ D ................................................................................. (2.67)

Untuk perhitungan kapasitas lateral ultimit, maka untuk kondisi kepala tiang

terjepit, Gambar 2.40.a dapat digunakan untuk tanah pasir, sedangkan untuk tanah

lempung digunakan Gambar 2.40.b.

2.9 Metode Element Hingga (FEM)

Metode Elemen Hingga (FEM) berawal daripada kebutuhan untuk

menyelesaikan permasalahan kompleks di bidang Teknik Sipil dan Teknik

Aeronautika terutama pada permasalahan elastisitas dan analisa struktur.

Perkembangan FEM diawali atas jerih payah Alexander Hrennikoff (1941)

dan Richard Courant (1942). Pendekatan yang dilakukan oleh para pioner ini benar-

benar berbeda, namun mereka mempopulerkan satu nilai yang esensial, yaitu:

Diskritisasi Jaringan/ pembagian jaringan pada sebuah bidang pengaruh (domain) yang

menerus menjadi kumpulan sub-domain yang berbeda.

Pada kelanjutannya FEM digunakan pula pada bidang aplikasi matematika untuk

bidang modeling numerik pada sistem fisik (physical system) untuk berbagai

bidang engineering, seperti pada elektro magnetik dan mekanika fluida.

Metode FEM dilakukan dengan menggunakan konsep diskritisasi dengan cara

membagi-bagi benda atas bagian yang kecil yang dinamakan elemen-elemen hingga,

dilakukan analisis untuk masing-masing elemen yang kecil tersebut sehingga akan
lebih mudah peninjauannya dibandingkan dengan secara keseluruhan. Sifat distribusi

akibat yang ditimbulkan (deformasi) dalam suatu benda tergantung pada karakteristik

sistem gaya yang bekerja dan benda itu sendiri.

FEM untuk geoteknik berbeda dengan yang lainnya pada program tertentu jenis

elemennya dipisahkan antara elemen linier untuk respon tekanan air pori dan

kwadratik untuk respon tegangan-regangan pada butiran tanah dan ada juga yang

menyamakannya. Permasalahan geoteknik sering berhadapan dengan dua jenis

material yang berbeda jauh kekakuannya, seperti pondasi tiang pancang, material yang

dianalisa terdiri dari tiang yang terbuat dari beton dan tanah.

Pada tembok penahan tanah terdiri dari tembok (pasangan batu ataupun beton)

dan tanah. Pada pondasi dangkal terdiri dari beton dan tanah. Pada kasus timbunan

yang menggunakan geotextile terdiri dari geotextile dan tanah. Kasus penimbunan

gorong-gorong, sheet pile juga terdiri dari dua material yang berbeda. Pada kondisi

seperti ini dibutuhkan elemen interface (elemen antara). Kalau tidak menggunakan

elemen antara maka akan terjadi slip antara struktur (elemen dengan kekakuan yang

besar) dengan tanah (elemen dengan kekakuan yang kecil) yang menghasilkan bentuk

deformasi yang tidak sama antara struktur dan tanah.

Penelitian tesis ini melakukan analisis terhadap struktur bangunan dan

pemodelan tanah terhadap besar penurunan tiang bor dengan diameter 60 cm yang

mempergunakan metode elemen hingga dengan bantuan program SAP2000 untuk

menganalisis penurunan terhadap struktur bangunan dan program Plaxis yang

memodelkan jenis tanah dari parameter hasil pengujian lapangan (soil investigation).
2.11 Program (software) Plaxis yang merupakan Metode Elemen Hingga

Plaxis adalah merupakan program metode elemen hingga (finite element

program) untuk aplikasi Geoteknik dengan mempergunakan pemodelan tanah

digunakan untuk mensimulasikan prilaku tanah dari hasil interpretasi pengujian tanah.

Sebelum melakukan perhitungan dengan program elemen hingga ini terlebih dahulu

harus dipahami teori tentang pemodelan tanah yang akan dipilih, kesalahan dalam

pemilihan model tanah dapat mengakibatkan kekeliruan terhadap hasil perhitungan

yang diperoleh.

Program Plaxis memiliki 7 model tanah, yaitu : model linier elastic, mohr-

coulomb, advanced mohr-coulomb, soft soil (Cap), jointed rock, soft soil creep use-

difined soil, dan modified cam-clay.

perhitungan korelasi beban vertikal batas (ultimate) dengan displacement yang

terjadi pada suatu tiang bor beton dengan metode elemen hingga model tanah yang

digunakan adalah model Mohr Coulomb dengan analisis secara Axisymetric. Hasil

permodelan elemen hingga dengan program Plaxis dibandingkan dengan pengujian

lapangan (loading test).

2.9.2 Model Mohr Coulomb

Model Mohr Coulomb mengasumsikan prilaku tanah bersifat plastis sempurna

dengan menetapkan suatu nilai tegangan batas dimana pada titik tersebut tegangan

tidak lagi dipengarui oleh regangan. Untuk input parameter tanah pada model Mohr

Coulomb meliputi 5 buah parameter yaitu : modulus young (Es), poison rasio (ν),

kohesi (c), sudut geser dalam (Ø), dan sudut dilatansi (Ψ).

Pemahaman tanah yang digunakan sebagai parameter pemodelan tanah untuk


perhitungan dengan metode keseimbangan batas dan input pada program komputer

(program Plaxis) harus dipahami. Kesalahan dalam penentuan parameter tanah akan

memberikan hasil yang keliru, sehingga hasil yang didapat tidak mencerminkan respon

yang sesungguhnya. Parameter tanah yang diperlukan disesuaikan dengan model yang

dipilih, model linier elastic, mohr-coulomb, advanced mohr-coulomb, soft soil (Cap),

jointed rock, soft soil creep use-difined soil, dan modified cam-clay. Masing-masing

model memerlukan parameter tanah tersendiri, meskipun ada beberapa data tanah yang

bersesuaian. Parameter tanah ini didapat dari hasil interpretasi pengujian di lapangan

berupa data N-SPT dan sebagian parameter diasumsikan berdasarkan buku referensi.

Pada penelitian ini pemodelan pada program Plaxis model tanah adalah.

Parameter yang digunakan dalam model Mohr Coulomb adalah :

a. Modulus Elastisitas (Elastic Modulus)

Di laboratorium, modulus elastisitas (E) didapat dari hasil hubungan tegangan-

regangan pengujian Triaxial Test. Sudut kemiringan awal E0 yang dibentuk

didefinisikan sebagai modulus elastisitas yang juga disebut Young’s modulus,

sedangkan E50 didefinisikan sebagai Secant Modulus pada kekuatan 50%. Untuk

tanah lempung over konsolidasi dan beberapa jenis batuan dengan rentang linier

elastis yang besar, digunakan E0. Sedangkan untuk material pasir dan lempung

normal konsolidasi lebih tepat menggunakan E50. Untuk lebih jelasnya dapat

dilihat pada Gambar 2.41. Pada penelitian ini modulus elastisitas (E) didapatkan

dari korelasi hasil standard penetration test (SPT), undrained cohesion (Cu)

terhadap modulus elastisitas.


Gambar 2.41 Definisi Eo dan E50 (Plaxis versi 8.2)

b. Poison Ratio (v)

Poisson’s ratio adalah harga perbandingan regangan lateral dengan regangan

aksial yang berguna untuk menghubungkan besar modulus elastisitas (E)

dengan modulus geser (G) dengan persamaan E = 2(l-υ)G. Nilai possion’s ratio

berkisar 0,3 sampai dengan 0,5 dan pada program Plaxis disarankan ≤ 0,35.

c. Sudut Geser Dalam (Ø) dan Nilai Kohesi (c)

Sudut geser dalam (Ø) disebutkan dengan derajat. Sudut geser dalam

yang tinggi kadang-kadang diperoleh untuk pasir padat, tetapi secara umum

makin halus butiran dan makin padat, tetapi secara umum makin halus butiran

dan makin padat susunan butirannya akan meningkatkan sudut geser dalam.

Kohesi memiliki dimensi yang sama dengan tegangan. Kohesi akan cenderung

meningkat sesuai dengan kedalaman penijauan. Sudut geser dalam dan nilai

kohesi diperoleh dari beberapa jenis pengujian antara lain adalah pengujian

triaxial dan unconfined test. Untuk jelasnya dapat dilihat Gambar 2.42.
d. Sudut Dilantancy (Ψ)

Sudut dilatancy (ψ) adalah sudut yang dibentuk bidang horizontal dengan

arah pengembangan butiran pada saat butiran menerima tegangan deviatorik.

Gambar 2.42 Lingkaran tegangan Mohr pada saat leleh (yield) (Plaxis versi
8.2)
Tanah lempung normal konsodilasi tidak memiliki sudut dilantasi. Tetapi

pada tanah pasir, besar sudut ini tergantung pada kepadatan relatif (Dr) dan

sudut geser dalamnya yang dinyatakan dengan persamaan ψ = φ - 30°.

e. Parameter Permeabilitas Kx Dan Ky

Parameter kx dan ky nilainya dianggap sama untuk setiap lapisan,

terhadap arah x maupun terhadap arah y.

2.9.3 Studi Parameter

Studi parameter ini dimaksudkan untuk mendapatkan dan melengkapi

parameter-parameter tanah laboratorium yang digunakan sebagai input untuk program

elemen hingga. Adapun cara untuk mendapatkannya adalah dengan menggunakan

korelasi-korelasi data lapangan seperti N-SPT dengan Kohesi, N-SPT tekanan efectif

vertikal dengan sudut geser dalam (Ø), Jenis tanah dengan daya rembesan (Kx, Ky),
konsistensi tanah dengan angka poison, N-SPT dengan Modulus Elastisitas (Es) dan

sebagainya. Semua parameter- parameter tanah undrained harus dikonversi menjadi

drained.

Jenis tanah adalah tanah-tanah tidak kohesif (cohesionless soil), tanah-tanah

kohesif (cohesive soil) dan tanah-tanah yang mengandung kohesi dan tidak berkohesi

(mengandung C dan Ø), misalnya pasir kelempungan yaitu bahan yang hampir

seluruhnya terdiri dari pasir, tetapi ada mengandung sejumlah lempung. Pada

penelitian ini jenis tanah dikelompokkan menjadi kohesif dan tidak kohesif, yaitu:

c. Gravelly sand dikelompokkan menjadi Sand (tidak kohesif).

d. Sandy clay dikelompokkan menjadi Clay (kohesif).

e. Coarse sand dikelompokkan menjadi Sand (tidak kohesif).

f. Silty sand dikelompokkan menjadi Sand (tidak kohesif).

g. Tuff sand dikelompokkan menjadi Sand (tidak kohesif).

Adapun Korelasi-korelasi parameter tanah ini sebagai berikut:

1. Hubungan Modulus Elastisitas ( Es) dengan N-SPT

Hubungan Modulus Elastisitas (Es) dengan N-SPT dikorelasikan dengan

nilai Es = (1- 3)qc, kemudian Niali Es direduksikan sebesar 0.6 dari nilai Es

yang diperoleh.

2. Hubungan Jenis, Konsistensi Tanah dengan Poison’s Ratio (v)

Untuk memperoleh nilai poison’s ratio (v) yang lebih akurat yang

digunakan pada program metode elemen hingga dalam bentuk hubungan yaitu

hubungan range nilai Poison’s Ratio Efective (v). Konsistensi Tanah dan N-

SPT di interpolasikan dari masukan Tabel 2.3.


3. Koefisien Rembesan (K)

Untuk nilai rembesan (K) yaitu untuk Kx dan Ky yang digunakan pada

program Elemen Hingga, penulis memperolehnya dari korelasi macam tanah

dan koefisien rembesan, seperti dapat dilihat pada masukan Tabel 2.4.

Koefisien rembesan ke arah x dan y diasumsikan sama.

2.10 Perkembangan Metode Pengujian Beban Tiang

2.10.1 Jenis-Jenis Pengujian Beban

Dalam perkembangan Pengujian Beban Tiang yang akan menghasilkan

kapasitas beban secara langsung (beban bekerja) setelah tiang pancang selesai

dilaksanakan, terdapat beberapa metode yang telah berkembang sepanjang 50 sampai

20 tahun terakhir ini. Antara lain pengujian beban tiang yang telah dilaksanakan pada

masa saat ini adalah : pengujian beban statis (static loading test), pengujian beban

dinamis (dynamic testing), pengujian beban statnamic (statnamic testing), dan

pengujian beban secara integriti (integrity testing).

Tabel 2.3 Hubungan jenis, konsistensi dengan poison’s ratio (v) (Das, 2008)

Soil Deskri
N-SPT (v’)
Type psi
2–4 Soft 0.35 – 0.40
Mediu
Clay
4–8 m 0.30 – 0.35
8 – 15 Stiff 0.20 – 0.30
0 – 10 Loose 0.15 – 0.25
Mediu
Sand
10 – 30 m 0.25 – 0.30
30 - 50 Dense 0.25 – 0.35
Tabel 2.4 Korelasi macam tanah dan koefisien rembesan (K) (Wesley, 1977)
Koefiesien Rembesan
Macam Tanah
( m/day )
Pasir yang mengandung 10-2 - 5 x 10-3
lempung atau lanau
Pasir halus 5 x 10-2 – 5 x 10-3
Pasir kelanauan 2 x 10-3 – 2 x 10-4
Lanau 5 x 10-4 – 5 x 10-5
Lempung 10-6 – 10-9

Pada penelitian tesis ini selain pembahasan pengujian beban statis (static loading

test) yang telah dibahas pada sub-sub bab di atas, maka selain itu peneliti juga menulis

tentang perkembangan metode pengujian beban statis yang sering dipergunakan pada

masa-masa saat ini terutama pada konstruksi dengan beban-beban rencana yang besar

serta kondisi tanah clay-shale serta soft clay yaitu dengan metode pengujian beban

statis Osterberg Cell (O-cell). Serta pada lokasi kerja yang sangat tidak

memungkinkan dilakukan pengujian beban statis konvensional yaitu terutama pada

lokasi pembangunan lepas pantai (laut lepas) dan dermaga di tepi pantai.

2.10.2 Pelaksanaan Pengujian Osterberg Cell (O-cell)

Untuk pelaksanaan pengujian Osterberg Cell (O-cell) (Gambar 2.43), pertama

disiapkan pada lokasi pekerjaan adalah peralatan utama pengujian O-cell tersebut yaitu

terdiri dari : load cell, tell tale, displacement tranducers, dan strain gauge.

Load cell yang berfungsi untuk menghasilkan beban, kemudian tell tale dengan

displacement tranducers yang berfungsi sebagai alat pengukur displacement

(penurunan) yang terjadi pada load cell, dan strain gauge akan berfungsi untuk

mengukur distribusi regangan dan gaya aksial pada sepanjang tiang. Selain peralatan
utama di atas, pada pelaksanaan O-cell test ini dilengkapi juga dengan pipa untuk

keperluan sonic logging dan grouting pada dasar tiang.

Pada pelaksanaan Osterberg Cell Test (O-cell) ini penggunaan jumlah load cell

dapat dengan jumlah satu buah yang letaknya pada posisi bawah tiang disebut load cell

bawah dan dapat juga dengan jumlah dua buah yang letaknya pada posisi bawah (load

cell bawah) serta pada sisi atas tiang disebut load cell atas. Dengan fungsi pemakaian

load cell bawah adalah untuk mengukur tahanan ujung tiang sedangkan fungsi

pemakaian load cell atas adalah untuk mengukur tahanan selimut tiang.

Untuk pengujian tiang yang memakai jumlah O-cell test dengan 2 (dua) buah

load cell yaitu load cell atas dan load cell bawah, maka pengujian dilakukan dengan

memberi beban secara berurutan dimulai dari load cell bawah lalu kemudian

dilanjutkan dengan pada load cell atas secara bertahap. Pada setiap tahapan

pembebanan yang dilakukan, besarnya gaya aksial dan displacement yang terjadi

dicatat. Pembebanan maksimum akan tercapai bila displacement yang terjadi pada

nilai yang sudah jauh lebih besar daripada pada tahap sebelumnya atau tingkat

pembebanan telah mencapai batas maksimum yang ditentukan.


(a)

(b)

(d) (c)

Gambar 2.43 (a), (b), (c) dan (d) Pelaksanaan Osterberg Cell Test
(Sumber www.loadtest.com)

2.10.3 Hasil Pelaksanaan Pengujian Osterberg Cell Test (O-cell)

Dari hasil pencatatan pelaksanaan pengujian Osterberg Cell (O-cell) yang telah

dilakukan, diperoleh pencatatan load-displacement pada load cell dan distribusi gaya

aksial sepanjang tiang dari strain-gauge. Dimana dari setiap load cell yang dipasang

akan menghasilkan dua buah grafik dan hal ini dikarenakan load cell bekerja secara bi-

directional atau dua arah yaitu ke arah atas dan ke arah bawah sekaligus. Dan dari
grafik yang dihasilkan tersebut dapat diketahui nilai daya dukung aksial tiang, namun

untuk mengetahui hasil pada setiap lapisan tanah maka diperlukan hasil interpretasi

strain-gauge. Dengan menggunakan interpretasi hasil data keduanya maka akan

didapatkan distribusi nilai tahanan selimut tiap lapisan tanah serta tahanan ujung

secara akurat pada setiap tiang uji.

Dari hasil interpretasi O-cell test ini dapat diketahui nilai end bearing (Qp) dari

setiap tiang uji (Gambar 2.44). Dan dari hasil pencatatan strain-gauge akan

menghasilkan nilai distribusi skin friction pada setiap kedalaman tanah (Gambar 2.45).

Gambar 2.44 Contoh grafik load-displacement pada P45-12


(Studi kasus Jembatan Surabaya-Madura, Irsyam, M., 2007)

2.10.4 Proyek yang Menggunakan Pengujian Osterberg Cell Test

Pada tahun 1984, Dr. Jorj Osterberg, seorang Professor Emeritus pada

Universitas Northwestern, telah berhasil menyelesaikan permasalahan pondasi dengan

suatu percobaan yang mempergunakan prototipe tiang bore pile. Setelah


Gambar 2.45 Contoh grafik perbandingan distribusi skin friction tiap
kedalaman tanah pada P45-12 (Studi kasus jembatan Surabaya-Madura, Irsyam, M.,
2007)

keberhasilan tersebut, Dr. Osterberg bekerjasama dengan Mr. Charles Guild dari

American Equipment and Fabrication Corp. (AEFC) yang bekerja secara tertutup

untuk menyempurnakan design dengan cell yang kemudian mempromosikan yang

dipergunakan dengan diberi nama Osterberg Cell Test (O-cell).

Kemudian pada tahun 1987, para insinyur Haley and Aldrich, Inc. (H&A) yang

pertama sekali mempergunakan O-cell tersebut dalam aplikasi pekerjaan mereka. Pada

jembatan sungai Saugus di Saugus-Massachusetts, mereka memasang O-cell dengan

diameter 457 mm di bawah pada tiang pancang pipa baja berdiameter 457 mm. Dari

hasil pemancangan dengan alat pancang Diesel Hammer Delmag D62-22 diperoleh

bacaan kalendering pada 10 kali pukulan adalah 13 mm. Dan hasil pengujian O-cell ini

memberikan nilai tegangan geser sebesar 1,26 MN. Kemudian pada tahun yang sama,

pada tiang pancang pipa baja berdiameter 610 mm di Rochester-NY, H&A memasang

O-cell yang lain dengan diameter 457 mm yang dipasang plat 560 mm pada bagian

atas dan bawah yang menghasilkan nilai tegangan geser sebesar 4,0 MN. Kemudian
H&A melepaskan O-cell tersebut dan memasang pada tiang pancang pipa baja yang

berikutnya dengan berdiameter 457 mm di bawah sungai Pines dekat Saugus,

Massachusetts.

Demikian seterusnya, seiring waktu berjalan dan perkembangan beberapa proyek

besar lainnya terus mempergunakan O-cell pada pengujian beban statis baik pada tiang

pancang dengan alat pemancangan diesel hammer dan juga pada tiang pancang bore

pile dengan kapasitas daya dukung yang besar. Hinga pada tahun 1994, pengujian

Osterberg Load Cell memperoleh penghargaan NOVA award. Dengan kategori dapat

memberikan implimentasi yang aktual pada rencana para ahli Geoteknik. Dan pada

bulan Februari tahun 1997, perusahaan LOADTEST Inc. telah berhasil melakukan

percobaan uji beban tingkat dunia dengan hasil beban 15.000,00 ton pada pengeboran

tiang bore di S. R. 20 jembatan-jembatan Blountstown, Florida. Kemudian pada tempat

lain yaitu pengujian beban pada tiang bore The Miller Park Stadium Complex in

Milwaukee dan pengujian beban pada pondasi barrette untuk the Alfaro’s Peak project

Manila, Philipina.

Dan pada tahun 2007, di Indonesia telah melaksanakan penggunaan pengujian

O-cell pada proyek Pembangunan Jembatan Surabaya – Madura.

2.10.5 Keuntungan dengan Menggunakan Pengujian Osterberg Cell Test

Sejak tahun 1996 pada bulan September, metode pengujian O-cell sudah sangat

populer dan telah sekitar 200 pengujiaan telah berhasil pada tiang bore di seantaro

Amerika Serikat dan Asia Timur. LOADTEST Inc. (LTI), Gainesville-Florida telah

sebagai distributor O-cell test dan mendirikan badan pemasangan dan pelayanan untuk
O-cell tesebut. Serta Dr. Osterberg melanjutkan melakukan pemasaran dan mendirikan

badan pelayanan konsultasi.

Dari pengujian beban secara konvensional, dibandingkan O-cell test memiliki

keuntungan antara lain :

- Lebih ekonomis,

- Dapat menghasil kapasitas pengujian yang lebih besar,

- Menghasilkan komponen tegangan geser dan daya dukung,

- Dalam pelaksanaan lebih aman,

- Dapat dilakukan pada tanah berbatuan,

- Memerlukan area lokasi kerja yang lebih kecil,

- Dapat di lokasi tiang lepas pantai dan dermaga,

- Dapat menghasilkan penyebab static creep dan setup (aging),

- Cukup dengan peralatan dan pelaksanaan yang minimal.

Selain memiliki keuntungan dibandingkan dengan pengujian beban secara

konvensional, O-cell test memiliki kerugian secara garis besar antara lain :

- Tidak dapat dipergunakan secara umum karena lisensi produk telah dimiliki oleh

LOADTEST, Inc.

- Pekerjaan pengujian tidak ekonomis pada pengujian tiang dengan beban rencana

yang kecil.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Deskripsi Proyek

Proyek Medan Focal Point terletak di jalan Gagak Hitam – Ring road,

Lingkungan X Kelurahan Asam Kumbang, 20133 Medan yang dapat dilihat pada

Gambar 3.1.

Gambar 3.1 Situasi lokasi Penelitian

Proyek Medan Focal Point adalah pembangunan gedung perniagaan

(perbelanjaan) yang berlantai 5 (lima) yang terdiri dari 3 (tiga) lantai bangunan dan 2

(dua) lantai basement dan dengan pondasi tiang bore pile diameter 60 cm. Dan pada

Gambar 3.2 (a dan b) terlihat design bangunan dari Proyek Medan Focal Point.
(a) (b)
Gambar 3.2 Tampak Gedung Medan Focal Point

Di daerah sekitar lokasi proyek Medan Focal Point yang berada di jalan Gagak

Hitam – Ring Road, Lingkungan X Kelurahan Asam Kumbang 20133 Medan terdapat

beberapa bangunan penting seperti Gedung Bank Danamon, KFC Ring Road, SPBU

Pertamina dan bangunan lain milik pemerintah maupun milik masyarakat. Untuk

deskripsi proyek ini, maka diketahui data-data sebagai berikut:

1. Nama Proyek : Medan Focal Point.

2. Lokasi Proyek : Jl. Gagak Hitam – Ring Road, Lingkungan X.


Kelurahan Asam Kumbang 20133 – Medan.

3. Fungsi bangunan : Perniagaan (perbelanjaan).

4. Pemilik Proyek : Swasta.

5. Sifat Kontrak : Unit Price.

6. Kontraktor : - Bangunan Bawah : PT. Ascet Indonusa.


- Bangunan Atas : PT. Waskita Karya.

7. Konsultan Perencana : PT. URBANE.

8. Kons. Manajemen Proyek: PT. Etelier Enam.


3.2 Data Teknis Tiang Bore Pile

Dalam Perencanaan proyek Medan Focal Point, sesuai hasil interpretasi data-

data penyelidikan tanah (soil investigation) pondasi dipergunakan bored pile yang

dapat dilihat sesuai Gambar 3.3. Data-data pondasi bored pile yang dipergunakan

dengan spesifikasi sebagai berikut:

1. Panjang bored pile : 28,0 meter.

2. Diameter bored pile : 0.60 m.

3. Mutu Beton bored pile : fc’ 350 Mpa.

4. Beban Rencana : 150 Ton.

5. Metode Pembebanan : Beban Langsung (Kentledge System).

6. Prosedur Pembebanan : Slow Maintened Loading.

7. Standard Pengujian : ASTM D 1143-81.

8. Jenis Pembebanan : Static Axial Compressive Loading.

9. Tanggal Pengeboran : 2 Pebruari 2011.

10. Tanggal Pengetesan : 6 April 2011 – 8 April 2011.

Tul.Pokok
Tul.spiral D13-100 16D22

Borepile Ø600

Gambar 3.3 Ukuran pondasi bored pile diameter 60 cm


(Data Proyek Medan Focal Point, 2011)
Untuk shop drawing dari tiang pancang dan poer (footing) dari pada proyek

Medan Focal Point ini dapat dilihat pada Gambar 3.4.

Type

Gambar 3.4 Shop drawing type pile cap (Data Proyek Medan Focal Point, 2011)

3.3 Tahapan Penelitian

Dalam menulis tesis ini, beberapa tahapan dilaksanakan sehingga tercapai

maksud dan tujuan dari penelitian. Sesuai dalam Bab I, tujuan penelitian adalah: Untuk

membandingkan hasil analisis perhitungan daya dukung dan penurunan tiang bored

pile yang diperoleh dari perhitungan dengan beberapa metode empirik, metode elemen

hingga (Plaxis) dengan pemodelan Mohr Coulomb terhadap uji beban statis, lalu dapat

diperoleh suatu kesimpulan. Untuk mencapai tujuan tersebut maka dilakukan tahapan-

tahapan yaitu:

a. Tahap Pertama

Studi literatur dan review kondisi daerah penelitian dan lokasi merupakan

kegiatan yang dilakukan adalah mengumpulkan berbagai jenis buku, makalah


yang menjadi literatur untuk mendukung terhadap penilitian sesuai dengan

judul yang akan dibahas, dan melakukan peninjauan ke lokasi yang menjadi

tempat penelitian tesis.

b. Tahap kedua

Data parameter tanah asli dan data loading test adalah melakukan

pengumpulan dokumen data-data dari hasil penyelidikan tanah (soil

investigation), yang dapat memberikan informasi tentang kondisi lapisan tanah

pada daerah tersebut yaitu hasil penyelidikan dan juga data hasil loading test

yang telah dilakukan oleh PT. Acset Indonusa pada tahun 2011 pada Proyek

Medan Focal Point.

c. Tahap ketiga

Perhitungan daya dukung tiang bored pile dengan metode empiris pada

tahap ini dilakukan analisis antara data lapangan dengan buku yang sesuai

dengan penelitian tentang penggunaan dan persamaan (metode) yang sesuai

serta pendekatan yang akan digunakan untuk memperoleh daya dukung tiang

Tunggal dan Grup serta besarnya penurunan yang terjadi dengan data dari hasil

loading test yang diperoleh pada Proyek Medan Focal Point.

d. Tahap keempat

Perhitungan daya dukung tiang bored pile dengan metode elemen hingga,

dengan analisis perhitungan daya dukung pondasi tiang bored pile secara

metode elemen hingga sesuai dengan teori dan formula (metode) yang telah

dibahas pada tinjauan pustaka dengan data-data yang diperoleh dari laporan

data pengujian tanah di lapangan maupun data dari hasil interpretasi pengujian
di lapangan serta pemodelan tanah dengan model Mohr Coulomb pada program

Plaxis versi 8,2 untuk mendapatkan daya dukung pondasi tiang bored pile dan

penurunan yang terjadi.

e. Tahap kelima

Evaluasi Hasil Perhitungan dan Komparasi Hasil Analisa Perhitungan

pada tahap ini dilakukan evaluasi terhadap hasil perhitungan yang dilakukan

dan membandingkan hasil analisis dengan hasil out put program Plaxis versi

8.2 serta hasil uji beban statis. Gambar 3.5 Shop drawing type pile cap bored

pile 60 cm.

Gambar 3.5 Shop drawing type pile cap bored pile 60 cm

f. Tahap keenam

Kesimpulan dan Saran pada tahap ini merupakan tahap terakhir dengan

memberikan kesimpulan dan saran atas hasil penelitian tesis yang dilakukan.
Dari tahap – tahap dalam melakukan penelitian tesis di atas dapat dilihat dalam

bagan alir (flow chart) pada Gambar 3.6.

MUL
AI

STUDI LITERATUR

REVIEW KONDISI DAERAH


PENELITIAN DAN LOKASI

DATA DATA
PARAMETER LOADING
TANAH ASLI

PERHITUNGAN DAYA
DUKUNG TIANG BORE PILE
DENGAN SECARA EMPIRIK

PERHITUNGAN DAYA DUKUNG


TIANG BORE PILE DENGAN METODE
ELEMEN HINGGA YAITU PROGRAM
PLAXIS DENGAN MODEL TANAH
MOHR COULOMB

EVALUASI HASIL
PERHITUNGAN

KOMPARASI ANALISA
HASIL PERHITUNGAN

KESIMPULAN DAN
SARAN

SELESAI

Gambar 3.6 Bagan alir (flow chart) penelitian


3.4 Kondisi umum lokasi Penelitian

Data yang diperoleh pada lokasi ini adalah sebagai berikut:

1. Data boring tanah asli sebanyak 4 titik.

2. Data SPT tanah asli sebanyak 4 titik.

3. Data loading test sebanyak 2 titik tiang bore pile.

Dari 4 titik data boring yang dilakukan uji beban statik ada sebanyak 2 titik

yaitu tiang bored pile pada BP-108 dan BP-91 (data-data terlampir). Dan yang menjadi

bahan penelitian tesis ini adalah pada titik BP-108.

3.5 Lokasi Titik Bore Hole dan Loading Test

Penyelidikan tanah yang dilaksanakan pada Proyek Medan Focal Point ini

terdiri dari 4 (empat) titik boring dan dari titik boring tersebut yang dilakukan

pengujian beban statik (loading test) adalah sebanyak 2 (dua) titik yaitu titik BP-108

(BH-02) dan titik BP-91 (BH-03). Dan yang menjadi bahan penelitian tesis adalah

pada titik BP-108 (BH-02) sesuai terlihat pada Gambar 3.7.

Titik

Gambar 3.7 Lokasi penilitian titik bore hole


Dan yang menjadi bahan penelitian tesis adalah pada titik BP-108 (BH-03)

sesuai terlihat pada Gambar 3.8.

B B
P 109 P 91

Gambar 3.8 Lokasi penelitian titik loading test


BAB IV
HASIL INTERPRETASI UJI BEBAN STATIS, ANALISIS
EMPIRIS DAN PROGRAM ALLPILE

4.1 Pendahuluan

Pada bab ini membahas hasil perhitungan (analisis) dan pembahasan dengan

mengaplikasikan perhitungan daya dukung tanah secara empirik yang telah

disampaikan pada BAB II dengan mempergunakan data-data yang telah diinterpretasi

dari hasil pengujian lapangan yang dilakukan.

Adapun data yang diperoleh pada proyek Medan Focal Point sebagai

dasar analisis ini adalah, antara lain: data bored log dan data SPT; data parameter

tanah; data loading test, dan gambar Shop Drawing.

4.2 Deskripsi Lapisan Tanah dari Hasil Penyelidikan Tanah

4.2.1 Analisis Data

Analisis parameter tanah merupakan faktor yang sangat penting sebagai input

perencanaan. Data yang lengkap memudahkan perhitungan dan analisis, selain itu

kelengkapan data membuat akurasi perhitungan dan analisis semakin baik dan sesuai

dengan kondisi sebenarnya. Untuk lokasi yang luas kelengkapan data tidak selalu

tersedia, hal tersebut disebabkan faktor teknis dan nonteknis yang mempengaruhinya

seperti jangkauan alat, biaya dan operasional. Ketersediaan data yang terbatas disiasati

dengan melakukan korelasi empiris berdasarkan ketentuan dan studi literatur, untuk itu

sense engineering (kemampuan teknik) diperlukan untuk menyimpulkan dan


memprediksi parameter tanah yang mewakili daerah tinjauan. Proyek ini memilki

ruang lingkup lokasi yang cukup luas, walaupun titik bor (N-SPT) tersebar di lokasi

penyelidikan tanah dilihat pada Gambar 3.7, namun data laboratorium yang

menyajikan nilai parameter tanah sangat terbatas sehingga untuk melengkapi analisis

parameter tanah diperlukan korelasi empiris dari nilai N-SPT. Penelitian tesis ini

menggunakan nilai korelasi empiris dari nilai data N-SPT dan bantuan program AllPile

untuk melengkapi parameter data tanah.

4.2.2 Stratigrafi Tanah

Stratigrafi tanah yaitu penggambaran lapisan tanah yang dibuat berdasarkan

hasil pengeboran dan interpretasi hasil N-SPT. Tujuan dilakukan stratigrafi yaitu untuk

mengetahui perkiraan lapisan tanah yang berguna untuk keperluan desain, selain itu

dapat diketahui lokasi yang memiliki nilai kekuatan terendah dan digunakan sebagai

perencanaan konservatif desain sebagai profil tanah yang mewakili.

Stratigrafi dilakukan dengan melakukan penggambaran lapisan tanah

berdasarkan kesamaan data pada lapisan tertentu yang mengacu pada data N-SPT.

Berdasarkan data tanah, terdapat 4 titik bor pada lokasi proyek. Stratigrafi dilakukan

pada lokasi yang akan dibuat pondasi tiang bor dan bertujuan untuk menentukan

perkiraan lapisan tanah eksisting di lokasi. Berdasarkan lokasi pengambilan sampel,

maka analisis pelapisan tanah dilakukan di lokasi dimana pengujian beban statis

(loading test) dilaksanakan. Lokasi tersebut diwakili oleh potongan melintang 1 – 1’, 2

- 2’, 3 – 3’ dan 4 – 4’ pada Gambar 3.7 pada BAB III metodologi penelitian dari tesis

ini. Berdasarkan gambar potongan tersebut, hasil yang dianalisis adalah potongan 2 –
2’. Hal ini disebabkan kondisi tanah pada potongan melintang 2 – 2’ adalah yang

paling memungkinkan yang dapat dilihat dari nilai N-SPT. Keputusan ini diambil

untuk meminimalisir kondisi yang tidak diinginkan dan berguna untuk meningkatkan

keamanan desain dari kemungkinan terburuk. Berdasarkan pernyataan tersebut, titik

bor yang mewakili adalah titik bor BH-2 dilihat dari Gambar 3.7.

4.2.3 Data Lapangan

Dari analisis stratigrafi tanah yang mewakili, maka untuk perhitungan dengan

menggunakan metode keseimbangan batas dan metode elemen hingga, digunakan data

bor pada titik 2. Berdasarkan data lapangan yang didapat, maka data bor dapat dilihat

pada lampiran penelitian tesis ini.

4.2.4 Deskripsi dan parameter tanah

Deskripsi dan parameter tanah hasil SPT diambil dari hasil penyelidikan yang

mewakili lokasi proyek Medan Focal Point, untuk melengkapi data-data yang

dibutuhkan untuk analisis empirik dan juga untuk input data program Plaxis yang

diambil dari buku referensi teori mekanika tanah sebagai berikut:

a. Untuk koefisien rembesan (kx, ky) diambil dari korelasi jenis tanah dan koefisien

rembesan.

b. Sudut geser dalam (φ) diambil dari korelasi N-SPT dan sudut geser dalam, dapat

dilihat pada Bab II studi parameter.

c. Modulus Elastisitas (E) diambil dari korelasi N-SPT dengan modulus elastisitas

pada tananh lempung dan tanah pasir.


d. Angka poisson (ν), diambil dari korelasi konsistensi tanah dan nilai N-SPT.

e. Kepadatan tanah (γwet), diambil dari data korelasi N-SPT, sudut geser dalam,

angka/derajat kepadatan dan kepadatan basah pada tanah kohesif dan tanah

non kohesif, diperoleh dari program All Pile.

Berhubung karena data-data tanah yang dibutuhkan pada perhitungan Plaxis

tidak sama yang diperoleh dari hasil penyelidikan tanah yang tersedia, maka dilakukan

studi parameter tanah. Studi parameter tanah ini dilakukan dengan menggunakan

program lain yaitu program All Pile. Adapun hasil dari studi parameter tersebut dapat

dilihat pada Tabel 4.1 yang berisikan hubungan antara N rata-rata SPT, berat isi kering

berat isi basah dan sudut geser dalam.

Tabel 4.1 Hubungan Nrata-rata SPT, berat isi kering, berat isi basah, sudut geser dalam
didapat dari program AllPile dan korelasi parameter tanah pada BP-108

N1(6 γw
Kedal γdry
0) et c Ø
aman Jenis Tanah (kN
(rat (k (kN/m2) (deg)
(m) /m3)
a-rata) N/m3)
16, 19 2 2
0,00 –
87 ,68 9,90 ,00
5,80 9,90 Lempung
Pasir uk. 15, 19 2 2
5,80 – 16,8 Sedang, medium
22 ,20 9,90 ,00
10,70 0 dense
16, 19 2 2
10,70 Pasir
87 ,68 9,90 ,00
– 13,00 9,90 Berlempung, loose
16, 17 0 3
13,00 24,6 Pasir Uk.
86 ,95 ,00 2,20
– 22,80 0 Sedang
Pasir 19, 22 0 3
22,80 47,6 Campur batu
49 ,45 ,00 9,70
– 27,50 0 Apung, dense
16, 19 0 3
27,50 24,0 Pasir Halus,
74 ,80 ,00 7,20
– 30,00 0 medium dense

Hubungan antara N - SPT dengan koefisien permeabilitas tanah dimana dalam


perhitungan ini koefisien permeabilitas arah hhorizontal (kx) dianggap sama dengan

koefisien permeabilitas arah vertikal (ky) seperti dapat Tabel 4.2.

Tabel 4.2 Hubungan Nrata-rata SPT, jenis tanah dan permeabilitas tanah lokasi BH-02

N1(
Kedala Eleva kx ky
60)
man Jenis Tanah si Muka air ( (
(rat
(m) (m) m/day) m/day)
a-rata)
0,00 - 0, 0,
9,90 Lempung -1,50
5,80 000864 000864
5,80 - 16,8 Pasir uk. Sedang, 0, 0,
0,00
10,70 0 medium dense 00864 00864
10,70 – Pasir Berlempung, 0, 0,
9,90 0,00
13,00 loose 00864 00864
13,00 - 24,6 1, 1,
Pasir Uk. Sedang 0,00
22,80 0 728 728
22,80 – 47,6 Pasir Campur batu 4, 4,
0,00
27,50 0 Apung, dense 320 320
27,50 – 24,0 Pasir Halus, 1, 1,
0,00
30,00 0 medium dense 728 728

Interpolasi linier dapat dilakukan dengan bantuan Gambar 4.1 yang

disesuaikan dengan jenis tanah yang ada.

Very Very
Loose Medium Dense
loose Dense

0 4 1 3 5 1
Gambar 4.1 Hubungan modulus elastistas dengan N-SPT pada tanah pasir

Interpolasi linier dapat dilakukan dengan bantuan Gambar 4.2 yang disesuaikan

dengan jenis tanah yang ada.

5 6 8 1 1 1 1

Medi
Very Sof Stiff Very Har
um Stiff
soft clay t clay Clay Stiff Clay d Clay
clay
0 2 4 8 1 3 1
Gambar 4.2 hubungan modulus elastistas dengan N-SPT pada tanah lempung
Adapun hasil dari studi parameter tersebut dapat dilihat pada Tabel 4.3.

Dimana: Modulus elastistas (Es) untuk:

1. Pasir (sand) Es = (350,0 s/d 500,0 x log (N) x 98,1 (kN/m2)

Tabel 4.3 Hubungan Nrata-rata SPT dengan modulus elastisitas pada lokasi BH -02

N1(6
Kedala Es Es’
0) Elevasi
man Jenis Tanah (kN/ (kN/
(rat Muka air (m)
(m) m2) m2)
a-rata)
12,24 8,20
0,00 - 5,80 9,90 Lempung -1,50
4.050 3.514
Pasir uk.
16,8 50,50 33,8
5,80 - 10,70 Sedang, medium 0,00
0 9.234 41.187
dense
Pasir 12,24 8,20
10,70 - 13,00 9,90 0,00
Berlempung, loose 4.050 3.514
24,6 Pasir Uk. 58,93 39,4
13,00 - 22,80 0,00
0 Sedang 3.072 85.158
Pasir
47,6 71,81 48,1
22,80 - 27,50 Campur batu 0,00
0 9.465 19.042
Apung, dense
24,0 Pasir Halus, 58,35 39,0
27,50 - 30,00 0,00
0 medium dense 6.850 99.089

1. Lempung (Clays) Es = (500,0 s/d 1500,0) Cu

Rumus modulus elastisitas efektif adalah:

 E s (1 + ν ) 
Es’ =   (4.1)
 1,5 

Sedangkan, untuk keperluan praktis dapat dipakai:

Es’ = 0,80 Es (4.2)

Dalam melakukan input perhitungan dengan menggunakan program Plaxis,

dibutuhkan besaran angka Poisson’s dari masing-masing lapisan tanah ang akan
dimodelkan. Pada lokasi bore hole-02 diperoleh data hubungan antara N - SPT dengan

Poisson’s ratio seperti dilihat pada Tabel 4.4.

Tabel 4.4 Hubungan Nrata-rata SPT dengan poisson’s ratio pada lokasi BH-02

N1(6
Kedalam
Elevasi
an 0)
Jenis Tanah ν
(rat Muka air (m)
(m)
a-rata)
0,00 - 0,27
9,90 Lempung 1,50
5,80 3
5,80 – 16,8 0,26
Pasir uk. Sedang, -
10,70 0 medium dense 7
10,70 - 0,26
9,90 Pasir Berlempung, -
13,00 loose 7
13,00 - 24,6 0,28
Pasir Uk. Sedang -
22,80 0 7
22,80 - 47,6 0,34
Pasir Campur batu -
27,50 0 Apung, dense 4
27,50 – 24,0 0,28
Pasir Halus, -
30,00 0 medium dense 5

Sehingga untuk parameter tanah yang digunakan dalam analisis ini dapat

dilihat pada Tabel 4.5.


Tabel 4.5 Input parameter tanah untuk bored pile pada BP-108
Kedalaman (10,70
(0,00 (5,80 (13,00- (22,80–27,50) (27,50– u
(m - 13,00)
- 5,80) m -10,70) m 22,80) m m 30,00) m nit
) M
Pa
Pasi Pasi Pasi
sir uk. Pasi
M L r r Campur r Halus,
Sedang, r Uk.
aterial empung Berlempung batu Apung, medium
medium Sedang
, loose dense dense
dense
M M
M. Moh Moh Moh Moh
ohr- ohr-
Model r-Coulomb r-Coulomb r-Coulomb r-Coulomb
Coulomb Coulomb
N- 9, 16 24,6 47,6 24,0
9,90
SPT 90 ,80 0 0 0
γdr 1 15 16,8 16,8 19,4 16,7 k
y 6,86 ,22 7 6 9 4 N/m3
γw 1 19 19,6 17,9 22,4 19,8 k
et 9,68 ,20 8 5 5 0 N/m3
0, 0, 0,00 0,00 1,72 k
kx 4,32
00086 00864 86 864 8 N/m3
0, 0, 0,00 0,00 1,72 m
ky 4,32
00086 00864 86 864 8 /day
Y
oung 8. 33 8.20 39.4 48.1 39.0 k
Modulus, 203,51 .841,20 3,50 85,16 19,042 99,08 N/m2
Es’
Po
0, 0, 0,26 0,28 0,34 0,28
isson’s
2728571 267 7 65 4 5
Ratio
C 2 29 29,9 k
5,00 5,00 5,00
ohesi (c) 9,90 ,90 0 N/m2
Fr
2, 2, 32,2 39,7 37,2 k
iction 2,00
00 00 0 0 0 N/m2
Angle
Di
0, 3, D
latancy 5,00 2,20 9,70 7,20
00 00 egree
angle
Int
1, 1, D
erface 1,00 1,00 1,00 1,00
00 00 egree
Reduction
4.3 Analisis Kapasitas Daya Dukung Tiang Tunggal

4.3.1 Analisis Kapasitas Daya Dukung Tiang Tunggal dengan Metode Empiris

Perhitungan kapasitas daya dukung tiang tunggal dari data SPT memakai

metode Meyerhoff, Reese and Wright dan Touma and Resse dengan data diambil pada

titik BH-02 Proyek Medan Focal Point.


4.3.1.1 Analisis Perhitungan Daya Dukung Tiang Berdasarkan Meyerhoff

Perhitungan kapasitas daya dukung ultimit (Qult) pada pondasi bored pile

berdasarkan Meyerhoffs, dengan data-data dibawah ini diperoleh:

Data tiang bor Diameter Tiang (D) = 60,0 cm.

Keliling tiang (p) = x 60,0 cm = 188,49556 cm = 1,8849556 m.

Luas tiang bor (Ap) = . . D2 = 2.827,43 cm2

= 0,283 m2.

Untuk menghitung daya dukung ultimit (Qult) pondasi bored pile pada tanah

kohesif dinyatakan sebagai berikut:

- Untuk lapisan tanah kedalaman 2,35 m.

a. Menghitung Qp:

Dari persamaan (2.16) daya dukung pada ujung tiang bor tanah kohesif

dinyatakan sebagai berikut:

Qp = qp . Ap

Dari Persamaan 2.18 qp = 9 . Cu

Dari persamaan 2.18 Cu = (N-SPT/2 . 2/3 . 10) = 50,33 T/m2

Maka qp = 9 . Cu = 45,297 T/m2.

Dan dari perhitungan di atas, diperoleh Qp (daya dukung ujung) adalah:

Qp = qp * Ap = 12,802 Ton.

b. Menghitung Qs:

Dari Persamaan 2.20, daya dukung selimut pada tanah kohesif dapat

dinyatakan sebagai berikut:


n
Qs = ∑ f * ∆Li * p
si
i =1

Dari Persamaan 2.22: f = α . Cu …. α = 0,55 = 27,683 T/m2

Qs = f . L . p = 122,63 Ton.

- Untuk analisis kedalaman selanjutnya dapat dilihat pada Tabel 4.6.

a. Menghitung Qult :

Qult = Qp + Qs

Dari hasil analisis Qp dan Qs, diperoleh Qult adalah:

Dari Tabel 4.6 Tahanan ujung tiang (Qp) diperoleh Qp = 422,02 Ton.

Tahanan friksi (Qs) diperhitungkan dari ujung tiang sampai top (ke atas

permukaan tanah), yaitu sebagai berikut QStotal = ∑ Q s0 – s15.

Dari Tabel 4.6 diperoleh tahanan friksi total (QStotal) dari permukaan tanah

adalah QStotal = 237,81 Ton.

Sehingga dari hasil Qp dan Qs pada Tabel 4.6 dapat dihitung daya dukung

aksial total (Qult) = Qult = Qp + Qs = 659,83 Ton diambil SF = 2,0.

Maka Qall = 659,83 Ton / 2,0.

= 329,91 Ton.

4.3.1.2 Analisis Kapasitas Daya Dukung Tiang Berdasarkan Reese and Wright

Perhitungan kapasitas daya dukung ultimate (Qult) pada pondasi bored pile

berdasarkan Reese and Wright, diperoleh dengan data tiang bor (p dan Ap) yang sama

pada Meyerhoffs, diperoleh untuk Menghitung Qp dari Persamaan 2.16 daya dukung

pada ujung tiang bor pada tanah non kohesif dengan Persamaan 2.24 dinyatakan

sebagai berikut: Qp = Ap . qp
- Lapisan ujung (pasir): N = 24,00.

qp = 7.N

= 168,00 kg/cm2 = 168,00 Ton/m2.

Sehingga Qp = 47,477 Ton.

Menghitung Qs:

- Lapisan 1 (tanah lempung)

Dari Persamaan 2.26 daya dukung tahanan selimut tiang bor pada tanah

kohesif dinyatakan sebagai berikut Qs = α . Cu . Perimeter . L.

α = 0,55.

Cu = 50,33 Ton/m2.

Perimeter = 3,14 * 0,60 m = 1,885 m.

Tebal lapisan (L) = 2,35 m maka

Qs = 122,63 Ton.

- Untuk kedalaman dan titik bor selanjutnya analisis dari Tabel 4.7.

a. Menghitung Qult : Qult = Qp + Qs

Dari hasil Qp dan Qs pada Tabel 4.7, maka diperoleh Qult;

Tahanan ujung tiang (Qp) = 47,48 Ton.

Tahanan friksi (Qs) diperhitungkan dari ujung tiang sampai top (ke atas

permukaan tanah), yaitu sebagai berikut: QStotal = ∑ Q s0 – s15

Tahanan friksi total dari permukaan tanah adalah: Qstotal = 650,35 Ton

Sehingga dapat dihitung daya dukung aksial yang diijinkan (Qult) :

Qult = Qp + Qs = 697,83 Ton diambil SF = 2,0 maka:

Qall = 697,83 Ton / 2,0


= 348,91 Ton

4.3.1.3 Analisis Perhitungan Kapasitas Daya Dukung Tiang Berdasarkan


Touma and Reese

Perhitungan kapasitas daya dukung ultimate pada titik BH-02 berdasarkan

Touma and Reese, diperoleh dengan data tiang bor (p dan Ap) yang sama pada

Meyerhoffs, diperoleh dari Persamaan 2.16 daya dukung ultimit pada ujung tiang bor

tanah kohesif dinyatakan sebagai berikut:

a. Menghitung Qp

Qp = Ap. qp

dengan luas tiang bor (Ap) = 0,283 m2.

Dp = 60,00 cm = 1,97 ft.

- Lapisan ujung (pasir) N = 24,00 ....(merupakan Medium dense sand)

qp = 16/ k k =
1,182

= 135,30 Ton/m2

Maka: Qp = Ap. qp

= 38,25 Ton.

b. Menghitung Qs

- Lapisan 1 ( Tanah Lempung )

Qs = α . Cu . Perimeter . L .. α = 0,55 maka:

Qs = 122,63 Ton

- Untuk kedalaman dan titik bor selanjutnya, analisis dari Tabel 4.8.
c. Menghitung Qult

Qult = Qp + Qs

Dari hasil Qp dan Qs pada Tabel 4.8, maka diperoleh Qult:

Tahanan ujung tiang (Qp) = 38,30 Ton

Tahanan friksi (Qs) diperhitungkan dari ujung tiang sampai Top (ke atas

permukaan tanah), yaitu sebagai berikut:

Qstotal = ∑ Q s0 – s15 Tahanan friksi total dari permukaan tanah adalah:

Qstotal = 349,41 Ton

Sehingga dapat dihitung daya dukung aksial yang diijinkan (Qult) :

Qult = Qp + Qs

= 387,67 Ton … diambil SF = 2,0 maka;

Qall = 387,67 Ton / 2,0.

= 193,83 Ton
Tabel 4.6 Perhitungan kapasitas daya dukung tiang berdasarkan Metode Meyerhoff

Tebal lapisan Kedalaman Ap Dp Db Cu π *D qp fs Qp Qs


Layer Type of Soil N cor α
m m m2 m m T/m2 m T/m2 T/m
2
Ton Ton

0,15 0,15 0 Top Soil 0,00 0,2826 0,60 23 0,00 0,00 1,885 0,00 0,00 0,00 0,00
2,35 2,50 1 15,10 0,2826 0,60 23 0,55 50,33 1,885 45,30 27,683 12,802 122,63
Lempung, loose
2,00 4,50 2 14,74 0,2826 0,60 23 0,55 49,13 1,885 44,22 27,023 12,497 101,88
2,00 6,50 3 20,40 0,2826 0,60 23 0,00 0,00 1,885 1.042,67 0,204 294,658 0,77
Pasir uk. Sedang,
2,00 8,50 4 medium dense 24,61 0,2826 0,60 23 0,00 0,00 1,885 1.257,84 0,2461 355,467 0,930
2,00 10,50 5 5,50 0,2826 0,60 23 0,00 0,00 1,885 281,11 0,055 79,442 0,207
2,00 12,50 6 Pasir Berlempung, loose 9,92 0,2826 0,60 23 0,00 0,00 1,885 507,02 0,0992 143,2845 0,374
2,00 14,50 7 16,92 0,2826 0,60 23 0,00 0,00 1,885 864,80 0,1692 244,3925 0,638
2,00 16,50 8 31,35 0,2826 0,60 23 0,00 0,00 1,885 1.602,33 0,3135 452,819 1,182
Pasir uk. Sedang,
2,00 18,50 9 medium dense 28,90 0,2826 0,60 23 0,00 0,00 1,885 1.477,11 0,289 417,431 1,089
2,00 20,50 10 28,90 0,2826 0,60 23 0,00 0,00 1,885 1.477,11 0,289 417,431 1,089
2,00 22,50 11 45,90 0,2826 0,60 23 0,00 0,00 1,885 2.346,00 0,459 662,979 1,730
2,00 24,50 12 Pasir Campur batu 49,30 0,2826 0,60 23 0,00 0,00 1,885 2.519,78 0,493 712,089 1,859
Apung, dense
2,00 26,50 13 49,30 0,2826 0,60 23 0,00 0,00 1,885 2.519,78 0,493 712,089 1,859
2,00 28,50 14 Pasir Halus, medium 24,00 0,2826 0,60 23 0,00 0,00 1,885 1.226,67 0,240 346,656 0,905
dense
1,50 30,00 15 24,00 0,2826 0,60 23 0,00 0,00 1,885 1.226,67 0,240 346,656 0,679

104
Tabel 4.7 Perhitungan kapasitas daya dukung tiang berdasarkan Metode Reese and Wright

Tebal lapisan Kedalaman Ap Dp Cu π *D qp fs Qp Qs


Layer Type of Soil N cor α
m m m2 m T/m2 m T/m2 T/m2 Ton Ton

0,15 0,15 0 Top Soil 0,00 0,2826 0,60 0,00 0,00 1,885 0,00 0,00 0,00 0,00

2,35 2,50 1 15,10 0,2826 0,60 0,55 50,33 1,885 453,00 27,683 128,02 122,63
Lempung, loose
2,00 4,50 2 14,74 0,2826 0,60 0,55 49,13 1,885 442,20 27,023 124,97 101,88

2,00 6,50 3 20,40 0,2826 0,60 0,00 0,00 1,885 142,80 6,528 40,36 24,61
Pasir uk. Sedang,
2,00 8,50 4 24,61 0,2826 0,60 0,00 0,00 1,885 172,27 7,875 48,68 29,69
medium dense
2,00 10,50 5 5,50 0,2826 0,60 0,00 0,00 1,885 38,50 1,760 10,88 6,64

2,00 12,50 6 Pasir Berlempung, loose 9,92 0,2826 0,60 0,00 0,00 1,885 69,44 3,174 19,62 11,97

2,00 14,50 7 16,92 0,2826 0,60 0,00 0,00 1,885 118,44 5,414 33,47 20,41

2,00 16,50 8 31,35 0,2826 0,60 0,00 0,00 1,885 219,45 10,032 62,02 37,82
Pasir uk. Sedang,
2,00 18,50 9 28,90 0,2826 0,60 0,00 0,00 1,885 202,30 9,248 57,17 34,86
medium dense
2,00 20,50 10 28,90 0,2826 0,60 0,00 0,00 1,885 202,30 9,248 57,17 34,86

2,00 22,50 11 45,90 0,2826 0,60 0,00 0,00 1,885 321,30 14,688 90,80 55,37

2,00 24,50 12 Pasir Campur batu 49,30 0,2826 0,60 0,00 0,00 1,885 345,10 15,776 97,53 59,47
Apung, dense 345,10 15,776 97,53 59,47
2,00 26,50 13 49,30 0,2826 0,60 0,00 0,00 1,885
2,00 28,50 14 Pasir Halus, medium 24,00 0,2826 0,60 0,00 0,00 1,885 168,00 7,680 47,48 28,95
dense 168,00 7,680 47,48 21,71
1,50 30,00 15 24,00 0,2826 0,60 0,00 0,00 1,885

105
Tabel 4.8 Perhitungan kapasitas daya dukung tiang berdasarkan Metode Touma and Reese

Tebal lapisan Kedalaman Ap Dp Cu π *D σv’ qp fs Qp Qs


Layer Type of Soil N cor 2
k α K 2 2
tan Φ 2 2
m m m m Ton/m ft Ton/m Ton/m Ton/m Kn Kn

0,15 0,15 0 Top Soil 0,00 0,2826 0,60 85,00 0,00 0,00 0,00 1,885 0,00 0,087 135,363 0,00 0,00 0,00
2,35 2,50 1 15,10 0,2826 0,60 85,00 0,55 0,00 50.33 1,885 4,00 0,087 135,363 27,683 38,254 122,627
Lempung, loose
2,00 4,50 2 14,74 0,2826 0,60 85,00 0,55 0,00 49.13 1,885 4,26 0,087 135,363 27,023 38,254 101,876
2,00 6,50 3 20,40 0,2826 0,60 15,60 0,00 0,50 0,00 1,885 5,50 0,403 135,363 1,107 38,254 4,174
Pasir uk. Sedang,
2,00 8,50 4 medium dense 24,61 0,2826 0,60 15,60 0,00 0,50 0,00 1,885 6,74 0,377 135,363 1,271 38,254 4,793
2,00 10,50 5 5,50 0,2826 0,60 15,60 0,00 0,50 0,00 1,885 7,98 0,377 135,363 1,505 38,254 5,675
2,00 12,50 6 Pasir Berlempung, loose 9,92 0,2826 0,60 85,00 0,00 0,50 0,00 1,885 9,22 0,377 135,363 1,739 38,254 6,557
2,00 14,50 7 16,92 0,2826 0,60 21,90 0,00 0,50 0,00 1,885 10,46 0,377 135,363 1,973 38,254 7,439
2,00 16,50 8 31,35 0,2826 0,60 21,90 0,00 0,50 0,00 1,885 11,70 0,377 135,363 2,207 38,254 8,320
Pasir uk. Sedang,
2,00 18,50 9 medium dense 28,90 0,2826 0,60 21,90 0,00 0,50 0,00 1,885 12,94 0,377 135,363 2,441 38,254 9,202
2,00 20,50 10 28,90 0,2826 0,60 21,90 0,00 0,50 0,00 1,885 14,18 0,377 135,363 2,675 38,254 10,084
2,00 22,50 11 45,90 0,2826 0,60 21,90 0,00 0,50 0,00 1,885 15,42 0,377 135,363 2,909 38,254 10,966
2,00 24,50 12 Pasir Campur batu 49,30 0,2826 0,60 39,80 0,00 0,50 0,00 1,885 16,66 0,445 135,363 3,709 38,254 13,982
Apung, dense
2,00 26,50 13 49,30 0,2826 0,60 39,80 0,00 0,50 0,00 1,885 17,90 0,445 135,363 3,985 38,254 15,022
2,00 28,50 14 Pasir Halus, medium 24,00 0,2826 0,60 21,40 0,00 0,50 0,00 1,885 19,14 0,445 135,363 4,261 38,254 16,063
dense
1,50 30,00 15 24,00 0,2826 0,60 21,40 0,00 0,50 0,00 1,885 20,07 0,445 135,363 4,468 38,254 12,633

106
4.3.2 Analisis Kapasitas Daya Dukung Tiang Berdasarkan Parameter Tanah
Hasil Pengujian Laboratorium

Dari hasil penyelidikan tanah dari lokasi proyek maka diperoleh suatu nilai

rata–rata N-SPT dan parameter tanah per lapisan dilihat pada Gambar 4.3.

Clay
γ = 16 kN/m3

Sand
Ñ = 13 ϕ’ =
31°
3
Sand
Ñ = 18 ϕ’ =
34°
3
1 k /
Sand
Ñ=8 ϕ’ =
30°

Sand
Ñ = 15 ϕ’ =
32°
γ = 17,5 kN/m3 E =

Sand
Ñ = 30 ϕ’ =
38°
γ = 18,0 kN/m3

Gambar 4.3 Nilai rata – rata N-SPT dan parameter tanah

Perhitungan kapasitas daya dukung tiang bor perlapisan dari data laboratorium

pemeriksaan tanah adalah sebagai berikut:

Data tiang bor: diameter tiang (D) = 60,00 cm

Keliling tiang (p) = x 60,00 cm


= 188,49556 cm = 1,8849556 m

Luas tiang bore = . . D2

= 2.827,433 cm2 = 0,2827433 m2

a. Menghitung Qp

Dari Persamaan 2.30 daya dukung ujung tiang bor pada tanah non kohesif pada

kedalaman 28 m adalah sebagai berikut:

Qp = Ap . q’ (Nq* - 1).

q’ = γ . Li = 3,50 T/m2

Dari Gambar 2.17 (Vesic, 1967), dengan korelasi nilai φ = 370 maka

berdasarkan grafik korelasi antara φ dan Nq* diperoleh nilai Nq* = 24,50, sehingga

diperoleh Qp = Ap . q’ (Nq* - 1).

= 0,2827433 . 3,50 . (24,50 – 1).

= 23,2556 Ton.

b. Menghitung Qs

Dan dari Persamaan 2.31 daya dukung selimut tiang bor pada tanah non

kohesif adalah sebagai berikut: Qs = fi . Li.p

dengan nilai tahanan satuan skin friction pada tanah non kohesif:

f = Ko . v’ . tan δ

Ko = 1 – sin ϕ

= 1 – sin 370 = 0,39818.

v’ = γ . L’

L’ = 15 D = 9,00 m.
v’ = 15,75 T/m2

Δ = 0,8 . ϕ = 29,60.

f = 0,39818 * 15,75 * tan 29,60

= 3,563 T/m2

Qs = fi . Li . p

= 3,563 * 2,35 * 1,8849556

= 15,783 Ton

Perhitungan kapasitas daya dukung tiang bor berdasarkan parameter kuat geser

tanah pada lapisan tanah lainnya dapat dilihat pada Table 4.9 .

c. Menghitung Qult

Qult = Qp + Qs

Dari hasil Qp dan Qs pada Tabel 4.9, maka diperoleh Qult = 524,185 Ton.

Qult
Maka Qall =
SF

Qult 524,185
Qall = = = 262,093 Ton.
SF 2

4.3.3 Analisis Kapasitas Daya Dukung Tiang Bore Pile Berdasarkan Kekuatan
Bahan

Adapun spesifikasi bahan dari pondasi bored pile antara lain:

- 12 Mutu beton (f’c) = 35 Mpa = 350 kg/cm2

- Ukurann diameter bored pile = Ø 0,6 m

Dari Persamaan 2.34 diketahui bahwa PTiang adalah sebagai berikut:

PTiang = σb * ATiang

Dimana untuk menghitung luas penampang bored pile:


ATiang = ¼.π.D2

= 0,2827 m2

Dan menghitung tegangan tekan beton (σb) yang diijinkan:

σb = 0,33 . f’c

= 115,5 kg/cm2 = 115,50 Ton maka

PTiang = σb. ATiang.

= 326,52 Ton.

4.3.4 Analisis Kapasitas Daya Dukung Tiang Bore Pile Berdasarkan Program
AllPile

Dalam tesis ini penulis juga menganalisis dengan aplikasikan software di

komputer untuk menghitung kapasitas tiang, yang dimana disini penulis

menpergunakan dengan program AllPile. Program AllPile merupakan aplikasi

perhitungan dengan metode empirik namun telah diproses dengan bantuan software

komputer. Data – data yang dimasukkan ke dalam program AllPile antara lain:

- Jenis tiang yang digunakan adalah drilled pile <= 24 in. atau ± 60 cm.

- Untuk units yang digunakan adalah dalam metric.

- Panjang tiang adalah 28,00 m tanpa adanya kemiringan tiang dan

kemiringan tanah.

- Pada Pile Data Input pilih jenis tiang yang digunakan kemudian tentukan

jumlah tulangan dan jari-jari tiang bor.

- Masukkan gaya vertikal yang bekerja yaitu beban rencana sebesar 150 T.

- Masukkan parameter tanah berdasarkan data bore hole dan SPT.

- Masukkan faktor keamanan untuk side 2, tip 2 dan load factor 2.


Dari hasil penyelidikan tanah dari beberapa lokasi maka diperoleh suatu nilai

rata–rata N-SPT dan parameter tanah perlapisan, dari data berikut akan digunakan

untuk software AllPile dapat dilihat pada Tabel 4.10.

Tabel 4.10 Parameter Tanah yang digunakan untuk program software Allpile
Kedalaman (m) Jenis N-SPT γ ϕ
Tanah (kN/m3)
2,00 Lempu 0,00 16,00 0
ng
6,00 Pasir 13,00 17,00 31
12,00 Pasir 18,00 17,50 34
16,00 Pasir 8,00 17,00 30
24,00 Pasir 15,00 17,50 32
35,00 Pasir 30,00 18,00 38

Adapun langkah-langkah perhitungan pada program software AllPile untuk

menganalisis kapasitas daya dukung tiang seperti di bawah ini, antara lain:

- Membuka program AllPile pada komputer; akan terbuka seperti pada

Gambar 4.4.

Gambar 4.4 Menu membuka program AllPile


- Input jenis tiang yang dipakai dan informasi umum mengenai projek,

dimana dalam tesis ini digunakan Drilled Pile, dimana diameter bor pile

≤ 61 cm dan berdasarkan data test pile, seperti pada Gambar 4.5.

Gambar 4.5 Menu memasukkan data informasi proyek

- Langkah ketiga adalah memasukkan nilai properties tiang yaitu panjang

tiang, kemiringan tanah, kemiringan tiang dan posisi lapisan atas tiang dari

permukaan tanah.

Dalam tesis ini ditinjau tiang di lokasi pile test BP-108 dengan panjang tiang

adalah 28 m, posisi lapisan atas tiang = 0,00 m, seperti pada Gambar 4.6.

Gambar 4.6 Menu masukkan data properties tiang


- Langkah keempat adalah memasukkan data parameter dari tiang dan tanah
seperti bentuk dan ukuran tiang dan tanah, material tiang bagian dalam
maupun luar dan tanah.
D S C γ Skin En Q
epth oil u K t ' N Friction d Bearing ult
v’
( Laye (KN/m2) T/m3) o an δ (T/m2) (T/m2) q* T/m2 L C ( (
m) r ) ocal umm. Ton) Ton)
0 0 0 0 0 0 0, 0, 0,
0
,00 ,00 ,00 ,00 ,00 ,00 ,00 ,00 ,00 ,00 ,00 00 00 00
2 0 0 1 6 1 1 5 7
1
,00 ,00 ,00 ,70 ,845 ,462 ,40 5,30 3,00 ,428 2,923 2,923 9,602 2,525
4 0 0 1 6 1 2 5 8
2
,00 ,00 ,00 ,70 ,845 ,462 ,40 5,30 3,00 ,428 2,923 5,846 9,602 5,448
6 0 0 1 6 1 3 5 9
3
,00 ,00 ,00 ,70 ,845 ,462 ,40 5,30 3,00 ,428 2,923 8,769 9,602 8,371
8 0 0 1 9 1 5 8 1
4
,00 ,00 ,00 ,75 ,440 ,514 ,50 5,75 0,00 ,562 3,428 2,197 8,074 40,271
1 0 0 1 9 1 6 8 1
5
0,00 ,00 ,00 ,75 ,440 ,514 ,50 5,75 0,00 ,562 3,428 5,625 8,074 53,699
1 0 0 1 9 1 7 8 1
6
2,00 ,00 ,00 ,75 ,440 ,514 ,50 5,75 0,00 ,562 3,428 9,053 8,074 67,127
1 0 0 1 6 1 9 5 1
7
4,00 ,00 ,00 ,70 ,500 ,445 ,40 5,30 0,00 ,404 2,833 1,886 6,718 48,604
1 0 0 1 6 1 1 5 1
8
6,00 ,00 ,00 ,70 ,500 ,445 ,40 5,30 0,00 ,404 2,833 04,719 6,718 61,437
1 0 0 1 6 1 1 6 1
9
8,00 ,00 ,00 ,75 ,470 ,479 ,50 5,75 5,00 ,546 3,368 18,087 3,334 81,421
2 1 0 0 1 6 1 1 6 1
0,00 0 ,00 ,00 ,75 ,470 ,479 ,50 5,75 5,00 ,546 3,368 31,455 3,334 94,789
2 1 0 0 1 6 1 1 6 2
2,00 1 ,00 ,00 ,75 ,470 ,479 ,50 5,75 5,00 ,546 3,368 44,823 3,334 08,157
2 1 0 0 1 6 1 1 6 2
4,00 2 ,00 ,00 ,75 ,470 ,479 ,50 5,75 5,00 ,546 3,368 58,191 3,334 21,525
114
2 1 0 0 1 3 1 1 3 4
6,00 3 ,00 ,00 ,80 ,384 ,587 ,60 6,2 20,00 ,651 3,764 71,955 24,702 96,657
2 1 0 0 1 3 1 1 3 5
8,00 4 ,00 ,00 ,80 ,384 ,587 ,60 6,2 20,00 ,651 3,764 85,719 24,702 10,421
3 1 0 0 1 3 1 1 3 5
0,00 5 ,00 ,00 ,80 ,384 ,587 ,60 6,2 20,00 ,561 3,764 99,483 24,702 24,185

Tabel 4.9 Hasil Perhitungan Daya Dukung Tiang Bor berdasarkan Parameter Kuat Geser Tanah

115
116

Luasan, momen inersia, keliling, modulus elastis tiang dan tanah, dan berat
dari tiang, seperti terlihat pada Gambar 4.7 dan 4.8.

Gambar 4.7 Data parameter tiang

Gambar 4.8 Data parameter tanah

- Langkah kelima adalah memasukkan gaya-gaya yang bekerja pada tiang,

seperti pada Gambar 4.9 dengan besar masing-masing, yaitu:

Vertikal = 11.301,00 kN.


Momen = 675,00 kN.
Horizontal = 252,00 kN.

Gambar 4.9 Data gaya horizontal dan momen perletakan


117

- Langkah keenam adalah memasukkan profil tanah dan data hasil

penyelidikan tanah yaitu data SPT, seperti pada Gambar 4.10.

Gambar 4.10 Memasukkan data profil tanah

- Langkah ketujuh adalah memasukkan faktor keamanan dan load factor


yang direncanakan, seperti pada Gambar 4.11.

Gambar 4.11 Input Data Faktor Keamanan dan Load Factor


118

- Langkah kedelapan adalah melihat hasil input data yang sudah kita

lakukan sebelumnya serta berupa hasil analisis vertikal tersebut, seperti

pada Gambar 4.12.

Gambar 4.12 Hasil out put AllPile

Dari hasil analisis program AllPile diperoleh adalah:

- Kapasitas Daya Dukung Tiang = 477,005 Ton.

- Penurunan Tiang Tunggal = 0,999 cm.


119

4.4 Analisis Kapasitas Daya Dukung Kelompok Tiang

4.4.1 Analisis Kapasitas Daya Dukung Kelompok Tiang Berdasarkan

Efisiensi

Dari gambar kerja (shop drawing) proyek Medan Focal Point, diperoleh

bahwa tiang BP-108 berada pada kelompok tiang (poer) P-3A seperti yang terlihat

pada Gambar 2.25 dan Gambar 4.13.

Sesuai Persamaan 2.38, untuk efisiensi kelompok tiang (Eg) diperoleh dari:

Eg = 1 – θ

θ = Arc tg d/s = Arc tg (60/200) = 16,7

Eg = 1 – 16,7

= 1 – 0,216.

= 0,784.

= 78,40%.

n =2
` m =3
d = 60 cm
s = 200 cm

Gambar 4.13 Susunan tiang pada pondasi BP-108


120

Dari Persamaan 2.38 telah diperoleh hasil nilai effisiensi kelompok tiang

adalah 78.40% sehingga dapat diperoleh bahwa kapasitas kelompok tiang sesuai

dengan Persamaan 2.37 bahwa:

1 Kapasitas Kelompok Tiang Berdasarkan Data SPT

Qg = Eg . n . Qa

= 0,784 * 6 * 244,545.

= 1.150,34 Ton.

2 Kapasitas Kelompok Tiang Berdasarkan Data Parameter Tanah

Qg = Eg . n . Qa

= 0,784 * 6 * 262,09

= 1.232,87 Ton

3 Kapasitas Kelompok Tiang Berdasarkan Data Loading Test

Qg = Eg . n . Qa

= 0,784 * 6 * 267,857.

= 1.260,00 Ton.

4.4.2 Analisis Kapasitas Daya Dukung Kelompok Tiang Berdasarkan Program


AllPile

Dari Gambar Kerja (shop drawing) proyek Medan Focal Point seperti pada

Gambar 2.25, bahwa untuk kelompok tiang dengan langkah-langkah pengoperasian

sama dengan analisis tiang tunggal. Namun ada perbedaan dalam input beban, pada

analisis secara kelompok ini beban yang diinput adalah secara kelompok dan dapat

dilihat pada Gambar 4.14, yaitu:


121

Gambar 4.14 Output gaya-gaya pada kelompok tiang

Vertikal = 962,74 Ton.

Momen = 92,16 Ton.

Horizontal = 35,56 Ton.

Sehingga dari analisis daya dukung tiang group (kelompok tiang) dengan

program AllPile diperoleh hasilnya sebagai berikut:

Total Ultimate Capacity (Down) = 28,620.313-kN.

Total Ultimate Capacity (Up) = 13,289.199-kN.

Total Allowable Capacity (Down) = 15,471.602-kN.

Total Allowable Capacity (Up) = 6,984.973-kN.

Side Resistance (Down)= 6,968.670-kN Side Resistance (Up)= 12,608.452-kN.

Tip Resistance (Down) = 21,651.643-kN Tip Resistance (Up)= 0.000-kN.


122

4.5 Analisa Kapasitas Daya Dukung Tiang Tunggal dengan Interpretasi


Hasil Uji Beban Statis (Loading Test)

4.5.1 Hasil Lapangan Uji Beban Statis pada Proyek Medan Focal Point

Setelah mendapatkan kapasitas daya dukung tiang, selanjutnya dilakukan

interpretasi hasil uji beban statis (loading test) untuk mendapatkan nilai daya dukung

terukur (measured). Dalam melakukan interpretasi terhadap data uji beban statis,

dilakukan 3 macam metoda antara lain adalah Metoda Davisson (1973), Metode Chin

(1970), dan Metode Mazurkiewiezs (1973).

Pada penelitian ini juga diperoleh gambar kurva beban versus penurunan yang

terjadi dan grafik pembacaan loading test bored pile (BP.108), dan gambar kurva

beban versus waktu serta gambar kurva penurunan versus waktu. Dan pada Gambar

4.15 dapat dilihat grafik hubungan beban versus penurunan.

Gambar 4.15 Grafik hubungan beban vs penurunan dari uji beban statis pada BP-108
123

Gambar 4.16 dapat dilihat kurva hubungan beban versus waktu, yaitu:

Gambar. 4.16 Kurva hubungan beban vs waktu pada BP-108

Gambar 4.17 Kurva hubungan penurunan vs waktu pada BP-108


Pada Gambar 4.17 dapat dilihat kurva hubungan penurunan versus waktu, dan

pada Tabel 4.11 dapat diketahui hasil pembacaan uji beban statis pada BP-108.

Tabel 4.11 Hasil Pembacaan Uji Beban Statis Pada BP-108

Siklik Penurunan Beban Waktu

Cycle I 0.000 0.000 0.00


0.303 37.500 0.00
0.303 37.500 1.00
0.743 75.50 1.00
0.743 75.500 3.00
0.645 37.500 3.00
0.645 37.500 3.33
0.177 0.000 3.33
124

Cycle III 0.368 0.000 8.33


0.828 75.000 8.33
0.828 75.000 8.66
1.678 150.000 8.66
Cycle II 0.177
1.678 0.000
150.000 4.33
10.66
2.260
0.738 187.500
75.000 10.66
4.33
2.260 187.500 12.66
0.738 75.000 4.67
2.803 225 12.66
1.165 112.500 4.67
2.803 225 15.66
1.165
2.693 112.500
187.5 5.67
15.66
1.655
2.693 150.000
187.5 5.67
16.66
1.655
2.583 150.000
150 6.00
16.66
1.648
2.583 112.500
150 6.00
17.66
1.658
1.648 75
112.500 17.66
6.33
1.658
1.478 75
75.000 20.66
6.33
0.420 0 20.66
1.478 75.000 6.33
Cycle IV 0.420 0 21.66
1.478
1.023 75.000
75 7.33
21.66
0.368
1.023 0.000
75 7.33
21.99
1.765 150 21.99
1.765 150 22.32
2.783 225 22.32
2.783 225 24.32
3.363 262.5 24.32
3.363 262.5 26.32
5.443 300 26.32
5.443 300 29.32
5.288 225 29.32
5.288 225 31.32
4.540 150 31.32
4.540 150 34.32
3.538 75 34.32
3.538 75 37.32
1.965 0 37.32
1.965 0 38.32
4.5.2 Interpretasi Analisis Daya Dukung Tiang dengan Metode Davisson (1973)

Daya dukung ultimit tiang berdasarkan uji pembebanan statis menurut

Davisson dapat dihitung dengan prosedur debagai berikut:

a. Gambarkan grafik pembebanan terhadap penurunan.


125

b. Hitung penurunan elastis tiang dengan menggunakan persamaan.

(4.3)

Dimana:

Se = Penurunan elastis tiang (mm.).

L = Panjang tiang (m).

Q = Beban yang diberikan (ton).

A = Luas penampang tiang (m2).

E = Modulus tiang (ton/mm2).

c. Gambarkan dalam grafik hasil perhitungan penurunan elastis tiang.

d. Gambarkan garis sejajar dengan penurunan elastis tiang dengan jarak

sebesar x = 0,15 + (D/120); D = diameter tiang (inch).

Diperoleh x = 8,81 mm, dimana nilai x adalah merupakan garis opset

pada grafik hubungan beban versus penurunan yang diperoleh.

e. Gambarkan garis lurus dari perpotongan antara beban dengan penurunan,

sampai sumbu beban, perpotongan tersebut merupakan daya dukung

ultimit tiang (Qult).

f. Data Hasil Perhitungan diperoleh pada Tabel 4.12.


126

Tabel 4.12 Hasil Perhitungan Penurunan dari Uji Beban Statis pada BP-108.

Beba
n Penurunan

(ton) (mm)

0 0
50 0.2357851
100 0.4715702
150 0.7073553
200 0.9431404
250 1.1789255

300 1.4147106

Dari data Tabel 4.12 di atas, dapat diplotkan sehingga diperoleh gambar seperti

pada Gambar 4.18 yang merupakan grafik hubungan beban vs penurunan.

Gambar 4.18 Grafik metode Davisson hubungan antara beban vs penurunan

Garis Opset = 8.81 mm


127

Dari Gambar 4.18 yaitu grafik hubungan beban versus penurunan dengan

metode Davisson (1973) di atas yaitu menunjukkan perpotongan garis lurus antara

grafik beban dengan garis opset, diperoleh nilai beban ultimit (Qult) yaitu 300 Ton.

4.5.3 Interpretasi Analisis Daya Dukung Tiang dengan Metode Chin (1970)

Chin F.K (1970), untuk menentukan daya dukung ultimit dari data uji

pembebanan statik didasarkan pada nilai failure load dengan model persamaan

hiperbola dari Kodner (1963), dengan persamaan:

(4.4)

Persamaan tersebut kemudian dirubah oleh Chin menjadi persamaan garis


linier menjadi;

(4.5)

Dimana:
S = Penurunan tiang (inci)
Q = Beban yang diberikan (ton)
a, b = Konstanta

Prosedur perhitungan menurut metode Chin adalah:

a. Gambarkan grafik antara rasio beban terhadap penurunan (S/Q) dengan

penurunan.

b. Hitung persamaan garis linier dengan analisis regresi.

c. Daya dukung ultimit = 1 / b.

Perhitungan persamaan garis dengan analisa regres:


128

Dengan data hasil perhitungan analisis regresi dapat diperoleh pada Tabel

4.13.

Tabel 4.13 Hasil Perhitungan Analisa Regresi pada BP. 108

Y X.
n X Y ^2 Y

0, 0, 0, 0,
1 000 000 00 000
0, 0, 0, 0,
2 012 000 00 000
0, 0, 0, 0,
3 029 000 00 000
0, 0, 0, 0,
4 046 000 00 000
0, 0, 0, 0,
5 066 000 00 000
0, 0, 0, 0,
6 089 000 01 000
0, 0, 0, 0,
7 110 000 01 000
0, 0, 0, 0,
8 132 001 02 000
0, 0, 0, 0,
9 214 001 05 000
0, 0, 0, 0,
∑ 698 004 091 000

X = S/Q Y = S

Dari hasil analisa regresi diperoleh:

a = 0,00023.

b = 0,00242.
129

Dari hasil analisis perhitungan di atas, dapat diplotkan sehingga menghasilkan

Gambar 4.19 yang merupakan grafik hubungan beban versus penurunan.

0.0008

0.0007

0.0006
y = 0.0023x + 0.002
0.0005
S/Q

0.0004

0.0003

0.0002

0.0001

0.0000
0.000 0.050 0.100 0.150 0.200 0.250
Penurunan, (inci)

Gambar 4.19 Grafik metode Chin (1970) hubungan antara beban vs penurunan
Dari Gambar 4.19 di atas, grafik dengan metode Chin (1970) di atas,

diperoleh Nilai beban ultimit (Qult) sesuai Persamaan 2.36 yaitu:

Qult = 1 / 0.0023
= 434.78 Ton

4.5.4 Interpretasi Analisis Daya Dukung Tiang Metode Mazurkiewic (1973)

Mazurkiewicz melakukan perhitungan daya dukung ultimit tiang berdasarkan

uji pembebanan statik dengan menggunakan prosedur sebagai berikut:

a. Gambarkan grafik pembebanan terhadap penurunan.

b. Gambarkan beberapa garis vertikal dan horizontal yang memotong grafik

pembebanan terhadap penurunan.

c. Gambarkan garis dengan sudut 450, mulai dari perpotongan garis dengan

beban sampai berpotongan dengan garis selanjutnya.


130

d. Hubungkan titik-titik perpotongan tersebut menjadi sebuah garis lurus,

sampai memotong garis pembebanan.

e. Perpotongan antara garis lurus dengan beban merupakan beban ultimit.

f. Dan diperoleh suatu grafik hubungan beban vs penurunan sesuai pada

Gambar 4.20.

Gambar 4.20 Grafik metode Mazurkiewicz; hubungan antara beban vs penurunan

Dari grafik dengan metode Mazurkiewicz (1973) di atas, diperoleh nilai beban

ultimate (Qult) yaitu sebesar 380,00 Ton.

4.6 Analisis Penurunan Tiang Tunggal (Single Pile)

4.6.1 Analisis Penurunan Tiang Tunggal Berdasarkan Metode Empiris

Dari persamaan sebelumnya diperoleh nilai qc = 65,60 kg/cm2, dan dari

persamaan ini. Modulus elastisitas di sekitar tiang (Es) dapat dihitung dengan:

Es = 3 . qc

= 3 * 65,60 kg/cm2

= 196,80 kg/cm2 = 19,68 Mpa.

a. Menentukan modulus elastisitas tanah di dasar tiang:


131

Eb = 10. Es

= 10 * 19,68 Mpa = 196,80 Mpa.

b. Menentukan modulus elastisitas dari bahan tiang:

Ep = 4700 .

= 4700.

= 27,805 Mpa.

RA =

= 1,00.

c. Menentukan faktor kekakuan tiang:

K =

= 1,412.856

L 3000 =
Untuk 1, diameter ujung dan atas sama Untuk =
d 600

5,00.

Dari masing – masing grafik di peroleh:

Io = 0,045 ( untuk = 5, = 1) Gambar 2.26.


132

Rk = 1,4 ( untuk = 5, K = 1.412,856 ) Gambar 2.27.

Rh = 0,42 ( untuk = 5, = 1 ) Gambar 2.28.

R = 0,925 ( untuk s = 0,3, K = 1.412,856) Gambar 2.29.

Rb = 0,39 ( untuk = 5, K = 1.412,856 ) Gambar 2.30.

Untuk tiang apung atau tiang friksi:

I = Io . Rk .. Rh . R

= 0,024.

S = 0,061 cm.

Untuk tiang dukung ujung:

I = 0,022.

S = 0,056 cm.

Hasil Perhitungan di atas maka penurunan tiang tunggal dilihat Tabel 4.14.

Tabel 4.14 Perkiraan penurunan tiang tunggal

N Bentuk Penurunan Penurunan

Untuk tiang apung atau friksi Ti


0,061 cm
2 Untuk tiang dukung ujung 0,056 cm

Perkiraan penurunan maximun 0,117 cm

4.6.2 Penurunan Tiang yang Diizinkan (Sizin)

Dari Persamaan 2.48, penurunan yang diizinkan sesuai dengan ASTM

D1143/81 adalah:
133

Sizin = 25,40 mm = 2,54 cm.

Penurunan total tiang < Penurunan izin.

0,117 cm < 2,54 cm.

Maka perkiraan penurunan tiang tunggal memenuhi syarat aman.

4.7 Analisis Penurunan Kelompok Tiang (Pile Group)

Dari Persamaan 2.45 sesuai Metode Vesic (1977) bahwa besarnya penurunan

kelompok tiang adalah:

Bg
Sg = S
D
(4.6)
Dimana:

S = Penurunan tiang tunggal = 0,117 cm.

Bg = 300 cm

D = 60 cm 300

Maka:

300
Sg = 0,117 x
60

= 0,262 cm < 2,54 cm.

Maka penurunan kelompok tiang memenuhi syarat aman karena lebih kecil

dari Sizin yang telah ditentukan sebelumnya.


134

4.7.1 Analisis Daya Dukung Lateral Tiang

Sesuai dari Metode Broms, 1964 yang telah memberikan analisa daya dukung

tiang terhadap beban Lateral, maka dengan data-data berikut ini:

- Jenis tanah = Pasir.

- Kondisi kepala tiang = Terjepit.

- Diameter tiang = 0,60 m.

- Kedalaman tiang = 28,00 m.

- Momen ultimit (Mu) = 355,60 kN.m.

- Berat isi tanah = 16,87 kN/m3.

- Sudut geser dalam tanah = 2°.

- Koefisien tekanan pasif; Kp = 1,072.

Dianggap tiang panjang = D/B = 28,00/0,60 = 46,67 > 20 …merupakan

tiang panjang (D/B > 20 persyaratan tiang panjang), dan dari Persamaan 2.61

diperoleh:

2M u
Hu =
 Hu 
 e + 0.54. 
 γ '.D ' Kp 
 

Dari Persamaan 2.61 maka dengan mensubsitusikan masing-masing nilai

berdasarkan data yang ada, diperoleh nilai Hu adalah 266,00 kN (26,60 Ton).

Dan untuk daya dukung izin lateral tiang, sesuai dengan persamaan berikut

diperoleh adalah:
135

Hu
H izin =
SF
(4.7)

= (266,00 / 2) = 133,00 kN = 13,30 Ton.

Maka diperoleh kapasitas daya dukung lateral ultimit tiang (Hu) adalah

sebesar 266,00 kN (26,60 Ton) dan daya dukung lateral izin tiang (Hizin) adalah

13,30 kN (13,30 Ton).

Dan dari hasil analisis struktur bangunan dengan program SAP2000 bahwa

diperoleh gaya horizontal yang akan terjadi pada struktur adalah sebesar 252,00 kN

(25,20 Ton), dimana lebih kecil dari kemampuan kapasitas daya dukung lateral

ultimit tiang pondasi hasil analisis yaitu sebesar 266,00 kN (26,60 Ton), sehingga

secara struktur bahwa tiang pondasi masih aman terhadap gaya lateral.
136

BAB V
PEMODELAN UJI BEBAN STATIS DENGAN
METODE ELEMEN HINGGA

Pada bab ini membahas hasil perhitungan (analisis) dan pembahasan dengan

mengaplikasikan perhitungan besar penurunan (settlement) tanah secara metode

elemen hingga yang telah disampaikan pada BAB II, dengan pemodelan tanah dari

hasil interpretasi terhadap data-data pengujian lapangan serta analisis perencanaan

struktur gedung proyek Medan Focal Point untuk mendapatkan perkiraan beban

rencana yang ada sesuai SNI-03-2847-2002 tentang Tata Cara Perhitungan Struktur

Beton untuk Bangunan Gedung.

5.1 Analisis Perencanaan Struktur Gedung Proyek Medan Focal Point

I Umum

Secara umum bangunan gedung Medan Focal Point, terdiri dari 2 lantai

basement dan 3 lantai atas. Adapun bangunan ini berfungsi sebagai bangunan

perbelanjaan dengan tinggi tipikal floor to floor untuk lantai atas adalah 4,5 meter.

I.I Kondisi Topografi

Kondisi topografi lokasi tempat gedung akan di bangun adalah relatif datar.

I.II Dasar-Dasar Perencanaan

a. Peraturan

Perencanaan struktur gedung ini mengikuti semua ketentuan dan peraturan

yang berlaku di Indonesia, khususnya yang ditetapkan dalam peraturan berikut:


137

1. Tata Cara Perhitungan Struktur Beton untuk Bangunan Gedung, SNI03-

2847-2002.

2. Tata Cara Perhitungan Struktur Beton untuk Bangunan Gedung, SNI-

1727-2847-1992.

3. Pedoman Perencanaan Pembebanan untuk Rumah dan Gedung, SNI-03-

1727-1989.

4. Standar Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Struktur Gedung, SNI-03-

1726-2002.

5. Tata Cara Perencanaan Struktur Baja untuk Bangunan Gedung, SNI-03-

1729-2002.

6. Persyaratan Umum Bahan Bangunan di Indonesia (PUBI), 1982.

b. Standar

Dalam Perencanaan struktur gedung ini mengacuh kepada beberapa standar

yang ada, khususnya yang ditetapkan dalam peraturan berikut:

1. American Society of Testing Material, ASTM Standard for Building Code,

1986.

2. American Concrete Institute, Building Code Requirement for Reinforce

Concrete, ACI 318-89.

3. American Institute of Steel Construction, Manual of Steel Construction,

1989.

c Spesifikasi Bahan

Pada perencanaan gedung ini, spesifikasi bahan-bahan yang dipergunakan

dapat dilihat sesuai pada Tabel 5.1.


138

Tabel 5.1 Spesifikasi Bahan

No Mut
Member Material
u
Beton K 350
1. Kolom dan shear wall
Baja Tulangan BJTD 40
Beton K 350
2. Balok
Baja Tulangan BJTD 40
Beton K 350
3. Plat lantai
Baja Tulangan BJTD 40
Struktur sekunder Beton K 350
4.
(tangga, ramp dll) Baja Tulangan BJTD 40
5. Rangka Atap Baja Baja Struktur BJ 37

II Sistem Struktur Gedung Medan Focal Point

a Sistem Struktur Atas

Sistem struktur atas adalah open frame beton bertulang terdiri dari kolom,

balok dan pelat lantai.

b Sistem Struktur Bawah

Dengan melihat data tanah yang ada, maka jenis pondasi yang digunakan

adalah pondasi bored pile dengan diameter 60 cm.

III Langkah Perencanaan

a Perencanaan Pelat Lantai

Untuk mengetahui gaya dalam yang dialami oleh pelat, digunakan program

SAP2000. Sedangkan untuk desain tulangan lentur menggunakan program yang sama

dan pelat dimodelkan sebagai balok.

b. Perencanaan Struktur Utama

Struktur atas dianalisis dengan menggunakan program SAP2000 dan

dimodelkan sebagai open frame dimana kekuatan semua struktur di dalam proyek ini

berdasarkan sistem rangka pemikul momen penahan beban gravitasi, beban lateral
139

ditahan oleh sistem rangka tersebut dengan mekanisme lentur.

c Analisis Struktur Atas

Dalam analisis terdapat satu model struktur yang dianalisa secara utuh. Model

dianalisis dengan perletakan jepit pada lantai dasar. Perbedaan penurunan diatasi oleh

tie beam.

c.1 Analisis Vibrasi Bebas

Analisis ini dimaksudkan untuk memeriksa:

1. Waktu getar alami (time period).

2. Partisipasi massa.

3. Pola ragam gerak struktur yang terjadi.

Diagram spectrum selengkapnya dapat dilihat dari Gambar 5.1 ini.

Gambar 5.1 Diagram Spectrum (sumber SNI-2002)

Pada analisis ini dimasukan reduksi momen inersia dan peningkatan modulus

elastisitas beton. Persyaratan yang harus dipenuhi adalah:

a. Waktu getar T< 0.17N N = jumlah lantai.


140

b. Partisipasi massa > 90%.

c. Pola ragam getar dominan translasi (tidak terjadi torsi mode 1 dan 2).

c.2 Analisis Statik Ekivalen 3 Dimensi

Analisis statik ekivalen 3 dimensi dihitung dengan beban yang terdiri dari:

a. Beban mati.

b. Beban hidup.

c. Beban gempa nominal sesuai dengan tingkat daktilitas.

Dari analisis ini diperoleh gaya geser tingkat untuk menghitung faktor reduksi

gempa. Perhitungan faktor reduksi gempa adalah sebagai berikut:

a. Tentukan reaksi setiap kolom dan shear wall untuk arah x dan y dari

analisis vibrasi bebas.

b. Hitung reaksi total kolom (Vkol) dan reaksi total shear wall (Vsw).

c. Hitung R dengan rumusan:

R=
∑ (V kol + Vsw)
∑ (Vkol / Rkol + Vsw / Rsw)

d. Gaya geser dasar nominal dihitung dengan persamaan:


C1 I
V1 = Wt
R

Dari diagram atau kurva gaya geser tingkat nominal hasil analisis respon

spectrum dibuat gaya geser tingkat rencana yang diambil dari nilai terbesar dari 0.8

V1 (dimana V1 adalah gaya geser dasar dengan jumlah ragam 1 dan R=1).

Dengan metoda multiplayer faktor maka diperoleh faktor pengali gaya gempa
0.8 V1
dinamis pada setiap arah. Faktor skala = V 1= ≥1
Vt
Dimana:
141

V1 = gaya geser dasar nominal sebagai respons dinamik ragam


yang pertama saja.
Vt = gaya geser dasar nominal yang didapat dari analisis
ragam
spektrum respons yang telah dilakukan.

IV Pemodelan Layout Geometri Struktur

a. Uraian

Struktur atas dimodelkan sebagai portal/frame kolom-balok dengan dinding

geser dan pelat lantai sebagai diaphragm untuk penahan gaya lateral (gempa)

sedangkan balok dan kolom digunakan untuk menahan beban akibat gaya gravitasi.

Struktur atas dan bawah dianalisis terhadap pengaruh gempa secara terpisah,

dimana struktur atas dianggap struktur 3D yang terjepit pada taraf lantai dasar dan

struktur bawah dianggap sebagai struktur 3D tersendiri seperti Gambar 5.2 ini.

Gambar 5.2 Pemodelan 3D struktur


142

b Pembebanan Struktur

1 Beban Mati

Beban mati merupakan berat sendiri seluruh bangunan, struktur maupun non

struktur yang selalu ada dan bekerja pada bangunan ini.

Beban mati tersebut sangat tergantung dari dimensi serta berat jenis struktur

yang digunakan. Sesuai peraturan yang berlaku di Indonesia, berat jenis dari elemen-

elemen struktur adalah sebagai berikut:

1 Beton bertulang 2400 kg/m3


2 Baja struktural 7850 kg/m3
3 Kayu 1000 kg/m3
4 Mortar(adukan) 2000 kg/m3
5 Dinding 1/2 bata 250 kg/m2

Beban mati ini harus diperhitungkan 100 % dalam setiap analisa struktur.

2 Beban Hidup

Beban hidup adalah berat tambahan diluar beban mati yang bekerja pada

waktu-waktu tertentu, baik secara terus menerus maupun sementara. Besarnya beban

hidup ditentukan oleh peruntukan bangunan, dengan harga minimum sesuai dengan

Peraturan Pembebanan Indonesia untuk Gedung tahun 1983. Berikut disampaikan

besarnya beban hidup dari masing-masing peruntukan bangunan, serta

perbandingannya dengan nilai minimum yang tercantum pada peraturan, dapat dilihat

pada Tabel 5.2.

Mengingat beban hidup tidak bekerja secara bersamaan, maka untuk analisa

portal maupun gempa ada suatu faktor reduksi, yang bergantung pada jenis
143

peruntukan bangunan dan jumlah tingkat.

Tabel 5.2 Daftar beban hidup sesuai peraturan beban

Peraturan Beban
No Jenis Peruntukan
Kg/m2 Kg/m2
A Lantai dan tangga rumah tinggal, kecuali yang disebut 200 kg/m2
dalam b.
B Lantai dan tangga rumah sederhana dan gudang-gudang 125 kg/m2
tidak penting yang bukan untuk toko, pabrik atau
bengkel.
C Lantai sekolah, ruang kuliah, kantor, toko, toserba, 250 kg/m2
restoran, hotel, asrama dan rumah sakit.
D Lantai ruang olah raga. 400 kg/m2

E Lantai ruang dansa. 500 kg/m2

F Lantai dan balkon dalam dari ruang-ruang untuk 400 kg/m2


pertemuan yang lain dari pada yang disebut dalam a s/d
e, seperti masjid, gereja, ruang pagelaran, ruang rapat,
bioskop dan panggung penonton.
G Panggung penonton dengan tempat duduk tidak tetap 500 kg/m2
atau untuk penonton yang berdiri.
H Tangga, bordes tangga dan gang dari yang disebut dalam 300 kg/m2
c.
I Tangga, bordes tangga dan gang dari yang disebut dalam 500 kg/m2
d, e, f dan g.
J Lantai ruang pelengkap dari yang disebut dalam c, d, e, f 250 kg/m2
dan g.
K Lantai untuk: pabrik, bengkel, gudang, perpustakaan, 400 kg/m2
ruang arsip, toko buku, toko besi, ruang alat-alat dan
ruang mesin, harus direncanakan terhadap beban hidup
yang ditentukan tersendiri, dengan minimum.
L Lantai gedung parkir bertingkat:
- untuk lantai bawah. 800 kg/m2
- untuk lantai tingkat lainnya. 400 kg/m2

M Balkon-balkon yang menjorok bebas keluar harus 300 kg/m2


direncanakan terhadap beban hidup dari lantai ruang
yang berbatasan, dengan minimum.
144

Sesuai dengan Peraturan Pembebanan Indonesia untuk Gedung 1983, untuk

analisis portal, beban hidup direduksi dengan koefisien 0,75, dan untuk analisis

gempa, beban hidup direduksi dengan koefisien 0,3.

3 Beban Gempa

Perencanaan beban gempa dilakukan dengan analisa beban statis ekivalen dan

analisis dinamis.

a Analisis Beban Statis Ekivalen

Beban geser dasar akibat gempa dihitung sebagai berikut:

Ci I
V = Wt
R

Dimana:
C1 = Factor respons spectrum dari grafik respons spectrum klasifikasi
kondisi tanah sesuai dengan table 4 hal 15 SNI 03-1726-2002.

I = Faktor Keutamaan table 1 hal 7 SNI 03-1726-2002.


R = Faktor reduksi gempa sesuai tingkat daktilitas.
Wt = Kombinasi beban mati total dan beban hidup yang telah direduksi.

b Perhitungan Kondisi Tanah

Hasil perhitungan kondisi tanah untuk Rusunawa Buruh bergantung kepada

lokasi tempat bangunan berada.

c Perhitungan Nilai C

Waktu getar sistem struktur diambil dari hasil analisis dinamis 3 dimensi

dengan analisa respons spectrum sebesar 0,6406 detik. (analisis SAP2000). Waktu

getar alami max 0,17.n = 0,17*3 = 0,51 detik.


145

d Perhitungan Faktor Keutamaan Struktur

Faktor Keutamaan sesuai Tabel 1 hal 7 SNI 03-1726-2002 adalah I = 1.

Diambil taraf kinerja struktur daktilitas penuh dengan R = 8,5 (Tabel 9 hal 35 SNI

03-1726-2002).

Beban geser akibat gempa harus dibagikan sepanjang tinggi gedung menjadi

beban horizontal terpusat sesuai rumus berikut:

Wi hi
Fi = V
∑ Wi hi
e Analisis Dinamis

Analisis dinamis yang dilakukan adalah analisis ragam spektrum respons.

Sebagai spektrum percepatan respons gempa dipakai diagram koefisien gempa dasar

C, dengan ragam getar 12.

Selanjutnya beban geser tingkat rencana akibat beban gempa statik ekuivalen

yang ditinjau dalam analisis perencanaan, diplot bersama-sama dengan beban geser

tingkat analisis respon dinamik sedemikian rupa sehingga menghasilkan beban geser

tingkat dasar sebesar 0,8 V (V adalah beban geser dasar statik rencana). Dalam hal

ini, grafik beban geser tingkat respons dinamik struktur bangunan terhadap gempa

rencana harus berada disebelah dalam dari pada grafik beban geser tingkat rencana.

Apabila kedua grafik ini saling berpotongan, maka pembagian beban gempa statik

ekuivalen untuk perencanaan harus dimodifikasi.


146

1 Perbandingan Analisis Dinamis dan Statis

Bedasarkan analisis statis dan dinamis yang dilakukan diperoleh gaya-gaya

gempa rencana, selanjutnya untuk memperoleh pengaruh gempa yang menentukan

beberapa grafik hasil analisis di bawah ini perlu dipertimbangkan.

2 Kombinasi Pembebanan

Mengacu pada Peraturan Pembebanan Indonesia untuk Gedung tahun 1983

dan Tata Cara Perencanaan Gempa Untuk Bangunan Gedung (SNI 03-1726-2002).

- Kombinasi Beban Gravitasi

Kombinasi 1 = 1,4 DL.

Kombinasi 2 = 1,2 DL + 1,6 LL.

- Kombinasi Beban Gempa Nominal

Kombinasi 3 = 1,2 DL + 1,0 LL ± (1,0 Ex ± 0,3 Ey).

Kombinasi 4 = 1,2 DL + 1,0 LL ± 1,0 (0,3 Ex ± Ey).

Kombinasi 5 = 0,9 DL ± 1,0 (Ex ± 0,3 Ey).

Kombinasi 6 = 0,9 DL ± 1,0 (0,3 Ex ± Ey).

- Kombinasi Beban Gempa Elastis

Kombinasi 7 = 1,2 DL + 1,0 LL ± f2 (Ex ± 0,3 Ey).

Kombinasi 8 = 1,2 DL + 1,0 LL ± f2 (0,3 Ex ± Ey).

Kombinasi 9 = 0,9 DL ± f2 (Ex ± 0,3 Ey).

Kombinasi 10 = 0,9 DL ± f2 (0,3 Ex ± Ey).


147

3 Executive Summary

a Analisis Struktur Atas

1. Pembebanan basement

a. Beban mati qDL

Berat sendiri plat = 24 kN/m3 x 0,15 m = 3,36 kN/m2

Berat Spesi = 0,21 kN/m2

Total = 3,57 kN/m2

Berat dinding = 2,5 kN/m2 x 4,5 m = 11,25 kN/m.

b Beban hidup lantai (qLL) = 8,00 kN/m2

b Pembebanan Struktur atas

a Beban mati qDL

Berat sendiri plat = 24 kN/m3 x 0,12 m = 2,88 kN/m2.

Berat Spesi = 0,21 kN/m2.

Berat Keramik = 0,24 kN/m2.

Berat Plafon + Penggantung = 0,18 kN/m2.

Total = 3,51 kN/m2.

Berat dinding = 2,5 kN/m2 x 4,5 m = 11,25 kN/m.’

b. Beban hidup lantai (qLL) = 2,5 kN/m2.

c Pembebanan Plat atap

a Beban mati qDL

Berat sendiri plat = 24 kN/m3 x 0,10 m = 2,40 kN/m2.


148

Waterprooving = 0,10 kN/m2.

Berat Plafon + Penggantung = 0,18 kN/m2.

Total = 2,68 kN/m2.

b Beban hidup lantai (qLL) = 1 kN/m2.

d Perhitungan Beban Gempa

Gaya geser dasar horizontal total akibat gempa dan distribusinya ke sepanjang

tinggi gedung.

Distribusi gaya geser horizontal total akibat gempa ke sepanjang tinggi

Gedung dilihat pada Tabel 5.3 dan perhitungan Fi.xy.

Vx = Vy = C*I*K*Wt
= 0,07 * 1,0 * 1,0 * 2879194,5

Wi . hi
.Vx , y
Fi,xy =
∑ Wi . hi

Tabel 5.3 perhitungan Fi

N1(60) Elevasi Muka air kx ky


Tingkat Jenis Tanah
(rata-rata) (m) (m/day) (m/day)

4
18.45 590,233.95 10,889,816.38 74,937.36 12,489.56

13.95 31,452,343.11 216,436.66 36,072.78


3 2,254,648.25

2
9.45 2,254,648.25 21,306,425.98 146,618.38 24,436.40

1
4.95 2,254,648.25 11,160,508.85 76,800.11 12,800.02
149

Dari hasil análisis diperoleh reaksi perletakan yang sesuai dengan Gambar

5.16 untuk titik tinjau P-108 = 1.130,10 ton yang merupakan hasil dari kelompok

tiang dalam pile cap (poer) yang terdiri dari 6 (enam) buah tiang bored pile. Untuk1

buah tiang bored pile diperoleh sebesar = 1.130,1 ton / 6 = 188,35 ton.

Tit Ti

Gambar 5.3 Reaksi Perletakan titik Tinjau P 108

e Analisis Reaksi Perletakan

Setelah melakukan pemodelan dan pembebanan, dari hasil analisis sesuai

dengan titik tinjau pada P-108 dilihat Gambar 5.17 diperoleh reaksi perletakan seperti

Gambar 5.16 ini.

Maka dari hasil analisis perhitungan struktur pada gedung Medan Focal Point

seperti terlihat pada Gambar 5.4 ini.

Momen (M) = 675,00 kN = 67,50 Ton.

Vertikal (V) = 11.301,00 kN = 1.130,10 Ton.

Horizontal (H) = 252,00 kN = 25,20 Ton.


150

Gambar 5.4 Gaya horizontal dan momen perletakan titik tinjau P 108

5.2 Analisis Kapasitas Daya Dukung Tiang dengan Metode Elemen Hingga
dengan Plaxis

Dalam tesis ini penulis menganalisis Kapasitas Daya Dukung Tiang dengan

mengaplikasikan program software komputer untuk menghitung kapasitas tiang, yang

dimana disini penulis memodelkan tanah pada software program Plaxis.

5.2.1 Input Data Analisis dengan Program Plaxis Data-data Masukan

Pada data masukan (input data) yang diperlukan untuk analisis perhitungan,

selain data pemodelan tanah yang telah diuraikan pada BAB IV sebelumnya terlebih

dahulu disajikan data-data masukan yang diperlukan program Plaxis pada proses

pengujian beban statis (loading test), yaitu data: siklus pembebanan loading test,

tiang pancang dan deskripsi serta parameter tanah hasil pengujian laboratorium dan

parameter tanah hasi pengujian laboratorium setiap lapisan pada lokasi BH-02,

sebagai berikut:
151

1 Siklus Pembebanan

Siklus (cycle) uji pembebanan (loading test) pada lokasi BH-02

Untuk mencari kapasitas daya dukung tiang bor dari data loading test,

maka terlebih dahulu diberikan pembebanan harus dilakukan secara bertahap

dan perlahan-lahan, sehingga tidak menimbulkan beban kejutan pada struktur.

Besar beban dan lamanya konsolidasi dapat kita lihat sebagai berikut:

a. Cycle 1

- Besar beban = 25% konsolidasi 1 jam = 37,50 ton.

- Besar beban = 50% konsolidasi 1 jam = 75,50 ton.

- Besar beban = 25% konsolidasi 20 menit = 37,50 ton.

b. Cycle 2

- Besar beban = 0% konsolidasi 40 menit

- Besar beban = 50% konsolidasi 10 menit = 75,00 ton.

- Besar beban = 75% konsolidasi 1 jam = 112,50 ton.

- Besar beban = 100% konsolidasi 1 jam = 150,00 ton.

- Besar beban = 75% konsolidasi 20 menit = 112,50 ton.

- Besar beban = 50% konsolidasi 20 menit = 75,00 ton.

c. Cycle 3

- Besar beban = 0% konsolidasi 20 menit.

- Besar beban = 50% konsolidasi 20 menit = 75,00 ton.

- Besar beban = 100% konsolidasi 20 menit = 150,00 ton.

- Besar beban = 125% konsolidasi 1 jam = 187,50 ton.

- Besar beban = 150% konsolidasi 1 jam = 255,00 ton.


152

- Besar beban = 125% konsolidasi 20 menit = 187,50 ton.

- Besar beban = 100% konsolidasi 20 menit = 150,00 ton.

- Besar beban = 50% konsolidasi 20 menit = 75,00 ton.

d. Cycle 4

- Besar beban = 0% konsolidasi 20 menit.

- Besar beban = 50% konsolidasi 20 menit = 75,00 ton.

- Besar beban = 100% konsolidasi 20 menit = 150,00 ton.

- Besar beban = 150% konsolidasi 20 menit = 255,00 ton.

- Besar beban = 175% konsolidasi 20 menit = 255,00 ton.

- Besar beban = 200% konsolidasi 11 jam = 300,00 ton.

- Besar beban = 150% konsolidasi 1 jam = 255,00 ton.

- Besar beban = 100% konsolidasi 1 jam = 150,00 ton.

- Besar beban = 50% konsolidasi 1 jam = 75,00 ton.

- Besar beban = 0% konsolidai 12 jam = 0,00 ton.

2 Data Bored Pile untuk Program Plaxis

Sebelum melakukan pemodelan pondasi bored pile, ada baiknya kita terlebih

dahulu mengetahui data-data teknis dari bored pile tersebut. Data-data tersebut

berhubungan dengan data yang dibutuhkan pada analisis daya dukung maupun

penurunan pondasi tiang bored pile, baik secara manual maupun program Plaxis.

Adapun data-data untuk input data bored pile pada Plaxis adalah yang tertera

pada Tabel 5.4 ini.


153

Tabel 5.4 Data bored pile pada lokasi BP-108

No Keterangan Nilai

1. Jenis Pondasi Tiang Pondasi Tiang Bor Beton

2. Diameter Tiang 0,60

3. Panjang Tiang (m) 28,00


2
4. Luas Penampang (m ) 1,1304

2
5. Modulus Elastisitas (kn/m ) 2531027,459

4 -3
6. Momen Inersia (I) (m ) 6,359 x 10

7. AE (kn/m)
2861073,440
2
8. EI (knm /m) 16093,538

9. Angka Poisson (ν) 0,2

a Evaluasi uji Pembebanan

Pengujian daya dukung tiang bor dengan uji beban statik adalah uji standar

untuk setiap bangunan, yaitu pembebanan langsung tiang pondasi dengan besar beban

200% atau 300% daya dukung ijin (working load) tiang. Uji beban sebesar 200%

lebih ditujukan untuk proof-test saat konstruksi, sedangkan uji beban sebesar 300%

ditujukan untuk mencari daya dukung batas tiang, untuk keperluan design yang perlu

diperhatikan pada uji tiang bor adalah pengujian boleh dilakukan setelah 14 - 30 hari,

agar beton mencapai kekuatan yang diinginkan dan keadaan tanah yang terganggu

dapat kembali seperti keadaan semula. Rencana pondasi bangunan ini adalah bored

pile dengan diameter 600 mm pada kedalaman 28 m dari cut of level (col). Percobaan
154

pembebanan dilakukan pada pile terpakai (use pile) dengan beban maksimum

percobaan 2 x 150 ton. Sistem pembabanan yang digunakan adalah pembebanan

memakai sistim kentledge, yaitu dengan menumpuk blok-blok beton atau material

lain sesuai yang dibutuhkan. Cara lainnya dengan menggunakan reaction pile

(anchor system) yaitu menggunakan tiang bor lain atau ground anchor yang akan

berfungsi sebagai tiang tarik. Pembebanan pada kepala tiang dilakukan dengan

dongkrak hidrolik dilihat pada Gambar 2.19.

Pelaksanaan sistem pembebanan di atas memerlukan waktu yang lama dan

tempat yang luas serta biaya besar. Selama pembebanan semua kegiatan di sekitar

area tesebut harus berhenti karena dapat mengganggu ketelitian hasil pengujian. Data

penting dari pengujian ini adalah diperolehnya grafik hubungan antara penurunan

tiang (settlement) vs beban (load). Dari grafik ini, dengan menggunakan berbagai

metoda, seperti metoda Chin, metoda Davission, dan metoda Mazurkiewich dapat

diprediksi daya dukung batas dari tiang.

b Prosedur pengujian

Uji pembebanan dilakukan sesuai dengan prosedur ASTM D 1143–81,

pembebanan siklik dengan 4 siklus loading-unloading. Pembebanan maksimum

adalah 200% design load, dimana step pembebanan adalah 25% design load.

Kentledge system digunakan untuk memberikan reaksi pada hidrolik jack. Untuk

mengukur penurunan tiang digunakan 4 (empat) buah dial guage, yang terletak

diseputar tiang dan bertumpu pada reference beam yang bebas dari pengaruh

penurunan tanah akibat beban pada tiang. Prosedur pengujian uji pembebanan antara

lain sebagai berikut:


155

1 Persiapan tiang yang akan di uji

Sebelum pengujian dilakukan pada pile yang akan diuji dilakukan

persiapan tiang yang akan diuji yakni dengan pengetesan kepala tiang

(permukaan tiang diratakan) sampai mencapai beton keras sehingga saat

pengujian kepala tiang tidak pecah. Area yang digunakan pada pengujian

harus diratakan disekitar area tiang yang akan diuji dengan ukuran 10 x 12 m.

Area tersebut difungsikan untuk pembuatan/penyusunan blok beton sebagai

kaki test pile. Elevasi as pembabanan ditentukan pada tiang yang akan diuji

untuk meletakkan jack hidrolic, dial gauges dan perlengkapan test lainnya.

2 Pembacaan loading test

Setiap tahap pemberian beban, pembacaan harus dicatat oleh pelaksanan

pengujian. Penerapan beban pada tiang yang diuji diukur oleh pressure gauge.

Pembacaan dial gauge dan scale rule yang terbaca selama pergerakan

tiang/penurunan tiang. Sedangkan syarat-syarat prosedur percobaan:

Percobaan pembebanan dilaksanakan sesuai dengan American society

for testing material (ASTM) designation D 1143-81.

3 Rencana pembebanan

Prosentasi dari design load:

Cycle I : 0%-25%-50%-25%-0%.

Cycle II : 0%-50%-75%-100%-75%-50%-0%.

Cycle III : 0%-50%-100%-125%-150%-125%-100%-50%-0%.

Cycle IV : 0%-50%-100%-150%-175%-200%-175%-150%-100%-50%-0%.
156

Semua pencatatan pembacaan harus ditandatangani oleh semua pihak.

Ditambahkan keterangan kondisi cuaca dan pencatatan waktu.

4 Pengajuan laporan

Kurva load-deflection yang harus direncanakan selama berjalannya tes.

laporan akhir, dimana pada laporan akhir terdiri atas:

a. Kurva load-deflection dan load-time-deflection.

b. Semua hasil pencatatan data.

c. Dokumentasi selama pengetesan.

d. Kalibrasi alat test yang digunakan.

e. Pencatatan waktu, beban dan perpindahan.

f. Selama pembabanan beban menjelang dan setelah pemberian beban

jarak waktu 5 menit.

g. Setelah pemberian baban maksimum, jarak waktu 5 menit. Selama

penurunan menjelang dan setelah pemberian beban jarak waktu 5 menit.

h. Setelah beban total diturunkan, pembacaan dilakukan pada waktu 15 dan

30 menit.

i. Tipe reaksi: pemberian beban dilakukan dengan hidrolik pump yang

ditransfer lewat jack hidrolic yang memberikan beban ke tiang yang di

tes. Semua system reaksi harus direncanakan dan dibuat untuk menahan

beban 25% lebih besar dari beban maksimum.

j. Pengukuran perpindahan: jarak antara tiang test ke refrensi beam tidak

lebih dari 2 m minimal menggunakan 4 (empat) dial gauge.

k. Hasil test factual untuk test aksial kompressi (tekan) berupa besarnya
157

settlement tiang untuk beban 100% design load, 200% design load, dan

residual settlement dirangkum dalam Tabel 5.5. Dari data-data faktual ini

diprediksdi kinerja tiang yang di tes.

Tabel 5.5 Rangkuman data faktual hasil loading test

Panjang total Settlement


Diameter (m)
Tiang bor 100% DL residual
(mm) 200% DL

108 28,00 2,668 1,965


00 5 ,443

a Input Data Bored Pile beton untuk Program Plaxis

Sebelum melakukan pemodelan pondasi bored pile, ada baiknya terlebih

dahulu mengetahui data-data teknis dari pondasi bored pile.

Proses pemasukan data dilakukan dengan proses sebagai berikut:

1. Struktur tanah yang hendak dihitung digambar terlebih dahulu, dengan

lebar diambil sebesar 20 D (D= diameter pondasi bore pile).

2. Untuk idealisasi dari air tanah yang keluar diasumsikan dengan material

liquid dengan nilai γ yang lebih besar dari γair. Dalam hal ini dianggap 10

kN/m3.

3. Setelah dilakukan pengeboran, lalu dimasukkan material bored pile ke

dalam lubang bor, mulai dari bawah higga penuh. Oleh karena itu liquid

dengan sendirinya akan terdesak keluar oleh karena berat jenis air lebih

kecil dari berat jenis material.

4. Setelah pengecoran dilakukan, maka dibiarkan selama 28 hari, lalu


158

setelah itu dapat dilakukan pembebanan dengan loading test.

5.2.2 Output Analisis dengan Program Plaxis

Setelah gambar geometri selesai dibuat lapis demi lapis pada kerja monitor,

input data-data tanah maupun data-data bore pile juga segera dilakukan, setelah data

yang dibutuhkan program Plaxis telah terpenuhi lalu diakhiri dengan mengklik apply

lalu OK pada dialog soil interface sepert terlihat pada Gambar 5.5.

Gambar 5.5 Pemodelan lapisan tanah dan tiang pada lokasi BP-108
159

Dengan masuknya data-data input, yaitu parameter tanah dan bore pile, maka

langkah selanjutnya adalah generate mesh dan akan muncul warning di monitor,

yaitu akan muncul hasil conectivitas seperti pada Gambar 5.6.

Gambar 5.6 Generate mesh pada lokasi BP-108

Langkah berikutnya adalah mengklik update, initial condition, lalu generate

water pressure lalu klik OK, akan muncul active pore pressure seperti Gambar 5.7.

Gambar 5.7 Active pore pressure pada lokasi BP-108


160

Langkah berikutnya adalah mengklik update, lalu KO-procedure lalu klik

OK, akan muncul effective stresses pada Gambar 5.8.

Gambar 5.8 Effective stresses pada lokasi BP-108

Setelah proses perhitungan selesai seperti pada Gambar 5.9, maka langkah

berikutnya adalah masuk pada kategori kurva. Dari proses ini akan muncul dialog

pada curve generation yang menghasilkan gambar yang seperti pada Gambar 5.23 ini.
161

Gambar 5.9 Step akhir perhitungan dari proses calculate

Dari Gambar 5.10 di bawah ini diperoleh hasil pemodelan program Plaxis

dengan beban maximun sebesar 300,00 Ton adalah sebagai berikut:

- Besar penurunan kondisi maximum adalah 5,462 mm.

- Besar penurunan kondisi rebound adalah 3,312 mm.

Data Pembebanan dan penurunan dari hasil Plaxis dapat dilihat pada Tabel 5.6.

Gambar 5.10 Grafik hubungan antara beban dengan penurunan pada BP. 108
162

5.3 Kurva Hubungan Beban vs Penurunan antara Metode Elemen Hingga


dengan Plaxis dan Loading Test

Dari hasil analisis yang telah diperoleh dari output hasil program Plaxis dapat

dikomparasi terhadap beban vs penurunan dengan dari hasil uji beban statis (loading

test) yang telah diinterpretasikan pada Tabel 5.6. Adapun komparasi tersebut

terhadap beban yang diberikan secara siklik yaitu 50%, 100%, 150% dan 200%.

Tabel 5.6 Hubungan antara beban vs penurunan berdasarkan hasil program


Plaxis

Step Sum-MloadA mm
1,000 0,000
0
1 1,000 0,100
2 1,000 0,100
3 1,000 0,100
4 1,000 0,100
5 1,000 0,100
6 328,843 0,375
7 375,000 0,411
8 663,961 0,723
9 755,000 0,870
10 375,000 0,627
11 0,000 0,388
12 750,000 0,866
13 959,969 1,123
14 1125,000 1,351
15 1412,548 1,809
16 1500,000 1,963
163

17 1125,000 1,724
18 750,000 1,485
19 0,000 1,006
20 750,000 1,485
21 1500,000 1,972
22 1579,328 2,102
23 1719,537 2,363
24 1875,000 2,669
25 1969,829 2,857
26 2150,177 3,235
27 2474,113 3,994
28 2550,000 4,192
29 1875,000 3,762
30 1500,000 3,523
31 750,000 3,045
32 114,046 2,556
33 0,000 2,453
34 750,000 2,931
35 1500,000 3,409
36 2250,000 3,939
37 2542,497 4,185
38 2626,473 4,392
39 2677,092 4,528
40 2772,436 4,799
41 2959,324 5,342
42 3000,000 5,462
43 2250,000 4,984
44 1500,000 4,505
45 750,000 3,978
164

46 183,538 3,482
47 0,000 3,312

5.3.1 Komparasi Kurva Beban vs Penurunan dengan Beban 50%

Untuk komparasi hasil kurva beban vs penurunan dengan beban 50%, yang

diperoleh dari analisi program Plaxis terhadap interpretasi uji beban statis (loading

test) dapat dilihat pada Gambar 5.11.

0 20 40 60 80
0.00

0.50

[Plaxis] - cycle I
[loading] - cycle I
1.00

Gambar 5.11 Grafik hubungan beban vs penurunan pada beban 50% (cycle I)

Dari gambar grafik di atas akan dapat dirincikan terhadap besar beban yang

diberikan dan berapa besar penurunan tiang yang dihasilkan, dimana hal ini akan

dapat dilihat pada Tabel 5.7.

Tabel 5.7 Besar penurunan yang diperoleh dengan beban siklik 50%

Penurunan
Beban 50 %
Awal Maximum Rebound
( 75.00 Ton) ( mm ) ( mm ) ( mm )

Plaxis 0.000 0.870 0.388

Loading Test 0.000 0.743 0.177


165

Dimana dari Gambar 5.11 dan Tabel 5.7 terlihat hubungan antara beban yang

diberikan secara siklik sebesar 50% akan menghasilkan besar penurunan pada tiang

dari hasil out put program Plaxis dengan hasil interpretasi uji beban statis, sehingga

dapat disimpulkan antara lain:

1 Besar penurunan maximum yang diberikan pada saat beban secara siklik

50% yaitu sebesar 75 ton, dari hasil output program Plaxis adalah 0,870

mm, sedangkan dari interpretasi uji beban statis diperoleh sebesar 0,743

mm. Dimana terdapat selisih 0,127 mm yang lebih besar hasil out put

program Plaxis dari pada uji beban statis.

2 Besar penurunan rebound (balik), setelah beban berangsur-angsur

dikurangi kembali maka diperoleh pada hasil output program Plaxis

sebesar 0,388 mm sedangakan pada uji beban statis sebesar 0,177 mm.

Pada saat ini juga hasil output program Plaxis mengalami lebih besar

0,211 mm dari uji beban statis.

Dari hasil diatas dapat disimpulkan pada kondisi beban diberikan sebesar 50%

maka hasil interpretasi uji beban statis terhadap pemodelan pada program Plaxis

menggambarkan bahwa kondisi tanah yang lebih baik, dimana hal ini dapat dilihat

dari besar penurunan yang terjadi.


166

5.3.2 Komparasi Kurva Beban vs Penurunan dengan Beban 100%

Untuk komparasi hasil kurva beban vs penurunan dengan beban 100%, yang

diperoleh dari analisi program Plaxis terhadap interpretasi uji beban statis (loading

test) dapat dilihat pada Gambar 5.12.


Beban, (Ton)
0 50 100 150 200
0.00
[Plaxis] - cycle II

[loading] - cycle II
0.50

1.00

1.50

2.00

2.50

Gambar 5.12 Grafik Hubungan beban vs penurunan pada beban 100% (cycle II)
Gambar grafik di atas akan dapat dirincikan terhadap besar beban yang

diberikan dan berapa besar penuruan tiang yang dihasilkan, dimana hal ini akan dapat

dilihat pada Tabel 5.8.

Tabel 5.8 Besar penurunan yang diperoleh dengan beban siklik 100%

Penurunan
Beban 100 %
Awal Maximum Rebound
( 150.00 Ton) ( mm ) ( mm ) ( mm )

Plaxis 0.388 1.963 1.006

Loading Test 0.177 1.655 0.368

Dimana dari Gambar 5.12 dan Tabel 5.8 terlihat hubungan antara beban

yang diberikan secara siklik sebesar 100% akan menghasilkan besar penurunan pada
167

tiang dari hasil out put program Plaxis dengan hasil interpretasi uji beban statis,

sehingga dapat disimpulkan antara lain:

1 Besar penurunan maximum yang diberikan pada saat beban secara siklik

100% yaitu sebesar 150 ton, dari hasil output program Plaxis adalah

1,963 mm, sedangkan dari interpretasi uji beban statis diperoleh sebesar

1,655 mm. Dimana terdapat selisih 0,308 mm yang lebih besar hasil

output program Plaxis dari pada uji beban statis.

2 Besar penurunan rebound (balik), setelah beban berangsur-angsur

dikurangi kembali maka diperoleh pada hasil output program Plaxis

sebesar 1,006 mm sedangakan pada uji beban statis sebesar 0,368 mm.

Pada saat ini juga hasil output program Plaxis mengalami lebih besar

0,638 mm dari uji beban statis.

Dari hasil diatas dapat disimpulkan pada kondisi beban diberikan sebesar

100% maka hasil interpretasi uji beban statis terhadap pemodelan pada program

Plaxis menggambarkan bahwa kondisi tanah yang lebih baik, dimana hal ini dapat

dilihat dari besar penurunan yang terjadi sebesar 0,638 mm lebih kecil dari hasil

output pemodelan program Plaxis.

5.3.3 Komparasi Kurva Beban vs Penurunan dengan Beban 150%

Untuk komparasi hasil kurva beban vs penurunan dengan beban 150%, yang

diperoleh dari analisi program Plaxis terhadap interpretasi uji beban statis (loading

test) dapat dilihat pada Gambar 5.13.


168

Beban, (Ton)
0 50 100 150 200 250
0.00
[Plaxis] - cycle III
0.50 [loading] - cycle III

1.00

1.50

2.00

2.50

3.00

3.50

4.00

4.50

Gambar 5.13 Grafik hubungan beban vs penurunan pada beban 150% (cycle III)

Dan gambar grafik di atas akan dapat dirincikan terhadap besar beban yang

diberikan dan berapa besar penuruan tiang yang dihasilkan, dimana hal ini akan dapat

dilihat pada Tabel 5.9.

Tabel 5.9 Besar penurunan yang diperoleh dengan beban siklik 150%

Penurunan
Beban 150 %
Awal Maximum Rebound
( 225.00 Ton) ( mm ) ( mm ) ( mm )

Plaxis 1.006 4.192 2.453

Loading Test 0.368 2.803 0.420

Dimana dari Gambar 5.13 dan Tabel 5.9 terlihat hubungan antara beban yang

diberikan secara siklik sebesar 150% akan menghasilkan besar penurunan pada tiang

dari hasil output pemodelan program Plaxis dengan hasil interpretasi uji beban statis,

sehingga dapat disimpulkan antara lain:

1 Besar penurunan maximum yang diberikan pada saat beban secara siklik

150% yaitu sebesar 225 ton, dari hasil output program Plaxis adalah
169

4,192 mm, sedangkan dari interpretasi uji beban statis diperoleh sebesar

2,803 mm. Dimana terdapat selisih 1,389 mm yang lebih besar hasil

output program Plaxis dari pada uji beban statis.

2 Besar penurunan rebound (balik), setelah beban berangsur-angsur

dikurangi beban maka diperoleh pada hasil output program Plaxis

sebesar 2,453 mm sedangakan pada uji beban statis sebesar 0,420 mm.

Pada saat ini juga hasil output program Plaxis mengalami lebih besar

2,033 mm dari uji beban statis.

Dari hasil diatas dapat disimpulkan pada kondisi beban diberikan sebesar

150% maka hasil interpretasi uji beban statis terhadap pemodelan pada program

Plaxis menggambarkan bahwa kondisi tanah yang lebih baik, dimana hal ini dapat

dilihat dari besar penurunan yang terjadi sebesar 2,033 mm lebih kecil dari hasil

output pemodelan program Plaxis.

5.3.4 Komparasi Kurva Beban vs Penurunan dengan Beban 200%

Untuk komparasi hasil kurva beban vs penurunan dengan beban 200%, yang

diperoleh dari analisi program Plaxis terhadap interpretasi uji beban statis (loading

test) dapat dilihat pada Gambar 5.14.


170

0 50 100 150 200 250 300 350


0.00
[Plaxis] - cycle IV
0.50
[loading] - cycle IV
1.00

1.50

2.00

2.50

3.00

3.50

4.00

4.50

5.00

5.50

6.00

Gambar 5.14 Grafik hubungan beban vs penurunan pada beban 200% (cycle VI)

Dari gambar grafik di atas akan dapat dirincikan terhadap besar beban yang

diberikan dan berapa besar penuruan tiang yang dihasilkan, dimana hal ini akan dapat

dilihat pada Tabel 5.10.

Tabel 5.10 Besar penurunan yang diperoleh dengan beban siklik 200%

Penurunan
Beban 200 %
Awal Maximum Rebound
( 300.00 Ton) ( mm ) ( mm ) ( mm )

Plaxis 2.453 5.462 3.312

Loading Test 0.420 5.443 1.965

Dimana dari Gambar 5.14 dan Tabel 5.10 terlihat hubungan antara beban

yang diberikan secara siklik sebesar 200% akan menghasilkan besar penurunan pada

tiang dari hasil output program Plaxis dengan hasil interpretasi uji beban statis,

sehingga dapat disimpulkan antara lain:

1 Besar penurunan maximum yang diberikan pada saat beban secara siklik

200% yaitu sebesar 300 ton, dari hasil output program Plaxis adalah

5,462 mm, sedangkan dari interpretasi uji beban statis diperoleh sebesar

5,443 mm. Dimana terdapat selisih 0,019 mm yang lebih besar hasil

output program Plaxis dari pada uji beban statis.


171

2 Besar penurunan rebound (balik), setelah beban berangsur-angsur

dikurangi kembali maka diperoleh pada hasil out put program Plaxis

sebesar 3,312 mm sedangakan pada uji beban statis sebesar 1,965 mm.

Pada saat ini juga hasil output program Plaxis mengalami lebih besar

1,347 mm dari uji beban statis.

Dari hasil diatas dapat disimpulkan pada kondisi beban diberikan sebesar

200% maka hasil interpretasi uji beban statis terhadap pemodelan pada program

Plaxis menggambarkan bahwa kondisi tanah yang lebih baik, dimana hal ini dapat

dilihat dari besar penurunan yang terjadi.

5.3.5 Komparasi Antara Pemodelan Metode Elemen Hingga (Plaxis) dengan


Interpretasi Loading Test

Pada komparasi antara beban versus penurunan untuk hasil keseluruhan hasil

analisis out put pemodelan Plaxis terhadap hasil interpretasi uji beban statis (loading

test) dapat terlihat pada Gambar 5.15.


Beban, (Ton)
0 50 100 150 200 250 300 350 400
0.00

0.50
[loading]
1.00
[Plaxis]
1.50

2.00

2.50

3.00

3.50

4.00

4.50

5.00

5.50

6.00

Gambar 5.15 Grafik komparasi hubungan beban vs penurunan antara pemodelan


program Plaxis dengan interpretasi uji beban statis
172

Dari Gambar 5.15 yaitu hubungan beban vs penurunan yang terjadi antara

hasil analisis output program Plaxis terhadap hasil interpretasi uji beban statis,

dimana diperoleh bahwa:

1 Semakin besar beban yang diberikan, semakin besar penurunan terjadi.

2 Semakin lama waktu yang diberikan, maka penurunan yang terjadi juga

semakin besar dan ini terjadi pada juga pada hasil analisis output dengan

pemodelan elemen hingga.

3 Penggunaan parameter-parameter tanah yang tepat dari hasil interpretasi

hasil penyelidikan tanah (soil investigation) yang dilakukan akan

memberikan hasil analisis output program Plaxis yang akan mendekati

terhadap hasil interpretasi uji beban statis.

4 Dari hasil yang diperoleh, terlihat bahwa dari hasil pembebanan yang

diberikan secara siklik baik pada pemodelan program Plaxis maupun dari

uji beban statis menghasilkan penurunan yang masih dalam batas izin,

dimana dari batas izin yang ada sebesar 25,40 mm (ASTM D-1143-81).

5.3.6 Pembahasan

Dari gambar kurva hubungan beban dengan penurunan pada Gambar 5.11

hingga Gambar 5.15 yaitu merupakan komparasi hasil analisis dari output

pemodelan program Plaxis terhadap interpretasi uji beban statis (loading test)

terdapat perbedaan besaran yang dihasilkan yaitu 0,019 mm, dimana perbedaan hasil

yang diperoleh ini kemungkinan disebabkan oleh beberapa faktor:


173

- Menentukan parameter tanah dilakukan dengan cara mengkorelasikan

nilai N-SPT terhadap paramater modulus elastisitas (Es), angka poison

(v). Data empiris tersebut diinterpolasikan dengan interpolasi linier.

- Menyesuaikan nilai parameter tanah yang kurang tepat terhadap setiap

jenis tanah yang didapat dari hasil penyelidikan tanah.

Sesuai dengan tujuan dari penelitian tesis yang tercantum dalam bab

terdahulu, yaitu membandingkan hasil analisis daya dukung dan penurunan dengan

metode empiris, interpretasi uji beban statis dan metode elemen hingga, maka daya

dukung dan penurunan pondasi bored pile terlihat pada Gambar 5.16, Gambar 5.17

dan Gambar 5.18, baik secara tiang tunggal serta kelompok tiang.

697.82 Metode Empiris


659.82 653.04
700 Interpretasi loading test

600 524.18
413.22 477.01
500 380.00
387.66
300.00 300.00
400

300

200

100

Gambar 5.16 Perbandingan daya dukung pondasi tiang tunggal


174

30.00
25.00
20.00
15.00
10.00
5.00
-

Gambar 5.17 Perbandingan penurunan pondasi tiang tunggal

Gambar 5.18 Perbandingan penurunan pondasi kelompok tiang


175

BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis perhitungan penelitian tesis pada proyek

Medan Focal Point maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Dari hasil uji beban statis (loading test), dalam kasus penelitian tesis ini

yaitu uji pembuktian tiang (proof test) maka masing-masing metoda

menghasilkan nilai yang aman, sedangkan untuk tahap awal uji beban

pendahuluan (preliminary test) dengan loading test dilihat Tabel 6.1 maka

penulis mengusulkan Metoda Davisson karena mendekati dengan beban

rencana dan paling mudah untuk digunakan.

Tabel 6.1 Hasil interpretasi uji beban statis (loading test)

No. Uraian Satuan Daya Dukung

1. Davisson Ton 300,00

2. Chin Ton 434,78

3. Mazurkiewicz Ton 380,00

2. Hasil perhitungan analisis kapasitas daya dukung ultimit dengan actual

dari data SPT, Parameter Tanah, Software Allpile dan loading test dapat

dilihat pada Tabel 6.2. Hasil analisis kapasitas daya dukung tiang pada
176

BP-108, bahwa hasil analisis diperoleh adalah memenuhi syarat yaitu

memberikan nilai Qult ≥ 300 Ton.

Tabel 6.2 Hasil analisis daya dukung ultimit pondasi tiang bor

No. Uraian Satuan Daya Dukung

1. Meyerhoff Ton 659,83

2. Reese & Wright Ton 697,83

3. Touma & Reese Ton 387,67

4. AllPile Ton 477,00

5. Parameter Tanah Ton 524,18

6. Kekuatan Bahan Ton 653,04

7. Davisson Ton 300,00

8. Chin Ton 434,78

9. Mazurkiewicz Ton 380,00

3. Berdasarkan hasil analisis penurunan pondasi bored pile tiang tunggal

yang telah dilakukan, penurunan yang terjadi lebih kecil dari penurunan

yang diizinkan (< 25,40 mm) sesuai ASTM D-1143-81 sehingga tiang

bored pile BP-108 memenuhi persyaratan dan aman, dilihat Tabel 6.3.

Tabel 6.3 Hasil analisis penurunan pondasi bored pile tiang tunggal

No. Uraian Satuan Penurunan

1. Uji beban statis mm 5,443

2. Empiris mm 0,117

3. Plaxis mm 5,462

4. AllPile mm 9,999

5. ASTM mm 25,400
177

4. Berdasarkan hasil analisis daya dukung pondasi bored pile dengan hasil

interpretasi uji beban statis (loading test) serta analisis pemodelan tanah

dengan metode elemen hingga dengan program Plaxis, dari grafik

hubungan antara beban terhadap penurunan, terlihat bahwa hasil

penurunan yang terjadi dari uji beban statis pada beban ultimit 300 ton

diperoleh besar penurunan yang terjadi sebesar 5,443 mm, sementara

hasil analisis pemodelan tanah secara metode elemen hingga diperoleh

sebesar 5,462 mm. Sehingga perbedaan yang ada tidak terlalu signifikan,

yaitu sebesar 0,019 mm, dan penurunan yang terjadi hasil uji beban statis

(loading test) atau pun dari hasil out put pemodelan program Plaxis masih

dibawah batas izin penurunan.

5. Dari hasil analisis perhitungan daya dukung kelompok tiang memberikan

hasil yang tertera pada Tabel 6.4.

Tabel 6.4 Hasil analisis daya dukung pondasi kelompok tiang

No. Uraian Satuan Penurunan

1. Data SPT Ton 1.150,34

2. Parameter Tanah Ton 1.232,87

3. Loading Test Ton 1.260,00

4. AllPile Ton 1.328,92

6. Berdasarkan hasil analisis perhitungan daya dukung lateral ultimit

pondasi bored pile dengan mengasumsikan bahwa pondasi bored pile

adalah tiang panjang, maka diperoleh besar daya dukung lateral ultimit
178

adalah sebesar 26,60 ton yang lebih besar dari gaya horizontal rencana

dari hasil analisis struktur dengan program SAP2000 yaitu sebesar 25,20

ton. Sehingga pondasi bored pile diameter 600 mm aman terhadap gaya

lateral.

6.2 Saran

Dari hasil analisis penelitian tesis ini, penulis memberi beberapa saran, antara

lain sebagai berikut:

1. Sebelum melakukan perhitungan hendaknya kita memperoleh data teknis

yang lengkap terlebih dahulu, karena data tersebut sangat menunjang

dalam membuat rencana analisa perhitungan sesuai standar yang ada.

2. Penyelidikan tanah (soil investigation) harus dilakukan secara teliti, agar

diperoleh data yang sesuai dengan data tanah yang sebenarnya.

3. Dalam mendesain tiang bored pile, parameter tanah sangat penting untuk

diketahui. Jenis dan kondisi pembebanan akan sangat berpengaruh pula

dalam penentuan parameter, oleh sebab itu data – data mengenai

karakteristik tanah sangat diperlukan.


179

Daftar Pustaka

Anonim, ASTM D1143/07 dan ASTM D1143/81, 1994, Annual Book of ASTM
Standart, Section Four Construction, Barr Harbor.
Arief, D. T., 1988, Keandalan Pondasi Tiang Tunggal Terhadap Beban Lateral,
Tesis, Program Teknik Sipil – Struktur, Fakultas Pasca Sarjana, Institut
Teknologi Bandung, Bandung.
Arifin, Z., 2007, Komparasi Daya Dukung Aksial Tiang Tunggal Dihitung Dengan
Beberapa Metode Analisis, Tesis, Program Pascasarjana Teknik Sipil,
Universitas Diponegoro, Semarang.
Acset Indonusa, PT., 2011, Laporan Static Axial Compressive Load Test, Proyek
Medan Focal Point, Medan
Broms, B., 1964, The Lateral Resistance Of Piles In Cohesionless Soils, Journal of
The Soil Mechanic Division, American Society of Civil Engineering, Vol.90,
May 1964.
Bowlesh, J. E., 1991, Analisa dan Desain Pondasi, Edisi keempat Jilid 1, Erlangga,
Jakarta.
Das, B. M., 1941, Principles of Foundation Engineering Fourth Edition, Library of
Congress Cataloging in Publication Data.
Das, B. M., 2008, Principles of Foundation Engineering 7th Edition, PWS Publising,
Pasific Grove.
Dongyuan, W., Yuming, Z., Jianjun, Z., Yabin Y., Ju Liu, EJGE Vol.16, 2011,
Comparisons of Interpreting Ultimate Capacity of Piles Based on Axial Static
Load Testing Data between Chinese and Western Methods, EJGE Vol. 16,
China
Hardiyatmo, H. C., 2002, Teknik Pondasi 1, Edisi Kedua, Beta Offset, Yogyakarta.
Hardiyatmo, H. C., 2010, Teknik Pondasi 2, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Harahap, D. D., 2012, Analisis Perbandingan Daya Dukung antara Hasil Loading
Test Bore Pile Diameter Satu Meter Tunggal dari Jembatan Fly Over Amplas
dengan Metode Elemen Hingga, Tesis, Sekolah Pascasarjana Universitas
Sumatera Utara, Medan.
Irsyam, M., 1997, SI-3221 Rekayasa Pondasi, Penerbit ITB, Bandung.
Iskandar, R., 2002, Beberapa Kendala Teori Perhitungan Daya Dukung Aksial
Pondasi Dalam, USU, Sumatra Utara.
180

Lambe, W. T., Whitman, R. V., 1969, Soil Mechanics, Jhon Willey & Sons, Inc.,
New York.
LOADTEST Inc., www.loadtest.com, 2012
Napitu, E., 2007, Kajian Daya Dukung Dan Penurunan Tiang Pancang Beton
Berdasarkan Data Lapangan, Laborotorium Dan Menggunakan Program
Plaxis di Sepanjang Sungai Percut Sematera, Tesis, Pascasarjana Universitas
Sumatera Utara, Medan.
Poulus, H. G. and Davis, E. H., 1968, The Settlement Behaviour of Single Axially
Loaded Incompressible Piles and Pierss, Geothechnique,
Prakash, S. H., & Sharma, D., 1990, Pile Foundations In Engineering Practice, John
Willey dan Sons, Inc. Canada.
Raharjo, P. P., 2005, Manual Pondasi Tiang Edisi 3, GEC-Geotechnical Engineering
Centre, Bandung.
Sardjono, H. S., 1988, Pondasi tiang pancang, jilid 1, penerbit Sinar Jaya Wijaya,
Surabaya.
Sardjono, H. S., 1988, Pondasi tiang pancang, jilid 2, penerbit Sinar Jaya Wijaya,
Surabaya.
Schmertmann, John, H. and Hayes, John, A., 1997, The Osterberg Cell and Bored
Pile Testing – A Symbiosis, The Third International Geotechnical Engineering
Conference, Cairo University – Egypt.
Silaen, M. K., 2009, Analisa Daya Dukung Dan Penurunan Bore Pile Dengan Model
Tanah Hardening Soil Pada Proyek City Hall Town Square Medan, Tesis,
Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara, Medan.
Sinaga, S., 2009, Analisa Daya Dukung Dan Penurunan Bore Pile Tunggal Dengan
Menggunakan Model Tanah Mohr Coulomb Pada Proyek City Hall Town
Square, Tesis, Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara, Medan.
Suhairiani, 2012, Analisis Perbandingan Daya Dukung Hasil Loading Test Pada
Bore Pile Diameter Satu Meter Tunggal Dengan Metode Elemen Hingga
Memakai Model Tanah Mohr Coulomb Pada Proyek Crystal Square Medan,
Tesis, Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara, Medan.
Wesley, L. D., 1977, Mekanika Tanah, Penerbit Pekerjaan Umum, Jakarta.
Wahyu P. D., 2008, Studi Perbandingan Kapasitas Daya Dukung Statik Tiang
Pancang Tunggal Berdasarkan Rumus-Rumus Daya Dukung, Analisa Dinamik
dan Uji Beban Statik, Tugas Akhir, Program Studi Teknik Sipil, ITB.

Anda mungkin juga menyukai