Anda di halaman 1dari 16

Rancangan Eksperimen 5D

Dosen Pengampu : Anggia Kargenti E.M, M.si

Pengaruh Permainan Kelompok terhadap Penyesuaian SosialAnak


Anjelita Aini1, Feprian Sari 2,Nadia Arfiani3,Novi Arida Putri 4
120601260871, 120601205622, 120601238773, 119601248604
1,2,3,4
Kelompok 4

Abstrak

Rendahnya penyesuaian sosial anak di awal masuk masuk sekolah dasar yang berakibat dari
perpindahan dari TK dan SD. Kasus mengenai rendahnya penyesuaian sosial anak didapatkan dari
laporan dari orang tua siswa kelas enam yang berusia sebelas tahun yang diterima oleh Perwita
(2011), berdasarkan pengakuan dari orang tua, perilaku anak tidak mau bergaul dengan orang lain
termasuk dengan teman sebaya dan kerap menyendiri. Rendahnya tingkat penyesuain yang dimiliki
ini dapat mengakibatkan kegagalan seorang individu dalam perkembangan pada aspek sosial.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh permainan tradisional kelompok terhadap
penyesuaian sosial pada anak kelas satu sekolah dasar. Asumsinya bahwa penyesuaian sosial anak
akan meningkat setelah diberikan permainan tradisional kelompok, sehingga penelitian ini
menggunakan metode eksperimen dengan design pretest posttest control group design. Alat ukur
yang digunakan dalam penelitian berupa behaviour checklist, yaitu alat observasi yang berupa
daftar yang berisi nomor nomor subjek dan perilaku-perilaku yang diharapkan muncul sebagai
analisa untuk mengetahui berbagai perilaku yang muncul selama penelitian. Subjek penelitian
sebanyak 30 orang siswa kelas satu SDN 158 Pekanbaru yang dipilih secara random, yaitu 15 siswa
untuk kelompok eksperimen dan 15 siswa sebagai kelompok kontrol. Usia anak dalam rentang 7-8,5
tahun. Hasil data diuji secara statistik menggunakan SPSS 22 for windows. metode yang digunakan
dalam analisis adalah statistik nonparametrik teknik analisis statistik untuk menguji hipotesis
menggunakan Mann-Whitney U terhadap gain score.Selanjutnya dilakukan analisis komparatif dua
sampel berpasangan menggunakan Wilcoxon.

Kata kunci:Permainan Tradisonal Kelompok ,Penyesuaian Sosial

Pendahuluan
Manusia mengalami pertumbuhan dan perkembangan selama hidupnya. Hal ini sesuai
dengan pendapat Desmita (2005), yang menyebutkan bahwa perkembangan mengandung
suatu perubahan.. Perubahan-perubahan itu dilakukan agar individu mampu menyesuaikan
diri dengan lingkungannya. Salah satu tugas perkembangan yang harus dilalui setiap individu
adalah perkembangan dalam aspek sosial. Yusuf (2009) mengemukakan perkembangan
sosial merupakan pencapaian kematangan dalam hubungan sosial atau dapat juga diartikan
sebagai proses belajar untuk menyesuaikan diri terhadap norma-norma kelompok, moral, dan
tradisi; meleburkan diri menjadi suatu kesatuan, saling berkomunikasi, dan bekerja sama.
Jadi, semakin bertambahnya usia seseorang, semakin besar pula tuntutan sosial yang harus
dipenuhi.
Rancangan Eksperimen 5D
Dosen Pengampu : Anggia Kargenti E.M, M.si

Dalam melalaui tahap-tahapan perkembangan sosial manusia membutuhkan


penyesuaian sosial. Penyesuaian sosial merupakan suatu istilah yang banyak merujuk pada
proses penyesuaian diri seseorang dalam konteks interaksi dengan lingkungan sekitar.
Penyesuaian sosial merupakan suatu proses yang berlangsung seumur hidup dan dilakukan
oleh setiap individu agar dapat berperan dan berfungsi di dalam kehidupannya, dimana
individu melakukan penyesuaian dalam berhubungan dengan lingkungan dan sesama
manusia.
Hurlock (2002) mendefinisikan bahwa penyesuaian sosial itu sebagai keberhasilan
seseorang untuk beradaptasi dan menyesuaikan diri terhadap orang lain pada umumnya dan
terhadap kelompok pada khususnya. Menurut Walgito (2002) penyesuaian dalam arti luas
yaitu individu dapat meleburkan diri dengan keadaan di sekitarnya atau sebaliknya individu
dapat mengubah lingkungan sesuai dengan keadaan dirinya. Fahmy (dalam Syah, 2020),
dalam proses penyesuaian sosial, individu berkenalan dengan kaidah-kaidah dan peraturan-
peraturan tersebut, lalu mematuhinya, sehingga menjadi bagian dari pembentukan jiwa sosial
pada dirinya dan menjadi pola tingkah lakunya dalam kelompok. Kelompok merupakan
lingkungan sosial pertama yaitu individu belajar untuk hidup bersama orang lain yang bukan
anggota keluarganya (Mappiare, dalam Syah, 2020)
Penyesuaian sosial adalah kemampuan untuk bereaksi secara efektif dan sehat
terhadap situasi, realitas dan relasi sosial sehingga tuntutan hidup bermasyarakat dipenuhi
dengan cara yang dapat diterima dan memuaskan. Pengertian penyesuaian sosial menurut
Kartini Kartono (dalam Kau & Idris, 2018) ialah:“(1) penjalinan secara harmonis suatu relasi
dengan lingkungan sosial; (2) mempelajari tingkah laku yang diperlukan, atau mengubah
kebiasaan yang ada, sedemikian rupa, sehingga cocok bagi suatu masyarakat sosial”.
Hurlock (2010) telah mengemukakan berbagai aspek dalam penyesuaian sosial,
diantaranya:
1. Penampilan nyata
Overt performance yang diperlihatkan individu sesuai norma yang berlaku di
dalam kelompoknya, dapat memenuhi harapan kelompoknya, berarti individu dapat
memenuhi harapan kelompoknya dan ia diterima menjadi anggota kelompok
tersebut.
2. Penyesuaian diri terhadap berbagai kelompok
Individu mampu menyesuaikan diri atau beradaptasi dengan baik dengan
setiap kelompok yang dimasukinya, baik peer/teman sebaya, dan kelompok orang
Rancangan Eksperimen 5D
Dosen Pengampu : Anggia Kargenti E.M, M.si

dewasa.
3. Sikap sosial
Individu dapat memperlihatkan dan menunjukkan sikap yang menyenangkan
terhadap orang lain, individu mampu berpartisipasi dan dapat menjalankan perannya
sebagai individu yang baik dalam berbagai kegiatan sosial, hal tersebut mampu
membuat penilaian dari orang lain bahwa individu tersebut dapat menyesuaikan diri
dengan baik secara sosial.
4. Kepuasan pribadi
Individu memiliki perasaan puas di dalam dirinya, ditandai dengan adanya
rasa puas dan bahagia karena turut ikut ambil bagian dalam aktivitas kelompoknya
dan mampu menerima keadaan diri sendiri dengan apa adanya dalam situasi sosial.

Menurut Agustiani (2006) penyesuaian sosial merupakan penyesuaian yang dilakukan


individu terhadap lingkungan di luar dirinya, seperti lingkungan rumah, sekolah, dan
masyarakat. Schneiders (1991), mendefinisikan penyesuaian sosial sebagai suatu kemampuan
atau kapasitas untuk bereaksi secara efektif dan bermanfaat terhadap realitas, situasi, dan
relasi sosial, sehingga kriteria yang harus dipenuhi dalam kehidupan sosialnya dapat
terpenuhi dengan cara-cara yang dapat diterima dan memuaskan. Individu yang satu harus
menghargai hak individu yang lain, belajar untuk bisa berhubungan dengan mereka,
meningkatkan hubungan pertemanan, berpartisipasi dalam lingkungan sosial, perhatian
terhadap keadaan orang lain, dermawan, mementingkan kepentingan bersama, belajar untuk
menghargai nilai dan integritas norma sosial, adat istiadat, dan tradisi
Menurut Rochman (dalam Syah, 2020) pada masa awal sekolah dasar anak dituntut
untuk bekerja sama, membina hubungan baik dengan teman sebaya, saling menolong, dan
membentuk kepribadian sosial yaitu belajar menyesuaikan diri dengan lingkungan dan situasi
yang baru serta teman-teman sebayanya. Namun dalam kenyataannya masih banyak anak
yang tidak dapat bersosialisasi dengan orang lain. Hurlock (dalam syah, 2020)
mengemukakan ketika masa awal sekolah kebanyakan anak mengalami ketidakseimbangan
dalam menghadapi tuntutan dan harapan yang baru, seperti anak sulit untuk bekerja sama
dengan teman-teman baru maupun guru. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh
Muhammad Erwan Syah (2020), dimana ditemukan bahwa saat anak duduk dikelas satu
sekolah dasar, selama sekolah anak tidak mau mengerjakan tugas dari guru, anak lebih
senang menyendiri, tidak mau bergabung maupun bermain dengan anak lain.
Rancangan Eksperimen 5D
Dosen Pengampu : Anggia Kargenti E.M, M.si

Anak usia sekolah adalah anak yang berada pada usia 6-12 tahun (Santrock, dalam
Usaman dkk, 2021). Sedangkan menurut Latifah (dalam Usman dkk, 2021),Anak usia
sekolah adalah anak yang berada di usia pertengahan yaitu antara 6 sampai 12 tahun yang
sudah dapat bereaksi langsung secara intelektual atau dapat melaksanakan tugas-tugas belajar
yang menuntut kemampuan intelektual dan kemampuan kognitifnya seperti: membaca,
menulis, dan menghitung.
Menurut Depkes RI (2008) anak usia sekolah disebut juga periode intelektualitas, atau
keserasian bersekolah. Pada umur 6-7 tahun seorang anak dianggap sudah matang untuk
memasuki sekolah. Periode Sekolah Dasar terdiri dari periode kelas-kelas rendah (6-9 tahun),
dan periode kelas tinggi (10-12 tahun). Sekolah dapat memperluas dunia anak dan merupakan
transisi dari kehidupan yang secara relatif bebas bermain. Anak pada usia sekolah menuntut
kebutuhan dan kehidupan yang menantang. Kemampuan kognitif, fisik, psikososial, dan
moral dikembangkan, dipeluas, disaring,dan disinkronisasi, sehingga individu dapat menjadi
anggota masyarakat yang diterima dan menjadi seorang yang produktif (Potter & Perry,
2005). Lingkungan pada anak usia sekolah memiliki dampak signifikan dalam perkembangan
dan hubungan anak dengan orang lain. Anak mulai bergabung dengan teman seusianya,
mempelajari budaya masa kanak-kanak, dan menggabungkan diri ke dalam kelompok sebaya,
yang merupakan hubungan dekat pertama di luar kelompok keluarga (Wong,2009).
Salah satu metode untuk mengoptimalkan penyesuaian sosial anak dengan
menggunakan metode bermain. Ada beberapa jenis permainan yang seharusnya masih bisa
dimainkan anak sekolah dasar tanpa mengurangi tanggung jawab anak untuk memenuhi
tuntutan sekolah, karena pada dasarnya tujuan dari permainan sebagai hiburan bagi anak dan
dicapai hanya saat permainan berlangsung. Secara umum, permainan dapat dimainkan secara
individu maupun kelompok. Biasanya permainan yang dimainkan secara kelompok akan
melibatkan interaksi sosial anak dengan teman-teman sebaya, permainan jenis ini menurut
Bergin (Santrock, 2002) disebut sebagai permainan sosial. Permainan yang dirasa cukup tepat
adalah dengan menggunakan permainan tradisional kelompok. Hal ini sejalan dengan
penelitian yang dilakukan oleh Anggraeni (2008), bentuk pelatihan yang diberikan dalam
meningkatkan penyesuaian sosial anak berupa permainan kelompok. Hal ini diperkuat oleh
penelitian yang dilakukan oleh Syah (2020), dalam penelitianya membuktikan bahwa ada
pengaruh pemberian permainan tradisional kelompok terhadap penyesuaian sosial pada anak.
Permainan tradisional merupakan simbiolisasi dari pengetahuan yang turun temurun
dan mempunyai bermacam- macam fungsi atau pesan dibaliknya, dimana pada prinsipnya
Rancangan Eksperimen 5D
Dosen Pengampu : Anggia Kargenti E.M, M.si

permainan anak tetap merupakan permainan anak. Dengan demikian bentuk atau wujudnya
tetap menyenangkan dan mengembirakan anak karena tujuannya sebagai media permainan.
Permainan tradisional menurut (Akbari dkk., 2009) adalah salah satu bentuk yang berupa
permainan anak- anak, yang beredar secara lisan di antara anggota kolektif tertentu,
berbentuk tradisional dan diwarisi secara turun- temurun serta banyak mempunyai variasi.
Sifat atau cir- ciri dari permainan tradisional anak sudah tua usianya, tidak diketahui asal –
usulnya, siapa penciptanya dan dari mana asalnya. Biasanya disebarkan dari mulut ke mulut
dan kadang- kadang mengalami perubahan nama atau bentuk meskipun dasarnya sama. Jika
dilihat dari akar katanya permainan tradisional tidak lain adalah kegiatan yang diatur oleh
suatu peraturan permainan yang merupakan warisan dari generasi terdahulu yang dilakukan
manusia (anak-anak) dengan tujuan mendapat kegembiraan.
Permainan tradisional yang cukup populer khususnya di Daerah Riau yaitu, gobak
sodor, engklek dan bakiak. Meskipun permainan tersebut tidak berasal dari Riau namun
permainan cukup terkenal di bebarapa daerah yang berada di Riau. Permainan tradisional ini
dapat dilakukan secara berkelaompok. Berdasarkan uraian tersebut, peneliti sangat tertarik
mengenai permainan tradisional kelompok khususnya tiga macam permainan yaitu, gobak
sodor, engklek dan bakiak karena permainan ini tidak asing lagi bagi peneliti dan cukup
mudah dikuakan. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh permainan tradisional
kelompok terhadap penyesuaian sosial anak. Penjelasan mengenai tiga permainan tradisional
tersebut sebagai berikut :
a. Permainan Gobak Sodor
Istilah “gobag” juga diartikan dengan jenis permainan anak yang bertempat di
sebidang tanah lapang yang telah diberi garis-garis segi empat di petak-petak, yang
dimainkan dengan bergerak bebas berputar, terdiri dari dua regu, satu regu sebagai
pemain atau istilah Jawa mentas dan satu regu sebagai penjaga atau istilah Jawa dadi,
masing-masing beranggotakan sekitar 4-7 orang yang disesuaikan dengan jumlah
kotak (Marsono dalam Siagawati dkk, 2007)
Menurut Ariani dkk, (dalam Siagawati dkk, 2007) awal mula permainan
tradisional gobag sodor muncul karena diilhami oleh pelatihan prajurit kraton yang
sedang melakukan perang-perangan yang biasanya dilakukan di alun-alun.
Permainan tradisional gobag sodor atau sodoran ini dilakukan di alun-alun dengan
masing-masing pemain berkendaraan kuda, kejar mengejar dengan lawannya dan
dengan sodoran itu berusaha untuk menjatuhkan lawan dari kudanya. Kata “sodor”
Rancangan Eksperimen 5D
Dosen Pengampu : Anggia Kargenti E.M, M.si

dalam permainan ini berarti penjaga garis sodor atau garis sumbu yang membagi dua
garis-garis yang melintang dan paralel (Dekdikbud, 1980/1981). Manfaat permainan
yang dimainkan secara berkelompok adalah mengembangkan hubungan sosial
dengan teman bermainnya.
b. Permianan Engklek
Permainan engklek (dalam bahasa Jawa) merupakan permainan tradisional
lompat–lompatan pada bidang–bidang datar yang digambar di atas tanah, dengan
membuat gambar kotak-kotak kemudian melompat dengan satu kaki dari kotak satu
ke kotak berikutnya. Permainan engklek biasa dimainkan oleh 2 sampai 5 anak
perempuan dan dilakukan di halaman. Namun, sebelum kita memulai permainan ini
kita harus menggambar kotak-kotak di pelataran semen, aspal atau tanah,
menggambar 5 segi empat dempet vertikal kemudian di sebelah kanan dan kiri diberi
lagi sebuah segi empat. (Montolalu . 2005:34).
Cara bermainnya sederhana saja, cukup melompat menggunakan satu kaki di
setiap petak - petak yang telah digambarkan sebelumnya di tanah. Untuk dapat
bermain setiap anak harus mempunyai kereweng atau gacuk yang biasanya berupa
pecahan genting, keramik lantai atau pun batu yang datar. Kreweng/gacuk dilempar
kesalah satu petak yang tergambar di tanah, petak yang ada gacuk-nya tidak boleh
diinjak/ditempati oleh setiap pemain, jadi para pemain harus melompat ke petak
berikutnya dengan satu kaki mengelilingi petak – petak yang ada.
c. Permianan Bakiak
Permainan bakiak adalah permainan tradisional yang melatih kekompakan
anak seperti kemampuan berjalan cepat dengan bersamaan, mengordinasikan gerak
tubuh, keordinasi antara gerakan melangkah dan mengayunkan tangan dengan tubuh
anak, melatih keseimbangan dan kelincahan anak. Meningkatkan kerja sama dalam
permainan bakiak sangat perlu jika tidak ada unsur kerja sama maka akan sulit
mengendalikan gerak dan keseimbangan tubuhnya dengan baik. Untuk meningkatkan
kerja sama anak tersebut dapat dilakukan dengan melakukan permainan tradisional
bakiak. Permainan bakiak ini merupakan permainan yang berkelompok di mana anak
dapat meningkatkan kesadaran sejak dini agar dapat saling bekerja sama antar teman,
dalam permainan ini anak dapat menyatukan ide kerja sama dalam proses
permainan , serta mereka dapat memahami karakter teman-temannya. Menurut
Farida Rahim, (2008:22) bahwa “Dalam bermain bersama (cooperative play) yakni
Rancangan Eksperimen 5D
Dosen Pengampu : Anggia Kargenti E.M, M.si

ditandai dengan adanya kerja sama atau pembagian tugas dan pembagian peran antar
anak-anak yang terlibat dalam permainan untuk mencapai satu tujuan tertentu.
Cara bermain bakiak yaitu satu pasang bakiak bisa dimainkan oleh lima
sampai enam anak. Anak yang paling depan memimpin dan memberi arahan dengan
berteriak “kanan.. kiri...”. Para pemain berjalan sesuai rute yang telah ditentukan.
Siapa yang sampai duluan dan tidak terjatuh, maka kelompok itu yang menang.
Apabila ditengah perjalanan mereka terjatuh, maka harus diulang dari awal.

Metodologi
1. Jenis Penelitian
Pada penelitian ini menggunakan penelitian eksperimen. Penelitian eksperimen adalah
jenis penelitian yang dilakukan untuk mencari akibat dari suatu yang dilakukan secara
sengaja oleh para penelitianya.
2. Sampel dan Teknik Sampling
Menurut Suharsimi Arikunto sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang di
teliti (dalam Hatmoko, 2015). Sampel dalam penelitian ini ditentukan dengan teknik
Purposive Sampling sebanyak 30 orang yaitu 15 orang kelompok sebagai kelompok
eksperimen dan 15 orang sebagai kelompok kontrol. Teknik Purposive Sampling yaitu
teknik pengambilan sampel dengan menentukan kriteria-kriteria tertentu (Sugiyono,
2008).
Kriteria subjek dalam penelitian ini, yaitu:
- Merupakaan siswa kelas satu
- Memiliki tingkat penyesuaian sosial yang berada dalam tingkat kategori di bawah
rata-rata
- Mempunyai kemampuan motorik kasar yang baik
3. Desain penelitian Eksperimen
Desain penelitian yang digunakan adalah metode true experimental, yaitu desain
eksperimen untuk mempelajari mekanisme sebab akibat, karena hampir semua sumber-
sumber invaliditas dapat terkontrol dengan baik. Pemilihan rancangan penelitian ini
menggunakan desain eksperimen ulang (pretest-posttest contol group design). Pretest-
posttest control group design adalah desain eksperimen yang dilakukan dengan jalan
melakukan pengukuran atau observasi sebelum dan setelah perlakuan pada kelompok
eksperimen dan kelompok kontrol (Latipun, 2006).
Rancangan Eksperimen 5D
Dosen Pengampu : Anggia Kargenti E.M, M.si

Tabel 2.2.1. Gambar desain penelitian Pretest-posttest control group design


Pretes Perlakua Posttes
Kelompok
t n t

(R) Eksperimen (KE) O1 X O2

(R) Kontrol (KK) O1 - O2

Keterangan :
KE = Kelompok Eksperimen
KK = Kelompok Kontrol
O1 = Pengukuran Pertama
O2 = Pengukuran Kedua

4. Metode pengumpulan data


Metode pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan observasi dengan
metode behavior checklist. Behavior checklist adalah alat observasi yang berupa daftar
yang berisi nomor subjek dan perilaku perilaku yang diharapkan muncul.

Checklist dimaksudkan untuk mensistematisasi catatan observasi. Behavior checklist


ini digunakan sebagai analisa untuk mengetahui berbagai perilaku yang muncul selama
penelitian. Indikator-indikator tersebut merupakan indikator pada setiap aspek
penyesuaian sosial. Behaviour checklist ini digunakan sebagai alat untuk mengukur
penyesuaian sosial anak dalam penelitian ini. Berikut adalah lembar Blueprint yang
digunakan pada saat observasi.

Lembar Blueprint Penyesuaian Sosial.

No
Aspek-Aspek Deskripsi Pernyataan
.
1. Penampilan 1. Ketrampilan 1. Saat berada di sekolah,
Rancangan Eksperimen 5D
Dosen Pengampu : Anggia Kargenti E.M, M.si

nyata menjalin pernah atau tidak subjek


hubungan antar terlambat masuk sekolah
manusia. 2. subjek menyapa jika bertemu
2. Kesediaan untuk dengan guru atau kepala
terbuka pada sekolah
orang lain. 3. subjek mampu bercerita
dengan guru dan teman
4. subjek meminjamkan pensil
saat ada yang tidak membawa
pensil
5. subjek merasa senang saat
berdiskusi atau bekerjasama
dengannya
6. subjek mengerjakan PR yang
diberikan oleh guru
2. Penyesuaian 1. Individu dapat 1. Saat teman-temannya sedang
terhadap menyesuakan berbicara, subjek bisa
Kelompok dengan baik mengikuti pembicaraan
terhadap 2. Subjek berpartisipasi dalam
berbagai dikusi kelompok
kelompok baik 3. subjek mampu menjawab
kelompok teman pertanyaan yang diajukan
sebaya maupun guru
kelompok orang 4. subjek senang bermain
dewasa. dengan teman-temannya,
2. Kerjasama tidak hanya teman terdekat
dengan 5. subjek akrab dengan teman
kelompok kelasnya
3. Mempunyai rasa
tanggung jawab

3. Sikap sosial 1. Individu dapat 1. Subjek melakukan banyak hal


menunjukkan bersama teman-temannya
sikap yang 2. Subjek suka jika di sekolah
menyenangkan ada kegiatan ekstrakurikuler
terhadap orang 3. Subjek selalu mengikuti piket
lain. di kelas
2. Empati dan 4. Sujek dapat bermain dengan
ringan tangan teman-temannya
5. Subjek berkumpul dengan
teman-teman dari kelas lain
6. Subjek tidak berkelahi
dengan yang lain.
4. Kepuasan 1. Individu merasa 1. Subjek bersenda gurau
pribadi puas terhadap dengan teman-teman
peran yang 2. Subjek bangga dengan hasil
dimainkannya ujian yang dikerjakan sendiri
dalam situasi 3. Subjek merasa nyaman main
sosial. Bersama teman
2. Percaya pada 4. Subjek tidak bermalasan saat
Rancangan Eksperimen 5D
Dosen Pengampu : Anggia Kargenti E.M, M.si

diri sendiri mengerjakan tugas


5. Subjek mersa tidak canggung
saat berbicara dengan orang
lain
6. Subjek tidak mencela
temannya
7. Subjek merasa puas ketika
mengerjakan segala sesuatu
sendirian

Lembar Observasi penyesusaian sosial.

Berilah tanda ceklis (✓) pada kolom observasi

Aspek- (√ ¿
No. Deskripsi Pernyataan
Aspek Iya Tidak
1. Penampilan 3. Ketrampilan 7. Saat berada di
nyata menjalin sekolah, pernah atau
hubungan tidak subjek
antar manusia. terlambat masuk
4. Kesediaan sekolah
untuk terbuka 8. subjek menyapa jika
pada orang bertemu dengan
lain. guru atau kepala
sekolah
9. subjek mampu
bercerita dengan
guru dan teman
10. subjek
meminjamkan
pensil saat ada yang
tidak membawa
pensil
11. subjek merasa
senang saat
berdiskusi atau
bekerjasama
dengannya
12. subjek mengerjakan
PR yang diberikan
oleh guru
2. Penyesuaia 4. Individu dapat 6. Saat teman-
n terhadap menyesuakan temannya sedang
Kelompok dengan baik berbicara, subjek
terhadap bisa mengikuti
berbagai pembicaraan
kelompok baik 7. Subjek
kelompok berpartisipasi dalam
Rancangan Eksperimen 5D
Dosen Pengampu : Anggia Kargenti E.M, M.si

teman sebaya dikusi kelompok


maupun 8. subjek mampu
kelompok menjawab
orang dewasa. pertanyaan yang
5. Kerjasama diajukan guru
dengan 9. subjek senang
kelompok bermain dengan
6. Mempunyai teman-temannya,
rasa tanggung tidak hanya teman
jawab terdekat
10. subjek akrab dengan
teman kelasnya
3. Sikap sosial 3. Individu dapat 7. Subjek melakukan
menunjukkan banyak hal bersama
sikap yang teman-temannya
menyenangkan 8. Subjek suka jika di
terhadap orang sekolah ada
lain. kegiatan
4. Empati dan ekstrakurikuler
ringan tangan 9. Subjek selalu
mengikuti piket di
kelas
10. Sujek dapat bermain
dengan teman-
temannya
11. Subjek berkumpul
dengan teman-
teman dari kelas
lain
12. Subjek tidak
berkelahi dengan
yang lain.
4. Kepuasan 3. Individu 8. Subjek bersenda
pribadi merasa puas gurau dengan
terhadap peran teman-teman
yang 9. Subjek bangga
dimainkannya dengan hasil ujian
dalam situasi yang dikerjakan
sosial. sendiri
4. Percaya pada 10. Subjek merasa
diri sendiri nyaman main
Bersama teman
11. Subjek tidak
bermalasan saat
mengerjakan tugas
12. Subjek mersa tidak
canggung saat
berbicara dengan
orang lain
Rancangan Eksperimen 5D
Dosen Pengampu : Anggia Kargenti E.M, M.si

13. Subjek tidak


mencela temannya
14. Subjek merasa puas
ketika mengerjakan
segala sesuatu
sendirian

5. Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian antara lain; (a)Pemilihan subjek penelitian, subjek penelitian
merupakan siswa/siswi kelas 1 SD yang mempunyai kemampuan motorik kasar yang
baik yang dapat diliat dengan menguji coba apakah subjek dapat mengkap bola, berlari
dan melompat dengan baik. Lalu, dilakukan pemilih subjek berdasarkan hasil penilaian
rater sebelum pemberian perlakuan dengan menggunakan behaviour checklist sebagai
pretest. Setelah pengisian checklist, maka akan diperoleh hasil penyesuaian sosial anak,
kemudian dipilih anak yang memiliki tingkat penyesuaian sosial di bawah rata-rata untuk
diikutsertakan dalam penelitian.
Kemudian, (b) Subjek penelitian dibagi menjadi dua kelompok, yaitu kelompok
eksperimen dan kelompok kontrol. Dua kelompok subjek dibentuk secara random.
Masing-masing subjek diundi satu per satu untuk menentukan siapa yang masuk ke
dalam kelompok eksperimen maupun kontrol; (c) Pemberian perlakuan pada kelompok
eksperimen berupa permainan tradisional kelompok, antara lain, gobak sodor,
engklek,dan bakiak di luar kelas. Kelompok eksperimen dibagi menjadi dua kelompok
dalam setiap permainan. Masing-masing permainan dilakukan pada hari yang berbeda
dan anggota kelompok pada setiap permainan diubah. Kelompok eksperimen dan kontrol
merupakan siswa/siswi dari kelas yang berbeda. Sementara, kelompok kontrol diberikan
tidak diberi perlakuan namun tetap berada di dalam kelas seperti hari biasa. Masing-
masing kegiatan dilakukan pada hari yang berbeda.
Selanjutnya, Setelah perlakuan diberikan pada kelompok eksperimen dilakukan
checklist sebagai posttest penyesuaian sosial diberikan kepada rater untuk memberikan
penilaian terhadap kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Tujuannya adalah untuk
mengetahui hasil skor penyesuaian sosial antara kelompok eksperimen dengan kelompok
kontrol sesudah pemberian perlakuan berupa permainan tradisional kelompok.
Alat dan perlengkapan yang digunakan dalam penelitian ini meliputi: (a) Pedoman
observasi. Observasi merupakan metode pengumpulan data penelitian yang dilakukan
melalui pengamatan terhadap subjek. Setiap perlakuan yang dimunculkan untuk subjek
Rancangan Eksperimen 5D
Dosen Pengampu : Anggia Kargenti E.M, M.si

penelitian dicatat secara terperinci untuk selanjutnya dianalisa dengan data lain.
Observasi yang dilakukan dalam penelitian ini dengan menggunakan metode
pencatatan behaviour checklist, yaitu mencatat secara sistematis perilaku-perilaku yang
dimunculkan oleh subjek sebelum dan sesudah pemberian perlakuan; (b) Handycam.
Semua aktivitas anak direkam dengan menggunakan handycam, mulai dari anak
memasuki kelas hingga pulang sekolah. Perekaman dilakukan saat tryout, pretest, dan
posttest; (c) Kamera. Kamera digunakan untuk mengambil gambar selama masa
perlakuan sebagai bukti penelitian.
Selanjutnya, (d) Atribut. Atribut yang digunakan dalam penelitian adalah berupa topi
warna warni yang bertuliskan nomor absen masing-masing siswa dan diberi gambar agar
terlihat menarik. Selain itu juga diberi atribut berupa nama yang ditempelkandi dada
sebelah kiri; (e) Lembar ekspresi. Lembar ekspresi adalah berupa gambar yang terdiri
dari beberapa ekspresi wajah yaitu, senang, kecewa, marah, sedih, dan lainnya. Lembar
ini diisi oleh kelompok eksperimen setelah melakukan permainan. Anak diminta untuk
mengungkapkan perasaannya setelah selesai bermain dengan memberi checklist pada
salah satu gambar ekspresi; (f)Peralatan dan perlengkapan dalam permainan tradisional
kelompok.
6. Validitas Internal
Validitas internal adalah tingkatan dimana hasil-hasil penelitian dapat dipercaya
kebenarannya atau berkenan dengan derajat akurasi antara desain penelitian dan hasil
yang dicapai (Fitria,2020).
1. Proactive History adalah faktor perbedaan individual yang dibawa kedalam
penelitian, yang merupakan faktor bawaan maupun sesuatu yang telah dipelajari
sebelumnya, seperti usia, jenis kelamin, kepribadian, sikap, inteligensi, dsb.
Namun tidak semua faktor yang termasuk proactive history dapat
mempengaruhi variabel terikat, hanya faktor-faktor tertentu yang relevan saja
dengan penelitian. Untuk mencegah hal tersebut peneliti hanya mengambil
subjek yang hanya dari kelas satu SD saja.
2. Kematangan (Maturation). Manusia pada umumnya selalu mengalami
perubahan. Perubahan itu berkaitan dengan proses kematangan, baik biologis
maupun psikologis. Dengan bertambahnva kematangan pada subjek ini akan
berpengaruh terhadap variabel terikat. Dengan demikian, maka perubahan yang
terjadi pada variabel terikat bukan saja karena adanya eksperimen, tetapi juga
disebabkan proses kematangan pada subjek yang mendapatkan perlakuan.
Rancangan Eksperimen 5D
Dosen Pengampu : Anggia Kargenti E.M, M.si

Untuk mencegah hal ini terjadi, peneliti mengendalikannya dengan cara


pengacakan subyek dan/atau melalui pemberian perlakuan dalam jangka waktu
yang tidak terlalu lama, namun masih memenuhi persyaratan penelitian,
sehingga subyek penelitian tidak sampai mengalami perubahan fisik dan mental
yang dapat mempengaruhi hasil perlakuan.
3. Sikap subyek. Cara subyek dalam menanggapi dan terlibat dalam penelitian akan
dapat mengancam validitas internal hasil perlakuan. Jika suatu kelompok subyek
mengetahui statusnya sebagai kelompok eksperimen maka mungkin mereka
akan berusaha semaksimal mungkin untuk mencapai hasil yang lebih baik, atau
sebaliknya mungkin akan besikap tidak perduli terhadap perlakuan itu sehingga
hasil yang dicapai tidak sesuai dengan kemampuan mereka yang sebenarnya.
Untuk mencegah hal ini peneliti mengkontrolnya dengan tidak memberitahukan
status subyek sebagai kelompok eksperimen, melaksanakan eksperimen sesuai
dengan kondisi apa adanya, dan/atau dengan menggunakan guru yang sudah
dikenal siswa sehingga pembelajaran tetap berjalan sebagaimana mestinya.
4. Harapan pelaksana eksperimen. Karena satu dan lain hal, pelaksana eksperimen,
secara sadar atau tidak sadar sangat mungkin, mempunyai pengharapan
tertentu atas berhasilnya eksperimen. Akibat dari adanya harapan ini sangat
mungkin tanpa sadar yang bersangkutan memberikan kunci- kunci keberhasilan
kepada subjek eksperimen. Akibatnya, hasil eksperimen akan dikotori oleh
pengaruh harapan pelaksana eksperimen tersebut. Cara mengatasinya adalah
menggunakan pelaksana eksperimen yang tidak tahu atau tidak sadar kalau dia
sedang melakukan eksperimen.
5. Kehilangan subyek. Ancaman ini terjadi apabila dalam proses pelaksanaan
eksperimen beberapa anggota kelompok keluar karena alasan-alasan tertentu,
misalnya: sakit, pindah sekolah, tidak mengikuti tes akhir, dan/atau tidak
menjawab instrumen pengukuran. Untuk mencegah hal tersebut peneliti
7. Metode analisis data
Metode yang digunakan dalam analisis adalah statistik non-parametrik karena jumlah
subjek sedikit (30 orang) dan teknik analisis statistik untuk menguji hipotesis
menggunakan Mann-Whitney U terhadap gain score.Gain score merupakan perubahan
skor atau selisih antara skor posttest dan pretest (Azwar, 2009). Alasan menggunakan
teknik ini adalah untuk menguji dan mengetahui perbedaan kelompok eksperimen dan
kelompok kontrol setelah perlakuan.Pengujian hipotesis dalam penelitian ini dibantu
dengan menggunakan komputer program SPSS (Statistical Product & Service Solution)
Rancangan Eksperimen 5D
Dosen Pengampu : Anggia Kargenti E.M, M.si

22 for windows.

Daftar Pustaka

Agustiani, H. (2006). Psikologi perkembangan: Pendekatan ekologi kaitannya dengan


konsep diri dan penyesuaian diri pada remaja. Bandung: Refika Aditama.
Akbari, dkk. (2009). The effect of Traditional Games In Fundamental Motor Skill.
Development in 7-9 Year-Old Boys. Iran: Iranian Journal of Pediatrics.
Anggraeni, S. dkk. (2008). Pengaruh Pelatihan Keterampilan Sosial Menggunakan Metode
Stop Think Do Terhadap Penyesuaian Sosial Anak Sekolah Dasar. Manasa. 2: 87-
105.
Azwar, Saifuddin. (2009). Metode Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Hatmoko, J. H. (2015). Survei Minat dan Motivasi Siswa Putri Terhadap Mata Pelajaran
Penjasorkes di SMK Se-Kota Salatiga Tahun 2013. ACTIVE: Journal of Physical
Education, Sport, Health and Recreation, 4(4).
Hurlock, E. B. (2002). Psikologi Perkembangan: Suatu Pendekatan SepanjangRentang
Kehidupan. Jakarta: Erlangga.
Rancangan Eksperimen 5D
Dosen Pengampu : Anggia Kargenti E.M, M.si

Kau, M. A., & Idris, M. (2018). Deskripsi Penyesuaian Sosial Siswa Kelas X SMA Negeri 1
Kota Gorontalo. Ideas: Jurnal Pendidikan, Sosial, dan Budaya, 4(2), 99-99.
Latipun. (2006). Psikologi Eksperimen. Malang: UMM Press Universitas Muhammadiyah
Malang.
Lepore, S. J., Evans, G. W., & Schneider, M. L. (1991). Dynamic role of social support in the
link between chronic stress and psychological distress. Journal of personality and
social psychology, 61(6), 899.
Mappiare, A. (1982). Psikologi remaja.Surabaya: Usaha Nasional. 
Nourovita, A. R. (2013). Efektivitas Permainan Tradisional Jawa dalam Meningkatkan
Penyesuaian Sosial pada Anak Usia 4-5 tahun di Kecamatan Suruh. BELIA: Early
Childhood Education Papers, 2(1).
Potter, D. F., & Perry, A. G. (2005). Buku ajar : Fundamental keperawatan,konsep, proses,
dan praktik (Edisi 4). Jakarta : EGC.
Syah, M. E. (2020). Pengaruh Permainan Tradisional Kelompok Terhadap Penyesuaian
Sosial Anak. Jurnal Diversita, 6(1), 103-113.
Usman, U., Almumtahanah, A., & Kawuryan, U. (2021). Kejadian Cedera Pada Anak Usia
Sekolah Dasar: Studi Deskriptif. Jurnal Ilmu Keperawatan Dan Kebidanan, 12(1), 58-
62.
Walgito, Bimo. (2002). Pengantar Psikologi Umum. Yogyakarta: Andi Offset.
Wong, et al. (2009). Wong buku ajar keperawatan pediatrik. (alih bahasa: Andry Hartono,
dkk). Jakarta. EG

Anda mungkin juga menyukai