Anda di halaman 1dari 8

MATERI UJIAN AKHIR SEMESTER JURNALISME RADIO KELAS PAGI

1. Gerakan2 dalam senam diafragma rutin dilakukan oleh para broadcaster. Beri 2 contoh gerakan
senam diafragma beserta tuntunan gerakan dan fungsinya
2. Apa bedanya PAKET BERITA dg FEATURE? Terangkan
3. Dalam membuat naskah berita, ada beberapa prinsip. Sebutkan 3 prinsip yang harus dipatuhi
oleh penulis naskah berita
4. Berikut ini release berita. Tugas anda, merubah dalam bentuk naskah berita radio :

Teknologi Ini Bisa Gantikan 24.000


Aplikasi Pemerintah dan Hemat Rp
4,3 Triliun

G20 yang membahas Festival Ekonomi Keuangan Digital pada

Senin (11/7) lalu, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati

mengeluhkan banyaknya aplikasi milik pemerintah yang tersebar di

berbagai kementerian dan lembaga. Total, ada sekitar 24.000

aplikasi, dimana setiap kementerian maupun lembaga pemerintah


rata-rata memiliki 2.700 database sendiri-sendiri. Jumlah aplikasi

ini bisa terus bertambah, jika proses digitalisasi di dalam


pemerintahan tidak segera dibenahi. Banyaknya aplikasi itu dinilai

oleh Sri Mulyani sebagai bentuk pemborosan. Karena itu, dia

meminta supaya ada penyederhanaan dan integrasi data dalam satu

database sehingga bisa menghemat biaya operasi pemerintah

secara lebih efisien, efektif, serta mengurangi risiko serangan cyber


security. “Jadi enggak setiap kementerian/lembaga semua
membuat aplikasi sendiri-sendiri yang tidak interoperable (dapat

dioperasikan), melainkan mereka akan lebih terkoordinasi. Itu yang

disebut digitalisasi government dan juga supaya seluruhnya itu bisa


jauh lebih efisien,” kata Sri Mulyani. Tapi, mungkinkah data dari

24.000 aplikasi itu dapat diintegrasikan, dan benarkah akan

menghemat biaya operasional pemerintah?Pegiat teknologi yang

juga Co-Founder Kedata, sebuah startup analisis data yang berbasis

di Yogyakarta, Rika Anggoro Prasetiya, menjawab pertanyaan itu


dengan tegas: Bisa. Kuncinya menurutnya adalah pembangunan

enterprise arsitektur. Melalui enterprise arsitekur akan dapat

dipetakan berbagai proses bisnis dari suatu organisasi untuk

kemudian dapat diputuskan menjadi solusi teknologi yang efektif

dan efisien. Enterprise arsitektur menekankan adanya arsitektur

teknologi dan arsitektur data yang tepat sebelum berbagai


software/aplikasi dikembangkan. Dalam prosesnya berkaitan

dengan software/aplikasi yang saat ini sudah ada dan telah

digunakan dapat menggunakan teknologi ETL (Extract Transform

Load) untuk melakukan transformasi teknologi yang masif. ETL

merupakan proses integrasi data dengan menggabungkan data dari

berbagai sumber ke dalam satu penyimpanan yang konsisten di


dalam gudang data atau data warehouse. Tak hanya membuat data

dan aplikasi milik pemerintah tersebut menjadi lebih sederhana,

jika diterapkan, ETL akan membuat biaya operasional pemerintah

untuk membangun dan menjalankan aplikasi tersebut jauh lebih

hemat. Pemanfatan ETL dapat memastikan bahwa data menjadi

terstandar dan terintegrasi satu sama lain.“Bisa memangkas cost

sampai 90 persen,” kata Anggoro kepada Pandangan Jogja


@Kumparan, Selasa (19/7). Anggoro mengatakan, untuk

membangun satu aplikasi, minimal biaya yang dibutuhkan adalah

sebesar Rp 200 juta. Jika pemerintah memiliki 24.000 aplikasi,

berarti paling tidak uang yang sudah dikeluarkan mencapai Rp 4,8

triliun. Dan jumlah ini akan terus bertambah jika pemerintah


masih menggunakan cara lama dalam pengelolaan datanya. Jika

Anggoro mengklaim teknologi ETL ini bisa memangkas biaya

sampai 90 persen, artinya untuk membangun 24.000 aplikasi

tersebut sebenarnya bisa lebih hemat sekitar Rp 4,3 triliun.“Besar

sekali. Sebelum pengeluarannya semakin besar, memang mesti


segera dilakukan integrasi menggunakan ETL ini,” ujarnya.

Banyaknya aplikasi yang dimiliki pemerintah menimbulkan

masalah turunan yang makin memboroskan anggaran. Anggoro


menjelaskan paling tidak ada empat masalah pengelolaan data di

pemerintahan yang membuat puluhan triliun anggaran negara bisa


terbuang sia-sia. Empat masalah utama itu di antaranya missing

data (data yang hilang), inkonsistensi data atau tidak adanya

standarisasi data yang disepakati bersama, data yang terduplikat

atau berulang, serta SILO yang membuat kumpulan data informasi

yang ada memiliki akses terbatas sehingga tidak dapat diakses dan
dipahami semua pihak meski berasal dari perusahaan yang sama.

“Sudah bikin appsnya pemborosan, menjalankan dan memaintance

appsnya kan juga perlu orang. Rakyat juga rugi karena jadi rumit

kalau pas berurusan dengan negara. Kerugian tidak hanya dari

negara tapi waktu, tenaga, dan biaya yang dikeluarkan lagi oleh
warga gara-gara input data sana-sini,” papar Anggoro. Masalah

tersebut muncul, Anggoro menjelaskan lagi, karena banyaknya

aplikasi dan database milik pemerintah yang berbeda-beda dan

tidak saling terintegrasi dan terstandarisasi. Akibatnya, satu data

yang sama mesti di-input berulang-ulang sehingga mengakibatkan


terjadinya duplikasi data. Misalnya, Anggoro mencontohkan data

pencarian bakat bulu tangkis di bawah Kementerian Pemuda dan

Olahraga (Kemenpora). Seorang anak yang ingin mengikuti


pencarian bakat harus mengisi data identitas diri sejak level

kecamatan. Ketika dia naik level ke kabupaten, provinsi, sampai

nasional, dia harus mengisi identitas dirinya lagi di aplikasi


berbeda. “Kalau terintegrasi, harusnya kan data di kecamatan atau

data yang sudah ada di Dukcapil, itu bisa dipakai di level kabupaten

sampai pusat. Masalahnya saat ini, datanya silo, terfragmentasi

atau tersebar sehingga jadi enggak mungkin untuk memanfaatkan

data satu lembaga oleh lembaga lain,,” ujar Anggoro.


Nama : Ahmad Mufid
NIM : 201911700046
Kelas : Pagi

Jawaban
1. Pernapasan Diafragma Sambil Berbaring
Kamu dianjurkan untuk melakukan latihan pernapasan ini selama 5–10 menit setiap kali,
sekitar 3–4 kali setiap hari. Cara melakukannya :
 Berbaringlah di permukaan yang datar atau di tempat tidur, dan taruh bantal di bawah
kepala dan di bawah lutut. Bantal akan membantu menjaga tubuh kamu dalam posisi
nyaman.
 Letakkan satu tangan di tengah dada bagian atas dan tangan lainnya tepat di bawah
tulang rusuk. Dengan begitu, kamu bisa merasakan diafragma bergerak saat bernapas.
 Kemudian, bernapaslah secara perlahan melalui hidung sehingga perut kamu bergerak
naik mendorong tangan, sementara itu tangan di dada harus tetap diam.
 Saat ingin menghembuskan napas, kencangkan otot perut dan biarkan perut turun ke
bawah sambil menghembuskan napas melalui bibir yang mengerucut. Sekali lagi,
dada harus tetap diam.
Pernapasan Diafragma Sambil Duduk

Saat melakukan latihan pernapasan diafragma dalam posisi ini, pastikan kamu menjaga
bahu, kepala, dan leher tetap rileks. Caranya melakukannya :

 Duduklah di permukaan yang datar dalam posisi nyaman.


 Letakkan satu tangan di tengah dada bagian atas dan tangan lainnya tepat di bawah
tulang rusuk. Dengan begitu, kamu bisa merasakan diafragma bergerak saat bernapas.
 Kemudian, bernapaslah secara perlahan melalui hidung sehingga perut kamu bergerak
naik mendorong tangan, sementara itu tangan di dada harus tetap diam.
 Saat ingin menghembuskan napas, kencangkan otot perut dan biarkan perut turun ke
bawah sambil menghembuskan napas melalui bibir yang mengerucut. Sekali lagi,
dada harus tetap diam.
Manfaat Bernapas dengan Diafragma antara lain:

 Memperkuat diafragma.
 Meningkatkan stabilitas pada otot inti.
 Membuat tubuh lebih rileks.
 Menurunkan detak jantung dan tekanan darah.
 Mengurangi kebutuhan oksigen.
2. Paket berita : panjangnya 2-8 menit. Isinya paduan naskah berita, petikan wawancara
(soundbite)
Feature : durasi 10-30 menit. Paduan antara berita, wawancara, ulasan redaksi, music
pendukung, dan rekaman suasana (wildtracking). Membahas tema tertentu yang
mengandung unsur human interest. Bisa pula berupa documenter (documentary)
3. ELF (Easy Listening Formula) : Susunan kalimat yang jika diucapkan enak didengan dan
mudah dimengerti pada pendengar pertama.
KISS (Keep It Simple and Short) : Hemat kata, tidak mengumbar kata. Mengucapkan
kalimat-kalimat pendek dan tidak rumit. Gunakan sesedikit mungkin kata sifat dan anak
kalimat (adjectives).
WTYT (Write The Way You Talk) : Satu kalimat satu nafas. Upayakan tifak ada anak
kalimat. Sedapat mungkin tiap kalimat bisa disampaikan dalam satu nafas.
4. Festival Ekonomi Keuangan Digital yang dibahas G20 pada senin, 11 juli lalu / Menteri
Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan / banyaknya aplikasi milik pemerintah
yang tersebar di berbagai kementerian dan lembaga // Sekitar 24.000 aplikasi / dimana
setiap kementerian maupun lembaga pemerintah rata-rata memiliki 2.700 database
sendiri-sendiri // Jumlah aplikasi ini bisa terus bertambah / jika proses digitalisasi di
dalam pemerintahan tidak segera dibenahi // Sri Mulyani menyebutkan / banyaknya
aplikasi itu merupakan bentuk pemborosan // oleh karena itu / dia meminta supaya ada
penyederhanaan dan integrasi data dalam satu database sehingga bisa menghemat biaya
operasi pemerintah secara lebih efisien / efektif / serta mengurangi risiko serangan cyber
security // Digitalisasi government menyebutkan / Tidak setiap kementerian atau lembaga
semua membuat aplikasi sendiri-sendiri yang tidak interoperable / melainkan mereka
akan lebih terkoordinasi dan juga supaya seluruhnya itu bisa jauh lebih efisien //
Mungkinkah data dari 24.000 aplikasi itu dapat diintegrasikan, dan benarkah akan
menghemat biaya operasional pemerintah? // Pegiat teknologi yang juga Co-Founder
Kedata / sebuah startup analisis data yang berbasis di Yogyakarta / Rika Anggoro
Prasetiya menjawab dengan tegas / Bisa / Kuncinya adalah pembangunan enterprise
arsitektur // Melalui enterprise arsitekur akan dapat dipetakan berbagai proses bisnis dari
suatu organisasi untuk kemudian dapat diputuskan menjadi solusi teknologi yang efektif
dan efisien // Enterprise arsitektur menekankan adanya arsitektur teknologi dan arsitektur
data yang tepat sebelum berbagai software/aplikasi dikembangkan // Dalam prosesnya
berkaitan dengan software atau aplikasi yang saat ini sudah ada dan telah digunakan
dapat menggunakan teknologi ETL (Extract Transform Load) untuk melakukan
transformasi teknologi yang massif // ETL merupakan proses integrasi data dengan
menggabungkan data dari berbagai sumber ke dalam satu penyimpanan yang konsisten di
dalam gudang data atau data warehouse // Tak hanya membuat data dan aplikasi milik
pemerintah tersebut menjadi lebih sederhana // jika diterapkan / ETL akan membuat
biaya operasional pemerintah untuk membangun dan menjalankan aplikasi tersebut jauh
lebih hemat // Pemanfatan ETL dapat memastikan bahwa data menjadi terstandar dan
terintegrasi satu sama lain // pada selasa 19 juli Anggoro menyebutkan kepada Pandangan
Jogja @Kumparan / Bisa memangkas cost sampai 90 persen // Anggoro mengatakan /
untuk membangun satu aplikasi, minimal biaya yang dibutuhkan adalah sebesar Rp 200
juta // Jika pemerintah memiliki 24.000 aplikasi / berarti paling tidak uang yang sudah
dikeluarkan mencapai Rp 4,8 triliun // Dan jumlah ini akan terus bertambah jika
pemerintah masih menggunakan cara lama dalam pengelolaan datanya // Jika Anggoro
mengklaim teknologi ETL ini bisa memangkas biaya sampai 90 persen / artinya untuk
membangun 24.000 aplikasi tersebut sebenarnya bisa lebih hemat sekitar Rp 4,3 triliun //
Anggoro juga mengatakan / Besar sekali. Sebelum pengeluarannya semakin besar,
memang mesti segera dilakukan integrasi menggunakan ETL ini // Banyaknya aplikasi
yang dimiliki pemerintah menimbulkan masalah turunan yang makin memboroskan
anggaran // Anggoro menjelaskan paling tidak ada empat masalah pengelolaan data di
pemerintahan yang membuat puluhan triliun anggaran negara bisa terbuang sia-sia //
Empat masalah utama itu di antaranya missing data (data yang hilang) / inkonsistensi
data atau tidak adanya standarisasi data yang disepakati bersama / data yang terduplikat
atau berulang / serta SILO yang membuat kumpulan data informasi yang ada memiliki
akses terbatas sehingga tidak dapat diakses dan dipahami semua pihak meski berasal dari
perusahaan yang sama // Anggoro mengatakan / Sudah bikin appsnya pemborosan,
menjalankan dan memaintance appsnya kan juga perlu orang // Rakyat juga rugi karena
jadi rumit kalau pas berurusan dengan Negara // Papar Anggoro / Kerugian tidak hanya
dari negara tapi waktu / tenaga / dan biaya yang dikeluarkan lagi oleh warga gara-gara
input data sana-sini // Anggoro menjelaskan lagi / Masalah tersebut muncul karena
banyaknya aplikasi dan database milik pemerintah yang berbeda-beda dan tidak saling
terintegrasi dan terstandarisasi // Akibatnya / satu data yang sama mesti di-input
berulang-ulang sehingga mengakibatkan terjadinya duplikasi data // Misalnya / Anggoro
mencontohkan data pencarian bakat bulu tangkis di bawah Kementerian Pemuda dan
Olahraga (Kemenpora) // Seorang anak yang ingin mengikuti pencarian bakat harus
mengisi data identitas diri sejak level kecamatan // Ketika dia naik level ke kabupaten /
provinsi / sampai nasional / dia harus mengisi identitas dirinya lagi di aplikasi berbeda //
Kalau terintegrasi / harusnya kan data di kecamatan atau data yang sudah ada di Dukcapil
/ itu bisa dipakai di level kabupaten sampai pusat // Anggoro mengatakan / saat ini
masalahnya / datanya silo terfragmentasi atau tersebar sehingga jadi enggak mungkin
untuk memanfaatkan data satu lembaga oleh lembaga lain //

Anda mungkin juga menyukai