Anda di halaman 1dari 4

Dalam mazhab pertama digunakan asumsi tidak adanya bank sentral atau institusi tertentu

yang bertugas mencetak uang. Dengan demikian, tingkat penawaran akan uang ditentukan
oleh besar kecilnya transaksi perdagangan dengan luar negeri. Setiap kenaikan nilai ekspor
barang membuat uang yang masuk dalam negara tersebut bertambah sehingga jumlah uang
beredar akan naik. Sebaliknya, apabila nilai impor barang lebih besar daripada nilai ekspor,
jumlah uang yang keluar dari negeri tersebut lebih besar daripada uang yang masuk,
akibatnyajumlah uang beredar akan turun.
Keseimbangan umum tercipta dari hubungan antara sektor riil dan sektor moneter dalam
kondisi ekuilibrium. Sektor riil berupa gabungan permintaan agregatif (AD) dengan
penawaran agregatif (AS). Pada mazhab pertama diasumsikan bahwa perubahan pada
permintaan agregatif diakibatkan oleh berubahnya neraca transaksi perdagangan dengan luar
negeri, yang berdampak pada naik turunnya jumlah uang beredar.
Terciptanya keseimbangan umum dalam mazhab pertama tergambar dalam grafik 9.1 berikut

Gambar 9.1 memperlihatkan penawaran aka uang Ms yang elastis sempurna karena tidak
adanya bank sentral yang be ugas mencetak uang. Pada masa kekhalifahan, penawaran akan
uang ditentukan oleh volume perdagangan dengan negara tetangga. Pada masa itu, dinar yang
berlaku berasal dari Roma sedangkan dirham didapat dari perdagangan dengan Persia.
Karena nilai instrinsik uang sama dengan nilai nominal uang, banyak sedikitnya uang
berdedar tidak berdampak pada rasio harga tangguh bayar dengan harga tunai.

Keseimbangan sektor riil, yaitu pertemuan antara permintaan agregatif dan penawaran
agregatif, terlihat dalam gambar 9.1 .a. Dengan asumsi bahwa konsumsi, investasi, dan
pengeluaran pemerintah tetap, pergerakan pada kurva permintaan agregatif semata-mata
disebabkan oleh volume transaksi ekspor dan impor barang. Keseimbangan awal berada pada
titik e2 dengan permintaan agregatif (AD2) dan tingkat pendapatan nasional berada pada level
Y2. Jika terjadi peningkatan ekspor yang mengakibatkan net export terhadap impor positif,
hal ini akan menggeser kurva permintaan agregatif menuju AD3. Dengan demikian,
pendapatan nasional meningkat menjadi Y3 Keseimbangan baru dengan adanya pertambahan
net exsport ditunjukkan oleh titik e3 Oleh karena permintaan akan uang adalah fungsi
pendapatan, naiknya Y2 ke Y3 berdampak juga terhadap kenaikan permintaan akan uang dari
MD2 ke MD3. Peningkatan permintaan agregatif juga berdampak pada kenaikan jumlah uang
beredar, dari MS2 ke MS3.
Sebaliknya, jika terjadi peningkatan impor barang dari luar negeri dengan asumsi nilai ekspor
tetap, hal ini berdampak terhadap penurunan permintaan agregatif ke AD1 Penurunan kurva
AD2 ke AD1 mendorong pendapatan nasional turun kepada level Yl dan keseimbangan yang
baru berada pada titik el . Dengan turunnya tingkat pendapatan nasional, permintaan akan
uang juga turun menjadi MD1. Lebih banyaknya uang beredar ke luar negeri dibandingkan
dengan uang yang masuk mengakibatkan turunnya jumlah uang beredar sampai kepada level
MS1. Kesimpulannya, sektor moneter yang tercipta semata-mata diakibatkan oleh kondisi
aktual sektor riil. Sektor moneter adalah refleksi sektor riil yang ada, bukannya sektor
moneter yang menentukan aktivitas sektor riil. Setiap ketidakseimbangan yang muncul
diatasi lewat mekanisme perdagangan dengan luar negeri (ekspor-impor barang). Misalnya,
jika permintaan akan uang lebih rendah daripada penawaran akan uang, perekonomian akan
mengalami kelebihan uang beredar (excess money supply) dan secara otomatis, pasar
menyiasati ketidakseimbangan ini dengan meningkatkan impor barang. Dengan langkah ini,
permintaan agregatif akan meningkat dan akhirnya permintaan akan uang pun akan naik ke
tingkat keseimbangan antara permintaan akan uang dan penawaran akan uang.

B. Keseimbangan Umum Mazhab Kedua

l . Penentuan Pendapatan dan Uang Beredar dalam Ekonomi Islam

Investasi adalah salah satu komponen pembentukan GDP yang mudah berubah. Jika
pengeluaran terhadap barang dan jasa turun selama resesi, penurunan tersebut biasanya
berkenaan dengan berkurangnya pengeluaran untuk investasi. Dalam model konvensional,
investasi adalah fungsi suku bunga. Investasi dalam Islam adalah fungsi expected rate of
profit (π) yang didapatkan dari sejumlah pengeluaran dana investasi. Tingkat expected rate of
profit (π) berbanding lurus dengan jumlah penawaran investasi di sektor riil. Apabila nilai
expected rate of profit (π) meningkat, hal ini diikuti secara proporsional oleh pengeluaran
untuk investasi.

Perubahan pada expected rate of profit (π) menyebabkan terjadinya pergerakan sepanjang
kurva investasi. Apabila perubahan terjadi pada variabel eksogen, setiap perubahan akan
berdampak pada pergeseran kurva invetasi. Variabel eksogen tersebut adalah tingkat dues on
iddle asset (µ) yang dikenakan pemerintah terhadap dana yang dianggurkan oleh pemiliknya.
Hubungan antara dues on iddle asset (µ)dengan pengeluaran investasi berbanding positif.
Setiap kenaikan dues on iddle asset (µ) berdampak pada peningkatan pengeluaran investasi
sehingga kurva investasi bergeser ke kanan.
Islam mengharapkan adanya optimalisasi seluruh dana yang terhimpun atau tabungan pada
sektor riil yang produktif. Namun, tidak ada jaminan bahwa jumlah tabungan selalu sama
dengan jumlah investasi. Dapat saja jumlah tabungan lebih besar daripada investasi atau
sebaliknya (saving investment gap).

Hubungan antara expected rate of profit (π) , pengeluaran investasi, tabungan dan variabel
eksogen dues on iddle asset (µ) terangkum dalam

gambar 9.2 Hubungan investasi dengan expected rate of profit (π) dalam Ekonomi Islam

Keseimbangan awal berada pada r° , yang menentukan besarnya investasi berada pada level
I° dengan tingkat dues on iddle asset (µo) dengan asumsi seluruh tabungan yang tersedia
digunakan untuk investasi, yaitu pada level So3. Hubungan antara tabungan dengan investasi
bukanlah I = S, tetapi I ͌ S.

. Apabila pemerintah melakukan kebijakan ekspansif dengan tujuan mendorong pertumbuhan


pendapatan nasional, dues on iddle asset (µ) dinaikkan menjadi µ1 dan menggeser kurva
investasi ke kanan. Keseimbangan akhir berada pada level I 1 dan S1. Meningkatnya
penawaran investasi akan berdampak pada penurunan expected rate of profit (π) pada level π1
(π1 < πo). Keseimbangan pendapatan nasional dikaitkan dengan berbagai tingkatan investasi,
tabungan dan dues on iddle asset (µ), tergambar dalam kurva ISµ berikut:
Gambar 9.3 Hubungan antara tabungan investasi dan tingkat pajak terhadap aset produktif
yang dianggurkan

Pergeseran kurva ISµ sebagai penurunan kurva tabungan, investasi dan pajak, ditentukan oleh
perubahan variabel eksogen yaitu fungsi investasi, fungsi tabungan, dan besarnya pajak yang
dikenakan terhadap aset produktif yang dianggurkan (µ). Sedangkan perubahan pada tingkat
expected rate of profit (π) hanya akan berdampak pada pergerakan sepanjang kurva lSµ.
Pergeseran kurva ISµ menjadi ISµ1 disebabkan oleh perubahan tingkat µ. sedangkan IS1µ .
mengidentifikasikan adanya perubahan pada fungsi tabungan, misalnya jika ada trend
kenaikan konsumsi yang pada akhirnya mengubah keseimbangan tabungan. Sementara itu,
IS1µ mengidentifikasikan perubahan-perubahan yang terjadi pada fungsi investasi.
Menurut konsep ekonomi Islam, keseimbangan antara sektor riil dan noneter harus tercipta
agar terwujud kestabilan ekonomi. Oleh karena itu,besarnya Ms (money supply) adalah
representasi money demand (Md) aktual, tdangkan Md adalah fungsi permintaan agregatif
(AD). Dengan demikian, Ms proporsional dengan tingkat pendapatan nasional dengan nilai β
selalu positif.

Anda mungkin juga menyukai