Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Chart of Account atau Bagan Akun merupakan sebuah istilah yang tidak asing dalam dunia
akuntansi dan menjadi sebuah elemen penting dalam perusahaan untuk memudahkan
pencatatan transaksi. Chart of Account atau CoA menurut Wikipedia adalah daftar semua
kode akun yang sudah disusun secara sistematis dan teratur sehingga dapat disajikan dengan
angka, huruf, atau paduan angka dan huruf yang memungkinkan akun tersebut dapat
ditempatkan ke dalam buku besar umum.
CoA dapat disesuaikan dengan kebutuhan setiap perusahaan. Di masa kini, CoA bisa diakses
dan diedit dari aplikasi atau perangkat lunak akuntansi untuk memudahkan akuntan dalam
pencatatan transaksi.
Kemungkinan besar terjadi kesalahan pencatatan transaksi akan lebih besar jika belum
menggunakan Chart of Account. Misalnya ada transaksi tidak tercatat atau salah
pengkategorian transaksi tertentu.
Penerapan CoA memudahkan akuntan untuk mengontrol semua transaksi yang terjadi karena
identitas dan kode akunnya sudah lebih mudah dibandingkan dan dianalisis.
Mengubah catatan yang sudah dibuat tidak akan sesulit yang dibayangkan. Jika terjadi
kesalahan penulisan, CoA menjadikan proses pengeditan lebih mudah karena sudah ada
kelompok dan kategorinya.
Setiap transaksi yang sudah tercatat dapat lebih mudah digunakan untuk aneka proses
berikutnya karena secara otomatis sudah masuk ke dalam kelompok akunnya masing-
masing.
Chart of Account memiliki kode khusus untuk semua jenis transaksi yang tercatat. Hal ini
bisa membuat pihak terkait lebih mudah memahami dalam membaca laporannya.
Sehingga siapa pun yang membutuhkan laporannya akan dapat memberikan keputusan
dengan tepat.
1. Aktiva
Baca juga : Memahami Definisi dan Contoh Aktiva dalam Dunia Bisnis
2. Utang
Gaji Dibayar
Akun Utang
Biaya yang Wajib Dibayar
Pajak yang Wajib Dibayar
3. Penghasilan
Penghasilan
Retur Penjualan
5. Biaya
1. Kode Akun
Setiap akun atau bagan di dalam Chart of Account memiliki kode khusus. Kode-kode ini
harus ditetapkan sejak awal agar akuntan tidak melakukan kesalahan pencatatan.
Kode ini dapat berupa huruf (alfabet), angka (numerik), atau gabungan antara huruf dan
angka (alfanumerik). Tujuannya adalah untuk membedakan jenis akun yang akan
dimasukkan ke dalam CoA.
Contoh kode numerik biasanya diurutkan mulai dari angka terkecil untuk satu akun umum.
Makin besar angka yang digunakan biasanya menandakan akun tersebut makin khusus.
Misalnya:
Kode akun alfabet atau huruf yang digunakan biasanya berupa singkatan agar lebih mudah
dipahami dan dihafalkan oleh akuntan di perusahaan tersebut.
Meski demikian, penggunaan alfabet secara khusus jarang digunakan karena kurang fleksibel.
Biasanya digunakan untuk nama perusahaan, supplier, daerah, dan lainnya.
Contohnya: ILJKT adalah kode supplier bahan baku ikan laut yang didatangkan dari
Jakarta. Atau BDPSJ adalah kode bumbu dapur yang dibeli di Pasar Jaya.
Contohnya:
Terakhir adalah kode kombinasi antara huruf dan angka. Huruf yang dipakai biasanya
merupakan singkatan dari nama akun.
Angka yang dipakai untuk membedakan antar akun bernama sama, tetapi berbeda sub.
Contohnya adalah sebagai berikut:
Ketika mendapat permintaan sebutkan tujuan pembuatan kode akun, tak perlu bingung.
Seperti yang sudah dijelaskan di atas, dengan membuat kode akun, kesalahan pencatatan pun
dapat dihindari dengan baik. Tanpa perlu melihat keseluruhan detail transaksi, kita sudah
dapat menentukan apakah transaksi tersebut termasuk dalam piutang atau pembelian,
misalnya saja.
Tanpa adanya kode akun, pemilik usaha harus melihat satu per satu setiap transaksi yang
terjadi untuk menentukan total jumlah suatu jenis transaksi. Dengan pengerjaan yang manual
tersebut, terlebih dokumen yang dikerjakan juga penuh dengan angka, potensi terjadinya
human error pun akan lebih besar, kan?
2. Nama Akun
Selain kode, nama akun juga diperlukan untuk memudahkan akuntan perusahaan dalam
mengidentifikasi setiap jenis transaksi di dalam CoA. Sesungguhnya tidak sulit untuk
menjelaskan nama akun dalam akuntansi dan artinya. Mengapa demikian? Sederhana saja,
karena penamaan akun umumnya dilakukan secara literal.
Artinya, akun yang bernama penjualan akan berisi seluruh transaksi yang berkaitan dengan
penerimaan uang dari kegiatan penjualan. Demikian pula dengan akun utang, setiap transaksi
yang ada di dalamnya pun otomatis berkaitan dengan kegiatan penerimaan aset melalui
utang.
Semua transaksi yang dilakukan harus memiliki nama akun berbeda. Pemilik usaha pun dapat
melihat perkembangan bisnisnya secara menyeluruh.
Untuk nama akun tidak ada ketentuan mengikat dan sifatnya memperjelas kode yang sudah
dibuat sebelumnya.
Setelah mengetahui cara membuat kode akun dan nama akun, kamu perhatikan juga beberapa
hal sebelum membuat CoA, yaitu:
1. Pembuatan kode akun harus unik. Nomor dan/atau huruf yang dipakai sebagai kode
hanya untuk satu akun.
2. Akun perkiraan dimasukkan sesuai dengan kelompok atau sub kelompok yang
diinginkan. Misalnya kas besar dan piutang dagang lunas masuk ke kelompok aktiva
lancar.
3. Penomoran akun sebaiknya diberikan batas jangkauan cukup jauh untuk memudahkan
akuntan menambahkan akun baru. Misalnya akun stok diberi kode 500, akun stok
harian diberi kode 505 dan akun stok mingguan diberi kode 510. Jika ada
penambahan akun stok baru, bisa kamu sisipkan di antara 505-510.
4. Nama akun sebaiknya ditulis singkat dan jelas.
Setiap jenis bisnis memiliki cara berbeda dalam pembuatan Bagan Akun-nya. Cara membuat
Chart of Account setiap bisnis pun berbeda, tergantung kebutuhan. Kamu bisa menggunakan
perangkat lunak akuntansi pilihanmu.
Pembuatan CoA pun harus disesuaikan dengan visi misi pertumbuhan bisnismu di masa
depan. Masukkan semua poin penting yang akan dicatat dalam Chart of Account agar
pegawai atau siapa saja yang berkepentingan dapat dengan mudah menggunakannya.
Misalnya saat ini kamu masih melakukannya semua sendirian. Tapi kamu harus mulai
berpikir jika suatu saat kamu memiliki pegawai, maka beban/pengeluaran gaji karyawan
sudah bisa dimasukkan ke dalam Chart of Account yang telah kamu bikin.
Minimal ada lima kategori yang harus diterapkan ke dalam CoA saat kamu mulai
membuatnya, yaitu aset, kewajiban (utang), modal, penghasilan, dan pengeluaran (beban).
1. Aset
Aset adalah aktiva atau sumber keuangan sebuah bisnis. Istilah sederhananya adalah harga
yang dimiliki perusahaan dan dapat digunakan untuk pengembangan usaha di masa depan.
Aset terbagi dua, yaitu aktiva lancar (kas, uang tunai, dan lainnya) dan aktiva tetap seperti
gedung, saham, peralatan kantor, dan lainnya.
Di dalam pencatatan Bagan Akun, kamu bisa membuat kategori aset menggunakan nomor
mulai dari 1000 atau 0001 hingga nomor berikutnya sesuai dengan jenis asetnya.
Misalnya:
1001: Tanah
1003: Harta
1004: Gedung
2. Kewajiban
Kewajiban adalah utang yang dimiliki perusahaan atau obligasi/surat utang berjangka yang
harus dibayarkan terhadap pihak yang memberikan piutang. Utang bersifat tetap dan wajib
dibayarkan sesuai ketentuan yang disepakati dua pihak terkait.
3. Modal
Modal adalah uang awal yang diinvestasikan seseorang di saat hendak memulai usaha atau
tambahan uang ketika ingin mengembangkan bisnisnya.
Modal adalah selisih dari aktiva (harta) dari sebuah perusahaan/bisnis dikurangi dengan utang
(kewajiban) yang harus dibayarkan.
Modal bisa didapatkan dari beberapa pihak, terutama pemilik utama atau investor/penanam
saham.
Ada dua modal dalam sebuah bisnis, yaitu modal investasi dan modal kerja. Perbedaannya
adalah sebagai berikut:
1. Modal Investasi: modal yang didapatkan dari investor, bisa perorangan atau sebuah
badan usaha lain yang menanamkan uangnya untuk bisnis yang sedang kamu kelola.
Modal ini dapat digunakan untuk bahan baku produksi, membeli tanah, menyewa
gedung, dan lainnya.
2. Modal Kerja: modal yang bersifat jangka pendek dan digunakan satu kali seperti
pembelian bahan baku mentah untuk produksi.
4. Penghasilan
Ada beberapa jenis penghasilan berbeda sesuai kebutuhan seperti sales revenue, dividend
revenue, dan interest revenue.
Penghasilan pun bisa didapatkan dari dua jenis akun berbeda jika dilihat dari aktivitasnya,
yaitu operating revenue dan non-operating revenue.
5. Beban
Terakhir adalah akun beban/pengeluaran. Beban adalah biaya operasional yang dikeluarkan
dalam menjalankan bisnis untuk mendapatkan uang atau menghasilkan keuntungan.
Beberapa contoh dari akun beban yang didaftarkan di dalam CoA adalah pembayaran ke
pemasok untuk pembelian bahan baku, pembayaran sewa gedung, pembayaran gaji
karyawan, dan lainnya.
Pada umumnya, ketika perusahaan dagang mencatat transaksi penjualan dan pembelian
barang dengan metoda fisik atau periodik, maka akun-akun yang ada di dalamnya akan
tertulis seperti berikut:
Pembelian (Purchases)
Penjualan (Sales)
Harga Pokok Penjualan (Cost of Goods Sold)
Potongan Tunai Penjualan (Sales Discount)
Potongan Tunai Pembelian (Purchase Discount)
Persediaan Barang (Inventory of Merchandise)
Ikhtisar Laba Rugi (Income Summary)
Beban Angkut Pembelian (Freight In)
Beban Angkut Penjualan (Freight Out)
Pengembalian Barang dan Diskon (Purchase Return and Allowance)
2. Perusahaan Manufaktur
Perusahaan manufaktur melakukan bisnisnya dengan mengolah bahan baku dan bahan
tambahan lainnya dengan dukungan tenaga kerja terampil di pabrik hingga menjadi sebuah
bahan yang siap dijual.
Dalam CoA perusahaan manufaktur ada biaya bersifat tetap dan bersifat variabel. Biaya
bersifat variabel adalah biaya yang dikeluarkan sesuai dengan banyaknya produk barang
jadi.
Banyaknya variabel yang harus dikeluarkan oleh perusahaan tentu saja akan berbanding lurus
dengan jumlah barang yang diproduksi. Bahan baku dan upah langsung adalah dua contoh
biaya variabel.
Sementara biaya bersifat tetap adalah biaya dengan nominal tidak tergantung dengan jumlah
produksi barang. Kuantitas produksi tidak akan mengubah biaya tetap yang harus dikeluarkan
oleh perusahaan.
Gaji karyawan tetap dan biaya sewa gedung adalah dua contoh biaya tetap yang dibayarkan
setiap bulan dengan jumlah sama.
Baca Juga: Apa Itu Perusahaan Manufaktur? Apa yang Perlu Diperhatikan?