KELOMPOK : KELOMPOK 3
KELAS :4J
TANGGAL PRAKTIKUM :
NILAI :
2019
TEGANGAN TEMBUS AC PADA UDARA UNTUK BERBAGAI
JENIS ELEKTRODA
A. TUJUAN
1. Mempelajari karakteristik tegangan tembus AC pada udara dari berbagai jenis
elektroda
2. Membandingkan tegangan tembus dari suatu elektroda dengan elektroda
lainnya
3. Mempelajari ketahanan isolasi udara untuk konfigurasi elektroda tertentu
4. Membandingkan tegangan tembus dari suatu elektroda pada jarak tertentu
B. UMUM
Udara umumnnya digunakan untuk mengisolasi antara elektroda untuk
pasangan di atas tanah seperti dalam panel, untuk mengisolasi antara rel satu
dengan rel lain digunakan udara. Agar dapat digunakan sebagai isolasi maka harus
ada jarak antar elektroda supaya tidak terjadi tembus. Jika terlalu dekat maka udara
akan mendapat tekanan medan yang besar bahkan melampaui medan maksimum
yang dapat ditahannya, akibatnya terjadi lompatan busur diantara elektroda
tersebut. Sebaiknya jika terlalu besar maka volume ruang yang diperlukan besar.
Di lapangan dalam kenyataannya konfigurasi elektroda ada bermacam-
macam, ada bentuk jarum-jarum (runcing), jarum-plat, jarum-bola, dll. Tegangan
tembus udara dipengaruhi oleh konfigurasi tersebut, jenis tegangan yang ditetapkan.
C. RANGKAIAN PENGUJIAN
D. PENGUJIAN
D.1. Konfigurasi Elektroda
Tegangan tembus diukur dengan peralatan pembagi tegangan ( Voltage
Devider). Konfigurasi elektroda yang akan diuji adalah:
a) Tipe bola – plat (ditanahkan)
b) Tipe jarum - bola (ditanahkan)
c) Tipe jarum - plat (ditanahkan)
d) Tipe bola – jarum (ditanahkan)
E. TABEL PENGAMATAN
TEGANGAN TEMBUS AC PADA UDARA UNTUK BERBAGAI JENIS ELEKTRODA
F. GRAFIK
38 37.8
Tegangan Tembus (kV)
37.5
37
37 36.8
36.5
36
35.5
0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4 4.5 5 5.5
Jarak Elektroda (cm)
Tegangan Tembus Tipe Jarum Bola
36.6
36.5
f(x) = − 0.0416666666666658 x³ + 0.339285714285705 36.5
x² − 0.619047619047589 x + 36.3
36.5
36.4 36.5
Tegangan Tembus (kV)
36.3
36.2
36.1
36.0 36.0
36
35.9
35.8
35.7
0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4 4.5 5 5.5
Jarak Elektroda (cm)
63 63.3
Tegangan Tembus (kV)
62
61
59.6
60 59.6
59
58
57
0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4 4.5 5 5.5
Jarak Elektroda (cm)
38.3
38.2
38.1
38.0
38.0
37.9
37.8
37.7
0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4 4.5 5 5.5
Jarak Elektroda (cm)
G. ANALISIS DATA
Berdasarkan tabel hasil pengujian tegangan tembus setiap bentuk elektroda memiliki
besar tegangan tembus yang berbeda. Ada bentuk elektroda yang semakin besar
jarak, maka akan semakin besar pula tegangan tembusnya. Contohnya adalah
bentuk jarum – bola, dan jarum – plat. Ada juga bentuk elektroda yang semakin
besar jarak maka tegangan tembusnya akan semakin kecil. Contohnya adalah bentuk
bola – plat. Dan ada juga yang memiliki tegangan yang sama di setiap jaraknya, yaitu
bentuk bola - jarum. Berdasarkan tabel diatas, bentuk jarum plat merupakan bentuk
yang menghasilkan tegangan tembus terbesar. Sedangkan bentuk jarum bola
merupakan penghasil tegangan tembus terkecil.
H. KESIMPULAN
Dengan melihat pengujian tersebut, dapat disimpulkan bahwa bentuk elektroda dan
besarnya jarak sangat berpengaruh terhadap nilai tegangan tembusnya.
TEGANGAN TEMBUS DC PADA UDARA UNTUK BERBAGAI
JENIS ELEKTRODA
A. TUJUAN
1. Mempelajari karakteristik tembus udara dari berbagai jenis elektroda
2. Membandingkan tegangan tembus dari suatu elektroda dengan elektroda
lainnya
3. Mempelajari ketahanan isolasi udara-udara untuk konfigurasi elektroda tertentu
B. UMUM
Udara umumnnya digunakan untuk mengisolasi antara elektroda untuk
pasangan di atas tanah, seperti dalam panel, untuk mengisolasi antara rel satu
dengan rel lain digunakan udara. Agar dapat digunakan sebagai isolasi maka harus
ada jarak antar elektroda supaya tidak terjadi tembus. Jika terlalu dekat, maka udara
akan mendapat tekanan medan yang besar bahkan melampaui medan maksimum
yang dapat ditahannya, akibatnya terjadi lompatan busur, diantara elektroda
tersebut. Sebaiknya jika terlalu besar maka volume ruang yang diperlukan besar.
Di lapangan dalam kenyataannya konfigurasi elektroda ada bermacam-
macam, ada bentuk jarum-jarum (runcing), bola-bola, dll. Tegangan tembus udara
dipengaruhi oleh konfigurasi tersebut, jenis tegangan yang ditetapkan.
C. RANGKAIAN PENGUJIAN
D. PENGUJIAN
1 10 10 10 10
2 16 16 16 16
Tipe
1 3 22 24 24 23,33
Bola - Plat
4 34 32 33 33
5 40 49 40 40
1 6 6 6 6
2 10 10 10 10
Tipe
2 3 14 14 14 14
Jarum - Bola
4 18 18 18 18
5 19 19 19 19
1 4 4 5 4,66
2 9 9 9 9
Tipe
3 3 14 15 13 14
Jarum - Plat
4 22 20 21 21
5 24 24 23 23,66
1 9 9.8 10 9.6
2 21 19,5 20 20,17
Tipe
4 3 28 28 28 28
Bola - Jarum
4 36 35 35 35,33
5 39 39 39 39
F. GRAFIK
30.0
25.0 23.3
20.0 16.0
15.0
10.0
10.0
5.0
0.0
0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4 4.5 5 5.5
Jarak Elektroda (cm)
Tegangan Tembus Tipe Jarum-Bola
20.0 19.0
18.0 f(x) = − 0.25 x³ + 1.82142857142857 x² + 0.071428571428561 x + 4.40000000000001
16.0 18.0
14.0
14.0
Tegangan Tembus (kV)
12.0 10.0
10.0
8.0 6.0
6.0
4.0
2.0
0.0
0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4 4.5 5 5.5
Jarak Elektroda (cm)
40.0
15.0 14.0 35.3
Tembus
f(x) = 0.69173611111111
35.0 x³ − 8.5643154761905 x² + 39.597281746032 x − 31.136666666667
30.0
9.0 28.0
Tembus
10.0
TeganganTegangan
25.0 20.2
20.0 4.7
5.0
15.0
10.0
0.0
0.5
5.0 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4 4.5 5 5.5
0.4
0.0 Jarak Elektroda (cm)
0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4 4.5 5 5.5
Jarak Elektroda (cm)
G. ANALISA DATA
Berdasarkan data dari percobaan diatas, maka semakin besar jarak akan
semakin besar juga nilai tegangan tembusnya. Bentuk bola – plat adalah
bentuk yang memiliki nilai tegangan tembus terbesar, sedangkan nilai
tegangan tembus terkecil terjadi pada bentuk jarum - bola. Perubahan nilai
tegangan tembus yang terbesar terjadi pada bentuk bola – plat dan juga bola
– jarum. Sedangkan untuk bentuk jarum – bola memiliki kenaikan nilai yang
tidak terlalu besar.
H. KESIMPULAN
Setiap jarak dan bentuk dari elektroda sangat mempengaruhi besarnya nilai
tegangan tembusnya. Berdasarkan data diatas, semua bentuk elektroda
semakin besar jaraknya maka akan semakin besar pula nilai tegangan
tembusnya.
B. UMUM
Hukum Paschen mengatakan bahwa hubungan garis lurus antara jatuh tegangan dan
tekanan gas terjadi dalam daerah tertentu. Juga dikatakan bahwa dengan tekanan gas lebih
tinggi, panjang jalan bebas dari molekul-molekul menjadi berkurang, dengan demikian
ionisasi terjadi pada intensitas medan yang lebih tinggi. Dalam pemakaian biasa, dimensi-
dimensi insulasi dapat dikurangi bila tekanan dari gas insulasi ditambah.
E. TABEL PENGAMATAN
TEGANGAN TEMBUS DC PADA TEKANAN UDARA UNTUK BERBAGAI JENIS
ELEKTRODA
F. GRAFIK
16.0
15.0
12.0
10.0
5.0
0.0
0 0.5 1 1.5 2 2.5 3
Tekanan (Bar)
Tegangan Tembus Tipe Jarum-Bola
25.0
20.0
Tegangan Tembus (kV)
5.0
0.0
0 0.5 1 1.5 2 2.5 3
Tekanan (Bar)
15.0 14.0
12 12.0
11.33
10.27
9.33
(kV)
10 f(x) = 1.1466666678.43
10.0
x³ − 5.971428571 x² + 11.72761905 x + 1.438
Tegangan
8
Tegangan Tembus
5.0
5.93
6
4
0.0
0 0.5 1 1.5 2 2.5 3
2
Tekanan (Bar)
0
0 0.5 1 1.5 2 2.5 3
Tekanan (Bar)
G. ANALISA DATA
Berdasarkan tabel hasil percobaan diatas mengenai pengaruh tekanan isolasi
udara pada tegangan tembus DC, semakin besar tekanan isolasi udara yang diberikan
maka akan semakin besar pula tegangan tembusnya. Begitu juga sebaliknya, jika
semakin kecil tekanan isolasi udara yang diberikan maka tegangan tembus yang
dihasilkan juga semakin kecil. Pada bentuk elektroda bola – pelat, jarum – bola, dan
jarum – pelat nilai tegangan tembusnya cenderung sama yakni dikisaran 10 kV hingga
sekitar 20 kV lebih. Sementara pada elektroda berbentuk bola – jarum nilai tegangan
tembusnya lebih kecil disbanding yang lain yakni antara 6 kV hingga 12 kV. Hal ini
berarti bahwa bentuk elektroda juga mempengaruhi nilai tegangan tembus.
H. KESIMPULAN
Dari hasil percobaan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa nilai tekanan
isolasi yang diberikan mempengaruhi nilai tegangan tembus. Nilai tekanan isolasi
udara yang diberikan berbanding lurus dengan nilai tegangan tembus yang dihasilkan.
Bentuk elektroda juga mempengaruhi nilai tegangan tembus.
A. TUJUAN
1. Mempelajari proses tembus pada kondisi bertekanan.
2. Mempelajari karakteristik tembus dari berbagai elektroda pada gas – gas yang
bertekanan.
3. Mempelajari pengaruh tekanan pada tegangan tembus AC
B. UMUM
Hukum Paschen mengatakan bahwa hubungan garis lurus antara jatuh
tegangan dan tekanan gas terjadi dalam daerah tertentu. Juga dikatakan, bahwa
tekanan gas lebih tinggi panjang jalan bebas dari molekul molekul menjadi berkurang
dengan demikian ionisasi terjadi pada intensitas medan yang lebih tinggi. Dalam
pemakaian biasa, dimensi – dimensi insulasi dapat dikurangi bila tekanan dari gas
insulasi ditambah.
C. RANGKAIAN PENGUJIAN
TH = Transformator tegangan tinggi 100kV rms, 5kVA
CST = Pembagi Tegangan 100 kV rms, 500 pF
SWS = Tegangan AC bagian sekunder
TSB = Kotak control jenis 279 termasuk Transformator pengaturan
TSM = Arus AC Transformer
TO = Obyek Latihan
D. PENGUJIAN
D.1. Konfigurasi Elektroda
Tegangan tembus diukur dengan peralatan pembagi tegangan (Voltage
Devider). Konfigurasi elektroda yang akan diuji adalah:
a) Tipe bola - jarum (ditanahkan)
b) Tipe jarum - bola (ditanahkan)
c) Tipe jarum - kotak (ditanahkan)
d) Tipe bola - kotak (ditanahkan)
D.2. Langkah Percobaan
1. Pasangkan salah satu konfigurasi diatas pada tempat objek pengujian
2. Naikkan tegangan hingga udara diantara elektroda tembus, kemudian catat
tegangan tersebut.
3. Naikkan jarak elektroda seperti pada tabel kemudian naikkan tegangan
hingga udara tembus.
4. Gantikan konfigurasi elektroda diatas kemudian ulangi percobaan seperti
diatas.
E. TABEL PENGAMATAN
TEGANGAN TEMBUS AC PADA UDARA UNTUK BERBAGAI JENIS
ELEKTRODA
0.5 12 12 12 12
1.0 14 14 14 14
Tipe jarum -
3 1.5 19 18 18 18.33
kotak
2.0 20 20 20 20
2.5 21 21 22 21.33
0.5 62 64 62 62.67
1.0 64 64 62 63.33
Tipe bola -
4 1.5 62 62 62 62.00
kotak
2.0 62 64 64 63.33
2.5 60 62 62 61.33
F. ANALISA DATA
Grafik V terhadap P
Grafik V - P Bola Jarum Grafik P - V Jarum Bola
54.2 70.00
54
60.00
53.8
50.00
53.6
53.4 40.00
V (kV)
V (kV)
53.2 30.00
53
20.00
52.8
10.00
52.6
52.4 0.00
0.5 1 1.5 2 2.5 0.5 1 1.5 2 2.5
P (atm) P (bar)
60.20 63.00
62.50
60.00
62.00
59.80
V (kV)
V 9kV)
61.50
59.60
61.00
59.40 60.50
59.20 60.00
0.5 1 1.5 2 2.5 0.5 1 1.5 2 2.5
P (atm) P (atm)
Berdasarkan percobaan yang dilakukan, pada tipe bola jarum rata rata mengalami
kenaikan tegangan apabila tekanan diperbesar. Pada tekanan 0,5 bar terjadi kegagalan pada
rata – rata 53 kV. Pada tekanan 1,0 bar terjadi kegagalan pada rata – rata 53.33 kV. Pada
tekanan 1,5 bar terjadi kegagalan pada rata – rata 53 kV. Pada tekanan 2,0 bar terjadi
kegagalan pada rata – rata 54 kV. Pada tekanan 2,5 bar terjadi kegagalan pada rata – rata 53
kV. Semakin tinggi tekanan yang diberikan, maka semakin besar tegangan saat gagal. Begitu
pula sebaliknya, semakin kecil tekanan, semakin kecil juga tegangan saat mengalami
kegagalan, jika dilihat dari grafik P – V. Jika dibandingkan keempat grafik, semua grafik
mengalami kenaikan sesuai penambahan tekanan, kecuali grafik P – V bola kotak, pada
grafik ini menunjukkan hal sebaliknya, saat tekanan ditambah, kegagalan pada bentuk
elektroda ini justru semakin cepat
G. KESIMPULAN
- Dari percobaan yang dilakukan kelompok kami, semakin besar tekanan, maka
semakin besar tegangan saat gagal.
- Dari bentuk grafik yang berbeda – beda, terbukti bahwa bentuk anoda dan katoda
memengaruhi hubungan tegangan dan tekanannnya.
A. TUJUAN
1. Mempelajari proses tembus tegangan AC pada minyak.
2. Mempelajari karakteristik tembus tegangan AC pada minyak.
3. Mengetahui data statistik dari hasil pengukuran tegangan AC pada minyak.
B. UMUM
Pengujian ini menunjukkan evaluasi dari tegangan tembus menurut VDE
0370. Disebabkan penyebaran yang besar (lebih banyak minyak terkontaminasi),
maka tegangan tembus ditentukan sebagai nilai rata-rata dari lima pengukuran
tersendiri.
C. SIRKUIT LATIHAN DAN KOMPONEN-KOMPONEN YANG DIPERLUKAN
E. TABEL PENGAMATAN
TEGANGAN TEMBUS AC PADA ISOLASI ZAT CAIR
Jarak elektroda = 1 cm
Grafik percobaan
70
60
50
40
V (kV)
30
20
10
0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
Percobaan
Berdasarkan percobaan yang telah kelompok kami dan lainnya lakukan, didapatkan 20
data pengukuran. Pada percobaan uji isolasi pada zat cair, rata – rata terhitung kegagalan
isolasi zat cair sebesar 59.55 kV. Pada percobaan uji isolasi pada zat cair, nilai tengah/
median terhitung kegagalan isolasi zat cair sebesar 60 kV. Pada percobaan uji isolasi pada zat
cair, modus terhitung kegagalan isolasi zat cair sebesar 56 kV. Kemungkinan terjadi
kegagalan pada tegangan 52 kV adalah 0.05%. Kemungkinan terjadi kegagalan pada
tegangan 54 kV adalah 0.05%. Kemungkinan terjadi kegagalan pada tegangan 56 kV adalah
0.35%. Kemungkinan terjadi kegagalan pada tegangan 58 kV adalah 0.05%. Kemungkinan
terjadi kegagalan pada tegangan 62 kV adalah 0.1%. Kemungkinan terjadi kegagalan pada
tegangan 63 kV adalah 0.1%. Kemungkinan terjadi kegagalan pada tegangan 64 kV adalah
0.25%. Kemungkinan terjadi kegagalan pada tegangan 65 kV adalah 0.05%. Untuk
n( A)
menghitung nilai kemungkinan, digunakan rumus P ( A )=
n(S )
Apabila dilakukan pengukuran sebanyak 100 kali. Probabilitas kegagalan yang terjadi
pada tegangan 52 kV adalah 5 kali. Probabilitas kegagalan yang terjadi pada tegangan 54 kV
adalah 5 kali. Probabilitas kegagalan yang terjadi pada tegangan 56 kV adalah 35 kali.
Probabilitas kegagalan yang terjadi pada tegangan 58 kV adalah 5 kali. Probabilitas
kegagalan yang terjadi pada tegangan 62 kV adalah 10 kali. Probabilitas kegagalan yang
terjadi pada tegangan 63kV adalah 10 kali. Probabilitas kegagalan yang terjadi pada tegangan
64 kV adalah 25 kali. Probabilitas kegagalan yang terjadi pada tegangan 65 kV adalah 5 kali.
Untuk menghitung frekuensi harapan/probabilitas digunakan rumus Fh=P ( A ) ×n
G. KESIMPULAN
Minyak trafo akan mengalami kegagalan dengan rata – rata tegangan sebesar 59.55
kV
Kemungkinan paling besar kegagalan pada minyak trafo terjadi pada tegangan 56 kV.
Kemungkinan paling kecil kegagalan pada minyak trafo terjadi pada tegangan 52, 54,
58, dan 65 kV.
TEGANGAN TEMBUS IMPULS DAN DC PADA KORONA
A.Tujuan
- Mempelajari proses tembus pada Fenomena Korona
- Mempelajari karakteristik tembus pada keadaan AC dan DC
- Mempelajari pengaruh fenomena pada tegangan tembus AC
- Mempelajari pengaruh fenomena pada tegangan tembus DC
B. Umum
Fenomena corona disebabkan loncatan bunga api yang tidak seimbang pada
wilayah yang mempunyai intesitas tinggi. Karakteristik korona berbeda dengan
aplikasi tegangan AC dan DC.
E. Pengamatan
1. Catat tegangan visual korona AC/DC
2. Amati cahaya yang tampak pada penghantar
3. Amati perbedaan cahaya untuk korona AC/DC
F. Tabel Pengamatan
1 I 58 16
II 60 17
III 60 16
Vr 59.333 16.333
2 I 60 11
II 59 12
III 60 11
Vr 59.667 11.333
Kelompok Percobaan Impuls [kV] DC [kV]
Korona
3 I 60 12
II 60 12
III 60 12
Vr 60 12
4 I 54 14
II 54 14
III 54 14
Vr 54 14
G. Grafik
57 kelompok 2
kelompok 3
56 kelompok 4
55
54
53
52
51
Percobaan 1 Percobaan 2 Percobaan 3 V rata - rata
Tegangan DC Korona
18
16
14
Kelompok 1
Tegangan dalam [kV]
12
kelompok 2
10 kelompok 3
kelompok 4
8
0
Percobaan 1 Percobaan 2 Percobaan 3 V rata - rata
H. Hasil Pengamatan
1. Pada saat pengamatan cahaya yang tampak tidak begitu terlihat dengan jelas.
2. Perbedaan cahaya pada saat tegangan AC/DC yaitu pada saat tegangan AC
terdapat Loncatan Bunga Api, sedangkan pada tegangan DC tidak terlihat adanya
Loncatan Bunga Api.
I. Analisis pengujian
J. Kesimpulan