Anda di halaman 1dari 29

LAPORAN PRAKTIKUM TEGANGAN TINGGI

KELOMPOK : KELOMPOK 3

ANGGOTA KELOMPOK : BAIHAQI ARIA RANGGA P.T. (1217020012)

FARAH ADIBAH RAMADHANTY (1217020044)

HARRID NAUFAL GIFARI (1217020045)

IRMAWATI IRAWAN (1217020006)

MUHAMAD FIKRI IRIANSYAH (1217020026)

MUHAMMAD AKBAR ASHIDIQ (1217020007)

KELAS :4J

TANGGAL PRAKTIKUM :

PENYERAHAN LAPORAN : 09 JULI 2019

PEMBIMBING : P. JANNUS, MT.

NILAI :

PROGRAM STUDI TEKNIK KONVERSI ENERGI

JURUSAN TEKNIK MESIN

POLITEKNIK NEGERI JAKARTA

2019
TEGANGAN TEMBUS AC PADA UDARA UNTUK BERBAGAI
JENIS ELEKTRODA
A. TUJUAN
1. Mempelajari karakteristik tegangan tembus AC pada udara dari berbagai jenis
elektroda
2. Membandingkan tegangan tembus dari suatu elektroda dengan elektroda
lainnya
3. Mempelajari ketahanan isolasi udara untuk konfigurasi elektroda tertentu
4. Membandingkan tegangan tembus dari suatu elektroda pada jarak tertentu

B. UMUM
Udara umumnnya digunakan untuk mengisolasi antara elektroda untuk
pasangan di atas tanah seperti dalam panel, untuk mengisolasi antara rel satu
dengan rel lain digunakan udara. Agar dapat digunakan sebagai isolasi maka harus
ada jarak antar elektroda supaya tidak terjadi tembus. Jika terlalu dekat maka udara
akan mendapat tekanan medan yang besar bahkan melampaui medan maksimum
yang dapat ditahannya, akibatnya terjadi lompatan busur diantara elektroda
tersebut. Sebaiknya jika terlalu besar maka volume ruang yang diperlukan besar.
Di lapangan dalam kenyataannya konfigurasi elektroda ada bermacam-
macam, ada bentuk jarum-jarum (runcing), jarum-plat, jarum-bola, dll. Tegangan
tembus udara dipengaruhi oleh konfigurasi tersebut, jenis tegangan yang ditetapkan.

C. RANGKAIAN PENGUJIAN
D. PENGUJIAN
D.1. Konfigurasi Elektroda
Tegangan tembus diukur dengan peralatan pembagi tegangan ( Voltage
Devider). Konfigurasi elektroda yang akan diuji adalah:
a) Tipe bola – plat (ditanahkan)
b) Tipe jarum - bola (ditanahkan)
c) Tipe jarum - plat (ditanahkan)
d) Tipe bola – jarum (ditanahkan)

D.2. Langkah Percobaan


1. Pasangkan salah satu konfigurasi diatas pada tempat objek pengujian
2. Naikkan tegangan hingga udara diantara elektroda tembus, kemudian
catat tegangan tersebut.
3. Naikkan jarak elektroda seperti pada tabel kemudian naikkan tegangan
hingga udara tembus.
4. Gantikan konfigurasi elektroda diatas kemudian ulangi percobaan seperti
diatas.

E. TABEL PENGAMATAN
TEGANGAN TEMBUS AC PADA UDARA UNTUK BERBAGAI JENIS ELEKTRODA

Jarak Tegangan Tembus (kV)


Percobaa Konfigurasi
Elektroda
n Elektroda V1 V2 V3 Vr
(cm)
Tipe bola– 1 39 38 39 38,6
1
plat 2 39 39 38 38,6
3 37,5 38 38 37,8
4 37 37 37 37
5 36 37 37,5 36,8
1 36 36 36 36
2 36 36 36 36
Tipe jarum -
2 3 36.5 36.5 36.5 36.5
bola
4 36.5 36.5 36.5 36.5
5 36.5 36.5 36.5 36.5
1 60 59 60 59,6
2 61 59 59 59,6
Tipe jarum -
3 3 64 63 64 63,6
Plat
4 63 64 63 63,3
5 64 64 64 64
1 38 38.5 39 38.5
2 37 39 39 38.33
Tipe bola -
4 3 39 37 38 38
Jarum
4 38 38 38.8 38.33
5 39 38 37.8 38.33

F. GRAFIK

Tegangan Tembus Tipe Bola-Plat


39
38.6 38.6
38.5 f(x) = 0.1166666666667 x³ − 1.0785714285715 x² + 2.404761904762 x + 37.16

38 37.8
Tegangan Tembus (kV)

37.5
37
37 36.8

36.5

36

35.5
0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4 4.5 5 5.5
Jarak Elektroda (cm)
Tegangan Tembus Tipe Jarum Bola
36.6
36.5
f(x) = − 0.0416666666666658 x³ + 0.339285714285705 36.5
x² − 0.619047619047589 x + 36.3
36.5
36.4 36.5
Tegangan Tembus (kV)

36.3
36.2
36.1
36.0 36.0
36
35.9
35.8
35.7
0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4 4.5 5 5.5
Jarak Elektroda (cm)

Tegangan Tembus Tipe Jarum-Plat


65
64.0
64 63.6
f(x) = − 0.249999999999998 x³ + 2.04285714285713 x² − 3.40714285714281 x + 61.02

63 63.3
Tegangan Tembus (kV)

62
61
59.6
60 59.6

59
58
57
0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4 4.5 5 5.5
Jarak Elektroda (cm)

Tegangan Tembus Tipe Bola-Jarum


38.6
38.5
38.5 f(x) = − 0.0141666666666655 x³ + 0.198928571428558 x² − 0.796904761904716 x + 39.1379999999999
38.4 38.3 38.3 38.3
Tegangan Tembus (kV)

38.3
38.2
38.1
38.0
38.0
37.9
37.8
37.7
0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4 4.5 5 5.5
Jarak Elektroda (cm)
G. ANALISIS DATA
Berdasarkan tabel hasil pengujian tegangan tembus setiap bentuk elektroda memiliki
besar tegangan tembus yang berbeda. Ada bentuk elektroda yang semakin besar
jarak, maka akan semakin besar pula tegangan tembusnya. Contohnya adalah
bentuk jarum – bola, dan jarum – plat. Ada juga bentuk elektroda yang semakin
besar jarak maka tegangan tembusnya akan semakin kecil. Contohnya adalah bentuk
bola – plat. Dan ada juga yang memiliki tegangan yang sama di setiap jaraknya, yaitu
bentuk bola - jarum. Berdasarkan tabel diatas, bentuk jarum plat merupakan bentuk
yang menghasilkan tegangan tembus terbesar. Sedangkan bentuk jarum bola
merupakan penghasil tegangan tembus terkecil.

H. KESIMPULAN
Dengan melihat pengujian tersebut, dapat disimpulkan bahwa bentuk elektroda dan
besarnya jarak sangat berpengaruh terhadap nilai tegangan tembusnya.
TEGANGAN TEMBUS DC PADA UDARA UNTUK BERBAGAI
JENIS ELEKTRODA

A. TUJUAN
1. Mempelajari karakteristik tembus udara dari berbagai jenis elektroda
2. Membandingkan tegangan tembus dari suatu elektroda dengan elektroda
lainnya
3. Mempelajari ketahanan isolasi udara-udara untuk konfigurasi elektroda tertentu

B. UMUM
Udara umumnnya digunakan untuk mengisolasi antara elektroda untuk
pasangan di atas tanah, seperti dalam panel, untuk mengisolasi antara rel satu
dengan rel lain digunakan udara. Agar dapat digunakan sebagai isolasi maka harus
ada jarak antar elektroda supaya tidak terjadi tembus. Jika terlalu dekat, maka udara
akan mendapat tekanan medan yang besar bahkan melampaui medan maksimum
yang dapat ditahannya, akibatnya terjadi lompatan busur, diantara elektroda
tersebut. Sebaiknya jika terlalu besar maka volume ruang yang diperlukan besar.
Di lapangan dalam kenyataannya konfigurasi elektroda ada bermacam-
macam, ada bentuk jarum-jarum (runcing), bola-bola, dll. Tegangan tembus udara
dipengaruhi oleh konfigurasi tersebut, jenis tegangan yang ditetapkan.

C. RANGKAIAN PENGUJIAN

TH = Transformator Tegangan Tinggi RMS 100 kV


TSM = Arus AC Sekunder Transformator
TO = Objek yang diuji
R6 = Resisitor Peredam, Tegangan AC
R7 =Resistor Peredam Tegangan Surj
F = Areste
CST = Pembagi Tegangan RMS 100 kV, 500 pF
SB = Panel Kontrol Tipe 273 Mencakup Transformator Regulator
SWS = Bagian Sekunder, Tegangan AC

D. PENGUJIAN

D.1. Konfigurasi Elektroda


Tegangan tembus diukur dengan peralatan pembagi tegangan (Voltage
Devider). Konfigurasi elektroda yang akan diuji adalah:
e) Tipe bola – plat (ditanahkan)
f) Tipe jarum - bola (ditanahkan)
g) Tipe jarum - plat (ditanahkan)
h) Tipe bola – jarum (ditanahkan)

D.2. Langkah Percobaan


1. Pasangkan salah satu konfigurasi diatas pada tempat objek pengujian
2. Naikkan tegangan hingga udara diantara elektroda tembus, kemudian
catat tegangan tersebut.
3. Naikkan jarak elektroda seperti pada tabel, kemudian naikkan tegangan
hingga udara tembus.
4. Gantikan konfigurasi elektroda diatas kemudian ulangi percobaan seperti
diatas.
E. TABEL PENGAMATAN
TEGANGAN TEMBUS DC PADA UDARA UNTUK BERBAGAI JENIS
ELEKTRODA

Konfigurasi Jarak Tegangan Tembus (kV)


Percobaan
Elektroda Elektroda (cm) V1 V2 V3 Vr

1 10 10 10 10

2 16 16 16 16
Tipe
1 3 22 24 24 23,33
Bola - Plat
4 34 32 33 33

5 40 49 40 40

1 6 6 6 6

2 10 10 10 10
Tipe
2 3 14 14 14 14
Jarum - Bola
4 18 18 18 18

5 19 19 19 19

1 4 4 5 4,66

2 9 9 9 9
Tipe
3 3 14 15 13 14
Jarum - Plat
4 22 20 21 21

5 24 24 23 23,66
1 9 9.8 10 9.6

2 21 19,5 20 20,17
Tipe
4 3 28 28 28 28
Bola - Jarum
4 36 35 35 35,33

5 39 39 39 39

F. GRAFIK

Tegangan Tembus Tipe Bola-Plat


45.0
40.0
40.0
f(x) = − 0.333333333333334 x³ + 3.31000000000001 x² − 2.02666666666669 x + 9.13600000000001
35.0 33.0
Tegangan Tembus (kV)

30.0
25.0 23.3

20.0 16.0
15.0
10.0
10.0
5.0
0.0
0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4 4.5 5 5.5
Jarak Elektroda (cm)
Tegangan Tembus Tipe Jarum-Bola
20.0 19.0
18.0 f(x) = − 0.25 x³ + 1.82142857142857 x² + 0.071428571428561 x + 4.40000000000001
16.0 18.0
14.0
14.0
Tegangan Tembus (kV)

12.0 10.0
10.0
8.0 6.0
6.0
4.0
2.0
0.0
0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4 4.5 5 5.5
Jarak Elektroda (cm)

Tegangan Tembus Tipe Jarum-Plat


25.0 23.7

Tegangan Tembus Tipe Bola-Jarum


f(x) = − 0.416666666666668 x³ + 3.65285714285715 x² − 4.25047619047621 x + 5.78400000000001
20.0 21.0
45.0
39.0
(kV) (kV)

40.0
15.0 14.0 35.3
Tembus

f(x) = 0.69173611111111
35.0 x³ − 8.5643154761905 x² + 39.597281746032 x − 31.136666666667

30.0
9.0 28.0
Tembus

10.0
TeganganTegangan

25.0 20.2
20.0 4.7
5.0
15.0
10.0
0.0
0.5
5.0 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4 4.5 5 5.5
0.4
0.0 Jarak Elektroda (cm)
0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4 4.5 5 5.5
Jarak Elektroda (cm)

G. ANALISA DATA

Berdasarkan data dari percobaan diatas, maka semakin besar jarak akan
semakin besar juga nilai tegangan tembusnya. Bentuk bola – plat adalah
bentuk yang memiliki nilai tegangan tembus terbesar, sedangkan nilai
tegangan tembus terkecil terjadi pada bentuk jarum - bola. Perubahan nilai
tegangan tembus yang terbesar terjadi pada bentuk bola – plat dan juga bola
– jarum. Sedangkan untuk bentuk jarum – bola memiliki kenaikan nilai yang
tidak terlalu besar.
H. KESIMPULAN

Setiap jarak dan bentuk dari elektroda sangat mempengaruhi besarnya nilai
tegangan tembusnya. Berdasarkan data diatas, semua bentuk elektroda
semakin besar jaraknya maka akan semakin besar pula nilai tegangan
tembusnya.

PENGARUH TEKANAN ISOLASI UDARA PADA TEGANGAN


TEMBUS DC
A. TUJUAN

1. Mempelajari proses tembus pada kondisi bertekanan


2. Mempelajari karakteristik tembus dari berbagai elektroda pada gas-gas yang bertekanan
3. Mempelajari pengaruh tekanan pada tegangan tembus DC

B. UMUM

Hukum Paschen mengatakan bahwa hubungan garis lurus antara jatuh tegangan dan
tekanan gas terjadi dalam daerah tertentu. Juga dikatakan bahwa dengan tekanan gas lebih
tinggi, panjang jalan bebas dari molekul-molekul menjadi berkurang, dengan demikian
ionisasi terjadi pada intensitas medan yang lebih tinggi. Dalam pemakaian biasa, dimensi-
dimensi insulasi dapat dikurangi bila tekanan dari gas insulasi ditambah.

C. SIRKUIT LATIHAN DAN KOMPONEN-KOMPONEN


TH = Transformator tegangan tinggi 100 kV rms, 5 kVA
CST = Pembagi Tegangan 100 kV rms, 500 ρF
SWS = Tegangan AC bagian sekunder
TSB = Kotak kontrol jenis 279 termasuk Transformator pengaturan
TSM = Arus AC Transformer
TO = Obyek latihan
D. INSTRUKSI PENGUJIAN
Obyek Pengujian :
Pasang konfigurasi elektroda dengan jarak 1 cm sebagai berikut :
a) Tipe bola – plat (ditanahkan)
b) Tipe jarum - bola (ditanahkan)
c) Tipe jarum - plat (ditanahkan)
d) Tipe bola – jarum (ditanahkan)
Dengan mengubah-ubah tekanan gas, berikan tegangan pada elektroda hingga tembus.
Pada tekanan yang sama lakukan percobaan sebanyak 3 kali.

E. TABEL PENGAMATAN
TEGANGAN TEMBUS DC PADA TEKANAN UDARA UNTUK BERBAGAI JENIS
ELEKTRODA

Konfigurasi Tekanan Tegangan Tembus (kV)


Percobaan
Elektroda (Bar) V1 V2 V3 Vr
1 Tipe 0,5 12 12 12 12
Bola – pelat 1 16 16 16 16
1,5 18 17 17 17,33
2 18 18 18 18
2,5 20 20 20 20
0,5 10 10 10 10
1 15 15 15 15
Tipe
2 1,5 17 17 17 17
jarum-bola
2 18 18 18 18
2,5 20 20 20 20
0,5 12 12 12 12
1 14 14 14 14
Tipe
3 1,5 19 18 18 18,33
jarum-pelat
2 20 20 20 20
2,5 21 21 22 21,33
0,5 6 5,8 6 5,93
1 8 8,3 9 8,43
Tipe
4 1,5 9 9 10 9,33
Bola – jarum
2 11 10 9,8 10,27
2,5 10 12 12 11,33

F. GRAFIK

Tegangan Tembus Tipe Bola-Plat


25.0
20.0
20.0 18.0
17.3
f(x) = 2.66666666666667 x³ − 13.3314285714286 x² + 23.327619047619 x + 3.336
Tegangan Tembus (kV)

16.0
15.0
12.0

10.0

5.0

0.0
0 0.5 1 1.5 2 2.5 3
Tekanan (Bar)
Tegangan Tembus Tipe Jarum-Bola
25.0
20.0
Tegangan Tembus (kV)

20.0 17.0 18.0


f(x) = 2.666666667 x³ − 14 x² + 26.33333333 x − 1.27106E-14
15.0
10.0 15.0
10.0

5.0

0.0
0 0.5 1 1.5 2 2.5 3
Tekanan (Bar)

Tegangan Tembus Tipe Jarum-Plat


25.0
21.3
20.0
Tegangan Tembus Tipe 18.3
Bola-Jarum
f(x) = − 1.78000000000001 x³ + 6.8671428571429
20.0
x² − 2.14142857142863 x + 11.472
Tembus (kV)

15.0 14.0
12 12.0
11.33
10.27
9.33
(kV)

10 f(x) = 1.1466666678.43
10.0
x³ − 5.971428571 x² + 11.72761905 x + 1.438
Tegangan

8
Tegangan Tembus

5.0
5.93
6
4
0.0
0 0.5 1 1.5 2 2.5 3
2
Tekanan (Bar)
0
0 0.5 1 1.5 2 2.5 3
Tekanan (Bar)

G. ANALISA DATA
Berdasarkan tabel hasil percobaan diatas mengenai pengaruh tekanan isolasi
udara pada tegangan tembus DC, semakin besar tekanan isolasi udara yang diberikan
maka akan semakin besar pula tegangan tembusnya. Begitu juga sebaliknya, jika
semakin kecil tekanan isolasi udara yang diberikan maka tegangan tembus yang
dihasilkan juga semakin kecil. Pada bentuk elektroda bola – pelat, jarum – bola, dan
jarum – pelat nilai tegangan tembusnya cenderung sama yakni dikisaran 10 kV hingga
sekitar 20 kV lebih. Sementara pada elektroda berbentuk bola – jarum nilai tegangan
tembusnya lebih kecil disbanding yang lain yakni antara 6 kV hingga 12 kV. Hal ini
berarti bahwa bentuk elektroda juga mempengaruhi nilai tegangan tembus.
H. KESIMPULAN
Dari hasil percobaan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa nilai tekanan
isolasi yang diberikan mempengaruhi nilai tegangan tembus. Nilai tekanan isolasi
udara yang diberikan berbanding lurus dengan nilai tegangan tembus yang dihasilkan.
Bentuk elektroda juga mempengaruhi nilai tegangan tembus.

PENGARUH TEKANAN ISOLASI UDARA PADA TEGANGAN


TEMBUS IMPULS

A. TUJUAN
1. Mempelajari proses tembus pada kondisi bertekanan.
2. Mempelajari karakteristik tembus dari berbagai elektroda pada gas – gas yang
bertekanan.
3. Mempelajari pengaruh tekanan pada tegangan tembus AC

B. UMUM
Hukum Paschen mengatakan bahwa hubungan garis lurus antara jatuh
tegangan dan tekanan gas terjadi dalam daerah tertentu. Juga dikatakan, bahwa
tekanan gas lebih tinggi panjang jalan bebas dari molekul molekul menjadi berkurang
dengan demikian ionisasi terjadi pada intensitas medan yang lebih tinggi. Dalam
pemakaian biasa, dimensi – dimensi insulasi dapat dikurangi bila tekanan dari gas
insulasi ditambah.

C. RANGKAIAN PENGUJIAN
TH = Transformator tegangan tinggi 100kV rms, 5kVA
CST = Pembagi Tegangan 100 kV rms, 500 pF
SWS = Tegangan AC bagian sekunder
TSB = Kotak control jenis 279 termasuk Transformator pengaturan
TSM = Arus AC Transformer
TO = Obyek Latihan

D. PENGUJIAN
D.1. Konfigurasi Elektroda
Tegangan tembus diukur dengan peralatan pembagi tegangan (Voltage
Devider). Konfigurasi elektroda yang akan diuji adalah:
a) Tipe bola - jarum (ditanahkan)
b) Tipe jarum - bola (ditanahkan)
c) Tipe jarum - kotak (ditanahkan)
d) Tipe bola - kotak (ditanahkan)
D.2. Langkah Percobaan
1. Pasangkan salah satu konfigurasi diatas pada tempat objek pengujian
2. Naikkan tegangan hingga udara diantara elektroda tembus, kemudian catat
tegangan tersebut.
3. Naikkan jarak elektroda seperti pada tabel kemudian naikkan tegangan
hingga udara tembus.
4. Gantikan konfigurasi elektroda diatas kemudian ulangi percobaan seperti
diatas.
E. TABEL PENGAMATAN
TEGANGAN TEMBUS AC PADA UDARA UNTUK BERBAGAI JENIS
ELEKTRODA

Konfigurasi Tegangan Tembus (kV)


Percobaan Tekanan (Bar)
Elektroda V1 V2 V3 Vr
0.5 52 54 53 53
1.0 52 54 54 53.33
Tipe bola -
1 1.5 53 53 53 53
jarum
2.0 54 54 54 54
2.5 52 53 54 53
0.5 38 38 38 38
1.0 39 40 40 39.67
Tipe jarum -
2 1.5 56 58 58 57.33
bola
2.0 58 59 58 58.33
2.5 60 59 60 59.67

0.5 12 12 12 12
1.0 14 14 14 14
Tipe jarum -
3 1.5 19 18 18 18.33
kotak
2.0 20 20 20 20
2.5 21 21 22 21.33
0.5 62 64 62 62.67
1.0 64 64 62 63.33
Tipe bola -
4 1.5 62 62 62 62.00
kotak
2.0 62 64 64 63.33
2.5 60 62 62 61.33
F. ANALISA DATA
Grafik V terhadap P
Grafik V - P Bola Jarum Grafik P - V Jarum Bola
54.2 70.00

54
60.00
53.8
50.00
53.6

53.4 40.00
V (kV)

V (kV)
53.2 30.00
53
20.00
52.8
10.00
52.6

52.4 0.00
0.5 1 1.5 2 2.5 0.5 1 1.5 2 2.5
P (atm) P (bar)

Grafik V - P Jarum Kotak Grafik P - V Bola Kotak


60.40 63.50

60.20 63.00

62.50
60.00
62.00
59.80
V (kV)

V 9kV)

61.50
59.60
61.00

59.40 60.50

59.20 60.00
0.5 1 1.5 2 2.5 0.5 1 1.5 2 2.5
P (atm) P (atm)

Berdasarkan percobaan yang dilakukan, pada tipe bola jarum rata rata mengalami
kenaikan tegangan apabila tekanan diperbesar. Pada tekanan 0,5 bar terjadi kegagalan pada
rata – rata 53 kV. Pada tekanan 1,0 bar terjadi kegagalan pada rata – rata 53.33 kV. Pada
tekanan 1,5 bar terjadi kegagalan pada rata – rata 53 kV. Pada tekanan 2,0 bar terjadi
kegagalan pada rata – rata 54 kV. Pada tekanan 2,5 bar terjadi kegagalan pada rata – rata 53
kV. Semakin tinggi tekanan yang diberikan, maka semakin besar tegangan saat gagal. Begitu
pula sebaliknya, semakin kecil tekanan, semakin kecil juga tegangan saat mengalami
kegagalan, jika dilihat dari grafik P – V. Jika dibandingkan keempat grafik, semua grafik
mengalami kenaikan sesuai penambahan tekanan, kecuali grafik P – V bola kotak, pada
grafik ini menunjukkan hal sebaliknya, saat tekanan ditambah, kegagalan pada bentuk
elektroda ini justru semakin cepat

G. KESIMPULAN
- Dari percobaan yang dilakukan kelompok kami, semakin besar tekanan, maka
semakin besar tegangan saat gagal.
- Dari bentuk grafik yang berbeda – beda, terbukti bahwa bentuk anoda dan katoda
memengaruhi hubungan tegangan dan tekanannnya.

TEGANGAN TEMBUS IMPULS PADA ISOLASI ZAT CAIR

A. TUJUAN
1. Mempelajari proses tembus tegangan AC pada minyak.
2. Mempelajari karakteristik tembus tegangan AC pada minyak.
3. Mengetahui data statistik dari hasil pengukuran tegangan AC pada minyak.
B. UMUM
Pengujian ini menunjukkan evaluasi dari tegangan tembus menurut VDE
0370. Disebabkan penyebaran yang besar (lebih banyak minyak terkontaminasi),
maka tegangan tembus ditentukan sebagai nilai rata-rata dari lima pengukuran
tersendiri.
C. SIRKUIT LATIHAN DAN KOMPONEN-KOMPONEN YANG DIPERLUKAN

TH = Transformator Tegangan Tinggi 100 Kv RMS, 5 Kva


CST = Pembagi Tegangan 100 kV, 500 pF
SWS = Tegangan AC bagian sekunder
TSB = Kotak pengatur jenis 279 termasuk transformator regulator
TSM = Arus AC sekunder Transformator
TO = Objek yang diuji
D. INSTRUKSI PENGUJIAN
1. Objek Test:
Cangkir penguji minyak diisi dengan contoh dari minyak yang akan diuji (tidak
bebas). Minyak tersebut diisi dengan pelan-pelan ke dalam cangkir hingga di atas
yang ditentukan, untuk menghindari terbentuknya gelembung-gelembung.
Kemudian minyak harus dibiarkan minimal selama 10 menit sebelum diuji.
2. Pengujian
Tegangan harus dinaikkan dari nol hingga tembus dengan laju rata-rata 2-4
kV/detik. Contoh minyak tersebut harus diuji 6 kali, interval waktu masing-
masing pengujian harus 2 menit. Tegangan harus dimatikan bila sudah tembus dan
minyak diantara elektoda sebaiknya diaduk dengan suatu batang dari bahan gelas
(bila tidak maka minyak yang terkontaminasi diantara elektroda-elektroda
mempengaruhi tegangan tembus berikutnya).

E. TABEL PENGAMATAN
TEGANGAN TEMBUS AC PADA ISOLASI ZAT CAIR
Jarak elektroda = 1 cm

Kelompok Percobaan Impuls Kelompok Percobaan Impuls


1 62 1 54
2 64 2 56
Kelompok Kelompok
I 3 65 III 3 58
4 63 4 56
5 63 5 56
1 64 1 56
2 64 2 52
Kelompok Kelompok
II 3 62 IV 3 56
4 64 4 56
5 64 5 56
F. ANALISA DATA

Grafik percobaan
70

60

50

40
V (kV)

30

20

10

0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
Percobaan

Berdasarkan percobaan yang telah kelompok kami dan lainnya lakukan, didapatkan 20
data pengukuran. Pada percobaan uji isolasi pada zat cair, rata – rata terhitung kegagalan
isolasi zat cair sebesar 59.55 kV. Pada percobaan uji isolasi pada zat cair, nilai tengah/
median terhitung kegagalan isolasi zat cair sebesar 60 kV. Pada percobaan uji isolasi pada zat
cair, modus terhitung kegagalan isolasi zat cair sebesar 56 kV. Kemungkinan terjadi
kegagalan pada tegangan 52 kV adalah 0.05%. Kemungkinan terjadi kegagalan pada
tegangan 54 kV adalah 0.05%. Kemungkinan terjadi kegagalan pada tegangan 56 kV adalah
0.35%. Kemungkinan terjadi kegagalan pada tegangan 58 kV adalah 0.05%. Kemungkinan
terjadi kegagalan pada tegangan 62 kV adalah 0.1%. Kemungkinan terjadi kegagalan pada
tegangan 63 kV adalah 0.1%. Kemungkinan terjadi kegagalan pada tegangan 64 kV adalah
0.25%. Kemungkinan terjadi kegagalan pada tegangan 65 kV adalah 0.05%. Untuk
n( A)
menghitung nilai kemungkinan, digunakan rumus P ( A )=
n(S )

Apabila dilakukan pengukuran sebanyak 100 kali. Probabilitas kegagalan yang terjadi
pada tegangan 52 kV adalah 5 kali. Probabilitas kegagalan yang terjadi pada tegangan 54 kV
adalah 5 kali. Probabilitas kegagalan yang terjadi pada tegangan 56 kV adalah 35 kali.
Probabilitas kegagalan yang terjadi pada tegangan 58 kV adalah 5 kali. Probabilitas
kegagalan yang terjadi pada tegangan 62 kV adalah 10 kali. Probabilitas kegagalan yang
terjadi pada tegangan 63kV adalah 10 kali. Probabilitas kegagalan yang terjadi pada tegangan
64 kV adalah 25 kali. Probabilitas kegagalan yang terjadi pada tegangan 65 kV adalah 5 kali.
Untuk menghitung frekuensi harapan/probabilitas digunakan rumus Fh=P ( A ) ×n

G. KESIMPULAN
 Minyak trafo akan mengalami kegagalan dengan rata – rata tegangan sebesar 59.55
kV
 Kemungkinan paling besar kegagalan pada minyak trafo terjadi pada tegangan 56 kV.
 Kemungkinan paling kecil kegagalan pada minyak trafo terjadi pada tegangan 52, 54,
58, dan 65 kV.
TEGANGAN TEMBUS IMPULS DAN DC PADA KORONA

Pelepasan Korona pada tegangan AC/DC

A.Tujuan
- Mempelajari proses tembus pada Fenomena Korona
- Mempelajari karakteristik tembus pada keadaan AC dan DC
- Mempelajari pengaruh fenomena pada tegangan tembus AC
- Mempelajari pengaruh fenomena pada tegangan tembus DC

B. Umum
Fenomena corona disebabkan loncatan bunga api yang tidak seimbang pada
wilayah yang mempunyai intesitas tinggi. Karakteristik korona berbeda dengan
aplikasi tegangan AC dan DC.

C.Tes rangkaian dan komponen yang dibutuhkan

TH = High Voltage Transformer RMS 100 kV, 5 kVA


C = High Voltage Diode 100 kV, 20 mA
D.Instruksi tes
Benda uji: Kandang korona (ø 100 mm) dengan kawat (diameter 1 mm), dimasukkan
ke dalam bejana bertekanan. Dinding korona gage dibumikan.
Pengukuran: Tegangan DC positif dan negatif diterapkan dan tegangan AC
diterapkan. Mengukur tegangan saat ionisasi dimulai. Pengamatan fenomena optik
dan akustis ketika menaikkan tegangan sampai terjadi flashover.

E. Pengamatan
1. Catat tegangan visual korona AC/DC
2. Amati cahaya yang tampak pada penghantar
3. Amati perbedaan cahaya untuk korona AC/DC

F. Tabel Pengamatan

Kelompok Percobaan Impuls [kV] DC[kV]


Korona

1 I 58 16

II 60 17

III 60 16

Vr 59.333 16.333

Kelompok Percobaan Impuls [kV] DC [kV]


Korona

2 I 60 11

II 59 12

III 60 11

Vr 59.667 11.333
Kelompok Percobaan Impuls [kV] DC [kV]
Korona

3 I 60 12

II 60 12

III 60 12

Vr 60 12

Kelompok Percobaan Impuls [kV] DC [kV]


Korona

4 I 54 14

II 54 14

III 54 14

Vr 54 14

G. Grafik

Tegangan Impuls Korona


61
60
59
58 Kelompok 1
Tegangan dalam [kV]

57 kelompok 2
kelompok 3
56 kelompok 4
55
54
53
52
51
Percobaan 1 Percobaan 2 Percobaan 3 V rata - rata
Tegangan DC Korona
18

16

14
Kelompok 1
Tegangan dalam [kV]

12
kelompok 2
10 kelompok 3
kelompok 4
8

0
Percobaan 1 Percobaan 2 Percobaan 3 V rata - rata

H. Hasil Pengamatan

1. Pada saat pengamatan cahaya yang tampak tidak begitu terlihat dengan jelas.
2. Perbedaan cahaya pada saat tegangan AC/DC yaitu pada saat tegangan AC
terdapat Loncatan Bunga Api, sedangkan pada tegangan DC tidak terlihat adanya
Loncatan Bunga Api.

I. Analisis pengujian

o Untuk visual korona AC memiliki tegangan berubah-ubah dan frekuensi 50


HZ
o Untuk visual korona DC memiliki tegangan yang tetap dan tidak ada frekuensi

J. Kesimpulan

Dari percobaan praktikum Impuls Korona dapat disimpulkan bahwa tegangan


yang dihasilkan cenderung lebih tinggi karena dipengaruhi tegangan arus ACyang
memiliki frekuensi, dan terjadi percikan bunga api. Sedangkan dari percobaan
praktikum DC Korona dapat disimpulkan bahwa tegangan yang dihasilkan cenderung
lebih rendah, dan sedikit mengalami spark.

Anda mungkin juga menyukai