Anda di halaman 1dari 8

Nama: M.

Akbar Ashidiq
Kelas: EN – 2J
NIM: 1217020007

Akhlak kepada Allah SWT:


Sikap atau perbuatan yang seharusnya dilakukan oleh manusia sebagai makhluk, kepada Tuhan
sebagai khalik. Dan sebagai titik tolak akhlak kepada Allah adalah pengakuan dan kesadaran
bahwa tiada Tuhan melainkan Allah.

Cara Berakhlak kepada Allah swt


a. Cinta dan ridha kepada Allah SWT.
b. Berbaik sangka kepada Allah SWT.
c. Bersyukur atas nikmat Allah SWT.
d. Bertawakal/ berserah diri kepada Allah SWT.

Alasan mengapa kita harus berakhlak kepada Allah SWT:

 Pertama, karena Allah-lah yang menciptakan manusia.


Dia yang menciptakan manusia dari air yang ditumpahkan keluar dari tulang punggung dan
tulang rusuk hal ini sebagai mana di firmankan oleh Allah dalam surat At-Thariq ayat 5-7.
sebagai berikut, "Maka hendaklah manusia memperhatikan dari apakah dia diciptakan?
Dia tercipta dari air yang terpancar, yang terpancar dari tulang sulbi dan tulang dada”. (At-
Tariq:5-7)
 Kedua, karena Allah-lah yang telah memberikan perlengkapan panca indera, berupa
pendengaran, penglihatan, akal pikiran dan hati sanubari, disamping anggota badan yang
kokoh dan sempurna kepada manusia.
Firman Allah dalam surat, An-Nahl ayat 78, “Dan Allah telah mengeluarkan kamu dari perut
ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatu pun, dan Dia memberi kamu
pendengaran, penglihatan, dan hati, agar kamu bersyukur.” (Q.S. An-Nahl:78)
 Ketiga, karena Allah-lah yang telah menyediakan berbagai bahan dan sarana yang
diperlukan bagi kelangsungan hidup manusia, seperti bahan makanan yang berasal dari
tumbuh-tumbuhan, air, udara, binatang ternak dan lainnya.
Firman Allah dalam surat Al-Jatsiyah ayat 12-13, "Allah-lah yang menundukkan lautan
untuk kamu supaya kapal-kapal dapat berlayar padanya dengan seizin-Nya, supaya kamu
dapat mencari sebagian dari karunia-Nya dan mudah-mudahan kamu bersyukur. Dan Dia
menundukkan untuk kamu apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi semuanya,
(sebagai rahmat) dari pada Nya. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-
tanda (kekuasaan Allah) bagi kamu yang berpikir”. (Q.S. Al-Jatsiyah:12-13)

Akhlak kepada diri sendiri:


Sikap seseorang terhadap diri pribadinya baik itu jasmani sifatnya atau rohani. Kita harus adil
dalam memperlakukan diri kita, dan jangan pernah memaksa diri kita untuk melakukan sesuatu
yang tidak baik atau bahkan membahayakan jiwa. Oleh karena itu, kita harus menjaga kesucian
diri kita, menjaga kesehatan jiwa dan akal kita, dan menjaga kebugaran tubuh kita.

Cara berakhlak kepada diri sendiri:


a. Sabar.
b. Selalu bersyukur.
c. Tawaduk = rendah hati.
d. Shiddiq = benar atau jujur.
e. Amanah.
f. Istiqamah = sikap teguh dalam mempertahankan keimanan.
g. Iffah = menjauhkan diri dari hal-hal yang tidak baik.
h. Pemaaf.
i. Adil.

Akhlak kepada orang tua:


Sikap menghormati dan menyayangi mereka berdua (kedua orang tua) dengan sopan santun
dan berbakti kepada keduanya dalam keadaan hidup dan dalam keadaan sudah meninggal
dunia.
Perintah Allah SWT agar berakhlak & berbakti kepada orang tua:

‫ك ْال ِك َب َر َأ َح ُد ُه َما َأ ْو كِال ُه َما َفال َتقُ ْل‬ ِ ‫ُّك َأال َتعْ ُب ُدوا ِإال ِإيَّاهُ َو ِب ْال َوالِدَ ي‬
َ ‫ْن ِإحْ َسا ًنا ِإمَّا َي ْبلُ َغنَّ عِ ْن َد‬ َ ‫َو َق‬
َ ‫ضى َرب‬
ُّ ‫اخفِضْ َل ُه َما َج َنا َح‬
ِّ‫الذ ِّل م َِن الرَّ حْ َم ِة َوقُ ْل َرب‬ ْ ‫ َو‬.‫َل ُه َما ُأفٍّ َوال َت ْن َهرْ ُه َما َوقُ ْل َل ُه َما َق ْوال َك ِريمًا‬
‫ص ِغيرً ا‬َ ‫ارْ َحمْ ُه َما َك َما َر َّب َيانِي‬
Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah
kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara
keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali
janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan “ah” dan janganlah kamu
membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia. Dan rendahkanlah
dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan dan ucapkanlah: “Wahai Tuhanku,
kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil”. (QS
Al-Isra : 23-24)
َ ‫ْن َأ ِن ا ْش ُكرْ لِي َول َِوالِ َدي‬
َّ‫ْك ِإ َلي‬ َ ‫ان ِب َوالِدَ ْي ِه َح َم َل ْت ُه ُأ ُّم ُه َوهْ ًنا َع َلى َوهْ ٍن َوف‬
ِ ‫ِصالُ ُه فِي َعا َمي‬ َ ‫ص ْي َنا اإل ْن َس‬
َّ ‫َو َو‬
‫ْالمَصِ ي ُر‬
Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu-bapaknya; ibunya
telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya
dalam dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-
Kulah kembalimu. (QS Luqman : 14)

Cara berakhlak kepada kedua orang tua:


a. Bergaul bersama keduanya dengan baik.
b. Berkata kepada keduanya dengan perkataan yang lembut.

c. Tawaduk = rendah hati.


d. Memberi infaq (shadaqah) kepada orang tua.
e. Mendo’akan orang tua.

Keutamaan berbakti kepada orang tua:


A. Merupakan amal yang paling utama. ‘Abdullah bin Mas’ud radhiyallaahu ‘anhu berkata:
“Aku bertanya kepada Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam, ‘Amal apakah yang paling utama?’
Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam menjawab, ‘Shalat pada waktunya (dalam riwayat lain
disebutkan shalat di awal waktunya).’ Aku bertanya lagi, ‘Kemudian apa?’ Nabi menjawab:
‘Berbakti kepada kedua orang tua.’ Aku bertanya lagi: ‘Kemudian apa?’ Nabi menjawab, ‘Jihad
di jalan Allah’. (HR. Bukhari dan Muslim).
B. Ridha Allah bergantung pada Ridha orang tua. “Dari ‘Abdullah bin ‘Amr bin ‘Ash
Radhiyallaahu ‘anhuma, bahwa Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Ridha Allah
bergantung kepada keridhaan orang tua dan murka Allah bergantung kepada kemurkaan orang
tua”. (HR. Bukhari).
C. Berbakti kepada orang tua dapat menghilangkan kesulitan yang sedang dialami, yaitu
dengan bertawassul dengan amal shalih tersebut.
D. Akan diluaskan rezeki dan dipanjangkan umurnya. “Barangsiapa yang ingin diluaskan
rezekinya dan dipanjangkan umurnya, maka hendaklah ia menyambung silaturrahimnya.” (HR.
Bukhari dan Muslim).
E. Akan dimasukkan ke Surga oleh Allah ‘Azza wa jalla.

Akhlak kepada lingkungan:


Yang dimaksud lingkungan di sini adalah segala sesuatu yang berada di sekitar manusia, baik
binatang, tumbuh-tumbuhan, maupun benda-benda tak bernyawa.
Pada dasarnya, akhlak yang diajarkan Al-Quran terhadap lingkungan bersumber dari fungsi
manusia sebagai khalifah. Kekhalifahan menuntut adanya interaksi antara manusia dengan
sesamanya dan manusia terhadap alam. Kekhalifahan mengandung arti pengayoman,
pemeliharaan, serta pembimbingan, agar setiap makhluk mencapai tujuan penciptaannya.
Yang demikian mengantarkan manusia bertanggung jawab, sehingga ia tidak melakukan
perusakan, bahkan dengan kata lain, "Setiap perusakan terhadap lingkungan harus dinilai
sebagai perusakan pada diri manusia sendiri."
Perintah Allah SWT untuk berakhlak atau menjaga lingkungan:
‫ك َواَل تَ ْب ِغ‬ َ ‫صيبَكَ ِمنَ ال ُّد ْنيَا َوَأحْ ِس ْن َك َما َأحْ َسنَ هَّللا ُ ِإلَ ْي‬
ِ َ‫س ن‬ َ ‫ك هَّللا ُ ال َّد‬
َ ‫ار اآْل ِخ َرةَ َواَل تَ ْن‬ َ ‫َوا ْبت َِغ فِي َما َءاتَا‬
َ‫ض ِإ َّن هَّللا َ اَل يُ ِحبُّ ْال ُم ْف ِس ِدين‬
ِ ْ‫ْالفَ َسا َد فِي اَأْلر‬
Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat,
dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (keni`matan) duniawi dan berbuat baiklah
(kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu, dan janganlah kamu
berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang
berbuat kerusakan. (QS. Al-Qashasah 28:77)

ِ ْ‫َواَل ُت ْفسِ ُدوا فِي اَأْلر‬


َ ‫ض َبعْ دَ ِإصْ اَل ِح َها َذلِ ُك ْم َخ ْي ٌر َل ُك ْم ِإنْ ُك ْن ُت ْم مُْؤ ِمن‬
… ‫ِين‬
…dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi sesudah Tuhan memperbaikinya.
Yang demikian itu lebih baik bagimu jika betul-betul kamu orang-orang yang beriman. (
QS. Al-Araf 7)

Cara berakhlak kepada lingkungan:


a. Menjaga kebersihan lingkungan.
b. Menjaga keseimbangan ekosistem.
c. Melindungi dan menjaga flora dan fauna yang sudah terancam punah dan belum terancam
punah.
d. Mengadakan reboisasi atau penghijauan kembali.

Akhlak kepada masyarakat:


Sikap atau sifat yang tertanam dalam jiwa manusia yang dilakukan secara spontan tanpa
pertimbangan terlebih dahulu dalam lingkungan atau kehidupaan. Atau dalam arti lain kita
harus berbuat baik kepada sesama manusia tanpa memandang kepada siapa orang tersebut,
sehingga kita mampu hidup dalam masyarakat yang aman dan tenteram. Kita harus
memperhatikan saudara kaum muslim semuanya dan juga tetangga kita.
Seperti yang diriwayatkan dari Anas ra bahwa "Rasulullah SAW bersabda:
“Tidaklah beriman seoarang dari kalian hingga ia menyukai saudaranya sebagaimana ia
menyukai dirinya sendiri.” (H.R. Bukhari)

Sebagai umat Islam, ada hal-hal yang harus ditunaikan antar sesama umat Islam sebagaimana
yang telah dijelaskan Rasulullah dalam sabdanya:
“Apabila engkau berjumpa dengannya, ucapkanlah salam, apabila ia mengundangmu,
penuhilah, apabila dia meminta nasehat kepadamu, berilah nasehat, apabila dia bersin dan
mengucapkan Alhamdulillah, ucapkanlah Yarhamukallah, apabila dia sakit, jenguklah dan
apabila dia meninggal dunia, antarkanlah jenazahnya.” (HR. Bukhari Muslim)

Akhlak terpuji seorang muslim terhadap saudaranya sesama muslim lainnya meliputi :
1. Mencintai saudaranya sesama muslim.
2. Mencintai karena Allah SWT.
3. Tolong menolong..
4. Membantu saudara yang kesulitan.
6. Menutupi a’ib saudaranya sesama muslim.
7. Saling menyanyangi satu sama lainnya.
8. Mendoakan kebaikan.
10. Saling berjabatan tangan ketika bertemu.
11. Ramah tamah dan rendah hati.
12. Mendahulukan kepentingan saudaranya daripada kepentingan sendiri.
13. Berprasangka baik.

Akhlak-akhlak Nabi beserta hadistnya:


1. Rasulullah SAW adalah manusia yang paling sempurna akhlaknya. Tujuan diutusnya adalah
sebagai contoh yang paling baik untuk seluruh ummat.
Dalam sebuah hadits yang shahih, Rasulullah SAW besabda :

‫ار َم اَألخالَ ِق‬ ‫َّن َما ُبع ُ ُأِل‬


ِ ‫ِثت َت ِّم َم َم َك‬ ‫ِإ‬
“Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak yang mulia.” (Dishahihkan oleh Al-
Albani dalam As-shahihnya No.45)

2. Firman Allah SWT di dalam Al Qur’an, bahwa pada diri Rasulullah SAW terdapat suri tauladan
yang baik bagi segenap umatnya.
Allah berfirman:

ً‫هللا َكثِيرا‬ َ ‫ُول هِّللا ِ ُأ‬


َ ‫سوةٌ َح َس َن ٌة لِ َمن َك‬
َ ‫ان َيرجُو هللا وال َيو َم اآلخ َِر َو َذ َك َر‬ ِ ‫ان َل ُكم فِي َرس‬
َ ‫َل َقد َك‬
“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri tauladan yang baik bagimu (yaitu) bagi
orang yang mengharap rahmat Allah dan kedatangan hari kiamat dan dia banyak menyebut
nama Allah.” (Al-Ahzab:21)

3.
ُ‫ت َمسْ رُو ًقا َقا َل َقا َل َع ْب ُد هَّللا ِ بْن‬ ٍ ‫ت َأ َبا َو‬
ُ ْ‫اِئل َس ِمع‬ ُ ْ‫ان َس ِمع‬ َ ‫شعْ َب ُة َعنْ ُس َل ْي َم‬
ُ ‫َح َّد َث َنا َح ْفصُ بْنُ ُع َم َر َح َّد َث َنا‬
‫ُوق َقا َل َد َخ ْل َنا َع َلى َع ْب ِد‬ ‫َأْل‬
ٍ ‫ْن َس َل َم َة َعنْ َمسْ ر‬ ِ ‫ِيق ب‬ ِ ‫ش َعنْ َشق‬ ِ ‫مْرو َح َّد َث َنا قُ َت ْي َب ُة َح َّد َث َنا َج ِري ٌر َعنْ ا عْ َم‬ ٍ ‫َع‬
ْ‫صلَّى هَّللا ُ َع َل ْي ِه َو َسلَّ َم َف َقا َل َل ْم َي ُكن‬
َ ِ ‫او َي َة ِإ َلى ْال ُكو َف ِة َف َذ َك َر َرسُو َل هَّللا‬
ِ ‫ِين َق ِد َم َم َع م َُع‬
َ ‫مْروح‬ ٍ ‫ْن َع‬ ِ ‫هَّللا ِ ب‬
‫صلَّى هَّللا ُ َع َل ْي ِه َو َسلَّ َم ِإنَّ ِمنْ َأ ْخ َي ِر ُك ْم َأحْ َس َن ُك ْم ُخلُ ًقا‬
َ ِ ‫َفا ِح ًشا َواَل ُم َت َفحِّ ًشا َو َقا َل َقا َل َرسُو ُل هَّللا‬
“Diriwayatkan dari Hafsh bin ‘Umar, dari Syu’bah, dari Sulaiman, aku mendengar Abu Wa’il,juga
aku telah mendengar dari Masruq berkata, ‘Abdullah bin ‘Umar berkata, dan dari Qutaibah, dari
Jarir, dari Al-‘A’masy, dari Syaqiq bin Salamah, dari Masruq berkata: kami telah bertemu dengan
‘Abdillah bin ‘Amr dan ketika berangkat dengan Mu’awiyah ke Kufah, kemudian dia menyebut
Rasulullah s.a.w.dan berkata: “Rasulullah s.a.w.sama sekali bukanlah orang yang keji dan bukan
pula orang yang jahat; dan dia berkata, Rasulullah s.a.w. bersabda: “sesungguhnya orang paling
baik di antara kamu sekalian adalah yang paling baik budi pekertinya.”

4. Ketika Ummul Mukminin ‘Aisyah ditanya tentang akhlak Rasulullah s.a.w., ia menjawab :

‫ﻜﺎﻦ ﺨﻠﻘﻪ ﺍﻠﻘﺮﺍﻦ‬


“Akhlak Beliau adalah Al-Qur’an.“ (H.R. Ahmad)

5. “Anas bin Malik mengatakan: ”Aku melayani Rasulullah selama sepuluh tahun. Demi Allah,
Beliau sama sekali tidak pernah membentak dengan ucapan “husy”, dan tidak pernah pula
Beliau menegur “Mengapa engkau berbuat begitu?”, atau kenapa engkau tidak berbuat
begitu?.” (H.R. Muslim)

6. Betapa tinggi serta mulia akhlak Rasulullah SAW. Allah Azza wa Jalla berfirman:

‫ك َل َع َل ٰى ُخلُ ٍق َعظِ ٍيم‬


َ ‫َوِإ َّن‬
“Dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung.” (Al-Qalam/68:4)
7. Pergaulan Rasulullah SAW tidak hanya sebatas orang-orang dewasa saja, beliau terkadang
mendatangi dan mengucapkan salam kepada anak-anak kecil serta mencandai mereka. Namun
perlu diingat bahwa Rasulullah SAW tidak pernah mengucapkan perkataan dusta, meski sedang
bercanda. Pernah ada yang mengatakan kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam :

‫ك ُتدَاعِ ُب َنا َقا َل ِإ ِّني الَ َأقُ ْو ُل ِإالَّ َح ًّقا‬


َ ‫هللا ِإ َّن‬
ِ ‫َيا َرس ُْو َل‬
Wahai Rasulullah, sesungguhnya engkau mencandai kami,” Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda, “Sesungguhnya saya tidak mengucapkan apapun kecuali yang benar.” (HR. al-
Bukhâri dalam Adabul Mufrad, no. 265 dan at-Tirmidzi, no. 1990 dari hadits Abu Hurairah
Radhiyallahu anhu)

Ridho:
1. Dari ‘Abbas bin ‘Abdil Muththalib radhiyallahu ‘anhu, bahwa dia telah mendengar
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

ً‫الم دِي ًنا َو ِبم َُح َّم ٍد َرس ُْوال‬ ‫هَّلل‬ ِ ‫اق َطعْ َم اِإلي َم‬
َ ‫َذ‬
ِ ْ‫ان َمنْ َرضِ َي ِبا ِ َر ًّبا َو ِباِإلس‬
“Akan merasakan kelezatan/kemanisan iman, orang yang ridha kepada Allah sebagai Rabbnya
dan Islam sebagai agamanya serta (nabi) Muhammad sebagai rasulnya”.

Hadits yang agung ini menunjukkan besarnya keutamaan ridha kepada Allah Ta’ala, Rasul-Nya
dan agama Islam, bahkan sifat ini merupakan pertanda benar dan sempurnanya keimanan
seseorang.

Beberapa faidah penting yang terkandung dalam hadits ini:


– Arti “ridha kepada sesuatu” adalah merasa cukup dan puas dengannya, serta tidak
menginginkan selainnya.
– Arti “merasakan kelezatan/kemanisan iman” adalah merasakan kenikmatan ketika
mengerjakan ibadah dan ketaatan kepada Allah Ta’ala, bersabar dalam menghadapi kesulitan
dalam (mencari) ridha Allah Ta’ala dan rasul-Nya shallallahu ‘alaihi wa sallam, dan
mengutamakan semua itu di atas balasan duniawi, disertai dengan kecintaan kepada Allah dan
Rasul-Nya dengan melakukan (segala) perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya.
Sabar:
Kata sabar berasal dari bahasa Arab yaitu dari kata sobaro yasbiru, yang artinya
menahan. Sedangkan secara istilah, sabar adalah menahan diri dari segala macam bentuk
kesulitan, kesedihan atau menahan diri dalam menghadapi segala sesuatu yang tidak disukai
dan dibenci. Adapun sabar secara lebih luas adalah menahanan diri agar tidak mudah marah,
berkeluh kesah, benci, dendam, tidak mudah putus asa, melatih diri dalam ketaatan dan
membentengi diri agar tidak melakukan perbuatan keji dan maksiat.

Adapun hadits tentang sabar diantaranya sebagai berikut:

1. “Barangsiapa yang sabar akan disabarkan Allah, dan tidak ada pemberian Allah yang paling
luas dan lebih baik daripada kesabaran“. (HR. Bukhari, Muslim, Ahmad, at-Tirmidzi, Nasa’i,
Abu Dawud, Malik dan Ad-Darimi)
2. “Sangat menakjubkan semua urusan orang yang beriman, sesungguhnya segala urusannya
itu sangat baik baginya, dan hal itu tidak dimiliki oleh seorangpun, kecuali orang yang beriman.
Apabila ia mendapatkan kesenangan ia bersyukur, maka yang demikian itu sangat baik dan
apabila ia tertimpa kesusahan ia sabar, maka yang demikian itu sangat baik baginya“. (HR.
Muslim)
3. “Sabar itu ada tiga yaitu sabar dalam musibah, sabar dalam taat, dan sabar dalam menjauhi
maksiat. Barangsiapa bersabar dalam musibah sehingga dikembalikannya dalam keadaan baik
atas apa yang menimpa dirinya (ia ridho atas bala’ yang diberikan-Nya), maka Allah akan
menulis baginya 300 derajat yang tiap-tiap derajat jaraknya antara langit dengan bumi. Dan
barangsiapa bersabar dalam melaksanakan taat, maka Allah akan menuliskannya 600 derajat,
tiap dua derajat jaraknya antara langit dunia dengan Sidratul Muntaha. Dan barangsiapa yang
bersabar dalam menjauhi maksiat, maka Allah tulis baginya 900 derajat yang jarak dua
derajatnya seperti ‘Arasy dua kali“. (HR. Abu Dunya dan Abu Syaikh)

Anda mungkin juga menyukai