Anda di halaman 1dari 20

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pembangunan kesehatan merupakan upaya untuk memenuhi salah satu hak dasar
rakyat, yaitu hak untuk memperoleh pelayanan kesehatan sesuai dengan UUD 1945 dan UU
Nomor 23 tahun 1992 tentang kesehatan. Maka berbagai upaya kesehatan yang dilakukan
untuk memperbaiki status kesehatan masyarakat telah ditetapkan dalam kebijakan
pembangunan kesehatan dengan tujuan meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan
hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setingggi-
tingginya. Tujuan tersebut dijabarkan lebih lanjut ke dalam grand strategy Departemen
Kesehatan Republik Indonesia (200) yaitu: (1) menggerakkan dan memberdayakan
masyarakat untuk hidup sehat, (2) meningkatkan akses masyarakat terhadap pelayanan yang
berkualitas, (3) meningkatkan sistem surveilans, monitoring dan infonnasi kesehatan, dan (4)
meningkatkan pembiayaan kesehatan.

Program pembangunan kesehatan yang secara khusus diperuntukkan untuk ibu, bayi
baru lahir, dan bayi telah ditetapkan kebijakan khusus yang mencakup perbaikan gizi,
jaminan obat dan perbekalan kesehatan. Kebijakan program kesehatan ibu dan bayi bani lahir
adalah mendekatkan pelayanan kesehatan yang terfokus pada 3 pesan kunci "making
pregnancy safer" (MPS) yaitu: (1) setiap kehamilan ditolong tenaga kesehatan terlatih, (2)
setiap komplikasi obstetri dan neonatal mendapat pelayanan yang adekuat, dan (3) setiap
wanita usia subur mempunyai akses terhadap pencegahan kehamilan yang tidak dlnginkan
dan penanganan komplikasi keguguran.

Ketiga pesan kunci MPS di atas harus diselenggarakan dengan saling terintegrasi
melalui empat strategi yaitu: (I) meningkatkan akses dan kualitas pelayanan kesehatan ibu
untuk ketiga fokus pelayanan di atas, baik pelayanan dasar maupun pelayanan rujukan. (2)
membanguri kemitraan yang efektif antar program dan sektor serta mitra swasta. (3)
mendorong pemberdayaan perempuan dan keluarga. dan ( 4) mendorong pemberdayaan
masyarakat. Berkaitan dengan masalah mengatasi kesak.itan dan kematian bayi dan
anakbalita. maka ditetapkan strategi: (I) mempercepat upaya penurunan angka kesakitan dan
kematian melalui pemberdayaan masyarakat termasuk kemitraan dengan berbagai pihak.
pada tingkatan program kesehatan bayi baru lahir, bayi dan balita, (2) mempercepat upaya
penurunan angka kesakitan dan kematian melalui peningkatan akses dan kualitas termasuk
sistem rujukan perawatan kesehatan bayi baru lahir, bayi dan balita. (3) mempercepat upaya
penurunan angka kesak.itan dan kematian melalui pendataan, supervisi, monitoring dan
evaluasi masalah kesehatan bayi baru lahir, bayi dan balita, ( 4) mempercepat upaya
penurunan angka kesakitan dan kematian melalui penelitian dan pengembangan teknologi
tepat guna dalam pelayanan dan perawatan kesehatan bayi baru lahir, bayi dan balita. dan (5)
mempercepat upaya penurunan angka kesakitan dan kematian melalui advok.asi untuk
menjarnin peningkatan rencana dan anggaran kesehatan bayi baru lahir dan bayi. Berbagai
upaya kesehatan yang dilakukan telah membawa kemajuan penting dalam peningkatan
kualitas kesehatan tetapi rnasih tetiadi beberapa kelemahankeiemahan yang cukup dirasakan
jika dikaitkan dengan kondisi sosio-ekonomi dan wi1ayah geografis. lndikasinya dapat dilihat
dari 1aporan basil investigasi kualitas hidup yang dilakukan pada tahun 1997 di sejwn1ah
propinsi di Indonesia yang dike1uarkan oleh Departemen Kesehatan RI, terungkap bahwa
hampir sebagian besar (80%) penolong kehamilan yang bekerja di fasilitas kesehatan tidak
mampu me1akukan asuhan kehamilan sesuai dengan standar yang dinginkan. Kehamilan
bersih dan aman jauh dari harapan karena tidak berjalannya praktek terbaik bagi asuhan ibu
dan bayi. Hal yang sama juga ditunjukkan data yang diungkapkan o1eh Survei Kesehatan
Indonesia (SDKI) tahun 2002-2003 yakni angka kematian bayi AKB) masih cukup tinggi
yaitu 35 per 1.000 ke1ahiran. angka kematian balita (AKABA) yaitu 46 per 1.000 jiwa dan
angka kematian ibu (AKI) yaitu 307 per 1.000 jiwa (Departemen Kesehatan RI, 2008)
Memperhatikan hal di atas maka, pemerintah bersama rnitranya yaitu masyarakat umum
secara luas yang bergerak dalam bidang kesehatan untuk terus berupaya menekankan angka-
angka AKB, AKABA dan AKI me1alui berbagai kegiatan yang digerakkan secara bersama-
sama, sehingga visi pemhangunan kesehatan yaitu Indonesia Sehat 2010 dapatterwujud yaitu
bangsa Indonesia yang hidup dalam lingkungan sehat, berprilaku hidup bersih dan sehat, serta
mampu menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu secara adi1 dan merata sehingga
memperoleh derajat kesehatan yang setinggi-tingginya (Departemen Kesehatan Rl, 2007).

Salah satu bentuk kepeduliaan dari rnasyarakat untuk menekan angka AKB, AKABA
dan AKI adalah sumber daya manusia Dalam bidang kebidanan yang kiranya dapat
melahirkan tenaga-tenaga profesiona1 dalam menangani ibu dan bayi khususnya dalam
kehamilan melalui pendidikan D.III kebidanan..
B. Identifikasi Masalah

Keberhasilan studi seorang mahasiswa sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor baik
faktor yang ada dalam diri mahasiswa maupun faktor yang ada di luar dirinya. Faktor faktor
tersebut membentuk satu keadaan dan lingkungan memberikan suasana sehingga kegiatan
belajar yang dilakukan dapat mampu mencapai satu hasil yang lebih baik. Bila faktor-faktor
tersebut dikelola dengan baik maka akan mempunyai pengaruh yang positif terhadap
pencapaian prestasi, namun hila pengelolaan dilakukan tidak dengan profesional, yang terjadi
adalah ketidaknyamanan mahasiswa dalam belajar dan akhirnya tidak dapat mencapai hasil
belajar yang yang dlnginkan. Berdasarkan hal tersebut dan uraian pada latar belakang
masalah, maka dapat diidentifikasi masalah berkenaan dengan penelitian ini, yakni:

1. Apakah yang harus diberikan terlebih dahulu dalam kegiatan pembelajaran Asuhan
Kebidanan I?
2. Bagaimanakah cara menyampaikan urutan materi ajar yang paling baik dalam
pembelajaran Asuhan Kebidanan I?
3. Apakah perbedaan dalam strategi pembelajaran Asuhan Kebidanan I?
4. Apakah tujuan pembelajaran yang berbeda membutuhkan kondisi pembelajaran yang
berbeda pula?
5. Apakah perbedaan karakterlstik belajar mahasiswa mempengaruhi hasil belajar?
6. Apakah strategi pembelajaran tertentu hanya layak untuk mahasiswa yang memiliki
karekteristik tertentu pula?
7. Apakah hasil belajar mahasiswa yang diajar dengan strategi pembelajaran inkiuri
lebih tinggi dari pada hasil belajar mahasiswa yang diajar dengan strategi
pembelajaran elaborasi?
8. Apakah hasil belajar mahasiswa yang memiliki tingkat kemandirian tinggi lebib tinggi
dari pada basil belajar mahasiswa yang memiliki tingkat kemandirian rendah?
9. Apakah terdapat interaksi antara strategi pembelajaran dan tinSkat kemandirian
terbadap basil belajar?

C. Pembahasan Masalah

Pada pembahasan sebelumnya telah diketahui bahwa banyak faktor yang


mempengaruhi basil belajar mahasiswa, di mana basil belajar terkait dengan faktor internal
maupun ekstemal dari diri mahasiswa. Namun dalam penelitian ini faktor faktor tersebut
dibatasi pada dua faktor saja yang faktor ektemal yaitu strategi pembelajaran sedangkan
faktor internal adalah kemandirian. Dengan demikian masalah yang akan diteliti pada
penelitian ini dibatasi pada hasH belajar mahasiswa pada mata kuliah Asuhan Kebidanan I,
strategi pembelajaran dan kemandirian mahasiswa. Untuk strategi pembelajaran yang dikaji
adalah strategi pembelajaran inkuiri dan strategi pembelajaran elaborasi. Sedangkan
kemandirian dipilah atas kemandirian tinggi dan kemandirian rendah yang didasari atas
kemampuan mahasiswa dalam melakukan aktivitas yang berkaitan dengan tugas belajamya.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, identifikasi masalah dan pembatasan masalah


yang telah dikemukakan di atas, maka masalah penelitian dirumuskan sebagai berikut :

1) Apakah basil belajar Asuhan Kebidanan I mahasiswa yang diajar dengan strategi
pembelajaran inkuiri lebih tinggi dari pada hasil belajar Asuhan Kebidanan I yang
diajar dengan strategi pembelajaran elaborasi?
2) Apakah basil belajar Asuhan mahasiswa dengan kemandirian tinggi lebih tinggi
daripada basil belajar mahasiswa dengan kemandirian rendah?
3) Apakah terdapat interaksi antara strategi pembelajaran dan kemandirian terbadap basil
belajar Asuhan Kebidanan I?

E. Tujuan Penelitian

Bertitik tolak dari masalah yang diteliti, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan
mendeskprisikan:

1) Hasil belajar Asuhan Kebidanan I mahasiswa yang diajar dengan strategi


pembelajaran inkuiri dan basil belajar Asuhan Kebidanan I mahasiswa yang diajar
dengan strategi pembelajaran elaborasi.
2) Hasil belajar Asuhan Kebidanan I antara mahasiswa dengan tingkat kemandirian
tinggi dengan mahasiswa dengan tingkat kemandirian rendah.
3) Interaksi antara strategi pembelajaran dan kemandirian terbadap basil belajar Asuhan
Kebidanan I.

F. Manfaat Penelitian

yang diperoleb dalam penelitian ini dihadapkan dapat bermanfaat secara teoretis dan
praktis. Adapun manfaat teoretis penelitian ini adalah:
1) Untuk memperkaya khasanah ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan strategi
pembelajaran.
2) Sumbangan pemikiran bagi dosen, pengelola, pengembang dan lembagalembaga
pendidikan dalam memahami dinamika dan karakteristik mahasiswa.
3) Bahan masukan bagi lembaga pendidikan sebagai aplikasi teoritis dan teknologi
pembelajaran.
4) Bahan kajian awal bagi peneliti yang lain, yang membahas dan meneliti permasalahan
yang berkaitan dengan strategi pembelajaran.

Manfaat praktis dari penelitian ini adalah sebagai:

1) Bahan pertimbangan dan alternatif bagi dosen pengampu mata kuliah Asuhan
Kebidanan I tentang strategi pembelajaran yang dapat diterapkan bagi kemajuan dan
peningkatan keberhasilan belajar mahasiswa.
2) Upaya peningkatan pengetahuan dan keterampilan dalam hal-hal yang berhubungan
dengan aplikasi teknologi pembelajaran yang dapat digunakan dosen dalam kegiatan
pembelajaran khususnya dalam pembelajaran Asuhan Kebidanan I
BAB II

PEMBAHASAHAN

A. Pengertian Teknologi Tepat Guna

Teknologi adalah keseluruhan sarana untuk menyediakan barang-barang yang


diperlukan bagi kelangsungan dan kenyamanan hidup manusia Teknologi tepat guna adalah
suatu alat yang sesuai dengan kebutuhan dan dapat berguna serta sesuai dengan fungsinya.
Selain itu, teknologi tepat guna atau yang disingkat dengan TTG adalah teknologi yang
digunakan dengan sesuai (tepat guna). Ada yang menyebutnya teknologi tepat guna sebagai
teknologi yang telah dikembangkan secara tradisional, sederhana dan proses pengenalannya
banyak ditentukan oleh keadaan lingkungan dan mata pencaharian pokok masyarakat
tertentu. Secara teknis TTG merupakan jembatan antara teknologi tradisional dan teknologi
maju. Oleh karena itu aspek-aspek sosio-kultural dan ekonomi juga merupakan dimensi yang
harus diperhitungkan dalam mengelola TTG. Dari tujuan yang dikehendaki, teknologi tepat
guna haruslah menerapkan metode yang hemat sumber daya, mudah dirawat, dan berdampak
polutif minimalis dibandingkan dengan teknologi arus utama, yang pada umumnya beremisi
banyak limbah dan mencemari lingkungan.

B. Ciri-ciri Teknologi Tepat Guna


Sebagaimana telah dikemukakan pada kriteria dan syarat dan kesesuaian TTG, dapat
dikemukakan ciri-ciri yang cukup menggambarkan TTG (walaupun tidak berarti sebagai
batasan) adalah sebagai berikut:
1) Perbaikan teknologi tradisional yang selama ini menjadi tulang punggung pertanian,
industri, pengubah energi, transportasi, kesehatan dan kesejahteraan masyarakat di
suatu tempat.
2) Biaya investasi cukup rendah/ relatif murah.
3) Teknis cukup sederhana dan mampu untuk dipelihara dan didukung oleh keterampilan
setempat.
4) Masyarakat mengenal dan mampu mengatasi lingkungannya
5) Cara pendayagunaan sumber-sumber setempat termasuk sumber alam, energi, bahan
secara lebih baik dan optimal.
6) Alat mandiri masyarakat dan mengurangi ketergantungan kepada pihak luar (self-
realiance motivated).
C. Fungsi Teknologi Tepat Guna
Sebagai mana fungsi dari teknologi tepat guna adalah:
1) Alat kesehatan yang digunakan sesuai dengan kebutuhan masyarakat setempat.
2) Biaya yang digunakan cukup rendah dan relatif murah.
3) Teknis cukup sederhana dan mampu untuk dipelihara.
4) Mengurangi kesalahan dalam mendiagnosis suatu penyakit.
D. Dampak Teknologi Tepat Guna Dalam Kebidanan
1) Dampak positif sebagai berikut:
a) Dengan adanya teknologi tepat guna dalam kebidanan, maka
masyarakat akan mendapat kemudahan dalam menjaga kesehatan yang
lebih efisien dan efektif.
b) Teknologi yang ada, dapat membuat kegiatan khususnya di dalam
kebidanan akan lebih sederhana dan mudah
2) Dampak negatif sebagai berikut :
a) Jika penggunaannya teknologi tepat guna tidak sesuai dengan lingkup yang
memerlukan maka itu akan sia-sia. Contoh penggunaan USG di daerah
pedalaman, disana tidak orang yang mengelolanya dan tidak sesuai dengan
kebudayaan masyarakat disana.
b) Dengan ketidaktepatan penggunaan alat tersebut maka akan berdampak
buruk terhadap pasien. Contoh : penggunaan USG pada pasien dengan cara-
cara yang tidak tepat.
c) Penggunaan teknologi pada daerah pedalaman dengan tenaga yang tidak ahli
akan menimbulkan resiko terhadap pasien.
E. Penggunaan Teknologi Tepat Guna Dalam Kebidanan
a) Pemeriksaan USG Transvaginal
Berbeda dengan USG-TA, pemeriksaan USG-TA harus dilakukan
dalam keadaan kandung kemih yang kosong agar organ pelvik berada dekat
dengan permukaan transduser dan berada di dalam area penetrasi transduser.
Jika dibandingkan USG-TA (yang harus dikerjakan dalam keadaan kandung
kemih terisi penuh), pemeriksaan USG-TV pada kehamilan trimester I lebih
dapat diterima oleh pasien. Pemeriksaan USG-TV dapat dilakukan setiap saat,
dan organ pelvik berada dalam posisi yang sebenarnya.
Dalam persiapan transduser terlebih dulu diberi jel pada permukaan
elemennya (untuk menghilangkan udara di permukaan transduser), kemudan
dibungkus dengan alat pembungkus khusus atau kondom (berfungsi sebagai
alat pelindung). Sebelum dimasukkan ke dalam vagina, ujung pembungkus
transduser diberi jel lagi (berfungsi sebagai lubrikan dan menghilangkan
udara di antara permukaan elemen transduser dan serviks uteri). Transduser
dimasukkan de dalam vagina hingga mencapai daerah forniks. Manuver
gerakan transduser di dalam vagina merupakan kombinasi gerakan maju-
mundur, gerakan memutar (rotasi), dan gerakan angulasi ke samping kiri-
kanan atau ke atas bawah.
b) Indikasi Pemeriksaan USG
 Indikasi pemeriksaan USG pada kehamilan trimester I
Pemeriksaan indikasi pemeriksaan USG pada kehamilan trimester I,
misalnyapenentuan adanya kehamilan intrauterin, penentuan adanya denyut
jantung mudigah atau janin, penentuan usia kehamilan, penentuan kehamilan
kembar; perdarahan pervaginam, terduga kehamilan ektopik, terdapat nyeri
pelvik, terduga kehamilan mola, terduga adanya tumor pelvik atau kelainan
uterus, dan membantu tindakan invasif, seperti pengambilan sampel jaringan
vili koriales (chrorionic villus sampling), pengangkatan IUD.
 Indikasi pemeriksaan USG pada kehamilan trimester II dan III
Beberapa indikasi pemeriksaan USG pada kehamilan trimester II dan III,
misalnya: penentuan usia kehamilan, evaluasi pertumbuhan janin, terduga
kematian janin, terduga kehamilan kembar, terduga kelainan volume cairan
amnion, evaluasi kesejahteraan janin, ketuban pecah dini atau persalinan
preterm, penentuan presentasi janin, membantu tindakan versi luar, terduga
inkompetesia serviks, terduga plasenta previa, terduga solusio plasenta,
terduga kehamilan mola, terdapat nyeri pelvik atau nyeri abdomen, terduga
kehamilam ektopik, kecurigaan adanya kelainan kromosomal (usia ibu ≥35
tahun, atau hasil tes biokimiawi abnormal), evaluasi kelainan kongenital,
riwayat kelainan kongenital pada kehamilan sebelumnya, terduga adanya
tumor pelvik atau kelainan uterus; dan membantu tindakan invasif, seperti
amniosentesis, kordosentesis, atau amnioinfusi.
Pemeriksaan USG diagnostik cara scanning bersifat aman dan noninvasif.
Sejauh ini tidak ada kontraindikasi untuk pemeriksaan USG dalam
kehamilan.
c) Staturmeter

Adalah alat yang digunakan untuk mengukur tinggi badan, alat ini adalah
sangat sederhana pada desainnya karena hanya ditempelkan pada tembok bagian
atas dan ketika akan digunakan hanya perlu untuk menariknya sampai kebagian
kepala teratas, sehingga dpt diketahui tinggi badan orang tersebut.
d) Lingkar lengan ibu hamil

Adalah tanda yang digunakan untuk mempermudah mengidentifikasi bayi dan


bundanya, pada umumnya dipakaikan pada bayi dan bundanya dirumah sakit
bersalin.
e) Reflek hammer/reflek patella

Sejenis hammer yang dilapisi dengan karet yang digunakan untuk


mengetahui respon syaraf dari anggota tubuh biasanya kaki.

 Sistem Dalam Teknologi Terapan Pelayanan Kehamilan


1) Sistem informasi dan monitoring perkembangan janin berbasis android
Pada penelitian ini dikembangkan aplikasi perangkat bergerak berbasis
android yang memungkinkan pengguna mengetahui kondisi janin dengan
menggunakan citra USG serta menggunakan metode pengukuran tinggi fundus
uteri.Menghitung biometri janin dan memprediksi usia serta berat janin dapat
dilakukan dengan menggunakan beberapapendekatan. Pendekatan yang dilakukan
antara lain dengan menghitung biparetal diameter(BPD),occipito-frontal diameter
(OFD), head circumference (HC) dan femur length(FL). Penelitian
mengenaibagaimana menghitung biometri janin secara otomatis melalui citra USG
juga telah dilakukan beberapa tahun belakangan ini. Pendekatan yang dilakukan oleh
Carneiro adalah dengan menerapkan boosting treeclassifier, Vikram menggunakan
pendekatan active contourmodel, sedangkan Sandra menggunakan deformable model.
Dong dan Imaduddin menerapkan adaboost-RHT classifier untuk mendeteksi lokasi
janin dan melakukan aproksimasi bentuk elips.
a) Penerapan Pada Aplikasi Mobile:
 Implementasi Pengukuran Janin
Proses penerapan algoritma perhitungan biometri janin berdasarkan citra USG
pada perangkat bergerak dibagi menjadi dua tahap. Tahap pertama adalah proses
pelatihan atau pembelajaran dengan menggunakan citra positif dan negatif. Proses
ini dilakukan untuk mendapatkan model yang membedakan antara objek janin
dan selain janin. Tahap pertama ini membutuhkan waktu dan sumberdaya
komputasi yang besar, sehingga harus dilakukan di komputer dengan sumberdaya
yang cukup besar. Tahap kedua adalah proses deteksi dan aproksimasi bentuk
janin pada perangkat bergerak. Deteksi lokasi janin dilakukan dengan membaca
citra USG yang didapat melalui kamera perangkat maupun proses unggah. Citra
tersebut dihitung nilai fiturnya untuk kemudian dilakukan proses deteksi
mengunakan model yang sebelumnya telah dilatih dengan metode
cascadeclassifier. Hasil dari proses ini adalah lokasi janin pada citra USG.
Selanjutnya berdasarkan lokasi janin tersebut dilakukan prediksi bentuk janin
dengan menggunakan metode IRHT. Hasil prediksi bentuk geometri tersebut
kemudian diukur nilai diameter untuk menghitung berat dan usia janin. Penerapan
algoritma pendeteksi janin dilakukan dengan menggunakan bahasa C++ serta
membutuhkan pustaka opencv. Untuk menerapkannya kode tersebut pada aplikasi
android maka digunakan NDK (Native Development Kit) dimana pengembang
dapat menyertakan kode dengan bahasa selainjava (seperti C++) kedalam aplikasi
android. Citra USG yang digunakan untuk pengukuran adalah citra yang
didapatkan melalui kamera device. Pengguna melakukan proses pengambilan
gambar melalui kamera perangkat pada objek foto maupun dari monitor alat
USG. Selain itu citra USG juga dapat diperoleh dengan melakukan proses unggah
file gambar USG kedalam perangkat. Proses untuk mendapatkan data hasil
pengukuran tinggi fundus uteri dilakukan secara manual. Sebelumnya pengguna
melakukan pengukuran secara manual, baik dengan alat ukur maupun dengan jari.
Pengguna kemudian melakukan proses input data hasil pengukuran ini kedalam
perangkat dengan menggunakan form yang disediakan aplikasi.
2) Maternal Emergency Screening (MES)
Maternal Emergency Screening (MES) yang direncanakan untuk dibuat
rancangan aplikasi akan memuat semua informasi yang berkaitan dengan faktor
resiko selama kehamilan untuk mendeteksi adanya kegawatdaruratan. Manfaat
yang diharapkan dengan penggunaan Maternal Emergency Screening (MES) bagi
ibu hamil adalah menyediakan informasi penting mengenai faktor resiko
kegawatdaruratan kehamilan dengan menggunakan sistem pakar sedemikian rupa
sehingga ibu hamil mampu membuat keputusan terkait tindakan apa yang dapat
dilakukan. Maternal Emergency Screening (MES) dirancang dengan penggunaan
kata-kata yang dapat dipahami oleh masyarakat awam sehingga dapat dengan
mudah menerima informasi yang diberikan dan membuat keputusan layaknya
seorang pakar tanpa perlu mengeluarkan biaya hanya untuk sekedar berkonsultasi
dengan dokter.
Secara umum yang menjadi hambatan dalam penggunaan Maternal
Emergency Screening (MES) ini adalah kesiapan pengguna dan sistem yang akan
dijalankan. Semua hal yang menjadi informasi sebagai faktor resiko dalam
kegawatdaruratan harus dibuat sedemikian rupa sehingga masyarakat awam dapat
memahami dengan mudah informasi yang diberikan. Biaya yang diperlukan
dalam pembuatan aplikasi serta pengumpulan informasi menjadi hambatan
tersendiri dalam pengembangan sistem ini.
3) Penerapan Model SMS Gateway
Peningkatan kapasitas pengetahuan Ibu melalui pendidikan kesehatan baik
secara langsung maupun tidak langsung penting dilakukan. Meskipun dukungan
tenaga kesehatan sudah memberikan pelayanan konseling pada ibu hamil saat
pemeriksaan ANC (Antenatalcare), namun tidak menjangkau kelompok ibu
hamil masih rendah kesadarannya untuk melakukanpemeriksaan kesehatan.
Terbatasnya jumlah tenaga kesehatan terutama dalam penyampaiankomunikasi
informasi dan edukasi (KIE) masih menjadi kendala dalam pelayanan kesehatan,
sehingga diperlukan strategi alternatif massal sebagai sarana komunikasi efektif
yang berpotensi untuk memberikan informasi kesehatan kepada masyarakat pada
geografi sulit hingga mampu menjangkau dan mempengaruhi serta memotivasi
dirinya agar mau belajar dan memahami kondisi kesehatan sehingga mampu
untuk mengetahui gejala sedini mungkin yaitu melalui pemanfaatan telepon
seluler (mobilephone). penerapan SMS Gateway sebagai media promosi
kesehatan dalam upaya pencegahan penyulit dan komplikasi kehamilan. Program
Intervensi menggunakan SMS gateway dirancang secara otomatis untuk
mengirimkan pesan singkat ( SMS Gateway) selama 1,5 bulan setiap hari pada
semua responden. Analisis persepsi ibu terhadap media promosi berbasis SMS
dilakukan secara deskriptif.
4) ANC Class
Tujuan dari kelas ibu hamil untuk lebih tahu dan paham mengenai kehamilan,
dan untuk mengurangi angka kematian ibu hamil, nifas dan bayi. pelaksanaan
kelas ibu hamil meningkatkan pengetahuan, merubah sikap dan perilaku ibu agar
memahami tentang kehamilan, perubahan tubuh dan keluhan selama kehamilan,
perawatan kehamilan, persalinan, perawatan nifas, KB pasca persalinan,
perawatan bayi baru lahir, mitos/kepercayaan/adat istiadat setempat, penyakit
menular dan akte kelahiran. (Depkes RI, 2009). Materi yang diberikan dalam
kegiatan kelas ibu hamil bahwa kader berpedoman pada buku kelas ibu hamil,
lembar balik yang di berikan oleh Dinkes selain itu juga menggunakan buku KIA.
Materinya berisi seputar kehamilan, persalinan sampai dengan merawat bayi.
Metode yang digunakan dalam kegiatan kelas ibu hamil antara lain ceramah,
tanya jawab, curah pendapat, demonstrasi dan praktek. Untuk kelengkapan
fasilitas berdasarkan wawancara dengan bidan fasilitas berupa tikar, papan tulis,
kertas, spidol, bantal, kursi tidak diberikan oleh Dinkes. Dinkes hanya
memberikan media berupa 1 paket tas yang berisi buku kelas ibu hamil, lembar
balik mengenai kehamilan untuk kegiatan kelas ibu hamil.
 Vaksin
Vaksinasi adalah cara terbaik untuk memberikan kekebalan bagi manusia.
Pemberian vaksin selama kehamilan harus mempertimbangkan risiko dari
vaksinasi dengan keuntungan perlindungan pada situasi tertentu, walaupun vaksin
aktif atau tidak aktif yang digunakan.
Ada tiga macam vaksinasi selama kehamilan yaitu yang direkomendasikan aman,
tidak direkomendasikan selama kehamilan dan rekomendasi khusus. Vaksin yang
direkomendasikan aman adalah vaksin tetanus toksoid, diptheri, hepatitis B,
influenza, meningococal, dan rabies. Vaksin yang tidak direkomendasikan selama
kehamilan berasal dari mikroorganisme hidup yang dilemahkan. Mikroorganisme
tersebut dapat tumbuh dan menyebabkan penyakit pada inangnya. Vaksin yang
tidak direkomendasikan adalah BCG, measless, mumps, rubella, dan varicella.
Vaksin yang direkomendasikan khusus digunakan untuk daerah-daerah endemik
atau wanita hamil yang berpergian ke tempat endemik penyakit tersebut yaitu,
antrax, hepatitis A, Japanese Enchepalitis, pneumococcal, polio (IPV), typhoid,
vaccinia dan yellow fever. Vaksin Tetanus Toksoid (TT) di Indonesia dianjurkan
diberikan pada saat pelayanan karena angka kejadian tetanus neonatorum di
Indonesia masih sangat tinggi.
Di Indonesia masih banyak persalinan yang ditolong oleh bukan tenaga
kesehatan atau oleh dukun beranak, sehingga persalinan tidak bersih dan steril
yang dapat mengakibatkan infeksi.
Beberapa jenis vaksin yang diberikan selama kehamilan yaitu:
1) Imunisasi TT
a) Injeksi 1 : Pada kunjungan ANC Pertama.
b) Injeksi ke-2 : 4 minggu setelah injeksi pertama.
c) Injeksi ke-3 : minimal 6 bulan setelah injeksi kedua.
d) Injeksi ke-4 : 1 hingga 3 tahun setelah injeksi ketiga.
e) Injeksi ke-5 : 1 hingga 5 tahun setelah injeksi keempat.
Apabila jarak injeksi pertama dan kedua terlalu jauh, maka selama kehamilan, ibu
dapat diberikan injeksi TT sebanyak 2 kali, asalkan injeksi kedua minimal 4
minggu sebelum akhir kehamilan.
2) Influenza
Imunisasi influenza dengan virus yang tidak aktif ini bisa diberikan pada ibu
hamil, bila ada indikasi ibu hamil tersebut berisiko terkena flu dalam kondisi
parah, seperti yang terjadi di Amerika Serikat. Pada musim flu (menjelang dan
pada musim dingin), penyakit flu di Amerika bisa berkembang sangat parah
sampai-sampai perlu dirawat di rumah sakit. Jadi, ibu yang menjalani kehamilan
trimester kedua dan tiga di musim dingin, sebaiknya diimunisasi influeza.
Secara umum, imunisasi ini aman diberikan pada ibu hamil. Bahkan, berdasarkan
Paduan Pemberian Imunisasi bagi Wanita Hamil dan Menyusui yang dikeluarkan
Centers for Disease Control and Prevention, sebuah studi yang dilakukan
terhadap 2.000 ibu hamil yang diimunisasi influenza, menunjukkan tidak adanya
pengaruh terhadap janin akibat imunisasi tersebut. hasil serupa diperoleh terhadap
252 ibu yang mendapat imunisasi influenza enam bulan setelah melahirkan.
Sementara di Indonesia, flu umumnya dianggap sebagai penyakit yang sangat
umum dan biasanya tidak membahayakan. Apalagi, di Indonesia tidak terdapat
flu musiman seperti di Amerika yang bisa menyebabkan flu sangat berat. Jadi,
imunisasi influenza jarang sekali diberikan pada ibu hamil.
3) Hepatitis
Dalam Paduan Pemberian Imunisasi bagi Wanita Hanil dan Menyusui
(dikeluarkan CDC) disebutkan, keamanan pemberian imunisasi Hepatitis A masih
belum bisa dipastikan. Namun, karena vaksin ini dibuat dari virus mati atau tidak
aktif, secara teoritis risiko janin terpengaruh sangat rendah. Jadi, imunisasi ini
bisa diberikan pada ibu hamil, jika ada indikasi berisiko tinggi terkena penyakit
tersebut. misalnya, memiliki kelainan hati, hidup di lingkungan yang berisiko
terinfeksi Hepatitis A, sering berada di Tempat Penitipan Anak (TPA), atau akan
bepergian ke negara di mana penyakit ini menjadi endemis. Walau imunisasi ini
dikatakan aman bagi ibu hamil, sebaiknya hanya diberikan bila ia berisiko tinggi
terjangkit Hepatitis B. Misalnya, ibu hamil merupakan pekerja kesehatan yang
punya kemungkinan terpapar atau tertusuk jarum suntik yang bisa menularkan
virus Hepatitis B, dan lain-lain.
4) Meningococcal Polysaccharide Vaccine (MCV4)
Studi mengenai pemberian imunisasi ini pada ibu hamil memang belum
pernah menunjukkan adanya efek merugikan bagi sang ibu maupun bayinya. Jadi,
imunisasi Meningococcal bisa diberikan, terutama bagi ibu hamil yang terindikasi
akan terpapar virus tersebut. misalnya, mereka yang berencana melakukan
perjalanan ke negara-negara dengan risiko terpapar virus meningococcal. Meski
begitu, pemberian imunisasi ini tetap harus didasarkan pada indikasi, serta turut
pula memperhitungkan faktor risiko dan keuntungannya.
5) Pneumococcal Polysaccharide Vaccine (PPV23)
Pemberian imunisasi Pneumococcal pada trimester pertama kehamilan belum
pernah dievaluasi keamanannya. Meski begitu, belum pernah dilaporkan adanya
efek merugikan terkait pemberian imunisasi ini pada janin yang dikandung ibu.
Tentu saja, jika ibu hamil tidak berisiko tinggi terkena virus tersebut, imunisasi
ini tidak perlu diberikan.
6) Diphtheria, Pertussis, dan Tetanus (DPT)
Yang umum diberikan adalah imunisasi DT (Diphtheria dan Tetanus Toxoid).
Pemberian DPT bisa dipertimbangkan, jika ibu hamil memiliki kemungkinan
untuk terpapar penyakit pertussis atau batuk rejan. Misalnya, pekerja kesehatan
atau mereka yang bekerja di tempat penitipan anak (TPA) dimana terdapat
banyak kasus pertussis.
 Imunisasi yang harus dihindari
Ada beberapa jenis imunisasi yang harus dihindari atau tidak disarankan
untuk diberikan pada ibu hamil, yakni imunisasi yang mengandung virus hidup.
Hal itu disebabkan virus itu dikhawatirkan akan masuk ke janin melalui plasenta.
Selain MMR dan Varicella, imunisasi lain yang tidak boleh diberikan pada ibu
hamil adalah HPV (Human Papilloma Virus), serta BCG (Bacillus Calmette-
Guerin). Meski belum ada penelitian yang menunjukkan adanya efek negatif bagi
ibu ataupun janin, pemberian imunisasi HPV sangat tidak disarankan bagi ibu
hamil. Imunisasi ini baru diluncurkan, serta masih dalam tahap dikaji dan diamati.
Pemberian imunisasi saat hamil memang harus benar-benar melibatkan
pertimbangan cermat atas faktor keuntungan dan risiko dari vaksin yang diberikan
terhadap janin dalam kandungan.

 Prosedure skrinning dan deteksi dini


1) Early ANC Detection
Idealnya wanita yang merasa hamilagar memeriksakan diri ketika haidnya terlambat
sekurang-kurangnya 1 bulan. Dengan demikian, jika terdapat kelainan pada
kehamilanya tersebut akan segera diketahui dan dapat diatasi secara cepat dan tepat.
Oleh karena itu, setiap waktu hamil sebaiknya melakukan kunjungan antenatal
sedikitnya sekali pada trismester I (sebelum minggu ke 14).
Pemeriksaan yang dilakukan pada kehamilan dini, yaitu:
a. Anamnesa
Anamnesa adalah tanya jawab antara penderita dan pemeriksa. Dari anamnesa
ini banyak keterangan yang diperoleh guna membantu menegakkan diagnosis
dan prognosa kehamilan.
1. Anamnesa social (biodata dan latar belakang social)
2. Anamnesa keluarga
3. Anamnesa medic
4. Anamnesa haid
5. Anamnesa kebidanan
b. Pemeriksaan umum
1. Tinggi badan
2. Berat badan
3. Tanda-tanda vital
4. Pemeriksaan kepala dan badan
5. Pemeriksaan payudara
6. Pemeriksaan jantung, paru, dan organ dalam tubuh lainya
7. Pemeriksaan abdominal
8. Pemeriksaan genetalia
9. Pemeriksaan ekstremitas atas dan bawah
c. Pemeriksaan labolatorium
Tes labolatorium perlu dilakukan pada ibu hamil. Pemeriksaan ini ditunjukan
untuk memeriksa golongan darah, hb, protein urine dan glukosa urine.
2) Kontak dini kehamilan trismester I
Pada trimester I, menurunya keinginan untuk melakukan hubungan seksual
sangat wajar. Jika dalam anamnesis terdapat riwayat abortus sebelum kehamilan yang
sekarang, sebaiknya koitus ditunda sampai kehamilan 16 minggu. Pada minggu ke 16
ini, plasenta telah terbentuk serta kemungkinan abortus menjadi lebih kecil. Pada
umumnya, koitus diperbolehkan pada masa kehamilan jika dilakukan dengan hati-
hati. Pada akhir kehamilan, jika kepala sudah masuk panggul koitus sebaiknya
dihentikan karena dapat menimbulkan persaan sakit dan pendarahan.
3) Pelayanan ANC berdasarkan kebutuhan individu
Pelayanan ANC yang diberikan petugas kesehatan kepada setiap ibu hamil
berbeda-beda sesuai kebutuhan dan kondisi dari setiap individunya. Persetujuan ANC
yang diberikan terhadap ibu hamil dengan hipertensi tentunya berbeda dengan
pelayanan yang diberikan kepada ibu hamil dengan varies.
4) Skrinning untuk deteksi dini
a. USG
USG merupakan suatu media diagnostic dengan menggunakan gelombang
ultrasonic untuk mempelajari struktur jaringan berdasarkan gambaran ecko dari
gelombang ultra sonic. Pemeriksaan USG saat ini dipandang sebagai metode
pemeriksaan yang aman.
Pemeriksaan USG pada kehamilan yang normal usia 5 minggu, struktur
kantong gestasi intrauterine dapat dideteksi di mana diameternya sudah mencapai
6000-6500 mIU/ml. Dari kenyataan ini bisa juga di artikan bahwa kadar HCG
yang lebih dari 6500 mIU/ml tidak dijumpai adanya kantong gestasi intrauterine,
maka kemungkinan kehamilan ektopik.
 Antenatal Care Berkualitas
Pelayanan antenatal yang berkualitas dapat mendeteksi terjadinya risiko pada
kehamilan yaitu mendapatkan akses perawatan kehamilan berkualitas, memperoleh
kesempatan dalam deteksi secara dini terhadap komplikasi yang mungkin timbul
sehingga kematian maternal dapat dihindari (Mufdlilah, 2009). Kualitas pelayanan
antenatal diberikan selama masa hamil secara berkala sesuai dengan pedoman
pelayanan antenatal yang telah ditentukan untuk memelihara serta meningkatkan
kesehatan ibu selama hamil sesuai dengan kebutuhan sehingga dapat menyelesaikan
kehamilan dengan baik dan melahirkan bayi yang sehat.
Beberapa jenis pelayanan antenatal antara lain meliputi (Carolli et al, 2001):
1. Permasalahan yang berhubungan dengan kesehatan secara umum serta deteksi
dini terhadap risiko tinggi pada kehamilan
2. Screening untuk mengidentifikasi faktor risiko, upaya pengobatan penyakit yang
diderita juga untuk mencegah komplikasi, serta intervensi dalam upaya mencegah
penyakit yang timbul.

Melalui deteksi dini terhadap ibu hamil yang mempunyai peluang dan persalinan
yang beresiko tinggi pada fasilitas kesehatan yang mempunyai peralatan yang
lengkap, perawatan antenatal yang dilakukan secara benar, dapat mengurangi
kesakitan dan kematian secara langsung. Pelayanan antenatal yang sesuai standar
dapat mendeteksi gejala dan tanda yang berkembang selama kehamilan.

Sedangkan sesuai rekomendasi Depkes RI (2007), pelayanan antenatal antara lain:

1. Identifikasi ibu hamil yaitu bidan melakukan kunjungan rumah dan berinteraksi
dengan masyarakat secara berkala untuk memberikan penyuluhan dan motivasi
ibu, suami dan anggota keluarga agar mendorong ibu untuk memeriksakan
kehamilannya sejak dini secara teratur
2. Pemantauan dan pelayanan antenatal yaitu bidan memberikan sedikitnya 4 kali
pelayanan antenatal. Beberapa pelayanan tersebut antara lain seperti anamnesis
dan pemantauan ibu dan janin dengan seksama untuk menilai apakah
perkembangan berlangsung normal. Bidan juga harus mengenal kehamilan
risiko tinggi atau kelainan, khususnya anemia, kurang gizi, hipertensi, penyakit
menular seksual (PMS) dan infeksi human immune deficiency virus/aquired
immune deficiency syndrome (HIV/AIDS), memberikan pelayanan imunisasi,
nasehat dan penyuluhan kesehatan serta tugas terkait lainnya yang diberikan
oleh Puskesmas. Bidan harus mencatat data yang tepat pada setiap kunjungan.
Bila ditemukan kelainan, bidan harus mampu mengambil tindakan yang
diperlukan dan melakukan rujukan
3. Palpasi abdominal yaitu bidan melakukan pemeriksaan abdominal secara
seksama dan melakukan palpasi untuk memperkirakan usia kehamilan, bila
umur kehamilan bertambah, memeriksa posisi, bagian terendah, masuknya
kepala janin ke dalam rongga panggul, untuk mencari kelainan serta melakukan
rujukan tepat waktu
4. Pengelolaan anemia pada kehamilan yaitu bidan melakukan tindakan
pencegahan, penemuan, penanganan atau rujukan semua kasus anemia pada
kehamilan sesuai dengan ketentuan yang berlaku
5. Pengelolaan dini hipertensi pada kehamilan yaitu bidan menemukan secara dini
setiap kenaikan tekanan darah pada kehamilan dan mengenali tanda serta gej ala
preeklamsi serta mengambil tindakan yang tepat untuk merujuk
6. Persiapan persalinan yaitu bidan memberikan saran yang tepat kepada ibu
hamil, suami serta keluarganya pada trimester III, untuk memastikan bahwa
persiapan persalinan yang bersih dan aman serta suasana yang menyenangkan
akan direncanakan dengan baik, di samping persiapan transportasi dan biaya
untuk merujuk bila terjadi keadaan gawat darurat.
Menurut standar WHO, seorang ibu hamil yang mendapatkan pelayanan
antenatal dengan minimal 4 kali selama kehamilannya, yaitu 1 kali pada trimester
pertama, 1 kali pada trimester ke dua, dan 2 kali pada trimester ke tiga untuk
memantau keadaan ibu dan janin secara seksama sehingga dapat mendeteksi secara
dini dan dapat memberikan intervensi secara tepat (WHO, 2007).
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1) Alat Dalam Teknologi Terapan Dalam Pelayanan Kehamilan : stetoskop
pinard, Doppler, Kardiotokografi, Sonicaid, USG, Staturmeter, Lingkar
lengan ibu hamil, Reflek hammer/reflek patella.
2) Sistem Dalam Teknologi Terapan Pelayanan Kehamilan: Sistem informasi
dan monitoring perkembangan janin berbasis android, Maternal Emergency
Screening (MES), Penerapan Model SMS Gateway, ANC Class.
3) Beberapa jenis vaksin yang diberikan selama kehamilan yaitu: Imunisasi TT,
Influenza, Hepatitis, Meningococcal Polysaccharide Vaccine (MCV4),
Pneumococcal Polysaccharide Vaccine (PPV23), Diphtheria, Pertussis, dan
Tetanus (DPT).
4) Ada beberapa jenis imunisasi yang harus dihindari atau tidak disarankan
untuk diberikan pada ibu hamil, yakni imunisasi yang mengandung virus
hidup. Hal itu disebabkan virus itu dikhawatirkan akan masuk ke janin
melalui plasenta. Selain MMR dan Varicella, imunisasi lain yang tidak boleh
diberikan pada ibu hamil adalah HPV (Human Papilloma Virus), serta BCG
(Bacillus Calmette-Guerin).
5) Prosedure skrinning dan deteksi dini: Early ANC Detection, Kontak dini
kehamilan trismester I, Pelayanan ANC berdasarkan kebutuhan individu.
B. Saran
Semoga dengan makalah ini dapat membantu kita sebagai pemberi pelayanan
kesehatan terutama sebagai bidan agar dapat meningkatkan pengetahuan
mengenai teknologi terapan dalam pelayanan kehamilan. Dan agar masyarakat
yang bersangkutan dapat merubah kebiasaan tradisional dalam proses
pembangunan atau peningakatan kesejahteraan masyarakat.

Anda mungkin juga menyukai