Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN PRAKTIK SISTEM KENDALI

JOB 1
Kendali Tinggi Permukaan Air

Disusun Oleh :
Isnan Nur Hidayat ( 21501241031)
Danis Fitrianingrum ( 21501241033)
ABSTRAK
Kendali dan monitoring ketinggian air dalam sebuah tangki atau wadah merupakan
salah satu instrumental komputer elektronika yang diperlukan di industri. Makalah ini
membahas tentang sistem kendali dan monitoring ketinggian air pada suatu tangki berbasis
sensor ultrasonik. Sensor ultrasonik merupakan suatu perangkat yang dapat mengukur
jarak suatu objek dengan memanfaatkan pantulan gelombang ultrasonik. Dalam
kehidupan sehari-hari kita dilibatkan berbagai permasalahan, guna mempermudah
kegiatan kita memerlukan teknologi baik teknologi konvensional maupun teknologi
terbarukan yang lebih dapat menyesuaikan dengan keadaan terkini. Salah satu contoh yang
dapat kita terapkan adalah Teknologi Kendali Tinggi Permukaan Air atau lebih dikenal
luas sebagai WLC (Water Level Control). Dalam kehidupan sehari hari WLC tidaklah
menjadi sekedar teknologi alat ukur tetapi bisa menjadi teknologi yang membantu banyak
kegiatan maupun kehidupanmanusia, namun hal itu dapat terlaksana jika kita mampu
memadukan beberapa ide dan terobosan dalam menyelesaikan permasalahan. Untuk itu
ada baiknya kita memahami terlebih dahulu apa yang mendasari Kendali Tinggi
Permukaan Air. Setelah memahami dasar dasar maka kita dapat mengembangkan ke
berbagai arah yang melibatkan air dan permukaan, entah dalah dunia industri, dunia
mitigasi,dunia hiburan dan lain sebagainya. Dalam pengaplikasiannya dapat
kitakembangkan ke arah yang lebih luas dan berguna bagi orang banyak. Salah satutempat
penyaluran ide tersebut yakni dengan mengembangkan ataumengaplikasikan dalam bidang
bidang lainnya selain di dalam ranah teknologi. Praktikum monitoring water level contro
pada kali ini berbasis modul yang disediakan serta mikrokntroler ATmega328P, ultrasonic
HC-SR04, LCD LM016L, Relay, dan LED diasumsikan sebagai pompa air.

ABSTRACK
Control and monitoring of the water level in a tank or container is one of the
electronic computer instruments needed in industry. This paper discusses the water level
control and monitoring system in a tank based on an ultrasonic sensor. Ultrasonic sensor is
a device that can measure the distance of an object by utilizing the reflection of ultrasonic
waves. In everyday life we are involved in various problems, in order to facilitate our
activities we need technology, both conventional technology and renewable technology
that can better adapt to current conditions. One example that we can apply is Water Level
Control Technology or more widely known as WLC (Water Level Control). In everyday
life WLC is not just a measuring tool technology but can be a technology that helps many
activities and human life, but it can be done if we are able to combine some ideas and
breakthroughs in solving problems. For this reason, it is better for us to understand in
advance what underlies the Water Level Control. After understanding the basics, we can
develop in various directions involving water and surfaces, whether in the industrial world,
the world of mitigation, the world of entertainment and so on. In its application, we can
develop it in a wider and useful direction for many people. One of the places to channel
these ideas is by developing or applying them in other fields other than in the realm of
technology. This time the water level control practicum is based on the provided module
and the ATmega328P microcontroller, ultrasonic HC-SR04, LCD LM016L, Relay, and
LED are assumed to be water pumps.
PENDAHULUAN
Salah satu kebutuhan pokok sehari-hari makhluk hidup di dunia ini yang tidak dapat
terpisahkan adalah air. Dalam beberapa kegiatan kita memerlukan waktu yang efisien guna
mempermudah kegiatan yang kita lakukan. Dalam percobaan praktik ini kita membahas
tentang kendali tinggi permukaan air atau lebih dikenal luas sebagai WLC (Water Level
Control). Kendali tinggi permukaan air merupakan salah satu solusi dalam memberikan
keefesienan seseorang ketika membutuhkan waktu yang singkat dalam pengisian air pada
tangki air yang kosong. Pada percobaan praktik ini menggunakan sensor ultrasonik. Prinsip
kerja sensor ultrasonik menggunakan frekuensi suara (gelombang ultrasonik) sehingga
dapat digunakan untuk memantau suatu benda dengan frekuensi tertentu. Dengan adanya
gelombang tersebut, sensor ultrasonik dapat digunakan untuk memantau ketinggian muka
air dalam pengontrol ketinggian air. Sesuai dengan kebutuhan aplikasinya, ketinggian
muka air dapat bersifat hanya sebagai variabel monitoring saja atau sebagai variabel yang
dikendalikan. Perangkat yang umum digunakan dalam upaya pengendalian tinggi muka air
biasa disebut Water Level Controller (WLC). Di dalam alat tersebut umumnya terdiri dari
satu set sensor, pengendali dan aktuator.
Kemajuan teknologi komputerisasi mendorong manusia membuat peralatan tepat
guna yang dapat dimanfaatkan dalam berbagai aspek kehidupan, misalnya kemudahan
dalam pengendalian ketinggian permukaan air pada bak penampungan air. Sistem yang
dapat mematikan aliran air bila kondisi air pada bak penampungan sudah terisi penuh dan
menghidupkan kembali aliran air bila air dalam bak penampungan dalam keadaan kosong
secara otomatis sangat menarik untuk dipelajari. Pengendalian otomatis ketinggian air ada
yang dipasang di pompa tetapi ada juga yang dipasang di bak penampungan. Menurut
Widiasih, W (2015) Jenis pengendali otomatis yang terdapat di pompa air bekerja
berdasarkan tekanan air disisi pipa keluaran pompa. Unit ini akan memutus aliran listrik
yang mengalir ke pompa ketika tekanan air dalam pipa keluaran mencapai tekanan
tertentu, dan segera menghubungkan kembali aliran listrik apabila tekanan air dalam pipa
keluaran menurun. Naik dan turunnya tekanan air dalam pipa keluaran terjadi akibat
penutupan atau pembukaan keran air yang berhubungan dengan pipa keluaran.
Kelemahannya yaitu pertama unit masih bekerja secara manual dengan begitu tidak bisa
sepenuhnya mengendalikan ketinggian permukaan air didalam bak penampungan air.
Kedua, unit ini bekerja secara mekanik dibawah tekanan air yang tinggi. Jika material
yang digunakan bermutu rendah akan mudah rusak. Ketiga, ketika pembukaan dan
penutupan sering dilakukan, maka sesering itu pula pompa hidup dan mati, dampaknya
selain pompa cepat rusak juga konsumsi energi listrik membengkak. Jenis yang kedua
yaitu pengendali yang bekerja berdasarkan ketinggian permukaan air di dalam bak
penampungan air. Frekuensi hidup-matinya pompa lebih sedikit sehingga pompa air
sedikit lebih awet dan sedikit lebih menghemat energy listrik jika dibandingkan dengan
jenis pertama. Kelemahannya pada daerah kerja pengendalian ketinggian permukaan air
masih sempit. Cara kerjanya juga masih bersifat mekanik, sehingga tetap mudah rusak.
TINJAUAN PUSTAKA
1. Level Sensor
Sensor level adalah perangkat yang dapat digunakan untuk memantau atau menetapkan
level cairan atau padat dalam tangki, bejana, atau wadah lain yang digunakan sebagai
bagian dari suatu proses atau sistem. Ada berbagai jenis sensor level yang digunakan dalam
pengaturan dan sistem kontrol proses industri, pemilihannya tergantung pada jenis cairan
atau padatan yang dipantau, seberapa banyak akses yang tersedia untuk cairan atau
padatan, dan sifat-sifatnya. Dalam percobaan praktik ini level sensor digunakan untuk
mendeteksi ketinggian dari suatu aliran baik berupa bahan liquid, lumpur, powder maupun
biji-bijian. Fungsi level sensor pada dasarnya adalah memberikan informasi baik berupa
data maupun sinyal karena adanya perubahan ketinggian material baik didalam tangki
ataupun di tempat terbuka dikarenakan adanya aliran dari material terebut. Pengukuran
ketinggian atau level ini bisa dilakukan secara terus menerus sesuai dengan perubahan
ketinggian dari fluida maupun untuk mengukur ketinggian dari material pada titik tertentu,
baik dari level terendah, level menengan, maupun level tertinggi dengan menggunakan
level sensor. Level sensor adalah suatu alat yang dapat mengukur volume cairan dalam
suatu penampung secara akurat tidak berubah-ubah. Alat ukur yang akan dibuatini
merupakan alat ukur volume cairan yang serbaguna dalam arti dapat digunakanuntuk
beberapa penampung cairan yang berbeda-beda, alat ini berbentuk silinder, sehingga
meningkatkan efektivitas suatu industri. Berdasarkan hal tersebutpenelitian ini
bertujuan merancang alat pengukur volume cairan otomatis berbasis mikrokontroller
Arduino Uno R3. Pada alat sensor level pengukur volume cairan seperti mikrokontroler
memegang peranan penting, yakni sebagai rangkaian sentral yang mengatur kinerja sistem,
bagian ini dirancang untuk mampu mengakomodasi dan menangani setiap kejadian
yang mungkin terjadi. Baik dalam pengelolaan atau menajemen data, maupun penanganan
terhadap kegagalan proses.
2. Arduino
Arduino Uno R3 dengan ATmega328P mempunyai 14 digital input/output (6 di
antaranya dapat digunakan untuk PWM output), 6 analog input, 16 Mhz crystal oscillator,
USB connection, power jack, ICSP header, dan reset button. Skema Arduino Uno R3
didasarkan pada blog diagram dari mikrokontroler jenis AVR ATmega328. Komponen
utama di dalam papan Arduino adalah sebuah mikrokontroler 8 bit dengan merek ATmega
yang dibuat oleh perusahaan Atmel Corporation.
Arduino dikatakan sebagai sebuah platform dari physical computing yang bersifat open
source. Pertama-tama perlu dipahami bahwa kata “platform” di sini adalah sebuah pilihan
kata yang tepat. Arduino tidak hanya sekedar sebuah alat pengembangan, tetapi ia adalah
kombinasi dari hardware, bahasa pemrograman dan Integrated Development Environment
(IDE) yang canggih. IDE adalah sebuah software yang sangat berperan untuk menulis
program, meng-compile menjadi kode biner dan meng-upload ke dalam memory
microcontroller.
Gambar 1. Skema Arduino Uno R3
3. Sensor Ultrasonik
Sensor ultrasonik adalah sensor yang bekerja berdasarkan prinsip pantulan
gelombang suara dan digunakan untuk mendeteksi keberadaan suatu objek atau benda
tertentu di depannya. Frekuensi kerjanya pada daerah di atas gelombang suara dari 40 KHz
hingga 400 KHz. Sensor ultrasonik terdiri dari dari dua unit, yaitu unit pemancar dan unit
penerima. Struktur unit pemancar dan penerima sangatlah sederhana, sebuah kristal
piezoelectric dihubungkan dengan mekanik jangkar dan hanya dihubungkan dengan
diafragma penggetar. Tegangan bolak-balik yang memiliki frekuensi kerja 40 KHz – 400
KHz diberikan pada plat logam. Struktur atom dari Kristal piezoelectric akan berkontraksi
(mengikat), mengembang atau menyusut terhadap polaritas tegangan yang diberikan dan
ini disebut dengan efek piezoelectric. Kontraksi yang terjadi diteruskan ke diafragma
penggetar sehingga terjadi gelombang ultrasonik yang dipancarkan ke udara (tempat
sekitarnya).
Pantulan gelombang ultrasonik akan terjadi bila ada objek tertentu dan pantulan
gelombang ultrasonik akan diterima kembali oleh unit sen sor penerima. Selanjutnya unit
sensor penerima akan menyebabkan diafragma penggetar akan bergetar dan efek
piezoelectric menghasilkan sebuah tegangan bolak-balik dengan frekuensi yang sama.

Gambar 2. Cara Kerja Sensor Ultrasonik

4. LED
LED (Light Emitting Dioda) adalah dioda yang dapat memancarkan cahaya pada
saat mendapat arus bias maju (forward bias). LED (Light Emitting Dioda) dapat
memancarkan cahaya karena menggunakan dopping galium, arsenic dan phosporus. Jenis
doping yang berbeda diata dapat menhasilkan cahaya dengan warna yang berbeda. LED
(Light Emitting Dioda) merupakann salah satu jenis dioda, sehingga hanya akan
mengalirkan arus listrik satu arah saja. LED akan memancarkan cahaya apabil diberikan
tegangan listrik dengan konfigurasi forward bias. Berbeda dengan dioda pada umumnya,
kemampuan mengalirkan arus pada LED (Light Emitting Dioda) cukup rendah yaitu
maksimal 20 mA. Apabila LED (Light Emitting Dioda) dialiri arus lebih besar dari 20 mA
maka LED akan rusak, sehingga pada rangkaian LED dipasang sebuah resistor sebgai
pembatas arus. Simbol dan bentuk fisik dari LED (Light Emitting Dioda) dapat dilihat pada
gambar berikut.

Gambar 3. Simbol dan Bentuk Fisik dari LED


METODE
- Perancangan sistem menggunakan modul dan alat yang telah disediakan.

Gambar 43. Rangkaian.


Pada percobaan pertama kami merangkai sesuai dengan gambar diatas(sesuai
labsheet), dengan Vsumber 220 VDC yang berfungsi untuk menghidupkan lampu sebagai
pemisalan dari pompa air dan 12 VDC digunakan sebagai jalannya sistem otomatis yang
mengendalikan relay(indikator hidup dan mati). Untuk langkah kerjanya sebagai berikut :
a) Buat rangkaian seperti pada gambar di lampiran dengan benar, jangan
menghubungkan rangkaian dengan sumber tegangan baik AC maupun DC lebih
dahulu.
b) Periksa dahulu sumber tegangan DC 12 v dan AC 220 V. Periksa transistor Q1,
Q2 dan SCR dengan Ohmmeter masih baik / rusak.
c) Pada saat tangki kosong atau air hanya menyentuh probe S3, jika lampu menyala
(artinya transistor Q1 on) berarti rangkaian ini baik dan benar. Apabila sebaliknya
rangkaian harus diperiksa ulang.
d) Lakukan pengukuran pada Q1, Q2 dan SCR sesuai Tabel 1.
e) Tambahkan air ke dalam tangki hingga permukaan air menyentuh probe S2.
Perhatikan kondisi lampu menyala/mati? Lakukan pengukuran pada Q1, Q2 dan
SCR sesuai Tabel 2.
f) Berikan komentar dari tabel 2 ini, khususnya pengaruh yang terjadi pada lampu.
g) Tambahkan lagi air ke dalam tangki hingga menyentuh probe S1, jika lampu mati
berarti rangkaian baik dan benar. Lakukan pengukuran pada Q1, Q2 dan SCR
sesuai Tabel 3.
h) Kosongkan air dari tangki perlahan-lahan (seolah melalui kran). Saat probe S1
sudah tidak terkena air, lakukan pengukuran pada Q1, Q2 dan SCR sesuai Tabel 4
i) Kurangi lagi air sehingga air di bawah probe S2, seharusnya pada kondisi ini
lampu akan menyala. Lakukan pengukuran pada Q1, Q2 dan SCR sesuai Tabel 5.
Alat dan bahan akan kami gunakan dalam praktikum ini tidaklah terlalu berbahaya hanya
saja harus selalu memperhatikan keadaan rangkian pada posisi yang benar dan jangan
mengubah rangkaian dalam kondisi terhubung dengan sumber AC.
PRAKTIK BERBASIS SISTEM KENDALI
Sistem kendali adalah proses pengaturan atau pengontrolan satu atau lebih besaran
(variabel, parameter) sehingga berada pada harga tertentu. Dalam dunia industri diperlukan
suatu proses kerja yang aman dan sangat efisien untuk menghasilkan suatu produk dengan
kualitas dan kuantitas yang baik dan dalam waktu yang telah ditentukan. Otomasi sangat
membantu dalam hal kelancaran operasi, keselamatan (investasi, lingkungan), ekonomi
(biaya produksi) dan kualitas produk.
1. sistem kontrol otomatis
Sistem kontrol otomatis dalam suatu proses kerjaberfungsi mengendalikan proses tanpa
adanya campur tangan manusia (otomatis). Ada dua sistem kontrol pada sistem kendali
atau kontrol otomatis yaitu :
Open Loop
Open loop merupakan suatu sistem kontrol yang outputnya tidak berpengaruh terhadap
aksi pengontrolan. Dengan demikian pada sistem kontrol ini, nilai keluaran tidak diumpan-
balikkan ke parameter pengendalian. Diagram Blok Sistem Pengendalian Open Loop dapat
dilihat pada gambar dibawah ini.

Diagram blok open loop

Close Loop
Close loop merupakan suatu sistem kontrol yang sinyal keluarannya (output) memiliki
pengaruh langsung terhadap aksi pengendalian yang dilakukan. Sinyal error yang
merupakan selisih dari sinyal masukan dan sinyal umpan balik (feedback), lalu
diumpankan pada komponen pengendalian (controller) untuk memperkecil kesalahan
sehingga nilai keluaran sistem semakin mendekati harga yang diinginkan. Diagram blok
sistem pengendalian close loop dapat dilihat pada Gambar.

Diagram blok sistem pengendalian close loop

Pengendalian on-off
Dalam suatu pengendali proses dikenal berbagai jenis cara salah satunya adalah proses
pengendalian on-off. Pada proses kontrol jenis ini, hanya akan ada dua jenis output, rendah
dan tinggi. Seperti namanya, kontrol on-off hanya bekerja di dua posisi, posisi "on" dan
posisi "off". Karena karakteristik hidup dan matinya, pengontrol tipe on-off juga sering
disebut sebagai pengontrol dua posisi, pengontrol celah atau pengontrol latch. Kata jepret
secara harfiah berarti tamparan. Kontroler all-or-nothing kemudian juga biasa disebut
sebagai snap controller. Istilah "snap action" akan digunakan di kemudian hari untuk jenis
pekerjaan pengontrol lainnya yang, karena gain yang besar, akan beroperasi dalam mode
on-off.
Metode kontrol on/off banyak digunakan dalam sistem kontrol sederhana karena biayanya
yang relatif rendah. Namun, tidak semua proses dapat dikontrol dan dimatikan, karena
banyak aktivitas proses tidak dapat mentolerir fluktuasi variabel proses. Oleh karena itu,
persyaratan utama untuk menggunakan pengontrol on/off bukan untuk mengurangi biaya
pengontrol unit, tetapi karena proses tidak dapat mentolerir fluktuasi variabel proses dalam
batasan operasi pengontrol all-or-nothing.
KODE PROGRAM IDE ARDUINO
#include <EEPROM.h>

#include <Wire.h>
#include <LiquidCrystal_I2C.h>

LiquidCrystal_I2C lcd(0x27, 16, 2);

long duration, inches;


int set_val,percentage;
bool state,pump;

void setup() {

lcd.begin();
lcd.print("WATER LEVEL:");
lcd.setCursor(0, 1);
lcd.print("PUMP:OFF MANUAL");

pinMode(2, OUTPUT);
pinMode(3, INPUT);
pinMode(10, INPUT_PULLUP);
pinMode(11, INPUT_PULLUP);
pinMode(13, OUTPUT);

set_val=EEPROM.read(0);
if(set_val>150)set_val=150;
}
void loop() {

digitalWrite(2, HIGH);
delayMicroseconds(10);
digitalWrite(2, LOW);
duration = pulseIn(3, HIGH);
inches = microsecondsToInches(duration);

percentage=(set_val-inches)*100/set_val;

lcd.setCursor(12, 0);
if(percentage<0)percentage=0;
lcd.print(percentage);
lcd.print("% ");

if(percentage<30&digitalRead(11))pump=1;
if(percentage>99)pump=0;
digitalWrite(13,!pump);

lcd.setCursor(5, 1);
if(pump==1)lcd.print("ON ");
else if(pump==0) lcd.print("OFF");

lcd.setCursor(9, 1);
if(!digitalRead(11))lcd.print("MANUAL");
else lcd.print("AUTO ");

if(!digitalRead(10)&!state&digitalRead(11)){
state=1;
set_val=inches;
EEPROM.write(0, set_val);
}

if(!digitalRead(10)&!state&!digitalRead(11)){
state=1;
pump=!pump;

if(digitalRead(10))state=0;

delay(500);
}
long microsecondsToInches(long microseconds) {
return microseconds / 74 / 2;
}

FLOWCHART SISTEM MIKROKONTROLER


HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Tabel Pengukuran
1. Tabel 1 (Q1 On ; Q2 off ; SCR off)
Vsumber = 12 Volt
Komponen Vce Vbe VRb VRe Ic Ib Ie

Volt Volt Volt Volt mA uA mA

Q1 0.9 V 0.8 V 0.2 V 0.9 V 44.2 mA 442 uA 44.6 mA

Q2 0.1 V 0.2 V -- -- 0A 0.12 uA 0 mA

Komponen Vak Vag Vkg Ik Ig

Volt Volt Volt mA mA

SCR 11.4 V 11.2 V 0.44 V 0 mA 0 mA

Keterangan :

• VRb adalah V resistor yang terhubung ke kaki basis dari suatu transistor. Pada Q1,
VRb diukur pada ujung-ujung kaki Resistor 1 K Ohm.
• VRe adalah V resistor yang terhubung ke kaki emitor dari suatu transistor. Pada Q1,
VRe diukur pada ujung-ujung kaki Relay

2. Tabel 2 (Q1 on ; Q2 hampir on)


Vsumber = 12 Volt
Komponen Vce Vbe VRb VRe Ic Ib Ie

Volt Volt Volt Volt mA uA mA

Q1 0.9 V 0.8 V 0.15 V 0.8 V 44.2 mA 442 uA 44.6 mA

Q2 0.01 V 1.18 V -- -- 0.00 mA 54.6 A 54.6 A


Komponen Vak Vag Vkg Ik Ig

Volt Volt Volt mA mA

SCR 11.4 V 11.2 V 0.43 V 0.00 mA 0.00 mA

3. Tabel 3 (Q1 off ; Q2 on ; SCR on)


Vsumber = 12 Volt
Komponen Vce Vbe VRb VRe Ic Ib Ie

Volt Volt Volt Volt mA uA mA

Q1 0.8 V 0.6 V 0.1 V 0.8 V 44.2 mA 442 uA 44.6 mA

Q2 1.8 V 0.57 V -- -- 0.00 mA 0.02 uA 0.00 mA

Komponen Vak Vag Vkg Ik Ig

Volt Volt Volt mA mA

SCR 11.4 V 11.0 V 0.44 V 0.00 mA 0.00 mA

4. Tabel 4 (Q1 off ; Q2 on ; SCR tetap on)

Vsumber = 12 Volt
Komponen Vce Vbe VRb VRe Ic Ib Ie

Volt Volt Volt Volt mA uA mA

Q1 1.32 V 0.8 V 0.5 V 1.32 V 44.2 mA 442 uA 44.6 mA

Q2 0.18 V 0.6 V -- -- 0.00 mA 0.02 uA 0.00 mA


Komponen Vak Vag Vkg Ik Ig

Volt Volt Volt mA mA

SCR 11.4 V 11.0 V 0.44 V 0.00 mA 0.00 mA

5. Tabel 5 (Q1 On ; Q2 off ; SCR off)


Vsumber = 12 Volt
Komponen Vce Vbe VRb VRe Ic Ib Ie

Volt Volt Volt Volt mA uA mA

Q1 1.32 V 0.8 V 0.5 V 1.32 V 44.2 mA 442 uA 44.6 mA

Q2 0.06 V 0.6 V -- -- 0.00 mA 0.12 uA 0.00 mA

Komponen Vak Vag Vkg Ik Ig

Volt Volt Volt mA mA

SCR 11.4 V 11.2 V 0.44 V 0.00 mA 0.0 A

TABEL HASIL PERHITUNGAN


1. Tabel 1 (Q1 On ; Q2 off ; SCR off)
Vsumber = 12 Volt
Komponen Vce Vbe VRb VRe Ic Ib Ie

Volt Volt Volt Volt mA uA mA

Q1 1.2 V 0.7V 0.5V 1.2V 44.7mA 500 uA 45.2 mA

Q2 0V 0.3V - - 0mA 0mA 0mA

Komponen Vak Vag Vkg Ik Ig

Volt Volt Volt mA mA


SCR 11.5V 11.2V 0.3V 0mA 0mA

2. Tabel 2 (Q1 on ; Q2 hampir on)


Vsumber = 12 Volt
Komponen Vce Vbe VRb VRe Ic Ib Ie

Volt Volt Volt Volt mA mA mA

Q1 1.2 V 0.7V 0.5V 1.2V 44.7mA 500 uA 45.2 mA

Q2 0V 0.3V - - 0mA 0mA 0mA

Komponen Vak Vag Vkg Ik Ig

Volt Volt Volt mA mA

SCR 11.5V 11.2V 0.3V 0mA 0mA

3. Tabel 3 (Q1 off ; Q2 on ; SCR on)


Vsumber = 12 Volt
Komponen Vce Vbe VRb VRe Ic Ib Ie

Volt Volt Volt Volt mA uA mA

Q1 1.2 V 0.7V 0.5V 1.2V 44.7mA 500 uA 45.2 mA

Q2 0V 0.7V - - 0mA 0mA 0mA


Komponen Vak Vag Vkg Ik Ig

Volt Volt Volt mA mA

SCR 11.5V 11.2V 0.3V 0mA 0mA

4. Tabel 4 (Q1 off ; Q2 on ; SCR tetap on)


Vsumber = 12 Volt
Komponen Vce Vbe VRb VRe Ic Ib Ie

Volt Volt Volt Volt mA uA mA

Q1 1.2 V 0.7V 0.5V 1.2V 44.7mA 500 uA 45.2 mA

Q2 0V 0.7V - - 0mA 0mA 0mA

Komponen Vak Vag Vkg Ik Ig

Volt Volt Volt mA mA

SCR 11.5V 11.2V 0.3V 0mA 0mA

5. Tabel 5 (Q1 On ; Q2 off ; SCR off)


Vsumber = 12 Volt
Komponen Vce Vbe VRb VRe Ic Ib Ie

Volt Volt Volt Volt mA uA mA

Q1 1.2 V 0.7V 0.5V 1.2V 44.7mA 500 uA 45.2 mA

Q2 0V 0.3V - - 0mA 0mA 0mA

Komponen Vak Vag Vkg Ik Ig

Volt Volt Volt mA mA


SCR 11.5V 11.2V 0.3V 0mA 0mA

Hasil Analisa melalui perhitungan


1.Tabel 1 didapatkan hasil perhitungan sebagai berikut:
Saat Q1 on, Q2 off, dan SCR off
Berdasarkan Tabel 1 hasil pengukuran dan hasil perhitungan terdapat data
Untuk Q1

𝑉𝑆 − 𝑉𝐵𝐸 12 − 0,7 11.3


𝐼𝑒 = ( )=( )=( ) = 0.0452
𝑅 1000 250
𝑅𝐶 + 𝑅𝐸 + 𝐵 0 + 240 +
𝛽𝐷𝐶 100
= 45.2 𝑚𝐴

12 – 0.7 – 0.045 𝑥 240


𝐼𝑏 = ( ) = 0.5 𝑚𝐴 = 500 𝑢𝐴
1000
Ic = (𝐼𝐸 − 𝐼𝐵 ) = (45.2 − 0,5) = 44.7 𝑚𝐴
Vbe = Datasheet TR 2N3055 𝑉𝐵𝐸 = 0.7 V
Ve = (𝐼𝐸 × 𝑅𝐸 ) = (45.2 × 240) = 10.8 𝑉
Vb = (𝑉𝑒 × 𝑉𝑏𝑒) = (10.8 + 0.7) = 11.5 𝑉
Vc = V sumber = 12 V
Vce = Vc-Ve = 12- 10.8 = 1.2 V
VRb = Vcc – Vb = 12 – 11.5 = 0.5 V
VRe = VRb + Vbe = 0.5 + 0.7 = 1.2 V
Untuk Q2
Ie = 0 𝑚𝐴
Ternyata dengan Tabel hasil pengukuran terdapat [kesamaan] (hasil pengukuran 0 mA
& hasil perhitungan 0 mA). Hal ini disebabkan karena tidak ada sumber.
Ib = 0 uA
Ternyata dengan Tabel hasil pengukuran terdapat [kesamaan] (hasil pengukuran 0 uA
& hasil perhitungan 0 uA). Hal ini disebabkan karena tidak ada sumber.
Ie = 0 mA
Ternyata dengan Tabel hasil pengukuran terdapat [kesamaan] (hasil pengukuran 0 mA
& hasil perhitungan 0 mA). Hal ini disebabkan karena tidak ada sumber
Vce = 0 V
Ternyata dengan Tabel hasil pengukuran terdapat [perbedaan] (hasil pengukuran 0,04
V & hasil perhitungan 0 V). Terdapat perbedaan antara pengukuran dan perhitungan
sebesar 0.04. Hal ini disebabkan karena tidak ada sumber.
Vbe = 0,1 V s/d. 0,3 V
Komponen SCR
Vak = (𝑉𝑐𝑐 − 𝑉𝑏) = (12 − 0.5) = 11.5 𝑉
Vag = (𝑉𝐴𝐾 − 0,3) = (11.5 − 0,3) = 11,2 𝑉
Vkg = 0,1 V s/d. 0,3 V
Ik = 0 𝑚𝐴
Ternyata dengan Tabel hasil pengukuran terdapat [kesamaan] (hasil pengukuran 0 mA
& hasil perhitungan 0 mA).
Ig = 0 𝑚𝐴
Ternyata dengan Tabel hasil pengukuran terdapat [kesamaan] (hasil pengukuran 0 mA
& hasil perhitungan 0 mA). Hal ini disebabkan karena S1 OFF maka tidak ada arus
masukan ke kaki gate.
2. Tabel 2 didapatkan hasil perhitungan sebagai berikut:
(Q1 on ; Q2 hampir on; SCR off)
Berdasarkan Tabel 2 hasil pengukuran dan hasil perhitungan terdapat data
Untuk Q1

𝑉𝑆 − 𝑉𝐵𝐸 12 − 0,7 11.3


𝐼𝑒 = ( )=( )=( ) = 0.0452 = 45.2 𝑚𝐴
𝑅𝐵 1000 250
𝑅𝐶 + 𝑅𝐸 + 0 + 240 +
𝛽𝐷𝐶 100
12 – 0.7 – 0.045 𝑥 240
𝐼𝑏 = ( ) = 0.5 𝑚𝐴 = 500 𝑢𝐴
1000
Ic = (𝐼𝐸 − 𝐼𝐵 ) = (45.2 − 0,5) = 44.7 𝑚𝐴
Vbe = Datasheet TR 2N3055 𝑉𝐵𝐸 = 0.7 V
Ve = (𝐼𝐸 × 𝑅𝐸 ) = (45.2 × 240) = 10.8 𝑉
Vb = (𝑉𝑒 × 𝑉𝑏𝑒) = (10.8 + 0.7) = 11.5 𝑉
Vc = V sumber = 12 V
Vce = Vc-Ve = 12- 10.8 = 1.2 V
VRb = Vcc – Vb = 12 – 11.5 = 0.5 V
VRe = VRb + Vbe = 0.5 + 0.7 = 1.2 V
Untuk Q2

Ie = 0 𝑚𝐴
Ternyata dengan Tabel hasil pengukuran terdapat [kesamaan] (hasil pengukuran 0 mA
& hasil perhitungan 0 mA). Hal ini disebabkan karena tidak ada sumber.
Ib = 0 uA
Ternyata dengan Tabel hasil pengukuran terdapat [kesamaan] (hasil pengukuran 0 uA
& hasil perhitungan 0 uA). Hal ini disebabkan karena tidak ada sumber.
Ie = 0 mA
Ternyata dengan Tabel hasil pengukuran terdapat [kesamaan] (hasil pengukuran 0 mA
& hasil perhitungan 0 mA). Hal ini disebabkan karena tidak ada sumber
Vce = 0 V
Ternyata dengan Tabel hasil pengukuran terdapat [perbedaan] (hasil pengukuran 0,04
V & hasil perhitungan 0 V). Terdapat perbedaan antara pengukuran dan perhitungan
sebesar 0.04. Hal ini disebabkan karena tidak ada sumber.
Vbe = 0,1 V s/d. 0,3 V
Komponen SCR

Vak = (𝑉𝑐𝑐 − 𝑉𝑏) = (12 − 0.5) = 11.5 𝑉


Vag = (𝑉𝐴𝐾 − 0,3) = (11.5 − 0,3) = 11,2 𝑉
Vkg = 0,1 V s/d. 0,3 V
Ik = 0 𝑚𝐴
Ig = 0 𝑚𝐴

3. Tabel 3 didapatkan hasil perhitungan sebagai berikut:


(Q1 off ; Q2 on ; SCR on)
Berdasarkan Tabel 3 hasil pengukuran dan hasil perhitungan terdapat data
Untuk Q1

𝑉𝑆 − 𝑉𝐵𝐸 12 − 0,7 11.3


𝐼𝑒 = ( )=( )=( ) = 0.0452 = 45.2 𝑚𝐴
𝑅𝐵 1000 250
𝑅𝐶 + 𝑅𝐸 + 0 + 240 + 100
𝛽𝐷𝐶
12 – 0.7 – 0.045 𝑥 240
𝐼𝑏 = ( ) = 0.5 𝑚𝐴 = 500 𝑢𝐴
1000
Ic = (𝐼𝐸 − 𝐼𝐵 ) = (45.2 − 0,5) = 44.7 𝑚𝐴
Vbe = Datasheet TR 2N3055 𝑉𝐵𝐸 = 0.7 V
Ve = (𝐼𝐸 × 𝑅𝐸 ) = (45.2 × 240) = 10.8 𝑉
Vb = (𝑉𝑒 × 𝑉𝑏𝑒) = (10.8 + 0.7) = 11.5 𝑉
Vc = V sumber = 12 V
Vce = Vc-Ve = 12- 10.8 = 1.2 V
VRb = Vcc – Vb = 12 – 11.5 = 0.5 V
VRe = VRb + Vbe = 0.5 + 0.7 = 1.2 V
Untuk Q2
Vce = 0 𝑉
Ternyata dengan Tabel hasil pengukuran terdapat [perbedaan] (hasil pengukuran 0,14V
& hasil perhitungan 0 V). Terdapat perbedaan antara pengukuran dan perhitungan
sebesar 0.14 . Hal ini disebabkan karena S3 OFF, maka loop ke kaki kolektor-emitor
𝑄2 juga terputus.
Vbe = 0,7 (datasheet)
Ic = 0 𝑚𝐴
Ternyata dengan Tabel hasil pengukuran terdapat [kesamaan] (hasil pengukuran 0 mA
& hasil perhitungan 0 mA). Hal ini disebabkan karena tidak ada sumber.
Ib = 0 𝑢𝐴
Ternyata dengan Tabel hasil pengukuran terdapat [kesamaan] (hasil pengukuran 0 uA
& hasil perhitungan 0 uA). Hal ini disebabkan karena tidak ada sumber.
Ie = 0 mA
Ternyata dengan Tabel hasil pengukuran terdapat [kesamaan] (hasil pengukuran 0 mA
& hasil perhitungan 0 mA). Hal ini disebabkan karena tidak ada sumber.
Komponen SCR
Vak = (𝑉𝑐𝑐 − 𝑉𝑏) = (12 − 0.5) = 11.5 𝑉
Vag = (𝑉𝐴𝐾 − 0,3) = (11.5 − 0,3) = 11,2 𝑉
Vkg = 0,1 V s/d. 0,3 V
Ik = 0 𝑚𝐴
Ig = 0 𝑚𝐴
Ternyata dengan Tabel hasil pengukuran terdapat [kesamaan] (hasil pengukuran 0 mA
& hasil perhitungan 0 mA). Hal ini disebabkan karena S1 OFF maka tidak ada arus
masukan ke kaki gate.
4. Tabel 4 didapatkan hasil perhitungan sebagai berikut:
(Q1 off ; Q2 on ; SCR tetap on)
Berdasarkan Tabel 4 hasil pengukuran dan hasil perhitungan terdapat data
Untuk Q1

𝑉𝑆 − 𝑉𝐵𝐸 12 − 0,7 11.3


𝐼𝑒 = ( )=( )=( ) = 0.0452 = 45.2 𝑚𝐴
𝑅𝐵 1000 250
𝑅𝐶 + 𝑅𝐸 + 0 + 240 + 100
𝛽𝐷𝐶
12 – 0.7 – 0.045 𝑥 240
𝐼𝑏 = ( ) = 0.5 𝑚𝐴 = 500 𝑢𝐴
1000
Ic = (𝐼𝐸 − 𝐼𝐵 ) = (45.2 − 0,5) = 44.7 𝑚𝐴
Vbe = Datasheet TR 2N3055 𝑉𝐵𝐸 = 0.7 V
Ve = (𝐼𝐸 × 𝑅𝐸 ) = (45.2 × 240) = 10.8 𝑉
Vb = (𝑉𝑒 × 𝑉𝑏𝑒) = (10.8 + 0.7) = 11.5 𝑉
Vc = V sumber = 12 V
Vce = Vc-Ve = 12- 10.8 = 1.2 V
VRb = Vcc – Vb = 12 – 11.5 = 0.5 V
VRe = VRb + Vbe = 0.5 + 0.7 = 1.2 V

Untuk Q2
Vce = 0 𝑉
Ternyata dengan Tabel hasil pengukuran terdapat [perbedaan] (hasil pengukuran 0,14V
& hasil perhitungan 0 V). Terdapat perbedaan antara pengukuran dan perhitungan
sebesar 0.14 . Hal ini disebabkan karena S3 OFF, maka loop ke kaki kolektor-emitor
𝑄2 juga terputus.

Vbe = 0,7 (datasheet)


Ic = 0 𝑚𝐴
Ib = 0 𝑢𝐴

Ie = 0 mA
Komponen SCR

Vak = (𝑉𝑐𝑐 − 𝑉𝑏) = (12 − 0.5) = 11.5 𝑉


Vag = (𝑉𝐴𝐾 − 0,3) = (11.5 − 0,3) = 11,2 𝑉
Vkg = 0,1 V s/d. 0,3 V
Ik = 0 𝑚𝐴
Ig = 0 𝑚𝐴
Ternyata dengan Tabel hasil pengukuran terdapat [kesamaan] (hasil pengukuran 0 mA
& hasil perhitungan 0 mA). Hal ini disebabkan karena S1 OFF maka tidak ada arus
masukan ke kaki gate.
5. Tabel 5 didapatkan hasil perhitungan sebagai berikut:
(Q1 On ; Q2 off ; SCR off)
Berdasarkan Tabel 4 hasil pengukuran dan hasil perhitungan terdapat data
Untuk Q1

𝑉𝑆 − 𝑉𝐵𝐸 12 − 0,7 11.3


𝐼𝑒 = ( )=( )=( ) = 0.0452 = 45.2 𝑚𝐴
𝑅𝐵 1000 250
𝑅𝐶 + 𝑅𝐸 + 0 + 240 + 100
𝛽𝐷𝐶
12 – 0.7 – 0.045 𝑥 240
𝐼𝑏 = ( ) = 0.5 𝑚𝐴 = 500 𝑢𝐴
1000
Ic = (𝐼𝐸 − 𝐼𝐵 ) = (45.2 − 0,5) = 44.7 𝑚𝐴
Vbe = Datasheet TR 2N3055 𝑉𝐵𝐸 = 0.7 V
Ve = (𝐼𝐸 × 𝑅𝐸 ) = (45.2 × 240) = 10.8 𝑉
Vb = (𝑉𝑒 × 𝑉𝑏𝑒) = (10.8 + 0.7) = 11.5 𝑉
Vc = V sumber = 12 V
Vce = Vc-Ve = 12- 10.8 = 1.2 V
VRb = Vcc – Vb = 12 – 11.5 = 0.5 V
VRe = VRb + Vbe = 0.5 + 0.7 = 1.2 V
Untuk Q2

Ie = 0 𝑚𝐴
Ternyata dengan Tabel hasil pengukuran terdapat [kesamaan] (hasil pengukuran 0 mA
& hasil perhitungan 0 mA). Hal ini disebabkan karena tidak ada sumber.
Ib = 0 uA
Ternyata dengan Tabel hasil pengukuran terdapat [kesamaan] (hasil pengukuran 0 uA
& hasil perhitungan 0 uA). Hal ini disebabkan karena tidak ada sumber.
Ie = 0 mA
Ternyata dengan Tabel hasil pengukuran terdapat [kesamaan] (hasil pengukuran 0 mA
& hasil perhitungan 0 mA). Hal ini disebabkan karena tidak ada sumber
Vce = 0 V
Vbe = 0,1 V s/d. 0,3 V
Komponen SCR

Vak = (𝑉𝑐𝑐 − 𝑉𝑏) = (12 − 0.5) = 11.5 𝑉


Vag = (𝑉𝐴𝐾 − 0,3) = (11.5 − 0,3) = 11,2 𝑉
Vkg = 0,1 V s/d. 0,3 V
Ik = 0 𝑚𝐴
Ig = 0 𝑚𝐴
Ternyata dengan Tabel hasil pengukuran terdapat [kesamaan] (hasil pengukuran 0 mA
& hasil perhitungan 0 mA). Hal ini disebabkan karena S1 OFF maka tidak ada arus
masukan ke kaki gate.
TUGAS
a. Analisa data hasil pengukuran dengan Hukum Kirchhoff Arus dan/atau Hukum Kirchhoff
Tegangan untuk menganalisa data yang ada.
Jawab : Untuk pembahasannya sudah berada pada hasil laporan diatas pad bagian analisis
pembahasan.
b. Jelaskan mengapa di lapangan kendali permukaan air otomatis lebih banyak menggunakan
sistem mekanis, seperti level control switch yang diagramnya seperti di bawah ini.

Gambar 7. Diagram level control switch.

Jawab : Karena dalam lapangan apabila menggunakan level control switch lebih efisien atau
lebih sederhana dalam penggunaan ataupun cara kerjanya. Saklar pelampung atau float switch,
adalah sebuah unit saklar diskret yang memiliki fungsi untuk mengontrol level permukaan
cairan di sebuah wadah penampungan. Posisi level cairan dalam tangki digunakan untuk men-
trigger perubahan kontak saklar. Posisi level switch ada yang horizontal dan ada yang vertikal.
Floating kontrol ini lebih cocok dipasang sebagai pengganti jenis otomatis model pressure
switch yang cenderung kurang awet apabila dipasang untuk mesin pompa dengan daya dan
tekanan besar. Selain itu juga sebagai pilihan lain dari jenis otomatis pelampung yang masih
konvensional yang kurang kuat dengan daya listrik besar.
KESIMPULAN
Setelah melaksanakan praktikum diatas kita dapatkan berbagai data yangcukup
beragam. Dalam beberapa terlihat hampir sama bahkan banyak yang samadata yang didapat
meskipun variabel control telah dilakukan perbedaan data. Dalamhal ini yang menjadi variabel
control merupakan volume air. Dengan menambahkandan atau mengurangi memberikan
perubahan pada besaran arus dan tegangan padaQ1 maupun Q2. Dengan demikian, air
merupakan komponen utama pemicuterjadinya reaksi melalui sensor yang berada dikedalaman
air. Air juga memberikanmuatan (+) sehingga menimbulkan aktifnya Q1 lalu kemudian di Q2.
Jika Q1 sudahaktif motor atau lampu akan terpicu aktif dan memberikan reaksi dengan
menyalaterang, selama air belum menyentuh S1 atau sensor teratas maka lampu akan
tetapmenyala dan berarti saat itu juga SCR masih belum aktif. Ketika permukaan airmerendam
atau menyentuh S1 akan mendapat stimulan (+) dan mengakibatkanSCR aktif, alhasil lampu
pun mati dan tidak terdapat arus maupun tegangan tersisa.Dalam aplikasi yang sering kita
jumpai, kondisi ini menunjukkan tanki air sudahterisi dalam kategori penuh.
DAFTAR PUSTAKA
Fitrianto Hakim. Pengenalan dan Pengaplikasian Kendali Tinggi Permukaan Air Dalam
Kehidupan Sehari Hari
Dista Yoel Tadeus, Iman Setiono. DESKRIPSI TEKNIS PENGENDALI TINGGI MUKA
CAIRAN INDUSTRI MENGGUNAKAN METODE FLOATLESS OMRON 61F
Agus Margiantono, Andi Kurniawan Nugroho. PENGENDALIAN TINGGI PERMUKAAN
CAIRAN BERBASIS FUZZY (Fuzzy Based Liquid Height Controlling)

Widiasih, W., Murnawan, H. (2016). Rancang Bangun Unit Pengendali KetinggianAir Dalam
Tandon. Heuristic, Vol. 13 (2), 126-137.
Azhari, Jumarang, MI., & Muid, A. (2014). Pembuatan Prototipe Alat UkurKetinggian Air
Laut Menggunakan Sensor Inframerah Berbasis Mikrokontroler Atmega328. Positron, Vol.
IV (2), 64-70.
Permana, A., Triyanto, D.,Rismawan, T. (2015). Rancang Bangun Sistem Monitoring
Volume Pengisian Air Menggunakan Sensor Ultrasonik Berbasis Mikrokontroler AVR
Atmega8. Coding, Vol. 03 (2), 76-87.
Jalil, A. (2017). Sistem Kontrol Deteksi Level Air Pada Media Tanam HidroponikBerbasis
Arduino Uno. Jurnal IT , Vol. 8 (2), 97-101.
Prawiroredjo, K., Susantio, I.M. (2010). Pengatur Ketinggian Air Otomatis. JETri
, Vol. 9 (2), 25-44.
Bandong, S., Kolibu, H.S., Suoth, V.A. (2015). Rancang Bangun Sistem Kontrol Suhu Dan
Ketinggian Air Untuk Pemijahan Ikan Dengan Menggunakan Logika Fuzzy. JdC , Vol. 4 (2),
144-152

Anda mungkin juga menyukai