Anda di halaman 1dari 10

Nama : Arif Rahman

NIM : C1986201047
Kelas : BK – 7B
Dosen Pengampu : Dewang Sulistiana, M.Pd
Resume Mata Kuliah Asesmen dalam Bimbingan dan Konseling

UKURAN GEJALA PUSAT DAN RELEVANSI TERHADAP PENELITIAN

Rata-rata (average) ialah suatu nilai yang mewakili suatu kelompok data. Nilai ini disebut juga
ukuran gejala pusat karena pada umumnya mempunyain kecenderungan terletak di tengah-
tengah dan memusat ke dalam suatun kelompok data yang disusun menurut besar kecilnya nilai
data. Beberapa jenis rata-rata yang sering digunakan ialah:
1. Mayor Means terdiri dari:
a. Rata-rata hitung (Arithmetic means)
b. Median
c. Quartile
d. Decile
e. Percentile
f. Modus
g. Mean
2. Minor Means, terdiri dari:
a. Rata-rata ukur (Geometric means)
b. Rata-rata Harmonis (Harmonic Means)
c. Rata-rata Tertimbang
d. Rata-rata KuadratisRata-rata dari Rata-rata (rata-rata gabungan)
e. Pengukuran nilai rata-rata dapat dilakukan dengan menggunakan data populasi
maupun data sampel, dan dari data yang belum dikelompokkan maupun yang
sudah dikelompokkan.

x = data ke n
x bar = x rata-rata = nilai rata-rata sampel
n = banyaknya data.
Contoh soal : seorang guru mencatat nilai siswa nya sebagai berikut
6,5,5,7,7.5,8,6.5,5.5,6,9 .Berapakah mean (nilai rata) dari data tersebut

a. Rata-rata Hitung
1) Dapat digunakan untuk menghitung rata-rata dari data yang
mempunyai nilai merata atau yang mempunyai nilai dengan
sebaran nilai yang relatif kecil
2) Tidak dapat digunakan untuk menghitung rata-rata dari suatu DF
terbuka.
3) Tidak dapat dipakai untuk menghitung rata-rata dari data
kualitatif.
4) Tidak dapat digunakan untuk kelompok data yang mempunyai
data ekstrim.
5) Data yang digunakan adalah data yang mempunyai skala
pengukuran interval atau rasio.
6) Harganya unik atau hanya mempunyai satu nilai.
b. Rata-rata Tertimbang
Apabila dari sebuah populasi berukuran N, diukur variabel yang
mempunyai tingkat pengukuran interval/rasio dengan hasil
pengukuran X1, X2, …XN. Masing-masing hasil pengukuran
mempunyai bobot B1, B2, … BN, maka rata-rata didefinisikan sebagai
rata-rata tertimbang.
c. Median
1) Dapat digunakan untuk menghitung rata-rata dari data yang
mempunyai nilai ekstrim
2) Dapat digunakan untuk menghitung rata-rata dari suatu DF terbuka
atau tertutup.
3) Dapat dipakai untuk menghitung rata-rata dari data kualitatif.
Dari lima kali kuiz statistika, seorang mahasiswa memperoleh nilai 82,
93, 86, 92, dan 79. Tentukan median populasi ini.
jawab: Setelah data disusun dari yang terkecil sampai terbesar,
diperoleh 79 82 86 92 93 Oleh karena itu medianya adalah 86.
Kadar nikotin yang berasal dari sebuah contoh acak enam batang rokok
cap tertentu adalah 2.3, 2.7, 2.5, 2.9, 3.1, dan 1.9 miligram. Tentukan
mediannya.
jawab: Bila kadar nikotin itu diurutkan dari yang terkecil sampai
terbesar, maka diperoleh 1.9 2.3 2.5 2.7 2.9 3.1 Maka mediannya
adalah rata-rata dari 2.5 dan 2.7, yaitu

d. Modus
1) Adalah suatu bilangan atau keterangan yang mempunyai frekuensi
tertinggi atau bilangan yang sering muncul.
2) Dapat digunakan untuk data yang mempunyai skala pengukuran
minimal adalah nominal.
3) Dapat digunakan untuk menghitung rata-rata dari data yang
menunjukkan keadaan yang ‘merajalela’.
4) Data yang belum dikelompokkan Modus dari data yang belum
dikelompokkan adalah ukuran yang memiliki frekuensi tertinggi.
Modus dilambangkan mo.
5) Data yang telah dikelompokkan Rumus Modus dari data yang
telah dikelompokkan dihitung dengan rumus
Dengan : Mo = Modus
L = Tepi bawah kelas yang memiliki frekuensi tertinggi (kelas
modus)
i = Interval kelas
b1 = Frekuensi kelas modus dikurangi frekuensi kelas interval
terdekat sebelumnya
b2 = frekuensi kelas modus dikurangi frekuensi kelas interval
terdekat sesudahnya.
Contoh:
Sumbangan dari warga Bogor pada hari Palang Merah Nasional
tercatat sebagai berikut: Rp 9.000, Rp 10.000, Rp 5.000, Rp 9.000,
Rp 9.000, Rp 7.000, Rp 8.000, Rp 6.000, Rp 10.000, Rp 11.000.
Maka modusnya, yaitu nilai yang terjadi dengan frekuensi paling
tinggi, adalah Rp 9.000.
Dari dua belas pelajar sekolah lanjutan tingkat atas yang diambil
secara acak dicatat berapa kali mereka menonton film selama
sebulan lalu. Data yang diperoleh adalah ,0, 3, 1, 2, 4, 2, 5, 4, 0, 1
dan 4. Modusnya yaitu 4
e. Quartile
Adalah bilangan-bilangan atau keterangan-keterangan yang membagi
suatu deretan bilangan atau deretan keterangan menjadi empat bagian
yang sama.

1) Mengurutkan data dari yang terkecil hingga yang terbesar


2) Tentukan median (kuartil tengah / Q2 )
3) Tentukan kuartil bawah / Q1 (nilai tengah dari data sebelum
Q2 atau 1/4 ukuran data )
4) Tentukan kuartil atas / Q3 (nilai tengah dari data sesudah Q2 atau
3/4 ukuran data )
Kuartil satu (K1) adalah suatu nilai dalam distribusi yang membatasi
25% frekuensi di bagian bawah dan 75% frekuensi di bagian atas
distribusi. Rumus untuk menghitung K1 adalah sebagai berikut:
Dimana, x jumlah individu (N), Kuartil Satu
Batas Bawah nyata pada interval yang mengandung kuartil frekuensi
kumulatif di bawah fk yang mengandung kuartil. fd frekuensi pada
interval yang mengandung Kuartil i = lebar interval
Tabel 3.12. Berikut adalah contoh untuk mencari kuartil satu.
Interval Nilai f fk
28 – 32 5 23
23 – 27 2 18
18 – 22 4 16
13 – 17 3 12
8 – 12 (6) 9
3–7 3 (3)
Jumlah 23 -
Diketahui,
= 5,75 (terletak pada fk = 9 interval 8 – 12)
7,5 3 6 i=5
Kuarti dua (K2) adalah suatu nilai dalam distribusi yang membatasi
50% frekuensi dibawah distribusi dan 50% di atas distribusi. Oleh
karena (K2) membagi distribusi menjadi dua bagian secara sama, maka
sebenarnya (K2) tidak lain adalah median.
Tabel 3.13. merupakan contoh untuk mencari kuartil dua
Interval Nilai f fk
28 – 32 5 23
23 – 27 2 18
18 – 22 4 16
13 – 17 (3) 12
9 – 12 6 (9)
3–7 3 3
Jumlah 23 -
Diketahui
=11,5 (terletak pada fk = 12 interval 13 – 17
12,5 9 3 i =5
Kuartil tiga (K3) adalah suatu nilai dalam distribusi yang membatasi
75% frekuensi di bagian bawah dan 25% frekuensi di bagian atas.
Rumus untuk menghitung (K3) adalah sebagai berikut:
Tabel 3.14 merupakan contoh untuk mencari kuartil tiga
Interval Nilai f S fk
28 – 32 5 23
23 – 27 (2) 18
18 – 22 4 (16)
13 – 17 3 12
10 – 12 6 9
3–7 3 3
Jumlah 23 -

Diketahui,
= 17,25 (terletak pada fk = 18 interval 23 – 17)
22,5 16 2 i=5
Contoh: Tentukanlah kuartil Q1, Q2, dan Q3 dari data upah bulanan 13
karyawan (dalam ribuan rupiah) berikut:
40,30,50,65,45,55,70,60,80,35,85,95,100.
Jawab:
Urutan data : 30,35,40,45,50,55,60,65,75,80,85,95,100.
Qi = nilai ke – , di mana n = 13
Maka nilai kuartil Q1, Q2, Q3 adalah sebagai berikut:
Q1 = nilai ke - = nilai ke – 14/2 = nilai ke-3 ½
= antara nilai ke -3 dan nilai ke-4
= nilai ke-3 + ½ (nilai ke-4 – nilai ke-3)
= 40 + ½ (85 – 40) = 42,5
Q2 = nilai ke- = nilai ke-7 = 60
Q3 = nilai ke- = nilai ke-10 ½
= nilai ke-10 + ½ (nilai ke-11 – nilai ke-10)
= 80 + ½ (85 – 80) = 82,5.
Tabel 3.16 Berikut adalah contoh untuk data berkelompok yang
disusun dalam tabel distribusi frekuensi.
Modal Nilai Tengah (X) Frekuensi (f)
112 – 120 116 4
121 – 129 125 5
130 – 138 134 8
139 – 147 143 12
148 – 156 152 5
157 – 165 161 4
166 – 174 170 2
Tentukan nilai kuartil Q1, Q2 dan Q3 dari data tersebut!
Jawab:
Menentukan terlebih dahulu kelas interval Q1, Q2 dan Q3
Q1, membagi data menjadi 25 % ke bawah dan 75 % ke atas.
Q2, membagi data menjadi 50 % ke bawah dan 75 % ke atas.
Q3, membagi data menjadi 75 % ke bawah dan 25 % ke atas.
Karena n = 40, maka Q1 terletak pada kelas 130 – 138, Q2 terletak pada
kelas 139 – 147, dan Q3 terletak pada kelas 148 – 156.
Qi = L0 + c
Untuk Q1, maka L0 = 129,5, F = 4 + 5 = 9, dan f = 8, sehingga diperoleh:
Q1 = 129,5 + 9 = 129,5 + 9 (0,125) = 130,625.
Untuk Q2, maka L0 = 138,5, F = 4 + 5 + 8 = 17, dan f = 12, sehingga
diperoleh:
Q2 = 138,5 + 9 = 140,75.
Terlihat bahwa nilai Q2 sama dengan median.
Untuk Q3, maka L0 = 147,5, F = 29, dan f = 5, sehingga diperoleh:
Q3 = 147,5 + 9 = 149,3
f. Decile
Adalah bilangan-bilangan atau keterangan-keterangan yang membagi
suatu deretan bilangan atau deretan keterangan menjadi sepuluh bagian
yang sama.Jika suatu distribusi dibagi menjadi 10 kategori maka
diperlukan 9 titik batas desil, yaitu D1, D2, D3, D4, D5, D6, D7, D8, dan
D9. Dasar perhitungan desil adalah menggunakan angka persepuluhan.
D1 = 1/10 N, D2 = 2/10 N, D5 = 5/10 N, D9 = 9/10 N dan seterusnya.
Rumus-rumus untuk menghitung desil:
Tabel 3.17 adalah contoh untuk mencari desil tiga (D3)
terval Nilai f fk
28 – 32 5 23
23 – 27 2 18
18 – 22 4 16
13 – 17 3 12
8 – 12 (6) 9
3–7 3 (3)
Jumlah 23 -
Misalkan kita akan menghitung Desil tiga, maka langkah-langkah yang
akan kita lakukan adalah sebagai berikut.
Diketahui, = 6,69 (terletak pada fk = 9 interval 8 – 12)
7,5 3 6 i =5
Maka nilai D3 dapat dihitung sebagai berikut:
Arti dari D3 = 10,75 adalah bahwa nilai 10,75 itu membatasi 30%
(3/10N) frekuensi di bawah distribusi dan 70% (7/10N) frekuensi di
sebelah atas distribusi. Untuk penghitungan macam-macam desil yang
lain menggunakan prosedur yang sama. Apabila nanti diteruskan sampai
perhitungan D5 maka akan dijumpai penggunaan angka dasar 5/10N
yang harganya sama dengan ½ N (angka dasar pada median dan K2), hal
ini menunjukkan bahwa sebenarnya D5 = Mdn = K2.
g. Percentile
Adalah bilangan-bilangan atau keterangan-keterangan yang membagi
suatu deretan bilangan atau deretan keterangan menjadi seratus bagian
yang sama.Bedanya, jika median distribusinya dibagi menjadi 2
kategori, kuartil dibagi menjadi 4 kategori, desil dibagi menjadi 10
kategori, maka persentil distribusinya dibagi menjadi 100 kategori.
Sehingga dalam perhitungannya nanti akan dijumpai sebanyak 99 titik
persentil. Dari P1, P2 sampai dengan P99.
Angka dasar yang digunakan dalam persentil adalah perseratusan,
misalnya untuk P1 = 1/100.N, P25 = 25/100.N (atau ¼ . N seperti angka
dasar K1, sehingga P25 = K1). Demikian juga untuk P50 = 50/100.N (=
½.N, yang berarti bahwa P50 = Mdn = K2 = D5). Kesamaan-kesamaan
pada macam-macam pengukuran ini mudah dipahami karena angka
dasar yang digunakan seringkali menghasilkan nilai yang sama
meskipun penampakannya berbeda, hal ini akan kita temukan lagi
misalnya: D1 = P10, D2 = P20, K3 = P75, dan sebagainya.
Melalui persentil seorang peneliti dapat dengan leluasa membagi
distribusi data yang dimilikinya kedalam jumlah-jumlah kategori yang
dikehendakinya. Misalnya jika penelitian ingin membagi distribusi data
tentang skor-skor stress kerja (yang masih berupa data interval) menjadi
5 kategori data ordinal (misalnya tinggi sekali, tinggi, sedang, rendah
dan rendah sekali) maka peneliti harus menemukan 4 titik persentil
dengan jalan melakukan pembagian, 100/5 = 20. Angka 20 ini nanti akan
berfungsi sebagai kelipatan yang digunakan untuk menentukan dasar
pembuatan kategori. Maka 5 kategori yang digunakan tersebut akan
dibatasi oleh titik-titik P20, P40, P60, dan P80. Untuk pembagian ke dalam
jumlah-jumlah kategori yang lain dapat dikembangkan oleh para
pembaca sendiri. Misalnya kita akan menghitung persentil 60, maka
rumusnya adalah:
Tabel 3.18 adalah contoh untuk mencari persentil 60
Interval Nilai f fk
28 – 32 5 23
23 – 27 2 18
18 – 22 (4) 16
13 – 17 3 12
8 – 12 6 9
3–7 3 3
Jumlah 23 -
Diketahui, = 13,8 (terletak pada fk = 16 interval 18 – 22)
17 12 4 i =5
Maka data tersebut didapatkan harga P60 sebesar:
Dari hasil tersebut dapat diketahui bahwa P60 = 19,75, artinya bahwa
yang membatasi antara 60% distribusi bagian bahwa dengan 40% distribusi
bagian atas adalah nilai 19,75. Dalam penelitian persentil berguna untuk:
1) Membagi distribusi menjadi beberapa kelas yang sama besar
frekuensinya.
2) Memisahkan sebagaian distribusi dari sisanya.
3) Menyusun norma penelitian, dan menormalisasikan distribusi.

Anda mungkin juga menyukai