DAN PERSENTIL)
Dengan menggunakan dasar-dasar median, kita dapat meneruskan kepada perhitungan-
perhitungan statistik yang dimaksudkan untuk membuat suatu ukuran atau norma yang
digunakan sebagai pedoman untuk membuat kategori-kategori kualitas sekelompok individu.
Berdasarkan suatu norma tertentu, seorang peneliti dapat memisahkan individu menjadi
bermacam-macam kategori sesuai dengan keperluannya. Misalnya dengan membagi distribusi
menjadi 2 kategori yaitu individu yang diterima dan ditolak dalam seleksi suatu pekerjaan.
Dengan 4 kategori didapatkan kategori-kategori seperti baik sekali, baik, sedang dan tidak baik.
Peneliti bisa mengembangkan sampai menjadi 10 bahkan 100 kategori. Pembuatan kategori ini
penting terutama apabila peneliti akan membuat suatu kualifikasi, mengenai subyek penelitian.
Misalnya subyek penelitian akan dibagi menjadi 4 bagian yang setiap bagiannya memiliki
jumlah individu yang sama, dimana dasar pembagiannya adalah nilai yang dapat menjadi batas
dari kelompok yang terdapat dalam distribusi.
Tatacara yang digunakan untuk membuat norma dengan kategori disebut median (Me)
dengan 4 kategori disebut Kuartil (K) dengan 10 kategori disebut desil (D) dan dengan 100
kategori disebut persentil (P). Apabila menghendaki pembagian jumlah kategori diluar macam-
macam jumlah kategori tersebut, misalnya menginginkan pembagian kategori menjadi 3, 5, 9, 20
atau yang lainnya, maka dapat menggunakan rumus persentil. Cara perhitungan median tidak
akan dibahas lagi dalam pembagian ini karena sudah dikaji panjang lebar pada bagian
sebelumnya.
Kuartil
Kita telah mengetahui bahwa median adalah nilai tengah data. Dengan kata lain, median
membagi kelompok data menjadi dua bagian sama banyak, yaitu 50 % data berada di bawah
median dan 50 % data berada di atas median. Konsep median dapat diperluas, yaitu kelompok
data yang telah diurutkan (membesar atau mengecil) dibagi menjadi empat bagian yang sama
banyak. Bilangan pembagian ada tiga, masing-masing disebut kuartil.
Kuartil adalah suatu indeks yang dapat membagi suatu distribusi data menjadi 4 bagian
atau kategori. Untuk membagi 4 bagian tersebut dibutuhkan 3 titik kuartil (K), dimana masing-
masing titik kuartil diberi nama kuartil satu (K1), Kuartil dua (K2) dan kuartil tiga (K3). Kuartil
pertama disebut juga kuartil bawah, kuartil kedua disebut juga kuartil tengah, dan kuartil ketiga
disebut juga kuartil atas.
Kuartil satu (K1) adalah suatu nilai dalam distribusi yang membatasi 25% frekuensi di
bagian bawah dan 75% frekuensi di bagian atas distribusi. Rumus untuk menghitung K1 adalah
sebagai berikut:
Interval Nilai f fk
28 32 5 23
23 27 2 18
18 22 4 16
13 17 3 12
8 12 (6) 9
37 3 (3)
Jumlah 23
Diketahui,
7,5 3 6 i=5
Kuarti dua (K2) adalah suatu nilai dalam distribusi yang membatasi 50% frekuensi
dibawah distribusi dan 50% di atas distribusi. Oleh karena (K2) membagi distribusi menjadi dua
bagian secara sama, maka sebenarnya (K2) tidak lain adalah median.
Interval Nilai f fk
28 32 5 23
23 27 2 18
18 22 4 16
13 17 (3) 12
9 12 6 (9)
37 3 3
Jumlah 23
Diketahui,
12,5 9 3 i =5
Kuartil tiga (K3) adalah suatu nilai dalam distribusi yang membatasi 75% frekuensi di
bagian bawah dan 25% frekuensi di bagian atas. Rumus untuk menghitung (K3) adalah sebagai
berikut:
Interval Nilai f S fk
28 32 5 23
23 27 (2) 18
18 22 4 (16)
13 17 3 12
10 12 6 9
37 3 3
Jumlah 23
Diketahui,
22,5 16 2 i=5
Berdasarkan tabel 3.15 dapat diketahui bahwa nilai-nilai kuartil tersebut menjadi batas
dari kategori-kategori yang sudah bersifat kualitatif. Nilai K1 = 9,70 menjadi batas antara
kategori tidak baik sekali dengan sedang, nilai K2 = 16,67 membatasi kategori sedang dengan
baik dan nilai K3 menjadi batas kategori baik dengan baik sekali. Dengan kata lain alternatif
menghitung kuartil adalah:
Contoh: Tentukanlah kuartil Q1, Q2, dan Q3 dari data upah bulanan 13 karyawan (dalam ribuan
rupiah) berikut: 40,30,50,65,45,55,70,60,80,35,85,95,100.
Jawab:
Qi = nilai ke , di mana n = 13
Tabel 3.16 Berikut adalah contoh untuk data berkelompok yang disusun dalam tabel distribusi
frekuensi.
Jawab:
Karena n = 40, maka Q1 terletak pada kelas 130 138, Q2 terletak pada kelas 139 147, dan Q3
terletak pada kelas 148 156.
Qi = L0 + c
Q3 = 147,5 + 9 = 149,3
Desil (D)
Desil (D) adalah suatu indeks yang membagi suatu distribusi data menjadi 10 bagian atau
kategori. Jika suatu distribusi dibagi menjadi 10 kategori maka diperlukan 9 titik batas desil,
yaitu D1, D2, D3, D4, D5, D6, D7, D8, dan D9. Dasar perhitungan desil adalah menggunakan angka
persepuluhan. D1 = 1/10 N, D2 = 2/10 N, D5 = 5/10 N, D9 = 9/10 N dan seterusnya. Rumus-
rumus untuk menghitung desil:
terval Nilai f fk
28 32 5 23
23 27 2 18
18 22 4 16
13 17 3 12
8 12 (6) 9
37 3 (3)
Jumlah 23
Misalkan kita akan menghitung Desil tiga, maka langkah-langkah yang akan kita lakukan adalah
sebagai berikut.
7,5 3 6 i =5
Arti dari D3 = 10,75 adalah bahwa nilai 10,75 itu membatasi 30% (3/10N) frekuensi di
bawah distribusi dan 70% (7/10N) frekuensi di sebelah atas distribusi. Untuk penghitungan
macam-macam desil yang lain menggunakan prosedur yang sama. Apabila nanti diteruskan
sampai perhitungan D5 maka akan dijumpai penggunaan angka dasar 5/10N yang harganya sama
dengan N (angka dasar pada median dan K2), hal ini menunjukkan bahwa sebenarnya D5 =
Mdn = K2.
Persentil (P)
Pengertian-pengertian pada median, kuartil dan desil dapat digunakan untuk memahami
pengertian yang terdapat pada persentil. Bedanya, jika median distribusinya dibagi menjadi 2
kategori, kuartil dibagi menjadi 4 kategori, desil dibagi menjadi 10 kategori, maka persentil
distribusinya dibagi menjadi 100 kategori. Sehingga dalam perhitungannya nanti akan dijumpai
sebanyak 99 titik persentil. Dari P1, P2 sampai dengan P99.
Angka dasar yang digunakan dalam persentil adalah perseratusan, misalnya untuk P 1 =
1/100.N, P25 = 25/100.N (atau . N seperti angka dasar K1, sehingga P25 = K1). Demikian juga
untuk P50 = 50/100.N (= .N, yang berarti bahwa P50 = Mdn = K2 = D5). Kesamaan-kesamaan
pada macam-macam pengukuran ini mudah dipahami karena angka dasar yang digunakan
seringkali menghasilkan nilai yang sama meskipun penampakannya berbeda, hal ini akan kita
temukan lagi misalnya: D1 = P10, D2 = P20, K3 = P75, dan sebagainya.
Melalui persentil seorang peneliti dapat dengan leluasa membagi distribusi data yang
dimilikinya kedalam jumlah-jumlah kategori yang dikehendakinya. Misalnya jika penelitian
ingin membagi distribusi data tentang skor-skor stress kerja (yang masih berupa data interval)
menjadi 5 kategori data ordinal (misalnya tinggi sekali, tinggi, sedang, rendah dan rendah sekali)
maka peneliti harus menemukan 4 titik persentil dengan jalan melakukan pembagian, 100/5 = 20.
Angka 20 ini nanti akan berfungsi sebagai kelipatan yang digunakan untuk menentukan dasar
pembuatan kategori. Maka 5 kategori yang digunakan tersebut akan dibatasi oleh titik-titik P20,
P40, P60, dan P80. Untuk pembagian ke dalam jumlah-jumlah kategori yang lain dapat
dikembangkan oleh para pembaca sendiri. Misalnya kita akan menghitung persentil 60, maka
rumusnya adalah:
Interval Nilai f fk
28 32 5 23
23 27 2 18
18 22 (4) 16
13 17 3 12
8 12 6 9
37 3 3
Jumlah 23
17 12 4 i =5
Dari hasil tersebut dapat diketahui bahwa P60 = 19,75, artinya bahwa yang membatasi
antara 60% distribusi bagian bahwa dengan 40% distribusi bagian atas adalah nilai 19,75. Dalam
penelitian persentil berguna untuk:
146 147 147 148 149 150 150 152 153 154
156 157 158 161 163 164 165 168 173 176
119 125 126 128 132 135 135 135 136 138
138 140 140 142 142 144 144 145 145 146
Kelas Frekuensi
30 39 5
40 49 6
50 59 8
60 69 12
70 79 9
80 89 7
90 99 4
Jumlah 50
1. Berikut ini adalah data nilai ujian teknologi informasi mahasiswa STMIK Raharja, yaitu :
40,30,50,65,45,55,70,60,80,35,85,95,100, (n=13). Hitunglah nilai Q1, Q2, Q3, D1, D2, D3!
2. Nilai rata-rata ulangan matematika dari 10 mahasiswa terpandai di kelas B adalah 80.
Setelah ditambah nilai dari 2 mahasiswa terpandai dari kelas A maka nilai rata-ratanya
menjadi 83. Tentukan nilai rata-rata 2 mahasiswa dari kelas tersebut!
1. Berdasarkan data berikut, hitunglah Q1, Q3, D3, D6, dan P50!
72,5 72,7 5
72,8 73,0 10
73,1 73,3 13
73,4 73,6 27
73,7 73,9 23
74,0 74,2 16
74,3 74,5 4
Jumlah 100
10. Nilai ujian kalkulus dari 120 mahasiswa STMIK Raharja, adalah:
Nilai Ujian
30 39 9
40 49 32
50 59 43
60 69 21
70 79 11
80 89 3
90 100 1