Anda di halaman 1dari 11

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Proaktif
Proaktif adalah suatu keyakinan bahwa penyebab dan sumber tingkah laku
berasal dari dalam diri manusia (E. Koswara : 1986). Pengertian proaktif adalah suatu
sikap untuk bertanggung jawab atas hidup diri kita sendiri. Hidup yang kita jalani
berasal dari berbagai macam bentuk keputusan yang kita buat dan kita sebagai
manusia mempunya tanggung jawab dan berbagai inisiatif untuk membuat segalanya
terjadi (Stephen R. Covey : 1997). Erlinson (2001) mengartikan proaktif sebagai
karakteristik personal yang berimplikasi pada motivasi dan melakukan tindakan, yang
percaya pada berbagai potensi untuk merubah sesuatu guna melakukan perbaikan
pada diri sendiri dan lingkungan.
Proaktif adalah berinisiatif membentuk pribadi menuju suatu tujuan hidup tertentu
(suharli : 2009). Sedangkan proaktif dalam wirausaha adalah suatu bentuk kesediaan
para wirausahawan untuk mencari peluang pasar secara terus menerus dan melakukan
berbagai macam eksperimen untuk menggali keuntungan potensial yang ada disuatu
pasar tertentu (Venkatraman : 1989). Dari pegertian yang dijelaskan oleh beberapa
tokoh diatas maka dapat disimpulkan bahwa proaktif adalah sikap seseorang yang
mampu mengenali kesempatan dan memanfaatkannya sehingga menghasilkan
perubahan kearah yang lebih baik. Orang dengan sikap proaktif tidak sekedar bereaksi
terhadap berbagai keadaan tetapi memiliki inisiatif untuk melakukan aksi terhadap
perubahan. Orang yang memilki sikap proaktif dapat dilihat dari perilakunya yaitu:
a. Memiliki rasa tanggung jawab
orang yang proaktif ketika dihapkan oleh masalah dalam usahanya maka ia akan
menyelesaikannya sendiri tanpa memberatkan ataupun menyalahkan orang lain.
b. Focus terhadap usahanya
Ia konsisten terhadap usaha yang ia lakukan sehingga menghasilkan perubahan
dalam ruang lingkup yang lebih luas.
c. Melakukan perubahan dari diri sendiri
Orang yang proaktif akan melakukan evaluasi pada dirinya sendiri sehingga ia
dapat mengatuhi apa yang sudah ia lakukan benar atau tidak. Baru ia memperluas
perubahan kepada orang orang diskitarmya.
d. Memiliki prinsip yang benar
Orang yang proaktif memiliki prinsip atau suatu nilai dimana dapt mengarahkan
sikap dan perilakunya dalam berwirausaha.

B. Proaktif Erat Kaitannya Dengan Kreativitas


Model Inovasi Menurut Charles Prather, dalam bukunya Blueprint for Innovation,
gaya atau model kreativitas seseorang bersifat menetap. Prather membagi 2 gaya
kreativitas:
1. Adaptive Problem Solving. Orang-orang yang memiliki gaya ini dalam bekerja
cenderung menggunakan kreativitas untuk menyempurnakan sistem dimana mereka
bekerja. Hal-hal yang terlihat pada orang yang memiliki gaya ini adalah bahwa
mereka akan berusaha sebaik mungkin untuk membuat sistem menjadi lebih baik,
lebih cepat, lebih murah dan efisien. Apa yang mereka lakukan akan dapat dilihat
hasilnya secara cepat. Oleh karena itu mereka lebih sering mendapat penghargaan.
2. Innovative Problem Solving. Orang-orang yang memiliki gaya ini dalam bekerja
cenderung untuk menantang dan mengubah sistem yang sudah ada. Mereka dapat
disebut sebagai "agent of change" karena lebih memfokuskan pada penemuan sistem
baru daripada menyempurnakan yang sudah ada. Dalam perusahaan mereka dapat
dilihat pada bagian-bagian yang melakukan riset, penciptaan produk baru,
mengantisipasi kebutuhan pelanggan tanpa diminta, dan orang-orang yang menjaga
kelangsungan hidup perusahaan di masa yang akan datang. Patton (1998)
menyatakan orang yang proaktif merupakan orang yang punya kemampuan respon
yang positif terhadap setiap stimulus baik yang menguntungkan atau tidak, dia juga
mempunyai kemauan untuk berprestasi yang lebih baik lagi.

C. Ciri-Ciri Proaktif

Menurut Covey dalam buku the 7 habits of highly effective people (pitoyo
amrih :2008) bawa orang yang mempunyai kebiasaan proaktif memiliki ciri-ciri:

a. Orang proaktif teguh terhada nilai-nilai yang ia anut, dan ia akan selalu konsisten
terhadpa nilai tersebut, contohnya seseorang yang menjunjung tinggi nilai
kejujuran bila dia seorang proaktif maka dia akan selalu jujur apapun kondisinya,
walaupun hal tersebut dapat mencelakakn teman baiknya atau pahit didengar
orang lain.
b. Orang yang proaktif adalah orang yang selalu sadar bahwa segala keputusan dan
tindakan yang diambilnya adalah tanggung jawabnya.
c. Orang proaktif selalu berusaha befokus pada lingkaran pengatruh. lingkaran
pengaruh merupakan segala potensi yang ada pada diri yang dapat dimanfaatkan.
d. Orang proaktif selalu memiliki inisiatif untuk bertindak bukan menjadi obyek
tindakan. Ia akan selalu berusaha untuk menciptakan peluang yang bisa dikerjakan
untuk perbaikan terus menerus, bukannya hanya menunggu dan melihat apa yang
orang lain lakukan.

D. Perbedaan reaktif dan Proaktif


Perbedaan antara orang proaktif dan orang reaktif adalah, orang yang proaktif
akan bertanggung jawab terhadap segaha hal yang ia lakukan, ia tidak akan
menyalahkan kondisi atau keadaan atas setiap hal yang terjadi sedangkan orang yang
reaktif adalah orang yang sangat dipengaruhi oleh lingkungan fisik misalnya jika
cuaca cerah, maka dia akan senang dan jika tidak cerah maka dia akan tidak senang,
bahkan akan mempengaruhi sikap dan prestasi mereka orang yang reaktif berada di
lingkungan kekhawatiran. Lingkungan ke khawatiran adalah wilayah yang berisi
segala hal yang bernilai negative seperti ketakutan akan kegagalan dalam
berwirausaha. Sedangkan orang yang produktif akan berfokus pada lingkaran
pengaruh. Lingakaran pengaruh merupakan segala potensi yang ada pada diri yang
dapat dimanfaatkan.
E. Peluang Usaha
Peluang usaha menurut Robbert dan coulter adalah sebuah proses yang
melibatkan individu atau kelompok yang menggunakan usaha dan sarana tertentu
untuk menciptakan suatu nilai tumbuh guna memenuhi sebuah kebutuhan tanpa
memperhatikan sumber daya yang digunakan. Menurut Thomas W. Zimmerer
Peluang usaha merupakan sebuah terapan yang terdiri dari kreatifitas dan inovasi
untuk memecahkan masalah dan melihat kesempatan yang dihadapi setiap hari. Maka
dapat disimpulkan peluang usaha merupakan kesempatan yang dimanfaatkan oleh
individu untuk mendapatkan apa yang ia inginkan dengan memanfaatkan sumber daya
yang ia miliki. Seorang wirausahawan perlu memiliki kemampuan dalam membaca
peluang usaha Membaca peluang pasar tidak hanya dilakukan seorang entrepreneur
yang ingin memulai usahanya, namun sebagai pondasi saat bergelut di dunia bisnis.
Karena kelihaian dalam membaca peluang pasar tidak hanya dilakukan untuk
memulai suatu usaha, namun keahlian dalam membaca peluang usaha ini juga harus
dimiliki bagi yang ingin mengembangkan usaha. Cara untuk kita dalam melihat
peluang usaha.

Melihat
Dalam konteks membaca peluang pasar, maksud dari melihat disini adalah kita
melihat apa yang menjadi masalah dari fenomena-fenomena yang ada di sekitar kita
dan siapa yang mengalami masalah tersebut, yang kemudian kita cari celah agar kita
dapat menembus peluang di dalam celah-celah kecil tersebut.
Mendengar
Mendengar dalam hal ini maksudnya adalah bagaimana kita mengetahui secara
langsung tentang kebenaran masalah yang terjadi di pasar. Mendengar disini juga
memiliki tujuan agar kita mengenal lebih dekat dengan konsumen, sehingga masalah
yang didapatkan lebih tepat sasaran.

Membaca
Setelah kita melihat dan mendengar mengenai masalah yang terjadi, kemudian
semuanya kita baca perlahan tentang apa yang telah kita lihat dan dengar. Usaha kita
tidak akan pernah sukses apabila kita terpatok pada teori. Sebaliknya apabila kita
memahami apa yang telah kita lihat dan dengar, hasilnya akan lebih baik daripada kita
menghafal. Selain itu juga dalam tahap membaca ini, perlu diingat bahwa jangan ada
satupun poin yang terlewatkan untuk dibaca, dipahami, dan dianalisis. Karena
seberapa kecilpun poin yang telah dihasilkan, akan memiliki peranan yang cukup
dapat diperhitungkan dalam kesimpulan akhir yang dibuat.

Menulis
Setelah kita melihat, mendengar, dan membaca, kita perlu untuk menuangkan semua
analisis yang telah diambil dalam tahap membaca. Semua poin harus tertuang baik-
baik di dalam sebuah tulisan yang kemudian akan menjadi tolak-ukur atau pegangan
yang akan menuntun kita saat kita benar-benar terjun dalam mengaplikasikan semua
itu.

F. Identifikasi Peluang - Peluang Berkaitan Dengan Kewirausahaan


Untuk mencapai keunggulan bersaing dalam berwirausaha, ada beberapa tahapan
yang perlu dilakukan, yaitu sebagai berikut:
a. Penilaian lingkungan (internal dan eksternal) dilakukan dengan analisis SWOT
(Strengths, Weakness, Opportunites, and Threats). SWOT dapat dijadikan alat
untuk mengukur semua hal yang mungkin dan tidak mungkin dilakukan oleh
usahawan. Berikut adalah cara sederhana yang dapat dilakukan dalam menerapkan
analisis SWOT:
1. Melihat kekuatan (strengths) yang dimiliki seperti lokasi, sumber-sumber
bahan baku yang mudah didapat, mudah dijangkau oleh konsumen, atau
pelanggan, dan kekuatan lainnya yang dapat dimanfaatkan. Contoh: lokasi
dekat dengan kampus atau mall dapat dikembangkan menjadi kos-kosan,
warnet, watung makan, dan lain lain.
2. Melihat kelemahan yang dimiliki agar kita tidak memaksakan diri melakukan
usaha yang sebenarnya tidak dapat dilakukan karena kita memiliki kekurangan
tertentu. Contoh: sebaiknya jangan membuka usaha rental computer, tetapi
tidak mengetahui sama sekali keterampilan dalam mengoperasikan computer
3. Melihat peluang (opportunites) yang dapat dimanfaatkan dan memberikan
keutungan. Contoh: membuka usaha fotocopy dilingkungan dekat kampus.
4. Melihat ancaman (threats) terhadap usaha-usaha yang beresiko tinggi,
memiliki siklus hidup yang pendek, dan tidak teratur. Terlebih lagi jika
pesaing-pesaing kita memiliki kemampuan yang lebih baik dari kita. Contoh:
investasi saham, dimana kita tidak memiliki cukup ilmu tentangnnya , atau
beramain dipasar yang pelakunya sudah sangat banyak.
b. Penilaian organisasi apakah secara organisatoris, perusahaan mampu menciptakan
keunggulan bersaing.
c. Strategi berbasis biaya, mengupayakan agar setiap produk dana tau jasa dapat
diproduksi dengan biaya seefesien mungkin, sehingga dalam penetapan harga
produk/jasa dapat bersing dengan produk para pesaing terdekat.
d. Strategi berbasis diferensiasi, mengupayakan agar perusahaan mampu
menghasilkan berbagai diferensiasi. Misalnya, berbagai produk dan jasa bisa
dihasilkan, bisa didiferensiasi harga, diferensiasi pelayan, dan lain-lain.
e. Hasil-hasil atas itu semua yamg diharapkan adalah: (a) laba perusahaan dapat
sesuai yang direncanakan, (b) bangsa pasar meningkat (c) kepuasaan pelanggan
dapat ditingkatkan (d) kelangsungan hidup dapat berlanjut

G. Menilai Peluang Membuka Usaha Baru

Banyak orang yang ingin membuka usaha baru karena ia terdorong adanya
peluang-peluang yang banyak diarea tempat tinggalnya. Bukan hanya karena peluang
saja, tetapi karena semangat optimisme dan memiliki impian yang berlebihan. Oleh
karena itu sebelum mengambil keputusan untuk memasuki peluang usaha yang baru
dan meredam impian serta optimisme yang tinggi, alangkah lebih baik nya seorang
wirausahawan melakukan evaluasi atas peluang-peluang yang ada. Evaluasi berbagai
peluang usaha dapat dilakukan melalui konsultan atau orang-orang yang mempunyai
pengalaman lebih dalam berbisnis sejenis. Setidaknya minta tolong kepada orang
yang menjadi mitra usaha, para penanam modal atau investor atau partner lain yang
terlibat dalam usaha tersebut.

Menurut Bygrave dalam Basrowi (2014), ada 3 komponen utama yang


sebaiknya diteliti dan dievaluasi bagi seseorang yang ingin sukses untuk membuka
usaha baru, yaitu:

1. The Opportunity (kesempatan)


Apakah dengan adanya suatu kesempatan tersebut kita mampu menangkap
dan menjalankannya di kemudian hari. Artinya ketika kita ada kesempatan
untuk memulai usaha baru apakah kita nantinya mampu untuk
menjalankannya di kemudian hari.
2. The Entrepreneur and The Management Team (pengusaha dan tim
manajemen)
Apakah kita mampu menjadi wirausahawan dengan membentuk suatu tim
yang solid. Artinya ketika kita menjadi seorang wirausahawan dengan
membentuk suatu tim maka kita dalam bekerjasama harus kompak dan
mendukung satu sama lain. Hal tersebut apakah kita mampu
melakukannya dengan kesolidan dalam sebuah tim.
3. The Resources Needed To Start The Company and Make It Grow
(kebutuhan berbagai sumber daya untuk memulai usaha dan pertumbuhan
perusahaan)
Apakah berbagai sumber daya yang mungkin kita perlukan mampu kita
sediakan minimal sumber bahan baku, sumber daya manusia, dan sumber
daya modal. Artinya sebelum memulai usaha baru hal yang terpenting
adalah bahan baku, apakah dengan usaha yang kita bangun ada cukup atau
ada persediaan bahan baku untuk kita perlukan dalam membangun usaha
tersebut.

Itulah ketiga komponen utama atau kunci menurut Bygrave dalam


menentukan sukses atau gagalnya menjalankan usaha.

Strategi Menangkap Peluang

Strategi menangkap peluang menurut Basrowi (2014), meliputi:

1. Pilihan dan strategi berbasis besar


Mencari keunggulan dalam biaya atau unggul dalam persaingan.
2. Pilihan dan strategi berbasis biaya
Mengharuskan perusahaan untuk menjadi produsen dengan biaya paling
murah dibandingkan dengan produk dan atau jasa pesaing produk dan atau
jasa terdekat.
3. Pilihan dan strategi berbasis differensiasi
Pemusatan keunikan produk dan jasa perusahaan.
4. Pilihan dan strategi fokus
Target golongan pasar yang khusus atau berfokus pada pasar yang belum di
garap. Artinya ketika ada peluang pasar yang belum digarap maka itulah poin
dan strategi kita untuk memanfaatkan keadaan atau situasi dalam peluang
pasar yang belum digarap. Tidak terpicu dengan pasar yang sedang trend
melainkan peluang pasar yang masih kosong atau belum digarap. Apabila kita
fokus dalam menggarap pasar tersebut maka kemungkinan besar akan berhasil
atau sukses.

H. Strategi Memilih Jenis Usaha

Strategi memilih jenis usaha menurut Basrowi (2014), meliputi:

1. Pilihlah jenis usaha yang paling kita sukai (bermula dari hobi kita) Misalnya hobi
membuat kue, maka dapat dikembangkan menjadi usaha yang lebih besar. Bisa
saja kue bolu, kue tar, atau bebrbagai jenis kue yang dapat memikat hati pembeli.

2. Sebaiknya ketika berbisnis jangan memilih bisnis yang terlalu besar, meskipun
dalam hal kemampuan ekonomi atau keuangan kita kemungkinan besar
mencukupi, tetapi lebih baik memulai usaha dari yang kecil agar setiap proses
yang kita jalani atau lalui bisa dijadikan sebuah pelajaran dan persoalan bisnis
yang terjadi, karena setiap menjalani sebuah usaha atau hal lain ada masalah yang
datang dan pasti selalu datang. Masalah dapat diselesaikan dalam skala kecil dan
lebih baik belajar dari masalah yang kecil terlebih dahulu, karena belajar
menyelesaikan masalah dari yang terkecil maka kedepannya apabila ada masalah
besar sudah mengetahui bagaimana cara untuk mengatasi masalah tersebut.

3. Jangan memilih jenis usaha yang musiman


Dalam berwirausaha lebih baik mengerjakan sesuatu hal yang kecil kecilan tetapi
berjalan dan peluang nya juga berkembang. Namun bukan berarti usaha musiman
tidak berkembang, hanya saja akan menghadapi masalah modal atau ketersediaan
dana yang siap dicairkan. Lebih baik berusaha atau berwirausaha kecil kecilan dan
pelan pelan jalan daripada ketika perjalanannya dalam berusaha atau berwirausaha
tiba tiba menjadi pelan pelan.
4. Bisnis waralaba
Jenis usaha yang dapat dijadikan jalan pintas karena tidak memakan waktu lama
untuk memperkenalkan produknya, tidak repot dengan sistem bisnisnya, serta
umumnya tidak direpotkan dalam pembuatan produk dari awal. Jenis usaha ini
cocok bagi calon wirausahawan yang memiliki modal dapat memilih bisnis
wirausaha dengan modal atau sistem waralaba. Modal atau bisnis waralaba sudah
terbukti sukse dalam jangka waktu yang lama, bahkan tahan terhadap krisis
moneter. Beberapa industri atau usaha sudah diwaralabakan baik tingkat nasional
maupun tingkat internasional yang dapat dipilih hanya saja disesuaikan dengan
modal yang kita miliki. Usaha tersebut antara lain:
a. Penginapan
b. Salon
c. Renovasi
d. Konsultan
e. Usaha wisata
f. Rumah makan dan sejenisnya
g. Kesehatan dan olahraga
h. Jasa pendidikan dan pelayanan bagi anak anak
i. Jasa titipan kilat dan pengangkutan
j. Dan lain-lain

5. Memilih usaha tanpa modal (modal ringan)


Menurut Leonardus dalam buku Basrowi (2014), menjadi agen, penyalur produk
dari suatu perusahaan atau usaha tanpa modal (modal ringan) lainnya dengan
menjalankan usaha sistem Multilevel Marketing (MLM).
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Seorang wirausahawan yang baik pastilah memiliki sikap yang proaktif terhadap
segala kondisi yang dihadapinya yang memang merupakan tuntutanya atas
konsekuensinya sebagai seorang wirausahawan. Apabila seorang wirausahawan tidak
memiliki sikap perilaku proaktif maka dapat membuat kelangsungan usahanya
terancam, karena wirausahawan yang tidak proaktif akan mengalami kesulitan dalam
menghadapi segala kondisi yang terjadi. Selain itu seorang wirausahawan, baik
wirausahawan yang baru mau memulai usahanya maupun wirausahawan yang sudah
berpengalaman harus jeli terhadap segala peluang yang ada dan mampu
memanfaatkan peluang tersebut sebagai kesempatan untuk mengembangkan
usahanya.

B. Saran
DAFTAR PUSTAKA

Amrih, Pitoyo. 2008. The 7 Habits Of Highly Effective People Versi Semar & Pandawa.
Yogyakarta: Pinus Book Publisher.

Basrowi. 2016. Kewirausahaan Untuk Perguruan Tinggi. Bogor: Ghalia Indonesia.

Suharyadi. 2007. Kewirausahaan: Membangun Usaha Sukses Sejak Muda. Jakarta: Penerbit
Salemba Empat.

Anda mungkin juga menyukai