Anda di halaman 1dari 3

Mengapa Allah Swt melarang Bunuh Diri

Berdasarkan data WHO, lebih dari 700.000 orang meninggal akibat bunuh diri setiap tahunnya.
Data tersebut belum termasuk angka penderita yang gagal saat mencoba bunuh diri. Pada tahun
2019, bunuh diri menjadi penyebab kematian keempat terbanyak pada rentang usia 15–29 tahun.
Keinginan untuk mencoba bunuh diri biasanya timbul saat sedang menghadapi situasi yang sulit
diatasi. Situasi tersebut sampai membuat penderita kehilangan harapan dan menganggap bunuh
diri sebagai satu-satunya cara untuk keluar dari situasi tersebut.
Percobaan bunuh diri dapat dipicu oleh banyak faktor, di antaranya:

 Menderita gangguan mental, seperti depresi, skizofrenia, atau gangguan bipolar.


 Mengalami kekerasan psikologis, misalnya perundungan (bully)
 Menderita kecanduan alkohol
 Menderita penyakit parah, seperti kanker
 Mengalami tekanan batin, misalnya karena kehilangan pekerjaan, jabatan, atau kekayaan
 Mengalami masalah dalam kehidupan, misalnya perceraian, kehilangan atau kematian
orang dekat
 Memiliki keluarga yang mati bunuh diri atau pernah mencoba bunuh diri
 Mengalami kekerasan seksual.
 Baru saja keluar dari penjara

Contohnya Kasus bunuh diri, Seorang mahasiswa UGM loncat dari lantai 11. Korban ditemukan
tewas setelah jatuh dari hotel di Sleman, Yogyakarta. Hal itu disebabkan oleh kondisi psikologis
korban. Yang dimana kita tau sendiri banhwa penyebab kasus bunuh diri yaitu

Terlepas dari kasus tersebut, jika diamati bersama mengenai bunuh diri sendiri, berbagai hal bisa
menjadi penyebab seseorang memutuskan untuk bunuh diri. Tentu, Islam memiliki pandangan
sendiri mengenai bunuh diri. Lantas, bagaimana pandangan Islam tentang bunuh diri ini?

Mengutip dari Buku Pendidikan Agama Islam, karya Drs H Muslimin, menjelaskan bunuh diri
sebagai hilangnya nyawa seseorang yang disengaja dengan alat. Islam melarang penghilangan
nyawa baik melalui pembunuhan terhadap orang lain, maupun diri sendiri. Dalil mengenai
larangan bunuh diri tercantum dalam surat An Nisa ayat 29: 

ٓ
ۚ ‫اض ِّمن ُك ْم‬
ٍ ‫ر‬F َ َ‫ج َرةً َعن ت‬Fَ ٰ ِ‫ون ت‬F َ ‫ل ِإٓاَّل َأن تَ ُك‬F ِ ‫وا اَل تَْأ ُكلُ ٓو ۟ا َأ ْم ٰ َولَ ُكم بَ ْينَ ُكم بِ ْٱل ٰبَ ِط‬
۟ ُ‫ين َءامن‬
َ َ ‫ٰيََأيُّهَا ٱلَّ ِذ‬
َ ‫َواَل تَ ْقتُلُ ٓو ۟ا َأنفُ َس ُك ْم ۚ ِإ َّن ٱهَّلل َ َك‬
‫ان بِ ُك ْم َر ِحي ًما‬
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu
dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama-suka di
antara kamu. Dan janganlah kamu membunuh dirimu, sesungguhnya Allah adalah
Mahapenyayang kepadamu.”
Melihat dalil tersebut, Tampak Allah ‫ ﷻ‬secara tegas melarang tindakan bunuh diri. Sesulit
apapaun ujian yang kita rasakan, kita harus yakin Allah ‫ ﷻ‬akan menolong hambanya-Nya.
Lantas, mengapa bunuh diri dilarang?

Mengutip jurnal berjudul “Kontribusi Penyuluh Agama dalam Meminimalisasi Bunuh Diri,”
karya Moh Rosyid memaparkan, dilarangnya bunuh diri karena sejumlah faktor yaitu yang
pertama, mendahului kehendak Allah ‫( ﷻ‬dalam hal kematian).

Kedua, menandakan kita tidak siap menerima realitas dan dinamika kehidupan yang menimpa.
Ketiga, menandakan ketidaksiapsiagaan menyongsong masa depan yang tidak lekang dari
tantangan dan halangan-rintangan.

Selain bunuh diri merupakan perbuatan yang dilarang, orang yang membunuh dirinya sendiri
dengan menggunakan suatu benda atau cara, kelak di hari kiamat akan dihukum dengan benda
atau cara tersebut di dalam neraka. Hal itu dijelaskan dalam hadist Nabi Muhammad ‫ ﷺ‬yang
berbunyi:

،‫ك‬ ُ Fِ‫ا ال يَ ْمل‬F‫ذ ٌر فِيم‬Fْ َ‫وليس علَى اب ِْن آ َد َم ن‬


َ َ ‫ا‬F‫ْالم فَهو كم‬
،‫ال‬F‫ق‬ ِ ‫غير اإلس‬ ِ ‫ف علَى ِملَّ ٍة‬ َ َ‫َمن َحل‬
َ ‫و َمن قَتَ َل نَ ْف َسهُ بشي ٍء في ال ُّد ْنيا ُع ِّذ‬
‫ و َمن‬،‫ ِه‬F ِ‫و َكقَ ْتل‬FF‫ و َمن لَ َع َن ُمْؤ ِمنًا فَه‬،‫ب به يَو َم القِيا َم ِة‬
‫ف ُمْؤ ِمنًا ب ُك ْف ٍر فَهو َكقَ ْتلِ ِه‬َ ‫قَ َذ‬
“Barangsiapa yang bersumpah dusta atas nama agama selain Islam, maka dia seperti apa yang
diucapkannya. Barangsiapa yang membunuh dirinya dengan sesuatu, maka dia akan disiksa
dengan benda tersebut di neraka jahannam. Melaknat seorang mukmin sama seperti
membunuhnya. Barang siapa yang menuduh seorang mukmin sebagai kafir maka dia seperti
telah membunuhnya.” [HR Al Bukhari (6105) dan Muslim (110)]

Dalam menghadapi realitas dan dinamika kehidupan, sebagai umat Islam sudah sepatutnya untuk
terus bertawakal kepada Allah ‫ ﷻ‬dan ketahuilah Dia akan memberi ketenangan dari katakutan
yang ada. Hal tersebut seperti yang tercantum dalam Hadits Riwayat Bukhari bab Tawakal
11/311.

Ibnul Qayyim berkata, “Allah adalah yang mencukupi orang yang bertawakal kepadanya dan
yang menyandarkan kepada-Nya, yaitu Dia yang memberi ketenangan dari ketakutan orang yang
takut, Dia adalah sebaik-baik pelindung dan sebaik-baik penolong dan barangsiapa yang
berlindung kepada-Nya dan meminta pertolongan dari-Nya dan bertawakal kepada-Nya, maka
Allah akan melindunginya, menjaganya, dan barangsiapa yang takut kepada Allah, maka Allah
akan membuatnya nyaman dan tenang dari sesuatu yang ditakuti dan dikhawatirkan, dan Allah
akan memberi kepadanya segala macam kebutuhan yang bermanfaat. [Taisirul Azizil Hamid hal
503]

Umat Islam sudah sepatutnya menaati perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya. Dalam hal ini
bunuh diri bukan jadi solusi dalam penyelesaian masalah yang ada di dunia.
Jika kita mengalami kesulitan dalam hal apapun, maka lihatlah ke bawah tepatnya kepada orang
yang lebih mengalami kesulitan. Hal tersebut membuat kita lebih banyak merasa bersyukur dan
lebih beruntung.

‫ َر ِة‬F‫ِخ‬ ‫ ُّد ْنيَا فِي اآْل‬F‫اةُ ال‬Fَ‫ا ْال َحي‬F‫ ُّد ْنيَا َو َم‬F‫ق لِ َم ْن يَ َشا ُء َويَ ْق ِد ُر ۚ َوفَ ِرحُوا بِ ْال َحيَا ِة ال‬
َ ‫هَّللا ُ يَ ْب ُسطُ الرِّ ْز‬
‫ع‬ ٌ ‫َمتَا‬ ‫ِإاَّل‬
“Allah meluaskan rezeki dan menyempitkannya bagi siapa yang Dia kehendaki. Mereka
bergembirra dengan kehidupan di dunia, padahal kehidupan dunia itu (dibanding dengan)
kehidupan akhirat, hanyalah kesenangan (yang sedikit). “ (QS Ar Rad ayat 26 )

Perlu diketahui hidup di dunia memang tidak ada yang sempurna, sebab Allah ‫ ﷻ‬selalu
memberikan ujian kepada hamba-Nya. Namun, dalam menyelesaikan ujian tersebut sebagai umat
islam harus mampu menyelesaikan ujian itu dengan cara terbaik sesuai tuntunan Allah ‫ﷻ‬, tentu
tidak dengan tindakan bunuh diri.

Anda mungkin juga menyukai